UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATERI EKSPONEN KELAS X SMA NEGERI 1 TANJUNG TIRAM TAHUN AJARAN 2015/2016.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE PADA MATERI EKSPONEN KELAS X
SMA NEGERI 1 TANJUNG TIRAM
TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh:
Hadi Dayat
NIM. 409411011
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016


iii

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ME L AL UI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATERI EKSPONEN KELAS X
SMA NEGERI 1 TANJUNG TIRAM
TAHUN AJARAN 2015/2016
Hadi Dayat (NIM : 409411011)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
pemecahan masalah siswa setelah diterapkan model Kooperatif Learning Tipe
Think Pair Share di kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Tiram. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Tiram yang
berjumlah 30 orang yang terdiri dari 1 kelas. Objek penelitian ini adalah
meningkatkanhasil belajar siswa melalui penerapan model Kooperatif Learning
Tipe Think Pair Share di kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Tiram.
Soal tes hasil belajar berbentuk uraian, setiap siklus dilakukan satu kali tes
hasil belajar. Dari hasil tes awal di kelas X diperoleh persentase ketuntasan
klasikal sebesar 20% dengan rata-rata 46,5, pada siklus I (kelas X) terjadi

peningkatan persentase ketuntasan klasikal sebesar 63,3% dengan nilai rata-rata
69,167 dan pada siklus II (kelas X) terjadi peningkatan persentase ketuntasan
klasikal sebesar 90% dengan rata-rata 78,833. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan oleh observer, diperoleh pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan
guru pada siklus I dapat dikatakan termasuk kategori baik. Pada siklus II, tingkat
kemampuan peneliti mengelola pembelajaran termasuk kategori sangat baik.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Tiram
sehingga pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Think Pair Share dapat
dijadikan salah satu altenatif pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar
siswa dalam belajar matematika.

vi

DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Pengesahan

i


Riwayat Hidup

ii

Abstrak

iii

Kata Pengantar

iv

Daftar Isi

vi

Daftar Gambar

ix


Daftar Tabel

x

Daftar Lampiran

xii

BAB I PENDAHULUAN

1

1.1. Latar Belakang Masalah

1

1.2. Identifikasi Masalah

8


1.3. Batasan Masalah

9

1.4. Rumusan Masalah

9

1.5. Tujuan Penelitian

9

1.6. Manfaat Penelitian

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

11


2.1. Kerangka Teoritis

11

2.1.1. Pengertian Belajar

11

2.1.2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

12

2.1.3. Hasil Belajar

15

2.1.4. Belajar Mengajar Matematika

18


2.1.5. Uraian Materi Eksponen

20

2.1.6. Strategi Pembelajaran Think Pair Share

22

2.2.Kerangka Konseptual

23

2.3Hipotesis

25

vii

BAB III METODE PENELITIAN


26

3.1. Jenis Penelitian

26

3.2.Lokasi Penelitian

26

3.3.Subjek Dan Objek Penelitian

26

3.3.1. Subjek Penelitian

26

3.3.2. Objek Penelitian


26

3.4. Prosedur Penelitian

26

3.5. Alat Pengumpul Data

30

3.6. Tenik Analisis Data

31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

35

4.1. Hasil dan Pembahasan Siklus I


35

4.1.1. Permasalahan

35

4.1.2.Alternatif Pemecahan I ( Rencana Tindakan Siklus I )

