Presbikusis Metabolik Strial Gangguan Keseimbangan pada Geriatri

pendukung, sel-sel sensorik serta epitel sel membran basiler; yang akan menyebabkan kehilangan kemampuan menerima suara nada tinggi. Kehilangan sel ganglion terjadi seiring dengan degenerasi organ korti.

b. Presbikusis Neural

Adanya kehilangan fungsi pendengaran neurosensorik, sedang pada audiogram terdapat gambaran tipikal dengan kurva menurun dan defisit pada frekuensi tinggi kurang parah dibanding presbikusis sensorik. Presbikusis ini dikarakteristikkan dengan kehilangan diskriminasi percakapan yang juga menunjukkan kehilangan nada murni. Kurangnya skor diskriminasi ini merefleksikan adanya reduksi jumlah neuron koklea dalam kaitan dengan fungsi organ korti. Kehilangan fungsi pendengaran ini sering berhubungan dengan jalur pendengaran yang lebih tinggi. Pasien dengan presbikusis neural yang progresif dapat memperlihatkan perubahan degenerasi lain pada sistem neurocerebral, dengan adanya inkoordinasi, kehilangan memori, dan gangguan pusat pendengaran. Degenerasi neural bisa terlihat pada berbagai usia tapi tidak selalu menimbulkan manifestasi klinik yang parah.

c. Presbikusis Metabolik Strial

Vaskularisasi strial terdapat pada dinding lateral dari duktus koklearis dan merupakan instrumen untuk menjaga keseimbangan biokimia cairan telinga dalam, sehingga endolimfatik dapat berfungsi dengan baik. Vaskularisasi strial dipercaya sebagai sumber formasi endolimfatik karena terdapat sejumlah besar enzim oksidatif yang dibutuhkan glukosa untuk metabolisme. Kerusakan pada stria menyebabkan hilangnya fungsi pendengaran. Degenerasi jaringan pada kehilangan fungsi pendengaran yang progresif dimulai pada kelompok usia pertengahan sampai usia lanjut. Pola audiometrik umumnya datar dan dapat disertai diskriminasi bicara. Atrofi pada jalur strial kemungkinan terjadi pada pertengahan dan apikal dari koklea. Populasi neuronal umumnya dinilai dengan skor speech discrimination, dimana nilai normal batas ambang elevasi melebihi 59 dB.

d. Presbikusis Mekanik Koklea konduktif

Tipe ini dikarakteristikkan dengan pola penurunan berupa garis lurus. Skor speech discrimination berkurang sampai derajat kehilangan nada murni. Tipe ini dianggap kontroversial oleh beberapa kalangan, tetapi secara histopatologik telah dapat dideskripsikan secara definitif hubungannya dengan presbikusis konduktif. Sebuah teori menjelaskan bahwa kekakuan pada membran basiler akan mempengaruhi pergerakan mekanik koklea. Pengelompokan presbikusis di atas sukar untuk dilakukan dengan tepat. Penggolongan tersebut hanya dengan menggunakan pendekatan ke salah satu di antara empat tipe presbikusis, sedang implikasi proses histopatologik spesifik akan membantu menjelaskan pola audiometrik.

5. Gejala Klinis

Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik FAkultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 222 Keluhan utama berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan- lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga. Saat berkurangnya pendengaran biasanya tidak diketahui. Keluhan lainnya adalah telinga berdenging tinitus dengan nada tinggi. Penderita dapat mendengar suara percakapan tetapi sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat di tempat dengan suasana yang riuh cocktail party deafness. Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul nyeri di telinga akibat kelelahan saraf. Pada orang dengan presbikusis dapat terlihat berbagai gangguan fisik dan emosi, seperti yang digambarkan oleh NCOA National Council On Aging seperti gangguan hubungan interpersonal dengan keluarga, sifat- sifat berupa kompensasi terhadap hilangnya pendengaran, marah dan frustrasi, depresi dan gejala-gejala depresif, introvert, merasa kehilangan kendali terhadap kehidupan, perasaan paranoid, kritis terhadap diri sendiri, mengurangi aktivitas dalam kelompok sosial, berkurangnya stabilitas emosi.

