PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG DIBERI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN TGT DI SMPN 1 BATANG KUIS T.A. 2016/2017.

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
ANTARA SISWA YANG DIBERI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN TGT DI
SMPN 1 BATANG KUIS T.A. 2016/2017

Oleh :
Eva Kartika
NIM. 4123111021
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016

ii


RIWAYAT HIDUP

Eva Kartika dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Januari 1994. Merupakan
anak pertama dari pasangan suami istri Bapak Johnny Purba dan Ibu Saur Dame
Yerli Saragih. Pada tahun 2000, penulis bersekolah di SD Strada St. Maria dan
lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan studi di SMP Strada
St. Maria 1 dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan
studi di SMA Negeri 7 Tangerang dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012,
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN),
penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
ANTARA SISWA YANG DIBERI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN TGT DI SMPN 1 BATANG KUIS
T.A. 2016/2017
Eva Kartika (NIM. 4123111021)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah terdapat perbedaan kemampuan
pemecahan masalah matematis antara siswa yang diberi model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan siswa yang diberi model kooperatif tipe TGT di
kelas IX SMP Negeri 1 Batang Kuis T.A. 2016/2017 pada pokok bahasan luas
permukaan dan volume prisma dan limas, selain itu juga menyelidiki model
pembelajaran manakah yang lebih baik dalam meningkatkan kemampuan
tersebut. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh kelas IX SMP Negeri 1 Batang Kuis yang terdiri dari
9 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yang telah dipilih secara
acak yaitu kelas IX-7 (kelas eksperimen A) diajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelas IX-8 (kelas eksperimen B) diajar
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Instrumen penelitian ini
berupa pretest dan posttest yang berbentuk essay dan berjumlah 4 butir soal.
Setelah diberi perlakuan berbeda pada kedua kelas dan dilakukan posttest
diperoleh nilai rata-rata posttest kelas eksperimen A adalah 34 sedangkan pada
kelas eksperimen B sebesar 32,45. Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan
uji t dua pihak diperoleh thitung = 2,358 dan ttabel = 1,993 pada taraf signifikansi α =
0,05 dan dk = 74. Karena interval -1,993 > thitung > 1,993 tidak terpenuhi maka
ditolak dan

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Selanjutnya, ditinjau dari tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa kedua kelas dan berdasarkan ketuntasan klasikal menunjukkan bahwa kelas
yang menggunakan model pembelajaran STAD lebih baik daripada kelas yang
menggunakan model pembelajaran TGT. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada siswa yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pokok bahasan luas permukaan dan
volume prisma dan limas bagi siswa kelas IX SMP Negeri 1 Batang Kuis T.A.
2016/2017.

Kata Kunci : kemampuan pemecahan masalah matematis, kooperatif, STAD,
TGT

iv

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala kebaikan, penyertaan, kasih dan karunia-Nya yang memberikan kekuatan,
kesehatan, kesempatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat pada waktunya.
Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan TGT di
SMP Negeri 1 Batang Kuis T.A. 2016/2017”, yang disusun untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, antara
lain:
1.

Bapak Prof. Dr. H. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri
Medan

2.


Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan

3.

Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.S., M.Sc, selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Medan

4.

Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika

5.

Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Matematika


6.

Bapak Dr. H. Banjarnahor, M.Pd, selaku Pembimbing Skripsi penulis yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi arahan, bimbingan, dan
saran guna kesempurnaan skripsi ini

v

7.

Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd, selaku dosen Penasehat Akademik (PA)
yang telah membimbing dan memberi saran penulis selama perkuliahan

8.

Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, dan Ibu
Prihatin Ningsih Sagala, S.Pd, M.Si, sebagai Dosen Penguji yang telah
banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini

9.


Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika

10. Bapak Drs. Musimin, sebagai Kepala Sekolah yang telah mengizinkan
penulis untuk melaksanakan penelitian di SMPN 1 Batang Kuis
11. Bapak Wagimun, S.Pd, sebagai guru bidang studi matematika di SMPN 1
Batang Kuis dan peserta didik kelas IX-7 dan IX-8 atas kerjasama dan
kesediaannya dalam membantu pelaksanaan penelitian
12. Teristimewa rasa dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Johnny Purba dan
Ibunda Saur Dame Yerli Saragih untuk setiap untuk doa, kepercayaan,
dukungan dan nasehat yang tak pernah lelah diberikan kepada penulis, untuk
kasih sayang yang tak pernah berkurang, untuk harapan yang tak pernah
pudar, untuk perjuangan dan pengorbanan yang tak henti yang telah
dilakukan untuk penulis selama ini dan juga terima kasih untuk kerja keras
dalam memperjuangkan penulis sampai ke jenjang pendidikan ini
13. Untuk kedua adik saya Ruth Eprilli Purba dan Efraim Purba, untuk dukungan
dan semangat yang terus diberikan
14. Kepada keluarga besar saya terkhusus opung doli L. Saragih dan opung boru
T. Siregar yang juga tidak lelah memberikan doa, semangat, serta dukungan

15. Kepada teman seperjuangan saya Cinde Claudi Sihite dan Rita Malona ButarButar yang telah memberikan semangat, bantuan dan dukungan dalam
pengerjaan skripsi ini
16. Kepada sahabat-sahabat selama perkuliahan, terkhusus Yulitaria Marselina
Sihotang, Diamony Sri Hana Sirait, Venina Sinaga, Febri Yanti Hasibuan,
Saripa Wijaya Simorangkir, Denisha Noralita Siburian, Yusrina Azizah dan
semua teman-teman DIK C Matematika 2012 serta seluruh teman-teman di
Jurusan Matematika yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis,

vi

menjadi tempat berkeluh kesah, memberi semangat dan dukungan yang luar
biasa.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.

Medan,


September 2016

Penulis,

Eva Kartika
NIM. 4123111021

vii

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran

i

ii
iii
iv
vii
ix
x
xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Batasan Masalah
1.4 Rumusan Masalah
1.5 Tujuan Penelitian
1.6 Manfaat Penelitian
1.7 Definisi Operasional Variabel

1
8
8

9
9
10
10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika
2.1.2 Masalah dalam Matematika
2.1.3 Pemecahan Masalah Matematika
2.1.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
2.1.5 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD)
2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-GamesTournaments (TGT)
2.1.8 Perbandingan Teoritis antara Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dan TGT
2.1.9 Kajian Materi
2.2 Penelitian yang Relevan
2.3 Kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis Penelitian

12
14
16
18
20
23
26
31
33
36
38
40

viii

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Penelitian
3.2.2 Sampel Penelitian
3.3 Variabel Penelitian
3.4 Desain Penelitian
3.5 Prosedur Penelitian
3.6 Instrumen Penelitian
3.6.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
3.6.2 Validasi Ahli terhadap Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
3.6.3 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1 Menghitung Rata-rata Skor
3.7.2 Menghitung Standar Deviasi
3.7.3 Uji Normalitas
3.7.4 Uji Homogenitas
3.7.5 Uji Hipotesis

41
41
41
42
42
43
46
46
48
48
49
49
49
50
51
51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
4.1.1 Nilai Pretest Kelas Kooperatif Tipe STAD dan Kelas
Kooperatif Tipe TGT
4.1.2 Nilai Posttest Kelas Kooperatif Tipe STAD dan Kelas
Kooperatif Tipe TGT
4.2 Analisis Data Hasil Penelitian
4.2.1 Uji Normalitas Data
4.2.2 Uji Homogenitas Data
4.2.3 Uji Hipotesis
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

