Persepsi, Motivasi dan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan dalam Pengelolaan Kawasan Hutan (Kasus Kawasan Hutan sekitar Desa Gunung Sari di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

PERSEPSI, MOTIVASI DAN PERILAKU MASYARAKAT
SEKITAR HUTAN DALAM PENGELOLAAN
KAWASAN HUTAN
(Kasus Kawasan Hutan Sekitar Desa Gunung Sari Di
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ARIEF JUNIARTO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Persepsi,
Motivasi dan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan dalam Pengelolaan Kawasan
Hutan (Kasus Kawasan Hutan Sekitar Desa Gunung Sari di Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor) adalah benar hasil karya saya dengan arahan dan
bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun

pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang akan diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013

Arief Juniarto
NIM E14070054

ABSTRAK
ARIEF JUNIARTO. Persepsi, Motivasi dan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan
dalam Pengelolaan Kawasan Hutan (Kasus Kawasan Hutan Sekitar Desa Gunung
Sari di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh BRAMASTO
NUGROHO.
Keberadaan hutan bagi masyarakat lokal sekitar hutan mempunyai nilai
manfaat ekonomis, ekologis dan sosial. Pemberdayaan masyarakat menjadi salah
satu hal penting dalam menjaga kelestarian hutan. Penelitian ini mengkaji
persepsi, motivasi dan perilaku masyarakat dalam memanfaatkan dan mengelola

hutan. Metode yang digunakan adalah wawancara terstruktur (kuisioner) dengan
pengambilan responden secara purposive sampling, observasi dan studi pustaka.
Tingkat persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan di Desa Gunung Sari
tergolong baik, sedangkan persepsi masyarakat terhadap nilai fungsi ekonomi
hutan sebagai sumber kayu dan tambahan pendapatan bagi rumah tangga masih
rendah. Selanjutnya, motivasi terbesar (35.48%) dalam mengelola hutan berdasar
hirarki kebutuhan Maslow (1943) adalah kebutuhan rasa aman (safety needs)
sedangkan motivasi tingkah laku menurut teori Gerungan (1967) terbesar adalah
motif bergabung sebesar 32.26%. Perilaku masyarakat dalam memanfaatkan hutan
ditunjukkan melalui memanfaatkan sumber air dengan baik, melakukan
penanaman tanaman kehutanan, dan tidak mengkonversi lahan kawasan hutan.
Kata kunci : masyarakat lokal, motivasi, perilaku, persepsi

ABSTRACT
ARIEF JUNIARTO. Perception, Motivation and Behavior of Community around
the Forest in Forest Management (In the case of Forest Areas around Gunung Sari
village in District Pamijahan, Bogor Regency). Supervised by BRAMASTO
NUGROHO.
The existence of forests to local communities surrounding the forest area
gives economic, ecological, and social benefits. Empowering communities is the

one of the important thing to preserve forests. The study assess the perceptions,
motivations and behavior in using and managing forests. The method has been
used was a structured interview (questionnaire) by taking a purposive sampling
respondents, observation and literary study. The level of public perception for the
existence of forest in the village of Gunung Sari is relatively good, whereas the
public perception of the value of the economic functions of forests as sources of
timber and additional income for poor households. Furthermore, the biggest
motivation (35.48%) to manage forests based on the theory of Maslow (1943) was
due to the need of security (safety needs), while the biggest behavior motivation
based on the theory of Gerungan (1967) was group motif with a percentage of
32.26%. Behavior of people who used and managed the forest have been shown
by utilizing water resources well, planted of forest trees, and didn’t convert land
of the forest.
Keyword : behavior, local community, motivation, perception

PERSEPSI, MOTIVASI DAN PERILAKU MASYARAKAT
SEKITAR HUTAN DALAM PENGELOLAAN
KAWASAN HUTAN
(Kasus Kawasan Hutan Sekitar Desa Gunung Sari Di
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)


ARIEF JUNIARTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Persepsi, Motivasi dan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan dalam
Pengelolaan Kawasan Hutan (Kasus Kawasan Hutan sekitar Desa
Gunung Sari di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)
Nama
: Arief Juniarto

NIM
: E14070054

Disetujui oleh

Dr Ir Bramasto Nugroho, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Didik Suharjito, MS
Ketua Departemen

Tanggal Pengesahan :

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
kasih sayang-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
dilaksanakan sejak bulan September 2012 hingga Oktober 2012. Judul yang

dipilih dalam skripsi ini adalah Persepsi, Motivasi dan Perilaku Masyarakat
Sekitar Hutan Dalam Pengelolaan Kawasan Hutan (Kasus Kawasan Hutan Sekitar
Desa Gunung Sari Di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Bramasto Nugroho, MS
atas kesabarannya dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih juga disampaikan penulis kepada Kepala dan Sekretaris Desa
Gunung Sari, Kepala Resort II Taman Nasional Gunung Halimun, Bapak H
Daden selaku tokoh masyarakat dan ketua RW, dan semua tokoh masyarakat yang
telah membantu dan mendukung penyelesaian skripsi ini. Ungkapan terima kasih
juga tak lupa disampaikan kepada ayah, ibu, keluarga dan sahabat seperjuangan
atas doa dan perhatiannya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
sehingga dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pembaca. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

Arief Juniarto

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

xii
xii
xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
1
2
2


TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Persepsi
Motivasi
Perilaku dan Nilai Manfaat Hutan

2
2
3
5

METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Penelitian
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan Penelitian
Prosedur Penelitian
Analisis Data

5
5
6

6
6
8

HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Kondisi Umum Penelitian
8
Karakteristik Responden
11
Tingkat Persepsi Responden
13
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
15
Motivasi
16
Kaitan antara Motivasi dengan Persepsi terhadap Keberadaan Hutan
19
Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan
19

