Komunikasi efektif antar pribadi untuk membangun semangat persaudaraan dalam hidup berkomunitas para Suster Tarekat Misi Abdi Roh Kudus di Komunitas Roh Suci Yogyakarta.

(1)

vii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PRIBADI UNTUK MEMBANGUN SEMANGAT PERSAUDARAAN DALAM HIDUP BERKOMUNITAS PARA SUSTER TAREKAT MISI ABDI ROH KUDUS DI KOMUNITAS ROH SUCI YOGYAKARTA. Penulisan dan pemilihan judul skripsi ini, dilatar belakangi oleh kesan dan keprihatinan penulis terhadap situasi dan suasana komunikasi antar pribadi dalam komunitas yang kurang dipahami oleh para Suster SSpS. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan latar belakang budaya, bahasa, tingkat pendidikan dan usia. Dengan demikian semangat persaudaraan di antara anggota komunitas mulai berkurang. Komunitas menjadi tempat yang membahagiakan bagi setiap anggota jika masing-masing anggota mampu berkomunikasi dengan baik dan efektif.

Menanggapi situasi di atas penulis ingin mengetahui lebih konkrit tentang keadaan komunikasi antar pribadi para suster SSpS. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode observasi dan wawancara yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana para Suster SSpS dapat menerapkan komunikasi efektif dalam hidup hariannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap responden menyatakan mereka memahami pentingnya komunikasi efektif. Di samping itu juga ada hambatan yang dialami ketika berkomunikasi dengan sesama anggota dalam komunitas, khususnya perbedaan latar belakang budaya yang beragam.

Selanjutnya pembahasan atas hasil penelitian tersebut dilakukan berdasarkan kajian pustaka untuk menambah informasi tentang komunikasi efektif antar pribadi guna meningkatkan semangat persaudaraan dalam hidup berkomunitas. Untuk menindaklanjuti hasil penelitian tersebut, maka penulis mengusulkan program Game atau permainan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan komunikasi efektif antar pribadi untuk membangun semangat persaudaraan dalam hidup berkomunitas. Melalui program yang ditawarkan tersebut sangat diharapkan para Suster SSpS semakin menyadari betapa pentingnya komunikasi efeektif. Dengan komunikasi secara efektif maka akan tercipta relasi yang baik dengan sesama anggota dan terwujudnya semangat persaudaraan dalam hidup berkomunitas.


(2)

viii ABSTRACT

The title of this thesis is EFFECTIVE INTERPERSONAL COMMUNICATION TO BUILD THE SPIRIT OF BROTHERHOOD IN COMMUNITY LIFE OF CONGREGATION THE SISTER MISSION SERVICE OF HOLY SPIRIT COMMUNITY IN YOGYAKARTA. Writing and selecting the title of this paper, motivated by impressions and concerns of the authors of the situation and atmosphere interpersonal communication in the community who are less understood by the Sisters SSpS. This is caused by the differences in cultural background, language, level of education and age. Thus the spirit of brotherhood among the members of the community began to decrease. Community into a happy place for every member if each member is able to communicate well and effectively.

In response to the above situation the author would like to know more concretely about the state of inter-personal communication of SSpS sisters. Therefore. The author conducted research using observations and interviews also aimed to determine the extent of the Sisters SSpS can apply effective communication in daily life. The results showed that each of the respondents said they understand the importance of effective communication. In addition, there are also barriers experienced when communicating with fellow members of the community, especially the differences of diverse cultural backgrounds.

Further discussion on the results of the research conducted by a literature review to add information about effective interpersonal communication in order to promote the spirit of brotherhood in community life . To follow up on these results , the authors propose a game or a game program in an effort to increase the effective inter- personal communication to build a spirit of brotherhood in community life . Through the program is expected to offer the Sisters SSpS increasingly aware of the importance of effective communication . With effective communication will create good relationships with fellow members and the realization of the spirit of brotherhood in community life .


(3)

i

KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PRIBADI UNTUK MEMBANGUN SEMANGAT PERSAUDARAAN DALAM HIDUP BERKOMUNITAS

PARA SUSTER TAREKAT MISI ABDI ROH KUDUS DI KOMUNITAS ROH SUCI YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Marieta Rosmini NIM: 091124012

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada


(7)

v

MOTTO

”Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil” [Luk 1:37]

”Segala sesuatu indah pada waktunya” [Pkh 3:11]


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Maret 2015 Penulis,


(9)

vii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PRIBADI UNTUK MEMBANGUN SEMANGAT PERSAUDARAAN DALAM HIDUP BERKOMUNITAS PARA SUSTER TAREKAT MISI ABDI ROH KUDUS DI KOMUNITAS ROH SUCI YOGYAKARTA. Penulisan dan pemilihan judul skripsi ini, dilatar belakangi oleh kesan dan keprihatinan penulis terhadap situasi dan suasana komunikasi antar pribadi dalam komunitas yang kurang dipahami oleh para Suster SSpS. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan latar belakang budaya, bahasa, tingkat pendidikan dan usia. Dengan demikian semangat persaudaraan di antara anggota komunitas mulai berkurang. Komunitas menjadi tempat yang membahagiakan bagi setiap anggota jika masing-masing anggota mampu berkomunikasi dengan baik dan efektif.

Menanggapi situasi di atas penulis ingin mengetahui lebih konkrit tentang keadaan komunikasi antar pribadi para suster SSpS. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode observasi dan wawancara yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana para Suster SSpS dapat menerapkan komunikasi efektif dalam hidup hariannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap responden menyatakan mereka memahami pentingnya komunikasi efektif. Di samping itu juga ada hambatan yang dialami ketika berkomunikasi dengan sesama anggota dalam komunitas, khususnya perbedaan latar belakang budaya yang beragam.

Selanjutnya pembahasan atas hasil penelitian tersebut dilakukan berdasarkan kajian pustaka untuk menambah informasi tentang komunikasi efektif antar pribadi guna meningkatkan semangat persaudaraan dalam hidup berkomunitas. Untuk menindaklanjuti hasil penelitian tersebut, maka penulis mengusulkan program Game atau permainan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan komunikasi efektif antar pribadi untuk membangun semangat persaudaraan dalam hidup berkomunitas. Melalui program yang ditawarkan tersebut sangat diharapkan para Suster SSpS semakin menyadari betapa pentingnya komunikasi efeektif. Dengan komunikasi secara efektif maka akan tercipta relasi yang baik dengan sesama anggota dan terwujudnya semangat persaudaraan dalam hidup berkomunitas.


(10)

viii ABSTRACT

The title of this thesis is EFFECTIVE INTERPERSONAL COMMUNICATION TO BUILD THE SPIRIT OF BROTHERHOOD IN COMMUNITY LIFE OF CONGREGATION THE SISTER MISSION SERVICE OF HOLY SPIRIT COMMUNITY IN YOGYAKARTA. Writing and selecting the title of this paper, motivated by impressions and concerns of the authors of the situation and atmosphere interpersonal communication in the community who are less understood by the Sisters SSpS. This is caused by the differences in cultural background, language, level of education and age. Thus the spirit of brotherhood among the members of the community began to decrease. Community into a happy place for every member if each member is able to communicate well and effectively.

In response to the above situation the author would like to know more concretely about the state of inter-personal communication of SSpS sisters. Therefore. The author conducted research using observations and interviews also aimed to determine the extent of the Sisters SSpS can apply effective communication in daily life. The results showed that each of the respondents said they understand the importance of effective communication. In addition, there are also barriers experienced when communicating with fellow members of the community, especially the differences of diverse cultural backgrounds.

Further discussion on the results of the research conducted by a literature review to add information about effective interpersonal communication in order to promote the spirit of brotherhood in community life . To follow up on these results , the authors propose a game or a game program in an effort to increase the effective inter- personal communication to build a spirit of brotherhood in community life . Through the program is expected to offer the Sisters SSpS increasingly aware of the importance of effective communication . With effective communication will create good relationships with fellow members and the realization of the spirit of brotherhood in community life .


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan atas berkat dan rahmat serta penyelenggaraan-Nya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PRIBADI UNTUK MEMBANGUN

SEMANGAT PERSAUDARAAN DALAM HIDUP BERKOMUNITAS

PARA SUSTER TAREKAT MISI ABDI ROH KUDUS DI KOMUNITAS

ROH SUCI YOGYAKARTA. Proses penyelesaian skripsi ini merupakan

pengalaman dan pembelajaran yang luar biasa bagi penulis, karena penulis merasakan banyak pengalaman yang muncul selama penulisan skripsi ini, pengalaman gembira, sedih, cemas, takut dan gelisah. Penulisan skripsi ini merupakan proses yang sangat panjang dan disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tersusunnya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rm. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.


(12)

x

telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan masukan-masukan dan kritikan-kritikan sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini

3. Rm. Drs. M. Sumarno Ds, S.J., M.A., selaku dosen penguji dan dosen wali, yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 4. Rm. Dr. C. Putranto, S.J., selaku dosen penguji yang memberi motivasi dan

dukungan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap Staf dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

6. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK dan seluruh karyawan bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Para Suster Seprovinsi SSpS Flores Timur dan Para Suster Seprovinsi SSpS Jawa dan Sr.Rosa Indrawikan,SSpS selaku pemimpin komunitas serta saudari-saudari sekomunitas Biara SSpS Roh Suci Yogyakarta, yang telah banyak memberi dukungan dalam bentuk apapun.

8. Para Suster SSpS yang telah memberikan dukungan dengan bersedia menjadi responden.

9. Bapak (Alm) Ibu dan kakak serta adikku yang setia memberikan semangat, doa, cinta dan perhatian selama penulis menempuh studi di Yogyakarta teristimewa dukungan dalam panggilan.


