Perkembangan Lalu Lintas Manusia

ilmu kesenian dan ilmu pengetahuan mencapai puncaknya. Zaman ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Pembentukan negara-negara besar Negara-negara besar Eropa mulai berkembang pada zaman ini. Dimulai oleh Charlemagne yang membentuk imperium yang berpusat di Perancis kemudian muncul Imperium Jerman yang mencapai masa kejayaannya pada masa Raja Frederick III. Raja-raja di Eropa tidak tunduk lagi kepada gereja, sehingga timbul peperangan antar kerajaan selama 30 tahun. Peperangan tersebut diakhiri dengan suatu perjanjanjian damai yang disebut Perjanjian Westphalia pada tahun 1648. 2. Gagasan mengenai asas kedaulatan Dengan munculnya kerajaan-kerajaan di Eropa yang tidak lagi tunduk kepada gereja, maka terciptalah doktrin kedaulatan souvereignity. Doktrin ini memperkenalkan adanya suatu asas bahwa seorang penguasa mempunyai kedaulatan dan kekuasaan yang mutlak di daerah atau negaranya masing- masing, sehingga dengan demikian bangsa dan negara lain harus menghargai dan menghormati integritas bangsa dan negara tersebut, salah satu penganjurnya adalah Jean Bodein. 3. Munculnya pelopor hubungan internasional Salah satu ahli hukum pelopor hubungan internasional yang muncul pada masa ini adalah Hugo de Groot Grootius. Ia dilahirkan di Belanda dan diakui sebagai peletak dasar dari hukum dan hubungan internasional modern. Dia juga yang pertama kali mengungkapkan konsep laut bebas. 2.1.4. Periode Abad ke-20 Periode ini merupakan periode revolusioner dalam hubungan antar bangsa. Dua konferensi perdamaian di Den Haag Belanda pada tahun 1899 dan 1907 merupakan tonggak dari konsep-konsep pergaulan dunia yang baru dan puncak perkembangan hubungan internasional ditandai dengan lahirnya Konvensi Wina 1961 tentang hubungan diplomatik dan Konvensi Wina 1963 tentang hubungan konsuler. 4

2.2 Perkembangan Hubungan Antar Negara

Setelah terbentuknya negara – negara modern maka berkembang pula hubungan antar negara yang meliputi : 2.2.1. Hubungan Diplomatik dan Konsuler Hubungan antar negara di bidang politik ditandai dengan adanya hubungan diplomatik dan hubungan konsuler. Hubungan diplomatik dilakukan oleh perwakilan suatu negara di negara yang lain yang diketuai oleh seorang duta besar, sementara hubungan konsuler adalah hubungan dengan menempatkan perwakilan suatau negara di negara lain yang dipimpin oleh konsulat jenderal. Fungsi perwakilan diplomatik berdasarkan Konvensi Wina 1961 adalah sebagai berikut: 5 1. Mewakili negaranya di negara penerima. 2. Melindungi kepentingan negara pengirim di negara penerima dalam batas-batas yang diperkenankan oleh hukum internasional. 4 Setyo Widagdo, Hanif Nur Widhyanti, 2008, Hukum Diplomatik dan Konsuler, Bayu Media, Malang, h.12 5 Ibid, h. 52. 3. Mengadakan perundingan-perundingan dengan pemerintah di mana mereka diakreditasikan. 4. Memberikan laporan kepada negara pengirim mengenai keadaan-keadaan dan perkembangan-perkembangan di negara penerima dengan cara-cara yang dapat dibenarkan oleh hukum. 5. Meningkatkan hubungan persahabatan antarnegara, terutama dengan negara pengirim dan negara penerima serta mengembangkan dan memperluas hubungan-hubungan ekonomi, kebudayaan dan ilmu pengetahuan antarmereka. Fungsi perwakilan konsuler berdasarkan Konvensi Wina 1963 adalah sebagai berikut: 6 1. Melindungi kepentingan-kepentingan negara pengirim dan warga negara-warga negaranya di wilayah negara penerima, baik secara individu maupun terhadap badan-badan usahanya dalam batas-batas yang diperkenankan oleh ukum internasional. 2. Meningkatkan pengembangan hubungan-hubungan perdagangan, ekonomi, kebudayaan dan ilmu pengetahuan antara negara pengirim dan negara penerima sesuai ketentuan-ketentuan konvensi tersebut. 3. Mencari dan memberikan informasi kepada negara pengirim mengenai keadaan-keadaan dan perkembangan-perkembangan yang terjadi di negara penerima. Semua itu dilaksanakan sesuai dengan hukum yang berlaku. 6 Ibid, h. 53. 4. Mengeluarkan paspor dan dokumen-dokumen perjalanan bagi warga negara pengirim dan visa bagi orang-orang setempat yang akan pergi mengunjungi atau bepergian ke negara penerima. 5. Membantu dan mendampingi warga negara pengirim, baik secara individual maupun badan-badan usaha warga negara pengirim di negara penerima. 6. Berusaha melindungi kepentingan-kepentingan warga negaranya baik secara individual maupun badan usaha apabila terjadi pergantian yang timbul dari “mortis cause” di wilayah negara penerima sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku di negara penerima. 2.2.2. Hubungan Regional Hubungan regional adalah hubungan antar negara yang berdasarkan letak geografis dari negara-negara anggotanya. Contoh hubungan regional adalah ASEAN Assosiation South East Asia Nations atau asosiasi negara-negara di Asia Tenggara yang berdiri tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok. Saat ini ASEAN beranggotakan 10 anggota yaitu: Brunai Darussalam, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Contoh lainnya adalah Masyarakat Ekonomi Eropa Euroupean Economic Community yang berdiri tanggal 25 Maret 1957. 2.2.3. Hubungan Bilateral dan Multilateral Hubungan Bilateral adalah hubungan antara 2 negara baik di bidang politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya maupun di bidang pertahanan dan keamanan. Contohnya adalah kerjasama antara negara Indonesia dan negara Malaysia terkait pemulangan tenaga kerja Indonesia ilegal. Sementara hubungan multilateral atau hubungan internasional adalah hubungan antara 3 negara atau lebih yang tidak dibatasi oleh jarak dan letak teritorial negara anggotanya. Contoh adalah hubungan di bidang ekonomi WTO dan hubungan di bidang politik PBB.

2.3 Perkembangan Hukum Keimigrasian Indonesia Terkait Lalu Lintas

Orang Asing Di Indonesia Pada pokok bahasan di atas yang membahas hubungan antar negara dengan subyek negara sebagai individu sebagaimana yang dimaksud dalam subyek hukum internasional. Hubungan antar negara memandang negara sebagai satu organisasi yang berhubungan dengan negara lain yang terorganisir pula. Sementara keimigrasian memandang lalu lintas orang per orang yang melintasi batas negara dan tinggal di wilayah yang bukan negaranya. Jika seseorang ingin memasuki wilayah negara lain maka dia harus tunduk kepada hukum keimigrasian yang berlaku di negara tersebut yang bersumber dari ada tidaknya hubungan dari negara yang bersangkutan dan negara yang dituju. Di Indonesia pemeriksaan keimigrasian telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pada saat itu, terdapat badan pemerintah kolonial Belanda bernama Immigratie Dienst yang bertugas menangani masalah keimigrasian untuk seluruh kawasan Hindia Belanda. 7 7 Abdullah Sfahriful, 2005, Memperkenalkan Hukum Keimigrasian, Grafika Indonesia, Jakarta, h. 50.