6. Diagnosis

Untuk mendiagnosis pasien presbikusis dilakukan dengan berbagai cara antara lain menanyakan riwayat kesehatan. Dapat dilakukan pemeriksaan telinga secara menyeluruh untuk dapat menyingkirkan penyebab-penyebab umum dari kehilangan pendengaran, seperti adanya cairan di telinga atau penyumbatan.  Pemeriksaan tes berbisik Pemeriksaan ini bersifat semi kuantitatif, menentukan derajat ketulian secara kasar. Hal yang perlu diperhatikan adalah ruangan cukup tenang, dengan panjang minimal 6 meter. Pada nilai-nilai normal tes berbisik adalah 56 – 66.  Pemeriksaan garputala Pemeriksaan ini menggunakan garputala dengan frekuensi 512, 1024, dan 2048 Hz. Penggunaan garputala penting untuk pemeriksaan secara kualitatif. Biasanya yang sering digunakan adalah pemeriksaan garputala dengan frekuensi 512 Hz karena penggunaan garputala pada frekuensi ini tidak dipengaruhi oleh suara bising di sekitarnya. Terdapat berbagai macam tes garputala, seperti tes Rinne, tes Weber, tes Schwabach, tes Bing, dan tes Stenger. Tes Rinne adalah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang. Caranya penala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoid, setelah tidak terdengar, penala Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik FAkultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 223 dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne positif +, bila tidak terdengar disebut Rinne negatif - Tes Weber adalah Caranya adalah penala digetarkan, kemudian tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala di vertex, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau di dagu. Apabila bunyi terdengar lebih keras ke salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Apabila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi. Tes Schwabach adalah tes untuk membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Caranya dengan menggetarkan penala, kemudian tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya, yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa terlebih dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schawabach memanjang. Bila pasien dan pemeriksa sama-sama mendengarnya disebut Schwabach sama dengan pemeriksa.  Pemeriksaan timpanometri Pemeriksaan telinga secara khusus ini untuk mengetahui adanya kekakuan dari membran timpani dan mengevaluasi fungsi telinga tengah. Pemeriksaan timpanometri dapat mendeteksi adanya cairan di telinga tengah, adanya tekanan negatif di telinga tengah, kerusakan tulang-tulang pendengaran, adanya ruptur perforasi membran timpani, dan otosklerosis. Cara pemeriksaan ini dengan memasukkan alat ke dalam liang telinga, kemudian diberikan sejumlah tekanan. Alat yang dimasukkan tersebut digunakan untuk mengukur pergerakan membran timpani terhadap tekanan yang diberikan. Hasil pemeriksaan direkam kemudian dicetak pada kertas yang disebut timpanogram. Jika terdapat cairan dalam telinga tengah, maka membran timpani tidak akan bergetar seperti seharusnya dan terlihat garis dalam timpanogram mendatar. Jika terdapat udara dalam telinga tengah, dan udara tersebut berbeda tekanannya dengan tekanan udara sekitarnya, maka garis pada timpanogram akan berubah sesuai dengan keadaan.  Pemeriksaan otoskopi Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik FAkultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 224 Dengan pemeriksaan otoskopi dapat ditemukan kelainan pada telinga luar dan telinga dalam. Kelainan pada telinga luar seperti tuli konduktif seperti oklusi serumen, kelainan kanalis telinga seperti perdarahan atau adanya tumor. Kelainan pada telinga dalam seperti membran timpani perforasi, timpanosklerosis, bulging dari membran timpani, dan adanya cairan atau darah.  Pemeriksaan audiometri Pemeriksaan ini merupakan suatu pengukuran baku untuk mengetahui fungsi pendengaran yang dilakukan dengan alat audiometer oleh seorang audiologist. Pada pemeriksaan pasien presbikusis, audiometri nada murni menunjukkan suatu tuli saraf nada tinggi, bilateral dan simetris. Pada tahap awal terdapat penurunan yang tajam sloping setelah frekuensi 2000 Hz. Gambaran ini khas pada kedua jenis presbikusis yang sering ditemukan, yaitu jenis sensorik dan neural. Pada jenis metabolik dan mekanik garis ambang dengar pada audiogram terlihat lebih mendatar, kemudian pada tahap-tahap berikutnya berangsur-angsur menurun. Pada semua jenis presbikusis tahap lanjut juga terjadi penurunanan pada frekuensi yang lebih rendah. Pada pemeriksaan audiometri tutur menunjukkan adanya gangguan diskriminasi bicara speech discrimination, keadaan ini jelas terdapat pada presbikusis neural dan koklear. Hal-hal lain yang harus diperhatikan antara lain pada buku-buku fisik diagnostik pemeriksaan auditorius sering membingungkan dan kontradiktif. Tetapi sejumlah literatur merekomendasikan pemeriksaan seperti suara bisikan, tes garputala, suara bicara, suara detakan jam atau bunyi jari. Walaupun kehilangan fungsi pendengaran pada lanjut usia tidak selalu dapat ditangani secara medis, tetapi perlu dilakukan pemeriksaan telinga oleh dokter, setidaknya masalah gangguan konduksi akibat impaksi serumen. Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik FAkultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 225 Pasien yang mengalami gangguan pendengaran, di ruang pemeriksaan sering terlihat fungsi pendengarannya cukup baik, karena suasana ruangan yang sangat tenang sehingga dapat lebih memfokuskan pada penglihatannya, seolah-olah pendengarannya baik. Peralatan skrining yang paling sensitif adalah audiometri. Skrining dengan audiometer adalah peralatan yang sederhana dan relatif murah serta mudah dipergunakan dan diinterpretasikan. Pemeriksaan garputala kurang bermakna bagi identifikasi gangguan fungsi pendengaran pada usia lanjut karena pemeriksaan ini menggunakan suara berfrekuensi rendah sedangkan pada orang tua umumnya mengalami gangguan mendengar frekuensi tinggi. Identifikasi dan evaluasi gangguan pendengaran pada lanjut usia seharusnya menjadi komponen integral dari kedokteran geriatri, meski sering diabaikan oleh banyak instansi perawatan primer. Selain itu sering terjadi kesalahan mengenal adanya gangguan fungsi pendengaran pada lanjut usia oleh dokter pada penanganan awal. Lebih dari setengah kasus kehilangan fungsi pendengaran dilaporkan tidak mendapat tindak lanjut terhadap pasien.