(13)

xi

10. Teman-teman Prodi IPPAK, atas kebersamaan selama ini dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang selama ini dengan tulus telah mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna serta masih banyak keterbatasan dan kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 30 Maret 2015 Penulis


(14)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL………... i

PERSETUJUAN………... ii

PENGESAHAN………... iii

PESEMBAHAN………... iv

MOTTO……….. v

PERNYATAAN KEASLIAN……….... vi

ABSTRAK……… vii

ABSTRACT……… viii

KATA PENGANTAR………..…. ix

DAFTAR ISI……….… xii

DAFTAR SINGKAT………. xv

BAB I. PENDAHULUAN……….….. 1

A.Latar belakang Masalah………... 1

B.Rumusan Masalah……… 6

C.Tujuan Penulisan………. 7

D.Manfaat Penelitian……….... 7

E.Metode Penulisan……… 8

D.Sistematika Penulisan………... 8

BAB II. KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PRIBADI…………..…….... 10

A.Komunikasi ……… 10

1. Pengertian Komunikasi………... 10

2. Pentingnya Komunikasi……….… 13

3. Proses Komunikasi……….. 15

B.Komunikasi Efektif Antar Pribadi……….. 21

1. Pengertian Komunikasi Efektif………..… 21

2. Pengertian Komunikasi antar Pribadi………... 25

3. Peranan Komunikasi antar Pribadi……….….. 27


(15)

xiii

1. Faktor Penghambat Komunikasi……….... 28

2. Faktor Pendukung dalam Berkomunikasi……….. 30

3. Ketrampilan Dasar Berkomunikasi……….... 32

BAB III. HIDUP BERKOMUNITAS………....… 36

A.Hidup Berkomunitas……….…… 36

1. Pengertian Hidup Komunitas………... 36

2. Bentuk-bentuk Komunitas Religius……… 38

3. Ciri-ciri Komunitas……… 39

B.Dasar Hidup Komunitas Religius………... 44

1. Dasar Hidup Komunitas dalam Kitab Suci………...… 44

2. Dasar Hidup Komunitas Religius………... 46

C.Hidup Persaudaraan dalam Komunitas………... 47

1. Kehadiran Kristus……….... 48

2. Kekuatan Anggota-anggota………..… 49

3. Hubungan antara Pemimpin dan Anggota………. 50

D.Gambaran Umum Kongregasi SSpS………... 51

1. Sejarah Singkat Berdirinya Kongregasi SSpS……… 51

2. Spiritualitas Kongregasi SSpS……… 53

3. Kharisma Kongregasi SSpS………... 55

BAB IV. GAMBARAN SITUASI KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DALAM HIDUP BERKOMUNITAS PARA SUSTER TAREKAT MISI ABDI ROH KUDUS DI KOMUNITAS ROH SUCI YOGYAKARTA………. 58

A.Persiapan Penelitian……… 58

1. Permasalahan Penelitian……….…… 58

2. Tujuan Penelitian……… 59

3. Manfaat Penelitian………. 59

B.Metode Penelitian……….….. 59

1. Pendekatan Penelitian……….... 60

2. Tempat dan Waktu Penelitian………..… 60

3. Responden Penelitian……….. 60


(16)

xiv

5. Teknik Analisis Data………. 61

C.Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan……… 61

1. Pemahaman Para Suster tentang Komunikasi Efektif……….. 62

2. Hambatan-hambatan dalam Berkomunikasi Efektif…………...… 65

3. Faktor-faktor Pendukung dalam Berkomunikasi Efektif…………. 69

4. Makna atau Pesan dalam Berkomunikasi Efektif………. 72

5. Harapan-harapan dalam Berkomunikasi Efektif……… 74

D.Kesimpulan Hasil Penelitian………... 76

BAB V. USULAN PROGRAM PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF MELALUI DINAMIKA KELOMPOK (GAME) UNTUK MEMBANGUN SEMANGAT PERSAUDARAAN……….….. 79

A. Alasan Penulis Mengusulkan Game atau Permainan untuk Meningkatkan Komuikasi Efektif antar Pribadi………….. 79

B. Pengertian Game atau Permainan……… 80

C. Matriks Program Peningkatan Komunikasi Efektif melalui Dinamika Kelompok untuk Membangun Persaudaraan antar Pribadi……… 84

D. Contoh Usulan Game untuk Meningkatkan Komunikasi Efektif……….… 87

BAB VI. PENUTUP………. 97

A. Kesimpulan………. 97

B. Saran……….….. 99

DAFTAR PUSTAKA……….…….. 101

LAMPIRAN……….……. (1)

Lampiran 1: Surat Izin Penelitian……….… (2)

Lampiran 2: Panduan Pertanyaan Wawancara………... (3)

Lampiran 3: Transkip Hasil Wawancara………..… (4)


(17)

xv

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahakan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 2 Februari 1993.

C. Singkatan Lain

Art : Artikel

Hal : Halaman

Konst : Konstitusi

Kan : Kanon

KOPTARI : Konferensi Pemimpin Tinggi Antar Religius Indonesia

R : Responden


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup dan menghidupi dirinya sendiri. Artinya, manusia memerlukan kehadiran orang lain untuk saling membantu dan melengkapi kepenuhan hidup. Demikian pula seorang yang dipanggil secara khusus dan menjalani hidup membiara. Sesungguhnya hidup berkomunitas merupakan salah satu spiritualitas dan menjadi perhatian orang-orang yang menyandang predikat sebagai biarawan dan biarawati. Dengan kata lain, hidup membiara merupakan sebuah panggilan untuk membangun misi persaudaraan dalam persekutuan berkomunitas, dimana setiap orang sanggup dan rela memberi diri untuk ditempah menjadi pribadi-pribadi terpanggil untuk saling membantu, menopang, menghibur dan memberi semangat maupun saling memberi koreksi dalam melaksanakan misi Allah di tengah dunia Tentunya, dasar dari semua itu adalah cinta, sebab manusia dipanggil untuk hidup dalam cinta.

Selain itu, hidup bersama dalam suatu komunitas religius menjadikan pertemuan sebagai perjumpaan iman, dimana semua anggota menghayati spiritualitas dan kharisma tarekat yang dihidupinya, mengikuti bersama-sama merasul dalam kebersamaan, berdoa bersama, berbagi pengalaman hidup dan berbagi kesediaan serta kemauan untuk mengabdi kepada Yesus Kristus Dengan demikian, hidup bersama dalam komunitas merupakan elemen dasar hidup religius yang harus dihayati dan diperkembangkan dalam suatu tarekat secara umum dan komunitas secara khusus. Hal yang menjadi dasar hidup


(19)

bersama kita dalam komunitas adalah bahwa masing-masing kita dipanggil secara pribadi dan diutus (Mrk 3:13-19). Kesatuan kita dengan Tuhan itulah yang menyatukan kita bersama. Kesatuan kita dalam komunitas bukan karena kesamaan bakat, hobi, ataupun sifat dan watak, melainkan karena kesatuan kita dengan Tuhan. Karena itu, meskipun kita memiliki latar belakang yang berbeda-beda tetapi dalam satu ikatan kasih (1 Kor 12:1-31).

Pengalaman sebagai potret realitas hidup menunjukkan bahwa dalam kehidupan berkomunitas bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan, seperti mudahnya membalikkan telapak tangan atau pun mengedipkan mata. Dengan kata lain, hidup bersama tidak jarang melahirkan ketidakharmonisan antar anggota komunitas. Banyak hal positif dan bermanfaat dalam membangun hidup berkomunitas, tetapi tidak sedikit pula hal yang menjadi penghalang dalam membangun hidup berkomunitas. Artinya, tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan berkomunitas dalam sebuah tarekat religius tidak selalu harmonis dan baik-baik saja, tetapi kadang terjadi kesalahpahaman yang disebakan oleh berbagai macam hal dan permasalahan pribadi yang belum disadari dan diolah dengan baik. Hidup bersama dalam komunitas, meskipun setiap anggota berkehendak dan berniat baik mau mengungkapkan dan melaksanakan semangat

cinta kasih, namun sering kali terjadi kesalahpahaman dan benturan yang menyebabkan terjadinya konflik, pertengkaran bahkan saling mendiamkan

untuk beberapa saat. Harapan untuk membangun hidup berkomunitas dalam semangat persaudaraan menjadi suatu ujian, karena setiap anggota memiliki latar belakang budaya, usia, tingkat pendidikan, kepribadian, dan bahasa yang berbeda Idealnya, hubungan antar anggota komunitas harus didasarkan atas cinta dan


(20)

semangat persaudaraan. Cinta persaudaraan diperlukan untuk menghayati hidup panggilan setiap anggota komunitas sekaligus merupakan inspirasi yang mengatur hidup dan hubungan antar pribadi dalam komunitas. Semangat cinta persaudaraan mendorong setiap anggota komunitas berusaha untuk menghargai dan mengormati setiap perbedaan yang ada demi pertumbuhan dan perkembangan anggota dan komunitas.

Kongregasi Suster-suster Misi Abdi Roh Kudus atau biasa disebut SSpS adalah kongregasi religius internasional yang memiliki anggota dengan latar belakang yang berbeda, baik watak, usia, tingkat pendidikan, bahasa, budaya dan kepribadian. Mereka dipanggil dan dipersatukan oleh Allah Tritunggal untuk hidup bersama sebagai satu komunitas mewartakan kerajaan Allah kepada dunia melalui berbagai karya kerasulan. Setiap anggota berusaha menjalankan hidup bersama dengan kasih. Kongregasi SSpS memiliki landasan hidup bersama dalam komunitas, sebagaimana diatur dalam konstitusi tarekat sebagai berikut:

Pertama, Konst SSpS art. 301: Allah Tritunggal dalam kesatuannya adalah

asal, citra serta penyempurnaan setiap komunitas. Di dalam pembaptisan kita dipanggil untuk ambil bagian dalam hidup Ilahi sebagai anggota umat Allah dan sebagai murid-murid Yesus Kristus. Oleh panggilan kita ke dalam kongregasi ini, Roh Allah mempersatukan kita secara baru dengan diriNya dan dengan satu sama lain. Dengan kaul-kaul kita, persatuan kita semakin diperkuat dan memberi keteguhan batin, sehingga sanggup mewartakan amanat keselamatan dengan lebih efektif. Hidup kita dalam komunitas disuburkan oleh doa, hubungan pribadi yang baik dan kegiatan misioner bersama

Kedua, Konst SSpS art. 303: Melalui pelbagai pelayanan dalam komunitas

kerasulan, kita menyumbangkan pembangunan Tubuh Kristus. Kita melayani amanat perutusan yang satu itu, dengan talenta kita, pada tempat kita masing-masing. Dalam keanekaan, kita saling melengkapi, terbuka untuk belajar dari yang lain, dan dengan rela mengamalkan keterampilan kita. Sikap menerima dengan penuh cinta, saling mendorong dan keprihatinan bersama dalam menghadapi tantangan perutusan kita, membantu kita berkembang erat sebagai satu komunitas.


