Perubahan Penutupan Hutan di Sekitar Blok Barat Hutan Batang Toru Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.

PERUBAHAN PENUTUPAN HUTAN DI SEKITAR BLOK BARAT HUTAN BATANG TORU WILAYAH KABUPATEN
TAPANULI TENGAH DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
ARIF ADIL 081202044
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
1

PERUBAHAN PENUTUPAN HUTAN DI SEKITAR BLOK BARAT HUTAN BATANG TORU WILAYAH KABUPATEN
TAPANULI TENGAH DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
SKRIPSI Oleh:
ARIF ADIL 081202044
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
2

PERUBAHAN PENUTUPAN HUTAN DI SEKITAR BLOK BARAT HUTAN BATANG TORU WILAYAH KABUPATEN
TAPANULI TENGAH DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
SKRIPSI
Oleh: ARIF ADIL 081202044/MANAJEMEN HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara


PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

3

Judul Skripsi
Nama NIM Minat Studi

LEMBAR PENGESAHAN
: Perubahan Penutupan Hutan di Sekitar Blok Barat Hutan Batang Toru Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
: Arif Adil : 081202044 : Manajemen Hutan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Rahmawaty, S.Hut, M.Si, Ph.D Ketua

Riswan, S.Hut Anggota

Mengetahui,
Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D Ketua Program Studi Kehutanan


4

ABSTRAK
ARIF ADIL : Perubahan Penutupan Hutan di Sekitar Blok Barat Hutan Batang Toru Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, dibimbing oleh RAHMAWATY, S.Hut, M.Si, Ph.D dan RISWAN, S.Hut.
Hutan Batang Toru Blok Barat diketahui merupakan kawasan penting bagi pelestarian keanekargaman hayati dan sistem pendukung kelangsungan sumber penghidupan masyarakat luas. Adanya hubungan yang erat antara aktivitas ekonomi, sosial masyarakat serta kondisi fisik lahan dengan kawasan hutan Batang Toru diperlihatkan dari perubahan kondisi tutupan hutannya akibat penggundulan hutan (deforestasi). Bertolak dari hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan lahan dari hutan menjadi non hutan dan penyebabnya ditinjau dari aspek sosial, ekonomi dan fisik. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2012 sampai Maret 2013. Metode pemetaan dilakukan dengan memanfaatkan sistem informasi geografis (GIS) menggunakan ekstensi Change Detection. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan menggunakan Analisi Korelasi dan Analisis Regresi Berganda dengan menggunakan software SPSS 16,00.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total luas perubahan lahan dari hutan menjadi non hutan pada periode tahun 2000 sampai tahun 2010 pada empat kecamatan adalah sebesar 4.728,96 Ha atau berkurang sebesar 29,04 % dari total luas lahan berhutan pada tahun 2000 yaitu sebesar 16.280,74 Ha. Dari kelima faktor prediktor yang ditentukan pada empat kecamatan faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan lahan dari hutan menjadi non hutan adalah faktor kerapatan penduduk dan eksistensi tanaman karet sebagai mata pencaharian utama dalam hal ini adalah produksi karet (ton).
Kata Kunci : Perubahan lahan, Change Detection, kerapatan penduduk, produksi karet.
5

ABSTRACT
ARIF ADIL: Forest Cover Change around West Block of Batang Toru Forest at Tapanuli Tengah District Area, and the Influence Factors, guided by RAHMAWATY, S.Hut, M.Si, Ph.D and RISWAN, S.Hut.
West Block of Batang Toru Forest known as important area for biodiversity conservation and livelihood support systems continuity of the wider community. The close relation between economyc activity, social community and physical condition with Batang Toru forest cover visible from its forest cover change because of deforestation. Starting from this, this study aims to determine the land use change from forest to non-forest and its causes in terms of social, economic and physical. This study was conducted from October 2012 to March 2013. Mapping method is done by using a geographic information system (GIS) using extension Change Detection. Analysis of the factors affecting changes in land use Correlation Analysis and Regression Analysis using software SPSS 16.00.
The results showed that the total area of land use change from forest to non-forest in the period 2000 to 2010 in four districts amounted to 4728.96 hectares or reduced by 29.04% of the total area of forests in the year 2000 in the amount of 16280.74 Ha . Predictors of the five factors specified in the four districts of the most influential factors in the change of forest land to non-forest is the population density factor and the existence of rubber as the main livelihood in this case is rubber production (tons).
Key words : Land use change, Change Detection, population density, rubber production
6

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sibuhuan, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara pada tanggal 20 Mei 1989. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak H. Muhammad Ridwan dan Ibu Hj. Nirlenni Harahap. Penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 142927 Sibuhuan pada tahun 2002, lulus dari Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Sibuhuan pada tahun 2005, lulus dari SMAN 2 Plus Yayasan Pendidikan Marsipature Hutana Be (YPmhb) Sipirok pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa USU melalui seleksi masuk jalur UMB (Ujian Masuk Bersama) pada Jurusan Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian. Penulis melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Deleng Lancuk dan Gunung Sinabung Kabupaten Karo dari tanggal 14 Juni sampai dengan 23 Juni 2010. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di KPH Garut Unit III Jawa Barat dan Banten dari tanggal 1 Februari sampai 1 Maret 2012.
7


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perubahan Penutupan Hutan di Sekitar Blok Barat Hutan Batang Toru Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih kepada orangtua penulis yang telah membimbing, mendidik dan memberikan semangat serta dukungan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ketua komisi pembimbing Rahmawaty, S.Hut, M.Si, Ph.D dan anggota komisi pembimbing Riswan, S.Hut. yang terus membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada BPKH Wilayah I, BPS Sumatera Utara, Yayasan Ekosistem Lestari, BPS Tapanuli Tengah serta seluruh teman-teman yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat.
Medan, September 2013
Penulis.
8