7. Dampak Psikososial Gangguan Pendengaran

Orang yang kehilangan daya dengar, tanpa disadari akan terlibat dalam hal-hal yang “bodoh,” menjawab pertanyaan dengan tidak tepat, serta terlihat lebih depresi, anxietas, dan paranoia dibandingkan dengan orang yang memakai alat bantu pendengaran. Gangguan fungsi pendengaran tidak akan menghambat aktivitas fisik secara langsung, tetapi akan sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita. Secara psikososial akan terlihat penurunan kemampuan untuk mengerti perkataan dan apresiasi yang buruk pada penderita gangguan fungsi pendengaran. Gangguan ini sering tidak disadari oleh penderita, sampai dialami adanya kehilangan fungsi pendengaran yang nyata secara langsung, dan gangguan ini hampir mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Dampak primer dari gangguan fungsi pendengaran adalah gangguan pada saat berkomunikasi. Hal ini akan menyebabkan timbulnya perasaan untuk menutup diri, yang akan berakibat hilangnya kesempatan edukasi, kerja, rekreasi, kegiatan rohani, hiburan, dan kegiatan lainnya. Perasaan menutup diri yang lebih jauh juga dapat sebagai akibat dari ketidakmampuan mengenal berbagai macam variasi suara. Salah paham dan kurangnya simpati terhadap pasien dengan gangguan pendengaran telah menjadi warisan budaya kita. Sikap ini sedikit berbeda dari persepsi dan perlakuan terhadap orang buta. Sering gejala gangguan pendengaran tidak menjawab ketika diajak bicara, memberi jawaban yang tidak tepat atau mengulang pertanyaan atau jawaban sama menyebabkan lawan bicara memperlakukan mereka sebagai orang yang mengalami penurunan Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik FAkultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 226 fungsi kognitif. Perlakuan ini sering dilakukan terhadap golongan lanjut usia yang mengalami gangguan pendengaran. Dikenal dua konsekuensi gangguan pendengaran yang paling sering dilaporkan pada lanjut usia, yaitu depresi dan isolasi sosial. Kehilangan fungsi pendengaran yang signifikan pada lanjut usia dapat menyebabkan adanya perasaan malu, rendah diri, kekakuan, mudah marah, tegang, sifat menghindar, dan negativisme yang makin memperburuk hubungan dengan lingkungannya. Pada tingkat lebih lanjut, hubungan dengan lingkungan sosial akan makin memburuk, hidup dalam keterisolasian dan kualitas hidup yang menurun. Oleh karena itu, ditinjau dari segi psikososial diperlukan identifikasi dan rehabilitasi yang segera agar dampak yang ditimbulkan tidak semakin memburuk dan dampak yang timbul dapat diminimalisasikan.