(21)

Ketiga, Konst SSpS art. 304: Roh Kudus mempersatukan kita dalam cinta

persudaraan yang tulus. Dalam keanekaan budaya, bangsa, kepribadian, dan usia, kita mengalami kekayaan karunia Roh Kudus dalam diri kita masing-masing. Hendaknya kita saling menghargai, menyemangati, membantu, saling berbagi rasa, dan saling memberi perhatian pada hidup dan karya. Kehadiran Roh cinta di tengah-tengah kita dinyatakan dalam saling percaya dan cinta yang penuh perhatian. Ini adalah ciri khas komunitas kita.

Landasan hidup tersebut pada hakikatnya membantu setiap anggota komunitas untuk membangun hidup dalam kasih persaudaraan. Namun, terkadang terjadi kesalahpahaman dan konflik. Berdasarkan pengalaman peneliti dalam hidup bersama para suster dengan latar belakang, suku, tingkat pendidikan, usia kepribadian yang berbeda dalam satu komunitas, tidak jarang mengalami benturan bahkan adanya sikap saling mendiamkan untuk beberapa waktu. Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor, seperti kurangnya pemahaman dan kepekaan dari sesama anggota, kurang mengenal latar belakang budaya, dan kurang memahami karakter dari setiap pribadi. Karena itu, perlu adanya komunikasi yang baik dan efektif untuk menumbuhkembangkan semangat persaudaraan antar anggota dalam hidup bersama.

Komunikasi yang kurang efektif sebagai akibat dari penggunaan bahasa yang tidak tepat dapat menciptakan keretakan hubungan dan menimbulkan permasalahan, yaitu relasi menjadi renggang dan hidup berkomunitas menjadi terhambat. Karena itu, spiritualitas „komunikasi tanpa kekerasan‟ harus menjadi prioritas dalam membangun hidup bersama dalam satu komunitas. Semangat ini dapat membantu setiap anggota untuk menggunakan bahasa yang baik, benar, dan santun kepada mitra tutur sehingga sikap saling menghargai, mendengarkan, dan memahami dengan sendirinya tercipta. Dengan demikian, setiap anggota merasa


(22)

diterima dalam komunitas.

Para suster SSpS, khususnya komunitas Roh Suci Yogyakarta dipanggil dari latar belakang kebudayaan, bahasa, dan keunikan yang berbeda dipersatukan oleh Roh Kudus untuk hidup bersama dalam kasih dan semangat persaudaraan yang tulus. Mereka memiliki kerinduan untuk menggunakan komunikasi tanpa kekerasan dengan harapan dapat membangun relasi yang menghidupkan dalam hidup berkomunitas dengan saling menghargai, menyemangati, membantu dan saling melengkapi. Setiap perbedaan dipersatukan menjadi suatu kekayaan komunitas yang disyukuri, karena setiap anggota dapat belajar dan hidup dalam keharmonisan dan kasih persaudaraan. Relasi yang hidup dalam komunitas memungkinkan setiap anggota untuk dapat membangun relasi dengan Allah. Dengan kata lain, relasi yang hidup dengan Allah terjalin dengan baik apabila adanya relasi yang hidup dalam komunitas. Setiap pertemuan dan adanya komunikasi, dialog yang melahirkan sikap keterbukaan dan saling percaya satu sama lain membawa dampak keharmonisan hubungan, baik dengan anggota komunitas maupun dengan Tuhan. Selain itu, kasih dan semangat persaudaraan yang dialami dalam komunitas merupakan potret kehadiran Kerajaan Allah yang kemudian diwartakan melalui kesaksian dan cara hidup yang dilandasi cinta kasih. Oleh karena itu, dalam hidup berkomunitas dibutuhkan komunikasi yang baik dan efektif, artinya, komunikasi yang baik dan efektif memiliki peranan yang sangat penting dan dibutuhkan dalam hidup berkomunitas, sebab komunikasi yang baik dapat mengembangkan dan menciptakan kebahagiaan hidup bersama dalam semangat persaudaraan. Lebih lanjut, komunikasi yang baik dan efektif melahirkan sikap saling memahami dan mengerti setiap anggota. Hal ini


(23)

dipertegas oleh Zohar dan Marshall dalam bukunya Spiritual Intelligences: ‟‟The Ultimate Intelligence” sebagaimana disitir oleh Paul Suparno (2013: 26) bahwa:

Spiritual Quotien (SQ) ‟‟sebagai inteligensi berkaitan dengan persoalan makna dan nilai hidup. Dengan Spiritual Quotien orang dapat lebih mampu untuk mengerti dan memahami apakah tindakan ini lebih bernilai dan berarti dari pada tindakan yang lain, sehingga orang dapat memilih tindakan yang lebih tepat, kita semakin sadar akan orang lain, mengerti dampak tindakan kita pada orang lain dan terutama kita akan menjadi sadar bahwa kita adalah bagian integral dari keutuhan yang lebih luas, maka dalam pemikiran dan tindakan, kita tidak berpikir egois hanya demi diri sendiri tetapi juga berpikir bagi kepentingan orang lain”.

Komunikasi yang dilandasi dengan saling pengertian, mendengarkan, dan menghargai sesungguhnya sangat dibutuhkan dalam hidup bersama karena dalam hidup bersama orang dapat merasakan makna dari suatu komunikasi. Menanggapi keprihatian di atas menggerakkan penulis untuk mengetahui keadaan komunikasi antar pribadi dan pemahaman para Suster SSpS tentang komunikasi efektif Karena itu, penulis terdorong untuk menggali lebih dalam mengenai peran komunikasi yang efektif dalam membangun hidup berkomunitas yang bersaudara. Peneliti mengambil judul KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PRIBADI

UNTUK MEMBANGUN SEMANGAT PERSAUDARAAN DALAM HIDUP

BERKOMUNITAS PARA SUSTER TAREKAT MISI ABDI ROH KUDUS

DI KOMUNITAS ROH SUCI YOGYAKARTA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini sebagai berikut

1. Apa makna dari komunikasi efektif bagi para suster SSpS?


(24)

3. Bagaimana usaha para suster SSpS dalam berkomunikasi secara efektif antar pribadi untuk membangun semangat persaudaraan?

4. Kegiatan apa yang dapat meningkatkan komunikasi efektif antar anggota, demi terciptanya semangat persaudaraan?

C. Tujuan Penulisan

1. Memaparkan makna komunikasi efektif bagi para suster SSpS.

2. Mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para suster SSpS dalam berkomunikasi.

3. Mendeskripsikan usaha-usaha para suster SSpS dalam berkomunikasi.

4. Menerapkan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan komunikasi efektif antar anggota.

D. Manfaat Penulisan

1. Membantu setiap suster dalam komunitas untuk menggunakan komunikasi yang efektif dalam membangun semangat persaudaraan.

2. Membantu setiap suster untuk semakin menyadari betapa pentingnya komunikasi yang efektif dalam hidup berkomunitas.

3. Membantu para anggota untuk semakin mengembangkan sikap-sikap yang positif dalam berkomunikasi di komunitas.

4. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam membangun semangat persaudaraan dengan berkomunikasi efektif sehingga mampu hidup berkomunitas dengan bijaksana dalam kasih persaudaraan.


(25)

E. Metode Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode observasi dan deskriptif analitis dengan studi pustaka, tentang komunikasi efektif sebagai cara untuk membangun semangat persaudaraan dalam hidup berkomunitas.

F. Sistematika Penulisan

Gambaran umum tentang hal yang akan dibahas di dalam penulisan skripsi ini, berikut ini adalah sistematika penulisannya:

Bab I berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II menguraikan tentang komunikasi secara umum meliputi: pengertian komunikasi, pentingnya komunikasi, proses komunikasi yang terdiri dari komunikasi verbal dan non verbal, mengirim pesan secara efektif, komunikasi satu arah dan dua arah, pentingnya memahami sudut pandang orang lain. Komunikasi efektif antar pribadi; pengertian komunikasi efektif: mendengarkan secara efektif, jujur terhadap diri sendiri, menerima diri dan orang lain. Pengertian komunikasi antar pribadi, peranan komunikasi antar pribadi. Faktor-faktor penghambat dan pendukung komunikasi efektif, faktor penghambat dalam berkomunikasi, faktor pendukung dalam berkomunikasi, keefektifan hubungan pribadi. Ketrampilan dasar berkomunikasi: saling memahami, mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan, mampu saling memberi dan menerima, mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah pribadi.

Bab III berisi tentang hidup berkomunitas meliputi: pengertian hidup berkomunitas, bentuk-bentuk komunitas, ciri-ciri komunitas. Dasar hidup


(26)

berkomunitas: dasar hidup komunitas dalam kitab suci, dasar hidup dalam konstitusi kongregasi. Hidup persaudaraan dalam komunitas: kehadiran Kristus, kekuatan anggota-anggota, hubungan antara pemimpin dan anggota. Gambaran umum tentang kongregasi SSpS, sejarah berdirinya kongregasi, spiritualitas dan kharisma kongregasi.

Bab IV berisi tentang gambaran situasi komunikasi antar pribadi dalam hidup berkomunitas para suster tarekat Misi Abdi Roh Kudus di komunitas Roh Suci Yogyakarta, yang terdiri dari dua bagian yaitu: bagian pertama, persiapan penelitian yang meliputi: permasalahan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian. Bagian kedua metodologi penelitian yang meliputi: pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden, teknik dan pengumpulan data teknik analisis data, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan penelitian.

Bab V berisi tentang alasan penulis mengusulkan program game atau permainan, Pengertian permainan dan contoh-contoh permainan.


(27)

BAB II

KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PRIBADI

Dalam bab II ini penulis menguraikan tentang komunikasi secara umum, komunikasi efektif antar pribadi, faktor-faktor pendukung dan penghambat komunikasi.

A. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Setiap manusia tentunya membutuhkan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, berkomunikasi merupakan suatu keharusan dan menjadi suatu hal yang sangat penting bagi setiap orang dalam membangun hubungan dengan sesama. Tentunya, hal yang perlu diketahui dan dipahami oleh setiap orang sebelum membangun komunikasi adalah mereka harus mengetahui arti dari komunikasi itu sendiri, karena proses komunikasi yang dibangun oleh setiap orang tentunya berbeda-beda. Onong Uchjana Effendy (2004: 3) memberikan pengertian komunikasi dalam dua segi, yaitu komunikasi secara umum dan komunikasi secara paradigmatis.

a. Pengertian Komunikasi secara Umum

Manusia sebagai makhluk sosial, tentunya membutuhkan komunikasi dengan orang lain. Komunikasi menjadi alat untuk menyalurkan apa yang ada dalam pikiran manusia itu sendiri oleh karena itu manusia perlu berkomunikasi dengan


(28)

orang lain. Tanpa komunikasi dengan orang lain manusia tidak dapat berkembang secara maksimal dan tidak dapat menghubungkan dirinya dengan orang lain.

Secara etimologis atau berdasarkan asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin “communicare” yang berarti: sama makna mengenai suatu hal Artinya, komunikasi berlangsung apa bila orang-orang yang terlibat dalam komunikasi terdapat kesamaan makna atau dengan kata lain, hubungan mereka itu bersifat komunikatif. Sedangkan, secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dengan demikian, komunikasi melibatkan sejumlah orang dimana seseorang menyampaikan atau menyatakan sesuatu kepada orang lain dan orang yang diajak berkomunikasi merespon atau menanggapi sehingga hubungan mereka bersifat komunikatif.

b. Pengertian Komunikasi secara Paradigmatis

Onong Uchjana Effendy (2004: 5) mengatakan bahwa komunikasi paradigmatis adalah proses komunikasi yang memiliki tujuan tertentu, sehingga perlu dilakukan dengan perencanaan terlebih dahulu. Artinya, proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun secara tak langsung. Supratiknya (2003: 30) mengatakan bahwa komunikasi dalam pengertian ini berarti proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan maksud untuk mengungkapkan pesan tertentu atau mempengaruhi tingkah laku orang yang menerima pesan. Selain itu James G


(29)

Robbins dan Barbara S. Jones sebagaimana disitir oleh Turman Sirait (1983: 11) mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna. Komunikasi dapat juga diartikan sebagai perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi berupa pikiran dan perasaan-perasaan dari seseorang kepada orang yang lain.

Arni Muhammad (2009: 5) mengatakan bahwa komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Demikian halnya dengan Franz Josef Eilers (2001: 16) yang mengartikan komunikasi sebagai suatu proses penyampaian pesan dari si pengirim kepada si penerima yang berlangsung terus menerus atau berlanjut untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses kegiatan penyampaian pesan, pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau informasi yang mengandung maksud dari satu pihak kepada pihak lain dalam usaha mendapatkan saling pengertian. Dengan kata lain komunikasi merupakan interaksi antar pribadi, maka komunikasi ini perlu digunakan secara efektif, agar komunikasi yang terjadi antar pribadi itu sungguh-sungguh dipahami dan dimengerti oleh kedua belah pihak tanpa mengurangi keduanya.

Komunikasi selalu berkaitan atau berhubungan dengan emosi, sikap, suasana hati, motivasi, keadaan phisik, situasi perasaan yang dimiliki oleh manusia. Aspek-aspek tersebut menjadikan komunikasi sebagai sarana yang paling penting untuk membangun sebuah relasi antara kita dengan orang lain. Melalui komunikasi, kita bisa mengenal orang lain dan sebaliknya kita juga dikenal oleh


(30)

orang lain. Dengan berkomunikasi, kita dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, isi hati, ide atau pendapat, serta maksud kita kepada orang lain. Melalui komunikasi juga, kita dapat memenuhi kebutuhan, di mana kebutuhan tersebut hanya dapat dipenuhi lewat komunikasi antar pribadi. Tentunya, dalam berkomunikasi antar pribadi, sikap terbuka sangat diperlukan karena dengan ketebukaan hati seseorang dapat mengerti dan memahami situasi yang dialami oleh orang yang diajak berkomunikasi atau yang menjadi lawan bicara kita.

Banyak orang mampu berbicara panjang lebar tetapi sulit untuk dimengerti dan dipahami. Tidak sedikit pula orang yang mampu berbicara secara singkat padat dan jelas serta isi pembicaraannya dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh orang lain. Karena itu, isi atau pesan yang disampaikan dalam berkomunikasi perlu menjadi perhatian si pembicara, agar dapat diterima dengan baik tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri.

Dengan demikian, orang dapat berkomunikasi dengan efektif maka terlebih

dahulu, orang perlu memahami arti dan maksud komunikasi itu sendiri Ing Wursanto (2008: 108) mengatakan bahwa pembicaraan dikatakan efektif

apabila yang dibicarakan itu mudah, cepat, tepat dan dimengerti oleh pendengarnya. Suatu pembicaraan yang tidak terarah dan terlalu bertele-tele bukanlah merupakan cara bicara yang efektif. Hal ini dipertegas oleh Turman Sirait (1983: 15) bahwa komunikasi efektif adalah komunikasi yang mudah ditangkap secara tepat sesuai dengan maksud pengirim pesan.

2. Pentingnya Komunikasi


(31)

Komunikasi menjadi alat untuk menyalurkan apa yang ada dalam pikiran manusia itu sendiri oleh karena itu manusia perlu berkomunikasi dengan orang lain. Tanpa komunikasi dengan orang lain manusia tidak dapat berkembang secara maksimal dan tidak dapat menghubungkan dirinya dengan orang lain.

Johnson sebagaimana dikutip oleh Supratiknya (2003: 9) mengatakan bahwa dalam komunikasi, orang dapat menyatakan atau mengungkapkan emosi, maksud, kebutuhan, pengalaman dan dirinya kepada orang lain. Berkomunikasi dengan orang lain dapat membantu perkembangan diri baik secara intelektual, afektif dan sosial. Dalam berkomunikasi dengan orang lain kebutuhan dalam diri seseorang dapat terpenuhi. Demikian juga komunikasi, dapat memberi pengaruh terhadap pembentukan identitas atau jati diri seseorang. Terkadang dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi yang begitu penting sering kali menjadi hal yang sulit dimanfaatkan. Orang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena adanya perbedaan pandangan atau persepsi, juga nilai, budaya, kecerdasan serta kemampuan seseorang dalam menyampaikan atau mengkomunikasikan isi pesan kepada orang lain. Selain itu, kemampuan dari penerima pesan juga berbeda Bahkan, komunikasi bisa menjadi sumber terjadinya konflik karena terjadinya kesalahpahaman, rasa ketidakpuasan, rasa frustasi atau stres dalam diri seseorang

Apabila hal-hal negatif tersebut tidak segera diatasi maka akan mempengaruhi dan menimbulkan kesalahpahaman dalam berelasi. Oleh karena itu, pemahaman tentang pentingnya komunikasi dan cara-cara menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam proses komunikasi sangat penting untuk diketahui oleh setiap pribadi yang saling berinteraksi dalam suatu masyarakat, organisasi ataupun juga dalam hidup berkomuitas agar tujuan bersama dapat dicapai secara efisien


(32)

dan efektif dan juga demi kebahagiaan hidup manusia.

3. Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, ide, pengalaman atau perasaan seseorang kepada orang lain. Ketika orang melakukan proses komunikasi, maka unsur-unsur yang terdapat dalam suatu komunikasi, yaitu: komunikator, komunikan, pesan, saluran yang dapat merubah pesan menjadi bentuk simbolik atau lambang perlu diperhatikan oleh orang yang membangun komunikasi. Turman Sirait (1983: 18) mengatakan bahwa proses komunikasi adalah proses pengiriman atau penyampaian suatu pesan dari pengirim kepada si penerima melalui lambang-lambang atau tanda-tanda tertentu yang mempunyai suatu tujuan, disalurkan melalui suatu saluran dan mendapat respon atau umpan balik dari penerima yang sama-sama mempunyai arti yang dimaksud oleh pengirim pesan. Dengan demikian, maksud yang hendak disampaikan dapat tercapai, yaitu diterima oleh lawan bicara. Karena itu dalam berkomunikasi dengan orang lain mengandaikan suatu proses. Ing Wursanto (2008: 75) mengatakan bahwa proses komunikasi ialah tahap-tahap atau langkah-langkah yang dilalui dalam melakukan komunikasi. Artinya pesan yang disampaikan oleh komunikator perlu disampaikan sedemikian rupa untuk mencapai keberhasilan komunikasi. Waktu dan tempat juga sangat menentukan apakah komunikasi dapat membuat suasana akrab dan hangat. Selain itu pesan yang mau disampaikan juga harus menggunakan bahasa yang sesuai agar dapat mencapai tujuan. Komunikasi merupakan satu hal terpenting bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lain, baik yang


(33)

sudah dikenal maupun yang belum dikenal sama sekali. Artinya komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

a. Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Setiap orang selalu berupaya menjalin relasi dengan orang lain melalui komunikasi. Dalam berkomunikasi orang bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain yang diajak berkomunikasi. Terkadang pesan yang disampaikan itu sangat jelas dan mudah dipahami orang lain, namun terkadang pesan yang disampaikan tidak dapat dipahami, bahkan disalahmengerti atau disalahpahami. Ketika seseorang berkomunikasi, tentunya salah satu hal yang perlu diperhatikan ialah apa yang disampaikan oleh komunikator terhadap komunikan, atau pesan atau hal apa saja yang menjadi bahan yang mereka perbincangkan. Dalam hidup sehari-hari komunikasi dapat dilakukan secara verbal dan non verbal.

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau ide, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran. Arni Muhammad (2009: 95) mengatakan bahwa komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara lisan maupun secara tulisan. Komunikasi lisan sebagai suatu proses di mana seorang komunikator atau pembicara berkomunikasi dan berinteraksi secara lisan dengan komunikan atau pendengar secara langsung untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Komunikasi lisan berhasil dengan baik apabila dipersiapkan terlebih


(34)

dahulu. Sedangkan komunikasi tulisan sebagai suatu proses di mana seorang komunikator mengirim pesan kepada komunikan atau penerima pesan melalui simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat yang bisa dibaca dan dimengerti oleh komunikan. Komunikasi tulisan ini juga akan berhasil dengan baik apa bila komunikator memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi tulisan seperti penggunaan kata-kata, cara menulis, isi dan kejelasan, sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima, dimengerti dan dipahami oleh orang yang menerima pesan.

