PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA PENSIUN PT PLN

(1)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA PENSIUN PT PLN

Oleh

DHESSY MARELLA KRIATIES

Dana Pensiun merupakan suatu bentuk badan hukum tersendiri yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun mengatur tentang pengelolaan dana pensiun. Adanya Dana Pensiun ini memungkinkan terbentuknya suatu akumulasi dana yang dibutuhkan untuk memelihara kesinambungan penghasilan peserta program hari tua. Dana pensiun diselenggarakan dalam suatu program yang disebut program dana pensiun, yang terbagi atas program pensiun iuran pasti dan program pensiun manfaat pasti. Penelitian ini akan mengkaji dan membahas mengenai pelaksanaan pengelolaan dana pensiun PT. PLN yang memuat syarat dan prosedur menjadi peserta pensiun, pengelolaan pensiun oleh Dana Pensiun PLN dan prosedur pembayaran manfaat pensiun oleh Dana Pensiun PLN kepada para pensiun.

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif-empiris dengan tipe penelitian deskriptif dan pendekatan masalah normatif-empiris. Data yang digunakan adalah data primer yang bersumber dari pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang menjadi objek penelitian serta data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, studi dokumen dan wawancara. Setelah data terkumpul, selanjutnya diolah dengan cara seleksi data, klasifikasi data, dan sistematisasi data. Analisis yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif, komprehensif dan lengkap.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa bagi setiap karyawan PT. PLN yang ingin menjadi peserta program pensiun yang diselenggarakan oleh Dana Pensiun PLN harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan dan prosedur yang telah ditentukan oleh Dana Pensiun PLN. Syarat-syarat yang harus dipenuhi karyawan PT. PLN yaitu harus menjadi karyawan PT. PLN, berusia minimal 18 tahun atau telah kawin, dan telah memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun, telah diangkat menjadi karyawan PT. PLN sebelum tanggal 1 Januari 2012, wajib mendaftarkan diri dan menyatakan kesediaannya untuk dipotong penghasilan dasar pensiunnya guna membayar iuran peserta kepada Dana Pensiun


(2)

PLN, wajib memberikan data kepesertaan dan perubahannya yang diperlukan oleh Dana Pensiun PLN, dan wajib mematuhi Peraturan Dana Pensiun dan peraturan pelaksanaannya. Prosedur pendaftaran peserta diatur dengan cara karyawan yang ingin menjadi peserta mengajukan permohonan dengan mengisi formulir Dana Pensiun (DP) 1A. Pengisian formulir DP 1A dilakukan bersamaan dengan pengisian data yang diperlukan. Unit pemberi kerja tempat kedudukan karyawan yang bersangkutan mengirimkan formulir DP 1A yang telah diisi dengan surat pengantar disertai daftar nama karyawan yang mengajukan permohonan menjadi peserta (formulir DP 1B) ke Dana Pensiun PLN paling lambat 1 (satu) bulan setelah diterimanya formulir DP1A dari yang bersangkutan. Dana Pensiun PLN dikelola dengan menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti. Peserta Dana Pensiun PLN yang memenuhi persyaratan kepesertaan berhak atas manfaat pensiun normal, manfaat pensiun dipercepat, manfaat pensiun cacat, atau pensiun ditunda, yang besaran manfaat pensiun yang akan diterima peserta ditentukan oleh beberapa faktor yaitu usia, masa kerja atas manfaat pensiun, faktor penghargaan per tahun masa kerja, penghasilan dasar pensiun, dan nilai sekarang. Pembayaran manfaat pensiun dilakukan secara bulanan, kecuali pembayaran sekaligus. Pembayaran manfaat pensiun kepada pensiun PLN dilakukan melalui rekening, dengan cara pemindahbukuan antar rekening pada BTPN, dengan cara mendebet rekening Dana Pensiun PLN pada rekening BTPN dan memindahkannya ke nomor rekening penerima manfaat pensiun pada unit kerja BTPN. Pembayaran manfaat pensiun tersebut dilakukan secara bulanan, kecuali pembayaran sekaligus. Penerima manfaat pensiun akan diberikan Buku Tabungan Citra Pensiun tanpa disertai Kartu ATM oleh BTPN sebagai sarana pengambilan manfaat pensiun setiap bulannya.


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia menuju era globalisasi memungkinkan kegiatan perekonomian berkembang sedemikian rupa. Keadaan tersebut membuat suasana persaingan yang ketat akan menuntut perusahaan untuk lebih efisien dan lebih efektif dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya guna meraih sumber daya manusia yang kompetitif.

Sejalan dengan meningkatnya masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai karyawan perusahaan, timbul suatu kesadaran bahwa hidup mereka ini sangat bergantung pada perusahaan di mana mereka bekerja. Pada saat-saat mereka masih aktif, penghasilan nampaknya bukanlah menjadi persoalan. Namun umur dan produktivitas manusia pada akhirnya ada batasnya, tidak selamanya seseorang dapat bekerja dan menghasilkan suatu karya. Pada suatu saat karyawan tersebut tidak dapat lagi bekerja pada perusahaan karena suatu hal, misalnya karena keluar dari pekerjaan, cacat/kecelakaan kerja, kematian, atau pensiun normal.

Persoalan ini apabila dilihat secara sepintas mungkin adalah persoalan kecil. Tetapi jika dilihat dari skala yang lebih luas, bisa menjadi persoalan yang cukup serius. Hal tersebut karena setiap orang dalam menikmati masa tuanya tidak ingin penghasilannya berhenti seperti ia juga berhenti dari pekerjaannya. Jika


(4)

penghasilan seseorang berhenti di saat hari tua (lanjut usia), maka kontinuitas kehidupan mereka akan terganggu. Oleh karena itu diperlukan dukungan prasarana yang memadai, salah satunya dengan “jaminan hari tua” atau pensiun. Jaminan hari tua pada hakekatnya adalah kesejahteraan hari tua (lanjut usia), yang akan dinikmati oleh mereka yang saat ini masih muda. Sedangkan wujud dari jaminan hari tua adalah program pensiun .

Sebelum adanya Undang-Undang Dana Pensiun, tatanan yang berlaku di bidang dana pensiun tidak memungkinkan terselenggaranya suatu sistem pengelolaan dana masyarakat (dalam bentuk dana pensiun) yang efisien dan dapat diandalkan. Dari hal-hal tersebut di atas timbul pemikiran dari pembentuk undang-undang untuk menciptakan suatu bentuk hukum yang berstatus badan hukum yang khusus mengelola dana pensiun. Agar sistem tersebut dapat berjalan, tentunya diperlukan suatu wadah yang mempunyai hak dan kewajiban sendiri yang nantinya akan mengelola sistem pensiun tersebut. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun yang selanjutnya disebut Undang-Undang Dana Pensiun (UUDP) menentukan bahwa wadah tersebut adalah Dana Pensiun. Dana Pensiun merupakan suatu bentuk badan hukum tersendiri yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Dana Pensiun menurut Pasal 2 UUDP dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Dana Pensiun Pemberi Kerja yaitu dana pensiun yang dapat didirikan oleh perseorangan atau badan hukum, yang mempekerjakan karyawan. Pendiri Dana Pensiun Pemberi Kerja dapat menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti atau program pensiun iuran pasti. Karyawan yang telah menjadi peserta yang diselenggarakan pemberi kerja


(5)

maka dia terikat dengan kewajiban yang telah ditetapkan oleh pemberi kerja. Sedangkan pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan yaitu dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau asuransi jiwa yang hanya dapat menjalankan program pensiun iuran pasti. Program ini terutama diperuntukkan bagi pekerja perorangan atau mandiri yang memperoleh penghasilan bukan berasal dari pemberi kerja melainkan dari usaha jasanya sendiri.

