Keragaman Fenotip Galur-galur Padi Keturunan IR64 X Hawara Bunar Generasi F7 pada Kondisi Cekaman Aluminium

1

KERAGAMAN FENOTIP GALUR-GALUR PADI
KETURUNAN IR64 X HAWARA BUNAR GENERASI F7
PADA KONDISI CEKAMAN ALUMINIUM

TURATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

2

PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis dengan judul
Keragaman Fenotip Galur-galur Padi Keturunan IR64 X Hawara Bunar Generasi
F7 pada Kondisi Cekaman Aluminiumadalah hasil karya saya sendiri dengan

arahan komisi pembimbing, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2011

Turati
G353090131

ABSTRACT
TURATI.Phenotipic Variation of F7 Rice Lines Derived from a Cross
between IR64 X Hawara Bunar Under Aluminum Stress. Under direction of Dr.
Ir. MIFTAHUDIN, M.Si and Dr. Ir. IDA HANARIDA SOMANTRI, M.S.
Aluminum(Al) toxicity is onethe most important limiting factors for
upland rice growth and production in acid soils. This study was aimedtoanalyze
the diversity of phenotypes and to select an F7 rice Recombinant
InbreedLines(RIL) population derived froma crossbetweenricevarietasIR64 and
Hawara Bunar for Al resistance. The experiment used 300 rice lines fromthe F7
RILpopulationand 3 control varieties which were IR64 (Al-sensitive), Hawara

Bunar (Al-tolerance), and Danau Gaung (Al-tolerance). The experiment was
designed using Randomized Complete Block with single factor and 3
replication.The experiment carried out in 3 places; the laboratory, the greenhouse
and the field. The results showed that based on Relative Root Legth (RRL) as a
selection character, the 300 rice linescould be grouped into 130(43%)high Altolerant lines, 68(22.6%) moderate Al-tolerant and 102(34%)Al-sensitivelines.
The green house experiment using 50 selected rice lines that were grown in
Yellow Red Podzolic acid soil could select 32 lines that were Al-tolerant with
good agronomic characteristics. The field experiment using 32 selected rice lines
that were grown in Yellow Red Podzolic acid soil in Taman Bogo, Lampungcould
select 4 lines (161, 322, 531, 699) that were tolerant to Al stress and acid soilwith
good agronomic characteristics.
Keywords:Phenotypic diversity, Rice, Al-tolerance, RIL, RRL.

RINGKASAN
TURATI. Keragaman Fenotip Galur-galur Padi Keturunan IR64 X Hawara Bunar
Generasi F7 pada Kondisi Cekaman Aluminium. Dibimbing oleh Dr. Ir.
MIFTAHUDIN, M.Si, dan Dr. Ir. IDA HANARIDA SOMANTRI, M.S.
Keracunan Aluminium mengakibatkan hasil padi gogo pada tanah masam
menjadi rendah. Penanaman varietas padi gogo unggul toleran Al merupakan cara
yang paling murah dan mudah dilaksanakan petani. Pemuliaan untuk

mendapatkan varietas unggul toleran Al dan informasi ilmiah yang mendukung
kegiatan pemuliaan merupakan masalah yang harus dipecahkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keragaman fenotip dan
mendapatkan galur-galur padi toleran Al melalui seleksi populasi Recombinant
Inbreed Lines (RIL) hasil persilangan antara padi varietas IR64 dengan Hawara
Bunar. Percobaan dilaksanan di tiga tempat yaitu laboratorium Fisiologi
Tumbuhan, Departemen Biologi, FMIPA IPB Bogor, rumah kaca Balai Besar
Biogen Cimanggu-Bogor dan Kebun Percobaan Taman Bogo-Lampung Timur.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2010 sampai Mei 2011. Bahan tanaman
yang digunakan adalah 300 galur padi dari populasi RIL generasi F7 hasil
persilangan Varietas IR64 X Hawara Bunar. Tanaman kontrol yang digunakan:
varietas IR64 sebagai kontrol tanaman peka Al, dan varietas Hawara Bunar
danvarietas Danau Gaung sebagai kontrol tanaman toleran Al. Percobaan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor tunggal
yaitu 300 galur padi populasi RIL F7dengan 3 varietas kontrol. Masing-masing
galur/varietas diulang 3 kali.
Penelitian
dilaboratorium
untuk
menapis