Selain komunikasi verbal, ada juga komunikasi non verbal yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan pesan atau maksudnya kepada orang lain Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata tetapi melalui ekspresi atau gerak tubuh. Arni Muhammad (2009: 130) mengatakan bahwa komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan. Dengan komunikasi non verbal orang dapat mengekspresikan perasaannya atau menyampaikan informasi kepada orang lain melalui ekspresi wajah atau menggunakan gerak tubuh atau sikap tubuh. Artinya, melalui komunikasi non verbal orang dapat membangun dan menjalin relasi dengan orang lain. Dengan komunikasi non verbal orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu pesan atau informasi dan berbagai macam perasaan orang. Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem (2011: 110) mengatakan bahwa komunikasi non verbal adalah setiap informasi atau emosi dikomunikasikan tanpa menggunakan kata-kata atau non linguistik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi verbal menggunakan kata-kata secara lisan maupun tulisan sedangkan komunikasi


(35)

non verbal, komunikasi yang pesannya tanpa menggunakan kata-kata tetapi lebih dengan ekspresi.

Ketika seseorang melakukan proses komunikasi verbal, hampir secara otomatis didukung oleh komunikasi non verbal. Karena itu, komunikasi non verbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi non verbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan. Komunikasi non verbal digunakan untuk memastikan bahwa makna yang sebenarnya dari pesan-pesan verbal dapat dimengerti atau bahkan tidak dapat dipahami. Oleh karena itu komunikasi verbal dan non verbal, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keduanya saling membutuhkan guna mencapai komunikasi yang efektif.

b. Mengirim Pesan secara Efektif

Dalam berkomunikasi terkadang orang mengalami kesulitan. Hal ini dikarenakan oleh ketidakjelasan informasi sehingga disalah mengerti oleh orang yang diajak berkomunikasi. Banyak faktor yang mempengaruhi komunikasi menjadi tidak efektif dan menimbulkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Memang kita perlu menyadari bahwa terkadang kita kurang paham bagaimana cara berkomunikasi secara baik dan efektif dengan orang yang diajak berkomunikasi sehingga membawa hasil yang baik. Johnson sebagaimana disitir oleh Supratiknya (2003: 35) mengatakan bahwa ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam mengirimkan pesan secara efektif. Pertama, pesan yang kita sampaikan hendaknya mudah dipahami oleh penerima pesan. Kedua, pengirim pesan hendaknya memiliki kredibilitas atau kadar kepercayaan dimata penerima pesan. Ketiga, pengirim pesan harus memiliki ketrampilan dalam berkomunikasi.


(36)

Ketiga hal di atas menjadi sangat penting untuk dimiliki oleh setiap orang dalam berkomunikasi, agar pembicaraan dapat dimengerti dan dapat dipahami. Dalam berkomunikasi pesan yang disampaikan hendaknya mudah dipahami. Artinya bahwa apa yang kita komunikasikan dengan orang lain secara mudah dapat ditangkap maksudnya oleh orang yang diajak berkomunikasi. Karena itu, dalam berkomunikasi, kita harus memperhatikan orang yang diajak bicara, agar apa yang kita maksudkan dapat tersampaikan dan dimengerti serta diterima dengan baik oleh lawan bicara kita.

Dalam berkomunikasi dengan orang lain, pengirim pesan hendaknya juga memiliki kredibilitas atau kadar kepercayaan. Kadar kepercayaan yang dimaksud adalah seseorang memiliki beberapa aspek seperti: sifat bisa dipercaya sebagai sumber informasi dan sebagai pribadi yang bisa diandalkan dan diharapkan Selain itu, dalam berkomunikasi seseorang perlu memiliki motivasi atau maksud baik, sikap hangat dan bersahabat, memiliki keahlian dalam pokok pembicaraan dan memiliki sifat dinamis (proaktif, agresif dan empatik). Pengirim pesan juga ketika berkomunikasi harus lengkap dalam menyampaikan pesan sehingga mudah dipahami maksudnya. Dengan kata lain, dalam berkomunikasi pengirirm pesan perlu memilih dan menggunakan kata-kata sederhana yang mudah dipahami oleh orang yang diajak bicara. Dengan demikian, komunikasi efektif menjadi cita-cita dan harapan semua orang dan akan membawa hasil yang baik karena didukung oleh bagaimana cara ia mengirim pesan dan cara berkomunikasi.

c. Komunikasi Satu Arah dan Dua Arah


(37)

tanggapan atau umpan balik dari orang yang diajak berkomunikasi. Komunikasi satu arah yaitu komunikasi yang terjadi apabila pengirim tidak mengetahui apakah pesannya dapat dimengerti dengan baik oleh penerima. Artinya seseorang mengirim pesan tidak mendapatkan tanggapan dari lawan bicaranya. Komunikasi satu arah ini tidak membantu orang untuk lebih berkembang dalam berelasi dengan orang lain. Sedangkan komunikasi dua arah yaitu pengirim mendapatkan umpan balik dari penerima pesan secara langsung, artinya bahwa dalam berkomunikasi setiap pesan yang disampaikan mendapat tanggapan atau umpan balik dari orang yang menerima pesan. Komunikasi dua arah ini memudahkan orang untuk saling memahami dalam berkomunikasi dan saling mengembangkan relasi yang baik dan memuaskan bagi kedua belah pihak serta kerja sama yang efektif (Supratiknya, 2003: 38). Dengan demikian komunikasi yang efektif mengandaikan terjadi dengan komunikasi dua arah.

d. Pentingnya Memahami Sudut Pandang Orang Lain

Setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda satu sama lain. Dalam berkomunikasi terkadang terjadi kesalahpahaman. Hal ini disebabkan, karena orang sering beranggapan bahwa semua orang melihat sesuatu yang terjadi dari sudut pandang yang sama, pada hal setiap orang memiliki pandangan yang berbeda. Menurut Zohar dan Marshall dalam bukunya Spiritual Intelligences: “The Ultimate Intelligence” sebagaimana disitir oleh Paul Suparno (2013: 26) dijelaskan bahwa:

Spiritual Quotien (SQ) Sebagai inteligensi berkaitan dengan persoalan makna dan nilai hidup. Dengan Spiritual Quotien orang dapat lebih mampu untuk mengerti dan memahami apakah tindakan ini lebih bernilai dan berarti dari


(38)

pada tindakan yang lain, sehingga orang dapat memilih tindakan yang lebih tepat, kita semakin sadar akan orang lain, mengerti dampak tindakan kita pada orang lain dan terutama kita akan menjadi sadar bahwa kita adalah bagian integral dari keutuhan yang lebih luas, maka dalam pemikiran dan tindakan, kita tidak berpikir egois hanya demi diri sendiri tetapi juga berpikir bagi kepentingan orang lain.

Dalam berkomunikasi dengan orang lain tentu ada perbedaan pandangan tetapi sebaiknya tidak menyebabkan hubungan atau relasi dengan seseorang menjadi retak dan menjadi kurang baik. Ketika berkomunikasi orang tidak hanya mementingkan dirinya sendiri berkaitan dengan maksud dan pesan yang hendak disampaikannya tetapi juga perlu memperhatikan kepentingan orang lain yang diajak berkomunikasi. Dengan demikian dalam berkomunikasi perlu memahami sudut pandang orang lain sehingga komunikasi menjadi lebih efektif.

B. Komunikasi Efektif antar Pribadi

1. Pengertian Komunikasi Efektif

Supratiknya (2003: 9) mengatakan bahwa komunikasi sangat penting bagi kebahagiaan hidup manusia karena peran komunikasi adalah untuk membantu perkembangan intelektual dan sosial, membantu perkembangan pembentukan identitas diri, memahami realita dan kesehatan mental. Setiap orang membutuhkan komunikasi supaya bisa hidup secara harmonis. Dalam berkomunikasi orang sering tidak merasa puas karena komunikasi yang dilakukan tidak efektif atau tidak membawa hasil yang baik dan bermanfaat pada orang yang mengadakan komunikasi. Sering komunikasi kurang efektif karena kedua belah pihak memiliki tujuan yang berbeda dalam berkomunikasi atau komunikasi yang dilakukan tidak


(39)

sungguh-sungguh sehingga komunikasi yang dilakukan tidak efektif malahan mengecewakan.

Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan oleh pengirim berita dapat diterima dan dimengerti oleh penerima pesan sesuai dengan maksud dari pengirim berita. Kata efektif berarti terjadinya suatu efek atau akibat dari apa yang diinginkan dan lebih mengutamakan hasil. Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila yang dibicarakan atau yang dikomunikasikan itu mudah dan cepat dimengerti dan dipahami maksudnya oleh pendengar.

Deddy Mulyana (2001: 22) mengatakan bahwa komunikasi dikatakan efektif apabila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Dengan kata lain komunikasi dinilai efektif apabila pesan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim relevan dengan penerima, dapat ditangkap dan dapat dipahami oleh penerima. Sedangkan, Supratiknya (2003: 34) mengatakan bahwa komunikasi efektif yaitu apabila penerima menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim. Dengan demikian komunikasi dikatakan efektif apabila antara komunikan dan komunikator terjadi komunikasi dengan baik dan lancar. Seseorang yang berbicara dengan baik adalah yang dapat mempengaruhi pendengarnya dengan sikap dan gerak geriknya Karena itu dalam berkomunikasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

a. Mendengarkan secara Aktif

Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi, karena pesan yang disampaikan oleh komunikator kurang didengarkan dan kurang ditangkap maknanya oleh penerima pesan. Sering terjadi


(40)

orang mengungkapkan perasaan atau pengalamannya kemudian lawan bicara langsung menanggapi tanpa sebelumnya memahami apa yang dimaksudkan dan diungkapkan oleh lawan bicara. Mendengarkan merupakan faktor penting dalam berkomunikasi. Mendengarkan secara aktif berarti memahami perasaan, kebutuhan dan keinginan pembicara, sehingga kita dapat menghargai maksud atau sudut pandang lawan bicara kita dan mengadakan interpretasi terhadap suatu pesan yang diterima. Lunandi (1989: 35) mengatakan bahwa untuk mendengarkan secara aktif harus memperhatikan beberapa hal yaitu:1) mendengarkan maksud atau arti yang hendak disampaikan si pembicara dan bukan hanya kata-kata yang diucapkan, 2) tunda penilaian sampai pihak lain selesai berbicara secara tuntas 3) usahakan tidak memotong pembicaraan dengan jawaban atau cerita yang lain, 4) pandai-pandai memetik inti sari atau pesan terpenting dari apa yang dikatakan orang, 5) tunjukkan perhatian dengan anggukan atau senyum.

