0743022030
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar yang baik diperoleh dari kerjasama antara guru dan siswa. Guru diharapkan mampu menyajikan materi pelajaran dengan optimal. Oleh karena itu diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Fungsi pendidikan adalah membimbing siswa ke arah yang lebih baik yakni mencerdaskan siswa. Karena pendidikan tertuju pada pembentukan dan pengembangan kepribadian serta kemampuan intelektualitas. Pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah ialah memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, menumbuhkan kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya memberikan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik agar menumbuhkan
kemampuan berfikir peserta didik untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh peserta didik disetiap satuan pendidikan dari tingkat dasar maupun menengah hingga perguruan tinggi.
(2)
Berfikir kritis merupakan salah satu tingkat berfikir yang konsepsual yang menuju satu titik. Dalam berfikir kritis haruslah rasional dan dapat di terima akal sehat. Kemampuan berfikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting dalam melakukan setiap aktivitas kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Dalam proses pembelajaran, siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis dapat di lihat ketika siswa tersebut mempunyai masalah yang berhubungan dengan pelajaran dan mampu menyelesaikan secara logis dan dapat di terima akal sehat nya. Ini akan membuat siswa tersebut kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi nya. Sehingga siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis akan mempunyai kepribadian dan watak
pengambilan keputusan yang terbaik bagi dirinya dan mempengaruhi hasil belajar nya.
Salah satu permasalahan pokok dalam proses pembelajaran saat ini yaitu kesulitan siswa dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh guru. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik apabila di dalamnya terdapat kesiapan antara guru dengan peserta didik. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk bisa membawa siswanya ke dalam pembelajaran yang aktif, inovatif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat menikmati pembelajaran dan dapat menjangkau semua sudut kelas. Bukan merupakan pembelajaran konvensional yang selama ini berpusat pada guru, akan terkesan merugikan siswa, terutama siswa yang berkemampuan rendah siswa terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran.
(3)
Hasil belajar merupakan bagian dari proses pembelajaran yang di dalam nya terdapat data yang di hasil kan atau nilai yang di peroleh siswa. Banyak yang mempengaruhi hasil belajar siswa salah satu nya kemampuan berfikir kritis siswa tersebut. Beberapa model pembelajaran pun sangat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu model pembelajaran yang
berpengaruh pada hasil belajar siswa yaitu menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Dalam metode inkuri terbimbing siswa didorong agar dapat berfikir kritis, menganalisis sendiri sehingga menemukan prinsip umum berdasarkan bahan dan alat yang telah di persiapkan oleh guru. Dalam metode ini guru sebagai fasilitator yang artinya guru membimbing siswa jika diperlukan. Pada metode ini guru sebagai penunjuk jalan, ia membantu siswa menggunakan ide, konsep dan keterampilan yang sudah di pelajari siswa sebelumnya untuk menemukan pengetahuan yang baru. Hal ini diperkuat oleh Marimuthu, Jusoh dan Ismail (2003) yang menyatakan inkuiri terbimbing merupakan proses aktif yang di dalamnya terlibat pemikiran kritis (critical thinking), penyiasatan dan membina pengetahuan sains. Dari pandangan tersebut dapat di simpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing dapat memacu siswa agar berfikir kritis.
Pada kenyataan nya, guru masih belum mampu menerapkan strategi
pembelajaran tersebut di kelas untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa. Salah satu faktor penyebabnya adalah tidak semua siswa memiliki kemampuan berfikir kritis.
Bertitik tolak pada latar belakang tersebut, peneliti telah melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran fisika dengan
(4)
judul hubungan antara kemampuan berpikir kritis dengan hasil belajar pada pembelajaran model inkuiri terbimbing
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, rumusan
masalah pada penelitian ini ialah adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan berpikir kritis dengan hasil belajar pada pembelajaran model inkuiri terbimbing ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dari rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kemampuan berpikir kritis dengan hasil belajar pada pembelajaran model inkuiri terbimbing
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa terhadap suatu materi belajar dalam proses pembelajaran fisika dengan model pem-belajaran inkuiri terbimbing.
2. Dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan materi pem-belajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan kemampuan berpikir ktitis siswa.