300
nomorgalurmenggunakanmetode Panjang Akar Relatif (PAR). Hasil penelitian di
laboratorium menunjukkan dari 300 galur yang diuji diperoleh sebanyak 130
galur (43%) bersifat toleran Al dengan nilai PAR > 0.7 dan 68 galur (22.6%)
moderat toleran Al dengan nilai PAR 0.62–0.69 serta 102 galur (34%) sensitifAl
dengan nilai PAR ≤ 0.61.
Penelitian di rumah kaca menggunakan tanah masam Gajrug-Banten untuk
menyeleksi 50 galur toleran yang terseleksi dengan PAR. Kelima puluh galur
tersebut diuji pada tanah masam Podzolik Merah Kuning yang ber-pH 4.3 dan
kandungan Aldd 10.98 me/100 g. Hasil penelitian di rumah kaca menunjukan dari
50 galur yang diuji sebanyak 26 galur (52%) galur menunjukan sifat toleran Al,
16 galur (32%) galur memberikan reaksi agak toleran Al dan 8 galur lainya (16%)
galur menunjukan reaksi agak sensitif. Keragaman fenotif galur yang diuji
menunjukan ada 9 peubah bervariabilitas rendah dan 3 peubah bervariabilitas luas.
Dari seleksi di rumah kaca terpilih 32 nomor tanaman yang mempunyai ketahanan
Al dan berkarakter vegetatif dan agronomik yang baik untuk uji lanjut ke lapang.
Penelitian lapang di K.P Taman Bogo Lampung dilakukan untuk
mendapatkan galur harapan toleran Aluminium. Sejumlah 32 galur ditanam dalam
bentuk barisan dengan jarak tanam 15 cm x 30 cm dengan luas tiap petak 1,8 m x
1,5 m. Lahan percobaan KP. Taman Bogo mengandung Aldd5.31 me/100g dan Ntotal 0.013%, dengan pH 0.7 maka tanaman tersebut masuk ke dalam kelompok

tanaman toleran Al, nilai PAR 0.62–0.69 termasuk kelompok tanaman moderat
toleran Al, dan nilai PAR ≤ 0.61 termasuk kelompok tanaman sensitif terhadap Al.
Perlakuan cekaman Aluminium pada indeks kejenuhan Al 25% dan Al 50%
menurunkan bobot kering akar padi sensitif dan meningkatkan bobot kering akar
tanaman toleran (Hanum et al.2007). Pada media yang mengandung Al, persentase
benih yang mampu berkecambah dan tumbuh dengan baik menurun dengan semakin
tingginya konsentrasi Al. Tanaman yang mengalami cekaman Al menunjukkan
gejala-gejala: pertumbuhan akar menjauhi media, ujung akar berwarna ungu, daun
mengecil, dan tanaman kerdil (Sutjahjo et al. 2004)

Mekanisme Toleransi terhadap Keracunan Aluminium
Beberapakemungkinan hipotesa tentang mekanisme toleransi tanaman
terhadap Al, yaitu merubah pH di sekitar perakaran sehingga Al tidak meracun bagi
tanaman (Foy 1987; Sivaguru &Paliwan 1993a). Pada tanaman kedelai yang toleran
Al akan mensintesis asam organik (oksalat) lebih tinggi dari pada tanaman sensitif Al
(Sopandieet al. 1996).
Ada keragaman genetik antar spesies dan varietas terhadap toleransi Al. Batas
kritis kejenuhan Albervariasi bergantung jenisnya, pada kacang hijau 5%, kedelai
20%, kacang tanah 29%, jagung 28%, kacang tunggak 55% (Sudjadi &Effendi 1990)
dan padi gogo 40% (Ismunadji &Partohardjono 1985). Genotipe yang toleran Al

mengakumulasi bahan kering dan hasil lebih tinggi dibandingkan yang sensitif pada
tanaman gandum (Baligar et al. 1993), kedelai (Sunarto et al. 1994). Selain itu juga