58
59
59
61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

67
67

Daftar Pustaka

69

54
54
56

ix

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Poin Kemajuan Individual
Tingkatan Penghargaan Tim pada STAD
Poin Turnamen untuk 3 Pemain
Tingkatan Penghargaan Tim pada TGT
Perbandingan Teoritis Antara Model Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD dan tipe TGT
Desain Penelitian
Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah
Kriteria Tingkat Penguasaan Siswa
Data Pre-test Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B
Data Post-test Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B
Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
pada Kelas Kooperatif Tipe STAD dan TGT
Ringkasan Rata-rata Nilai Pre-test dan Post-test Kedua Kelas
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data
Data Hasil Uji Homogenitas
Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Pre-test
Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Post-test

22
25
26
30
30
32
42
45
47
48
55
56
57
58
58
59
60
61

x

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 3.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2

Penempatan pada Meja Turnamen
Prisma Tegak Segitiga ABC.DEF
Jaring-jaring Prisma Tegak Segitiga ABC.DEF
Limas Segiempat Beraturan T.ABCD
Jaring-jaring Limas Segiempat Beraturan T.ABCD
Balok ABCD.EFGH
Prisma Segitiga ABD.EFH
Prisma Segitiga BCD.FGH
Kubus dengan Panjang Rusuk s
Limas Segiempat Beraturan
Skema Prosedur Penelitian
Diagram Data Pre-test Kelas STAD dan Kelas TGT
Diagram Data Post-test Kelas STAD dan Kelas TGT

29
33
33
34
34
35
35
35
35
35
45
55
57

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23
Lampiran 24
Lampiran 25
Lampiran 26
Lampiran 27
Lampiran 28
Lampiran 29
Lampiran 30

RPP Kelas Eksperimen A (I)
71
RPP Kelas Eksperimen A (II)
80
RPP Kelas Eksperimen B (I)
88
RPP Kelas Eksperimen B (II)
100
Lembar Aktivitas Siswa I
110
Kunci Jawaban Lembar Aktivitas Siswa I
113
Lembar Aktivitas Siswa II
115
Kunci Jawaban Lembar Aktivitas Siswa II
118
Daftar Validator Soal Pre-test dan Post-test
120
Kisi-kisi Soal Pre-test
121
Pre-test
122
Lembar Validasi Pre-test
123
Kunci Jawaban Pre-test
124
Kisi-kisi Soal Post-test
127
Post-test
128
Lembar Validasi Post-test
129
Kunci Jawaban Post-test
130
Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah
133
Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas STAD 134
Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas TGT
136
Perhitungan Rata-Rata, Varians dan Standar Deviasi
138
Hasil Uji Normalitas Data
141
Hasil Uji Homogenitas Data
145
Hasil Uji Hipotesis
147
Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa 151
Dokumentasi Penelitian
155
Tabel Distribusi z (Normal Baku)
161
Daftar Nilai Kritis Uji Liliefors
164
Tabel Distribusi Nilai F
165
Tabel Titik Kritis Distribusi T
167

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Mendidik sebagai suatu upaya untuk membentuk sumber daya manusia

yang berkualitas dan berdedikasi tinggi memerlukan suatu pendukung yaitu mutu
pendidikan. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini masih cenderung rendah bila
dibandingkan dengan negara-negara maju di dunia. Meskipun perkembangan
pendidikan di Indonesia sebenarnya sudah sangat baik. Berbagai kebijakan telah
ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dengan melakukan perbaikan
semua komponen pendidikan baik kurikulum, peningkatan kualitas guru, maupun
sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar untuk dapat
meningkatkan mutu pendidikan. Akan tetapi harus selalu dilakukan perbaikanperbaikan dalam proses pendidikan untuk mendapatkan mutu pendidikan yang
lebih baik lagi.
Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir,
berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsurunsurnya logika dan intuisi, analisis dan kontruksi, generalitas dan individualitas,
serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan
analisis (Uno dan Hamzah, 2008). Di dalam dunia pendidikan, matematika adalah
salah satu ilmu dasar yang penting untuk diajarkan kepada siswa karena
matematika dapat melatih seseorang (siswa) berfikir logis, bertanggung jawab,
memiliki kepribadian yang baik, dan keterampilan menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa matematika memegang
peranan penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia. Cornelius
(dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan lima alasan perlunya belajar
matematika :
“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.”