Adanya Dana Pensiun ini memungkinkan terbentuknya suatu akumulasi dana yang dibutuhkan untuk memelihara kesinambungan penghasilan peserta program hari tua. Keyakinan akan adanya kesinambungan penghasilan menimbulkan ketenteraman kerja, sehingga akan meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja karyawan. Selain itu loyalitas terhadap perusahaan juga akan meningkat, jika loyalitas meningkat maka pengembangan dan pembinaan karir bagi karyawan yang bersangkutan juga meningkat.

Dana pensiun sendiri diselenggarakan dalam suatu program yang disebut program dana pensiun. Program dana pensiun terbagi atas program pensiun iuran pasti dan program pensiun manfaat pasti. Program pensiun iuran pasti adalah program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun dan seluruh iuran serta hasil pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing peserta sebagai manfaat pensiun, sedangkan program pensiun manfaat pasti adalah program pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mengkhususkan kepada Dana Pensiun Pemberi Kerja yang diselenggarakan oleh PT. PLN. Dana Pensiun PT. PLN merupakan kelanjutan dari Yayasan Dana Pensiun Perusahaan Umum Listrik


(6)

Negara yang dibentuk berdasarkan Akta Nomor 65 tanggal 19 Desember 1989 dengan nama Yayasan Dana Pensiun Perusahaan Umum Listrik Negara yang pembentukan dananya telah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan RI berdasarkan surat Nomor S.049/MK.13/1992 tanggal 10 Januari 1992, kemudian disesuaikan dengan UUDP, didirikan berdasarkan Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara Nomor 035.K/706/DIR/1993 tanggal 13 April 1993 dengan nama Dana Pensiun Perusahaan Umum Listrik Negara. Kemudian dengan dialihkannya bentuk Perusahaan Umum Listrik Negara menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 1994, Dana Pensiun PT. PLN (Persero) yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan RI dengan Keputusan Nomor KEP.284/KM.17/1997 tanggal 15 Mei 1997 dan telah dirubah dengan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor KEP.144/KM.6/2003 tanggal 28 Februari 2003, Dana Pensiun PT. PLN (Persero) ini disebut dengan nama Dana Pensiun PLN.

Dalam rangka memperlancar dan meningkatkan layanan kepada penerima manfaat pensiun, Dana Pensiun PLN melakukan kerjasama dengan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) untuk melakukan pembayaran manfaat pensiun. BTPN adalah bank yang berstatus sebagai Bank Umum yang memiliki aktivitas pelayanan operasional kepada nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Namun aktivitas utama BTPN adalah tetap mengkhususkan kepada pelayanan bagi para pensiunan dan pegawai aktif karena BTPN merupakan bank tabungan untuk para pensiun yang bekerja sama dengan PT. PLN dalam mengkoordinir pembayaran pensiun.


(7)

Setiap Dana Pensiun harus memiliki peraturan dana pensiun sebagai salah satu syarat pembentukan atau pendirian dan sebagai dasar penyelengaraan satu jenis program pensiun. Hal-hal penting yang diatur antara lain meliputi syarat-syarat untuk menjadi peserta dan prosedur pembayaran manfaat pada saat peserta pensiun. Syarat dan prosedur yang diatur tersebut berlaku mutlak bagi seluruh karyawan PT. PLN yang akan menjadi peserta tanpa ada pengecualian dan tidak memberatkan bagi peserta untuk memenuhinya. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Pengelolaan Dana Pensiun PT PLN”.

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apa syarat dan prosedur menjadi peserta pensiun?

2. Bagaimana pengelolaan pensiun oleh Dana Pensiun PLN?

3. Bagaimana prosedur pembayaran manfaat pensiun oleh Dana Pensiun PLN kepada pensiun?

Ruang lingkup penelitian ini meliputi ruang lingkup bidang ilmu dan ruang lingkup pembahasan. Ruang lingkup bidang ilmu yang digunakan adalah Hukum Keperdataan (Ekonomi) yang berkenaan dengan Hukum Lembaga Keuangan, khususnya mengenai Dana Pensiun. Ruang lingkup pembahasan adalah syarat dan prosedur menjadi peserta pensiun, pengelolaan pensiun serta prosedur pembayaran manfaat pensiun.


(8)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian mengenai perjanjian kerjasama pengelolaan dana pensiun ini bertujuan untuk menganalisis secara lengkap, rinci dan jelas mengenai:

1. Syarat dan prosedur menjadi peserta pensiun. 2. Pengelolaan pensiun oleh Dana Pensiun PLN.

3. Prosedur pembayaran manfaat pensiun oleh Dana Pensiun PLN kepada pensiun.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian dapat dibedakan menjadi dua segi yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.

1. Kegunaan teoritis

Sebagai sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum perdata ekonomi. Selain itu berguna untuk memberikan masukan dan sumbangan pemikiran sebagai pengembangan ilmu pengetahuan tentang hukum dan pengembangan daya pikir yang sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan yang dimiliki guna memecahkan setiap permasalahan dan memberikan sumbangan bagi perkembangan hukum perdata ekonomi khususnya mengenai dana pensiun.

2. Kegunaan praktis

a. Sebagai upaya perluasan pengetahuan peneliti tentang bagaimana syarat dan prosedur menjadi peserta pensiun, serta pengelolaan dan pembayaran pensiun oleh Dana Pensiun PLN dan BTPN.


(9)

b. Sebagai referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian-penelitian berikutnya.

c. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pensiun dan Program Pensiun

1. Pengertian Pensiun

Pensiun adalah suatu penghasilan yang diterima setiap bulan oleh seorang bekas pegawai yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai penghidupan selanjutnya, agar ia tidak terlantar apabila tidak berdaya lagi untuk mencari pengahsilan lain (Sastra Djatmika dan Marsono, 1995: 235). Mengenai dasar pemberian penghasilan itu terdapat berbagai pandangan yang berkembang mengikuti zaman.

Pensiun merupakan dambaan memperoleh penghasilan setelah berakhir masa kerja seseorang dan masa itu mayarakat masih berpikir bahwa pada usia menjelang pensiun adalah masa yang sudah tidak produktif lagi (Kasmir, 1999: 262).

2. Manfaat Pensiun

Manfaat pensiun merupakan suatu janji pembayaran suatu jumlah uang yang dibayarkan kepada peserta program dana pensiun, yang pembayarannya dikaitkan dengan pencapaian usia tertentu (Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, 2000: 165).