37

4.1.3. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

38

4.1.4. Observasi I

40

4.1.5. Analisis Data I


41

4.1.6. Refleksi I

45

4.2. Hasil dan Pembahasn Pada Siklus II

46

4.2.1 Permasalahan II

46

4.2.2. Alternatif Pemecahan II

46

4.2.3. Pelaksanaan Tindakan II

47

4.2.4. Observasi II

49

4.2.5. Analisis Data II

51

4.2.6.Refleksi II

56

4.3. Temuan Penelitian

56

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian

58

viii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

61

5.1. Kesimpulan

61

5.2. Saran

62

DAFTAR PUSTAKA

63

x

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1

Langkah-Langkah Utama Dalam Pembelajaran
Kooperatif

14

Tabel 4.1

Nilai Hasil Belajar Pada Tes Awal

35

Tabel 4.2

Hasil Observasi Siklus I

40

Tabel 4.3

Tabel Nilai Hasil Belajar I

42

Tabel 4.4

Nilai Tes Hasil Belajar I

43

Tabel 4.5

Hasil Observasi Siklus I

49

Tabel 4.6

Nilai Hasil Belajar II

50

Tabel 4.7

Nilai Tes Hasil Belajar II

52

Tabel 4.8

Perkembangan Hasil Belajar Siklus I Dan Siklus II

54

x

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1

Kesalahpahaman Pada Operasi Bilangan Bulat

3

Gambar 1.2

Kesalahpahaman Siswa Pada Bilangan Berpangkat

3

Gambar 1.3

Siswa Belum Paham Konsep

3

Gambar 1.4

Siswa Belum Paham Pada Konsep Perpangkatan

4

Gambar 3.1

Penelitian Tindakan Kelas

30

Gambar 4.1

Diagram Nilai Rata- Rata Tes Hasil Belajar Siswa

58

Gambar 26.1 Lokasi Penelitian

131

Gambar 26.2 Siswa Mengerjakan Tes Kemampuan Awal

131

Gambar 26.3 Siswa Mengerjakan LAS dalam kelompok

132

Gambar 26.4 Siswa Pada Tahap Think

132

Gambar 26.5 Siswa Pada Tahap Pair

133

Gambar 26.6 Siswa Pada Tahap Share

133

Gambar 26.7 Peneliti Mengawasi Siswa Mengerjakan LAS

134

Gambar 26.8 Seorang Siswa Mengerjakan Hasil Diskusi

134

Gambar 26.9 Peneliti Menjelaskan Lembar Aktifitas Siswa

135

Gambar 26.10 Siswa Mengerjakan Tes Eksponensial Hari I

135

Gambar 26.11 Peneliti Mengawasi Siswa Menegerjakan Tes
Eksponensial Hari I

136

Gambar 26.12 Siswa mengerjakan Tes Eksponensial Hari II

136

Gambar 26.13 Observator Sedang Mengobservasi Guru (Peneliti)

137

Gambar 26.14 Observer Sedang Mengobservasi Guru (Peneliti)

137

x

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I

Lampiran 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II

Lampiran 3

Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I)

Lampiran 4

Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II)

Lampiran 5

Kunci Jawaban LAS I

Lampiran 6

Kunci Jawaban LAS II

Lampiran 7

Lembar Tes Awal

Lampiran 8

Lembar Tes Eksponensial Hari I

Lampiran 9

Lembar Tes Eksponensial Hari II

Lampiran 10

Kunci Jawaban Tes Awal

Lampiran 11

Kunci Jawaban Tes Eksponensial Hari I

Lampiran 12

Kunci Jawaban Tes Eksponensial Hari II

Lampiran 13

Pedoman Penskoran Tes Awal

Lampiran 14

Pedoman Penskoran Tes Eksponensial Hari I

Lampiran 15

Pedoman Penskoran Tes Eksponensial Hari II

Lampiran 16

Kisi – Kisi Tes Eksponensial

Lampiran 17

Lembar Validitas Soal Tes Awal

Lampiran 18

Lembar Validitas Soal Tes Eksponensial Hari I

Lampiran 19

Lembar Validitas Soal Tes Eksponensial Hari II

Lampiran 20

Lembar Observasi Kegiatan Guru ( Siklus I)

Lampiran 21

Lembar Observasi Kegiatan Guru ( Siklus II)

Lampiran 22

Lembar Observasi Siswa ( Siklus I )