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ i DAFTAR ISI............................................................................................... ii DAFTAR TABEL....................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... vi
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 Latar Belakang ................................................................................ 1 Tujuan Penelitian ............................................................................ 3 Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5 Hutan Batang Toru.......................................................................... 5 Penggunaan Lahan .......................................................................... 6 Perubahan Penggunaan Lahan ........................................................ 7 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan........... 8 Kerusakan Hutan............................................................................. 11 Sistem Informasi Geografis............................................................. 12
METODE PENELITIAN............................................................................ 15 Waktu dan Tempat .......................................................................... 15 Alat dan Bahan................................................................................ 15 Metode Penelitian ........................................................................... 16 Pengumpulan Data .......................................................................... 16 Prosedur Penelitian Analisis Perubahan Luas Penutupan Lahan ............................. 17 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Luasan Penggunaan Lahan .......... 18 Parameter-parameter yang Digunakan ..................................... 19 Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression Analisys)..... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 24 Tutupan Lahan ................................................................................ 24 Perubahan Tutupan Lahan............................................................... 30 Perubahan Tutupan Lahan Periode 2000-2006 ............................... 30 Perubahan Tutupan Lahan Periode 2006-2010 ............................... 35 Perubahan Tutupan Lahan Periode 2000-2010 ............................... 39 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Luasan Penggunaan Lahan ................. 43
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... Kesimpulan ..................................................................................... 49 Saran................................................................................................ 49
9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 50 LAMPIRAN................................................................................................ 53
10


DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian................. 16 2. Data primer dan sekunder yang digunakan dalam penelitian ......... 17 3. Faktor Penduga yang digunakan dalam analisis regresi.................. 19 4. Fungsi regresi dan koefisien determinasi (R2) ................................ 43
5. Data signifikasi variabel bebas terhadap variabel terikat................ 48
11

DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian ..................................................................... 15 2. Luas tutupan lahan Kecamatan Badiri 2000, 2006 dan 2010.......... 24 3. Luas tutupan lahan
Kecamatan Pinangsori 2000, 2006 dan 2010.................................. 26 4. Luas tutupan lahan
Kecamatan Lumut 2000, 2006 dan 2010 ........................................ 27 5. Luas tutupan lahan
Kecamatan Sibabangun 2000, 2006 dan 2010 ................................ 28 6. Perubahan Tutupan Lahan
Kecamatan Badiri periode 2000 – 2006.......................................... 30 7. Perubahan Tutupan Lahan
Kecamatan Pinangsori periode 2000 – 2006................................... 31 8. Perubahan Tutupan Lahan
Kecamatan Lumut periode 2000 – 2006 ......................................... 32 9. Perubahan Tutupan Lahan
Kecamatan Sibabangun periode 2000 – 2006................................. 33 10. Perubahan Tutupan Lahan
Kecamatan Badiri periode 2006 – 2010.......................................... 36 11. Perubahan Tutupan Lahan
Kecamatan Pinangsori periode 2006 – 2010................................... 37 12. Perubahan Tutupan Lahan
Kecamatan Lumut periode 2006 – 2010 ......................................... 38 13. Perubahan Tutupan Lahan
Kecamatan Sibabangun periode 2006 – 2010................................. 39 14. Distribusi perubahan tutupan lahan di Kecamatan Badiri............... 41 15. Distribusi perubahan tutupan lahan di Kecamatan Pinangsori........ 42 16. Distribusi perubahan tutupan lahan di Kecamatan Lumut .............. 42 17. Distribusi perubahan tutupan lahan di Kecamatan Sibabangun...... 43
12


DAFTAR LAMPIRAN

No. 1. Kerapatan Penduduk Kecamatan Badiri, Pinangsori,

Halaman

Lumut dan Sibabangun (Variabel X1) ............................................ 53

2. Pendapatan Daerah Kecamatan Badiri, Pinangsori,

Lumut dan Sibabangun 2010 (Variabel X2).................................... 54

3. Produksi Tanaman Karet Kecamatan Badiri, Pinangsori,

Lumut dan Sibabangun 2010 (Variabel X3).................................... 55

4. Perubahan Luas Tanaman Karet Kecamatan Badiri,

Pinangsori, Lumut dan Sibabangun (Variabel X4).......................... 56


5. Jarak dari Desa ke Pasar Kecamatan Badiri, Pinangsori,

Lumut dan Sibabangun (Variabel X5)............................................. 57