(11)

Menurut Pasal 1 UUDP manfaat pensiun antara lain:

a. Manfaat Pensiun Normal, adalah manfaat pensiun bagi peserta yang mulai dibayarkan pada saat peserta pensiun setelah mencapai usia pensiun normal atau sesudahnya.

b. Manfaat Pensiun Dipercepat, adalah manfaat pensiun bagi peserta yang dibayarkan apabila peserta pensiun pada usia tertentu sebelum usia pensiun normal.

c. Manfaat Pensiun Cacat, adalah manfaat pensiun bagi peserta yang dibayarkan bila peserta menjadi cacat.

d. Pensiun Ditunda, adalah manfaat pensiun bagi peserta yang berhenti bekerja sebelum mencapai usia pensiun normal, yang ditunda pembayarannya sampai pada saat peserta pensiun.

Pihak-pihak yang berhak menerima manfaat pensiun (Zulaini Wahab, 2001: 35) adalah:

a. Janda/duda

Timbul apabila peserta/pensiunan meninggal dunia dan dibayarkan seumur hidup, kecuali bila janda/duda kawin lagi atau meninggal dunia.

b. Anak

Timbul apabila janda/duda meninggal dunia atau kawin lagi atau peserta/pensiunan meninggal dunia dan tidak meninggalkan janda/duda. Wajib dibayarkan sampai usia 21 tahun dan usia setinggi-tingginya 25 tahun.


(12)

c. Pihak yang ditunjuk

Timbul apabila peserta/pensiunan meninggal dunia dan tidak meninggalkan janda/duda dan anak serta dibayarkan secara sekaligus, dengan ketentuan: (1) penunjukan harus dilaksanakan pada saat yang bersangkutan menjadi

peserta dan batal demi hukum sejak saat peserta menikah/mempunyai anak;

(2) penunjukan dapat diubah apabila dikehendaki peserta;

(3) dalam hal pihak yang ditunjuk meninggal dunia lebih dulu dari peserta, maka peserta harus menunjuk penggantinya.

3. Pengertian dan Jenis Program Pensiun

Program pensiun adalah setiap program yang mengupayakan manfaat pensiun bagi peserta (Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, 2000: 152).

Menurut UUDP program pensiun ada dua jenis, yaitu:

a. Program Pensiun Manfaat Pasti, adalah program pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun atau program pensiun lain yang bukan merupakan Program Pensiun Iuran Pasti.

b. Program Pensiun Iuran Pasti, adalah program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun dan seluruh iuran dibukukan pada rekening masing-masing peserta sebagai manfaat pensiun.


(13)

Sedangkan menurut Dahlan Siamat (2005: 710-714), program pensiun yang umumnya dipakai di perusahaan swasta dan perusahaan milik negara maupun bagi karyawan Pemerintah terdiri dari tiga jenis, yaitu:

a. Program Pensiun Manfaat Pasti, adalah suatu program pensiun yang memberikan formula tertentu atas manfaat yang akan diterima karyawan pada saat mencapai usia pensiun. Formula yang digunakan untuk menentukan besarnya manfaat pensiun, yaitu:

(1) Final Earning Pension Plan, berdasarkan persentase tertentu dari gaji terakhir peserta dan maksimum masa kerja.

(2) Final Average Earning, berdasarkan rata-rata gaji pada beberapa tahun terakhir saja.

(3) Career Average Earning, berdasarkan persentase tertentu terhadap masa kerja dan gaji rata-rata selama masa karir karyawan.

(4) Flat Benefit, berdasarkan jumlah uang tertentu untuk setiap tahun masa kerja/lebih dan memenuhi masa kerja minimum.

b. Program Pensiun Iuran Pasti, terdiri atas:

(1) Money Purchase Plan, menetapkan jumlah iuran yang dibayarkan oleh karyawan dan pemberi kerja dan bukan formula perhitungan masa pensiun.

(2) Profit Sharing Plan, iuran berasal dari presentase tertentu dari keuntungan yang diperoleh perusahaan sebelum pajak.


(14)

c. Program Pensiun Dengan Iuran dan Tanpa Iuran.

Program pensiun dengan iuran, adalah program pensiun dimana karyawan atau pekerja dan pemberi kerja diwajibkan membayar sejumlah tertentu iuran ke dalam program pensiun. Sedangkan program pensiun tanpa iuran, adalah program pensiun dimana seluruh biaya program ditangguhkan oleh pemberi kerja.

4. Tujuan Program Pensiun

Tujuan penyelenggaraan program pensiun baik dari kepentingan pemberi kerja maupun dari karyawan (Dahlan Siamat, 2005: 705) adalah sebagai berikut:

a. Pemberi Kerja

(1) Kewajiban Moral: perusahaan mempunyai kewajiban moral untuk memberikan rasa aman kepada karyawan pada saat mencapai usia pensiun. (2) Loyalitas: dengan diadakannya program pensiun, karyawan diharapkan

akan mempunyai loyalitas dan dedikasi terhadap perusahaan.

(3) Kompetisi pasar tenaga kerja: dengan memasukkan program pensiun sebagai suatu bagian dari total kompensasi yang diberikan kepada karyawan, diharapkan perusahaan akan memiliki daya saing dan nilai lebih dalam usaha mendapatkan karyawan yang berkualitas dan profesional di pasaran tenaga kerja.

b. Karyawan

(1) Rasa aman terhadap masa yang akan datang, dalam arti tetap memiliki penghasilan pada saat mencapai usia pensiun.


(15)

(2) Kompensasi yang lebih baik karena karyawan mempunyai tambahan kompensasi, meskipun baru bisa dinikmati pada saat mencapai usia pensiun/berhenti bekerja.

Adapun tujuan dari program pensiun (Imam Sudjono, 1999: 9) adalah:

a. Mendapatkan sumber dana baru yang bersifat jangka panjang untuk membiayai pembangunan, salah satu kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan jangka panjang adalah menggali dan mengembangkan sumber-sumber dana pembangunan. Sistem pendanaan program pensiun memungkinkan terbentuknya akumulasi dana yang merupakan salah satu sumber dana yang diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan nasional.

b. Meningkatkan pendapatan dari pendapatan dasar (fee based income) bank, akumulasi dana yang tersimpan pada pendiri akan menghasilkan bunga dana merupakan pendapatan di samping itu pendiri juga memperoleh pendapatan provisi apabila mengelola Dana Pensiun Lembaga Keuangan.

c. Membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di hari tua. Dengan adanya program pensiun yang dimiliki karyawan dan pekerja mandiri akan mendukung peningkatan taraf hidup masyarakat karena pada masa purna tugas mereka mendapatkan tambahan pendapatan secara tetap setiap bulannya.


(16)

B. Dana Pensiun

1. Pengertian Dana Pensiun

Dana Pensiun menurut Pasal 1 ayat (1) UUDP adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Secara umum dana pensiun adalah semua program, peraturan atau ketentuan yang menjanjikan manfaat pensiun termasuk upaya-upaya penghimpunan dana untuk menyelenggarakan prigram pensiun (Frianto Pandia, 2005: 121). Sebagai badan hukum, dana pensiun adalah organisasi yang teratur yang dikelola oleh pengurusnya dan memiliki kekayaan sendiri terpisah dari kekayaan pengurusnya, dan mempunyai tujuan tertentu (Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, 2000: 147).