Lampiran 23

Lembar Observasi Siswa ( Siklus II)

Lampiran 24

Dokumentasi penelitian

Lampiran 25

Lembar Wawancara

Lampiran 26

Hasil Wawancara

Lampiran 27

Jadwal Kegiatan

Lampiran 28

Lembar Validator

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan mampu membimbing dan
membawa manusia keluar dari kegelapan, dan kebodohan. Selain itu, pendidikan
memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan mampu berkompetensi dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber
daya manusia.sedangkan kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas
pendidikan
Menurut Hamalik ( 2001:1) bahawa:” Pendidikan merupakan bagian
integral dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan harus
dirancang dan dilaksanakan dalam kaitan yang harmonis dan selaras dengan
aspirasi dan kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat. Peranan Pendidikan di
dalam menjamin keberlangsungan pembangunan nasional yang dilaksanakan
oleh suatu bangsa sangat penting sekali, karena hanya lewat pendidikan itulah
dapat dihasilkan manusia yang berkualitas, intelek dan mempunyai
kemampuan yang tinggi untuk melaksanakan pembangunan bangsa”.
Pemilihan dan pelaksanaan metode mengajar yang tepat oleh guru akan
membantu guru dalam menyampaikan pelajaran matematika.
Namun pada kenyataanya hasil pembelajaran matematika masih
memprihatinkan. Hal ini terlihat dari rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa.
Hadi (http://www.depdiknas.go.id.com) mengungkapkan:
”Mata pelajaran matematika masih merupakan penyebab utama siswa
tidak lulus UAN 2007. dari semua peserta yang tidak lulus sebanyak
24,44% akibat jatuh dalam mata pelajaran Matematika, sebanyak 7,69%
akibat pelajaran Bahasa Inggris, dan 0,46% akibat mata pelajaran Bahasa
Indonesia”.

2

Laporan dari TIMSS (http://www.agmi.or.id, 2006):
”Jumlah jam pengajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak
dibandingkan Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, siswa kelas 8
di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika.
Sementara di Malaysia hanya mendapat 120 jam dan Singapura 112 jam.
Namun, hasil penelitian yang dipublikasikan di Jakarta pada 21
Desember 2006 itu menyebutkan, prestasi Indonesia berada jauh di
bawah kedua negara tersebut. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya
menembus skor rata-rata 411. Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan
Singapura 605 (400= rendah, 475 =menengah, 550 = tinggi, dan 625 =
tingkat lanjut)".Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar
matematika peserta didik, salah satunya adalah ketidaktepatan
penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru di kelas.
Kenyataannya menunjukkan selama ini kebanyakan guru menggunakan
model pembelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi
guru”.
Hal ini juga seperti yang diungkapkan Lie (2008:3):
”Paradigma lama adalah guru memberikan pengetahuan kepada siswa
yang pasif. Banyak guru dan dosen masih menganggap paradigma lama
ini sebagai satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode
ceramah dan mengaharapkan siswa Duduk, Diam, Dengar, Catat, Hafal
(3DCH) serta mengadu siswa satu sama lainnya”.

Menurut pengalaman peneliti, pada program penglaman terpadu(PPLT) tahun
2013 ditemukan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi
eksponen. Kebanyakan siswa menganggap bahwa perkalian dan eksponen
merupakan adalah hal yang sama.Hal ini menunjukkan ketidakpahaman siswa
terhadap eksponen dan perkalian .
Kesulitan siswa Pada Pembelajaran Matematika
Penyebab kesulitan siswa pada materi perpangkatan bilangan berpangkat:
1. Diperlukan kecerdasan yang tinggi
2. Kemampuan berhitung
3. Jawaban yang benar

3

Kesulitan siswa pada materi perpangkatan bilangan berpangkat
1. Siswa belum paham pada mengoprasikan bilangan bulat (x, : ,+, -)
Masih terdapat kesalahan pada siswa dalam materi oprasi bilangan bulat
yang akan berpengaruh pada pengerjaan soal perpangkatan bilangan berpangkat.