6. Luas lahan pada empat kecamatan periode 2000 - 2010................. 58

7. Matriks perubahan lahan kecamatan Badiri 2000-2006.................. 60

8. Matriks perubahan lahan kecamatan Pinangsori 2000-2006........... 61

9. Matriks perubahan lahan kecamatan Lumut 2000-2006 ................. 62

10. Matriks perubahan lahan kecamatan Sibabangun 2000-2006......... 63

11. Matriks perubahan lahan kecamatan Badiri 2006-2010.................. 64

12. Matriks perubahan lahan kecamatan Pinangsori 2006-2010........... 65

13. Matriks perubahan lahan kecamatan Lumut 2006-2010 ................. 66


14. Matriks perubahan lahan kecamatan Sibabangun 2006-2010......... 67

15. Hasil analisis regresi berganda Kecamatan Badiri 2000-2006........ 68

16. Hasil analisis regresi berganda Kecamatan Pinangsori 2000-2006 69

17. Hasil analisis regresi berganda Kecamatan Lumut 2000-2006 ....... 70

18. Hasil analisis regresi berganda Kecamatan Sibabangun 2000-2006 71

13

ABSTRAK
ARIF ADIL : Perubahan Penutupan Hutan di Sekitar Blok Barat Hutan Batang Toru Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, dibimbing oleh RAHMAWATY, S.Hut, M.Si, Ph.D dan RISWAN, S.Hut.
Hutan Batang Toru Blok Barat diketahui merupakan kawasan penting bagi pelestarian keanekargaman hayati dan sistem pendukung kelangsungan sumber penghidupan masyarakat luas. Adanya hubungan yang erat antara aktivitas ekonomi, sosial masyarakat serta kondisi fisik lahan dengan kawasan hutan Batang Toru diperlihatkan dari perubahan kondisi tutupan hutannya akibat penggundulan hutan (deforestasi). Bertolak dari hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan lahan dari hutan menjadi non hutan dan penyebabnya ditinjau dari aspek sosial, ekonomi dan fisik. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2012 sampai Maret 2013. Metode pemetaan dilakukan dengan memanfaatkan sistem informasi geografis (GIS) menggunakan ekstensi Change Detection. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan menggunakan Analisi Korelasi dan Analisis Regresi Berganda dengan menggunakan software SPSS 16,00.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total luas perubahan lahan dari hutan menjadi non hutan pada periode tahun 2000 sampai tahun 2010 pada empat kecamatan adalah sebesar 4.728,96 Ha atau berkurang sebesar 29,04 % dari total luas lahan berhutan pada tahun 2000 yaitu sebesar 16.280,74 Ha. Dari kelima faktor prediktor yang ditentukan pada empat kecamatan faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan lahan dari hutan menjadi non hutan adalah faktor kerapatan penduduk dan eksistensi tanaman karet sebagai mata pencaharian utama dalam hal ini adalah produksi karet (ton).
Kata Kunci : Perubahan lahan, Change Detection, kerapatan penduduk, produksi karet.
5

ABSTRACT

ARIF ADIL: Forest Cover Change around West Block of Batang Toru Forest at Tapanuli Tengah District Area, and the Influence Factors, guided by RAHMAWATY, S.Hut, M.Si, Ph.D and RISWAN, S.Hut.
West Block of Batang Toru Forest known as important area for biodiversity conservation and livelihood support systems continuity of the wider community. The close relation between economyc activity, social community and physical condition with Batang Toru forest cover visible from its forest cover change because of deforestation. Starting from this, this study aims to determine the land use change from forest to non-forest and its causes in terms of social, economic and physical. This study was conducted from October 2012 to March 2013. Mapping method is done by using a geographic information system (GIS) using extension Change Detection. Analysis of the factors affecting changes in land use Correlation Analysis and Regression Analysis using software SPSS 16.00.
The results showed that the total area of land use change from forest to non-forest in the period 2000 to 2010 in four districts amounted to 4728.96 hectares or reduced by 29.04% of the total area of forests in the year 2000 in the amount of 16280.74 Ha . Predictors of the five factors specified in the four districts of the most influential factors in the change of forest land to non-forest is the population density factor and the existence of rubber as the main livelihood in this case is rubber production (tons).
Key words : Land use change, Change Detection, population density, rubber production
6

PENDAHULUAN
Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang besar peranannya
dalam berbagai aspek kehidupan baik aspek ekonomi, sosial, pembangunan dan lingkungan. Hutan dan ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan keanekaragaman flora dan fauna yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Hutan merupakan sumberdaya alam yang telah mangalami banyak perubahan dan sangat rentan terhadap kerusakan. Kawasan hutan alam mengalami penurunan yang cukup signifikan, hal ini seiring juga terjadinya penurunan dari segi kualitas hutan sebagai fungsinya. Pentingnya hutan bagi kehidupan sosial ekonomi suatu masyarakat kini dirasakan semakin meningkat, hali imi menurut kesadaran untuk mengelola sumber daya hutan tidak hanya dari segi financial saja namun diperluas menjadi pengelolaan sumber daya hutan secara utuh (Arief, 2001).
Hutan sebagai salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui, sudah seharusnya dikelola secara lestari dan berkelanjutan agar dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi rakyat Indonesia seperti diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Prasyarat menuju hutan lestari dan berkelanjutan tidak terlepas dari kebutuhan data dan informasi yang lengkap, terpercaya dan terkini. Salah satu informasi yang dibutuhkan adalah tentang kondisi terkini tutupan lahan dan penggunaan lahan. Informasi ini menjadi landasan untuk memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam, sehingga terwujudnya penyelenggaraan kehutanan yang menjamin kelestarian hutan dan peningkatan kemakmuran rakyat (Simon, 2004).
14

Pertambahan penduduk akan mengakibatkan sebagian fungsi tanaman penghijauan atau pertanian khususnya pada daerah persawahan akan beralih fungsi menjadi lahan tempat hunian. Hal ini mengakibatkan lahan pertanian atau penghijaun tanaman hutan dari hari ke hari semakin menyempit (Hardjadi, 2007).
Penurunan potensi dan perubahan fungsi penggunaan kawasan hutan yang terjadi terus menerus disebabkan oleh perbedaan kepentingan stakeholder terhadap kawasan hutan dan mempengaruhi institusi yang mengatur tentang pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Hubungan ini membentuk suatu sistem yang utuh dan saling mempengaruhi. Portela dan Rademacher (2001) menggunakan model dinamika untuk menganalisis pola deforestasi yang ditunjukan oleh perbedaan pola degradasi lingkungan di hutan Amazon Brasil (Abdulah, 2010).
Hutan alam di kawasan Daerah Aliran Sungai Batang Toru yang meliputi tiga kabupaten (Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah), telah diketahui merupakan kawasan penting bagi pelestarian keanekargaman hayati dan sistem pendukung kelangsungan sumber penghidupan masyarakat luas. Kawasan ini dikepung oleh kurang lebih 344.520 jiwa atau 81.870 Kepala Keluarga yang tergantung dan menerima manfaat dari keberadaan dan kelestarian kawasan hutan ini, seperti ketersediaan air, keseimbangan iklim. Fakta ini menunjukan bahwa adanya karakter saling mempengaruhi dan saling ketergantungan antara kehudupan masyarakat sekitar hutan dengan kondisi kesehatan hutan alam (Perbatakusuma et al, 2009).
Adanya hubungan yang erat antara aktivitas ekonomi masyarakat dengan kawasan hutan Batang Toru juga diperlihatkan dari perubahan kondisi tutupan
15