Menurut Dahlan Siamat (2005: 704-705) penyelenggaraan suatu program pensiun, terutama dari sisi pemberi kerja, dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek ekonomis dan aspek sosial. Aspek ekonomis adalah usaha pemberi kerja untuk menarik atau mempertahankan karyawan perusahaaan yang memiliki potensi, cerdas, terampil, dan produktif, yang dapat diharapkan untuk mengembangkan perusahaan. Sedangkan aspek sosial berkaitan dengan tanggung jawab sosial pemberi kerja, bukan saja kepada karyawannya pada saat karyawan yang bersangkutan tidak lagi mampu bekerja, tetapi juga kepada keluarganya pada saat karyawan tersebut meninggal dunia.


(17)

2. Pengaturan Dana Pensiun

Sebelum diundangkannya Undang-Undang No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, program pensiun dengan pemupukan dana diselenggarakan oleh pemberi kerja berdasarkan Arbeidersfondsen Ordonantie (Staatsblad Tahun 1926 No. 377), yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Pasal 1601 (s) bagian kedua KUHP. Ketentuan tersebut memungkinkan pembentukan dana bersama antara pemberi kerja dan karyawan, namun tidak memadai sebagai dasar hukum bagi penyelenggaraan program pensiun. Hal ini disebabkan tidak adanya ketentuan yang mengatur hal-hal mendasar dalam rangka pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam penyelenggaraan program pensiun, serta mengenai pengelolaan, kepengurusan, pengawasan, dan sebagainya (Dahlan Siamat, 2005: 724).

Pemerintah kemudian mengeluarkan UUDP untuk lebih meningkatkan motivasi dan ketenangan kerja dalam rangka peningkatan produktivitas serta untuk memberikan daya guna yang optimal dalam penyelenggaraan program pensiun sesuai dengan fungsinya. Dalam penjelasan UUDP ditegaskan bahwa dalam rangka upaya memelihara kesinambungan, penghasilan pada hari tua perlu mendapat perhatian dan penanganan yang lebih berdaya guna dan berhail guna. Dalam hubungan ini di masyarakat telah berkembang suatu bentuk tabungan masyarakat yang semakin banyak dikenal oleh para karyawan, yaitu dana pensiun. Bentuk tabungan ini mempunyai ciri sebagai tabungan jangka panjang, yang dapat dinikmati hasilnya setelah karyawan yang bersangkutan pensiun (Dahlan Siamat, 2005: 724).


(18)

Selanjutnya, mengingat manfaat program pensiun yang begitu besar, baik bagi peserta maupun bagi masyarakat luas, maka upaya pengembangan penyelenggaraan program pensiun selama ini telah didukung oleh pemerintah melalui peraturan perundangan di bidang perpajakan, yaitu dengan pemberian fasilitas penundaan pajak (penghasilan) sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 ayat (3) huruf h Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang lengkapnya sebagai berikut: “Iuran yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang disetujui Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun oleh karyawan, dan penghasilan Dana Pensiun serupa dari modal yang ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tidak termasuk dari objek pajak”. Hal tersebut berguna juga untuk mengembangkan minat penyelenggaraan program pensiun tersebut terutama oleh pihak-pihak swasta guna pemberian kesejahteraan dan jaminan hidup hari tua kepada karyawan (Dahlan Siamat, 2005: 724).

Program pensiun selalu dituangkan dalam suatu perjanjian antara pemberi kerja dengan karyawan. Perjanjian ini biasanya berbentuk suatu peraturan yang disebut dengan peraturan dana pensiun, yang berlaku baik bagi karyawan maupun pemberi kerja. Di dalam peraturan tersebut, diatur semua hak dan kewajiban kedua belah pihak. Pada hakikatnya, peraturan dana pensiun ini adalah bagian dari perjanjian kerja.

Hal-hal penting yang umumnya diatur di dalam suatu peraturan pensiun (Dahlan Siamat, 2005: 709) antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:


(19)

b. manfaat apa saja yang akan diberikan dan dalam bentuk apa

c. kapan dapat dinikmatinya dan berapa besar manfaat yang dijanjikan kepada peserta

d. sumber pembiayaannya.

3. Jenis Dana Pensiun

Menurut UUDP, dana pensiun dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu: a. Dana Pensiun Pemberi Kerja

Dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja.

b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan

Dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan program pensiun iuran pasti baik perorangan, karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun Pemberi Kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.

4. Sumber Iuran Dana Pensiun

Ketentuan iuran pensiun dalam peraturan dana pensiun diatur sebagai berikut (Dahlan Siamat, 2005: 710):

a. Setiap karyawan peserta wajib membayar iuran 5% dari penghasilan dasar pensiun setiap bulan.


(20)

b. Perusahaan membayar iuran sebesar 5% dari total gaji karyawan, ditambah dengan iuran untuk mengatur dana yang seharusnya tersedia. Besarnya iuran pemberi kerja tersebut dapat pula ditentukan berdasarkan perhitungan aktuaris.

c. Iuran dari karyawan dan pemberi kerja sudah harus disetorkan kepada Dana Pensiun selambat-lambatnya, misalnya tanggal 15 bulan berikutnya.

Dana yang berhasil dihimpun dari iuran peserta akan dikelola dengan memperhatikan keamanan dananya serta dapat memberikan return yang optimal kepada peserta. Oleh karena terjaminnya manfaat pensiun bagi peserta dana pensiun lembaga keuangan berasal dari dana yang dihimpun dari iuran peserta dan hasil pengembangan investasinya. Dana pensiun harus dilakukan sedemikian rupa sehingga mencapai target yang optimal (Frianto Pandia, 2005: 121).

C. Perjanjian Kerjasama

1. Pengertian dan Unsur-Unsur Perjanjian

Istilah perjanjian merupakan terjemahan dari bahasa Belanda yaitu overeenkomst. Mengenai terjemahan overeenkomst ini adakalanya masih terdapat ketidakseragaman sehingga seringkali membingungkan. Pengertian perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melakukan suatu hal (R. Subekti, 1992: 1). Menurut Soedikno Mertokusumo (1996: 96-97), perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.


(21)

Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih (Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Namun ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata tersebut menurut Abdulkadir Muhammad (2000: 224-225) kurang tepat, karena ada beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Hanya menyangkut sepihak saja

b. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus c. Pengertian perjanjian terlalu luas

d. Tanpa menyebut tujuan

Apabila diperinci maka perjanjian itu mengandung unsur-unsur (Abdulkadir Muhammad, 2000: 225) sebagai berikut:

a. Ada pihak-pihak yang menjadi subjek, sedikitnya dua pihak dan masing-masing bisa terdiri atas orang dengan orang atau orang dengan badan hukum, atau badan hukum dengan badan hukum. Dengan demikian tidak mungkin dikatakan ada perjanjian jika subjeknya hanya satu.

b. Adanya persetujuan antara pihak-pihak itu (konsensus)

Kesepakatan digambarkan sebagai pernyataan kehendak para pihak yang saling mengisi. Kesepakatan tersebut terbentuk melalui penawaran-penawaran yang disampaikan oleh para pihak yang kemudian bertemu pada satu titik. c. Ada objek yang berupa benda

Objek perjanjian adalah harta benda yang dapat diperdagangkan. d. Ada tujuan bersifat kebendaan (mengenai harta kekayaan)

Perjanjian bermaksud mengalihkan hak atas harta benda yang menjadi objek perjanjian.