Dalam berkomunikasi, pendengar harus berusaha dengan sungguh-sungguh memahami maksud atau sudut pandang dari pembicara, tanpa memberi komentar atau penilaian sebelum pembicara selesai mengungkapkan apa yang hendak disampaikan. Mendengarkan dengan baik dan sungguh-sungguh tidak mudah sebab mendengarkan tidak hanya menyangkut konsentrasi dan indra tetapi juga kemampuan intelektual yang cukup berpengaruh yaitu menyangkut kemampuan untuk menangkap arti atau maksud pembicaraan. Dengan demikian kita dapat menanggapi dengan tepat saat kita berkomunikasi dengan lawan bicara.

b. Jujur terhadap Diri Sendiri


(41)

dalam berkomunikasi. Dalam komunikasi yang baik dibutuhkan kejujuran antara kedua belah pihak yang mengadakan komunikasi. Tanpa adanya kejujuran dalam hidup bersama kemungkinan akan terjadi konflik antar pribadi ataupun kelompok Dalam menjalin relasi persaudaraan dengan orang lain dibutuhkan kejujuran dari masing-masing pribadi. Orang yang jujur pasti akan mengakui kekurangan atau kelemahan dan kelebihan dalam dirinya dengan rendah hati dan menerima kekurangan dan kelebihan dari orang lain. Kalau tidak ada kejujuran dalam pribadi seseorang dapat menghambat terjadinya komunikasi. Maka kejujuran tidak dituntut dari pribadi orang lain tetapi kejujuran itu harus dimiliki oleh setiap pribadi. Dalam berkomunikasi dengan orang lain perlu dibangun sikap jujur terhadap diri sendiri dan jujur terhadap orang lain.

Lunandi (1989: 39) mengatakan bahwa betapa menyenangkan berbicara dengan orang yang mempunyai sikap terbuka untuk menyingkapkan diri dengan jujur. Keterbukaan tidak hanya menyangkut keyakinan dan pendirian mengenai suatu gagasan tetapi juga melibatkan perasaan seperti kecemasan, harapan, kebanggaan dan kekecewaan. Dengan kata lain dalam berkomunikasi dengan orang lain kita perlu mengungkapkan diri seutuhnya dengan jujur. Jujur terhadap diri sendiri harus kita tanamkan dan kita terapkan dalam diri kita sendiri hari demi hari, sehingga dalam menjalin relasi dan berkomunikasi dengan orang lain kita akan semakin menghargai segala kelebihan dan kelemahannya.

c. Menerima Diri dan Orang Lain

Dalam hidup bersama sikap menerima diri itu menjadi hal yang sangat penting agar hidup menjadi lebih berarti. Dalam berelasi dan membina hubungan yang


(42)

baik dengan orang lain hal pertama yang harus kita lakukan adalah kita mampu untuk menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya. Supratiknya (2003: 84) mengatakan bahwa semakin besar penerimaan diri kita dan semakin besar penerimaan kita terhadap diri orang lain akan semakin mudah kita menjalin dan membangun relasi yang semakin mendalam dengan orang lain. Menerima diri artinya memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri dan tidak bersikap sinis atau minder terhadap diri sendiri.

Dalam berkomunikasi efektif ada tiga hal yang berkaitan dengan penerimaan diri yaitu: pertama, kerelaan kita untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan reaksi kita kepada orang lain. kedua, kesehatan psikologis kita dan yang ketiga, penerimaan kita terhadap orang lain (Supratiknya, 2003: 85). Menerima diri apa adanya dengan baik serta menghargainya akan membantu kita untuk membuka diri terhadap orang lain. Semakin besar kita membuka diri semakin besar pula penerimaan orang lain atas diri kita. Semakin besar penerimaan orang lain atas diri kita semakin besar pula penerimaan diri kita.

2. Pengertian Komunikasi antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi adalah suatu proses pertukaran makna antara orang -orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut terdapat kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.


(43)

Kathleen S.Verderber sebagaimana dikutip oleh Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem (2011: 14) mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan proses melalui mana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna. Komunikasi antar pribadi selalu melibatkan umpan balik secara langsung antara sumber dan penerima. Komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai komunikasi dari hati ke hati dimana seseorang saling berhubungan dan saling mengungkapkan perasaan masing-masing dengan demikian kita dapat saling mengerti isi hati masing-masing.

Komunikasi antar pribadi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kebahagiaan hidup kita. Sadar atau tidak, ada sejumlah kebutuhan dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan dengan berkomunikasi dengan sesamanya Dalam berkomunikasi ada kesempatan untuk saling berbagi perasaan dan pengalaman yang dialami dalam hidup sehari-hari dan masing-masing kita dapat menciptakan dan mempertahankan suatu relasi yang baik dengan sesama. Dalam berkomunikasi antar pribadi diperlukan suatu sikap terbuka sehingga seseorang dapat mengerti dan memahami situasi yang dialami oleh sesama.

Lunandi (1989: 38), mengemukakan bahwa orang yang mau senantiasa tumbuh sesuai dengan zaman adalah orang yang mampu terbuka menerima masukan dari orang lain, merenungkannya dengan serius dan mengubah diri bila perubahan dianggapnya sebagai pertumbuhan kearah kemajuan. Dalam hal ini diperlukan keterbukaan hati dalam menyatakan atau dalam mengungkapkan dirinya sendiri secara jujur dan terbuka dengan mendengarkan dan menerima orang lain sebagaimana adanya


(44)

3. Peranan Komunikasi antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan berkomunikasi yang baik kita dapat mengetahui maksud dan tujuan dari lawan bicara kita. Menurut Jonhson sebagaimana disitir oleh Supratiknya (2003: 9) dikatakan bahwa ada beberapa peranan komunikasi antar pribadi dalam menciptakan kebahagiaan bersama, yaitu:

Komunikasi antar pribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial manusia. Perkembangan seseorang sejak bayi sampai dewasa dibentuk oleh ketergantungannya pada orang lain. Hal ini diawali dengan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi. Lingkaran ketergantungan kita dan komunikasi menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia kita.

Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan, dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Oleh karena itu lewat komunikasi dengan orang lain, kita dapat terbantu untuk menemukan dan mengetahui keunikan diri kita sebenarnya.

Perbandingan sosial dapat dilakukan lewat komunikasi dengan orang lain. Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama.

Kesehatan mental kita sebagian besar ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan dengan orang lain.


(45)

C. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Komunikasi

1. Faktor Penghambat Komunikasi

Dalam berkomunikasi tak jarang terjadi hambatan-hambatan sehingga komunikasi kurang berjalan dengan baik dan lancar bahkan tidak seperti yang diharapkan. Menurut Onong Uchjana Effendy (2004: 11) dikatakan bahwa komunikasi berlangsung dalam konteks situasional, ini berarti bahwa komunikator atau pengirim pesan harus memperhatikan situasi ketika komunikasi sedang dilangsungkan sebab situasi sangat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap komunikasi yaitu faktor sosiologis, antropologis dan psikologis. Secara sosiologis, komunikasi akan menjadi terhambat apabila komunikator mengkomunikasikan pesan atau informasi kepada orang lain kurang memperhatikan situasi sosial yang ada dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan atau lapisan, tingkat pendidikan usia dan sebagainya yang dapat menimbulkan perbedaan dalam status sosial Secara antropologis, dalam berkomunikasi seorang komunikator tidak akan berhasil apabila ia tidak mengenal siapa komunikan yang dijadikan sasarannya atau yang diajak berbicara. Dengan mengenal diri komunikan akan mengenal pula kebudayaannya, bahasa dan kebiasaannya. Secara psikologis, seringkali terjadi hambatan. Hal ini disebabkan karena dalam berkomunikasi komunikator sebelum melancarkan komunikasinya tidak memperhitungkan kondisi kejiwaan komunikan.

Lunandi (1989: 47-49) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menjadi penghalang komunikasi antar pribadi, yaitu :


(46)

komunikasi bersifat mendominasi atau selalu mengungkapkan kepentingannya, sehingga membosankan dan perhatian untuk mendengarkan semakin berkurang.

faktor emosi, artinya bahwa sikap dan tindakan emosional dari komunikator tidak terkendalikan oleh pikiran-pikiran sehat.

faktor pengalaman masa lampau, artinya komunikan sudah mempunyai prasangka atau pandangan yang kurang baik tentang komunikator.

faktor status sosial atau jabatan yang berbeda dan rendah. Untuk mengungkapkan dan menyampaikan pesan atau informasi menjadi kurang lengkap oleh karena adanya perasaan takut salah berkata-kata.

faktor lingkungan, artinya komunikator saat berkomunikasi dengan orang lain dalam ruang yang panas dan pengap mempengaruhi kesabaran seseorang dalam menerima dan memahami informasi atau pesan yang disampaikan.

Selain beberapa faktor di atas ada juga faktor penghalang muncul dari orang yang terlibat dalam komunikasi misalnya konsep pribadi yang keliru ketertutupan, dan sarana yang terbatas. Keterbatasan ungkapan, ungkapan yang salah dan sarana yang tidak cocok dengan maksud yang akan dikomunikasikan oleh komunikator serta situasi yang kurang mendukung menyebabkan komunikasi tidak berjalan dengan baik. Komunikasi akan berjalan lancar jika suatu pesan yang disampaikan komunikator dapat diterima oleh komunikan atau penerima pesan secara tuntas atau secara keseluruhan. Dalam berkomunikasi, komunikator tidak akan berhasil melancarkan komunikasinya, jika tidak mengenal siapa komunikan yang dijadikan sasarannya. Hal ini disebabkan karena komunikator sebelumnya tidak mengkaji dan mengenal diri komunikan terlebih dahulu.