Kaitan antara Persepsi terhadap Manfaat Hutan, Motivasi dalam
Menjaga Kelestarian Hutan, dan Perilaku Memanfaatkan dan
Menjaga Hutan
23
SIMPULAN DAN SARAN
24
Simpulan
24
Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

24
26

DAFTAR TABEL
1 Jenis data yang dikumpulkan
2 Pemanfaatan lahan Desa Gunung Sari
3 Sarana pendidikan di Desa Gunung Sari

4 Sebaran umur responden
5 Tingkat pendidikan responden
6 Jumlah tanggungan keluarga responden
7 Jenis pekerjaan utama responden
8 Tingkat pendapatan rata-rata per bulan responden
9 Lama tinggal responden
10 Jarak antara tegakan hutan dengan lokasi rumah responden
11 Tingkat persepsi responden Desa Gunung Sari
12 Peubah yang diduga mempengaruhi persepsi
13 Frekuensi memasuki kawasan hutan

7
9
9
10
11
11
11
12
12
12
13
19
20

DAFTAR GAMBAR
1 Hirarki kebutuhan Maslow
2 Kerangka penelitian
3 Motivasi berdasar teori Gerungan
4
5
6
7
8

Motivasi berdasar teori Maslow
Perilaku masyarakat yang memanfaatkan kayu
Intensitas pemanfaatan kayu bakar
Perilaku menjaga keindahan dan kesejukan kawasan hutan
Perilaku menjaga hutan sebagai fungsi pengendali banjir dan erosi

4
6
16
18
20
21
22
23

DAFTAR LAMPIRAN
1 Uji Chi-Square hubungan antara peubah umur dan anggota keluarga
dengan persepsi terhadap keberadaan hutan
2 Uji Chi-Square hubungan antara peubah anggota keluarga dan
pendidikan dengan persepsi terhadap keberadaan hutan
3 Uji Chi-Square hubungan antara peubah pekerjaan utama dan
pendapatan dengan persepsi terhadap keberadaan hutan
4 Uji Chi-Square hubungan antara peubah pendapatan dan lama tinggal
dengan persepsi terhadap keberadaan hutan
5 Uji Chi-Square hubungan antara peubah jarak ke hutan dengan persepsi
terhadap keberadaan hutan

26
27

28
29
30

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang bermanfaat bagi satwa dan manusia. Hutan
memiliki manfaat secara langsung dan tidak langsung. Sumber bahan pangan,
papan, bahan bakar hingga sumber pendapatan merupakan manfaat yang langsung
dinikmati oleh masyarakat, sedangkan manfaat tidak langsung di antaranya adalah
pengatur sistem tata air, kontrol pola iklim, pelestarian plasma nutfah dan pusat
pendidikan dan penelitian.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah penduduk
Indonesia sebanyak 237.641.326 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 124
jiwa/km2. Laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.49%/tahun, sedangkan tingkat
penyebaran penduduk di pulau Jawa yang luasnya 6.8% dari luas total wilayah
Indonesia dihuni oleh 57.5% dari total penduduk Indonesia. Penyebaran penduduk
di pulau Jawa menempati peringkat pertama. Laju pertumbuhan penduduk di
pulau Jawa tahun 1990-2010 sebesar 1.29%/tahun. Ini menunjukkan pertumbuhan
dan pertambahan penduduk di pulau Jawa semakin besar, sehingga kebutuhan
masyarakat untuk hidup otomatis ikut bertambah. Di sisi lain luasan hutan di
pulau Jawa semakin menurun, sehingga manfaat hutan semakin kecil dinikmati
oleh masyarakat. Oleh karena itu, kondisi ini menjadi perhatian serius dalam
pengelolaan hutan bersama masyarakat.
Optimalnya kelestarian hutan tidak hanya menjadi tanggung jawab
pengelola kawasan hutan. Pelibatan masyarakat juga menjadi faktor penting
terjaganya kelestarian hutan. Masyarakat sekitar hutan mempunyai andil yang
besar dalam menentukan kelestarian hutan. Persepsi yang baik terhadap
keberadaan hutan oleh masyarakat akan mendukung terciptanya rasa tanggung
jawab atas keberadaan hutan. Diharapkan dengan terbangunnya persepsi yang
baik terhadap keberadaan hutan maka akan menimbulkan perilaku masyarakat
yang baik pula dalam melestarikan hutan. Dengan demikian perlu dilakukan
kajian dan telaah persepsi terhadap keberadaan hutan, motivasi dalam menjaga
kelestarian hutan dan perilaku masyarakat dalam memanfaatkan hutan serta
mengelola kelestarian hutan.

Perumusan Masalah
Fakta menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di pulau Jawa semakin
meningkat. Masyarakat berupaya memenuhi kebutuhannya masing-masing.
Pemenuhan kebutuhan ini tidak lepas dari pemanfaatan sumber daya hutan oleh
masyarakat sekitar hutan. Populasi manusia yang semakin bertambah perlu
didukung dengan pelestarian sumber daya hutan, sehingga manfaat hutan bisa
didapatkan pada masa kini dan masa datang.
Interaksi kehidupan masyarakat terhadap hutan menjadi faktor penting
berjalannya kelestarian manfaat hutan. Persepsi yang baik terhadap keberadaan
hutan akan berkorelasi positif terhadap perilaku masyarakat sekitar hutan dalam
memanfaatkan sumber daya hutan. Leavitt (1978) menyatakan definisi persepsi

2
(perception) dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang
melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi baik yang
dibangun oleh masyarakat menentukan bagaimana masyarakat mengelola sumber
daya hutan dengan baik pula (Satiadarma 2001).
Hubungan timbal balik yang bersifat mutualisme antara hutan dengan
masyarakat mampu menjadi pilar kelestarian sumber daya hutan. Namun,
implementasi hubungan ini belum tentu berjalan baik. Dari uraian permasalahan
di atas, pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kawasan
hutan?
2. Bagaimana perilaku masyarakat sekitar hutan dalam memanfaatkan hutan
dan mengelola kawasan hutan?
3. Bagaimana motivasi masyarakat sekitar hutan dalam menjaga kelestarian
hutan?