1

2

Mengingat pentingnya peranan matematika, maka pelajaran matematika
diberikan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari prasekolah (TK), SD, SMP,
SMA, sampai pada perguruan tinggi. Bahkan pelajaran matematika dijadikan
salah satu tolok ukur kelulusan siswa di sekolah melalui ujian nasional.
Akan tetapi, pada kenyataannya dari berbagai bidang studi di sekolah,
matematika merupakan bidang studi yang dianggap sulit dan menakutkan oleh
para siswa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Setyono (dalam Surya dan
Rahayu, 2014) bahwa meskipun matematika merupakan ilmu yang sangat
mendasar, tetapi bagi sebagian besar siswa, atau siapa pun yang pernah
bersekolah, matematika merupakan sesuatu yang menakutkan dan sangat sulit.
Hal ini menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Suhendri (2006)
bahwa secara klasikal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa belum
mencapai taraf ketuntasan belajar, selain itu juga hasil penelitian Sutrisno (2012)
menunjukkan bahwa hasil belajar kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa secara klasikal belum tuntas (Surya dan Rahayu, 2014).
Kemampuan

pemecahan

masalah

merupakan

proses

menerapkan

pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum
dikenal. Metode pemecahan masalah adalah suatu cara pembelajaran dengan
menghadapkan siswa kepada suatu masalah untuk dipecahkan atau diselesaikan.
Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan dan
tujuan yang harus dicapai. Pemecahan masalah sebagai pendekatan digunakan
untuk menemukan dan memahami materi atau konsep matematika. Sedangkan
pemecahan

masalah

sebagai

tujuan

diharapkan

agar

siswa

dapat

mengidentifikasikan unsur yang diketahui, ditanya serta kecukupan unsur yang
diperlukan, merumuskan masalah dan menjelaskan hasil sesuai dengan
permasalahan asal. Dalam pemecahan masalah siswa didorong dan diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk berinisiatif dan berpikir sistematis dalam
menghadapi suatu masalah dengan menerapkan pengetahuan yang didapat
sebelumnya. Polya menggambarkan kemampuan pemecahan masalah yang harus
dibangun siswa meliputi kemampuan siswa memahami masalah, merencanakan

3

penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana dan memeriksa kembali
prosedur hasil penyelesaian.
Nuh (dalam Ibrahim dan Hidayati, 2014) mengungkapkan bahwa hasil
riset TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study)
menunjukkan siswa Indonesia berada pada rangking amat rendah dalam
kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori, analisis dan
pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan (4)
melakukan investigasi. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika
yang ada di Indonesia belum mengarah untuk membantu mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Pernyataan ini juga didukung
dari hasil tes yang dilakukan peneliti pada saat observasi berupa pemberian tes
kemampuan pemecahan masalah sebanyak dua soal kepada siswa SMP Negeri 1
Batang Kuis di kelas IX. Salah satu soal yang digunakan yaitu:
Sebuah dus kemasan coklat memiliki alas berbentuk trapesium samakaki
dengan panjang sisi-sisi sejajarnya adalah 12 cm dan 20 cm, serta tinggi
trapesium 3 cm. Jika luas dus kemasan coklat 432 cm2, hitung volume dus
kemasan coklat itu!
Berdasarkan hasil survei peneliti, dari 35 siswa yang mengikuti tes hanya
34,3% yang dapat memahami soal, 11,4% yang dapat merencanakan strategi
penyelesaian masalah, dan 0% yang dapat melaksanakan pemecahan masalah.
Berikut ini adalah hasil pengerjaan beberapa kesalahan siswa sesuai tahaptahap pemecahan masalah dalam menyelesaikan tes yang diberikan.
No.

1.