(22)

e. Ada bentuk tertentu lisan atau tulisan.

Berdasarkan asas kebebasan berkontrak sebenarnya perjanjian dapat dibuat secara lisan sehingga dikenal sebagai kontrak lisan, bisa pula berbentuk tertulis kecuali undang-undang menentukan lain, yaitu yang dalam teori dikenal dengan sebutan kontrak formal seperti kontrak perdamaian, kontrak penjaminan tanah, atau kontrak pendirian perseroan terbatas.

Oleh karenanya, perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai suatu undang-undang bagi mereka yang membuatnya, serta mengakibatkan timbulnya suatu hubungan antara dua orang atau dua pihak tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang atau dua pihak yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.

Dalam pasal 1337 KUHPerdata disebutkan bahwa suatu sebab adalah terlarang apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Akibat suatu perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali kecuali dengan kesepakatan kedua belah pihak atau karena undang-undang. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

2. Pengertian Perjanjian Kerjasama

Pengertian perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.


(23)

Pengertian kerjasama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu perbuatan bantu-membantu untuk melakukan kegiatan usaha secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut R. Subekti (1976: 53) perjanjian kerjasama hanya mempunyai daya hukum intern (ke dalam) dan tidak mempunyai daya hukum ke luar, yang bertindak ke luar dan bertanggung jawab kepada pihak ketiga adalah kerugian di antara para sekutu diatur dalam perjanjiannya, yang tidak perlu diketahui masyarakat.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dapat dirumuskan bahwa perjanjian kerjasama adalah suatu hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum yang lain dalam melaksanakan suatu perbuatan saling bantu-membantu untuk melakukan kegiatan atau usaha secara bersama-sama demi tercapainya tujuan bersama.

3. Syarat Sah Perjanjian

Agar suatu perjanjian dapat menjadi sah dan mengikat para pihak, perjanjian harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata (Abdulkadir Muhammad, 2006: 87), yaitu :

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

Kata “sepakat” tidak boleh disebabkan adanya kekhilafan mengenai hakekat barang yang menjadi pokok persetujuan atau kekhilafan mengenai diri pihak lawannya dalam persetujuan yang dibuat terutama mengingat dirinya orang tersebut, adanya paksaan dimana seseorang melakukan perbuatan karena takut


(24)

ancaman (Pasal 1324 KUH Perdata), adanya penipuan yang tidak hanya mengenai kebohongan tetapi juga adanya tipu muslihat (Pasal 1328 KUH Perdata). Terhadap perjanjian yang dibuat atas dasar “sepakat” berdasarkan alasan-alasan tersebut, dapat diajukan pembatalan.

b. Cakap untuk membuat perikatan

Pasal 1330 KUH Perdata menentukan yang tidak cakap untuk membuat perikatan:

(1) Orang-orang yang belum dewasa

(2) Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan

(3) Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Namun berdasarkan fatwa Mahkamah Agung, melalui Surat Edaran Mahkamah Agung No.3/1963 tanggal 5 September 1963, orang-orang perempuan tidak lagi digolongkan sebagai yang tidak cakap. Mereka berwenang melakukan perbuatan hukum tanpa bantuan atau izin suaminya. Akibat dari perjanjian yang dibuat oleh pihak yang tidak cakap adalah batal demi hukum (Pasal 1446 KUH Perdata). c. Suatu hal tertentu

Perjanjian harus menentukan jenis objek yang diperjanjikan. Jika tidak, maka perjanjian itu batal demi hukum. Pasal 1332 KUH Perdata menentukan hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan yang dapat menjadi obyek perjanjian, dan berdasarkan Pasal 1334 KUH Perdata barang-barang yang baru akan ada di kemudian hari dapat menjadi obyek perjanjian kecuali jika dilarang oleh undang-undang secara tegas.


(25)

d. Suatu sebab atau causa yang halal

Sahnya causa dari suatu persetujuan ditentukan pada saat perjanjian dibuat. Perjanjian tanpa causa yang halal adalah batal demi hukum, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.

Syarat pertama dan kedua menyangkut subjek, sedangkan syarat ketiga dan keempat mengenai objek karena mengenai perjanjiannya itu sendiri atau objek dari perbuatan hukum yang dilakukan. Terdapatnya cacat kehendak (keliru, paksaan, penipuan) atau tidak cakap untuk membuat perikatan, mengenai subyek mengakibatkan perjanjian dapat dibatalkan. Sementara apabila syarat ketiga dan keempat mengenai objek tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum.

4. Subjek dan Objek Perjanjian Kerjasama

Dalam tiap-tiap perjanjian kerjasama ada dua macam subjek, yaitu seorang manusia atau suatu badan hukum yang mendapat beban kewajiban untuk sesuatu, dan seorang manusia atau suatu badan hukum yang mendapat hak atas pelaksanaan kewajiban itu (Wirjono Prodjodikoro, 2000: 13)

Objek adalah kebalikannya dari subjek. Subjek dalam suatu perjanjian anasir, yang bertindak, yang aktif, maka objek dalam suatu perjanjian dapat diartikan sebagai hal yang diperlakukan oleh subjek itu berupa suatu hal yang penting dalam tujuan yang dimaksudkan dengan membentuk suatu perjanjian. Oleh karena itu, objek dalam perhubungan hukum perihal perjanjian kerjasama ialah hal yang diwajibkan kepada pihak berwajib, dan hal, terhadap mana pihak-pihak mempunyai hak (Wirjono Prodjodikoro, 2000: 19).


(26)

5. Hak dan Kewajiban Para Pihak Perjanjian Kerjasama

Setiap perjanjian akan menimbulkan hubungan hukum bagi para pihak yang melakukan perjanjian tersebut. Hubungan hukum adalah hubungan antara dua atau lebih subjek hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak (R. Soeroso, 2001: 269). Pengertian hak dan kewajiban, hak adalah sesuatu yang diperoleh dari pihak lain dengan kewenangan menuntut jika tidak dipenuhi oleh pihak lainnya itu. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh pihak yang satu kepada pihak lain dengan pembebanan sanksi jika lalai atau dilalaikan (Abdulkadir Muhammad, 2004 : 10-11).

Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekamto (1981: 51) hak dianggap suatu kebolehan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukannya. Jadi, hak sebenarnya merupakan wewenang yang diberikan oleh hukum kepada subjek hukum, yang dapat berlaku pada setiap subjek lainnya (hak mutlak) dan dapat pula berlaku pada subjek hukum tertentu (hak relatif). Hak-hak tersebut dibatasi oleh kewajiban. Kewajiban merupakan tugas yang dibebankan oleh hukum kepada subyek hukum dan yang paling utama adalah kewajiban untuk tidak menyalahgunakan haknya.


