PERSPEKTIF GENDER DALAM DWILOGI NOVEL PADANG BULAN DAN CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA : KAJIAN STRUKTUR DAN KRITIK SASTRA FEMINISME SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN BACAAN SASTRA DI SMA.

(1)

PERSPEKTIF GENDER DALAM DWILOGI NOVEL PADANG BULAN DAN CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA :

KAJIAN STRUKTUR DAN KRITIK SASTRA FEMINISME SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN BACAAN

SASTRA DI SMA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Tanita Liasna NIM 8146192023

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Perspektif Gender dalam Dwilogi Novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata : Kajian Struktur dan Kritik Sastra Feminisme Serta Relevansinya Sebagai Bahan Bacaan Sastra di SMA.

Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tentunya tesis ini tidak terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tesis ini. Terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. 2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr.

Bornok Sinaga, M.Pd.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Ibunda Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd, atas semangat dan arahannya hingga terselesaikannya tesis ini.

4. Pembimbing tesis, Bapak Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd dan Ibu Dr. Marice, M.Hum, atas kesabaran dalam memberikan arahan, bimbingan, dan semangat hingga terselesaikannya tesis ini.

5. Narasumber seminar proposal dan sidang tesis, Bapak Dr. Syahnan Daulay, M.Pd, Bapak Dr. M. Oky F. Gapari, M.Hum, Bapak Dr. Daulat Saragi, M.Hum, yang telah memberikan masukan hingga terselesaikannya tesis ini. 6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan atas ilmu pengetahuan, semangat, dan juga membentuk karakter penulis hingga menjadi lebih dewasa.


(6)

7. Seluruh Staf Tata Usaha Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang selalu siap sedia dalam memfasilitasi segala kebutuhan mahasiswa dalam melaksanakan perkuliahan.

8. Kepala Sekolah SMA Tamansiswa Cabang Binjai, Bapak Raharjo yang telah memberikan izin penelitian.

9. Guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia, Ibu Hafizah Nova Yanti Nasution, S.Pd, Ibu Mahyudani, S.Pd, dan Ibu Dorenci Sitepu, S.Pd atas kesediaan menjadi narasumber dalam penelitian penulis.

10. Ayahanda, Bapak Drs. H. Arifin Jamil, MM, ketua yayasan STKIP Budidaya Binjai, yang senantiasa memberikan sumbangsih semangat, kasih sayang, pengertian, pemahaman hingga terselesaikannya tesis ini.

11. Kedua orangtua, Bapak Basaruddin dan Ibunda Wardah yang telah memberikan sejuta kasih dan motivasi kepada penulis. Kakak penulis, Indah Lestari dan ketiga adik penulis, Akbar Haris, Kelvin Anggara, dan Agung Imansyah yang selalu memberikan semangat sehingga lebih memotivasi penulis.

12. Rekan-rekan di STKIP Budidaya Binjai, Ibu Juwita Erdaini, M.Hum, Bapak Saripuddin Lubis, M.Pd, Ibu Novianti, M.Pd, Bapak Mastar Muham, M.Pd, Bunda Rosalina, M.Pd, Sir Syafrizal, S.Pd, Sri Ulina Br. Ginting, M.Pd, Sri Kurnia HS, M.Pd, Erlinda Nofasari, M.Pd, dan Fhety Wulansari, M.Pd yang tiada henti memberikan bimbingan, semangat dan kasih sayang.

13. Sahabat-sahabat penulis, Widya Natalia, Novitasari, Lisa Devira Vonsa, dan adinda Novi Marisa yang selalu memberikan bantuan dan semangat.

14. Sahabat-sahabat seperjuangan, kak Fitri, Betharia, Emianna, kak Elen, kak Elfi, kak Tari, kak Dewi, kak Helmina, Laura, Abangda Anto, Abangda Vicktor Brahmana, Abangda Jagokdin, dan Abram yang telah memotivasi dan memberi warna dalam penyelesaian tesis ini.

15. Seluruh rekan seperjuangan mahasiswa angkatan kedua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang tak henti memberi motivasi dan informasi selama perkuliahan.


(7)

iii

Akhirnya, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis, pendidikan pada umumnya, dan pembaca pada khususnya.

Medan, 2016

Penulis

Tanita Liasna 8146192023


(8)

ABSTRAK

TANITA LIASNA. 8146192023. Perspektif Gender dalam Dwilogi Novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata : Kajian Struktur dan Kritik Sastra Feminisme Serta Relevansinya Sebagai Bahan Bacaan Sastra di SMA. Program Pascasarjana. Universitas Negeri Medan. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan perspektif gender dalam dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas, serta mengetahui relevansi perspektif gender dalam dwilogi novel tersebut. Dalam melakukan penelitian ini dipergunakan dua teori, yaitu teori struktur dan kritik sastra feminisme yang berfokus pada perempuan sebagai pembaca. Teori struktural digunakan untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik dalam dwilogi novel tersebut. Teori kritik sastra feminis digunakan untuk mengkaji perspektif gender dalam dwilogi novel tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) struktur dalam dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas berupa tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat, (2) perspektif gender yang muncul dalam dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas berupa kesetaraan gender dan ketidakadilan gender. Kesetaraan gender dalam novel Padang Bulan berupa akses, partisipasi, dan kontrol. Sedangkan ketidakadilan gender dalam novel Padang Bulan berupa marginalisasi terhadap perempuan, subordinasi terhadap perempuan, streotipe terhadap perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan beban kerja. Selanjutnya, kesetaraan gender dalam novel Cinta di Dalam Gelas berupa akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat. Ketidakadilan gender dalam novel Cinta di Dalam Gelas berupa marginalisasi terhadap perempuan, subordinasi terhadap perempuan, streotipe terhadap perempuan, dan kekerasan terhadap perempuan, (3) dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas relevan dijadikan sebagai bahan bacaan sastra di SMA. Saran dalam penelitian ini ditujuan kepada Dinas Pendidikan, Lembaga Pendidikan, baik SD, SMP, maupun SMA, guru pengampu mata pelajaran, dan bagi para peneliti selanjutnya.