7

dilaporkan bahwa konsentrasi Al 3 ppm dalam larutan tanah, dapat merusak varietas
padi yang sensitif terhadap keracunan Al. Sedangkan pada konsentrasi 10 ppm,
semua varietas baik yang sensitif maupun yang toleran mengalami kerusakan (IRRI
1979).
Varietas yang toleran Al biasanya menunjukan efisiensi dalam penggunaan
hara (Baligar et al. 1993). Padi yang toleran Al berhubungan dengan efisiensi
terhadap unsur P dibandingkan padi yang sensitif. Keracunan Al menyebabkan
peningkatan jumlah kandungan Al di akar dan ujung tajuk tanaman padi. Pada
tanaman padi yang sensitif Al, kandungan Al akar dan ujung tajuk lebih tinggi di
banding kultivar yang toleran Al.Rasio Al di ujung tajuk/akar menjadi indikator
translokasi Al dari akar ke ujung tajuk. Rasio Al di ujung tajuk/akar pada tanaman
padi toleran lebih rendah dibanding tanaman padi yang sensitif. Konsentrasi Al di
akar dan di ujung tajuk ini dijadikan parameter untuk membedakan antara kultivar
toleran dengan sensistif. Analisis Histochemical akar menggunakan pewarnaan
hematosilin memperlihatkan warna ungu tua pada sayatan melintang tebal 1 mm

pada ujung akar yang diberi perlakuan Al.Padi varietas sensitif Al menunjukkan
lebih banyak menyerap Al dibanding varietas toleran Al. Distribusi Al di ujung akar
ditemukan pada bagian epidermis dan subepidermis pada kedua varietas (Miftahudin
et al. 2007).
Tanaman toleran mampu membuat mekanisme untuk mencegah penyerapan
Al atau mampu mendetoksifikasi sifat racun Al setelah diserap oleh akar. Kandungan
makro dan mikro hara tanaman pada jaringan tumbuhan secara nyata dipengaruhi
oleh adanya Al. Aluminium dapat menurunkan konsentrasi Ca, P, K dan Mg di ujung
tajuk, dan menurunkan kadar K, Mg dan Mn di akar. Al meningkatkan Ca dan P di
akar dan menyebabkan peningkatan kandungan Al di ujung tajuk dan akar (Macedo
&Jan 2008).

Pemulian Tanaman Padi Toleran Aluminium
Program pemuliaan tanaman di Indonesia didasarkan atas pertimbangan
untuk mendapatkan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, memiliki mutu yang
baik serta mempunyai sifat-sifat unggul lainnya, seperti toleran terhadap kekeringan,
lahan masam, salinitas tinggi dan penyakit. Keragaman genetik yang tinggi
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses pemuliaan tanaman.

8


Seleksi berdasarkan data analisis kuantitatif yang berpedoman pada nilai
keragaman genotip, keragaman fenotip, heritabilitas, korelasi genotip, dan korelasi
fenotip. Untuk memperkecil kekeliruan seleksi yang didasarkan pada wujud luar
(fenotip) tanaman, maka perlu memperhatikan korelasi genotip dan fenotip antar
sifat, lingkungan yang cocok untuk seleksi sifat yang diinginkan, ciri genetik sifat
yang diseleksi (monogenik, oligenik dan poligenik) dan cara seleksi (Wahdan 1996).
Kombinasi gen dari suatu individu adalah genotip. Secara individu pada
kondisi pertumbuhan dan lingkungan yang spesifik,tidak semua gen dapat
terekspresi.Ekspresi genotip disebut fenotip dan dapat dipertimbangkan sebagai hasil
dari interaksi antara genotip dan lingkungan dimana individu berkembang. Sebagai
contoh perbedaan genotip antara tanaman dan resistensi penyakit hanya akan
terekspresi jika ada tekanan infeksi untuk penyakit, genotip toleran kekeringan,
hanya dapat terekspresi pada stress kekeringan (Pabendon 2004).
Di Indonesia perakitan varietas unggul padi yang toleran Al merupakan salah
satu prioritas untuk menghasilkan tanaman padi yang mampu beradaptasi pada tanah
masam (Partohardjono et al. 1997). Usaha perbaikan varietas padi gogo antara lain
untuk mendapatkan padi genjah, meningkatkan potensi hasil, ketahanan terhadap
kendala utama seperti penyakit blas (Pyricularia orizae L.) dan adaptasi terhadap
lahan bermasalah (Soejono 2003). Beberapa padi gogo lokal di Indonesia seperti

