a. Terjadinya pencemaran pencemaran udara, air, tanah, dan suara sebagai dampak
adanya kawasan industri. b.
Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a. Penebangan hutan secara liar penggundulan hutan.
b. Perburuan liar.
c. Merusak hutan bakau.
d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
e. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
f. Bangunan liar di daerah aliran sungai DAS.
g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
2.3       PERSOALAN LINGKUNGAN HIDUP  SAAT  INI
Kini malapetaka yang terjadi dalam kisah-kisah kuno seperti Sodom dan Gomora zaman nabi Luth dan banjir zaman nabi Nuh kembali mengancam kehidupan di muka
bumi akibat ulah manusia. Pemanasan global atau global warming menjadi isu dunia dan tidak  terkecuali  Indonesia.  Penyebab utama  pemanasan  ini  adalah  pembakaran  bahan
fosil, seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Gas rumah kaca juga
timbul karena penggunaan peralatan elektronik, penggundulan hutan, kebakaran hutan, yang   mengurangi   penyerapan   karbondioksida   ke   atmosfer.   Ketika   atmosfer   semakin
banyak menampung gas-gas rumah kaca ini, karena karbon dioksida yang dilepas lebih banyak   dari  yang   diserap,  ia   semakin   menjadi  insulator   yang  menahan  lebih  banyak
panas   dari   matahari   yang   dipancarkan   ke   bumi.Akibatnya   rata-rata   temperatur   bumi meningkat. Intergovernmental Panel on Climate Change IPCC menyimpulkan bahwa
temperatur   udara   global   telah   meningkat   0,6 c   sejak   1861.   IPCC   memprediksi
peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1,4-5,6 c pada 2100. Akibatnya
akan terjadi perubahan iklim secara dramatik. Pola curah hujan berubah dan meningkat.
Tetapi air akan lebih cepat menguap dari tanah. Badai akan menjadi lebih sering terjadi. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda.
Ketika   atmosfer   menghangat,   lapisan   permukaan   laut   juga   akan   menghangat, sehingga menaikan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es
dikutub, sehingga memperbanyak volume air di laut. Tinggi permukaan laut di seluruh dunia telah meningkat 10-25 cm selama abad ke-20, dan IPCC memprediksi peningkatan
lebih lanjut 9-88 cm pada abad 21.Di Indonesia, kenaikan permukaan air laut berpotensi menenggelamkan   50   meter   daratan   dari   garis   pantai   kepulauan   Indonesia,   yang
panjangnya 81.000 km. diperkirakan lebih dari 405.000 hektar daratan Indonesia akan tenggelam, ribuan pulau kecil akan lenyap dari peta Indonesia, abrasi pantai dan intrusi
lautpun makin mengancam penduduk bumi. Air bersih bakal kian langka karena intrusi air laut yang mencemari tanah. Penduduk Jakarta dan kota-kota pesisir akan kekurangan
air bersih. Di pantai ribuan dan mungkin jutaan tambak juga akan lenyap. Menurut IPCC dalam   laporan   awal   April   2007,   menyebutkan   kenaikan   rata-rata   suhu   tahunan   di
Indonesia   antara   1970   dan   2004   mencapai   0,1-1 c.   Kondisi   itu   akan   menurunkan
produksi pangan, meningkatkan kerusakan pesisir, dan menyebabkan berbagai jenis fauna yang tidak mampu beradaptasi dengan temperatur panas akan musnah.
Parahnya kondisi yang bakal terjadi dalam pemanasan global, dan hanya dapat diperlambat dan kemudian dicegah, apabila tidak ada peningkatan emisi karbon karena
keluasan hutan di bumi memiliki daya serap yang tinggi, dan berkurangnya pelepasan karbondioksida akibat pembakaran bahan bakar fosil. Khususnya di Indonesia keluasan
hutan jauh berkurang karena penebangan dan kerusakan hutan. Itupun rupanya masih belum cukup, karena Departemen Kehutanan justru akan melelang lagi kawasan hutan
Indonesia seluas 1.063.418 hektar, ini berarti seluas 2 kali pulau Bali. Pelelangan tersebut di 16 lokasi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu IUPHHK di seluruh Indonesia,
termasuk Papua : 2 lokasi, Kalimantan Barat : 2 lokasi, Kalimantan Timur : 6 lokasi, Kalimantan Tengah : 3 lokasi, Sulawesi Tengah : 1 lokasi, Maluku Tengah : 1 lokasi,
Jambi- Sumatera Selatan : 1 lokasi. Selain melelang izin HPH, Departemen Kehutanan juga   akan   melelang   9   kawasan   HTI   meliputi   2   lokasi   di   Riau.  Satu   di   Jambi,   1   di
Kalimantan Timur dan 5 di Sumatera Selatan. Tentu saja kebijakan ini akan semakin mengurangi keluasan jumlah hutan di Indonesia. Apakah dengan demikian kita tidak
sedang mempercepat terjadinya pemanasan global karena keluasan hutan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang.
Lebih   membingungkan   lagi   bahwa   Pemerintah   Indonesia   juga   telah menandatangani 58 perjanjian kerja sama senilai US  12,4  milyar untuk pengembangan
bio-fuel. Pengembangan bio-fuel ini terkait dengan 1 juta hektar pencadangan kawasan untuk   perkebunan   di   Papua   dan   Kalimantan.   Sejauh   ini   belum   ada   kepastian   bahwa
rencana   itu   tidak   akan   memanfaatkan   lahan   hutan   alam,   sebagai   salah   satu   sasaran, ekspansi perkebunan kelapa sawit dsb, yang pada akhirnya akan semakin memperparah
keadaan kondisi hutan di Indonesia. Biofuel memang bahan bakar yang ramah lingkungan karena emisi karbonnya sangat rendah, sehingga negara Uni Eropa sangat tertarik untuk
meningkatkan   kebutuhan   biofuel.   Namun   dari   perspektif   lain   karena   bahan   tersebut adalah minyak sawit, maka potensi perkebunan sawit akan semakin luas menghancurkan
hutan   alam   di   Indonesia.   Itu   berarti   keuntungan   bagi   negara-negara   Eropa   karena menyelesaikan   salah   satu   permasalahan   lingkungannya,   tetapi   dilain   pihak
menghancurkan   hutan   di   Indonesia.   Barangkali   permasalahan   ini   juga   diketahui   dan dimengerti oleh Pemerintah Indonesia, karena pemerintah bukan tidak memiliki ahli di
bidang ini, hanya saja kepentingan lain lebih menarik sehingga perjanjian kerjasama ini ditandatangani.
2.4 PANDANGAN   DAN   PERAN   AGAMA   DALAM   MASALAH