(47)

2. Faktor Pendukung dalam Berkomunikasi

Berkomunikasi dengan orang lain berarti memperkenalkan diri kepada orang lain dengan harapan bahwa orang itu memberi respon. Scott M. Cultip sebagaimana disitir oleh Ing Wursanto (2008: 69) mengatakan bahwa keberhasilan dalam berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

Faktor kepercayaan

Dalam berkomunikasi antara komunikator atau yang mengirim pesan dan yang menerima pesan atau komunikan harus saling percaya. Dengan demikian pesan yang disampaikan dapat berhasil

Faktor perhubungan atau pertalian

Keberhasilan dalam berkomunikasi sangat berhubungan erat dengan situasi atau kondisi lingkungan pada waktu komunikasi sedang berlangsung

Faktor kepuasan

Komunikasi harus dapat menimbulkan rasa kepuasan antara kedua belah pihak Kepuasan ini akan tercapai apabila isi pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti dan dipahami oleh komunikan dan sebaliknya pihak komunikan memberikan respon atau reaksi kepada komunikator.

Faktor kejelasan

Kejelasan yang dimaksudkan di sini adalah kejelasan dalam isi pesan kejelasan dalam tujuan yang hendak dicapai juga kejelasan dalam menyampaikan atau memberikan pesan.

Faktor kemampuan pihak penerima

Dalam berkomunikasi hendaknya pengirim pesan atau komunikator perlu mengetahui kemampuan komunikan, oleh sebab itu pesan yang hendak


(48)

disampaikan dapat disesuaikan dengan kemampuan dari komunikan, sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh komunikan.

Supratiknya (2003: 28) mengatakan bahwa dalam berkomunikasi juga diperlukan sikap mempercayai dan dipercayai. Sikap mempercayai dan dipercaya adalah hal yang sangat penting dalam suatu komunikasi. Namun tingkat kepercayaan dalam suatu komunikasi akan berbeda-beda dan berubah-ubah sesuai dengan kemampuan dan kerelaan masing-masing individu untuk mempercayai dan dipercaya. Mempercayai berarti rela menghadapi resiko menerima akibat-akibat yang menguntungkan atau merugikan dengan menjadikan dirinya rentan terhadap kritikan dari orang lain. Tepatnya, mempercayai meliputi, membuka diri dan rela menunjukan penerimaan dan dukungan kepada orang lain. Dapat dipercaya berarti rela menanggapi orang lain yang ambil resiko dengan cara menunjukkan jaminan bahwa orang lain tersebut akan menerima akibat-akibat yang menguntungkan. Jadi, meliputi penerimaan atas kepercayaan yang ditunjukkan oleh orang lain kepada kita. Dalam melakukan komunikasi, semua pihak harus berada dalam tingkat yang sama yaitu saling memerlukan, dan saling merasa kurang. Relasi atau komunikasi dengan orang lain tidak hanya berhenti pada menerima mereka tetapi juga hendaknya kita membangun kepercayaan pada orang lain dalam berkomunikasi. Berkomunikasi dengan orang lain kita berharap dapat menciptakan dampak tertentu, munculnya gagasan-gagasan, kesan-kesan atau menimbulkan reaksi-reaksi perasaan tertentu dalam diri orang lain. Kadang kita berhasil mencapai itu namun ada kalanya kita gagal. Artinya, kadang orang memberikan reaksi terhadap tingkah laku kita dengan cara yang sangat berbeda dari yang kita harapkan.


(49)

Keefektifan kita dalam hubungan antar pribadi ditentukan oleh kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin kita sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan atau mempengaruhi orang lain sesuai dengan kehendak kita (Supratiknya 2003: 24). Jadi dalam meningkatkan keefektifan kita dalam hubungan antar pribadi, kita perlu berlatih bagaimana mengungkapkan maksud dan keinginan dan menerima umpan balik dari orang lain tentang tingkah laku kita. Dengan belajar dan berlatih terus menerus kita dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain sesuai dengan yang kita harapkan dari orang lain.

3. Ketrampilan Dasar Berkomunikasi

Komunikasi merupakan keterampilan yang penting dalam hidup manusia Unsur yang paling penting dalam berkomunikasi adalah bukan sekedar apa yang kita tulis atau yang kita katakan, tetapi karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan kepada penerima pesan. Penerima pesan tidak hanya sekedar mendengar kata atau kalimat yang kita sampaikan tetapi juga membaca dan menilai sikap kita. Komunikasi antar pribadi sangat penting dan untuk memulai, mengembangkan dan memelihara komunikasi yang baik dengan orang lain orang perlu memiliki sejumlah ketrampilan dasar berkomunikasi. Menurut Jonhson sebagaimana disitir oleh Supratiknya (2003: 10) mengatakan bahwa ada beberapa ketrampilan dasar berkomunikasi yang perlu dikembangkan bagi mereka yang berkomunikasi yaitu: saling memahami, mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan, mampu saling menerima dan saling memberi dukungan, mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah antar pribadi.


(50)

a. Saling Memahami

Orang sampai pada sikap saling memahami jika diantara mereka yang melakukan komunikasi ada sikap saling percaya, pembukaan diri, keinsafan diri dan penerimaan diri. Artinya bahwa dalam berkomunikasi kita saling mengungkapkan tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi, termasuk kata-kata yang diucapkan atau perbuatan yang dilakukan oleh lawan bicara kita. Untuk dapat membuka diri, kita perlu menginsafi diri dengan menyadari perasaan-perasaan kita maupun tanggapan-tanggapan batin lainnya. Dan untuk sampai pada keinsafan kita perlu menerima diri, mengakui pikiran-pikiran dan perasaan kita bukan menyangkal, menekan atau menyembunyikannya dan juga kita harus mampu untuk mendengarkan orang lain. Karena itu untuk dapat saling memahami dan memelihara komunikasi yang baik kita perlu membuka diri kepada orang lain dan mendengarkan dengan penuh perhatian saat orang lain berbicara dan membuka diri kepada kita, ( Supratiknya 2003: 11).

b. Mampu Mengkomunikasikan Pikiran dan Perasaan

Komunikasi akan menjadi baik dan efektif jika kita mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kita secara tepat dan jelas. Mengkomunikasikan pikiran dan perasaan, kita juga perlu menunjukkan sikap hangat dan rasa senang serta mampu untuk mendengarkan dengan menunjukkan bahwa kita memahami lawan komunikasi kita. Dengan saling mengungkapkan pikiran, perasaan dan saling mendengarkan kita mulai mengembangkan dan memelihara komunikasi yang efektif dengan orang lain. Lunandi (1989: 39) mengatakan bahwa orang yang terbuka mengungkapkan diri dengan jujur dan terbuka menerima orang lain


(51)

sebagaimana adanya merupakan keterbukaan dalam berkomunikasi untuk menuju pertumbuhan yang melibatkan perasaan seperti kecemasan, harapan, kebanggaan kekecewaan, atau dengan kata lain diri kita seutuhnya.

c. Mampu Saling Memberi dan Menerima

Dalam hidup sehari-hari, pada umumnya orang lebih senang menerima dari pada memberi, apa lagi memberikan sesuatu yang disukai atau yang disenangi. Memberikan sesuatu yang berharga menjadi sangat sulit untuk kita lepaskan. Kita lebih mudah menerima sesuatu yang diberikan entah itu berupa barang ataupun dalam bentuk lain dari pada kita memberi. Sering kali kita merasa sulit untuk memberikan perhatian, mendukung, mencintai, mendengarkan, menolong atau membantu orang lain karena kita harus mengeluarkan waktu, tenaga dan kesediaan hati. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif kita perlu saling menerima, saling memberikan dukungan dan saling menolong.

Supratiknya (2003: 11) mengatakan bahwa saling menerima dan saling memberi dukungan atau saling menolong, dengan maksud supaya kita mampu menanggapi keluhan orang lain, menunjukkan sikap memahami dan bersedia untuk menolong sambil memberikan jalan keluar agar orang tersebut mampu untuk menemukan pemecahan masalah yang dihadapi. Dengan demikian orang yang terlibat dalam komunikasi akan dapat berkembang secara bersama dalam segala aspek.

d. Mampu Memecahkan Konflik dan Bentuk-bentuk Masalah Pribadi


(52)

pribadi. Jonhson sebagaimana disitir oleh Supratiknya (2003: 94) mengatakan bahwa setiap hubungan antar pribadi terdapat unsur-unsur konflik, pertentangan pendapat atau perbedaan kepentingan. Yang dimaksud dengan konflik adalah situasi di mana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat atau mengganggu tindakan pihak lain. Untuk dapat memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah antar pribadi, bukanlah hal mudah untuk dihadapi atau diselesaikan dengan cepat. Orang perlu belajar terus-menerus agar dapat saling membantu dalam memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah antar pribadi yang muncul dalam berkomunikasi. Konflik yang ada dapat menyadarkan, membantu, dan mendorong seseorang untuk melakukan perubahan-perubahan dalam bersikap, bertindak dan berbicara. Dengan demikian, seseorang dapat memecahkan dan mengatasi konflik atau masalah yang muncul. Tentunya, dalam berkomunikasi antar pribadi kita mampu menghadapi dan memecahkan konflik yang muncul dengan tepat agar dapat menunjang perkembangan pribadi kita sendiri maupun perkembangan relasi kita dengan orang lain.


(53)

BAB III

HIDUP BERKOMUNITAS

Bab III berisi tentang hidup berkomunitas, dasar hidup berkomunitas, hidup persaudaraan dalam komunitas, gambaran umum tentang kongregasi SSpS.

A. Hidup Berkomunitas

1. Pengertian Hidup Komunitas

Setiap orang yang terpanggil menjadi religius membutuhkan komunitas karena komunitas merupakan lingkungan hidup tempat ia bertumbuh, berkembang dan berelasi dengan sesama anggota. Orang akan merasa bahagia apabila setiap anggota komunitas memiliki relasi yang baik antar pribadi, adanya keterkaitan satu sama lain, membantu perkembangan dalam diri seluruh anggota komunitas, dan menata cara hidup komunitas yang saling mendukung menjadi satu kesatuan. Martasudjita (2003: 26) mengatakan bahwa komunitas bukan sekedar kumpulan orang-orang yang hidup bersama, tetapi satu kesatuan dari orang-orang yang hidup bersama menurut pola interaksi yang baik dan mengembangkan.

Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) kanon 602 diterangkan mengenai komunitas yaitu: hidup persaudaraan yang menjadi kekhasan masing-masing tarekat, dengan semua anggotanya dipersatukan bagaikan dalam satu keluarga khusus dalam Kristus, hendaknya ditentukan sedemikian sehingga semua saling membantu untuk dapat memenuhi panggilan masing-masing, selain itu dalam persekutuan persaudaraan yang berakar dan berdasar dalam cinta kasih, para anggota hendaknya menjadi teladan dari perdamaian universal dalam Kristus.


