Lat ar Belakang Masalah

294 J U R N A L M E D I A H U K U M Co m plaints Service Unit. While t he p harm acist’s role on the self m edication d rug at the pharm acy and ho spit al ph arm acist s, by p rovidin g in form ation, counseling, prom ot ion and edu cation Keyw ords: em p ow erm ent , consu m er, dru g inf orm ation ABSTRAK Penelitian in i bertujuan unt uk m eng etahui dan m eng identif ikasi p em berdayaan hak konsum en atas inf orm asi ob at. Pert anyaan pen elit ian tertuju pada b agaim ana peran Bad an Pengaw as Obat dan M akanan BPOM d an apoteker d alam pem berdayaan konsum en atas inf orm asi ob at. Penelitian m enu njukkan inf orm asi sangat p enting bagi konsu m en dalam a m en gkon sum si o bat. Dasar peng aturan perlunya m asyarakat dilind ungi dan dipenu hi hak atas inf o rm asi adalah Undang-Un dang Dasar Negara Repub lik Ind onesia 1945 dalam Pasal 28 F,Pasal 7 d an 8 Undang-und ang No 36 tah un 2 009 tentang d an Pasal 4 UU No. 8 Tahun 1 999 tentang Undang-u ndang Perlin dung an Konsum en. Aturan p elaksan a dan tu run an d apat ditem u kan pada Keput usan M enkes RI No. 119 7 M ENKESSKX20 0 4 t ent an g St and ar Pelayanan Farm asi d i Ru m ah Sakit d an PO. 00 4 PP.IAI1 4 18 VII2 01 4 Tentang Peraturan Org anisasi Ten tang Pedom an Disiplin Apot eker In donesia Bab IV. Hak atas inf orm asi in i ju ga terkait hak d asar yakni Hak Asasi M anusia. Kesim p ulan pen elitian adalah peran Badan POM d alam pem berdayaan konsum en atas hak inf orm asi obat adalah m elalui pengaw asan prom osiiklan dan pen andaan obat , Kom un ikasi, In fo rm asi dan Edu kasi KIE dan m em bent uk Unit Layanan Pen gaduan Ko nsum en ULPK. Sedangkan p eran apoteker d alam pem berdayaan konsum en atas inf orm asi ob at d ilaksan akan pada p engo batan sw a-m edikasi di apotek dan di rum ah sakit apoteker m em b erdayakan konsu m en atas in form asi obat d engan cara m em b erikan in form asi, konseling, prom osi d an edukasi Kata kunci: Pem berdayaan, Kon sum en, Inf o rm asi Ob at I. PENDAHULUAN