(27)

D. Kerangka Pikir

Keterangan Skema Kerangka Pikir:

Dana Pensiun PLN merupakan salah satu lembaga dana pensiun, yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja yang menyelenggarakan pemanfaatan program pensiun khususnya bagi karyawan PT. PLN. Bagi karyawan PT. PLN yang ingin menjadi peserta dari Dana Pensiun PLN, harus memenuhi syarat dan prosedur yang telah ditentukan oleh pendiri. Syarat dan prosedur yang diatur tersebut berlaku mutlak bagi seluruh karyawan PT. PLN yang akan menjadi peserta, tanpa ada pengecualian dan tidak memberatkan peserta untuk memenuhinya. Dalam menjalankan kegiatannya untuk mengelola dana pensiun, Dana Pensiun PLN tidak hanya dibantu oleh PT. PLN, tetapi juga oleh BTPN untuk mempermudah dan meningkatkan pelayanan kepada para peserta. Kegiatan tersebut ditegaskan

Dana Pensiun PLN

PT. PLN BTPN

Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Dana Pensiun Syarat dan Prosedur Peserta

Pengelolaan Pensiun


(28)

dengan melakukan perjanjian kerjasama antara Dana Pensiun dengan BTPN dalam pengelolaan dana pensiun. Pelaksanaan pejanjian kerjasama antara Dana Pensiun PLN dan BTPN harus berpatokan pada peraturan-peraturan yang berlaku dan menjadi dasar hukum, sehingga pelaksanaan kegiatan pengelolaan dana pensiun dapat terarah dengan baik. Dana pensiun yang dikelola oleh Dana Pensiun PLN akan dibayarkan kepada para peserta pensiun melalui BTPN.


(29)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif-empiris, yaitu penelitian hukum yang mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif (perundang-undangan) dan kontrak secara faktual pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang telah ditentukan (Abdulkadir Muhammad, 2004: 53). Sebagai penelitian normatif-empiris maka penelitian ini akan mengkaji dan membahas ketentuan hukum yang terkait dengan syarat dan prosedur menjadi peserta pensiun, pengelolaan pensiun oleh Dana Pensiun PLN dan prosedur pembayaran manfaat pensiun berdasarkan perjanjian kerjasama antara Dana Pensiun PLN dengan BTPN.

B. Tipe penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu tipe penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara jelas, rinci, sistematis, dan dengan melihat ketentuan hukum dan ketentuan lainnya (Abdulkadir Muhammad, 2004: 201). Penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimanakah pelaksanaan pengelolaan pensiun dan perjanjian kerjasama pembayaran manfaat pensiun antara Dana Pensiun PLN dengan BTPN.


(30)

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap yang ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian (Abdulkadir Muhammad, 2004: 112). Pendekatan masalah pada penelitian ini adalah pendekatan normatif-empiris. Pendekatan ini dilakukan dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku, bahan-bahan bacaan serta literatur yang menunjang dan ada hubungannya dengan permasalahan, yaitu mengenai syarat dan prosedur menjadi peserta pensiun, pengelolaan pensiun oleh Dana Pensiun PLN dan prosedur pembayaran manfaat pensiun berdasarkan perjanjian kerjasama antara Dana Pensiun PLN dengan BTPN.

D. Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan 2 (dua) jenis data antara lain : 1. Data Primer.

Data primer adalah data yang bersumber dari kebiasaan atau kepatutan yang tidak tertulis, dilakukan dengan observasi atau penerapan tolak ukur normatif terhadap peristiwa hukum in concreto dan wawancara dengan responden yang terlibat dalam peristiwa hukum yang bersangkutan (Abdulkadir Muhammad, 2004: 151). Data primer bersumber dari wawancara dari pihak-pihak yang terlibat dalam kasus, yang menjadi objek penelitian yaitu pihak Dana Pensiun PLN dan BTPN.


(31)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bersumber dari ketentuan perundang-undangan, yurisprudensi, dan buku literatur hukum atau bahan hukum tertulis lainnya (Abdulkadir Muhammad, 2004: 151). Data sekunder terdiri dari bahan-bahan hukum yaitu:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan yang bersumber dari ketentuan perundang-undangan dan dokumen hukum. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari:

(1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

(2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun. (3) Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

(4) Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 010.K/DIR/2011 tentang Peraturan Dana Pensiun Dari Dana Pensiun PT PLN (Persero).

(5) Dokumen Perjanjian Kerjasama Pembayaran Pensiun Antara BTPN dengan Dana Pensiun PLN Nomor PKS.99/DIR/RBPB/IV/2011. b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, yaitu bahan yang bersumber dari literatur-literatur atau hasil karya ilmiah dalam bidang ilmu pengetahuan hukum yang berkaitan dengan pokok bahasan.

c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang sifatnya memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer dan sekunder, yaitu bahan yang bersumber dari kamus atau pedoman yang


(32)

berkaitan dengan pokok bahasan, berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia, pedoman penulisan karya ilmiah, dan situs internet.

E. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. Studi Pustaka

Studi pustaka dengan cara membaca, mencatat, mengutip dari buku-buku, perundang-undangan, serta mengklasifikasikan data yang mendukung penulisan ini.

2. Studi Dokumen

Studi dokumen dengan cara mempelajari dan memahami isi dokumen perjanjian kerjasama yang dibuat antara Dana Pensiun PLN dengan BTPN. 3. Wawancara

Studi yang dilakukan melalui proses tanya jawab dengan cara menanyakan langsung kepada pihak-pihak yang secara langsung berhubungan dengan objek yang diteliti. Wawancara tersebut dilakukan kepada Bapak B. Sihombing selaku Operational Manager PT. PLN dan Bapak R. Sihombing selaku Credit Acceptance Supervisor BTPN.

Data yang diperoleh selanjutnya akan diolah melalui tahap-tahap (Abdulkadir Muhammad, 2004: 126), sebagai berikut:

1. Seleksi data, yaitu memilih data sesuai relevansinya dengan penelitian, kejelasannnya agar memperoleh data yang benar-benar diperlukan dengan pembahasan.


(33)

2. Klasifikasi data, yaitu mengelompokkan data sesuai dengan pokok bahasan sehingga diperoleh data yang diperlukan agar memudahkan menyusun data. 3. Sistematisasi data, yaitu menyusun data menurut tata urutan yang telah

ditetapkan sesuai dengan konsep, tujuan dan bahasan sehingga mudah dianalisa.

F. Analisis Data

Analisis data dan pembahasan dilakukan secara kualitatif, komprehensif dan lengkap sehingga menghasilkan produk penelitian hukum normatif-empiris yang lebih sempurna (Abdulkadir Muhammad, 2004: 152). Dengan metode ini maka data yang diperoleh dari penelitian ini akan di interpretasikan yang selanjutnya diuraikan dalam bentuk kalimat secara terperinci dan sistematis yang bersifat keterangan sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan.