hutannya akibat penggundulan hutan (deforestasi) yang disebabkan perluasan lahan pertanian, pertambangan, pembangunan infrastruktur pembangkit listrik dan jalan serta usaha pemanfaatan hasil hutan kayu oleh perusahan. (Perbatakusuma, et al, 2007)
Salah satu permasalahan yang terjadi pada masyarakat sekitar hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Tengah berupa masih tingginya populasi penduduk, tingkat kemiskinan ekonomi, tingkat konsumsi, tingkat kebutuhan uang tunai pada masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan hutan/koridor. Dari permasalahan tersebut, diperlukan suatu rancangan dinamika perubahan penggunaan lahan. Informasi ini dapat digunakan sebagai landasan untuk pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam di kawasan tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian pemetaan perubahan penggunaan lahan serta aspek sosial ekonomi yang mempengaruhinya dengan studi kasus Hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Tengah dengan sampel yang dipilih adalah wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah yang berbatasan langsung dengan Hutan Batang Toru Blok Barat serta diketahui aktifitas ekonomi masyarakatnya yang tergantung kepada sumberdaya alam hutan tersebut yaitu Kecamatan Badiri, Kecamatan Pinangsori, Kecamatan Lumut dan Kecamatan Sibabangun.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui perubahan luas tutupan lahan dari hutan menjadi non hutan tahun 2000 - 2006, 2006 - 2010 dan 2000 - 2010 di hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Tengah.
16

2. Mengetahui penyebab perubahan luas tutupan lahan dari hutan menjadi non hutan di Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Tengah ditinjau dari aspek sosial, ekonomi dan fisik.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi tentang perubahan luas lahan dari hutan menjadi non hutan tahun 2000 – 2006, 2006 – 2010 dan 2000 - 2010 di hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Tengah.
2. Memberikan gambaran tentang keberadaan penggunaan lahan jika pada masa mendatang terjadi perubahan-perubahan kondisi sosial, ekonomi dan fisik di hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Tengah.
3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi stakeholder pengelola Hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Tengah.
17

penduduk yang berdomisili di sekitar kawasan hutan Batang Toru mencapai 38.622 jiwa atau 10.316 kapala keluarga, yang masuk ke dalam 53 desa pada 10 kecamatan di tiga kabupaten. 21 desa masuk ke Kabupaten Tapanuli Selatan, 28 desa masuk ke Kabupaten Tapanuli Utara dan yang berada di Kabupaten Tapanuli Tengah sebanyak 4 desa. Diperkirakan interaksi hutan dengan masyarakat telah terjadi sejak awal abad ke-19, hutan Batang Toru telah dimanfaatkan oleh penduduk di sekitarnya untuk menyokong penghidupan mereka, seperti: agroforestri (kebun campur) yang berbasis pada komoditas kemenyan, kopi dan karet. Intensitas pemanfaatan lahan sangat beragam mulai dari sawah, kebun campur dan hutan kemasyarakatan. Di beberapa lokasi, dirasakan masih cukup kuat sistem kepemilikan secara adat. Ditambahkan oleh Budidarsono (2006), bahwa 90% penduduk di sekitar kawasan hutan Batang Toru telah mengembangkan berbagai bentuk sistim pertanian berbasis pohon yang secara dinamis menyesuaikan kondisi kelerengan yang curam dengan tanah relatif kurang subur (Perbatakusuma, et al., 2011).
Penggunaan Lahan Penggunaan lahan secara umum didefinisikan sebagai penggolongan
penggunaan lahan yang dilakukan secara umum seperti pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput, kehutanan, atau daerah rekreasi. Sedangkan penutupan lahan merupakan perwujudan fisik objek-objek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap objek-objek tersebut. (Lillesand dan Kiefer, 1990).
Menurut Vink (1975) dalam Gandasasmita (2001) penggunaan lahan merupakan setiap bentuk campur tangan manusia terhadap sumber daya lahan
19

dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual. Campur tangan manusia ini sangat jelas terutama dalam memanipulasi kondisi ataupun proses ekologi yang berlangsung pada suatu areal.
Dalam penggunaan lahan ini manusia berperan sebagai pengatur ekosistem, yaitu dengan menyingkirkan komponen-komponen yang dianggap tidak berguna ataupun dengan mengembangkan komponen yang diperkirakan akan menunjang penggunaan lahannya. Misalnya diubahnya areal hutan yang heterogen menjadi lahan perkebunan yang homogen karena budidaya perkebunan lebih menguntungkan daripada hutan. Demikian juga dengan pengalihfungsian lahan rawa menjadi lahan tambang, lahan terbuka menjadi perkebunan dan sebagainya (Mather, 1986 dalam Rosnila, 2004).
Penggunaan lahan dikelompokkan ke dalam dua bentuk yaitu: (1) penggunaan lahan pertanian yang dibedakan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditas yang diusahakan, dimanfaatkan atau atas jenis tumbuhan atau tanaman yang terdapat di atas lahan tersebut, seperti tegalan, sawah, kebun, padang rumput, hutan dan sebagainya; (2) penggunaan lahan non pertanian seperti penggunaan lahan pemukiman kota atau desa, industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya. Sebagai wujud kegiatan manusia, maka di lapangan sering dijumpai penggunaan lahan baik bersifat tunggal (satu penggunaan) maupun kombinasi dari dua atau lebih penggunaan lahan (Arsyad, 2010).

Perubahan Penggunaan Lahan Perubahan penggunaan lahan sebagai suatu proses yaitu perubahan dari
penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lahan\lainnya yang dapat bersifat permanen maupun sementara, dan merupakan bentuk konsekuensi logis adanya
20

pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang. Apabila penggunaan lahan untuk sawah berubah menjadi pemukiman atau industri maka perubahan penggunaan lahan ini bersifat permanen dan tidak dapat kembali (irreversible) tetapi jika beralih guna menjadi perkebunan biasanya bersifat sementara (Winoto et al., 1996).
Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Sebagai contoh meningkatnya kebutuhan akan ruang tempat hidup, transportasi dan tempat rekreasi akan mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan (Rosnila, 2004).
Perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian bukanlah sematamata fenomena fisik berkurangnya luasan lahan, melainkan merupakan fenomena dinamis yang menyangkut aspek-aspek kehidupan manusia, karena secara agregat berkaitan erat dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial budaya dan politik masyarakat. Perubahan penggunaan lahan pertanian berkaitan erat dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Konversi lahan erat kaitannya dengan kepadatan penduduk yang semakin
meningkat. Rusli (1995) mengungkapkan bahwa dengan meningkatnya jumlah penduduk, rasio antara manusia dan lahan menjadi semakin besar, sekalipun pemanfaatan setiap jengkal lahan sangat dipengaruhi taraf perkembangan kebudayaan suatu masyarakat. Pertumbuhan penduduk menyebabkan makin mengecilnya persediaan lahan rata-rata per orang.
21