Tujuan
Adapun tujuan utama dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat persepsi
masyarakat terhadap keberadaan hutan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Selain itu, untuk mengetahui perilaku masyarakat sekitar hutan dalam
memanfaatkan hutan dan melestarikan hutan serta mengetahui motivasi
masyarakat sekitar hutan dalam menjaga kelestarian hutan.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi ilmu
pengetahuan dan informasi mengenai persepsi masyarakat terhadap keberadaan
hutan, motivasi dalam menjaga kelestarian hutan dan perilaku masyarakat lokal
dalam memanfaatkan hutan dan menjaga kelestarian kawasan hutan di Desa
Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Persepsi
Pengertian Persepsi
Leavitt (1978) menyatakan definisi persepsi (perception) dalam arti sempit
adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam
arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang
atau mengartikan sesuatu. Selanjutnya, Barent (1997) dalam Harihanto (2001)
mengatakan persepsi adalah penafsiran otak terhadap apa yang dirasakan

3
seseorang. Menurut Sudrajat (2003), persepsi merupakan produk dari proses
psikologi yang dialami seseorang setelah menerima stimulus yang mendorong
tumbuhnya motivasi untuk memberikan respon melakukan atau tidak melakukan
suatu kegiatan. Oleh sebab itu, cara pandang sebuah masyarakat terhadap manfaat
sumber daya hutan akan mempengaruhi sikap dan perilaku dalam mengambil
manfaat sumber daya hutan tersebut.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Dari beberapa pendapat di atas mengenai persepsi dapat diketahui bahwa
proses pembentukan persepsi merupakan suatu proses yang terjadi pada diri
manusia. Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah nilai-nilai dari dalam diri yang dipadukan dengan
hal-hal yang ditangkap panca indra pada proses melihat, merasakan, mencium
aroma, mendengar dan meraba. Faktor internal tersebut antara lain : umur, jenis
kelamin, latar belakang, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, asal dan status
penduduk, tempat tinggal, status ekonomi dan waktu luang. Faktor tersebut
kemudian dikombinasikan dengan faktor eksternal yaitu keadaan lingkungan fisik
dan sosial, yang kemudian menghasilkan suatu respon dalam bentuk suatu
tindakan (Porteous 1977 dalam Catur 2005).

Motivasi
Motivasi berasal dari kata “movere” yang berarti “dorongan” atau “daya
penggerak”. Motivasi mengacu pada dorongan atau usaha untuk mencapai
kebutuhan atau suatu tujuan (Malayu 2003). Motivasi merupakan proses yang
memberikan semangat, arah, dan kegigihan berperilaku. Artinya perilaku yang
termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Menurut Santrock (2008) motivasi terbagi menjadi dua yaitu motivasi ekstrinsik
dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi untuk melakukan
sesuatu guna mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan).
Motivasi ini sering dipengaruhi insentif eksternal yaitu imbalan dan hukuman.
Sedangkan motivasi intrinsik merupakan motivasi internal untuk melakukan
sesuatu demi sesuatu itu sendiri. Misalnya, seorang murid belajar suatu mata
pelajaran karena murid tersebut suka dengan pelajaran tersebut.
Gerungan (1967) mengemukakan bahwa motif manusia memberikan arah
kepada tingkah laku. Kegiatan yang dilakukan terhadap suatu objek mempunyai
motif tersendiri. Adapun kategori motif tersebut adalah :
1. Motif Tunggal dan Motif Bergabung. Motif tunggal terlihat ketika individu
hanya untuk membantu pengelolaan sumber daya alam secara mandiri. Jika
seseorang menjadi anggota lembaga memungkinkan motif yang ada
bergabung. Selain itu, individu mendapatkan dukungan dari kelompok kerja.
2. Motif Biogenetis. Motif ini merupakan motif-motif yang berasal dari
kebutuhan biologis manusia. Contoh motif ini untuk memenuhi kebutuhan
pangan keluarga.
3. Motif Sosiogenetis. Motif sosiogenetis ini merupakan motif yang dipelajari
seseorang berasal dari lingkungan sosial dan budayanya tempat ia berada dan

