73
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Pada tanggal 28 Februari 1947, Belanda mengadakan razia besar-besaran
dan Monginsidi ikut terjaring di tengah-tengah penyamarannya. Namun pada 27 Oktober 1947 ia berhasil meloloskan diri dan kembali memimpin serangan-
serangan. Malangnya, Sembilan hari kemudian Monginsidi kembali tertangkap di tengah-tengah razia tentara Belanda yang semakin ketat.
Belanda membujuk Monginsidi untuk bekera sama. Namun semua itu ditolaknya mentah-mentah. Karena itulah, Monginsidi dijatuhi vonis hukuman
mati. Monginsidi menerima hukuman itu dengan tabah. Ia juga menolak kesempatan untuk meminta grasi pengampunan.
Pada 5 September 1949, saat tanda-tanda perdamaian mulai tampak dengan dimulainya Konferensi Meja Bundar, rakyat Indonesia dikejutkan oleh
berita kematian Robert Wolter Monginsidi. Monginsidi dibawa ke Pacinang untuk menghadapi regu penembak. Ia
menolak matanya ditutup. Sebelum menuju ke tempat penembakan Wolter menjabat tangan semua yang hadir. Kepada regu penembak, Wolter berkata,
“Laksanakan tugas Saudara Saudara-saudara hanya melaksanakan tugas dan perintah atasan. Saya maafkan Saudara-saudara dan semoga Tuhan
mengampuni dosa-dosa Saudara-saudara.”
Dengan tenang ia menghadapi pasukan yang akan menembaknya. Di tangan kirinya ia memegang Alkitab dengan secarik kertas yang berisi kata-
kata “Setia sampai mati” yang diambil dari Wahyu 2:10, “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita Sesungguhnya Iblis akan
melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah
engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”
Sementara itu tangan kanannya mengacung ke atas, dan ia berteriak, “Merdeka” sebelum butiran peluru menembus dadanya. Ketegaran dan
keteguhan hati menghadapi moncong-moncong senjata yang dibidikan kepadanya dan menolak ketika matanya akan ditutup, ia berucap, “Dengan
hati dan mata terbuka, aku ingin melihat peluru penjajah menembus dadaku.”
C. Peranan Roh di dalam Hidup Kita
Di dalam Alkitab “dipimpin” atau “dikuasai oleh Roh” adalah istilah yang biasa dipakai untuk menggambarkan orang yang hidupnya berkenan kepada Allah.
Dalam 1 Samuel 16 dikisahkan bahwa Daud diurapi oleh Samuel. “Sejak hari itu
Diunduh dari
http:kemdikbud.go.id
74
Kelas X SMASMK dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel
menuju Rama.” 1 Sam. 16:13 Kita tahu bagaimana hidup Daud dipimpin oleh Roh Allah sehingga ia menjadi raja Israel terbesar.
Karena pimpinan Roh Allah itulah, maka Daud bisa menghadapi berbagai bahaya di dalam hidupnya. Misalnya, hampir setiap orang Kristen
mungkin mengenal dan hafal Mazmur 23, yang di dalamnya dilukiskan sikap Daud yang merasa tenang dan damai karena ia selalu disertai oleh Tuhan.
D. Aktivitas dengan Mazmur 23
TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau,
coba lanjutkan mazmur di atas, dan tuliskan kata-katanya di barisan kosong ini dan jelaskan apa artinya bagi kamu
… … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
Dalam sejarah Gereja kita menemukan orang-orang yang hidupnya dikuasai oleh Roh sehingga mereka menjadi orang-orang yang pemberani. Polikarpus
69-155 M. seorang uskup dari Smirna sekarang Izmir, di Turki, ditangkap karena menolak untuk menyembah kaisar Roma. Ia mati sebagai seorang
syuhada. Ia diikat lalu dibakar sampai mati. Menurut kisahnya, ia ditusuk tewas karena api yang dimaksudkan untuk membakarnya tidak mampu
menyentuhnya. Ia dicatat pernah berkata seperti ini pada hari kematiannya, “Delapan puluh enam tahun aku telah melayani Dia, dan Dia tidak pernah
melakukan kesalahan padaku. Jadi, bagaimana aku menghujat Raja dan Juruselamatku? Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan.”
Diunduh dari
http:kemdikbud.go.id
75
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Martin Luther, tokoh Reformasi yang berani melawan Gereja dan Paus
pada waktu itu, dipanggil dalam sebuah persidangan pada tahun 1521 yang dipimpin oleh Kaisar Karl V. Pangeran Frederick III, Pangeran dari Sachsen,
memperoleh jaminan keselamatan bagi Luther untuk menghadiri persidangan itu. Johann Eck, yang berbicara atas nama Kaisar, mengajukan salinan-salinan
tulisan Luther di atas meja dan bertanya, apakah buku-buku itu memang tulisan-tulisannya, dan apakah ia tetap berpegang pada isinya.
Luther mengakui semuanya, namun ia meminta waktu untuk menjawab pertanyaan yang kedua. Ia berdoa, berkonsultasi dengan teman-temannya,
dan esok harinya ia menjawab, “Apabila aku tidak diyakinkan oleh kesaksian Kitab Suci atau oleh penalaran
yang jelas karena aku tidak percaya kepda paus atau dewan semata-mata, karena sudah diketahui dengan luas bahwa mereka seringkali keliru dan
bertentangan satu sama lain, aku terikat pada Kitab Suci yang telah kukutip dan hati nuraniku diikat oleh Firman Allah. Aku tidak dapat dan tidak akan
mencabut satu kata pun, karena tidaklah aman dan tidak benar bila aku menolak hati nuraniku. Semoga Allah menolong aku”
Selama lima hari kemudian rapat-rapat tertutup diadakan untuk menentukan nasib Luther. Kaisar mengajukan rancangan Diet Worms pada 25
Mei 1521 yang isnya menyatakan Luther sebagai pelanggar hukum, tulisan- tulisannya dilarang beredar, dan ia harus segera ditangkap. Juga dinyatakan
bahwa di seluruh Jerman tak seorangpun boleh memberikan makanan atau perlindungan kepada Luther, atau mereka akan dijatuhi hukuman. Darahnya
dianggap sah untuk dicurahkan. Nyawanya terancam, namun Luther tidak mundur sedikit pun.
E. Diskusi