Perubahan penggunaan lahan juga dipengaruhi ekonomi. Faktor kelayakan ekonomi yaitu seluruh persyaratan yang diperlukan untuk pengelolaan suatu penggunaan lahan. Pengelola lahan tidak akan memanfaatkan lahannya kecuali bila penggunaan tersebut, termasuk dalam hal ini teknologi yang diterapkan, telah diperhitungkan akan memberikan suatu keuntungan atau hasil yang lebih besar dari biaya modalnya (Barlowe, 1986).
Kelayakan ekonomi ini bersifat dinamis, tergantung dari harga dan permintaan terhadap penggunaan lahan tersebut atau hasilnya. Penerapan teknologi baru ataupun meningkatnya permintaan mungkin menyebabkan suatu penggunaanlahan yang tadinya tidakmemiliki nilai ekonomis berubah menjadi layak secara ekonomis (Saefulhakim, 1999).
Penggunaan lahan yang dijumpai di suatu wilayah adalah penggunaan lahan yang tidak bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, sosial budaya, kebiasaan, tradisi, ataupun kepercayaan yang dianut oleh masyarakat setempat. Faktor-faktor kelembagaan yang mempengaruhi pola penggunaan lahan adalah faktor-faktor yang terkait dengan sosial budaya dan aturan-aturan dari masyarakat, termasuk dalam hal ini aturan atau perundangan dari pemerintah setempat (Barlowe, 1986).
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPLH) dan kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (PKHP), data dan informasi dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka panjang termasuk analisis faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan meliputi aspek ekologi,
22

ekonomi dan sosial budaya, yang antara lain diperoleh dari data informasi hasil inventarisasi hutan dan penataan hutannya, serta sumber lainnya. a. Data dan informasi aspek ekologi, antara lain:
- Kondisi fisik wilayah yang meliputi jenis tanah, iklim, ketinggian, geomorfologi, kelerengan, penutupan vegetasi dan lain-lain;
- Kondisi hutan yang meliputi jenis dan volume tegakan hutan, sebaran vegetasi, flora dan fauna, potensi non kayu dan lainlain;

- Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) b. Data dan informasi aspek ekonomi, antara lain:
- Aksesibilitas wilayah KPHL dan KPHP; - Potensi pendukung ekonomi sekitar wilayah KPHL dan KPHP meliputi
industri kehutanan sekitar wilayah, peluang ekonomi yang bisa dikembangkan, keberadaan lembaga-lembaga ekonomi pendukung kawasan dan lain-lain; - Batas administrasi pemerintahan; - Nilai tegakan hutan baik kayu maupun non kayu termasuk karbon dan jasa lingkungan; c. Data dan informasi aspek sosial, antara lain: - Perkembangan demografi sekitar kawasan; - Pola-pola hubungan sosial masyarakat dengan hutan; - Keberadaan kelembagaan masyarakat; - Pola penguasaan lahan oleh masyarakat di dalam dan sekitar kawasan
23

Kerusakan Hutan Rusaknya hutan telah berdampak pada semakin menurunnya kualitas
lingkungan dan keseimbangan alam. Hutan Indonesia merupakan paru-paru dunia yang dapat menyerap karbondioksida dan menyediakan oksigen bagi kehidupan permukaan bumi. Hutan juga berfungsi sebagai penyimpan air tanah. Untuk itu, bencana kekeringan, banjir dan tanah longsor memiliki kaitan positif dengan fenomena kerusakan hutan (BAPLAN, 2005).
Penebangan hutan telah terjadi secara besar-besaran sejak akhir tahun 1960-an yang dikenal dengan istilah “banjir-kap”. Istilah ini merujuk pada situasi dimana orang melakukan penebangan kayu, sekarang dikenal dengan pembalakan secara manual. Fenomena ini terus berjalan pada tahun 1970-an dan sesudahnya. Pada decade 1990-an fenomena ini semakin kuat setelah dibukanya ijin-ijin pengusahaan hutan dalam bentuk konsesi Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI) dengan pola tebang habis.dalam fase berikutnya, pembalakan berkembang kearah konversi hutan untuk perkebunan skala besar dan kawasan pemukiman (Hariyadi, 2006).
Masalah paling mendesak yang menuntut perhatian utama dalam pelestarian dan perlindungan Kawasan Hutan Batang Toru adalah menangkal pengaruh-pengaruh yang mengarah pada kepunahan dan hilangnya keanekaragaman biologis dan habitat alamiah serta hilangnya pemeliharaan terhadap proses-proses jasa-jasa lingkungan dari Hutan Batang Toru, seperti pembunuhan fauna flora berlebihan, kehancuran dan terpecahnya habitat alami, pencemaran, masuknya jenis-jenis asing dan kepunahan sekunder sebagai akibat adanya kepunahan jenis asli. Dan ancaman kepunahan ini sebagian besar sangat
24

dipengaruhi oleh kegiatan perekonomian di kawasan budidaya. Karena pada kenyataannya, diperkirakan, hampir sebagian besar kawasan Batang Toru atau sekitar 90 – 10% bersinggungan langsung dengan kawasan budidaya, seperti pertanian campuran, pertanian sawah, Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu, pertambangan, instalasi pembangkit tenaga listrik dan perkebunan besar swasta. Kawasan ini dapat dikenal sebagai Daerah Interaksi Hutan – Masyarakat (forestpeople interaction zone).
Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan teknologi informasi spasial
yang menghasilkan data digital yang dapat memberikan informasi mengenai karakteristik dari suatu wilayah, serta mengilustrasikan potensi kerusakan lahan yang dapat digunakan sebagai penunjang dalam pengelolaan sumber daya lahan secara berkelanjutan. Kebutuhan informasi yang cepat, tepat dan layak sangat dibutuhkan untuk pengambilan keputusan, termasuk diantaranya informasi spasial (Wiroseodarmo, 2007).
Kelebihan dari Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah mampu mengolah secara bersamaan informasi spasial dengan cepat dan tepat, walaupun input peta analog yang digunakan mempunyai tingkat ketelitian/skala yang berbeda. Hal ini dimungkinkan karena SIG mampu memproyeksikan data spasial tersebut menjadi satu sistem proyeksi yang sama. Selain itu SIG menggabungkan data dengan format yang berbeda, misalnya format raster dari klasifikasi data satelit dengan vektor dari proses digitasi (Prasetyo, 2004).
Yulita (2011) menganalisis perubahan penggunaan lahan di kabupaten Bangka Tengah hasilnya yaitu luas penggunaan lahan perkebunan tahun 2000,
25