(9)

v ABSTRACT

Tanita Liasna. 8146192023. Gender perspectives in Dwilogi Novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas of Andrea Hirata: Study of the Structure and Literary Criticism of Feminism and Relevance as a Literary Reading in High School. The Graduate Program. State University Of Medan. 2016. This research aimed to describe the structure and the gender perspective in the dwilogi novel Padang Bulan and Cinta di Dalam Gelas, and to know the relevance of the gender perspective in the dwilogi novel. In conducting this reseach used two theories, are theory of the structure and literary criticism of feminism that focuses on women as readers. Structural theory is used to analyze the intrinsic elements in the dwilogi novel. The theory of feminist literary criticism used to assess gender perspective in the dwilogi novel. The method used in this research is descriptive qualitative method of analysis. The results of this research indicate that (1) the structure of the dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas are theme, plot, character and characterization, setting, point of view, and the mandate, (2) gender perspective in the dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas are gender equality and gender inequity. Gender equality in novel Padang Bulan are access, participation and control. While gender injustice in novel Padang Bulan are marginalization of women, the subordination of women, streotipe against women, violence against women, and workload. Furthermore, gender equality in the novel Cinta di Dalam Gelas are access, participation, control, and benefits. Gender inequalities in the novel Cinta di Dalam Gelas are marginalization of women, the subordination of women, streotipe against women, and violence against women, (3) dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas used as reading material relevant literature in high school. Suggestions in this study addressed to the Department of Education, Institute of Education, either elementary, junior high, or high school, teachers pengampu subjects, and for further research.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

ABSTRAK………... iv

ABSTRACT……… v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR………... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2Fokus Penelitian…... 11

1.3 Rumusan Masalah…... 12

1.4 Tujuan Penelitian... 12

1.5 Manfaat Penelitian... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teoretis 2.1.1 Perspektif Gender………... 14

2.1.2 Novel 2.1.2.1 PengertianNovel………... 31

2.1.2.2 Unsur Intrinsik dalam Novel………. 32

2.1.3 Kajian Struktural………... 44

2.1.4 Kritik Sastra Feminisme……… 46

2.1.5 Bahan Bacaan………... 58

2.2Penelitian yang Relevan………... 60

2.3Dasar Konseptual………. 62

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Metode Penelitian……... 64

3.2Desain Penelitian………... 64


(11)

vii

3.4Teknik Pengumpulan Data……… 67

3.5Analisis Data Penelitian………. 68

3.6Keabsahan Penelitian………. 71

3.7Keajegan Penelitian……… 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Struktur dalam Dwilogi Novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas 4.1.1.1 Struktur dalam Novel Padang Bulan 1. Tema……….. 72

2. Alur……… 75

3. Penokohan………... 79

4. Latar……….. 114

5. Sudut Pandang……….. 123

6. Amanat………. 125

4.1.1.2 Struktur dalam Novel Cinta di Dalam Gelas 1. Tema………. 129

2. Alur……….. 133

3. Penokohan……… 136

4. Latar………. 148

5. Sudut Pandang………. 156

6. Amanat………. 157

4.1.2 Perspektif Gender dalam Dwilogi Novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas 4.1.2.1 Perspektif Gender dalam Novel Padang Bulan 1. Kesetaraan Gender………... 161

2. Ketidakadilan Gender……….. 168

4.1.2.2 Perspektif Gender dalam Novel Cinta di Dalam Gelas 1. KesetaraanGender………... 182


(12)

4.2 Pembahasan Penelitian

4.2.1 Struktur dalam Dwilogi Novel Padang Bulan……. 206 4.2.2 Perspektif Gender dalam Dwilogi Novel………….. 210 4.2.3 Relevansinya Sebagai Bahan Bacaan Sastra………. 231

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan………... 241

5.2 Saran………. 242

DAFTAR PUSTAKA……… 244 LAMPIRAN


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : PEDOMAN ANALISIS STRUKTUR DALAM

DWILOGI NOVEL PADANG BULAN DAN CINTA DI DALAM GELAS

LAMPIRAN II : PEDOMAN ANALISIS PERSPEKTIF GENDER DALAM DWILOGI NOVEL PADANG BULAN DAN CINTA DI DALAM GELAS

LAMPIRAN III : SINOPSIS NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA

LAMPIRAN IV : SINOPSIS NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA

LAMPIRAN V : FORMAT PERTANYAAN WAWANCARA UNTUK NARASUMBER I

LAMPIRAN VI : JAWABAN WAWANCARA UNTUK NARASUMBER I

LAMPIRAN VII : FORMAT PERTANYAAN WAWANCARA UNTUK NARASUMBER II

LAMPIRAN VIII : JAWABAN WAWANCARA UNTUK NARASUMBER II

LAMPIRAN IX : FORMAT PERTANYAAN WAWANCARA UNTUK NARASUMBER III


(15)

xi

LAMPIRAN X : JAWABAN WAWANCARA UNTUK NARASUMBER III

LAMPIRAN XI : BEBERAPA FOTO SAAT MELAKUKAN WAWANCARA


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan sebuah karya imajinatif seorang pengarang. Hal ini sesuai dengan ungkapan Wallek dan Austin Warren (1989:3) bahwa karya sastra adalah karya imajinatif. Karya sastra berkaitan erat dengan segala hal yang berhubungan dengan manusia dan kehidupannya. Seperti yang diungkapkan Yasa (2012:3) bahwa sebagai sebuah wadah, karya sastra memiliki fungsi menyampaikan ide-ide atau gagasan-gagasan seorang penulis puisi, prosa, dan drama. Ide-ide penulis itu dapat berupa kritik sosial, politik, budaya, dan pertahanan keamanan berkaitan dengan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar tempat tinggalnya.