4
berkembang. Contoh motif ini dapat dilihat adanya keinginan masyarakat
untuk bergotong-royong.
4. Motif Teogenetis. Motif ini berasal dari interaksi manusia dengan TuhanNya seperti dalam ibadah-ibadah. Adanya keinginan merealisasikan normanorma agamanya menurut petunjuk kitab suci.
Selanjutnya, menurut Abraham Maslow (1943) dalam Atkinson et al.
(1983), perilaku manusia untuk memenuhi kebutuhannya dapat dibagi menjadi
lima jenjang yaitu :
1. Kebutuhan mempertahankan hidup (Physiological needs)
Manifestasi kebutuhan tampak pada tiga hal yaitu : sandang, pangan, papan
yang merupakan kebutuhan primer untuk memenuhi kebutuhan fisiologis
manusia.
2. Kebutuhan rasa aman (Safety needs)
Manifestasi kebutuhan ini antara lain kebutuhan akan keamanan jiwa,
kebutuhan keamanan harta, perlakuan yang adil dan pensiun serta jaminan
hari tua.
3. Kebutuhan sosial (Social needs)
Manifestasi kebutuhan ini tampak pada kebutuhan akan perasaan diterima
oleh orang lain (sense of belonging), kebutuhan untuk maju dan tidak gagal
(sense of achievement), perasaan ikut serta (sense of participation).
4. Kebutuhan akan penghargaan (Esteem needs)
Semakin tinggi status seseorang semakin tinggi pula penghargaannya
5. Kebutuhan aktualisasi kerja (Self actualisation)
Manifestasi kebutuhan ini tampak pada keinginan mengembangkan kapasitas
mental dan kapasitas kerja.
Teori Maslow mengenai motivasi didasarkan kepada adanya tingkat-tingkat
kebutuhan dan perubahan daya dorongnya. Perubahan daya dorong dalam istilah
Maslow “prepotency” berarti bahwa apabila semua tingkat kebutuhan manusia
tidak bisa dipenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan dasar yang bersifat pangan, papan
dan sandang (kebutuhan fisiologis) merupakan kebutuhan paling dominan
(Gambar 1). Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow disajikan pada Gambar
1.

Gambar 1 Hirarki kebutuhan Maslow

5
Perilaku dan Nilai Manfaat Hutan
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam
gerakan (sikap) tidak saja badan atau ucapan (Depdikbud 1988). Sumardi (1997)
menyatakan bahwa perilaku seseorang terhadap keberadaan suatu objek, dalam
hal ini sumberdaya hutan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor individu
baik dari dalam maupun dari luar. Faktor individu meliputi keadaan seseorang
terdiri dari status sosial, ekonomi, dan budaya. Sedangkan yang berasal dari faktor
luar meliputi segala sesuatu yang ada di sekitarnya yang mampu mempengaruhi
seseorang untuk berperan terhadap suatu kegiatan tertentu, seperti masyarakat dan
kebijakan pemerintah.
James (1991) dalam Widiarso (2005) membuat klasifikasi nilai
manfaat didasarkan atas sumber atau proses manfaat tersebut diperoleh, yaitu :
1. Nilai guna (use value), yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari
penggunaan sumberdaya hutan seperti kayu bulat untuk keperluan industri
pengolahan kayu, kayu bakar (energi), produksi tanaman pangan seperti
perladangan, kebun, produksi ikan, produksi air untuk berbagai keperluan
seperti kebutuhan air rumah tangga dan pertanian, pembangkit tenaga listrik,
dan ekowisata.
2. Nilai fungsi (function value), yaitu nilai manfaat yang diperoleh dari fungsi
ekologis sumberdaya hutan seperti: pengendalian banjir, pencegahan intrusi
air laut, dan habitat satwa.
3. Nilai atribut (attributes value), yaitu seluruh nilai yang diperoleh bukan dari
penggunaan materi (hasil produksi barang dan jasa), tetapi aspek kebutuhan
psikologis manusia yaitu menyangkut budaya masyarakat.

METODOLOGI
Kerangka Penelitian
Keberadaan kawasan hutan memberikan nilai manfaat (barang dan jasa)
bagi masyarakat lokal di sekitar hutan. Begitu pula nilai manfaat kawasan hutan
Taman Nasional Gunung Halimun Salak, di wilayah Gunung Sari terhadap
masyarakat Desa Gunung Sari. Persepsi yang baik dari masyarakat terhadap
kawasan hutan ditimbulkan dari arus informasi, pengetahuan, dan pengalaman
masyarakat terhadap keberadaaan hutan. Persepsi yang baik masyarakat akan
membawa dampak positif sikap masyarakat dalam memanfaatkan keberadaan
hutan. Persepsi yang ingin dikaji adalah pentingnya keberadaan hutan, manfaat
sosial hutan, manfaat ekonomi, dan manfaat ekologi hutan terhadap masyarakat
(Gambar 2).
Persepsi masyarakat terhadap suatu objek dilandasi oleh motivasi. Motivasi
ditimbulkan dari dorongan pibadi seseorang yang bersifat eksternal dan internal.
Dorongan internal bersumber dari pribadi manusia berkaitan dengan faktor-faktor
psikologis manusia. Sedangkan dorongan eksternal dipengaruhi oleh lingkungan
masyarakat, lingkungan kerja atau keluarga. Motivasi yang ingin dikaji berdasar
teori Gerungan (1967) dan teori Maslow (1943). Perilaku masyarakat sekitar

6
hutan dalam bertindak sangat berpengaruh pada kondisi hutan baik secara fisik
maupun non fisik. Perilaku yang dikaji dalam penelitian ini adalah perilaku
masyarakat dalam memanfaatkan hutan berupa hasil hutan yang dimanfaatkan
secara langsung dan tindakan untuk menjaga kelestarian hutan (Gambar 2).
Kerangka penelitian ditampilkan dalam Gambar 2.
Persepsi
 Pentingnya
keberadaan
hutan
 Manfaat sosial
hutan
 Manfaat
ekonomi hutan
 Manfaat ekologi
hutan

Motivasi

Teori
Gerungan
n

Perilaku

Teori
Maslow

 Memanfaatkan
hasil hutan
(kayu, air, hasil
hutan lainnya)
 Menjaga
kelestarian
hutan

Gambar 2 Kerangka penelitian

Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan September – Oktober 2012 di Desa
Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Sari
termasuk perkampungan yang berada di sekitar dan sebagian arealnya masuk di
dalam hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner,
kamera digital, alat rekam, alat tulis, dan buku catatan serta program Microsoft
Excel 2007 dan SPSS Statistics.