2004 dan 2010 berturut-turut adalah sebesar 93,59 Ha, 120,04 Ha dan 132,04 Ha atau masing-masing mencapai 41,4%, 53,1% dan 58,4% dari luas wilayah Kabupaten Bangka Tengah. Luas lahan perkebunan di kabupaten ini cenderung mengalami kenaikan dalam rentang waktu sepuluh tahun dengan konversi sekitar 6.612,50 Ha per tahun periode tahun 2000-2004 dan pada periode 2004-2010 ratarata meningkat sekitar 2.000 Ha per tahun. Rata-rata konversi penggunaan lahan perkebunan tahun 2000- 2010 di Kabupaten Bangka Tengah adalah sekitar 3.850 Ha per tahun. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap bertambah luasnya pemukiman adalah proporsi pemukiman, proporsi perkebunan dan Indeks Perkembangan Desa (IPD). Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan luas pemukiman cenderung terjadi pada wilayah relatif berkembang yang ditunjukkan dengan tingginya Indeks Perkembangan Desa (IPD) wilayah tersebut dan memiliki jumlah penduduk cukup tinggi yang tercermin dari proporsi pemukiman yang cukup luas. Proporsi perkebunan berpengaruh nyata negatif terhadap perubahan pemukiman menunjukkan bahwa pusat terjadinya peningkatan pemukiman terjadi pada wilayah yang relatif mendekati kota, baik ibukota provinsi maupun ibukota kabupaten dan kecamatan pemekaran.
Niin (2010) dalam skripsinya menyimpulkan bahwa faktor fisik lahan merupakan variabel yang paling konsisten mempengaruhi perubahan penggunaan lahan hutan menjadi penggunaan lainnya diikuti faktor kebijakan penggunaan lahan dan faktor sosial ekonomi.
Sedangkan Carolita (2005) menganalisis faktor-faktor perubahan penggunaan lahan di Jabotabek berdasarkan faktor fisik lahan, faktor sosial dan ekonomi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sosial yaitu kepadatan
26

penduduk berpengaruh nyata terhadap perubahan penggunaan lahan menjadi urban, sedangkan faktor fisik seperti jenis tanah, jarak dari pusat CBD ke pusat desa, penggunaan lahan sebelumnya dan arahan penggunaan lahan secara statistik tidak signifikan sebagai faktor penyebab perubahan penggunaan lahan menjadi urban.
27

TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Batang Toru Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat (HBTBB) secara administrasi
terletak pada tiga kabupaten, yaitu: Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah. Dimana secara geografis terletak antara 98046’48”-99017’24” Bujur Timur dan 1027’00”-1059’24” Lintang Utara. Kawasan ini merupakan kawasan yang kaya akan keanekaragaman hayati dan beberapa spesies penting untuk dilindungi.
Kawasan Hutan Batang Toru (KHBT) secara keilmuan diketahui merupakan kawasan penting biodiveristas (key biodiversity area) yang masih tersisa di Pulau Sumatera. Kawasan ini merupakan habitat bagi setidak-tidaknya 67 jenis mamalia, 287 jenis burung, 110 jenis herpetofauna dan 688 jenis tumbuhan. Di kawasan Hutan Batang Toru juga menyimpan populasi satwa dan tumbuhan yang terancam punah secara global, seperti oangutan Sumatera (Pongo abelli) Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatraensis), Tapir (Tapirus indicus), Kambing Hutan (Naemorhedus sumatraensis), Elang Wallacea (Spizateu nanus), bunga terbesar dan tertinggi di dunia, yaitu Raflesia gadutnensis dan Amorphaphalus baccari serta Amorphophalus gigas. KHBT masih mampu menyimpan populasi minimum yang mampu bertahan hidup sebanyak 400 – 600 individu, masing-masing populasi di KHBT bagian Barat sebanyak 250 individu dan KHBT bagian Timur (Sarula/Selindung) sebanyak 150 individu (Perbatakusuma, et al., 2011).
Hubungan (interaksi) antara masyarakat setempat dengan Hutan batang Toru didemontrasikan dengan bukti pada tahun 2003 saja, diperkirakan jumlah
18

penduduk yang berdomisili di sekitar kawasan hutan Batang Toru mencapai 38.622 jiwa atau 10.316 kapala keluarga, yang masuk ke dalam 53 desa pada 10 kecamatan di tiga kabupaten. 21 desa masuk ke Kabupaten Tapanuli Selatan, 28 desa masuk ke Kabupaten Tapanuli Utara dan yang berada di Kabupaten Tapanuli Tengah sebanyak 4 desa. Diperkirakan interaksi hutan dengan masyarakat telah terjadi sejak awal abad ke-19, hutan Batang Toru telah dimanfaatkan oleh penduduk di sekitarnya untuk menyokong penghidupan mereka, seperti: agroforestri (kebun campur) yang berbasis pada komoditas kemenyan, kopi dan karet. Intensitas pemanfaatan lahan sangat beragam mulai dari sawah, kebun campur dan hutan kemasyarakatan. Di beberapa lokasi, dirasakan masih cukup kuat sistem kepemilikan secara adat. Ditambahkan oleh Budidarsono (2006), bahwa 90% penduduk di sekitar kawasan hutan Batang Toru telah mengembangkan berbagai bentuk sistim pertanian berbasis pohon yang secara dinamis menyesuaikan kondisi kelerengan yang curam dengan tanah relatif kurang subur (Perbatakusuma, et al., 2011).
Penggunaan Lahan Penggunaan lahan secara umum didefinisikan sebagai penggolongan
penggunaan lahan yang dilakukan secara umum seperti pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput, kehutanan, atau daerah rekreasi. Sedangkan penutupan lahan merupakan perwujudan fisik objek-objek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap objek-objek tersebut. (Lillesand dan Kiefer, 1990).
Menurut Vink (1975) dalam Gandasasmita (2001) penggunaan lahan merupakan setiap bentuk campur tangan manusia terhadap sumber daya lahan
19

dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual. Campur tangan manusia ini sangat jelas terutama dalam memanipulasi kondisi ataupun proses ekologi yang berlangsung pada suatu areal.
Dalam penggunaan lahan ini manusia berperan sebagai pengatur ekosistem, yaitu dengan menyingkirkan komponen-komponen yang dianggap tidak berguna ataupun dengan mengembangkan komponen yang diperkirakan akan menunjang penggunaan lahannya. Misalnya diubahnya areal hutan yang heterogen menjadi lahan perkebunan yang homogen karena budidaya perkebunan lebih menguntungkan daripada hutan. Demikian juga dengan pengalihfungsian lahan rawa menjadi lahan tambang, lahan terbuka menjadi perkebunan dan sebagainya (Mather, 1986 dalam Rosnila, 2004).
Penggunaan lahan dikelompokkan ke dalam dua bentuk yaitu: (1) penggunaan lahan pertanian yang dibedakan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditas yang diusahakan, dimanfaatkan atau atas jenis tumbuhan atau tanaman yang terdapat di atas lahan tersebut, seperti tegalan, sawah, kebun, padang rumput, hutan dan sebagainya; (2) penggunaan lahan non pertanian seperti penggunaan lahan pemukiman kota atau desa, industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya. Sebagai wujud kegiatan manusia, maka di lapangan sering dijumpai penggunaan lahan baik bersifat tunggal (satu penggunaan) maupun kombinasi dari dua atau lebih penggunaan lahan (Arsyad, 2010).
Perubahan Penggunaan Lahan Perubahan penggunaan lahan sebagai suatu proses yaitu perubahan dari
penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lahan\lainnya yang dapat bersifat permanen maupun sementara, dan merupakan bentuk konsekuensi logis adanya
20

pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang. Apabila penggunaan lahan untuk sawah berubah menjadi pemukiman atau industri maka perubahan penggunaan lahan ini bersifat permanen dan tidak dapat kembali (irreversible) tetapi jika beralih guna menjadi perkebunan biasanya bersifat sementara (Winoto et al., 1996).
Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Sebagai contoh meningkatnya kebutuhan akan ruang tempat hidup, transportasi dan tempat rekreasi akan mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan (Rosnila, 2004).
Perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian bukanlah sematamata fenomena fisik berkurangnya luasan lahan, melainkan merupakan fenomena dinamis yang menyangkut aspek-aspek kehidupan manusia, karena secara agregat berkaitan erat dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial budaya dan politik masyarakat. Perubahan penggunaan lahan pertanian berkaitan erat dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Konversi lahan erat kaitannya dengan kepadatan penduduk yang semakin
meningkat. Rusli (1995) mengungkapkan bahwa dengan meningkatnya jumlah penduduk, rasio antara manusia dan lahan menjadi semakin besar, sekalipun pemanfaatan setiap jengkal lahan sangat dipengaruhi taraf perkembangan kebudayaan suatu masyarakat. Pertumbuhan penduduk menyebabkan makin mengecilnya persediaan lahan rata-rata per orang.
21

Perubahan penggunaan lahan juga dipengaruhi ekonomi. Faktor kelayakan ekonomi yaitu seluruh persyaratan yang diperlukan untuk pengelolaan suatu penggunaan lahan. Pengelola lahan tidak akan memanfaatkan lahannya kecuali bila penggunaan tersebut, termasuk dalam hal ini teknologi yang diterapkan, telah diperhitungkan akan memberikan suatu keuntungan atau hasil yang lebih besar dari biaya modalnya (Barlowe, 1986).
Kelayakan ekonomi ini bersifat dinamis, tergantung dari harga dan permintaan terhadap penggunaan lahan tersebut atau hasilnya. Penerapan teknologi baru ataupun meningkatnya permintaan mungkin menyebabkan suatu penggunaanlahan yang tadinya tidakmemiliki nilai ekonomis berubah menjadi layak secara ekonomis (Saefulhakim, 1999).
Penggunaan lahan yang dijumpai di suatu wilayah adalah penggunaan lahan yang tidak bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, sosial budaya, kebiasaan, tradisi, ataupun kepercayaan yang dianut oleh masyarakat setempat. Faktor-faktor kelembagaan yang mempengaruhi pola penggunaan lahan adalah faktor-faktor yang terkait dengan sosial budaya dan aturan-aturan dari masyarakat, termasuk dalam hal ini aturan atau perundangan dari pemerintah setempat (Barlowe, 1986).
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPLH) dan kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (PKHP), data dan informasi dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka panjang termasuk analisis faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan meliputi aspek ekologi,
22

ekonomi dan sosial budaya, yang antara lain diperoleh dari data informasi hasil inventarisasi hutan dan penataan hutannya, serta sumber lainnya. a. Data dan informasi aspek ekologi, antara lain:
- Kondisi fisik wilayah yang meliputi jenis tanah, iklim, ketinggian, geomorfologi, kelerengan, penutupan vegetasi dan lain-lain;
- Kondisi hutan yang meliputi jenis dan volume tegakan hutan, sebaran vegetasi, flora dan fauna, potensi non kayu dan lainlain;
- Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) b. Data dan informasi aspek ekonomi, antara lain:
- Aksesibilitas wilayah KPHL dan KPHP; - Potensi pendukung ekonomi sekitar wilayah KPHL dan KPHP meliputi
industri kehutanan sekitar wilayah, peluang ekonomi yang bisa dikembangkan, keberadaan lembaga-lembaga ekonomi pendukung kawasan dan lain-lain; - Batas administrasi pemerintahan; - Nilai tegakan hutan baik kayu maupun non kayu termasuk karbon dan jasa lingkungan; c. Data dan informasi aspek sosial, antara lain: - Perkembangan demografi sekitar kawasan; - Pola-pola hubungan sosial masyarakat dengan hutan; - Keberadaan kelembagaan masyarakat; - Pola penguasaan lahan oleh masyarakat di dalam dan sekitar kawasan
23