Salah satu karya sastra yang disajikan sebagai sarana pengungkapan realitas kehidupan manusia adalah novel. Novel merupakan prosa yang lebih panjang dari cerpen. Melalui novel dapat diketahui budaya maupun fenomena yang ada di masyarakat. Salah satunya adalah fenomena mengenai perempuan. Perempuan adalah sosok yang banyak dibicarakan di masyarakat. Perempuan adalah sosok indah yang selalu dipuja. Namun, perempuan seringkali mengalami ketidakadilan, walaupun perempuan dilahirkan dengan harkat, martabat, dan derajat yang sama dengan laki-laki. Perempuan dipandang dengan dua sisi yang berbeda. Di satu sisi perempuan dipandang sebagai makhluk yang indah, dan di sisi lain dianggap sebagai makhluk yang lemah dan rendah. Perempuan selalu mendapat pelabelan sebagai makhluk


(17)

2

kelas dua dan bersifat inferior dalam berbagai sendi kehidupan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Sugihasti dan Suharto (2015:32) bahwa perempuan bahkan dianggap hina, manusia kelas dua yang walaupun cantik, tidak diakui eksistensinya sebagai manusia sewajarnya. Kondisi semacam ini membuat perempuan berada dalam posisi tertindas, inferior, dan tidak memiliki kebebasan atas diri dan hidupnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Tinker yang dikutip Susanti (2000:1) bahwa kaum perempuan dipandang dari berbagai sisi masih sering mendapat perlakuan yang tidak adil karena kedudukan perempuan khususnya di Indonesia masih mengalami subordinasi, perendahan, pengabaian, eksploitasi, dan pelecehan seksual, bahkan tindak kekerasan.

Ketidakadilan atau tidak adanya kesetaraan memunculkan permasalahan gender, seperti bias gender, subordinasi, dan stereotype gender. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Fakih (2013: 12-13) bahwa ketidakadilan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni: Marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik, pembentukan streotipe atau melalui pelabelan negatif, kekerasan (violence), dan beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (burden). Demikian Fakih (2013:71-72) juga menyampaikan bahwa gender adalah perbedaan perilaku (behavioral differences) antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial, yakni perbedaan yang bukan kodrat atau bukan ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia (laki-laki dan perempuan) melalui proses sosial dan kultural yang panjang.


(18)

3

Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap: kuat, rasional, jantan, perkasa.

Konsep gender menjadi persoalan yang menimbulkan pro dan kontra baik di kalangan masyarakat, akademisi, maupun pemerintahan sejak dahulu dan bahkan sampai sekarang. Pada umumnya sebagian masyarakat merasa terancam dan terusik pada saat mendengar kata gender. Puspitawati (2013:4) menyampaikan beberapa hal yang menyebabkan keengganan masyarakat untuk menerima konsep gender.

1. Konsep gender berasal dari negara-negara Barat, sehingga sebagian masyarakat menganggap bahwa gender merupakan propaganda nilai-nilai Barat yang sengaja disebarkan untuk merubah tatanan masyarakat khususnya di Timur.

2. Konsep gender merupakan gerakan yang membahayakan karena dapat memutarbalikkan ajaran agama dan budaya, karena konsep gender berlawanan dengan kodrati manusia.

3. Konsep gender berasal dari adanya kemarahan dan kefrustrasian kaum perempuan untuk menuntut haknya sehingga menyamai kedudukan laki-laki. Hal ini dikarenakan kaum perempuan merasa dirampas haknya oleh kaum laki-laki. Di Indonesia tidak ada masalah gender karena negara sudah menjamin seluruh warga negara untuk mempunyai hak yang sama sesuai dengan yang tercantum pada UUD 1945.

4. Adanya mind-set yang sangat kaku dan konservatif di sebagian masyarakat, yaitu mind set tentang pembagian peran antara laki-laki dan


(19)

4

perempuan adalah sudah ditakdirkan dan tidak perlu untuk dirubah (misalnya kodrati perempuan adalah mengasuh anak, kodrati laki-laki mencari nafkah). Namun mind-set ini sepertinya masih terus berlaku meskipun mengabaikan fakta bahwa semakin banyak perempuan Indonesia menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke luar negeri dan mengambil alih tugas suami sebagai pencari nafkah utama.

Namun berterima atau tidak, konsep gender telah memberikan dampak negative terhadap kehidupan masyarakat. Nugroho dan Ari Setiawan (2015:32) menyampaikan beberapa dampak dari konsep gender yang terjadi di Indonesia, yaitu sebagai berikut.

1. Rendahnya tingkat pendidikan perempuan 64,5% usia > 10 tahun tamat SD (putus sekolah), tamat SD atau tidak sekolah sama sekali, bahkan 43,9% yang buta huruf, 29,6% buta huruf adalah perempuan.

2. Sebanyak 67% perempuan bekerja pada sektor informal seperti pembantu rumah tangga, TKW, dan pekerja seks.

3. Rendahnya partisipasi politik perempuan, yaitu hanya 8,8% yang duduk di bangku DPR RI.

4. Tingginya angka kematian ibu melahirkan berkisar 350-750 per 100.000 5. Hukum-hukum bias gender: undang-undang perkawinan No. 1/1974,

peraturan daerah berbasis agama dan budaya tertentu.

Untuk mengubah kondisi tersebut, maka diperlukan perspektif gender dalam melihat persoalan perempuan. Perubahan sosial yang selama ini bersifat bias gender dapat dilihat sebagai ketimpangan struktural dalam


(20)

5

perspektif gender. Permasalahan gender yang dipengaruhi oleh perubahan sosial maupun kultur budaya, disikapi para sastrawan dengan menciptakan karya sastra yang memunyai tema gender. Karya sastra tersebut menjadi media dalam mengekspresikan realita kehidupan perempuan dan sebagai wadah keluh kesah para perempuan karena mendapat perlakuan yang tidak adil. Karya-karya sastra bertemakan gender tidak hanya diciptakan oleh sastrawan perempuan, namun juga oleh sastrawan laki-laki.