Gambar 1.1.
Pada pengerjaan di atas kekurang telitian siswa dalam mengoperasikan
eksponen dalam bentuk aljabar. Kekurang telitian siswa pada perkalian pangkat -1
dikali m peserta didik menjawab -1 seharusnya –m.

Gambar 1.2
Masih terdapat kesalahan pada pengerjaan soal diatas karena peserta didik
mencampur adukkan sifat penjumlahan eksponen dan sifat perkalian. m(m+1)
hasil pengerjaan siswa (2m+1),peserta didik belum paham akan perkalian ini
karena dia menganggap m dan m itu dijumlahkan bahkan disini m dan m
dikalikan,hasil dari perkalian m(m+1) adalah (m2+m)
2. Siswa belum paham pada konsep eksponen
Contoh:
Siswa belum paham dengan konsep

Gambar 1.3

4

Siswa menganggap bahwa bilangan yang dipangkatkan 0 adalah bilangan
itu sendiri (m0 = m). Pekerjaan siswa ini belum paham akan konsep awal tentang
perpangkatan bahkan biasanya konsep ini sudah diajarkan sebelum membahas
tentang perpangkatan bilangan berpangkat.
3. Siswa belum paham pada konsep perpangkatan bilangan berpangkat
Contoh:
Siswa menganggap bahwa m bila dipangkatkan dengan n dan dipangkatkan
dengan nol nilainya sama dengan mn

(mn)0 = mn

Gambar 1.4
Berdasarkan jawaban diatas siswa melakukan kesalahan (m5)0= m5, (n7)0=
n , (m ) = m1
Berdasarkan uraian diatas kesalahan siswa pada perpangkatan bilangan
berpangkat karena kurang paham konsep sebelumnya, untuk mengatasi kesulitan
siswa pada perpangkatan bilangan berpagkat peserta didik menggunakan
pendekatan konsep dengan metode latihan.
Perkalian merupakan sistem operasi penjumlahan berulang sedangkan
7

1 0

eksponen merupakan sistem operasi perkalian berulang.
Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh diharapkan
siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstraksi
ini, siswa dilatih untuk membuat pikiran, terkaan, atau kecenderungan
berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui
contoh-contoh khusus (generalisasi).
Guru merupakan faktor penentu terhadap berhasilnya proses pembelajaran
di samping faktor pendukung yang lainnya. Guru sebagai mediator dalam
mentransfer ilmu pengetahuan terhadap siswa. Di dalam kegiatannya guru
mempunyai metode-metode yang paling sesuai untuk suatu bidang studi.
Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing,
maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru yang senantiasa
menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya.

