Tujuan Pemidanaan TINJAUAN PUSTAKA

4. Teori Integratif Teori integratif ini diperkenalkan oleh Prof. Dr. Muladi, guru besar dari Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. Menurut Muladi : dewasa ini masalah pemidanaan menjadi sangat kompleks sebagai akibat dari usaha untuk lebi memperhatikan faktor-faktor yang menyangkut hak-hak asasi manusia, serta menjadikan pidana bersifat operasional dan fungsional. Untuk ini diperlukan pendekatan multidimensional yang bersifat mendasar terhadap dampak pemidanaan, baik yang menyangkut dampak yang bersifat individual maupun dampak yang bersifat sosial. Pendekatan semacam ini mengakibatkan adanya keharusan untuk memilih teori integratif tentang tujuan pemidanaan, yang dapat memenuhi fungsinya dalam rangka mengatasi kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh tindak pidana individual and social damages. Berdasarkan alasan-alasan sosiologis, ideologis dan yuridis, Muladi menyatakan sebagai berikut : “Dengan demikian, maka tujuan pemidanaan adalah untuk memperbaiki kerusakan individual dan sosial individual and social damages yang diakibatkan oleh tindak pidana. Hal ini terdiri dari seperangkat tujuapemidanaan yang harus dipenuhi, dengan catatan, bahwa tujuan manaka yang merupakan titik berat sifatnya kasuitis”. Perangkat tujuan pemidanaan yang dimaksud di atas adalah : 1 pencegahan umum dan khusus; 2 perlindungan masyarakat; 3 memelihara solidaritas masyarakat; 4 pengimbalanpengimbangan.

C. Tindak Pidana Pemerasan atau Pengancaman

Tindak pidana pemerasan Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 368 KUHP : 1 “Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa orang lain dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian adalah milik orang lain, atau supaya memberikan hutang maupun menghapus piutang, diancam, karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun ”. 2 “Ketentuan pasal 365 ayat 2, 3, dan 4 berlaku bagi kejahatan ini”. Bagian inti delik : a. Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain. Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain berarti menguntungkan diri sendiri atau orang lain itu merupakan tujuan terdekat,dengan memakai paksaan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan itu.jadi, kalau keuntungan itu akan diperoleh secara tidak langsung, artinya masih diperlukan tahap-tahap tertentu untuk mencapai, maka bukanlah pemerasan. 19 b. Secara Melawan hukum Melawan hukum disini merupak tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.Jadi pembuat mengetahui bahwa perbuatanya untuk menguntungkan diri sendiri itu melawan hukum. 20 19 Andi Hamzah. Delik-Delik Tertentu Di dalam KUHP. Sinar Grafika. Jakarta. 2011. hlm. 82. 20 Ibid. hlm.83. c. Memaksa seseorang denga kekerasan atau ancaman kekerasan merupakan pemerasan jika seseorang memaksa menyerahkan barang yang dengan penyerahan itu dapat mendapatkan piutangnya, juga jika memaksa seseorang untuk menjual barangnya,walaupun dia bayar harganya dengan penuh atau bahakan melebihi harganya. d. Untuk memberikan sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagaian adalah kepunyaan oarang itu atau orang lain atau supaya membuat utang atau menghapuskan piutang. 21

D. Dasar Pertimbangan Hakim

Hakim adalah pejabat pengadilan negara yang diberi wewenang oleh undang- undang untuk mengadili Pasal 1 angka 8 KUHAP. Oleh karena itu, fungsi seorang hakim adalah seseorang yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan atau mengadili setiap perkara yang dilimpahkan kepada pengadilan. Berdasarkan ketentuan di atas maka tugas seorang hakim adalah: 1. Menerima setiap perkara yang diajukan kepadanya; 2. Memeriksa setiap perkara yang diajukan kepadanya; 3. Mengadili serta menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya. Seorang hakim dalam sistem kehidupan masyarakat dewasa ini berkedudukan sebagai penyelesaian setiap konflik yang timbul sepanjang konflik itu diatur dalam peraturan perundang-undangan. Melalui hakim, kehidupan manusia yang bermasyarakat hendak dibangun di atas nilai-nilai kemanusian. Oleh sebab itu, 21 Ibid. hlm 84-85. dalam melakukan tugasnya seorang hakim tidak boleh berpihak kecuali kepada kebenaran dan keadilan, serta nilai-nilai kemanusian. 22 Praktik peradilan pidana pada putusan hakim sebelum pertimbangan- pertimbangan yuridis dibuktikan, maka hakim terlebih dahulu akan menarik fakta- fakta dalam persidangan yang timbul dan merupakan konklusi komulatif dari keterangan para saksi, keterangan terdakwa, dan barang bukti yang diajukan dan diperiksa di persidangan. Sistem yaang dianut di Indonesia, pemeriksaan di sidang pengadilan yang dipimpin oleh hakim, hakim itu harus aktif bertanya dan memberi kesempatan kepada pihak terdakwa yang diwakili oleh penasihat hukumnya untuk bertanya kepada saksi-saksi, begitu pula kepada penuntut umum. Semua itu dengan maksud menemukan kebenaran materiil. Hakimlah yang bertanggung jawab atas segala yang diputuskannya. 23 Pihak pengadilan dalam rangka penegak hukum pidana, hakim dapat menjatuhkan pidana tidak boleh terlepas dari serangkaian politik kriminal dalam arti keseluruhannya, yaitu perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Pidana yang dijatuhkan oleh hakim mempunyai dua tujuan yaitu pertama untuk menakut-nakuti orang lain, agar supaya mereka tidak melakukan kejahatan, dan kedua untuk memberikan pelajaran kepada si terhukum agar tidak melakukan kejahatan lagi. 24 22 Wahyu Affandi. Hakim dan Penegakan Hukum. Bandung. Alumni. 1984. hlm. 35. 23 Andi Hamzah. 2001. Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta, Rineka Cipta. hlm. 97. 24 Arief Barda Nawawi. Op.Cit. hlm. 2.