Grogol, Krowal dan Hawara Bunar mempunyai kemampuan dapat tumbuh dan
bereproduksi dalam kondisi cekaman Al pada tanah masam. Sedangkan IR64
merupakan galur padi sawah yang sensitif Al (Khatiwada et al. 1996; Suparto 1999;
Jagau 2000; Roslim et al. 2008)
Beberapa penelitian untuk mendapatkan galur padi gogo toleran Al dengan
menggunakan metode yang berbeda sudah dilaksanakan. Hasil penelitian Swasti
(2004)untuk mendapatkan galur padi gogo yang efisien P, dan Trikoessoemaningtyas
(2002) padi gogo yang efisien K dalam cekaman Al. Bakhtiar (2007) melakukan
penapisan padi gogo menggunakan kultur anter untuk toleransi Al dan ketahanan
terhadap penyakit blas, dan Edi (2004) meningkatkan toleransi Al pada padi
menggunakan kombinasi keragaman somaklonal dan radiasi dengan sinar gamma,
serta Purwokoet al. (2005) telah merakit padi gogo toleran Aluminium asal tanaman
haploid ganda hasil kultur antera.

9

BAHAN DAN METODE
Diagram Alir Penelitian
300 galurpopulasi RIL generasi F7 hasilpersilangan
IR64 X HawaraBunarpadakulturhara


AnalisisPAR: (Sterilisasi, kultur Hara, perlakuancekaman Al 0
dan 15 ppm selama 72 jam, Pengukuran PAR)

TanamanTerseleksi

Evaluasi di rumah kaca menggunakan pot dan tanah tinggi kandungan
Al:Pengamatan karakter vegetatif dan reproduktif serta skor ketahanan Al

TanamanTerseleksi

Evaluasi dilapang pada tanah Podzolik Merah
Kuning:Pengamatankaraktervegetatifdanreproduktifsertaskorketahanan Al

Analisi Data

Gambar 1Bagan alir penelitian keragaman fenotip galur-galur padi keturunan IR64 X
Hawara Bunar generasi F7 pada kondisi cekaman Aluminium.

10


Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Departemen
Biologi, FMIPA IPB Bogor, rumah kaca Balai Besar Biogen Cimanggu-Bogor dan
Kebun Percobaan Taman Bogo-Lampung Timur. Penelitian dilaksanakan mulai
bulan Juli 2010 sampai Mei 2011.

Bahan Percobaan
Bahan tanaman adalah 3 varietas tanaman padi varietasIR64 (kontrol varietas
sensitif Al), Hawara Bunar (kontrol varietas toleran Al) dan Danau Gaung (kontrol
padi toleran Al) serta 300 galur padi populasi Recombinant Inbreed Lines (RIL)
generasi F7 dan F8 hasil persilangan IR64 X Hawara Bunar. Daftar nama galur-galur
yang dicoba terdapat pada Lampiran 7.
Bahan kimia untuk kultur hara dan perlakuan cekaman , antara lain terdiri
dari: CaCl2H2O, K2SO4, MgSO47H2O, NH4Cl, NH4NO3 dan (AlCl36H2O) sebagai
sumber Al. Media tanah berupa Podzolik Merah Kuning berasal dari Gajrug,
Kabupaten Lebak-Banten dengan pH 4.5 kandungan Al-dd 10.96 me/100g tanah.