8. Penatalaksanaan

Telah dilaporkan bahwa orang-orang dengan gangguan fungsi pendengaran hanya 5 yang dapat ditolong secara medis dan akan lebih rendah lagi apabila yang terkena adalah para pasien dengan usia lanjut. Sedang populasi terbesar gangguan fungsi pendengaran perseptif ditemukan pada golongan lanjut usia. Sebagai konsekuensi dari hal di atas maka rehabilitasi sebagai upaya mengembalikan fungsi pendengaran dilakukan dengan memakai alat bantu hearing aid. Pemakaian alat bantu dengar akan lebih berhasil dan memuaskan apabila dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran speech reading dan latihan mendengar auditory training yang prosedurnya dilakukan bersama dengan ahli terapi wicara speech terapist. Alat bantu dengar diciptakan untuk meningkatkan dan menghantarkan suara ke telinga yang mengalami gangguan. Semua alat bantu dengar mempunyai komponen dan fungsi sebagai berikut: 1. Input microphone : untuk mengubah suara menjadi energi listrik 2. Amplifier : untuk meningkatkan kekuatan dari sinyal listrik 3. Output receiver : untuk mengubah sinyal listrik ke energi suara 4. Battery : untuk menyediakan tenaga hearing aid 5. Volume control : untuk mengatur volume suara Speech reading Auditory training Terapi speech reading yang dibantu dengan visualisasi akan lebih mudah dimengerti. Istilah speech reading sekarang ini lebih disukai daripada istilah yang lama yaitu lip reading. Speech reading tidak hanya mempelajari pergerakan bibir, tetapi juga meliputi interpretasi terhadap ekspresi wajah, tubuh, dan gerak tangan. Banyak orang dengan gangguan pendengaran tidak tahu ataupun tidak menggunakan speech reading untuk sesuatu yang lebih luas. Mereka tidak menyadari betapa pentingnya input visual agar apa yang Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik FAkultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 227 mereka sampaikan lebih mudah untuk dimengerti. Tidaklah mengherankan apabila banyak orang dengan gangguan pendengaran, terutama mereka yang mengalami kehilangan pendengaran progresif dapat mengembangkan kemampuan mereka tanpa perlu latihan di tempat resmi. Speech reading biasanya disatukan dengan auditory training dan hearing aid orientation. Auditory training mengajarkan pendengar untuk menggunakan secara efektif pendengaran yang minimal karena gangguan pendengaran yang dialami. Kombinasi input visual dan input auditori akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk memahami percakapan yang berlangsung. Hearing aid orientation juga sangat menolong untuk para lanjut usia yang mengalami gangguan pendengaran. Dalam hal ini juga termasuk cara penggunaan alat bantu dengar, yang meliputi kemampuan dasar dari penggunaan alat bantu dengar, penempatan baterai, dan petunjuk pemakaian yang baik dan benar. Faktor–faktor yang mempengaruhi penggunaan alat bantu dengar Adaptasi penggunaan alat bantu dengar cukup sulit dan keberhasilannya sangat tergantung dari masing-masing individu. Sering pada usia lanjut terjadi penolakan terhadap alat bantu dengar ini, karena adanya stigma sosial terhadap orang dengan gangguan pendengaran. Kultur kita memandang bahwa kehilangan pendengaran adalah suatu proses yang wajar dari suatu proses menua, sehingga pemakaian alat bantu dengar dianggap tidak perlu. Hal terpenting yang mendukung kenyamanan atas pemakaian alat bantu