Salah satu novel yang mengangkat dan mengungkap permasalahan perspektif gender dalam masyarakat adalah dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata. Dwilogi adalah kumpulan buku yang ceritanya saling berkesinambungan dan terdiri dari dua seri. Jadi, novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas merupakan kumpulan buku yang terdiri dari dua seri yang ceritanya saling berkesinambungan. Dwilogi novel ini diterbitkan pertama kali pada Juni 2010. Seperti karya-karya Andrea Hirata sebelumnya, dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas mendapatkan tanggapan sangat positif dari penikmat sastra.

Tokoh utama dalam dwilogi novel ini adalah Maryamah yang memiliki nama panggilan Enong. Dalam dwilogi novel ini, Enong memperjuangkan hidupnya juga keluarganya. Dia menjadi penambang timah perempuan pertama di desanya demi menghidupi dan menyekolahkan adik-adiknya. Selain itu, Enong juga mempertahankan hak-haknya dan berusaha menegakkan martabatnya sebagai seorang perempuan. Dia belajar bermain catur dengan tujuan untuk mengalahkan mantan suaminya yang merupakan


(21)

6

juara catur di desanya. Dengan menggunakan permainan catur, Enong menegakkan harkat dan martabatnya sebagai seorang perempuan. Permainan catur merupakan permainan kaum laki-laki dan belum ada seorang perempuan bermain catur apalagi menjadi juara bermain catur di desanya yang didominasi oleh suku Melayu Kampung. Di sinilah terjadi permasalahan ketidakadilan gender. Dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata memberikan gambaran tentang permasalahan perspektif gender kepada pembaca. Permasalahan mengenai kesetaraan gender dan ketidakadilan gender yang dialami oleh kaum perempuan menarik untuk dianalisis dengan kritik sastra feminisme.

Tidak seperti karya-karya sastra penulis laki-laki lainnya yang menjadikan perempuan sebagai “objek” atau menjadikan perempuan sebatas “konsep” pemikiran laki-laki terhadap perempuan, dalam Dwilogi Novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas, Andrea Hirata mengulas kisah hidup seorang perempuan dalam posisi terendah, yaitu seorang kuli tambang dan melihat perempuan dari kacamata yang berbeda. Dalam karyanya, perempuan hadir menjadi makhluk yang terlepas dari pandangan-pandangan umum yang dimunculkan oleh seorang penulis laki-laki. Perempuan tidak lagi sebagai makhluk molek yang digilai karena kecantikannya, tetapi menjadi perempuan yang tegar, kuat, dan bertanggung jawab. Faridi mengungkapkan bahwa novel Padang Bulan bermula dari kisah seorang gadis kecil berusia 14 belas tahun, Enong namanya, yang sangat gemar pada pelajaran bahasa Inggris, namun


(22)

7

secara mendadak terpaksa harus berhenti sekolah dan mengambil alih seluruh tanggung jawab keluarga (cover buku novel Padang Bulan).

Lalu, dalam novel selanjutnya yaitu Cinta di Dalam Gelas dikisahkan bagaimana seorang perempuan memperjuangkan harkat dan martabatnya dengan cara yang sangat terhormat. Seperti yang disampaikan Faridi bahwa novel Cinta di Dalam Gelas ini menampilkan kisah catur dan kebiasaan-kebiasaan unik orang Melayu Kampung pada permukaannya. Namun, jika bersedia membongkar lebih dalam, dapat dimakhlumi bahwa Andrea Hirata telah melalui waktu bertahun-tahun untuk melakukan riset sosial dan kultural serta watak manusia dalam hubungannya dengan lingkungan. Riset itu termasuk tentang catur. Namun, novel ini sesungguhnya bukanlah tentang catur, melainkan tentang bagaimana seorang perempuan menegakkan martabatnya dengan cara yang sangat elegan, tentang perspektif politik kaum marginal, dan tentang falsafah pendidikan yang dianut perempuan itu (cover buku novel Cinta di Dalam Gelas). Hal inilah yang menjadi alasan utama penulis menjadikan dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas sebagai objek penelitian penulis.

Alasan berikutnya penulis memilih dwilogi novel ini karena Andrea Hirata mampu membawa pembaca masuk dalam suasana yang diceritakan dalam novel tersebut. Pembaca seolah-olah merasakan kesedihan tokoh utama (Enong) yang harus bekerja membanting tulang dan mengorbankan sekolahnya demi ketiga adik dan ibunya, hingga bagaimana tokoh Enong berupaya menegakkan harkat martabatnya.


(23)

8

Lalu, tema dwilogi novel ini juga menarik dibandingkan novel-novel Andrea Hirata lainnya yang bertemakan pendidikan. Dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas bertemakan tentang perjuangan perempuan dan permasalah gender sehingga menarik dikaji lebih mendalam.

Selain itu, novel ini juga menampilkan kondisi lingkungan dan sosial budaya masyarakat Melayu Belitong yang masih hidup dalam kebudayaan dan menjunjung tinggi aturan agama. Dwilogi novel ini menampilkan watak, kebiasaan, dan reaksi masyarakat Melayu Belitong dalam menghadapi suatu masalah. Dan yang tak kalah menarik adalah cara seorang Andrea Hirata menampilkan tokoh Enong dalam dwilogi novel ini. Tokoh utama (Enong) dalam novel ini digambarkan sebagai seorang manusia yang dalam situasi apapun takkan menghalangi dirinya untuk bahagia dan berbagi.

Alasan selanjutya memilih dwilogi novel ini karena memuat segi kesetaraan gender dan ketidakadilan gender. Hal ini akan memberikan nilai-nilai positif yang dapat diambil dan direalisasikan dalam kehidupan pembaca, khususnya mengenai permasalahan kesetaraan gender dan ketidakadilan gender pada seorang perempuan.

