BAB XIII PELANTIKAN
Pasal 161
1 Pasangan Calon terpilih dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat. 2
Dalam hal calon Wakil Presiden terpilih berhalangan tetap sebelum pelantikan, calon Presiden terpilih dilantik menjadi Presiden.
3 Dalam hal calon Presiden terpilih berhalangan tetap sebelum pelantikan, calon Wakil
Presiden yang terpilih dilantik menjadi Presiden.
Pasal 162
1 Presiden dan Wakil Presiden terpilih bersumpah menurut agamanya, atau berjanji
dengan sungguh-sungguh di hadapan sidang paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat bertepatan dengan berakhirnya masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden.
2 Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat tidak dapat bersidang sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, Presiden dan Wakil Presiden terpilih bersumpah menurut agamanya, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan sidang paripurna Dewan
Perwakilan Rakyat.
3 Jika Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat bersidang sebagaimana dimaksud pada
ayat 2, Presiden dan Wakil Presiden terpilih bersumpah menurut agamanya, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan
Rakyat dengan disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung.
4 Pengucapan sumpahjanji sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3
merupakan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih.
Pasal 163
Sumpahjanji PresidenWakil Presiden sebagai berikut: Sumpah Presiden Wakil Presiden:
“Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia Wakil Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh
Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya selurus- lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa.”
Janji Presiden Wakil Presiden: “Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik
Indonesia Wakil Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan
peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa.”
BAB XIV PEMUNGUTAN SUARA ULANG, PENGHITUNGAN SUARA ULANG, DAN REKAPITULASI
HASIL PENGHITUNGAN SUARA ULANG Bagian Kesatu
Pemungutan Suara Ulang Pasal 164
Pemungutan suara di TPS wajib diulang seketika itu juga apabila dari hasil penelitian dan pemeriksaan Pengawas Pemilu Lapangan terbukti terdapat keadaan sebagai berikut:
a. pembukaan kotak suara danatau berkas pemungutan dan penghitungan suara tidak dilakukan menurut tata cara yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
b. petugas KPPS meminta Pemilih memberikan tanda khusus, menandatangani, atau menuliskan nama atau alamatnya pada surat suara yang sudah digunakan; danatau
c. petugas KPPS merusak lebih dari satu surat suara yang sudah digunakan oleh Pemilih
sehingga surat suara tersebut menjadi tidak sah.
Pasal 165
1 Pemungutan suara di TPS dapat diulang apabila terjadi bencana alam danatau
kerusuhan yang mengakibatkan hasil pemungutan suara tidak dapat digunakan atau penghitungan suara tidak dapat dilakukan.
2 Pemungutan suara ulang yang disebabkan terjadi bencana alam danatau kerusuhan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diusulkan oleh KPPS setelah bermusyawarah dengan Pengawas Pemilu Lapangan dan para saksi yang hadir dengan menyebutkan
keadaan yang menyebabkan diadakannya pemungutan suara ulang.
3 Usul KPPS sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diteruskan kepada PPK untuk
selanjutnya diajukan kepada KPU kabupatenkota untuk pengambilan keputusan diadakannya pemungutan suara ulang.
4 Pemungutan suara ulang di TPS dilaksanakan paling lama 10 sepuluh hari setelah
haritanggal pemungutan suara berdasarkan keputusan PPK.
Bagian Kedua Penghitungan Suara Ulang
Pasal 166
1 Penghitungan suara ulang dapat dilakukan di TPS. 2 Penghitungan suara di TPS diulang seketika itu juga apabila terjadi hal sebagai berikut:
a. penghitungan suara dilakukan secara tertutup; b. penghitungan suara dilakukan di tempat yang kurang terang atau yang kurang
mendapat penerangan cahaya; c. penghitungan suara dilakukan dengan suara yang kurang jelas;
d. penghitungan suara dicatat dengan tulisan yang kurang jelas; e. saksi Pasangan Calon, Pengawas Pemilu Lapangan, dan warga masyarakat tidak
dapat menyaksikan proses penghitungan suara secara jelas; f. penghitungan suara dilakukan di tempat lain atau waktu lain dari yang telah ditentukan;
danatau g. terjadi ketidakkonsistenan dalam menentukan surat suara yang sah dan surat suara
yang tidak sah.