dengar adalah lingkungan. Hal ini bahkan melebihi dari kemampuan mendengar itu sendiri. Motivasi, keputusan pribadi, dan dukungan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengguna alat bantu dengar. Rupp dkk meringkas faktor-faktor yang penting dari pengguna alat bantu dengar pada lanjut usia, dan menawarkan suatu ukuran penilaian untuk memprediksi para lanjut usia yang menggunakan alat bantu dengar, termasuk mengukur keberhasilan penggunaan alat tersebut. Faktor – faktor tersebut adalah : 1. Motif dan referensi dari keluarga diri sendiri dan keluarga 2. Kesulitan mendengar dari dirinya menerima kenyataan vs menolak 3. Kesulitan dalam berkomunikasi dan banyak kesalahan dalam berkomunikasi. 4. Besarnya gangguan pendengaran dan kesulitan mengerti lawan bicara sebelum dan sesudah menggunakan alat bantu dengar 5. Informasi yang diterima selama menggunakan alat bantu dengar tersebut positif atau negatif 6. Kemudahan dan adaptasi pasien 7. Umur 45 tahun vs 90 tahun 8. Ketangkasan tangan dan jari serta pergerakan secara umum baik vs terbatas 9. Kemampuan visual baik vs terbatas Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik FAkultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 228 10. Pendapatan finansial mampu vs terbatas 11. Orang yang tepat untuk membantu ada vs tidak ada Setelah terjadi gangguan pendengaran, para lanjut usia dinilai berdasarkan faktor-faktor di atas. Bila faktor-faktor tersebut terpenuhi maka orang lanjut usia dapat diprediksi untuk menggunakan alat bantu dengar dengan baik atau tidak. Walaupun untuk sementara ukuran tersebut bukan tanpa kritikan, tetapi telah diakui bahwa faktor-faktor tersebut memang penting untuk keberhasilan pengguna alat bantu dengar pada lanjut usia. Pada beberapa kasus lanjut usia dengan gangguan pendengaran, walaupun sangat buruk dalam penilaian skor di atas, tetapi mereka dapat menerima dan menggunakan alat bantu dengar dengan efektif. Pemakaian alat bantu dengar harus nyaman untuk pasien dalam menjalani kehidupan sehari-harinya dan sesuai dengan kapasitas fisik. Berdasarkan amplifikasi dari alat bantu dengar, maka minimal dibutuhkan alat-alat seperti : 1. Advanced Modern Signal Processing menyediakan amplifikasi yang tepat bagi setiap pasien 2. Multi Channel frekuensi yang berbeda membutuhkan amplifikasi yang berbeda sehingga harus disesuaikan 3. Enhancing Understanding in Noise Multi Microphone Technology dan Noise Filtering Sebagai tambahan dapat digunakan bantuan, baik elektronik maupun nonelektrolik, berupa ALD Assisted Listening Devices, seperti nyala lampu bila bel pintu atau telepon berbunyi. Selanjutnya dalam memilih dan menentukan alat bantu pendengaran yang akan digunakan perlu diperhatikan jenis, alat yang sesuai, berapa harganya. Agar pasien dan masyarakat dapat tertolong, maka hearing aids harus dapat memenuhi hal-hal berikut, sederhana, efektif, murah, baterai tersedia dan murah. Sekarang ini di pasaran tersedia banyak jenis hearing aids yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Terdapat hearing aids yang digital maupun analog, dari yang murah sampai mahal. Juga dikenal hearing aids yang dipasang di dalam telinga, yang dipasang di kanal serta dipasang seluruhnya di dalam kanal. Pemilihan dan penentuan hearing aids akan digunakan dapat dilakukan melalui gejala kunci keberhasilan dari usaha ini.