5

Penerapan metode mengajar yang tepat diperlukan demi berhasilnya proses
pendidikan dan usaha pembelajaran di sekolah.
Seperti yang diungkapkan oleh Slameto (2003: 65) bahwa : “Metode
mengajar guru yang kurang baik diakibatkan karena guru kurang persiapan
dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut
manyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau mata
pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap
pelajaran atau gurunya, akibatnya siswa malas untuk belajar dan mencatat
materi pelajaran yang sedang dipelajari”.
Pada umumnya salah satu faktor sulitnya siswa mencapai hasil belajar
yang maksimal adalah kurang sesuainya model pembelajaran yang diterapkan di
beberapa sekolah selama ini. Indikasi yang terlihat bahwa para pendidik hampir
menjadi satu-satunya sumber informasi bagi siswa dalam proses belajar mengajar
(PBM). Komunikasi yang banyak terjadi adalah komunikasi satu arah, yaitu dari
guru ke siswa. Sedangkan interaksi antara siswa dengan guru ataupun siswa
dengan siswa sangat kurang.
Salah satu penyebab kegagalan pembelajaran matematika yang berakibat
pada rendahnya hasil belajar siswa adalah karena penggunaan strategi/ pendekatan
pembelajaran maupun metode penyampaian yang kurang tepat. Pernyataan ini
didukung oleh pendapat Karnasih (dalam Tarigan, 2003:3) yang menyatakan
bahwa :
Ditinjau dari segi pengajaran kegagalan pembelajaran matematika
disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
a. Pengajaran yang sifatnya rutin dan hanya terfokus pada
keterampilan menggunakan prosedur dan bukan pengajaran
menanamkan pengertian (teaching of understanding) ataupun
pemecahan masalah ( problem solving ).
b. Pengajaran yang kurang melibatkan interaksi yang komunikatif
dalam kelas matematika, dimana kenyataannya berlangsung
sebagai kelas yang membisu tanpa suara.
c. Pengajaran yang kurang melatih peserta didik untuk memiliki rasa
percaya diri (self confidence) atau kemampuan dalam memecahkan
masalah.
Selanjutnya Usman(2003:306) mengatakan bahwa :
”Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar matematika adalah lemahnya
kemampuan siswa menguasai konsep dasar matematika. Banyak faktor
yang menjadi penyebab rendahnya atau kurangnya pemahaman peserta

6

didik terhadap konsep matematika, salah satu diantaranya metode
pembelajaran yang digunakan pengajar kurang sesuai”.
Disamping penggunaan strategi/pendekatan maupun metode pembelajaran
yang kurang tepat, faktor lain yang sangat mempengaruhi tinggi rendahnya hasil
belajar matematika siswa adalah kemampuan komunikasi matematika siswa.
Rendahnya kemampuan komunikasi

menjadikan

siswa mengalami kesulitan

dalam belajar matematika, siswa mengalami kesulitan dalam memahami bahasa
matematika yang penuh dengan simbol-simbol. Seperti diungkapkan oleh
Bambang R (2008) bahwa :
”Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit,
diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis,
sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang
membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika
karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi”.
Lebih lanjut J. Bruner (dalam Edward, 2004:40)

menyatakan bahwa untuk

memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan untuk
mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir.
Masalahnya sekarang adalah bagaimana sebaiknya matematika diajarkan
sehingga nantinya diperoleh hasil belajar dan kemampuan komunikasi matematika
siswa meningkat?. Penggunaan metode maupun pendekatan yang tepat merupakan
salah satu cara memperbaiki mutu dan praktik pembelajaran.
Suherman,dkk (2001:198) mengatakan bahwa :
Agar siswa lebih termotivasi dan bersungguh-sungguh dalam belajar
matematika, guru seyogiyanya :
a. Memperlihatkan betapa bermanfaatnya matematika bagi kehidupan
melalui contoh-contoh penerapan matematika yang relevan dengan
dunia keseharian siswa.
b. Menggunakan teknik, metode dan pendekatan pembelajaran
matematika yang tepat sesuai karakteristik topik yang disajikan.

7

c. Memanfaatkan teknik, metode dan pendekatan yang bervariasi
dalam pembelajaran matematika agar tidak monoton.
Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat perlu diupayakan guru
untuk memudahkan proses terbentuknya pengetahuan pada siswa, namun guru
juga harus memperhatikan apakah pendekatan pembelajaran yang digunakan itu
penerapannya sudah efektif dan koefisien. Salah satu pendekatan pembelajaran
yang dapat digunakan dalam upaya peningkatan hasil belajar dan kemampuan
komunikasi siswa adalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching Learning
yaitu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan sistuasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
Dari pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk memperoleh
kemampuan pemecahan masalah, seorang harus memiliki banyak pengalaman
dalam memecahkan berbagai masalah.
Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi siswa
untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolok ukur bahwa siswa telah belajar
dengan baik ialah jika siswa itu dapat mempelajari apa yang seharusnya dipelajari,
sehingga indicator hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai oleh siswa.
Sedangkan menurut Trianto (2009):”Pembelajaran merupakan
aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat
dijelaskan. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya
adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya
(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan”.
Banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan untuk mengatasi
segala masalah dalam pendidikan yang terjadi di lapangan masih kurang tepat
penggunaannya terhadap materi yang sedang atau yang akan dipelajari. Untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa tersebut dibutuhkan sikap
belajar yang berbeda, lebih terbuka dan tertantang untuk berperan serta aktif
dengan memberikan gagasan sebanyak mungkin.