(34)

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik suatu simpulan sebagai berikut:

1. Syarat-syarat yang harus dipenuhi karyawan PT. PLN sebagaimana diatur dalam Peraturan Dana Pensiun PLN yaitu peserta harus menjadi karyawan PT. PLN, berusia minimal 18 tahun atau telah kawin, dan telah memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun, telah diangkat menjadi karyawan PT. PLN sebelum tanggal 1 Januari 2012, wajib mendaftarkan diri dan menyatakan kesediaannya untuk dipotong penghasilan dasar pensiunnya guna membayar iuran peserta kepada Dana Pensiun PLN, wajib memberikan data kepesertaan dan perubahannya yang diperlukan oleh Dana Pensiun PLN, dan wajib mematuhi Peraturan Dana Pensiun dan peraturan pelaksanaannya. Prosedur pendaftaran peserta diatur dengan cara karyawan yang ingin menjadi peserta mengajukan permohonan dengan mengisi formulir Dana Pensiun (DP) 1A. Pengisian formulir DP 1A dilakukan bersamaan dengan pengisian data yang diperlukan. Unit pemberi kerja tempat kedudukan karyawan yang bersangkutan mengirimkan formulir DP 1A yang telah diisi dengan surat pengantar disertai daftar nama karyawan yang mengajukan permohonan menjadi peserta (formulir DP 1B) ke Dana Pensiun PLN paling lambat 1 (satu) bulan setelah diterimanya formulir DP1A dari yang bersangkutan.


(35)

2. Dana Pensiun PLN didirikan dengan maksud dan tujuan untuk mengelola dan mengembangkan dana guna menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti untuk menjamin dan memelihara kesinambungan penghasilan pada hari tua bagi peserta dan pihak yang berhak. Peserta Dana Pensiun PLN yang memenuhi persyaratan kepesertaan berhak atas manfaat pensiun normal, manfaat pensiun dipercepat, manfaat pensiun cacat, atau pensiun ditunda. Besaran manfaat pensiun yang akan diterima peserta ditentukan oleh beberapa faktor yaitu usia, masa kerja atas manfaat pensiun, faktor penghargaan per tahun masa kerja, penghasilan dasar pensiun, dan nilai sekarang. Pembayaran manfaat pensiun dilakukan secara bulanan, kecuali pembayaran sekaligus.

3. Pembayaran manfaat pensiun oleh Dana Pensiun kepada pensiun berdasarkan perjanjian kerjasama antara Dana Pensiun PLN dengan BTPN dilakukan melalui rekening, dengan cara pemindahbukuan antar rekening pada BTPN, dengan cara mendebet rekening Dana Pensiun PLN pada rekening BTPN dan memindahkannya ke nomor rekening penerima manfaat pensiun pada unit kerja BTPN. Penerima manfaat pensiun akan diberikan Buku Tabungan Citra Pensiun tanpa disertai Kartu ATM oleh BTPN sebagai sarana pengambilan manfaat pensiun setiap bulannya. Dana Pensiun PLN akan menerbitkan Daftar Pembayaran Manfaat Pensiun (Dapem) yang berisi data yang memuat nama, nomor induk, nomor rekening tabungan penerima manfaat pensiun, serta jumlah manfaat pensiun. Dapem yang dibuat setiap bulan sebagai sarana pembayaran manfaat pensiun kepada penerima manfaat pensiun disebut Dapem Induk.


(36)

PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA PENSIUN PT PLN

Oleh

DHESSY MARELLA KRIATIES

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(37)

PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA PENSIUN PT PLN

(Skripsi)

Oleh

DHESSY MARELLA KRIATIES

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(38)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pensiun dan Program Pensiun ... 8

1. Pengertian Pensiun ... 8

2. Manfaat Pensiun ... 8

3. Pengertian dan Jenis Program Pensiun ... 10

4. Tujuan Program Pensiun ... 12

B. Dana Pensiun ... 14

1. Pengertian Dana Pensiun ... 14

2. Pengaturan Dana Pensiun ... 15

3. Jenis Dana Pensiun ... 17

4. Sumber Iuran Dana Pensiun ... 17

C. Perjanjian Kerjasama ... 14

1. Pengertian dan Unsur-Unsur Perjanjian ... 18

2. Pengertian Perjanjian Kerjasama ... 20

3. Syarat Sah Perjanjian ... 21

4 Subjek dan Objek Perjanjian Kerjasama ... 23

5. Hak dan Kewajiban Para Pihak Perjanjian Kerjasama ... 24

D. Kerangka Pikir ………...……. 25

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27

B. Tipe Penelitian ... 27

C. Pendekatan Masalah ... 28

D. Data dan Sumber Data ... 28

E. Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 30


(39)

2. Maksud dan Tujuan ... 33

3. Kepengurusan ... 33

4. Peserta ... 33

B. Syarat dan Prosedur yang Harus Dipenuhi Karyawan PT PLN untuk Menjadi Peserta Pensiun ... 34

1. Syarat Peserta dan Administrasi Peserta Pensiun ... 34

2. Prosedur Pendaftaran Peserta Pensiun ... 39

C. Pengelolaan Pensiun oleh Dana Pensiun PLN ... 42

D. Prosedur Pembayaran Manfaat Pensiun oleh Dana Pensiun PLN kepada Peserta Pensiun ... 54

V. KESIMPULAN ... 63 DAFTAR PUSTAKA


(40)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku/Literatur

Djatmika, Sastra dan Marsono. 1995. Hukum Kepegawaian di Indonesia. Djambatan, Jakarta.

Kasmir. 1999. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Mertokusumo, Soedikno. 1996. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Liberty, Yogyakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 1986. Hukum Perjanjian. Alumni, Bandung.

____________________. 2000. Hukum Perdata Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

____________________. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Muhammad, Abdulkadir dan Rilda Murniati. 2000. Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan. PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

Pandia, Frianto dkk. 2005. Lembaga Keuangan. PT Rineke Cipta, Jakarta.

Prodjodikoro, Wirjono. 2000. Azas-Azas Hukum Perjanjian. Mandar Maju, Bandung.

Purbacaraka, Purnadi dan Soerjono Soekamto. 1981. Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum. Alumni, Bandung.


(41)

Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Soeroso, R. 2001. Pengantar Ilmu Hukum. Sinar Grafika, Jakarta.

Subekti, R. 1976. Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional. Alumni, Bandung. __________. 1992. Hukum Perjanjian. Intermasa, Jakarta.

Sudjono, Imam. 1999. Dana Pensiun Lembaga Keuangan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wahab, Zulaini. 2001. Dana Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia. PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

B. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.


(42)

MOTTO

“He has made everything beautiful in it’s time”

(Ecclesiastes 3 : 11)

”Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa

kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan

kepadamu”

(Markus 11 : 24)

“Tak ada rahasia untuk menggapai sukses, sukses itu dapat

terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari

kegagalan”

(Collin Powell)

”Gapailah cita-citamu setinggi bintang di langit, namun

rendahkanlah hatimu serendah mutiara di lautan”


(43)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecil ini kepada :

Kedua orang tuaku tercinta R. Sihombing dan H. Silalahi yang telah memberikan cinta, kasih sayang, kebahagiaan, doa, motivasi, semangat serta pengorbanannya

selama ini untuk keberhasilanku.