c. Gangguan Keseimbangan pada Geriatri

Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik FAkultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 229 Salah satu masalah utama yang sering dihadapi oleh orang lanjut usia adalah gangguan keseimbangan, yang akan memberikan implikasi yang cukup berpengaruh dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Berdasarkan penelitian mengenai kekerapan jatuh pada orang lanjut usia diperoleh hasil sebagai berikut : Usia tahun Prevalensi Tahunan 65 – 70 28 – 35 70 – 75 35 75 32 - 42 Vertigo Posisional Paroksismal Jinak VPPJ merupakan suatu penyakit yang paling sering dijumpai pada gangguan keseimbangan, meliputi 28 dari seluruh keluhan gangguan keseimbangan Anatomi Sistem Vestibuler - Sistem keseimbangan tubuh terdiri atas sistem vertibuler, somatosensoris, dan penglihatan - Sistem vestibuler terdiri atas : - sentral : nukleus vestibularis, cerebellum, thalamus, dan korteks serebri - perifer : organ vestibuler, ganglion vestibularis, dan N. vestibularis - Sistem vestibularis perifer terletak pada pars petrosum os temporal terdiri atas labirin tulang yang berisi perilimfe dan labirin membran yang berisi endolimfe - Labirin membran terdiri atas: - Labirin statis terdiri atas utrikulus dan sakulus - Labirin kinetik terdiri atas kanalis semisirkularis horizontal, kanalis semisirkularis vertikal posterior, dan kanalis semisirkularis vertikal anterior Fisiologi Sistem Vestibuler Fungsi utama sistem vestibuler perifer adalah memberikan informasi rangsang percepatan sudut dan percepatan linier, membantu orientasi visual dalam mengatur gerakan mata, dan mengatur otot ekstremitas untuk mempertahankan posisi tubuh. Organ vestibuler sebagai transducer yang berfungsi mengubah mekanisme mekanik gerak otolit dan endolimfe di kanalis semisirkularis menjadi rangsang biologi. Vestibuler sentral berfungsi meneruskan rangsang menuju : - korteks parieto-temporalis sensasi orientasi tubuh terhadap sekitarnya - formatio retikularis di batang otak pusat stabilitas gerak mata selama gerak kepala-refleks vestibulo okuler - medulla spinalis mengontrol gerak tubuh- refleks vestibulo spinalis - pusat vegetatif menimbulkan gejala mual Vertigo Posisional Paroksismal Jinak VPPJ Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik FAkultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 230 - VPPJ merupakan penyakit degeneratif yang idiopatik dan dapat ditemukan pada usia dewasa muda dan lanjut usia - Diduga penyebab VPPJ adalah adanya terlepasnya kristal kalsium karbonat yang mengapung melalui cairan telinga dalam kemudian mengenai saraf yang sensitif kupula dalam alat keseimbangan pada akhir dari tiap kanalis semisirkularis ampula. Nama lain VPPJ adalah cupulolithiasis yang berarti adanya batu di dalam kupula - Kristal kalsium karbonat atau dikenal sebagai otoconia masuk ke dalam vestibulum dan terperangkap dan tidak menimbulkan gejala. Pada beberapa pasien dengan kristal yang terperangkap ini timbul gejala seperti pusing, rasa berputar, dan rasa ingin jatuh secara periodik, yang mengakibatkan mereka memukul kepala mereka berulang-ulang. - Otoconia yang terlepas biasanya terperangkap dalam kanalis semisirkularis posterior, ini disebabkan oleh struktur anatomi dari kanalis semisirkularis tersebut. - Diagnosa dapat ditegakkan dengan melakukan tindakan tes provokasi dan menilai timbulnya nistagmus pada posisi tertentu. Perasat yang paling sering digunakan untuk memprovokasi nistagmus yaitu Dix Hallpike. - Cara melakukan perasat Dix Hallpike