8

Salah satu model pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan daya
matematis siswa adalah model pembelajaran investigasi kelompok. Menurut
Rusman (2012:222), model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat
dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan
maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu
terjadinya pembagian tanggungjawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan
berorientasi menuju pembentukan manusia sosial.
Menurut Trianto (2009):“Menyatakan bahwa think-pair-share
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola
diskusi kelas”.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 12 Februari 2014
dengan bapak Kliwon, S.Pd sebagai guru kelas X SMA Negeri 1 Tanjungtiram,
yang juga menjadi alasan peneliti memilih lokasi sekolah tersebut untuk dijadikan
tempat penelitian peneliti adalah karena peneliti memiliki keakraban dan sering
berdiskusi tentang proses pembelajaran matematika kepada guru tersebut. Beliau
mengatakan bahwa hasil belajar matematika masih rendah, serta nilai yang
diperoleh sebagian siswa dalam beberapa ulangan harian masih dibawah nilai
KKM (Kriteria Nilai Minimum). Hal ini terjadi karena minat belajar siswa masih
kurang terhadap pembelajaran matematika.
Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model
Pembalajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Materi Eksponen
Kelas X SMA Negeri 1 Tanjungtiram Tahun Ajaran 2015/2016”

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat
diidentifikasi beberapa masalah yaitu:
1. Banyaknya siswa yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran
yang sulit.
2. Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru.
3. Hasil belajar matematika siswa yang masih rendah

9

4. Model pembelajaran yang digunakan masih kurang tepat.
5. Siswa mengalami kesulitan belajar seperti menyelesaikan soal-soal yang
berbeda dari contoh yang diberikan sebelumnya.
6. Banyaknya siswa yang belum mampu membedakan perkalian biasa
dengan eksponen
7. Apakah pendekatan pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan
Eksponen
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah dan keterbatasan peneliti, maka masalah
yang disebutkan dalam identifikasi masalah diatas dibatasi pada Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembalajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Materi Eksponen Kelas X SMA Negeri
1 Tanjungtiram Tahun Ajaran 2015/2016

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah strategi model pembalajaran kooperatif tipe think pair share Pada
Materi Eksponen Kelas X SMA Negeri 1 Tanjungtiram Tahun Ajaran
2015/2016 dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa ?
2. Apakah kelemahan siswa setelah belajar materi eksponen melalui strategi
model pembelajaran think pair share pada Kelas X SMA Negeri 1
Tanjungtiram Tahun Ajaran 2015/2016 ?

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share terhadap hasil belajar siswa di kelas X SMA Negeri 1
Tanjungtiram tahun ajaran 2015/2016 pada materi eksponen .

10

2. Untuk mengetahui letak kelemahan siswa di kelas X SMA Negeri 1
Tanjungtiram tahun ajaran 2015/2016 pada materi eksponen .

1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi
eksponen
2. Bagi calon guru berguna untuk mengetahui apakah dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
3. Bagi guru khususnya guru bidang studi matematika sebagai bahan
masukan untuk menggunakan gaya belajar siswa sebagai salah satu
alternatif pemilihan metode dalam membimbing siswa belajar
4. Bagi Kepala Sekolah sebagai informasi untuk memberikan arahan kepada
guru-guru agar menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar
siswanya.
5. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peningkatan mutu
pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar matematika
6. Bahan informasi bagi peneliti selanjutnya.