3. Sebagai penambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang
(5)
menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta pengetahuan lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan yang meliputi kegiatan menganalisis,
mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Dalam penelitian ini indikator kemampuan berpikir kritis yang akan digunakan adalah: (1) memberikan penjelasan sederhana, (2) membuat penjelasan lebih lanjut, dan (3) menerapkan strategi dan taktik.
2. Metode pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pelaksanaan inkuiri yang dilakukan atas petunjuk guru. Langkah-langkah pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) merumuskan masalah, (2) membuat hipotesa, (3) merencanakan kegiatan, (4) melaksanakan kegiatan, (5) mengumpulkan data, (6) mengambil kesimpulan
3. Hasil belajar yang dibatasi pada ranah kognitif. 4. Objek penelitian ini adalah siswa kelas X3.
(6)
II. TNJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoretis
1. Berpikir Kritis
Johnson (2009: 183) mengartikan berpikir sebagai segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan atau memenuhi keinginan untuk memahami.
Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam
pembelajaran. Beberapa pengertian berpikir kritis yang dikutip dalam Achmad (2007) adalah:
(1) Berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan
(2) Berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan
Johnson (2009: 184) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Maksudnya tidak
(7)
hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika.
Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau penilaian. Seperti yang dikemukakan oleh Anggelo dalam Achmad (2007):
Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Ada beberapa indikator berpikir kritis. Ennis dalam Aryati (2009), mengidentifikasi 12 indikator berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut:
(1) Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: a) memfokuskan pertanyaan
b) menganalisis pertanyaan dan bertanya
c) menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan.
(2) Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas :
a) mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
b) mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.
(3) Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan:
a) mendeduksi atau mempertimbangkan hasil deduksi b) meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi c) membuat serta menentukan nilai pertimbangan (4) Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas:
a) mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi pertimbangan serta dimensi
b) mengidentifikasi asumsi
(5) Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas: a) menentukan tindakan
b) berinteraksi dengan orang lain
Berdasarkan penjelasan mengenai indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis, maka dapat dibuat rubrik dengan pemberian skor 1 sampai
(8)
skor 4. Skor 1 adalah skor terendah dan skor 4 adalah skor tertinggi. Rubrik tersebut ditampilkan pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Rubrik Penilaian Berpikir Kritis Indikator Berpikir
Kritis Skor Indikator Penilaian
Memberikan Penjelasan
Sederhana 1
Hanya memfokuskan pada pertanyaan
2 Memilih informasi relevan 3 Menganalisis argument 4 Menjawab pertanyaan tentang
suatu penjelasan Memberikan Penjelasan
Lebih Lanjut 1 Mendefinisikan istilah 2 Mendefinisikan asumsi 3 Mempertimbangkan definisi 4 Menemukan pola hubungan yang
digunakan Menerapkan Strategi dan
Taktik 1 Menentukan tindakan
2 Menunjukkan pemecahan masalah
3 Memecahkan masalah
menggunakan berbagai sumber 4 Ketepatan menggunakan tindakan Sumber : Modifikasi dari Ennis (1985) dalam Achmad (2007)
Selain indikator berpikir kritis, ada pula ciri-ciri dari berpikir kritis. Zeidler,et aldalam Suprapto (2008) menyatakan ciri-ciri orang yang mampu berpikir kritis adalah:
(1) memiliki perangkat pikiran tertentu yang dipergunakan untuk mendekati gagasannya, dan memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan masalah
(2) bersikap skeptis yaitu tidak mudah menerima ide atau gagasan kecuali dia sudah dapat membuktikan kebenarannya.
Wade dalam Achmad (2007) juga mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:
(1) kegiatan merumuskan pertanyaan, (2) membatasi permasalahan,
(9)
(3) menguji data-data,
(4) menganalisis berbagai pendapat dan bias,
(5) menghindari pertimbangan yang sangat emosional, (6) menghindari penyederhanaan berlebihan,
(7) mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan (8) mentoleransi ambiguitas.
Dari berbagai penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Berpikir kritis
merupakan salah satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik.
2. Hasil Belajar
Setiap proses pembelajaran akan mencapai suatu puncak kegiatan dengan melakukan pengukuran terhadap proses pembelajaran tersebut. Proses pengukuran ini membantu untuk mengetahui hasil belajar setelah dilang-sungkannya pembelajaran. Hasil belajar dapat diartikan sebagai puncak proses belajar, dimana siswa memiliki kemampuan-kemampuan setelah menerima pengalaman belajarnya.