A. Lat ar Belakang Masalah

Definisi pemberdayaan dalam konteks hukum adalah tentang penguatan kapasitas semua orang untuk menggunakan hak mereka, baik sebagai individu atau sebagai anggota masyarakat https:www.opensocietyfoundations.orgprojectslegal-empowerment_. Setiap upaya untuk membuat konsumen menjadi berdaya, selain merupakan tanggung jawab pemerintah juga merupakan tanggung jawab dari konsumen itu sendiri. Tahun 1999 dengan telah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 tentang Perlindungan Konsumen UUPK, hak-hak konsumen semakin dijamin. Pasal 4 huruf c mengatur bahwa hak konsumen salah satunya adalah hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa. Pasal tersebut secara analogis dapat diterapkan pada kategori produk obat, yang berarti bahwa konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan obat. Mengapa informasi mengenai obat menjadi sangat penting? Kasus yang pernah terjadi di Indonesia adalah soal iklan obat menyesatkan. Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapeutik dan Napza A Retno Tyas U tami mengatakan masyarakat perlu mewaspadai iklan obat yang menyesatkan yang banyak ditayangkan di media cetak, online, maupun elektronik. Iklan obat harus seimbang antara edukasi dan kepentingan komersial, namun sayangnyabanyak pengusaha yang menayangkan iklan obat yang tidak sesuai dengan kenyataan, seperti iklan klinik Tong Fang yang menjamin kesembuhan pasien. Selain itu juga ada iklan yang sudah dipotong oleh BPOM, namun yang ditayangkan malah iklan yang utuh. Iklan obat yang perlu diwaspadai seperti 295 VOL. 21 NO.2 DESEMBER 20 14 menawarkan obat keras tanpa resep dokter, informasi dalam iklan berlebihan dan menyesatkan, menawarkan harga yang jauh lebih murah, hingga menjanjikan cepat sembuh, efek instan dan garansi http:www.antarajatim.com. Informasi yang tidak tepat juga muncul dalam transaksi konsumen obat di apotek. Diduga hampir 99 persen apotek di Indonesia tetap buka dan menerima pelanggan walaupun apotekernya tidak di tempat. Kondisi ini mengakibatkan kerugian bagi pasien sebagai pihak yang lemah. Konsumen tidak mendapat informasi lengkap tentang khasiat obat yang dibeli dari apotek terkecuali penjelasan singkat tentang aturan pakai dari pelayan apotek tersebut, meski untuk menebus obat itu pasien harus mengeluarkan biaya mahal. Praktisi kesehatan Ernawati Sinaga mengungkapkan penilaiannya bahwa peran apoteker atau farmasis komunitas di Indonesia belum optimal. Apoteker di Indonesia sudah sangat terbiasa untuk membiarkan apoteknya buka tanpa kehadirannya www.waspada.online. Informasi terkait obat penting bagi konsumen. Dengan mengetahui secara mendetail informasi, maka konsumen dapat mengetahui dengan pasti tujuan penggunaan dan hal-hal lain yang terkait dengan obat yang dikonsumsi. Obat akan berfungsi sebagaimana mestinya apabila digunakan sesuai dengan tujuan dan cara penggunaan. Hal yang demikian ini hanya dapat dicapai apabila dalam penggunaannya berada dibawah pengawasan dokter beserta informasi-informasi yang diberikan baik dari dokter maupun apoteker secara jelas, jujur, dan benar. Obat berbalik akan berfungsi menjadi racun dengan segala bentuk akibatnya sampai dengan kematian, apabila digunakan tidak sesuai dengan tujuan dan cara penggunannya. Pada dasarnya konsumen pengguna tidak akan mengetahui semua jenis produk barang dan jasa sehingga mereka sangat memerlukan informasi produk barang dan jasa apa saja yang ada di pasaran. Latar belakang inilah yang mendasari perlunya konsumen obat yang berdaya, khususnya atas hak informasi obat. Tidak mudah mencari definisi pemberdayaan konsumen. Setidaknya unsur-unsur berikut tampaknya menjadi penting untuk definisi pemberdayaan Nardo Michela dkk, 2011: 18 adalah: 1. Konsumen harus menyadari keputusan mereka ketika membeli syarat dan ketentuan misalnya, membandingkan harga, label produk ‘; 2. Konsumen harus bisa mendapatkan informasi tentang hak-hak mereka; 3. Konsumen harus memiliki akses ke mekanisme advokasi dan ganti rugi. Menurut The Legal Services Consumer Panel, pemberdayaan konsumen terdiri dari dua elemen yang luas yang berinteraksi untuk menciptakan kondisi bagi konsumen untuk berkembang. Pertama, konsumen memiliki sumber daya untuk membuat pilihan yang lebih baik. Ini termasuk keadaan pikiran tertentu percaya diri dan kesediaan untuk berperan aktif, seperti informasi sebagai alat pengambilan keputusan yang baik, dan keterampilan untuk menggunakan informasi untuk mengghasilkan keputusan yang efektif dan hasil positif. Kedua, lembaga -misalnya perlindungan konsumen dan peraturan organisasi - yang mendukung konsumen untuk membentuk pasar 2013: 1. 296 J U R N A L M E D I A H U K U M Konsumen yang berdaya adalah konsumen yang memiliki kesadaran dan pengetahuan yang tinggi terhadap mutu dan kegunaan suatu produk. Konsumen dapat memberdayakan dirinya dengan mengupayakan untuk mendapatkan informasi yang tepat. Hak atas informasi yang jelas dan benar dimaksudkan agar konsumen dapat memperoleh gambaran yang benar tentang suatu produk, karena dengan informasi tersebut konsumen dapat memilih produk yang diinginkan sesuai kebutuhannya serta terhindar dari kerugian akibat kesalahan dalam penggunaan produk Sutarman Yodo, 2011: 41.

B. Rumusan masalah