d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien post appendiktomy.
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien post appendiktomy.
1.4 Manfaat
1. Asuhan keperawatan akan memberikan
wawasan yang luas mengenai masalah keperawatan pada klien post appendiktomy.
2. Asuhan keperawatan akan memberi wawasan
kepada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar tentang masalah klien post appendiktomy
1.5 Sistematika
Untuk memberi gambaran pada pembaca mengenai keseluruhan isi maka penulis menyusun proposal ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut
yaitu : Bab I
: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan pustaka, terdiri dari definisi, anatomi, patofisiologi,
dampak masalah dan asuhan keperawatan. Bab III
: Tinjauan kasus merupakan uraian yang menampilkan asuhan keperawatan terhadap penderita secara nyata yang sistematikanya
disusun sesuai bab II Bab IV
: Mengupas kesenjangan antara teori dan fakta yang ada untuk mencari jawaban atas tujuan penulisan
3
Bab V : Penutup mengutarakan kesimpulan dari uraian, pembahasan,
jawaban terhadap tujuan penulisan dan beberapa penyampaian saran, ada dua sub bab kesimpulan dan saran yaitu kesimpulan dan
saran dari bagian akhir penulisan ini dicantumkan daftar pustaka
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Dalam pengertian ini ada beberapa pendapat anara lain : Appendiks akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang merupakan
penyebab umum dari akut abdomen Junaidi, dkk, 1982. Appendisitis adalah peradangan dari suatu appendiks.
Appendisitis akut adalah keadaan yang disebabkan oleh peradangan yang mendadak pada suatu appendiks Baratajaya, 1990.
2.2. Anatomi Fisiologi
Embriologi appendiks berhubungan dengan caecum, tumbuh dari ujung inferiornya. Tonjolan appendiks pada neonatus berbentuk kerucut yang
menonjol pada apek caecum sepanjang 4,5 cm. Pada orang dewasa panjang appendiks rata-rata 9 – 10 cm, terletak posteromedial caecum kira-kira 3 cm
inferior valvula ileosekalis. Posisi appendiks bisa retrosekal, retroileal,subileal atau dipelvis, memberikan gambaran klinis yang tidak sama. Persarafan para
simpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika superior dari arteri appendikkularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari
nervus torakalis x, karena itu nyeri viseral pada appendiks bermula sekitar umbilikus. Perdarahan pada appendiks berasal dari arteri appendikularis yang
merupakan artei tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya trombosis pada infeksi maka appendiks akan mengalami gangren.
5
Gambar 1. Anatomi Appendiks Sumber : R. Samsu, 1997
Appendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari yang bersifat basa mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal dicurahkan
ke dalam bumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks berperan pada patofisiologi appendiks.
Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT Gut Associated Lymphoid Tissue yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks,
ialah Ig A. Imunglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi tapi pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem Imunoglobulin
tubuh sebab jaringan limfe kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh.
R.Syamsu ; 1997
2.3. Patofisiologi