Sukardi dalam Amali (2001: 34) menyatakan bahwa hasil belajar
merupakan pencapaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Pencapaian belajar ini dapat dievaluasi dengan menggunakan pengukuran. Menurut pendapat Sukardi ini, untuk mengetahui hasil belajar maka perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan cara
(10)
kegiatan praktikum, menilai hasil laporan yang dikerjakan siswa dan cara-cara lain untuk mengukur hasil belajar tersebut.
Hamalik dalam Amali (2001: 34) menyatakan bahwa hasil belajar adalah apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan pernyataan Hamalik ini, seseorang
dikatakan memperoleh hasil belajar apabila dalam diri orang yang belajar tersebut terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku ini secara langsung dan tidak langsung akan dirasakan oleh orang yang melakukan proses belajar. Contoh perubahan tingkah laku sesuai pernyataan Hamalik di atas adalah perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti . Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar merupakan suatu perubahan yang positif.
Hasil belajar kognitif menurut Anderson dalam Hilman (2001) yang merupakan revisi dari taksonomi Bloom, dibagi menjadi enam kategori diantaranya:
(1) Mengingat
Terdiri dari mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi , menemukan kembali dan sebagainya.
(2) Memahami
Terdiri dari menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, memban-dingkan, menjelaskan, mebeberkan dan sebagainya.
(11)
Terdiri dari melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi dan sebagainya.
(4) Menganalisis
Terdiri dari menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan dan sebagainya.
(5) Mengevaluasi
Terdiri dari menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, mebenarkan, menyalahkan, dan sebagainya.
(6) Berkreasi
Terdiri dari merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah dan sebagainya.
3. Inkuiri Terbimbing (Guiding Inquiry)
Ahmadi dalam Ismawati (2007: 35) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari katainquireyang berarti menanyakan, meminta keterangan, atau
penyelidikan, dan inkuiri berarti penyelidikan. Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam
(12)
Inkuiri adalah suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran fisika dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan, informasi atau mempelajari suatu gejala.Wayne Welch berpendapat bahwa metode penyelidikan ilmiah sebagai proses inkuiri. Ia juga mengidentifikasi lima sifat dari proses inkuiri, yaitu pengamatan, pengukuran, eksperimentasi, komunikasi, dan proses-proses mental (Koes, 2003: 12-13).
Sasaran utama kegiatan belajar-mengajar pada metode pembelajaran inkuiri seperti yang diungkapkan oleh Gulo (2002: 86) yaitu:
1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, kegiatan belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.
2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.
3. Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self-belief) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses pembelajaran inkuiri.
Metode pembelajaran inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi siswa yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilannya.
Gulo (2002: 87) mengatakan bahwa:
Pada hakikatnya metode pembelajaran inkuiri ini merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari merumuskan masalah,
mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji
hipotesis, dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh siswa yang bersangkutan.
(13)
Gambar 1. Proses Inkuiri
Carin dan Sund dalam Ismawati (2007: 36) berpendapat bahwa
pembelajaran model inkuiri mencakup inkuiri induktif terbimbing dan tak terbimbing, inkuiri deduktif, dan pemecahan masalah. Diantara model-model inkuiri yang lebih cocok untuk siswa adalah inkuiri induktif terbimbing, dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tentang konsep atau suatu gejala melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data untuk ditarik kesimpulan. Pada inkuiri induktif terbimbing, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, tetapi guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-langkah percobaan. Siswa melakukan percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan guru.
Umar dan Maswan (2004) mendefinisikan :
Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat generalisasi.
(14)
Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.
Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru , siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai
kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus.
Shofyan (2010) mengatakan bahwa
Dalam proses belajar mengajar dengan metode inkuiri terbimbing, siswa dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk seperlunya dari seorang guru. Petunjuk-petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing. Selain pertanyaan-pertanyaan, guru juga dapat memberikan penjelasan-penjelasan seperlunya pada saat siswa akan melakukan percobaan, misalnya penjelasan tentang cara-cara melakukan percobaan.
Metode inkuiri terbimbing biasanya digunakan bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan menggunakan metode inkuiri. Pada tahap permulaan diberikan lebih banyak bimbingan, sedikit demi sedikit bimbingan itu dikurangi.