Rancangan Percobaan
Percobaan disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
satu faktor tunggal yaitu 300 galur padi populasi RIL F7dengan 3 varietas kontrol .
Masing-masing galur/varietas diulang 3 kali.

Metode Penelitian
a. Kultur Hara
Sebanyak 10 biji padi dari tiap galur dikecambahkan pada kertas merang
lembab pada ruang gelap dengan kisaran suhu 25-27 oC selama 48 jam. Kecambah
yang seragam perakarannya kemudian ditanam pada net plastic yang diapungkan di
atas media kultur hara minimum tanpa Al dengan pH 4.0 (Miftahudin et al. 2002)
untuk diadaptasikan selama 24 jam dan diberi aerasi. Perlakuan Al dilakukan dengan
pemberian Al3+ dalam bentuk AlCl36H2O dengan konsentrasi 0 dan 15 ppm pada pH
4.0 selama 72 jam. Larutan diganti setiap hari untuk mempertahankan pH larutan.

11

b. Analisis Panjang Akar Relatif (PAR)
Setiap nomor tanaman diberi dua perlakuan, yaitu 5 kecambah pada kondisi
cekaman (15 ppm) dan 5 kecambah untuk kondisi tanpa cekaman Al (0 ppm).
Pengukuran panjang akar utama dilakukan setelah perlakuan cekaman 72 jam. Nilai
PAR didapat dari perbandingan panjang akar utama akhir percobaan pada kondisi
cekaman (15 ppm) dengan panjang akar utama pada kondisi tanpa cekaman Al (0
ppm). Nilai PAR dikelompokan sebagai berikut: jika nilai PAR ≥ 0.7 maka tanaman
tersebut masuk ke dalam kelompok tanaman toleran Al, nilai PAR 0.62–0.69
termasuk kelompok tanaman moderat, dan nilai PAR ≤ 0.61 termasuk kelompok
tanaman sensitif Al (Nasution & Suhartini 1992).

c. Percobaan Rumah Kaca
Penanaman di Rumah Kaca
Sebanyak 50 galur toleran Al hasil seleksi berdasarkan PAR ditanam di
rumah kaca dalam pot yang telah diisi 7 kg tanah masam Podzolik Merah Kuning
yang diambil dari Gajrug-Banten. Hasil analisis tanah Gajrug disajikan pada
Lampiran 4. Pemeliharaan tanaman padi dilakukan sesuai prosedur standar budidaya
tanaman padi gogo. Pemupukan menggunakan pupuk N dengan dosis 0.7 g/pot,
pupuk P 1.75 g/pot dan pupuk K 0.7 g/pot. Aplikasi pemupukan tiga kali yaitu; 1/3
bagian pada 21 hari setelah tanam, 2/3 bagian pada 35 dan 50 hari setelah tanam.

Pengamatan Karakter Vegetatif dan Karakter Reproduktif di Rumah Kaca
Pengamatan karakter vegetatif dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah
anakan. Sedangkan karakter reproduktif meliputi pengamatan terhadap jumlah
anakan produktif, panjang malai, panjang daun bendera, jumlah gabah isi per malai
dan jumlah gabah hampa per malai, bobot 100 butir, bobot gabah per rumpun, umur
berbunga dan umur panen. Cara penilaian ketahanan terhadap keracunan Al
berdasarkan sistem penilaian baku padi oleh IRRI (1996), dengan skor skala 1-9
(Lampiran 2). Pengamatan toleransi terhadap tanah masam dengan skor Al dilakukan
pada umur 45hari setelah tanam (HST).