adalah pasien didudukkan di meja pemeriksaan, kemudian pasien dibaringkan telentang sampai kepala pasien menggantung di pinggir meja. Kepala pasien diputar ke satu sisi kemudian diperiksa apakah terdapat nistagmus atau tidak. Jika terdapat nistagmus, berarti pada sisi telinga yang menghadap ke lantai terdapat kelainannya. Jika tidak terdapat kelainan maka dilakukan pemeriksaan terhadap sisi yang lain. - Nistagmus akan mereda dalam 15-20 detik. Jika diperlukan lebih lanjut dapat dilakukan pemeriksaan electronystagmography ENG. - Nistagmus spontan horizontal dapat terjadi oleh adanya lesi perifer atau sentral, sedang nistagmus vertikal atau rotatoir menunjukkan adanya lesi sentral. - Penatalaksanaan VPPJ - Pasien yang didiagnosa VPPJ yang dilarang untuk berbaring ke sisi yang menyebabkan vertigo. - Pemberian obat-obatan seperti antivert, valium, dramamine, phenergan biasanya tidak direkomendasikan karena menyebabkan sedasi. Dengan menghindari posisi yang provokatif, VPPJ dapat sembuh dalam beberapa minggu. Pengobatan vertigo Golongan obat Nama generik Dosis Antihistamin Meclizine Dimenhydrinate Promethazine 25 – 50 mg 3 kalihari 50 mg 1 – 2 kalihari 25 – 50 mg suppI.M Benzodiazepin Diazepam Clonazepam 2,5 mg 1 – 3 kalihari 0,25 mg 1 – 3 kalihari Phenotiazine Prochlorperazine 5 mg IM 25 mg supp Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik FAkultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 231 Antikolinergik Scopolamine Dengan plester Simpatomimetik Ephedrine 25 mg hari Preparat kombinasi Ephedrine, Promethazine 25 mg hari masing- masing Terapi dengan obat terbaru diberikan merislon®, yang nama generiknya adalah betahistine mesylate. Obat ini berfungsi untuk melebarkan sfingter prekapiler, meningkatkan peredaran darah pada telinga bagian dalam, selain itu juga meningkatkan permeabilitas kapiler pada telinga bagian dalam, dengan demikian menghilangkan endolymphatic hidrops. - Reposisi otolith dengan cara perasat Epley atau Semont, sudah diterima dan angka keberhasilan dari UCSD Head and Neck Surgery cukup tinggi 75 pasien dapat sembuh. Caranya adalah mendudukkan pasien di meja, kemudian pasien berbaring telentang, sehingga otoconia dapat mengalir ke tengah-tengah kanalis semisirkularis posterior, kemudian setelah beberapa menit, kepala pasien dimiringkan ke sisi yang normal. Setelah ditunggu beberapa saat, kemudian pasien didudukkan kembali. Beberapa ahli menyarankan untuk menggunakan vibrator untuk meningkatkan keberhasilannya, walaupun banyak pendapat yang menentangnya. - Instruksi setelah menjalani terapi perasat Epley Semont yaitu sebelum pulang pasien menunggu selama 10 menit. Hal ini untuk menghindari ‘quick spin’ atau vertigo balasan jika terjadi reposisi debris, dan jangan mengendarai kendaraan. Selama 48 jam setelah dilakukan perasat ini pasien tidak boleh berbaring datar sejajar lantai. Sewaktu tidur kepala pasien harus bersandar atau diganjal dengan bantal. Selama satu minggu pasien sebaiknya menggunakan 2 bantal sewaktu tidur, jangan terlalu menundukkan kepala, hindari tidur pada sisi yang “sakit.” - Apabila perasat Epley Semont gagal, dapat dilakukan perasat Brandt- Daroff. Keberhasilan perasat ini adalah 95 . Tindakan ini dilakukan 3 set Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik FAkultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 232 sehari selama 2 minggu, atau dapat juga dilakukan 2 set sehari selama 3 minggu. Satu repetisi dilakukan selama 2 menit - Cara melakukan perasat Brandt-Daroff adalah pasien duduk di tempat