Seperti yang dikemukakan oleh Shofyan (2010) bahwa dalam usaha menemukan suatu konsep siswa memerlukan bimbingan bahkan
(15)
bantuan untuk mengembangkan kemampuannya memahami pengetahuan baru. Walaupun siswa harus berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi tetapi pertolongan guru tetap diperlukan.
Sikap ilmiah dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari Lestari (2010) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah seperti:
1. jujur terhadap data,
2. rasa ingin tahu yang tinggi,
3. terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar, 4. ulet dan tidak cepat putus asa,
5. kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi empiris, dan
6. dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan siswa.
Menurut Memes (2000: 42), ada enam langkah yang diperhatikan dalam inkuiri terbimbing, yaitu :
1. Merumuskan masalah. 2. Membuat hipotesa. 3. Merencanakan kegiatan. 4. Melaksanakan kegiatan. 5. Mengumpulkan data. 6. Mengambil kesimpulan.
Enam langkah pada inkuiri terbimbing ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha
mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar.
(16)
Skenario pembelajaran inkuiri menurut Gulo (2002: 88-89) dapat dilihat pada bagan di berikut ini :
Tabel 1.2. Skenario pembelajaran inkuiri Menurut Gulo KEGIATAN SISWA SINTAKS ALIRAN KEGIATAN KEGIATAN GURU KETERANGAN 1.1 Mengerjakan Pretest 1.2 Menunjukan kebutuhan masalah dan informasi Menentukan tujuan pengajaran 1.1Menentukan entry behaviour 1.2Menjelaskan tujuan pengajaran Guru mempersiapkan hand-outstentang materi dan yang berhubungan dengan konten 2.1Mendengarkan Mempertanyakan Mengusulkan Pengantar singkat tentang konten dan prosedur 2.1Memberikan Penjelasan singkat dan menyeluruh tentang konten dan prosedur kerja
Menentukan batas waktu
3.1 Masuk ke dalam kelompok Membentuk Kelompok 3.1Mengorganisasi fasilitas kelompok Menjajaki cara pembentukan kelompok 4.1 Merumuskan, Mengklasifikasika Tujuan
4.2 Urutan tugas
Klasifikasi Tujuan 4.1 Mengamati, membantu,mengarah kan 5.1Membaca,berta nya,Mengamati, meneliti Membuat catatan, Mengorganisasi data Kerja Individual 5.1Menganjurkan, memberi fasilitas, dan bimbingan Saling membantu antarsiswa
6.1 Analisis data, Kesimpulan, individu Laporan pada Kelompok 6.1Menganjurkan, memberi fasilitas dan bimbingan Saling membantu Antar siswa 7.1 sharing penemuan, Mengambil catatan, Kritik,kesimpulan pendahuluan Diskusi Kelompok 7.1Menganjurkan, memberi fasilitas dan bimbingan. Saling membantu antar siswa 8.1 Menulis laporan kelompok antarsiswa Laporan Kelompok
8.1Memberi bantuan Saling membantu Antar siswa 9.1 Menanggapi dan Bertanya Diskusi Kelas 9.1 Memantau, Membantu mengelola kelas Memimpi diskusi
(17)
10.1 Tanya jawab, catat
Rangkuman 10.1 Sintesis, Menyimpulkan
Memimpin diskusi
11.1 Mamberi saran
Tindakan Lanjut
11.1Menentukan tindak lanjut berdasarkan hasil diskusi
Memimpin Diskusi
4. Kerangka Pemikiran
Metode inkuiri terbimbing adalah metode pembelajaran yang didalamnya guru menyediakan materi dalam satu pelajaran dan meminta siswa
membuat generalisasi. Pada awal pembelajaran,guru memberikan bimbingan terlebih dahulu terhadap siswa yaitu berupa pengarahan agar siswa mampu menemukan arah nya sendiri dan tindakan yang harus di ambil dalam memecahkan masalah yang di berikan oleh guru.
Langkah-langkah pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) merumuskan masalah, (2) membuat hipotesa, (3) merencanakan kegiatan, (4) melaksanakan kegiatan, (5) mengumpulkan data, (6)
mengambil kesimpulan.
Berfikir kritis berhubungan dengan hasil belajar siswa karena berfikir kritis dapat memacu siswa agar dapat menyelesaikan masalah yang di hadapi nya dengan baik dalam proses pembelajaran. Siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis tinggi akan mendapatkan hasil belajar yang tinggi.