Selain itu, dwilogi novel ini juga mengandung pesan moral yang sangat kuat. Jarang sekali muncul novel yang memuat gender dan memiliki nilai moral dan inspiratif seperti dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas, sehingga novel ini dapat menjadi bahan bacaan sastra di sekolah, khususnya SMA.


(24)

9

Selain itu, yang menjadi alasan penulis memanfaatkan dwilogi novel ini sebagai bahan bacaan sastra karena guru masih mengalami kesulitan ketika memberikan bahan bacaan sastra untuk siswa. Sebab begitu minim novel yang dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan di sekolah.

Dari hasil wawancara penulis dengan lima orang guru di beberapa sekolah yang berbeda, terungkap sebuah fakta berhubungan dengan bahan bacaan sastra di SMA. Para guru menyampaikan bahwa karya sastra yang menjadi bahan bacaan sastra sebagian besar masih menggunakan novel yang lama. Karya sastra seperti novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli, Salah Asuhan karya Abdul Muis, Belenggu karya Armijn Pane dan Layar Terkembang karya St. Takdir Alisyahbana masih menjadi bahan bacaan dalam pembelajaran sastra. Hal ini sesuai dengan pendapat Hendrastuti (2015:268) bahwa minimnya buku-buku sastra yang berkualitas di perpustakaan sekolah juga mendukung kurang berhasilnya pengajaran sastra. Hal ini menyebabkan dangkalnya pengetahuan guru bahasa itu sendiri karena materi sastra hanyalah terbatas pada buku yang harus diajarkan kepada siswanya. Terbatasnya buku dan bacaan penunjang pembelajaran sastra yang bervariasi dan menarik menjadi penyebab keadaan ini. Kalaupun ada, pada umumnya buku-buku semacam itu nyaris tak tersentuh. Kemasan buku yang sudah tua dan sangat tidak menarik seringkali dijadikan alasan terpinggirkannya buku-buku tersebut.

Kemudian, hal berikutnya yang membuat penulis menjadikan novel Padang Bulan dan Cinta di dalam Gelas sebagai bahan bacaan sastra di SMA


(25)

10

karena banyaknya bahan bacaan (terutama buku pegangan siswa) yang masih bias gender. Banyaknya buku-buku pembelajaran di sekolah yang masih menampilkan laki-laki bekerja dalam sektor publik dan perempuan dalam sektor domestik.

Harus disadari bahwa sekolah sebagai tempat pelaksanaan pendidikan formal, bukan hanya sekadar tempat menimba ilmu, tetapi juga menjadi tempat sosialisasi kebudayaan yang dalam prosesnya berlangsung secara formal. Gender yang merupakan bagian dari kebudayaan, maka proses sosialisasinya berlangsung pula di sekolah. Seperti yang disampaikan Rahmawati (2008:2-3) bahwa sekolah menjadi sarana untuk melakukan transfer nilai-nilai dan norma-norma di masyarakat, termasuk nilai dan norma gender. Nilai dan norma tersebut ditransfer secara lugas maupun tersembunyi, baik melalui teks tertulis dalam buku pelajaran, maupun dalam perlakuan-perlakuan yang mencerminkan nilai dan norma gender yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat.

Karena konteks dalam penelitian ini adalah perspektif gender, maka penelitian dilakukan melalui kajian kritik sastra feminisme. Tujuan feminis adalah keseimbangan atau interaksi gender. Ratna (2007:184) menyampaikan bahwa feminis dalam pengertian yang luas adalah gerakan kaum perempuan untuk menolak segala sesuatu yang diimajinasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam politik dan ekonomi, maupun kehidupan sosial pada umumnya.


(26)

11

Selanjutnya, dalam Sugihastuti dan Suharto (2015:7) Culler menyampaikan bahwa kritik sastra feminis adalah “membaca sebagai perempuan”. Yang dimaksud “membaca sebagai perempuan” adalah kesadaran pembaca bahwa ada perbedaan penting dalam jenis kelamin pada makna dan perebutan makna karya sastra. Dalam Wiyatmi (2012:9), Humm juga menyampaikan bahwa melalui kritik sastra feminis akan dideskripsikan adanya penindasan terhadap perempuan yang terdapat dalam karya sastra. Namun, sebelum kritik sastra feminisme digunakan untuk menganalisis kesetaraan dan ketidakadilan gender dalam dwilogi novel, terlebih dahulu dwilogi novel akan dikaji secara struktur dengan menggunakan teori struktural agar mempermudah analisis feminisme.

Kemudian, dalam penelitian ini juga dilakukan kajian apakah perspektif gender dwilogi novel ini relevan sebagai bahan bacaan sastra di SMA. Novel merupakan salah satu media pembelajaran yang dekat dengan siswa. Cerita dalam novel seringkali menceritakan kehidupan yang ada di sekitar mereka, sehingga novel menjadi tidak asing lagi bagi para siswa. Novel yang akan diajarkan pada siswa hendaknya novel yang mengandung nilai moral yang dapat diteladani siswa.

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, maka fokus dalam penelitian ini adalah struktur cerita dalam dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas, wujud perspektif gender dalam dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas, serta relevansinya sebagai bahan bacaan sastra di SMA.


(27)

12

1.3 Rumusan Masalah

Berpedoman pada latar belakang masalah, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur cerita yang membangun dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata?

2. Bagaimanakah wujud perspektif gender dalam dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata?

3. Apakah perspektif gender dalam dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata relevan sebagai bahan bacaan sastra di SMA?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan struktur cerita yang membangun dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata.

2. Untuk mendeskripsikan wujud perspektif gender dalam dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata.

3. Untuk mengetahui relevansi perspektif gender dalam dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata sebagai bahan bacaan sastra di SMA.