Hasil Pekerjaan Siswa

Kesalahan yang Terlihat

- Kesalahan
penulisan
yang
diketahui dan ditanyakan dari
soal
- Tidak mampu menyusun strategi
pemecahan masalah akibatnya
salah menggunakan rumus

4

- Tidak
menuliskan
yang
diketahui dan ditanyakan dari
soal
- Tidak mampu menyusun strategi
penyelesaian masalah
- Salah mengerjakan penyelesaian
soal

2.

Berdasarkan hasil jawaban tes yang diberikan sebagian besar siswa tidak
mampu

merencanakan

penyelesaian

masalah.

Siswa

tidak

mampu

menghubungkan data yang diketahui dengan data yang ditanyakan. Hal ini
berakibat siswa juga tidak mampu menyelesaikan masalah. Dari data ini terlihat
jelas bahwa dari aspek merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan
masalah dan memeriksa prosedur tingkat penguasaan siswa masih rendah. Dari
beberapa uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa siswa masih kurang
terampil dalam memecahkan masalah matematika, sehingga menyebabkan
rendahnya kemampuan siswa memecahkan masalah matematika.
Kemampuan pemecahan masalah matematis perlu mendapatkan perhatian
karena merupakan kemampuan yang diperlukan dalam belajar. Seperti yang
dinyatakan oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (dalam
Surya dan Rahayu, 2014) bahwa dalam pembelajaran matematika siswa harus
memiliki kemampuan matematis, yaitu kemampuan komunikasi, pemecahan
masalah, penalaran, koneksi, dan representasi matematika untuk mencapai tujuan
pembelajaran matematika. Kemampuan pemecahan masalah matematika dapat
mendorong siswa dalam belajar bermakna dan belajar kebersamaan, selain itu
dapat membantu siswa dalam menghadapi permasalahan keseharian secara umum.
Dengan demikian pemecahan masalah matematika memiliki peran yang cukup
besar bagi siswa. Akan tetapi kegiatan pemecahan masalah dalam proses
pembelajaran belum menjadi kegiatan utama sehingga masih banyak siswa yang
merasa kesulitan dan merasa menderita menghadapi pemecahan masalah.

5

Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa, hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa melakukan
kegiatan pembelajaran seperti memberikan latihan-latihan soal dan memecahkan
masalah-masalah matematika yang ada. Mengajarkan pemecahan masalah akan
memberikan banyak manfaat dan memberikan dampak yang sangat penting
seperti yang dikemukakan oleh Hudojo (2005 : 130) :
“Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan
siswa itu menjadi lebih analitik di dalam mengambil keputusan di dalam
kehidupan. Dengan perkataan lain, bila seorang siswa dilatih untuk
menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan mampu mengambil
keputusan sebab siswa itu menjadi mempunyai keterampilan tentang
bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis
informasi, dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang
telah diperolehnya.”
Selain kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, rendahnya
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa juga disebabkan oleh kurang
tepatnya orientasi pembelajaran matematika di sekolah. Nur menyatakan bahwa
pembelajaran matematika di Indonesia pada umumnya masih berada pada
pembelajaran matematika konvensional yang banyak ditandai oleh strukturalistik
dan mekanistik dan berpusat pada guru (Ibrahim dan Hidayati, 2014).
Selain itu, guru juga kurang memperhatikan aktivitas dan keterlibatan
siswa selama proses pembelajaran. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Trianto
(2012:5) bahwa proses pembelajaran selama ini masih memberikan dominasi guru
dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri. Hal ini
mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa hanya terbatas pada apa
yang telah diajarkan oleh guru saja sehingga kemampuan siswa untuk
mengkomunikasikan ide-ide dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya
tidak berkembang secara optimal. Selanjutnya, Murni, dkk (dalam Ibrahim dan
Hidayati, 2014) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran guru tidak
mengorganisasikan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok heterogen, sehingga
interaksi dan komunikasi antar siswa dalam pembelajaran tidak terlaksana dengan
baik. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan
kemampuannya

untuk

menyelesaikan

permasalahan

matematika

yang

6

dihadapinya, sehingga mengakibatkan rendahnya kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
Pada proses pembelajaran, keberhasilan pembelajaran sangat besar
dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan
menggunakan

model

pembelajaran.