Berfikir kritis merupakan pandangan yang dapat di terima akal sehat dalam menyelesaikan masalah yang di alami oleh siswa pada proses
pembelajaran. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa adalah (1) memberikan penjelasan sederhana, (2)
(18)
membuat penjelasan lebih lanjut, dan (3) menerapkan strategi dan taktik. Hasil belajar adalah suatu pencapaian siswa yang telah menempuh
pelajaran dalam bentuk nilai dan siswa tersebut mengalami perubahan pada bidang kognitif, afektif dan psikomotor.
Dalam penelitian ini, ada dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah Kemampuan berpikir kritis (X) dan variabel terikatnya adalah hasil belajar fisika siswa (Y). Dalam hal ini kemampuan berpikir kritis akan menentukan kemampuan siswa dalam belajar yang nilainya diperoleh dari test tertulis setelah pembelajaran. Adapun data hasil belajar diperoleh melalui soal essay hasil belajar fisika siswa (kognitif).
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan pengaruh kedua variabel bebas secara bersama terhadap variabel terikatnya maka dibawah ini digambarkan model kerangka teoritisnya sebagai berikut:
r
Gambar Hubungan Antar Variabel
Dari model teoritis tersebut X menyatakan nilai kemampuan berpikir kritis dan Y menyatakan nilai hasil belajar. untuk mengukur nilai akhir hasil
(19)
belajar diperoleh melalui pembelajaran dengan menggunakan model Inkuiri terbimbing. Proses pembelajaran ini terdiri dari merumuskan masalah, membuat hipotesa, merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, mengumpulkan data, mengambil kesimpulan
5. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas maka dapat hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini antara lain:
Ho: Tidak ada hubungan tingkat berfikir kritis dengan hasil belajar pada pembelajaran model inkuiri terbimbing
H1 : Ada hubungan tingkat berfikir kritis terhadap hasil belajar pada pembelajaran model inkuiri terbimbing
(20)
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran pada siswa kelas X3. Desain penelitian ini menggunakan rancangan desain
One-Shot Case Study(Sugiono 2010: 110) menjelaskan bahwa terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan dan selanjutnya diobservasi kemampuan berpikir kritis dan hasil belajarnya. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah kemampuan berpikir kritis sedangkan hasil belajar siswa merupakan variabel terikatnya. Secara prosedur rancangan desain penelitian seperti ditunjukkan dalam ilustrasi berikut ini.
Gambar 3.1 DesainOne-Shot Case Study Keterangan:
X :Treatment(Pembelajaran inkuiri terbimbing)
O :Observasi(Kemampuan berfikir kritis, Hasil belajar)
(Sugiyono, 2010: 110)
B. Populasi Dan Sampel
(21)
1. Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester ganjil SMAN 1 Natar tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 9 kelas yang berjumlah 360 siswa.
2. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari seluruh populasi denganteknik purposive sampling, dengan menggunakan teknik ini terpilih kelas X3sebagai sampel penelitian, terpilihnya kelas X3karena keheterogenan
yang dimiliki oleh siswanya, dalam hal ini terutama nilai tingkat kemampuan berpikir kritis. kondusifnya kelas juga sebagai pendukung utama dalam proses pembelajaran dan juga rata rata kemampuan belajar yang dimiliki oleh
siswanya dalam kelas tersebut berada pada rentang sedang artinya tidak berada pada tingkat paling rendah dan juga tidak berada pada tingkat yang tinggi dalam pencapaian hasil belajarnya.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai kemampuan berpikir kritis dan nilai hasil belajar fisika siswa yang di dapatkan di akhir
pembelajaran pada kelas X3Semester Ganjil di SMAN 1 Natar Lampung
Selatan.
(22)
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan cara sebagai berikut:
1. Soal Tes Berfikir Kritis Siswa
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai kemampuan berfikir kritis siswa yaitu dengan memberikan soal tes tertulis kemampuan berfikir kritis kepada siswa. Tes tertulis kemampuan berfikir kritis siswa terdiri dari sejumlah pernyataan yang disesuiakan dengan aspek yang diukur.
Pengambilan data dilaksanakan setelah siswa melaksanakan proses belajar di kelas. Dalam tes tertulis ini terdapat kisi-kisi keterampilan berfikir kritis yang terdiri dari tiga indikator dan setiap indikator memiliki ruang
lingkup, yaitu sebagai berikut.