Prosedur Penelitian
Penentuan Responden
Penentuan responden sebagai unit contoh melalui metode purposive
sampling. Data responden dari masyarakat sekitar hutan yang diambil berjumlah
33 orang. Selain responden, untuk pengayaan informasi diperoleh dari informan.
Informan dalam penelitian ini terdiri dari Ketua RW, Ketua RT, tokoh-tohoh

7
masyarakat dan Kepala Desa serta tokoh-tokoh lainnya yang dapat memperkaya
informasi yang dibutuhkan.
Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer berupa hasil wawancara dengan kuisioner. Data sekunder berupa kondisi
umum fisik daerah penelitian dari hasil data yang didapatkan dari kantor Desa
Gunung Sari dan Kecamatan Pamijahan. Jenis data yang dikumpulkan dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan
No.
Variabel
Indikator
Metode
Sumber
Pengumpulan
Data Primer
1. Karakteristik 1. Umur
Wawancara
Responden
Responden 2. Tingkat pendidikan
dan observasi
3. Pekerjaan
4. Jumlah tanggungan
keluarga
5. Pendapatan
6. Jarak tempat tinggal
dengan kawasan hutan
7. Lama tinggal
2. Persepsi
1. Manfaat sosial hutan Wawancara
Responden
2. Manfaat ekonomi
dan
3. Manfaat ekologi hutan observasi
terhadap masyarakat
3. Motivasi
Motivasi dalam menjaga Wawancara
Responden
kelestarian hutan
dan
observasi
4
Perilaku
Perilaku dalam
Wawancara
Responden
memanfaatkan hutan dan dan
menjaga kelestarian
observasi
hutan
Data Sekunder
1. Kondisi
Letak dan luas wilayah,
Studi pustaka Kantor Desa
Umum
status dan sejarah,
dan observasi Gunung Sari
Daerah
topografi dan iklim, sarana
dan Kantor
Penelitian
dan prasarana serta
Kecamatan
aksesibilitas
Pamijahan
Kegiatan pengumpulan data-data menggunakan metode :
1. Wawancara (interview)
Wawancara dilakukan menggunakan kuisioner untuk mengetahui
karakteristik responden masyarakat, serta mengetahui persepsi, motivasi, dan
perilaku masyarakat. Selain itu juga menggunakan wawancara mendalam terhadap
informan kunci (perangkat desa, tokoh masyarakat).

8
2. Pengamatan (observation)
Pengamatan dilakukan untuk memverifikasi kesesuaian antar informasi yang
diberikan dengan aktivitas yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan di kantor desa dan di kantor Resort Taman Nasional
Gunung Halimun Salak dan Kantor Desa Gunung Sari untuk mengetahui
dokumen atau arsip yang berhubungan dengan penelitian.

Analisis Data
Analisis data dilakukan melalui analisis deskriptif dengan mengetahui
frekuensi dan persentase data. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
kecenderungan-kecenderungan dan menjelaskan persepsi masyarakat terhadap
pemanfaatan hutan baik secara ekonomi, ekologi dan sosial. Analisis deskriptif
juga digunakan untuk menjelaskan motivasi masyarakat dalam menjaga
kelestarian hutan serta menjelaskan perilaku masyarakat terhadap pengelolaan
kawasan hutan. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap pemanfaatan hutan dengan
metode uji Chi-Square.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Letak dan Luas Desa Penelitian
Desa Gunung Sari adalah salah satu desa di Kecamatan Pamijahan yang
mempunyai luas wilayah 683.240 ha. Batas-batas administratif pemerintah Desa
Gunung Sari Kecamatan Pamijahan sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pamijahan
2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Gunung Picung
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi
4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Ciasihan
Topografi dan Curah Hujan
Desa Gunung Sari secara umum berupa sawah dan dataran hutan yang
berada ketinggian antara 600m-800 m diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata
22-28°celcius. Tingkat kemiringan tanah berkisar 25%-60% (Disbudpar 2003).
Berdasarkan tipe iklim Schmidt dan Ferguson 1951, kawasan Desa Gunung Sari
yang juga bagian dari kawasan Gunung Salak Endah memiliki tipe iklim A. Curah
hujan tahunan mencapai 2000-4000 mm/th. Curah hujan tertinggi terjadi bulan
Februari sebesar 5500 mm dan terendah pada bulan Agustus sebesar 200 mm.