Adikku Maria Clara Kristi atas segala dukungan dan semangatnya. Almamaterku tercinta Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah


(44)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Pelaksanaan Pengelolaan Dana Pensiun PT PLN”. Adapun maksud penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, berbagai saran, koreksi serta kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa ini bukanlah hasil jerih payah sendiri akan tetapi juga berkat bimbingan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu di dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tulus kepada : 1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

2. Bapak Prof. Dr. I Gede AB. Wiranata, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Ibu Rilda Murniati, S.H., M.Hum., selaku pembimbing 1 (satu) yang telah banyak membantu dengan meluangkan waktunya untuk memberikan


(45)

4. Bapak Dita Febrianto, S.H., M.H., selaku pembimbing 2 (dua) yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi, serta petunjuk dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

5. Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum., selaku pembahas 1 (satu) yang telah memberikan kritik, saran dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini; 6. Ibu Kasmawati, S.H., M.Hum., selaku pembahas 2 (dua) yang telah

memberikan kritik, saran serta demi kebaikan penulisan skripsi ini;

7. Ibu Dr. Hj. Nunung Rodliyah, M.A., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi, bantuan dan saran dalam menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

8. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran berharga bagi penulis serta memberikan kemudahan dan bantuannya selama ini;

9. Teristimewa untuk papa, mama, adik, dan Jefri Kurniawan Tobing yang selalu memberi nasihat, motivasi, doa serta bantuan selama ini;

10. Sahabat-sahabatku Abnon Comel’s, Adisty Anggun Febrina, Primayani Yustyasari, Hilda Silvia Yoga, Yulianti, Devina Mashita, Aldova, Ardiatma Danu, Yusni febriansyah, dan Dimas Ardinta, atas pelajaran dan kebersamaan yang sangat berharga dalam menjalani persahabatan;


(46)

dan kerjasamanya;

12. Staf keperdataan: Pak Tarno, Pak Dedi, dan Mba Siti atas segala bantuannya; 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu telah membantu penulis

menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya.

Semoga Tuhan menerima dan membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 15 Februari 2012 Penulis,


(47)

Judul Skripsi : PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA PENSIUN PT PLN

Nama Mahasiswa : Dhessy Marella Kriaties No. Pokok Mahasiswa : 0812011019

Bagian : Hukum Keperdataan Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Rilda Murniati, S.H., M.Hum. Dita Febrianto. S.H., M.H. NIP 197009251994032002 NIP 198401302008121004

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

Prof. Dr. I Gede AB. Wiranata, S.H., M.H. NIP 196211091988111001


(48)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Rilda Murniati, S.H., M.Hum. ...

Sekretaris/Anggota : Dita Febrianto. S.H., M.H. ...

Penguji

Bukan Pembimbing: Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum. ...

2 Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 196211091987031003


(49)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 10 Maret 1991, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak R. Sihombing dan Ibu H. Silalahi.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TKK BPK Penabur Bandar Lampung pada Tahun 1996-1997, Sekolah Dasar di SDK BPK Penabur Bandar Lampung pada tahun 1997-2003, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN 2 Bandar Lampung pada tahun 2003-2005, dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 9 Bandar Lampung pada tahun 2005-2008. Penulis melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Lampung pada tahun 2008.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi sebagai anggota muda (Amud) BEM tahun angkatan 2008/2009. Kemudian pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai anggota muda Pusat Studi Bantuan Hukum (PSBH) yang selanjutnya dikukuhkan sebagai anggota tetap pada tahun 2010. Pada tahun 2011 penulis mengikuti program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN Tematik), yang bertempat di Desa Buyut Utara, Kecamatan Gunung Sugih, Lampung Tengah yang bertemakan Kesehatan.


(1)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul ”Pelaksanaan Pengelolaan Dana Pensiun PT PLN”. Adapun maksud penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, berbagai saran, koreksi serta kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa ini bukanlah hasil jerih payah sendiri akan tetapi juga berkat bimbingan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu di dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tulus kepada : 1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

2. Bapak Prof. Dr. I Gede AB. Wiranata, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Ibu Rilda Murniati, S.H., M.Hum., selaku pembimbing 1 (satu) yang telah banyak membantu dengan meluangkan waktunya untuk memberikan


(2)

bimbingan, pengarahan, serta kritik yang membangun dalam menyelesaikan skripsi ini;

4. Bapak Dita Febrianto, S.H., M.H., selaku pembimbing 2 (dua) yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi, serta petunjuk dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

5. Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum., selaku pembahas 1 (satu) yang telah memberikan kritik, saran dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini; 6. Ibu Kasmawati, S.H., M.Hum., selaku pembahas 2 (dua) yang telah

memberikan kritik, saran serta demi kebaikan penulisan skripsi ini;

7. Ibu Dr. Hj. Nunung Rodliyah, M.A., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi, bantuan dan saran dalam menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

8. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran berharga bagi penulis serta memberikan kemudahan dan bantuannya selama ini;

9. Teristimewa untuk papa, mama, adik, dan Jefri Kurniawan Tobing yang selalu memberi nasihat, motivasi, doa serta bantuan selama ini;

10. Sahabat-sahabatku Abnon Comel’s, Adisty Anggun Febrina, Primayani Yustyasari, Hilda Silvia Yoga, Yulianti, Devina Mashita, Aldova, Ardiatma Danu, Yusni febriansyah, dan Dimas Ardinta, atas pelajaran dan kebersamaan yang sangat berharga dalam menjalani persahabatan;


(3)

11. Keluarga besar Fakultas Hukum Angkatan 2008, khususnya jurusan Perdata Ekonomi yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan, dukungan, dan kerjasamanya;

12. Staf keperdataan: Pak Tarno, Pak Dedi, dan Mba Siti atas segala bantuannya; 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu telah membantu penulis

menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya.

Semoga Tuhan menerima dan membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 15 Februari 2012 Penulis,


(4)

Judul Skripsi : PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA PENSIUN PT PLN

Nama Mahasiswa : Dhessy Marella Kriaties No. Pokok Mahasiswa : 0812011019

Bagian : Hukum Keperdataan

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Rilda Murniati, S.H., M.Hum. Dita Febrianto. S.H., M.H. NIP 197009251994032002 NIP 198401302008121004

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

Prof. Dr. I Gede AB. Wiranata, S.H., M.H. NIP 196211091988111001


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Rilda Murniati, S.H., M.Hum. ...

Sekretaris/Anggota : Dita Febrianto. S.H., M.H. ...

Penguji

Bukan Pembimbing: Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum. ...

2 Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 196211091987031003


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 10 Maret 1991, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak R. Sihombing dan Ibu H. Silalahi.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TKK BPK Penabur Bandar Lampung pada Tahun 1996-1997, Sekolah Dasar di SDK BPK Penabur Bandar Lampung pada tahun 1997-2003, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN 2 Bandar Lampung pada tahun 2003-2005, dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 9 Bandar Lampung pada tahun 2005-2008. Penulis melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Lampung pada tahun 2008.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi sebagai anggota muda (Amud) BEM tahun angkatan 2008/2009. Kemudian pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai anggota muda Pusat Studi Bantuan Hukum (PSBH) yang selanjutnya dikukuhkan sebagai anggota tetap pada tahun 2010. Pada tahun 2011 penulis mengikuti program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN Tematik), yang bertempat di Desa Buyut Utara, Kecamatan Gunung Sugih, Lampung Tengah yang bertemakan Kesehatan.