Tabel 1.3. Kisi-kisi tes tertulis berfikir kritis siswa di SMA N 1 Natar Tahun Pelajaran 2012/2013.
Indikator Berpikir Kritis Skor Indikator Penilaian Memberikan Penjelasan
Sederhana
1 Hanya memfokuskan pada pertanyaan
2 Memilih informasi relevan 3 Menganalisis argument 4 Menjawab pertanyaan tentang
suatu penjelasan Memberikan Penjelasan
Lebih Lanjut
1 Mendefinisikan istilah
2 Mendefinisikan asumsi 3 Mempertimbangkan definisi
(23)
Indikator Berpikir Kritis Skor Indikator Penilaian
4 Menemukan pola hubungan yang digunakan
Menerapkan Strategi dan Taktik
1 Menentukan tindakan
2 Menunjukkan pemecahan masalah
3 Memecahkan masalah
menggunakan berbagai sumber 4 Ketepatan menggunakan
tindakan
Sumber : Modifikasi dari Ennis (1985) dalam Achmad (2007)
2. Soal Test Hasil Belajar
Tes diberikan kepada siswa dalam bentuk test essay untuk mendapatkan data kognitif tentang hasil belajar fisika siswa dari kelompok yang diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing. test essay yang diberikan berupa tes subjektif (uraian) berjumlah 5 soal. Dengan tes bentuk ini maka akan terlihat kemampuan siswa untuk memahami, menguasai, menerapkan serta menganalisis, cocok untuk menguji hasil belajar siswa. Dalam mengerjakan soal test siswa dilarang kerjasama (mencontek). Bagi siswa yang ketahuan mencontek akan didiskualifikasi.
Setelah mengikuti tes hasil belajar, siswa akan memperoleh suatu skor yang besarnya ditentukan dari banyaknya soal yang dapat dijawab dengan benar. Untuk mempermudah dalam pengolahan data skor yang diperoleh dibuat dalam bentuk nilai dengan rumus:
(24)
= 100%
Sudjiono (2005: 318)
E. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasi-nya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.
Validitas item dicari dengan mengguanakan korelasiproduct momentdengan menggunakan rumus sebagai berikut:
= ( ( ))
{ ( ) }{ ( ) }
Keterangan :
= Ketepatan hubungan yang menyatakan validitas N = Banyaknya sampel ( percontohan )
X = Skor butir soal Y = Skor total
= Jumlah perkalian X dan Y = Jumlah kuadrat X
(25)
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriteria uji bilaCorrected Item Total Correlationlebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakanconstructyang kuat (valid).
2. Reliabilitas
Langkah selanjutnya adalah mencari harga reliabilitas instrumen. Perhitungan ini didasarkan pada pendapat Arikunto (2007:109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumusalpha, yaitu:
=
1 1
Keterangan : r11 = reliabilitas yang dicari
= Jumlah varian tiap soal N = banyak butir soal
= varians total soal
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukurannya dapat dipercaya atau apa diandalkan. Instrumen dikatakan reliable jika digunakan beberapa kali dalam waktu yang berbeda untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang relative sama. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS 17.0. Pada program ini digunakan metodeAlpha yang diukur berdasarkan skala
(26)
Menurut Sayuti dalam Sujianto (2009: 97), lembar observasi dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisienalphayang lebih besar dari 0,6. Untuk menentukan besarnya koefisienalpha, maka digunakan ukuran kemantapanalphayang diinterprestasikan sebagai berikut:
1) Nilai 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.
2) Nilai 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.
3) Nilai 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.
4) Nilai 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel. 5) Nilai 0,80 sampai dengan 1,00 berarti sangat
reliabel.
Sayuti, (2009: 97)
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.
F. Teknik Analisis Data dan Hipotesis
Data yang diperoleh adalah data yang berbentuk skala interval. Adanya probabilitas pada pengambilan sampel untuk digeneralisasikan maka untuk menganalisis data interval tersebut digunakan statistik interferensial untuk
(27)
menguji hipotesis penelitian. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0
1. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya data yang diperoleh dari sampel yang berasal dari populasi. Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data antara lain dengan Chi Kuadrat. Menurut Sugiyono (2010: 241), langkah-langkah pengujian dengan Chi-Kuadratadalah sebagai berikut:
1) Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya. 2) Menentukan jumlah kelas interval.