(54)

Menurut Panitia Spiritulitas KOPTARI (2012a: 22) dikatakan bahwa komunitas merupakan tempat dimana setiap anggota saling mendukung dan menantang, tempat menimba kekuatan, inspirasi, kegembiraan dalam pelayanan tempat setiap anggota saling mencintai dan dicintai dalam ikatan persaudaraan dengan Kristus sebagai dasar utama yang menyatukan, tempat berbagi iman kasihpengharapan, tempat saling membentuk diri menjadi manusia yang utuh dan bahagia sebagaimana dikehendaki oleh Allah.

Darminta (1984: 7) mengatakan bahwa hidup bersama dalam komunitas merupakan hidup dalam persekutuan, dimana orang sanggup dan rela untuk saling membantu, meneguhkan, menghibur dan memberi semangat maupun saling memberi koreksi yang dilandasi dengan cinta. Dalam Konst SSpS art. 304 diterangkan mengenai peranan Roh Kudus dalam komunitas sebagai berikut:

Roh Kudus mempersatukan kita dalam cinta persudaraan yang tulus. Dalam keanekaan budaya, bangsa, kepribadian dan usia, kita mengalami kekayaan karunia Roh Kudus dalam diri kita masing-masing. Hendaknya kita saling menghargai, menyemangati, membantu, saling berbagi rasa dan saling memberi perhatian pada hidup dan karya. Kehadiran Roh cinta di tengah-tengah kita dinyatakan dalam saling percaya dan cinta yang penuh perhatian. Ini adalah ciri khas komunitas kita.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunitas religius merupakan kesatuan orang-orang dalam ikatan panggilan yang sama untuk mengikuti Yesus Kristus. Sebuah komunitas perlu memiliki visi-misi yang sama atau tujuan yang satu dan sama. Komunitas juga merupakan medan atau lingkungan hidup yang diwarnai oleh relasi antar pribadi yang saling meneguhkan hidup panggilan, saling memperkuat, memperkaya dan saling melengkapi satu sama lain dalam mengikuti Yesus Kristus. Komunitas religius secara istimewa bernilai sebagai tanda, yang pokok bukanlah pelayanan-pelayanan profesional


(55)

para anggotanya tetapi tanda atau kesaksian hidup yang mereka berikan kepada dunia, menghadirkan dan menyebarkan cinta yang dilandasi dengan kasih persaudaraan.

1. Bentuk-bentuk Komunitas Religius

Komunitas religius semakin ditantang untuk menjadi tanda dalam berbagai bentuk penghayatan hidup persaudaraan kristiani. Berbagai bentuk penghayatan hidup persaudaraan dalam komunitas sesungguhnya merupakan kekayaan hidup dalam Roh yaitu dalam ikatan kasih yang menyatukan berbagai bentuk ikatan (Kol 3:14). Berbagai bentuk hidup komunitas religius berkaitan erat dengan kemampuan persekutuan kristiani untuk menyediakan semua karunia roh. Kaum religius ditantang untuk saling berbagi. Menurut Panitia Spiritualitas KOPTARI (2012a: 13) ada beberapa bentuk komunitas.

a. Komunitas terbuka

Panitia Spiritulitas KOPTARI (2012a: 15) mengatakan bahwa: komunitas terbuka artinya komunitas yang mau terbuka terhadap lingkungan sekitar dan juga terbuka untuk umum. Dengan kata lain komunitas yang terbuka untuk siapa saja. Komunitas terbuka perlu memiliki semangat persaudaraan yang harus dipupuk dan dikembangkan secara terus menerus. Dalam komunitas terbuka ini, ada sikap jujur, kasih persaudaraan, ada pengampunan, kerja sama, pengorbanan, saling pengertian serta keterlibatan satu sama lain. Komunitas yang demikian akan membuahkan rahmat bagi banyak orang maupun juga untuk anggota komunitas Orang yang hadir di dalam komunitas terbuka akan merasakan kesegaran dan


(1)

(11)

Responden V

Makna yang dapat dipetik dalam berkomunikasi yaitu adanya rasa saling menghargai satu dengan yang lain dalam berkomunikasi, adanya kepuasan dalam berkomunikasi, merasa diterima dan dihargai oleh lawan bicara.

Responden VI

Bagi saya komunikasi efektif dalam komunitas adalah berbicara dengan cara, waktu dan tempat yang tepat, apa yang disampaikan dengan hati akan memberi hidup bagi orang lain atau lawan bicara.

Responden VII

Pesan yang dapat saya petik yaitu bahwa komunikasi efektif sangatlah penting untuk kehidupan bersama.

Responden VIII

Makna yang dapat dipetik yaitu adanya suasana persaudaraan, kerjasama yang baik, saling menghargai dan keterbukaan untuk mendengarkan orang lain.

Responden IX

Makna yang saya petik dari doa, hidup komunitas maupun hidup misi atau karya. komunikasi efektif dalam hidup komunitas adalah terjalin sebuah komunio atau kesatuan hati dalam mewujudkan misi. Komunikasi yang efektif menciptakan keharmonisan dalam seluruh aspek seperti relasi, hidup.

Responden X

Pesan yang dapat saya petik yaitu bahwa komunikasi efektif itu sangat penting dalam membangun sebuah kehidupan bersama. Kehidupan bersama dalam sebuah komunitas akan menjadi harmonis jika setiap pribadi dalam komunitas mampu saling memahami dan mendengarkan terutama dalam berkomunikasi.

Responden XI

Makna yang saya petik dari komunikasi efektif: pengenalan terhadap pribadi seseorang sangat penting untuk bagaimana menyampaikan pesan yang ingin disampaikan pada seseorang, dalam hal ini bisa dengan lisan, tulisan ataupun lambang sehingga pesannya dapat ditangkap atau diterima dengan baik atau mendapat tanggapan tentang pesan itu.

Responden XII

Dengan berkomunikasi efektif, segala pesan dapat disampaikan dengan benar,sehingga situasi damai dan penuh kegembiraan dapat terwujud. Dengan


(2)

(12)

komunikasi efektif, segala aktifitas dapat berjalan dengan baik dan memperkecil adanya salah paham.

5. Apa saja yang menjadi harapan-harapan Suster dalam berkomunikasi efektif untuk membengun semangat persaudaraan?

Responden I

Bisa saling menerima dan diterima, mampu menghasilkan perubahan sikap pada orang yang terlibat dalam komunikasi efektif, mampu mendengarkan dan didengarkan atau menjadi pendengar yang baik, adanya kejelasan dalam pesan yang disampaikan.

Responden II

Semoga komunikasi efektif menjadi suatu sarana yang baik yang mendukung kehidupan berkomunitas, semakin memahami arti dari komunikasi efektif itu sendiri dan tidak salah dalam memaknai dan menerapkan komunikasi verbal dan non verbal serta dapat menggunakan secara tepat dan benar.

Responden III

Harapan saya mari kita jadikan komunikasi yang efektif sebagai pemersatu dalam hidup berkomunitas sehingga tidak terjadi kesalahpahaman hanya karena komunikasi yang tidak membantu kita untuk menemukan sebuah jawaban yang benar.

Responden IV

Memperhatikan konteks dalam berkomunikasi, pelajari budaya sesama, mendengarkan dengan baik atau mendengarkan dengan hati.

Responden V

Harapan saya bahwa dengan komunikasi yang baik kita semakin mendukung satu sama lain untuk tetap bersatu dalam ikatan cinta yakni kasih persaudaraan yang tulus, saling mencintai, ,berbagi dan saling mendoakan.

Responden VI

Harapan saya yaitu bahwa perlu menanamkan pemahaman akan pribadi atau lawan bicara, menghargai lawan bicara, menggunakan tata bahasa yang baik tanpa menggunakan komunikasi tanpa kekerasan., berpikir positif terhadap lawan bicara dan memiliki rasa empaty.


(3)

(13)

Responden VII

Harapan saya yaitu baik pemberi dan penerima informasi dapat hadir sepenuhnya pada situasi saat itu sehingga pesan tersampaikan dengan baik, ada kesabaran dalam memberi informasi atau memberi penjelasan selengkapnya dan ada kerelaan penerima pesan untuk mendengarkan dengan teliti dan bijaksana.

Responden VIII

Harapan saya, dalam berkomunikasi yaitu, adanya saling keterbukaan diantara sesama, saling mendengarkan dengan hati, jujur dan apa adanya.

Responden IX

Harapan saya dalam berkomunikasi efektif, setiap suster mampu untuk saling memahami, mampu untuk mendengarkan dan bisa mengungkapkan pikiran maupun perasaanya secara tepat dan jujur, mampu untuk saling membantu, mendukung dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif.

Responden X

Harapan saya yaitu bahwa setiap pribadi mampu mendengarkan sesama dengan hati dan memahami setiap keunikan yang dialami diri sendiri maupun orang lain.

Responden XI

Harapan saya yaitu menyamakan pandangan atau persepsi sehingga dalam berkomunikasi mempermudah satu sama lain, mengenal lawan dengan baik, sehingga penyampaiannyapun akan lebih mengena, mendengarkan dengan hati atau menjadi pendengar yang baik bagi orang lain, sadar akan situasi atau keberadannya, mengenal lingkungan, kondisi, sehingga mendapatkan tanggapan antar keduanya (pengirim pesan dan penerima pesan).

Responden XII

Harapan-harapan saya yaitu bahwa masing-masing suster berusaha untuk belajar dan mengetahui apa dan bagaimana komunikasi efektif itu, para suster melakukan komunikasi yang efektif sehingga pesan dapat tersampaikan dengan benar, dengan dilaksanakannya komunikasi efektif, diharapkan kesalahpahaman tidak terjadi dan pesaudaraan semakin terjalin.


(4)

Lampiran 3: Foto-Foto Kegiatan Para Suster SSpS

Ibadat bersama Pesta Family

Pembukaan 125 Tahun SSpS Sejagat Perayaan Ekaristi HUT Kongregasi SSpS


(5)

Natalan Bersama Kordiska (UIN) dan Makan Bersama Para Waria

Bersama Rm. Tarsisius, CSsR Pakaian Daerah Pada Hari Raya Pentekosta


(6)

Kegiatan Junior HUT Konggergasi SSpS

Rekreasi Bersama