Oleh

sebab

itu,

pemilihan

model

pembelajaran yang tepat merupakan tuntutan yang harus dipenuhi guru untuk
terciptanya pembelajaran yang aktif dan bermakna, sehingga keberhasilan
pembelajaran dapat tercapai.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif yaitu belajar mengajar dengan jalan menempatkan
beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau
beberapa tugas. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang
berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atas
tugas-tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif
siswa dapat belajar untuk menghargai satu sama lain (Ibrahim, 2000:57). Pada
pembelajaran kooperatif siswa percaya bahwa keberhasilan mereka akan tercapai
jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Tujuan kelompok tidak hanya
menyelesaikan tugas yang diberikan, tetapi juga memastikan bahwa setiap
kelompok menguasai tugas yang diterimanya. Seperti dikemukakan oleh Ibrahim,
dkk (2000:7) bahwa:
“Beberapa ahli berpendapat bahwa model kooperatif unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang
model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar
akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.”
Maka dari itu pembelajaran kooperatif diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Karena antar siswa
dalam kelompok kooperatif dapat saling membantu temannya dengan bahasanya
sendiri yang lebih mudah dipahami daripada penjelasan dari guru.
Ada berbagai jenis model pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

7

dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournaments).
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu strategi belajar yang
menghendaki siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4 – 5 siswa yang
kemampuan akademisnya tinggi, sedang dan rendah. Tiap siswa dalam kelompok
memiliki tugas berbeda. Hampir serupa dengan STAD, dalam model
pembelajaran kooperatif tipe TGT juga dibentuk kelompok-kelompok kecil dalam
kelas yang terdiri 4-5 siswa yang heterogen, baik prestasi akademik, jenis
kelamin, ras ataupun etnis. Dalam TGT digunakan turnamen akademik di mana
siswa berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim yang lain
yang mencapai hasil atau prestasi serupa pada waktu lalu (Slavin, 1995: 84).
Kedua model pembelajaran ini mempunyai persamaan yaitu membagi
kelas dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang
heterogen. Masing-masing anggota kelompok dituntut untuk menguasai materi
dan mampu menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. Langkah-langkah
aktivitas pembelajarannya pun hampir sama. Perbedaannya, dalam STAD
digunakan kuis untuk mengukur perkembangan belajar siswa, sedangkan dalam
TGT digunakan game dan turnamen di mana siswa berkompetisi sebagai wakil
dari timnya melawan anggota tim yang lain. Adanya perbedaan perlakuan
pembelajaran tersebut akan berdampak pada kemampuan pemecahan masalah
siswa.
Model pembelajaran STAD dan TGT merupakan dua model pembelajaran
kooperatif yang selain dapat membuat siswa lebih aktif, juga dianggap dapat
membangkitkan ketertarikan siswa terhadap materi matematika sehingga
meningkatkan rasa ingin tahu siswa untuk dapat menyelesaikan suatu masalah,
mendorong kerjasama antar siswa untuk saling membantu dalam memahami suatu
masalah, menyusun strategi, dan mencari penyelesaian masalah, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Hal ini didukung oleh
pendapat Widyantini (2008:17) bahwa materi-materi dalam Standar Isi yang
diharapkan akan berhasil secara optimal dengan pembelajaran model STAD
adalah materi-materi yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Demikian pula
yang diharapkan dari model TGT karena kedua model ini memiliki langkah-

8

langkah aktivitas pembelajaran yang hampir sama. Selain itu, peneliti tertarik
meneliti kedua model ini karena ingin mengetahui seberapa besar perbedaan
kedua model pembelajaran tersebut apabila diterapkan dalam pembelajaran
matematika pada pokok bahasan yang sama yaitu luas permukaan dan volume
prisma dan limas.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul : “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan TGT di SMP
Negeri 1 Batang Kuis T.A. 2016/2017”.

1.2

Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai

berikut :
1.