3) Menentukan panjang kelas interval yaitu:
(data terbesar data terkecil) dibagi dengan jumlah kelas interval.
4) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat.
5) Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh), dengan cara mengalikan
persentase luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel. 6) Memasukkan harga-harga fhke dalam tabel kolom fh, sekaligus
menghitung harga-harga (fo fh) dan
( )
dan menjumlahkannya.
Harga( ) h2) hitung.
7) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat Tabel. Bila harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga chi
h2 t2), maka distribusi data dinyatakan normal, dan
(28)
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metodeKolmogorov Smirnov. Dengan ketentuan jika signifikansi lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
2. Uji Korelasi
Pada penelitian ini, untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Korelasi Bivariate. Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 0,199 0,20 0,399 0,40 0,599 0,60 0,799 0,80 1,000
Sangat Rendah Rendah
Sedang Kuat
Sangat Kuat (Sugiyono, 2010: 257)
3. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dapat digunakan uji signifikansi koefisien korelasi sederhana (uji t) dalam penelitian ini.
(29)
H0: Tidak ada hubungan antara kemampuan berpikir kritis dengan hasil
belajar.
H1: Ada hubungan antara kemampuan berpikir kritis dengan hasil belajar.
a. Menentukan t hitung
Rumus mencari thitung adalah :
t hitung =
keterangan :
r = koefisien korelasi sederhana n = jumlah data
b. Menentukan t tabel
2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2
Kriteria pengujian:
H0diterima jika Ttabel Thitung tabel
H0ditolak jika -Thitung< -Ttabelatau Thitung> Ttabel
H0diterima jika sig > 0,05
(30)
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kemampuan berpikir kritis melalui pembelajaran inkuiri terbimbing dengan hasil belajar siswa pada ranah kognitif sebesar 0,768. Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, berarti
semakin tinggi kemampuan berpikir kritis maka semakin tinggi hasil belajar begitupun sebaliknya.
B. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga analisis terhadap hasil pengamatan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut.
1. Bagi guru fisika khususnya guru fisika kelas X3agar dapat menjadikan
kemampuan berpikir kritis melalui pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif siswa.
2. Pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya siswa diberi suatu
pertanyaan yang bersifat analisis untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
(31)
3. Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk menemukan konsep sendiri (inkuiri) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa ranah kognitif.
(32)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. Artikel Pendidikan. [Network] diakses 10 Juni 2011 dari http://researchengines.com/ 1007arief3.html Amali, Riski. 2001. Penerapan Model PembelajaranModified Inquiryuntuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK.Skripsi. PPS UPI. Bandung. [Tidak Diterbitkan]. Diunduh melalui:repository. UPI. Edu
Aryati, Rosmedi. 2009.Bagaimana Strategi Pembelajaran Quantum Teaching Dan Quantum Learning Dapat Dilaksanakan. [Network] diakses 25 November 2010 darihttp://blog.unila.ac.id/momon/2009/09/07/bagaimana- strategi-pembelajaran-quantum-teaching-dan-quantum-learning-dapat-dilaksanakan/.
Gulo, W. 2002.Strategi Belajar Mengajar.PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Hilman. 2001.Revisi Taksonomi Bloom. [Network] diakses pada 6 Oktober 2011 dari http://hilman.web.id/posting/blog/852/revisi-taksonomi-bloom-atau-revised-bloom-taxonomy.html.
Ismawati, Henik. 2007. Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Sains-Fisika Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Sub Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007.Skripsi.Universitas Negeri Semarang. Diakses 9 Oktober 2010 dari http://digilib.unnes.ac.id.
Johnson, Elaine B. 2009.Contextual Teaching Learning (CTL). Kaifa. Bandung Koes H, Suprianto. 2003.Strategi Pembelajarn Fisika. Bandung : JICA
(33)
Pengembangan Guru Sekolah Menengah Depdiknas. Jakarta. Sanjaya, Wina. 2006.Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses
Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Shofyan, Muhammad. 2010.Metode Inkuiri Terbimbing. Diakses 19 November 2010 dari http://forum.upi.edu
http://Supraptojielwongsolowordpres.com/2008/06/13/menggunakan keterampilan berfikir untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Diakses 9 agustus 2012
Umar, Irfan Naufal dan Sajap Maswan. 2004. Aplikasi Pendekatan Inkuiri Dalam Persekitaran Pembelajaran Berasaskan Web.Artikel Pendidikan. Pusat Pengkajian Ilmu Pendidikan Universitas Sains Malaysia.