(28)

13

1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat memberian manfaat bagi pengembangan keilmuan sastra Indonesia dalam pengkajian novel. Terutama tentang studi analisis perspektif gender dan dapat menambah pengetahuan tentang studi analisis terhadap sastra di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian novel yang memanfaatkan tinjauan sastra feminis. 2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat memperluas cakrawala apresiasi pembaca sastra Indonesia terhadap perspektif gender dalam novel.

b. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi penelitian karya sastra di Indonesia dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti sastra selanjutnya terkait dengan masalah perspektif gender.


(29)

241 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Setelah penulis melakukan analisis terhadap dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata, maka dapat disimpulkan

1. Struktur dalam dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas berupa tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat.

2. Perspektif gender yang muncul dalam dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas berupa kesetaraan gender dan ketidakadilan gender. Kesetaraan gender dalam novel Padang Bulan berupa akses, partisipasi, dan kontrol. Sedangkan ketidakadilan gender dalam novel Padang Bulan berupa marginalisasi terhadap perempuan, subordinasi terhadap perempuan, streotipe terhadap perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan beban kerja. Sedangkan kesetaraan gender dalam novel Cinta di Dalam Gelas berupa akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat. Ketidakadilan gender dalam novel Cinta di Dalam Gelas berupa marginalisasi terhadap perempuan, subordinasi terhadap perempuan, streotipe terhadap perempuan, dan kekerasan terhadap perempuan.

3. Perspektif Gender dalam dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas relevan dijadikan sebagai bahan bacaan sastra di SMA.


(30)

242

5.2 Saran

1. Dinas Pendidikan diharapkan mampu memberikan konstribusi bahan bacaan sastra di sekolah-sekolah, baik tingkat SD, SMP, maupun SMA, terutama bahan bacaan yang sangat terkait dengan kehidupan bermasyarakat, agar dapat menambah pengetahuan dan pengalaman siswa dalam bersosialisasi di lingkungan masyarakat.

2. Sekolah Menengah Atas diharapkan menambah novel-novel terkini di perpustakaan yang bisa menjadi bahan bacaan sastra bagi siswa.

3. Lembaga-lembaga pendidikan hendaklah memanfaatkan novel-novel inspiratif, seperti dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata, novel Ibuk karya Iwan Setyawan, novel Ayah karya Andrea Hirata, novel Rantau Muara karya A. Fuadi, novel Aku Angin Engkaulah Samudera karya Tasaro GK, dan novel Pulang karya Tere Liye. Hal ini diharapkan akan memperbaiki minat membaca siswa.

4. Sekolah-sekolah hendaklah memberlakukan sistem“Hari Tanpa Gadget” kepada seluruh siswa dan mengubahnya menjadi “Sehari bersama buku-buku inspiratif”. Dengan memberlakukan hal semacam ini diharapkan siswa akan lebih termotivasi untuk membaca buku, khususnya buku-buku sastra.

5. Guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia hendaklah memfokuskan bahan bacaan yang memiliki pesan moral dan dekat dengan kehidupan bermasyarakat.


(31)

243

6. Guru diharapkan mampu merangsang minat baca siswa dengan cara memberikan bahan bacaan yang bermutu, seperti dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas, dan mengajarkan siswa bagaimana cara mengambil hal-hal positif dalam novel tersebut.

7. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi masyarakat di daerah-daerah yang masih menganut paham patriarki, khususnya daerah Kampung Belitong.

8. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai langkah awal untuk meneliti lebih lanjut tentang perspektif gender yang tidak hanya terfokus pada karya sastra tetapi digunakan dalam kehidupan bermasyarakat saat ini, sehingga masyarakat dapat membedakan definisi antara seks dan gender.

9. Para peneliti sastra dan peminat kajian perempuan diharapkan dapat mengembangkan penelitian sejenis dengan sampel sastra yang lebih banyak dan menganalisis lebih mendalam serta memadukan dalam realita kehidupan.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin, Beni Ahmad Saebani. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Anwar, Ahyar. 2012. Teori Sosial Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Aryaningsih, dkk. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Membaca Sastra Indonesia dan Perangkat Penilaian Autentik Siswa Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 8 Denpasar. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Denpasar: Universitas Pendidikan Ganesha.

Aziez, Furqonul, Abdul Hasim. 2010. Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia.

Brooks, Ann. 2005. Posfeminisme & Cultural Studies. Yogyakarta: Jalasutra. Citrawan, I Wayan. 2013. Marginalisasi Guru Perempuan dalam Pengangkatan

Kepala Sekolah: Studi Kasus di SMPN 2 dan SMAN 6 Denpasar. Disertasi: UNUD.

Creswell, Jhon W. 2013. Reseach Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Edisi Ketiga: Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dalman, 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Damayanti, Fitria. 2015. Peran Kepemimpinan Wanita dan Keterlibatannya

dalam Bidang Politik di Indonesia. Jurnal Aspirasi. Indramayu. Fisip UNWIR.

Depdiknas. 2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminis Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Caps. _________________. 2013. Teori Kritik Sastra. Yogyakarta: Caps.

Fakih, Mansour. 2013. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(33)

245 Hirata, Andrea. 2010. Padang Bulan. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

____________.2010. Cinta di Dalam Gelas. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Hendrastuti, Retno. 2013. Sastra Terjemahan Sebagai Bahan Penunjang Pengajaran Sastra. Jurnal. Jateng: Balai Bahasa.

Kosasih, H.E. 2011.Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya Martinah, dkk. 2013. Perjuangan Perempuan dan Nilai Pendidikan Novel dalam

Air Mata Terakhir Bunda Karya Kirana Kejora dengan Pendekatan Feminisme. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra. UNS.

Moleong, Lexy.J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyaningsih, Ardania Tri. 2015. Perspektif Gender dalam Novel Cerita Cinta Enrico Karya Ayu Utami: Tinjauan Sastra Feminis dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nugroho, Taufan, Ari Setiawan. 2015. Kesehatan Wanita, Gender, dan Permasalahannya. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Purba, Antilan. 2013. Stilistika Sastra Indonesia. Medan: USU Press.