12

d. Percobaan Lapang
Penanaman di Lapang
Sebanyak 32 galur yang terseleksi di rumah kaca dengan 3 varietas kontrol
ditanam pada lahan masam Podzolik Merah Kuning di Taman Bogo-Lampung
Timur. Herbisida pratumbuh Goal dengan dosis 320 cc/ha digunakan untuk
membasmi gulma sebelum padi gogo ditanam. Padi gogo ditanam langsung dengan
cara ditugal, galur padi gogo yang diuji ditanam dalam bentuk barisan dengan jarak
tanam 15 cm x 30 cm dengan luas tiap petak 1,8 m x 1,5 m. Pemupukan
menggunakan pupuk urea dengan dosis 100 kg/ha, TSP 100 kg/ha dan KCl 100
kg/ha. Aplikasi pemupukan tiga kali yaitu; 1/3 bagian pada 21 hari setelah tanam, 2/3
bagian pada 35 dan 50 hari setelah tanam.
Penyiangan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum pemupukan kedua dan
sebelum pemupukan ketiga.Pengendalian menggunakan pestisida yang disesuaikan
dengan kebutuhan. Insektisida Carbofuran dengan dosis 20 kg/ha diberikan pada
lubang tanaman untuk mengendalikan lalat bibit. Penyulaman dilakukan minimal
pada saat tanaman berumur 1 MST, penyulaman ini dilakukan untuk tanaman yang
mati. Penentuan sampel dilakukan dengan menentukan lima tanaman sampel padi
tiap petak tanaman. Tanaman sampel dipilih selain baris luar tanaman tiap petak.
Sampel tanaman dibuat dengan pola “x” yang mampu mewakili tiap petak tanaman.

Pengamatan Karakter Vegetatif dan Karakter Reproduktif di Lapang
Pengamatan vegetatif di lapang dilakukan terhadap tinggi tanaman (cm),
pengukuran tinggi dilakukan mulai dari pangkal batang hingga ujung malai
terpanjang. Jumlah anakan (batang/rumpun), yaitu jumlah anakan yang dihasilkan
dalam satu rumpun. Serta pengamatan skor ketahanan Al mengikuti cara penilaian
ketahanan terhadap keracunan Al berdasarkan sistem penilaian baku padi oleh IRRI
(1996), dengan skor skala 1-9 (Lampiran 2). Pengamatan toleransi terhadap tanah
masam di lapang dengan skor Al dilakukan pada umur 4 dan 8 minggu setelah tanam
(MST) terhadap lima sampel tiap petak.
Pengamatan karakter reproduktif meliputi pengamatan terhadap jumlah
anakan produktif (batang/rumpun), yaitu rerata jumlah anakan yang menghasilkan
malai dari 5 rumpun sampel yang ditentukan secara acak. Umur berbunga (HST)
dihitung sejak waktu tanam sampai 80% dari populasi tanaman berbunga (hari).

13

Umur panen (HST) yang dihitung sejak waktu tanam sampai 80% butir dalam malai
masak kuning dari seluruh populasi tiap galur. Panjang malai (cm) yang diukur dari 5
malai sampel per rumpun, diukur dari bagian buku malai hingga ujung malai.
Panjang daun bendera (cm) diukur dari 5 daun bendera dari malai sampel per
rumpun. Jumlah gabah isi dan hampa per malai (butir), yaitu rerata jumlah gabah isi
atau hampa dari lima rumpun sampel yang diambil secara acak. Bobot 100 butir (g),
yaitu bobot 100 butir gabah isi pada kadar air 14%. Dugaan produksi (ton/ha)
diperoleh berdasarkan pada konversi bobot gabah kering yang dipanen tiap petak
pada kadar air 14%. Dugaan produksi petakan diperoleh dengan rumus :

Produksi (ton/ha) =

/

x hasil gabah kering/petak.

e. Analisis Data
Hasil percobaan rumah kaca dan lapang dianalisis menggunakan analisis
sidik ragam RAK pada tingkat kepercayaan 95%. Uji lanjut digunakan uji Duncan
Multiple Range Test (DMRT) pada tingkat kepercayaan 95%.
Keragaman dapat dihitung setelah terlebih dahulu menghitung ragam fenotip
(σ2F) dan ragam genotip (σ2G). Untuk menghitung ragam fenotip (σ2F) dan ragam
genotip (σ2G) mengikuti cara Johnson et al (1995):
σ2G =

σ2 F = σ2G + KTG

Keterangan :
σ2G = ragam genotip

KTG= Kuadrat tengah galat

σ2 F = ragam fenotip KTP= Kuadrat tengah perlakukan
Koefisien variasi genetik (KVG) dan koefisien variasi fenotipik (KVF)
dihitung berdasarkan rumus :