9
Pemanfatan Lahan Desa
Pada umumnya pemanfaatan lahan yang terdapat di desa digunakan secara
penuh untuk sawah sebesar 3.4923x 105 ha atau sekitar 60.54% dari seluruh areal
dan digunakan untuk kebutuhan yang lainnya sebesar 165.2 ha (Tabel 2).
Tabel 2 Pemanfaatan lahan Desa Gunung Sari
Pemanfaatan lahan
Luas (Ha)
Persentase (%)
Rumah dan pekarangan
44.03
7.63
Sawah
349.23
60.54
Fasilitas umum
17.95
3.11
Fasilitas social
0.50
0.09
Lain-lain
165.12
28.63
Total
576.83
100
Sarana dan Prasarana
Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Gunung Sari berjumlah 16 unit
sekolah mulai dari tingkat TK hingga SLTA/SMK. Sarana tersebut tersebar di
Desa Gunung Sari (Tabel 3). Data jumlah sarana pendidikan disajikan pada Tabel
3. Selain itu, berbagai sarana dan prasarana pelayanan publik juga dapat
ditemukan di Desa Gunung Sari yaitu Bank 1 unit, pasar 1 unit, BUMDES 2 unit,
dan industri rumah tangga 2 unit, serta perusahaan kecil 3 unit.
Tabel 3 Sarana pendidikan di Desa Gunung Sari
Uraian
Jumlah
TK/PAUD/RA
5
SD
4
MI
2
SLTP/MTs
2
SLTA/SMK
3
Total
16
Status dan Sejarah Kawasan hutan
Kawasan Hutan Gunung Salak awalnya merupakan kawasan hutan yang
berstatus hutan lindung yang dikenal dengan Hutan Lindung Gunung Salak. Hutan
lindung ini tergabung dalam lima kelompok hutan yaitu Gunung Salak Utara,
Gunung Salak Selatan, Gunung Salak Nanggung, Gunung Kendang Kulon, dan
Ciampea. Kawasan tersebut dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat
dan Banten (Ulfah 2007).
Tahun 1998 Perum Perhutani melakukan pengembangan di bidang
pariwisata di sekitar kawasan hutan lindung tersebut. Pengembangan pariwisata
hingga saat ini berupa curug, pemandian air panas dan wisata kawah. Kawasan ini
merupakan kawasan wisata Gunung Salak Endah. Sebagian besar wisata termasuk
wilayah Desa Gunung Sari meliputi wisata Pemandian Air Panas Gunung Salak
Endah, Curug Cigamea, Curug Seribu, Curug Ngumpet 2 dan Kawah Ratu.
Tahun 2003, kawasan Gunung Salak masuk ke dalam wilayah perluasan
Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Semula dengan luasan 40000 Ha
menjadi 113357 Ha berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 175/Kpts-II/2003
Tanggal 10 Juni 2003. Saat ini pengelolaan kawasan dikelola Balai Taman
Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

10
Aksesibilitas
Aksesibilitas menuju kawasan hutan di sekitar Desa Gunung Sari dapat
ditempuh dengan dua jalur yaitu :
a. Bogor – Cibatok – Desa Gunung Sari
b. Bogor – Cikampak – Desa Gunung Sari.
Kondisi jalan sudah beraspal sehingga dapat dilalui dengan kendaraan roda dua
atau roda empat.

Karakteristik responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan
terakhir, jumlah tanggungan keluarga, jenis pekerjaan, pendapatan, lama tinggal di
sekitar kawasan hutan, jarak rumah ke kawasan hutan. Berikut ini merupakan
karakteristik responden yaitu :
1. Sebaran Umur Responden
Umur diduga sebagai peubah yang mempengaruhi persepsi responden
terhadap manfaat dan keberadaan hutan. Sebaran umur responden sekitar kawasan
hutan di Desa Gunung Sari disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Sebaran umur responden
Umur (tahun)
Frekuensi
Persentase (%)
< 25
1
3.03
25-50
15
45.45
>50
17
51.52
Jumlah
33
100.00
Berdasarkan Tabel 4 di atas menunjukkan sebaran umur responden di atas
50 tahun sebesar 51,52%. Sedangkan sebaran umur 25-50 tahun sebesar 45,45%
dan sebaran umur responden di bawah 25 tahun terdapat 1 responden atau sebesar
3,03 %. Ini menunjukkan bahwa usia responden didominasi di atas umur 50 tahun.
Walaupun perbedaan persentase antara umur di atas 50 tahun dan umur 25-50
tahun tidak berbeda jauh. Ini menunjukkan kondisi responden berada dalam usia
produktif.
2. Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan pada responden masyarakat sekitar kawasan hutan
diduga turut mempengaruhi pola pikir dalam bertindak terhadap pemanfaatan
sumber daya hutan. Tabel 5 menunjukkan bahwa sebesar 63.64% dari total
responden yang telah menempuh pendidikan hingga tamat SD atau tidak tamat
SD, sedangkan tingkat pendidikan SMP/SMA sebesar 33.33% atau sebanyak 11
responden (Tabel 5). Tabel 5 juga menunjukkan terdapat satu responden atau
sebesar 3.03 % yang berpendidikan diploma. Ini menunjukkan tingkat pendidikan
masyarakat Desa Gunung Sari sebagian besar merupakan tamatan SD atau tidak
tamat SD. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden tersebut merupakan usia
diatas 50 tahun (Tabel 4). Oleh karena itu, riwayat pendidikan tempo dulu
responden masih sulit untuk mengakses pendidikan dan mendapat pendidikan
layaknya masa kini. Sebaran tingkat pendidikan responden disajikan pada Tabel 5.

11
Tabel 5 Tingkat pendidikan responden
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Tidak tamat - Tamat SD
21
SMP – SMA
11
Diploma – Sarjana
1
Jumlah
33