11

63

DAFTAR PUSTAKA

Admin,(2008),MengajarkanMatematika,http://malamindah.ooowebhost.info/?cat
=3 (Acessed 05 Juni 2008).
AGMI, (2008), Rendah, Prestasi Matematika Indonesia,
http://www.agmi.or.id/index2.php?option=com_content&do_pdf
=1&id=21.
Ansari, B., (2009), Menumbuhkembangkan Pemahaman Dan Komunikasi
Matematika Siswa Sekolah Menengah Umum Melalui Strategi Think Talk
Write, Disertasi Doktor Pendidikan.
Arikunto, S., (2007), Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Bambang,R., (2008), Membangun Keterampilan Komunikasi Matematika,
http://rbaryans.wordpress.com/2008/10/28/membangun-keterampilankomunikasi-matematika.html. (Acsessed 7 Juni 2009)
Departemen Pendidikan
Nasional, (2007), Model Silabus dan Rencana
Pembelajaran Matematika SMA/MA
.
Dimayati, M.,(2006),Belajar dan Pembelajaran,Jakarta, PT RINEKA PUTRI.
Erman, H.S., (2003), Strategi Belajar Mengajar Matematika, Universitas
Terbuka, Depdikbud –Jakarta.
.
FMIPA UNIMED, (2004), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal
Penelitian Kependidikan, FMIPA, Medan.
Hadi, S., (2005), PMRI, Benih Pembelajaran Matematika yang Bermutu:
http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/38/Matematika%20Realistik.htm[9.
Hamalik, O., (2001), Kurikulum dan Pembelajaran,Bumi Aksara, Jakarta
Hudojo, H., (2003), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud, Jakarta.
Inggita, D., (2009), Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan
Pembelajaran Langsung Pada Pokok Bahasan Bentuk Aljabar Di Kelas
VII SMP Negeri 6 Kisaran Tahun Ajaran 2008/2009”. FMIPA, Medan

64

Isjoni,

(2007),

Guru

harus

Tidak

Boleh

Gagap

Teknologi,

http://bikkb.riau.go.id/indeks.php?option=com/

Lie, A., (2002), Cooperatif Learning, PT Gramedia, Jakarta.
Lubis, A.., (2006), Strategi Belajar Mengajar Matematika, Jurusan Pendidikan
Matematika. FMIPA. Universitas Negeri Medan, Medan.
Purba, E., (2003), Belajar dan Pembelajaran, UNIMED, Medan
Riyanto, Y., (2009), Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi
Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Slameto., (2003), Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Soejadi, R., (2000), Kiat Pendidikan Matamatika Di Indonesia, Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Sudjana, (1996), Metode Statistika Edisi Ke 6, Tarsito, Bandung.

Suherman, Erman, Nurjanah, dan Suhendra., (2001), Strategi Pembelajaran
Matematika Kotemporer, Penerbit JICA. Bandung.

Sujono., (1988), Pengajaran Matematika Untuk Sekolah Menengah, Depdikbud
P2LPTK, Jakarta.
Suprijono, A., (2010), Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM, Penerbit
Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Suyatno, (2009) Menjelajahi Pembelajaran Inovatif, Penerbit Masmedia Buana
Pustaka, Surabaya.
Tarigan,D., (2003), Pembelajaran Matematika Realistik, Depdikbud, Yokyakarta.
Tim Pelatih Proyek PGSM, (1999), Penelitian Tindakan Kelas, Depdikbud,
Jakarta.
Trianto,(2009),Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) di Kelas,Jakarta, Cerdas Pustaka Publisher.

65

Thursan,H.,(2011), http://www.kaniyem.blog.uns.ac.id/2010/07/01/minatbelajar.htm (accessed Februari 2011)
Usman, M.V.,(2003), Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Wirodikromo, Sartono, (2004), Matematika Untuk SMA Kelas X, Erlangga,
Jakarta