tidur, seperti gambar 1, kemudian pasien berbaring ke samping dengan kepala melihat miring ke atas depan selama seperti gambar 2, untuk lebih memudahkan pasien membayangkan melihat kepala seseorang dengan tinggi sekitar 1,8 meter. Pasien tetap dalam posisi itu selama 30 detik atau sampai rasa pusing mereda. Kemudian pasien kembali dalam posisi duduk selama 30 detik seperti pada gambar 3. Setelah itu pasien kembali berbaring ke sisi kontralateralnya dengan cara seperti sebelumnya, dan kemudian mengikuti kelanjutannya. - Perasat Epley Semont dapat pula dikerjakan di rumah, dilakukan sehari sekali. Tetapi kejelekannya adalah pasien tidak boleh berbaring ke sisi yang sakit. - Terapi pembedahan jarang dilakukan pada VPPJ. Pada kasus yang berat atau terapi reposisi yang gagal dapat dilakukan tindakan pembedahan seperti singular neurectomy Posterior Ampullar Nerve Section. Tindakan pemotongan saraf pada kanalis semisirkularis posterior. Pembedahan ini aman di tangan ahli, dan dapat sembuh permanen. Pada sedikit pasien dapat timbul tinitus, pusing, dan kehilangan pendengaran. Tindakan pembedahan yang kedua adalah Posterior Plugging Canal Procedure. Tindakan pembedahan ini lebih mudah dan lebih efektif daripada singular neurectomy. Pada pembedahan ini dilakukan mastoidektomi, kemudian membuka kanalis semisirkularis posterior Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik FAkultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 233 Jadwal yang disarankan Waktu Latihan Durasi Pagi 5 repetisi 10 menit Siang 5 repetisi 10 menit Sore 5 repetisi 10 menit untuk mengeluarkan kristal debris yang mengapung. Tindakan pembedahan yang terakhir adalah Vestibular nerve section Neurectomy. Tindakan ini dilakukan bila dua cara pembedahan di atas tidak berhasil. Tindakan ini menghilangkan vertigo untuk selamanya pada sisi telinga yang terkena, namun banyak menyebabkan ketulian. - Terdapat banyak penyakit yang berkaitan dengan meningkatnya risiko jatuh pada lanjut usia. Berdasarkan perubahan yang terjadi pada lanjut usia, dapat diuraikan sebagai berikut: - Perubahan neurologi, berupa: - perubahan struktur dan fungsi - penurunan jumlah sel otak - peningkatan jaringan ikat - Penurunan fungsi mata berupa - peningkatan ketebalan lensa sehingga fleksibilitas berkurang - presbiopia - diameter pupil mengecil - penurunan kemampuan adaptasi terhadap kegelapan sebagai akibat terjadinya perubahan pada retina - Penurunan fungsi vestibuler, berupa perubahan histologik pada neuron aferen - Perubahan pengontrolan postur tubuh dan langkah akibat impuls propioseptif yang menuju ke pusat keseimbangan semakin melambat - Disfungsi otonom dan hipotensi postural, yang terutama berkaitan dengan penyakit neurologi Akibat Klinis Gangguan keseimbangan pada lanjut usia dapat mengakibatkan : - Instability gangguan gaya jalan gait - Jatuh, terdiri dua tipe yaitu eksternal dan internal. Tipe eksternal akibat karena kecelakaan, terpeleset, atau tersandung. Tipe internal diakibatkan idiopatik hipotensi, vertigo, obat-obatan, dan lain-lain. Pencegahan - Pencegahan primer - Identifikasi orang-orang yang berisiko tinggi - Identifikasi risiko lingkungan - Skrining terhadap orang yang mempunyai potensi risiko jatuh - Pendekatan masyarakat untuk pencegahan primer - Pencegahan sekunder - Identifikasi penyebab jatuh tersering dan memperbaikinya jika memungkinkan - Perbaikan risiko lingkungan yang memungkinkan - Bila jatuh tidak dapat dihindari, pertimbangkan untuk memperkecil cedera yang akan timbul.

d. Peran Serta Masyarakat