Persentase (%)
63.64
33.33
3.03
100.00

3. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden
Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah anak atau saudara dalam
keluarga yang masih menjadi tanggung jawab dari orang tua. Data jumlah
tanggungan keluarga responden disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Jumlah tanggungan keluarga responden
Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa/KK)
Frekuensi Persentase (%)
4
3
9.09
Jumlah
33
100.00
Berdasarkan hasil dari Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa responden
dengan jumlah tanggungan keluarga kurang dari 3 jiwa tiap kepala keluarga (KK)
sebesar 48,48 %. Sedangkan, beban tanggungan keluarga antara 3-4 jiwa/KK
sebesar 42,42% dari total responden. Di sisi lain, kondisi dengan beban
tanggungan jiwa lebih dari 4 jiwa/KK sebesar 9,09%. Hasil menunjukkan
dominasi responden yang mempunyai tanggungan keluarga di bawah 4 jiwa/KK.
4. Jenis Pekerjaan Utama Responden
Tabel 7 menunjukkan sebagian besar pekerjaan utama responden merupakan
penjual di warung dengan persentase sebesar 33,33%. Disamping itu, pekerjaan
lainnya sebesar 30,30 % meliputi buruh garapan, buruh cuci, penjaga villa,
tengkulak dan ibu rumah tangga. Selanjutnya, pekerjaan responden sebagai
wiraswasta sebesar 24,24% dan yang berprofesi sebagai petani sebesar 12,12%
atau sebanyak 4 responden (Tabel 7). Jenis pekerjaan utama responden disajikan
pada Tabel 7.
Tabel 7 Jenis pekerjaan utama responden
Jenis Pekerjaan
Frekuensi
Persentase (%)
Wiraswasta
8
24.24
Penjual (di warung)
11
33.33
Petani
4
12.12
Pekerjaan lainnya
10
30.30
Jumlah
33
100.00
Beberapa lokasi di areal Desa Gunung Sari yang merupakan areal kawasan
wisata Gunung Salak Endah. Setiap akhir pekan atau hari libur pengunjung
berdatangan ke tempat wisata di kawasan wisata Gunung Salak Endah. Peluang
ini banyak dijadikan kesempatan untuk membuka warung makanan dan minuman,
sehingga pekerjaan berjualan di warung banyak diminati.
5. Pendapatan Rata-rata Per Bulan Responden
Data sebaran pendapatan rata-rata per bulan responden paling banyak
ditemukan pada responden dengan penghasilan sebesar Rp500 000 - Rp.

12
1.000.000/bulan (Tabel 8). Pada penghasilan tersebut diperoleh sebesar 39,39%.
Sedangkan, tingkat pendapatan Rp. 1000.000 - Rp. 2000.000/bulan diperoleh
persentase sebesar 27,27%. Selanjutnya, pendapatan responden di bawah
Rp.500.000/bulan dengan persentase 21,21%. Persentase paling kecil ditemukan
pada pendapatan di atas Rp. 2.000.000/bulan dengan persentase sebesar 12,12%
(Tabel 8). Pendapatan responden erat kaitannya dengan pekerjaan. Sebagian
pekerjaan yang dominan pada responden adalah berjualan di warung (Tabel 7).
Artinya rataan besarnya pendapatan tersebut sebagian besar berada pada
responden yang berjualan di warung. Data tingkat pendapatan rata-rata per bulan
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Tingkat pendapatan rata-rata per bulan responden
Tingkat Pendapatan (Rp/bulan)
Frekuensi
Persentase (%)
0.05) terhadap persepsi responden (Tabel 12). Artinya tidak
ada perbedaan persepsi responden baik yang sudah lama tinggal atau yang baru
tinggal di sekitar hutan Desa Gunung Sari. Jarak tempat tinggal juga menunjukkan
tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap persepsi responden. Artinya responden
menunjukkan tidak ada perbedaaan persepsi baik pada responden yang berjarak
dekat atau jauh dengan kawasan hutan. Ada arus informasi dan pengetahuan yang
sudah didapatkan pada setiap responden melalui program-program peningkatan
ekowisata dan pelestarian hutan bersama Pemerintah Desa Gunung Sari,
Pengelola Taman Nasional Gunung Halimun Salak maupun dari kelompok
pemerhati wisata.
Informasi adalah faktor penting bagi terbentuknya persepsi seseorang.
Informasi bisa diperoleh melalui pengalaman langsung maupun tak langsung.
Langsung artinya dialami sendiri oleh individu yang bersangkutan dan tak
langsung artinya informasi dari buku atau sumber lain (Satiadarma 2001). Hal ini

16
sejalan dengan pernyataan Satiadarma (2001), responden telah menyerap
informasi bahwa hutan memiliki manfaat baik secara ekonomi, ekologi dan sosial
masyarakat.

Motivasi
Motivasi merupakan faktor yang yang tumbuh dalam diri manusia berupa
nilai-nilai yang mendorong untuk mengambil manfaat atau kesempatan. Motivasi
pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu motivasi berdasar teori Gerungan
dan teori Maslow.
Motivasi Responden Berdasarkan Teori Gerungan
Gerungan (1967) mengemukakan bahwa motif manusia memberikan arah
perilaku kaitannya dengan kelestarian dan manfaat sumber daya hutan
mempunyai motif tersendiri dan berbeda-beda. Sebaran motivasi responden
berdasar Teori Gerungan disajikan pada Gambar 3.
35

32.26

30
22.58

25

22.58

22.58

20
15

10
7

10

7

7

5
0
Bergabung

Biogenetis
Total Responden

Sosiogenetis

Teogenetis

Persentase

Gambar 3 Motivasi responden berdasar Teori Gerungan
Hasil penelitian motivasi Gerungan yang terbagi dalam beberapa kategori
yaitu
1. Motif Bergabung.
Motif yang dikaji dalam penelitian ini hanya motif bergabung saja untuk
menegaskan sumber dari kelompok atau organisasi saja. Motif bergabung terlihat
karena responden tergabung di kelompok pemerhati lingkungan. Besarnya
motivasi ini sebesar 32.26% dengan alasan responden baik individu atau
kelompok termasuk pemerhati dan peduli lingkungan. Selain itu beberapa
responden tergabung dalam relawan ekowisata bersama-sama pegawai taman
nasional. Hal ini dikarenakan responden menginginkan lingkungannya sejuk dan
asri (Gerungan 1967).
2. Motif Biogenetis.
Motif ini merupakan motif-motif yang berasal dari kebutuhan biologis
seperti untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Gambar 3 menunjukkan
motivasi untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 22.58%. Kebutuhan pangan
merupakan salah satu alasan atau motivasi yang dibutuhkan dalam kebutuhan
masyarakat untuk memenuhi hidup sehari-hari atau sebagai investasi. Motivasi
masyarakat Desa Gunung Sari tidak lepas adanya kebutuhan atau dorongan
masyarakat untuk mencapai tujuan agar kawasan wisata Gunung Salak Endah