KVG 

σ2G
X

X 100% KVF 

dimana , X = rataan populasi

σ2F
X

X 100%

14

1
15

HASIL

Penapisan
P
G
Galur
Padi RIL F7 Berrdasarkan Panjang
P
Ak
kar Relatif (P
PAR)
Hasil pengamataan terhadap panjang
p
akaar relatif galuur-galur paddi yang ditappis
dengan
d
kultuur hara padaa 15 ppm Al
A selama 722 jam menunnjukan kehaddiran Al yanng
larut
l
dalam media laruttan hara (pH
H 4.0) menyebabkan pennghambatan pertumbuhaan
akar
a
tanamaan. Ketika Al
A diabsorbsi oleh tanam
man, toksisittas Al membberi pengaruuh
berbeda-bed
b
da pada pertuumbuhan akkar dari galurr-galur yangg diuji. Pada penelitian ini
i
pertumbuhan
p
n akar tanaman tolerann Al sepertii Hawara Buunar, Danau
u Gaung, daan
beberapa
b
gaalur toleran seperti gallur 67, 161 dan 193 tiidak terpenggaruh dengaan
adanya
a
Al. Hal
H yang seebaliknya terrjadi pada pertumbuhan akar tanam
man sensitif A
Al
(IR64)
(
dan galur-galur sensitif Al seperti
s
galurr 2, 44 dan galur 56sanngat terhambbat
sehingga
s
akaar menjadi sangat
s
pendeek (Gambar 2).
2

a
b
IR64

a

a

HB
H

b
DG

a

b

a

67
b

b

a
161

b

193

Gambar
G
2 Morfologi akar
a
padi H
HB=Hawara Bunar (nilaai PAR 0.755), IR64 (nillai
PAR 0.53), DG=Danauu Gaung (niilai PAR 0.775), Galur 67
6 (nilai PA
AR
0.76), Galurr 161 (nilai PAR 0.96) dan
d Galur 193 (nilai PA
AR 0.96) padda
saat penguk
kuran Panjanng Akar Relaatif (PAR) a.. panjang akar utama padda
15 ppm (perrlakuan), b. ppanjang akarr utama padaa 0 ppm (konntrol).
m
ddari 300 gallur yang diuuji
Hasil seleksi berdasarkan nnilai PAR menunjukan
diperoleh
d
seebanyak 1300 galur (43%
%) bersifat tooleran Al denngan nilai PAR
P
> 0.7; 68
6
galur
g
(22.6%
%) moderat toleran
t
Al ddengan nilai PAR 0.62–00.69 dan 1022 galur (34%
%)
sensitif
s
Al dengan
d
nilaii PAR ≤ 0.661. Analisis sebaran karrakter PAR pada
p
populaasi
RIL
R F7 mennunjukan seb
baran normall (Gambar 3)).

16
IR64 (0.53)

120

HB (0.76)

Jumlah Galur

100
80
60
40
20
0
0.21-0.30 0.31-0.40 0.41-0.50 0.51-0.60 0.61-0.70 0.71-0.80 0.81-0.90
Nilai Panjang Akar Relatif

0.91-1

Gambar 3Distribusi normal nilai panjang akar relatif (PAR) pada populasi padi
RILF7 hasil persilangan IR64 X Hawara Bunar.
Berdasarkan nilai Panjang Akar Relatif sebagai seleksi utama, standar deviasi
dan kekonsistenan galur ditiap ulangan serta bobot gabah per rumpun pada generasi
sebelumnya tinggi sebagai kriteria pendukung maka diambil 50 galur toleran Al yang
akan diuji kembali di rumah kaca menggunakan tanah masam Podzolik Merah
Kuning. Kelimapuluh galur ini menunjukkan sifat toleran Al dengan nilai PAR
berkisar antara 0.74-0.98. Kelimapuluh galur toleran tersebut yaitu : galur 14, 55, 62,
6