Kerusakan Hutan Rusaknya hutan telah berdampak pada semakin menurunnya kualitas
lingkungan dan keseimbangan alam. Hutan Indonesia merupakan paru-paru dunia yang dapat menyerap karbondioksida dan menyediakan oksigen bagi kehidupan permukaan bumi. Hutan juga berfungsi sebagai penyimpan air tanah. Untuk itu, bencana kekeringan, banjir dan tanah longsor memiliki kaitan positif dengan fenomena kerusakan hutan (BAPLAN, 2005).
Penebangan hutan telah terjadi secara besar-besaran sejak akhir tahun 1960-an yang dikenal dengan istilah “banjir-kap”. Istilah ini merujuk pada situasi dimana orang melakukan penebangan kayu, sekarang dikenal dengan pembalakan secara manual. Fenomena ini terus berjalan pada tahun 1970-an dan sesudahnya. Pada decade 1990-an fenomena ini semakin kuat setelah dibukanya ijin-ijin pengusahaan hutan dalam bentuk konsesi Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI) dengan pola tebang habis.dalam fase berikutnya, pembalakan berkembang kearah konversi hutan untuk perkebunan skala besar dan kawasan pemukiman (Hariyadi, 2006).
Masalah paling mendesak yang menuntut perhatian utama dalam pelestarian dan perlindungan Kawasan Hutan Batang Toru adalah menangkal pengaruh-pengaruh yang mengarah pada kepunahan dan hilangnya keanekaragaman biologis dan habitat alamiah serta hilangnya pemeliharaan terhadap proses-proses jasa-jasa lingkungan dari Hutan Batang Toru, seperti pembunuhan fauna flora berlebihan, kehancuran dan terpecahnya habitat alami, pencemaran, masuknya jenis-jenis asing dan kepunahan sekunder sebagai akibat adanya kepunahan jenis asli. Dan ancaman kepunahan ini sebagian besar sangat
24

dipengaruhi oleh kegiatan perekonomian di kawasan budidaya. Karena pada kenyataannya, diperkirakan, hampir sebagian besar kawasan Batang Toru atau sekitar 90 – 10% bersinggungan langsung dengan kawasan budidaya, seperti pertanian campuran, pertanian sawah, Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu, pertambangan, instalasi pembangkit tenaga listrik dan perkebunan besar swasta. Kawasan ini dapat dikenal sebagai Daerah Interaksi Hutan – Masyarakat (forestpeople interaction zone).
Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan teknologi informasi spasial
yang menghasilkan data digital yang dapat memberikan informasi mengenai karakteristik dari suatu wilayah, serta mengilustrasikan potensi kerusakan lahan yang dapat digunakan sebagai penunjang dalam pengelolaan sumber daya lahan secara berkelanjutan. Kebutuhan informasi yang cepat, tepat dan layak sangat dibutuhkan untuk pengambilan keputusan, termasuk diantaranya informasi spasial (Wiroseodarmo, 2007).
Kelebihan dari Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah mampu mengolah secara bersamaan informasi spasial dengan cepat dan tepat, walaupun input peta analog yang digunakan mempunyai tingkat ketelitian/skala yang berbeda. Hal ini dimungkinkan karena SIG mampu memproyeksikan data spasial tersebut menjadi satu sistem proyeksi yang sama. Selain itu SIG menggabungkan data dengan format yang berbeda, misalnya format raster dari klasifikasi data satelit dengan vektor dari proses digitasi (Prasetyo, 2004).
Yulita (2011) menganalisis perubahan penggunaan lahan di kabupaten Bangka Tengah hasilnya yaitu luas penggunaan lahan perkebunan tahun 2000,
25

2004 dan 2010 berturut-turut adalah sebesar 93,59 Ha, 120,04 Ha dan 132,04 Ha atau masing-masing mencapai 41,4%, 53,1% dan 58,4% dari luas wilayah Kabupaten Bangka Tengah. Luas lahan perkebunan di kabupaten ini cenderung mengalami kenaikan dalam rentang waktu sepuluh tahun dengan konversi sekitar 6.612,50 Ha per tahun periode tahun 2000-2004 dan pada periode 2004-2010 ratarata meningkat sekitar 2.000 Ha per tahun. Rata-rata konversi penggunaan lahan perkebunan tahun 2000- 2010 di Kabupaten Bangka Tengah adalah sekitar 3.850 Ha per tahun. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap bertambah luasnya pemukiman adalah proporsi pemukiman, proporsi perkebunan dan Indeks Perkembangan Desa (IPD). Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan luas pemukiman cenderung terjadi pada wilayah relatif berkembang yang ditunjukkan dengan tingginya Indeks Perkembangan Desa (IPD) wilayah tersebut dan memiliki jumlah pend

Dokumen yang terkait

Studi Tumbuhan Anggrek Di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara

11 132 149

Inventarisasi Dan Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

9 114 109

Inventarisasi Dan Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 2 13

Inventarisasi Dan Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 1 2

Inventarisasi Dan Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 3

Inventarisasi Dan Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 11

Inventarisasi Dan Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 2

Inventarisasi Dan Pemanfaatan Rotan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan(Studi Kasus: Hutan Batang Toru Blok Barat Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 25

Perubahan Penutupan Hutan di Sekitar Blok Barat Hutan Batang Toru Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.

0 0 9

PERUBAHAN PENUTUPAN HUTAN DI SEKITAR BLOK BARAT HUTAN BATANG TORU WILAYAH KABUPATEN TAPANULI TENGAH DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

0 0 13