17
menjadi asri, sejuk dan nyaman sehingga pengunjung yang akan datang di wana
wisata bertambah. Semakin bertambah pengunjung maka bertambah pula
pendapatan untuk kebutuhan pangan sehari-hari. Oleh karena itu, responden
menanam pohon jenis kayu atau buah-buahan bagi disekitar kawasan ekowisata.
Selain itu, ada beberapa responden yang menanam pohon di areal kawasan hutan
untuk menjadi tabungan masa depan.
3. Motif Sosiogenetis.
Motif sosiogenetis ini merupakan motif yang dipelajari seseorang berasal
dari lingkungan sosial dan budaya. Contoh motif ini dapat dilihat adanya
keinginan masyarakat untuk bergotong-royong. Keinginan untuk bergotong
royong bagi masyarakat Desa Gunung Sari sebesar 22.58%. Perilaku masyarakat
dengan menanam tanaman kehutanan, buah-buahan, menghemat air, serta
aktivitas lain yang mendukung kelestarian dan kenyamanan wilayah
dilatarbelakangi adanya dorongan bisa bersosialisasi dengan tetangga atau warga
sekitar. Selain itu motif lain ingin memperluas relasi untuk memperlancar suatu
pekerjaan.
4. Motif Teogenetis.
Motif ini berasal dari interaksi manusia dengan Tuhan-Nya. Keyakinan
setiap aktivitas yang dilakukan untuk kesejahteraan alam merupakan bagian dari
ibadah kepada Tuhan. Adanya keinginan merealisasikan norma-norma agamanya
menurut petunjuk kitab suci. Merealisasikan ajaran agama dalam rangka
beribadah atau mengamalkan ajaran agama untuk menjaga warisan alam kepada
manusia sebesar 22.58%.
Dari hasil persentase motivasi responden hampir semua responden
menyebar merata pada setiap kategori motivasi. Gambar 2 menunjukkan nilai
yang didapat pada kategori motif biogenetis, motif sosiogenetis, dan motif
teogenetis mendapat persentase yang sama, sebesar 22,58%. Hal ini menunjukkan
sumber motivasi masyarakat tersebar merata pada setiap asal sumber motivasi itu
sendiri. Karena setiap kategori motif Teori Gerungan mempunyai asal sumber
motivasi masing-masing. Setiap kategori motif berada dalam posisi yang sejajar
dengan kategori motif yang lain.
Motivasi Responden Berdasarkan Teori Maslow
Menurut Maslow (1954) dalam Atkinson et al. (1983) beranggapan bahwa
perilaku manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya dibagi
dalam lima jenjang kebutuhan pokok manusia.
Teori motivasi menurut motivasi Maslow terbagi dalam kategori berikut.
1. Kebutuhan mempertahankan hidup (Phsysiological needs)
Manifestasi kebutuhan tampak pada tiga hal yaitu : sandang, pangan, papan
yang merupakan kebutuhan primer untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan
biologis. Data gambar 3 menunjukkan jenjang kebutuhan untuk mendapatkan
pangan atau insentif untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari responden mencapai
persentase sekitar 19,35 % (Gambar 4).
2. Kebutuhan rasa aman (Safety needs)
Manifestasi kebutuhan ini antara lain kebutuhan akan keamanan jiwa,
kebutuhan keamanan harta, perlakuan yang adil, pensiun dan jaminan hari tua.
Masyarakat Desa Gunung Sari menginginkan agar kondisi alam kawasan hutan

18
sekitar Desa Gunung Sari menjadi aman dari bencana atau kerusakan alam. Selain
itu, untuk mendapatkan kenyamanan sehingga suasana aktivitas masyarakat terasa
sejuk karena udara yang segar. Alasan ini menjadi pilihan responden sekitar
35.48% (Gambar 3). Motivasi berdasar kebutuhan ini termasuk paling tinggi
dibanding dengan capaian kategori kebutuhan yang lain. Selain itu untuk
mendapat perlakuan adil terhadap kondisi villa-villa di Desa Gunung Sari. Rasa
aman dari penggusuran villa-villa yang sudah lama dibangun dan sebagai sumber
mata pencaharian bagi sebagian responden. Berikut disajikan grafik sebaran
motivasi responden menurut teori Abraham Maslow (1954) pada Gambar 4.
40
35
30
25
20
15
10
5
0

35.48
22.58

19.35
11
6

9.68
3

Total responden

12.90
7

4

Persentase

Gambar 4 Motivasi berdasar teori Maslow
3. Kebutuhan sosial (Social needs)
Manifestasi kebutuhan ini tampak pada kebutuhan akan perasaan diterima
oleh orang lain (sense of belonging), kebutuhan untuk maju dan tidak gagal (sense
of achievement), perasaan ikut serta (sense of participation). Keinginan
masyarakat dalam bersosialisasi dengan tetangga atau warga sekitar mencapai
persentase sebesar 9.68% (Gambar 4).
4. Kebutuhan akan penghargaan (Esteem needs)
Semakin tinggi status seseorang semakin tinggi pula penghargaannya.
Kebutuhan untuk penghargaan pada responden sebesar 22,58% (Gambar 4).
Artinya penghargaan atas upaya menjaga atau merawat kawasan wisata atau
tegakan hutan.
5. Kebutuhan aktualisasi kerja (Self actualisation)
Manifestasi kebu