Diakses 2 desember 2010 dari
http://www.sajadstudio.info/paperwork/meta_terengganu.pdf \
(1)
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metodeKolmogorov Smirnov. Dengan ketentuan jika signifikansi lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
2. Uji Korelasi
Pada penelitian ini, untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Korelasi Bivariate. Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 0,199 0,20 0,399 0,40 0,599 0,60 0,799 0,80 1,000
Sangat Rendah Rendah
Sedang Kuat
Sangat Kuat (Sugiyono, 2010: 257)
3. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dapat digunakan uji signifikansi koefisien korelasi sederhana (uji t) dalam penelitian ini.
(2)
29 H0: Tidak ada hubungan antara kemampuan berpikir kritis dengan hasil
belajar.
H1: Ada hubungan antara kemampuan berpikir kritis dengan hasil belajar.
a. Menentukan t hitung
Rumus mencari thitung adalah :
t hitung =
keterangan :
r = koefisien korelasi sederhana n = jumlah data
b. Menentukan t tabel
2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2
Kriteria pengujian:
H0diterima jika Ttabel Thitung tabel
H0ditolak jika -Thitung< -Ttabelatau Thitung> Ttabel
H0diterima jika sig > 0,05
(3)
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kemampuan berpikir kritis melalui pembelajaran inkuiri terbimbing dengan hasil belajar siswa pada ranah kognitif sebesar 0,768. Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, berarti
semakin tinggi kemampuan berpikir kritis maka semakin tinggi hasil belajar begitupun sebaliknya.
B. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga analisis terhadap hasil pengamatan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut.
1. Bagi guru fisika khususnya guru fisika kelas X3agar dapat menjadikan
kemampuan berpikir kritis melalui pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif siswa.
2. Pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya siswa diberi suatu
pertanyaan yang bersifat analisis untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
(4)
44 3. Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk menemukan konsep sendiri
(inkuiri) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa ranah kognitif.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. Artikel Pendidikan. [Network] diakses 10 Juni 2011 dari http://researchengines.com/ 1007arief3.html Amali, Riski. 2001. Penerapan Model PembelajaranModified Inquiryuntuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK.Skripsi. PPS UPI. Bandung. [Tidak Diterbitkan]. Diunduh melalui:repository. UPI. Edu
Aryati, Rosmedi. 2009.Bagaimana Strategi Pembelajaran Quantum Teaching Dan Quantum Learning Dapat Dilaksanakan. [Network] diakses 25 November 2010 darihttp://blog.unila.ac.id/momon/2009/09/07/bagaimana- strategi-pembelajaran-quantum-teaching-dan-quantum-learning-dapat-dilaksanakan/.
Gulo, W. 2002.Strategi Belajar Mengajar.PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Hilman. 2001.Revisi Taksonomi Bloom. [Network] diakses pada 6 Oktober 2011 dari http://hilman.web.id/posting/blog/852/revisi-taksonomi-bloom-atau-revised-bloom-taxonomy.html.
Ismawati, Henik. 2007. Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Sains-Fisika Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Sub Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007.Skripsi.Universitas Negeri Semarang. Diakses 9 Oktober 2010 dari http://digilib.unnes.ac.id.
Johnson, Elaine B. 2009.Contextual Teaching Learning (CTL). Kaifa. Bandung Koes H, Suprianto. 2003.Strategi Pembelajarn Fisika. Bandung : JICA
(6)
46 Pengembangan Guru Sekolah Menengah Depdiknas. Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2006.Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Shofyan, Muhammad. 2010.Metode Inkuiri Terbimbing. Diakses 19 November 2010 dari http://forum.upi.edu
http://Supraptojielwongsolowordpres.com/2008/06/13/menggunakan keterampilan berfikir untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Diakses 9 agustus 2012
Umar, Irfan Naufal dan Sajap Maswan. 2004. Aplikasi Pendekatan Inkuiri Dalam Persekitaran Pembelajaran Berasaskan Web.Artikel Pendidikan. Pusat Pengkajian Ilmu Pendidikan Universitas Sains Malaysia.
Diakses 2 desember 2010 dari
http://www.sajadstudio.info/paperwork/meta_terengganu.pdf \