Puspitawati, Herien. 2013. Konsep, Teori, dan Analisis Gender. Bogor: PT IPB Press.

Rahmawati, Ika. 2008. Pemahaman Guru dan Siswa Tentang Konsep Gender dan Implikasinya dalam Aktifitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

__________________. 2007. Sastra dan Cultural Studies Refresentasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riduwan, Akdon. 2007. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.


(34)

Rohmaniyah, Inayah. 2009. Gender dan Konstruksi Perempuan dalam Agama. Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-qur’an dan Hadist. Yogyakarta: UIN Kalijaga.

Sadli, Saparinah. 2000. Pemberdayaan Perempuan dalam Perspektif Hak Asasi Manusia. Bandung. Alumni

Subadi, Tjipto. 2010. Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia (Studi Kasus TKW Asal Jawa Tengah dengan Pendekatan Fenomenologi) The Indonesian Workers in Malaysia (A Case Study: The Female Workers from Central Java with a Fenomenology Approach). Jurnal Forum Geografi. Surakarta: FKIP dan Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Subono, Nur Iman. 2006. Ilmu Politik, Biasa Gender, dan Penelitian Feminis. Jurnal Perempuan. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sugihastuti, Suharto. 2015. Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugihastuti, Itsna Hadi Saptiawan. 2010. Gender&Inferioritas Perempuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suhra, Sarifa. 2013. Kesetaraan Gender dalam Perspektif Al-Quran dan Implikasinya Terhadap Hukum Islam. Jurnal Al-Ulum. STAIN Watampone.

Sumardjo, Jakob, Saini KM. 1988.Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Susanti, B.M, 2000. “Penelitian Tentang Perempuan Dari Pandangan

Androsentris ke Perspektif Gender”.Jurnal ISI. Yogyakarta. Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta: Caps.

Syuropati, Mohammad A & Agustina Soebachman. 2012. 7 Teori Sastra Kontemporer & 17 Tokohnya. Yogyakarta: IN Azna Books.

Tambayong, Yapi. 2013. Kamus Isme-Isme. Bandung. Nuansa Cendakia. Tarigan, Henry Guntur . 1985.Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa Tim Tim Gender Direktorat SMP. 2010. Kebijakan Pendidikan Berwawasan


(35)

247 Gender. Semarang: PNFI

Tong, Rosemarie Putnam. 2006. Feminist Thought. Yogyakarta: Jalasutra. Wallek&Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan.Jakarta: PT. Gramedia. Wiyatmi. 2012. Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya dalam Sastra

Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Yasa, I Nyoman. 2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung: Karya Putra Darwati.

Yudiono, KS. 2009. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Zaduqisti, Esti. 2009. Streotipe Peran Gender Bagi Pendidikan Anak. Jurnal Muwazah: STAIN Pekalongan.


(1)

242

5.2 Saran

1. Dinas Pendidikan diharapkan mampu memberikan konstribusi bahan bacaan sastra di sekolah-sekolah, baik tingkat SD, SMP, maupun SMA, terutama bahan bacaan yang sangat terkait dengan kehidupan bermasyarakat, agar dapat menambah pengetahuan dan pengalaman siswa dalam bersosialisasi di lingkungan masyarakat.

2. Sekolah Menengah Atas diharapkan menambah novel-novel terkini di perpustakaan yang bisa menjadi bahan bacaan sastra bagi siswa.

3. Lembaga-lembaga pendidikan hendaklah memanfaatkan novel-novel inspiratif, seperti dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata, novel Ibuk karya Iwan Setyawan, novel Ayah karya Andrea Hirata, novel Rantau Muara karya A. Fuadi, novel Aku Angin Engkaulah Samudera karya Tasaro GK, dan novel Pulang karya Tere Liye. Hal ini diharapkan akan memperbaiki minat membaca siswa.

4. Sekolah-sekolah hendaklah memberlakukan sistem“Hari Tanpa Gadget” kepada seluruh siswa dan mengubahnya menjadi “Sehari bersama buku-buku inspiratif”. Dengan memberlakukan hal semacam ini diharapkan siswa akan lebih termotivasi untuk membaca buku, khususnya buku-buku sastra.

5. Guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia hendaklah memfokuskan bahan bacaan yang memiliki pesan moral dan dekat dengan kehidupan bermasyarakat.


(2)

243

6. Guru diharapkan mampu merangsang minat baca siswa dengan cara memberikan bahan bacaan yang bermutu, seperti dwilogi novel Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas, dan mengajarkan siswa bagaimana cara mengambil hal-hal positif dalam novel tersebut.

7. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi masyarakat di daerah-daerah yang masih menganut paham patriarki, khususnya daerah Kampung Belitong.

8. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai langkah awal untuk meneliti lebih lanjut tentang perspektif gender yang tidak hanya terfokus pada karya sastra tetapi digunakan dalam kehidupan bermasyarakat saat ini, sehingga masyarakat dapat membedakan definisi antara seks dan gender.

9. Para peneliti sastra dan peminat kajian perempuan diharapkan dapat mengembangkan penelitian sejenis dengan sampel sastra yang lebih banyak dan menganalisis lebih mendalam serta memadukan dalam realita kehidupan.


(3)

244 DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin, Beni Ahmad Saebani. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Anwar, Ahyar. 2012. Teori Sosial Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Aryaningsih, dkk. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Membaca Sastra Indonesia dan Perangkat Penilaian Autentik Siswa Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 8 Denpasar. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Denpasar: Universitas Pendidikan Ganesha.

Aziez, Furqonul, Abdul Hasim. 2010. Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia.

Brooks, Ann. 2005. Posfeminisme & Cultural Studies. Yogyakarta: Jalasutra. Citrawan, I Wayan. 2013. Marginalisasi Guru Perempuan dalam Pengangkatan

Kepala Sekolah: Studi Kasus di SMPN 2 dan SMAN 6 Denpasar. Disertasi: UNUD.