Siswa menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan
menakutkan.

2.

Hasil belajar matematika siswa rendah karena kurangnya aktivitas dan
keterlibatan siswa selama proses pembelajaran.

3.

Siswa kurang mampu menerapkan konsep dalam memecahkan masalah
matematika.

4.

Model pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran matematika
kurang tepat.

5.

Pentingnya

pemecahan

masalah

ditanamkan

pada

siswa

untuk

menciptakan pembelajaran bermakna dan membantu siswa dalam
menghadapi permasalahan keseharian secara umum.

1.3

Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu

adanya pembatasan masalah agar lebih terfokus dan terarah. Masalah dalam
penelitian ini dibatasi pada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT pada pokok

9

bahasan luas permukaan prisma dan limas di kelas IX SMP Negeri 1 Batang Kuis
T.A. 2016/2017.

1.4

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang
menggunakan model kooperatif tipe TGT di kelas IX SMP Negeri 1 Batang Kuis
T.A. 2016/2017. Dari rumusan masalah ini peneliti merinci menjadi pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis
antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan siswa yang diberi model kooperatif tipe TGT di kelas IX SMP
Negeri 1 Batang Kuis T.A. 2016/2017?
2. Model pembelajaran manakah yang lebih efektif terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa kelas IX SMP Negeri 1 Batang Kuis
T.A. 2016/2017 antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT?

1.5

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menyelidiki apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah
matematis antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan siswa yang diberi model kooperatif tipe TGT di kelas IX
SMP Negeri 1 Batang Kuis T.A. 2016/2017.
2. Menyelidiki model pembelajaran manakah yang lebih baik dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas IX
SMP Negeri 1 Batang Kuis T.A. 2016/2017 antara model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

10

1.6

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Bagi Peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan peneliti khususnya
yang terkait dengan penelitian yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan tipe TGT

2.

Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi atau masukkan
tentang model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa.

3.

Bagi Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan dan penyempurnaan
program pengajaran matematika di sekolah.

4.

Bagi Siswa
Dapat menumbuhkan semangat kerjasama antar siswa, meningkatkan
motivasi dan daya tarik siswa terhadap matematika sebagai upaya
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

1.7

Definisi Operasional Variabel
Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:

a.

Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kesanggupan yang
dimiliki oleh seseorang (siswa) dalam menemukan penyelesaian dari
masalah matematika dengan memperhatikan langkah-langkah pemecahan
masalah untuk menemukan jawaban, yaitu: a) memahami masalah, b)
merencanakan penyelesaian masalah, c) melaksanakan penyelesaian
masalah sesuai rencana, dan d) memeriksa kembali hasil penyelesaian.

b.

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen
secara kolaboratif yang bertujuan untuk merangsang siswa lebih bergairah
dalam belajar.

11

c.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievment
Division) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana, dalam proses pembelajarannya menggunakan kelompokkelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4 – 5 orang yang
heterogen, dan memiliki lima komponen utama, yakni presentasi kelas,
tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim.

d.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournaments)
adalah

model

pembelajaran

kooperatif

yang

dalam

proses

pembelajarannya menggunakan kelompok yang terdiri dari 4 – 5 orang
siswa secara heterogen, dengan komponen-komponennya yaitu presentasi
kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

1.

Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis antara
siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa
yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe TGT di kelas IX SMP
Negeri 1 Batang Kuis T.A. 2016/2017.

2.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif dibandingkan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa, hal ini berdasarkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih baik daripada siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT di kelas IX SMP Negeri 1 Batang Kuis
T.A. 2016/2017.

5.2

Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat peneliti ajukan

antara lain sebagai berikut:
1.

Kepada guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD ataupun TGT sebagai salah satu alternatif dalam
kegiatan pembelajaran serta model pembelajaran yang diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2.

Karena model pembelajaran STAD dan TGT masih tergolong baru dalam
pelaksanaannya, maka dibutuhkan waktu untuk penyesuaian sehingga
kekurangan yang terjadi pada saat pembelajaran akan terkurangi jika siswa
sudah mulai terbiasa dengan penerapan metode pembelajaran tersebut.