Pasal 167
1 Penghitungan suara ulang dapat dilakukan di PPK.
2 Penghitungan suara ulang di PPK dapat dilakukan dalam hal terdapat perbedaan
jumlah suara pada sertifikat hasil penghitungan suara dari TPS dengan sertifikat hasil penghitungan suara yang diterima PPK melalui PPS.
3 Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, saksi Pasangan
Calon tingkat kecamatan dan saksi Pasangan Calon di TPS, Panwaslu kecamatan, atau Pengawas Pemilu Lapangan dapat mengusulkan penghitungan suara ulang di
PPK.
4 Penghitungan suara ulang untuk TPS yang terdapat perbedaan jumlah suara
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan dengan cara membuka kotak suara dan menghitung surat suara di PPK.
Bagian Ketiga Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Ulang
Pasal 168
1 Rekapitulasi penghitungan suara ulang berupa rekapitulasi hasil penghitungan suara di PPK, KPU kabupatenkota, dan KPU provinsi.
2 Rekapitulasi hasil penghitungan suara di PPK, KPU kabupatenkota, dan KPU provinsi dapat diulang apabila terjadi keadaan sebagai berikut:
a. rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan secara tertutup;
b. rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan di tempat yang kurang terang atau
kurang mendapatkan penerangan cahaya; c.
rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan dengan suara yang kurang jelas; d.
rekapitulasi hasil penghitungan suara dicatat dengan tulisan yang kurang jelas; e.
saksi Pasangan Calon, pengawas Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, dan warga masyarakat tidak dapat menyaksikan proses rekapitulasi hasil penghitungan suara
secara jelas; danatau f.
rekapitulasi hasil penghitungan suara dilakukan di tempat lain atau waktu lain dari yang telah ditentukan.
3 Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, saksi Pasangan Calon atau Panwaslu kecamatan, Panwaslu kabupatenkota, dan Panwaslu provinsi dapat
mengusulkan untuk dilaksanakan rekapitulasi hasil penghitungan suara di PPK, KPU kabupatenkota, dan KPU provinsi yang bersangkutan.
4 Rekapitulasi hasil penghitungan suara di PPK, KPU kabupatenkota, dan KPU provinsi harus dilaksanakan dan selesai pada haritanggal pelaksanaan rekapitulasi.
5 Rekapitulasi hasil penghitungan suara ulang yang disebabkan kerusuhan yang mengakibatkan rekapitulasi hasil penghitungan suara tidak dapat dilanjutkan dilaksanakan
paling lama 5 lima hari setelah haritanggal pemungutan suara berdasarkan keputusan PPK, atau KPU kabupatenkota, atau KPU provinsi.
Pasal 169
1 Dalam hal terjadi perbedaan jumlah suara pada sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan
suara dari PPK dengan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara yang diterima oleh KPU kabupatenkota, atas usul saksi Pasangan Calon tingkat
kabupatenkota, saksi Pasangan Calon tingkat kecamatan, Panwaslu kabupatenkota, atau Panwaslu kecamatan, KPU kabupatenkota melakukan pembetulan data setelah
melaksanakan pengecekan danatau rekapitulasi ulang data yang termuat pada sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara untuk PPK yang
bersangkutan.
2 Dalam hal terjadi perbedaan data jumlah suara pada sertifikat rekapitulasi hasil
penghitungan suara dari KPU kabupatenkota dengan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara yang diterima oleh KPU provinsi, atas usul saksi Pasangan Calon
tingkat provinsi, saksi Pasangan Calon tingkat kabupatenkota, Panwaslu provinsi, atau Panwaslu kabupatenkota, KPU provinsi melakukan pembetulan data setelah
melaksanakan pengecekan danatau rekapitulasi ulang data yang termuat pada sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara untuk KPU kabupatenkota yang
bersangkutan.
3 Dalam hal terjadi perbedaan data jumlah suara pada sertifikat rekapitulasi hasil
penghitungan suara dari KPU provinsi dengan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara yang diterima oleh KPU, atas usul saksi Pasangan Calon tingkat pusat, saksi
Pasangan Calon tingkat provinsi, Bawaslu, atau panitia pengawas Pemilu provinsi, KPU melakukan pembetulan data setelah melaksanakan pengecekan danatau rekapitulasi
ulang data yang termuat pada sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara untuk KPU provinsi yang bersangkutan.
BAB XV PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN LANJUTAN DAN PEMILU PRESIDEN DAN