Creswell, Jhon W. 2013. Reseach Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Edisi Ketiga: Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dalman, 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Damayanti, Fitria. 2015. Peran Kepemimpinan Wanita dan Keterlibatannya

dalam Bidang Politik di Indonesia. Jurnal Aspirasi. Indramayu. Fisip UNWIR.

Depdiknas. 2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminis Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Caps. _________________. 2013. Teori Kritik Sastra. Yogyakarta: Caps.

Fakih, Mansour. 2013. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(4)

Hirata, Andrea. 2010. Padang Bulan. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

____________.2010. Cinta di Dalam Gelas. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Hendrastuti, Retno. 2013. Sastra Terjemahan Sebagai Bahan Penunjang Pengajaran Sastra. Jurnal. Jateng: Balai Bahasa.

Kosasih, H.E. 2011.Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya Martinah, dkk. 2013. Perjuangan Perempuan dan Nilai Pendidikan Novel dalam

Air Mata Terakhir Bunda Karya Kirana Kejora dengan Pendekatan Feminisme. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra. UNS.

Moleong, Lexy.J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyaningsih, Ardania Tri. 2015. Perspektif Gender dalam Novel Cerita Cinta Enrico Karya Ayu Utami: Tinjauan Sastra Feminis dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nugroho, Taufan, Ari Setiawan. 2015. Kesehatan Wanita, Gender, dan Permasalahannya. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Purba, Antilan. 2013. Stilistika Sastra Indonesia. Medan: USU Press.

Puspitawati, Herien. 2013. Konsep, Teori, dan Analisis Gender. Bogor: PT IPB Press.

Rahmawati, Ika. 2008. Pemahaman Guru dan Siswa Tentang Konsep Gender dan Implikasinya dalam Aktifitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

__________________. 2007. Sastra dan Cultural Studies Refresentasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riduwan, Akdon. 2007. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.


(5)

246 Rohmaniyah, Inayah. 2009. Gender dan Konstruksi Perempuan dalam Agama.

Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-qur’an dan Hadist. Yogyakarta: UIN Kalijaga. Sadli, Saparinah. 2000. Pemberdayaan Perempuan dalam Perspektif Hak Asasi

Manusia. Bandung. Alumni

Subadi, Tjipto. 2010. Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia (Studi Kasus TKW Asal Jawa Tengah dengan Pendekatan Fenomenologi) The Indonesian Workers in Malaysia (A Case Study: The Female Workers from Central Java with a Fenomenology Approach). Jurnal Forum Geografi. Surakarta: FKIP dan Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Subono, Nur Iman. 2006. Ilmu Politik, Biasa Gender, dan Penelitian Feminis. Jurnal Perempuan. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sugihastuti, Suharto. 2015. Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugihastuti, Itsna Hadi Saptiawan. 2010. Gender&Inferioritas Perempuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suhra, Sarifa. 2013. Kesetaraan Gender dalam Perspektif Al-Quran dan Implikasinya Terhadap Hukum Islam. Jurnal Al-Ulum. STAIN Watampone.

Sumardjo, Jakob, Saini KM. 1988.Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Susanti, B.M, 2000. “Penelitian Tentang Perempuan Dari Pandangan

Androsentris ke Perspektif Gender”.Jurnal ISI. Yogyakarta. Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta: Caps.

Syuropati, Mohammad A & Agustina Soebachman. 2012. 7 Teori Sastra Kontemporer & 17 Tokohnya. Yogyakarta: IN Azna Books.

Tambayong, Yapi. 2013. Kamus Isme-Isme. Bandung. Nuansa Cendakia. Tarigan, Henry Guntur . 1985.Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa Tim Tim Gender Direktorat SMP. 2010. Kebijakan Pendidikan Berwawasan


(6)

Gender. Semarang: PNFI

Tong, Rosemarie Putnam. 2006. Feminist Thought. Yogyakarta: Jalasutra. Wallek&Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan.Jakarta: PT. Gramedia. Wiyatmi. 2012. Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya dalam Sastra

Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Yasa, I Nyoman. 2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung: Karya Putra Darwati.

Yudiono, KS. 2009. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Zaduqisti, Esti. 2009. Streotipe Peran Gender Bagi Pendidikan Anak. Jurnal Muwazah: STAIN Pekalongan.


Dokumen yang terkait

TOKOH MELAYU DALAM NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

3 41 81

NILAI MORAL DAN RELIGIUS DALAM NOVEL “AYAH” KARYA ANDREA HIRATA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN BACAAN SASTRA DI SMP.

26 179 26

PERSPEKTIF GENDER DALAM NOVEL CERITA CINTA ENRICO KARYA AYU UTAMI: TINJAUAN SASTRA FEMINIS DAN Perspektif Gender dalam Novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami: Tinjauan Sastra Feminis dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA.

0 4 19

KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL ALISYA KARYA MUHAMMAD MAKHDLORI: KAJIAN SASTRA FEMINISME DAN Ketidakadilan Gender Dalam Novel Alisya Karya Muhammad Makhdlori: Kajian Sastra Feminisme Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 5 11

PERSPEKTIF GENDERANDREA HIRATA : TINJAUAN Perspektif Gender Dalam Novel Cinta Di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata: Tinjauan Sastra Feminis Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 2 12

PENDAHULUAN Perspektif Gender Dalam Novel Cinta Di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata: Tinjauan Sastra Feminis Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 3 12

PERSPEKTIF GENDER DALAM NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: TINJAUAN SASTRA FEMINIS DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN Perspektif Gender Dalam Novel Cinta Di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata: Tinjauan Sastra Feminis Dan Implementasinya Sebagai

8 27 17

ASPEK BUDAYA DALAM NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Aspek Budaya Dalam Novel Cinta Di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 11

ASPEK BUDAYA DALAM NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Aspek Budaya Dalam Novel Cinta Di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 2 19

NOVEL DWILOGI PADANG BULAN DAN CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA (Kajian Psikologi Sastra, Nilai Pendidikan Karakter, dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra).

1 1 1