3.

Sebaiknya TGT dilaksanakan untuk kelas kecil (antara 20-25 siswa)
sehingga pembelajaran lebih efektif.

67

68

4.

Untuk mengantisipasi waktu pembelajaran yang lebih lama dari yang telah
direncanakan, guru harus memberikan batasan waktu yang jelas untuk
setiap kegiatan pembelajaran.

5.

Bagi calon peneliti yang akan menggunakan model pembelajaran
kooperatif dalam penelitiannya, pembagian kelompok sebaiknya juga
didasari atas saran dari guru kelas dan peserta didik sendiri untuk
menghindari risiko ketidakcocokan pada kelompok dan perbedaan
kemampuan yang mencolok yang mengakibatkan pembelajaran menjadi
tidak efektif.

6.

Bagi guru/calon peneliti yang ingin menerapkan model pembelajaran ini
pada materi bangun ruang seperti prisma dan limas dapat mencoba
menggunakan bantuan alat peraga, software, atau video pembelajaran
untuk menambah daya tarik dan meningkatkan minat siswa dalam belajar.

69

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Amrozi, Soetarno, dan Suharno, (2014), Penerapan Pembelajaran Matematika
dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments
(TGT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas XI TSP SMK Negeri 1 Nganjuk, Jurnal Teknologi Pendidikan dan
Pembelajaran 2(3): 295-310.
Arikunto, Suharsimi, (2006), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta.
------------------------, (2009), Prosedur Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Herlina, Gunowibowo, Pentatito, dan Coesamin, M., (2013), Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Pemahaman Konsep Matematika (Studi Pada Siswa Kelas VII.2 Semester
Ganjil SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2012/2013), Jurnal
Pendidikan Matematika 2(2): 148-152.
Hidayah, Umi, (2014), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa SMP Negeri 2 Tanjung Pura T.A 2013/2014, Jurnal
Pendidikan Matematika Paradikma 7(1): 35-46 .
Hudojo, Herman, (1988), Belajar Mengajar Matematika, Depdikbud P2LPTK,
Jakarta.
---------------------, (2005), Pengembangan Kurikulum
Matematika, Penerbit UM Press, Malang

dan

Pembelajaran

Ibrahim, M. H., dkk., (2000), Pembelajaran Kooperatif, UNESA University
Press, Surabaya.
Ibrahim, Hidayati, N., (2014), Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa SMA Negeri
1 Seyegan, Jurnal AgriSains 5(2): 115-136.
Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif, Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta.

70

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Kholidi, Muhammad dan Saragih, Sahat, (2012), Peningkatan Kemampuan
Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA melalui
Pembelajaran Kooperatif, Jurnal Pendidikan Matematika Paradigma 5(2):
166-185.
Nasir, M., (2009), Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Bandung.
Nuharini, Tri dan Wahyuni, Dewi, (2008), Matematika Konsep dan Aplikasinya:
untuk SMP/MTs Kelas VIII, Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta.
Rusman, (2011), Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Penerbit PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Sardiman, A.M., (2006), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT Raja
Gravindo Persada, Jakarta.
Slavin, Robert E., (2005), Cooperative Learning, Penerbit Nusa Media, Bandung.
Sudjana., (2008), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.
Suparno, Paul, (1997), Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Surya, Edi, dan Rahayu, Riska, (2014), Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Ar-Rahman Percut Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division
(STAD), Jurnal Pendidikan Matematika Paradikma 7(1): 24-34.
Suryosubroto, (1997), Hakekat Inovasi Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta,
Bandung.
Taniredja, Tukiran, dkk, (2013), Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif,
Penerbit Alfabeta, Bandung.
Trianto,
(2007),
Model-model
Pembelajaran
Inovatif
Konstruktivistik, Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta.

Berorientasi

--------, (2012), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Penerbit
Kencana, Jakarta.