Prosiding Seminar‎ Nasional Perikanan dan Kelautan. FPIK Universitas Riau

i

“Bringing the Better Science for Better Fisheries and the Better Future”
Editor:
Irwandy Syofyan
T. Ersti Yulika Sari
Polaris Nasution
Pani Meinaldi
Rahmaidi Azani

Hak Cipta © dilindungi Undang-Undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Irwandy Syofyan
PROSIDING : “Bringing the Better Science for Better Fisheries and the Better Future”.
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan, Pekanbaru 26-27 Oktober 2011.
Irwandy Syofyan,--Pekanbaru : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, 2011.
495 + xviii hlm ; 21,5 cm.
ISBN : ISBN : 978-979-792-286-3
I. Judul

Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan


FAPERIKA UR 2011

ii

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbil alamin. Maha besar Ya Allah.
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan ini dilaksanakan dengan maksud untuk
mengumpulkan temuan-temuan dan inovasi baru di bidang perikanan dan kelautan. Peserta
yang datang berasal dari ketiga bagian wilayah Republik Indonesia, Timur, Tengah dan Barat.
Setelah dilakukan pemaparan dari para peserta, sudah selayaknyalah hasil pemikiran
yang cemerlang tersebut dituangkan kedalam bentuk sebuah buku/prosiding. Prosiding ini
dibagi kedalam empat tema besar yaitu ;
A. Penelitian dan Pengembangan Bidang Perikanan dan Kelautan Sebagai Sumber IPTEK
Dalam Pengelolaan Dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
B. Sektor Perikanan dan Kelautan Sebagai Sumber Perekonomian Ketahanan Pangan dan
Pengentasan Kemiskinan.
C. Pembangunan Sektor Perikanan dan Kelautan untuk Energi Terbarukan dan
Keseimbangan Ekosistem Berkelanjutan.
D. Pengelolaan Ekosistem Perairan dalam Mengantisipasi Pemanasan Global.

Harapan panitia, semoga kumpulan hasil pemikiran yang cemerlang ini dapat
menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya untuk bidang perikanan dan kelautan.
Ucapan terima kasih tidak lupa disampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan saran sehingga kegiatan ini dapat terlaksana dengan sukses.

Pekanbaru, Oktober 2011
Tim Editor

Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan

FAPERIKA UR 2011

iii

DAFTAR ISI
Isi

hal

Kata Pengantar


i

Daftar Isi

ii

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.
14.

15.

16.

Fish Behaviour Utilization On Capture Process Of “Jaringperangkappasif” (Set
Net, Teichiami) In Mallasoro Bay, Jeneponto Regency
M. Abduh Ibnu Hajar, S.Pi., MP., PhD

Studi Pertumbuhan Dan Tingkat Kelangsungan Hidup Karang Gonioporastokesii
(Blainville, 1830) Menggunakan Teknologi Biorock.
Abdul Haris*), Sharifuddin Bin Andy Omar*),Dan Dedy Kurniawan*)
Penentuan Umur Ikan Sidat Kembang (Anguilla Marmorata) Dengan
Menggunakan Lingkaran Pertumbuhan Tahunan Dari Otolith
Achmar mallawa, dan Faisal Amir
Kandungan Logam Pb Dan Zn Pada Ikan Gulama (Sciaena Russelli) Dari Perairan
Selat Lalang Provinsi Riau
Bintal Amin dan Firdaus
Pengaruh Jumlah Lampu Berbeda Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Apung
Waktu Dini Di Perairan Desa Naras I Padang Pariaman Sumatera Barat
Bustari dan Pareng Rengi
Kesadartahuan Kompetensi Ipteks Menuju Literasi Kelautan Bagi Siswa Sekolah
Dasar
Esther Sanda Manapa
Tinjauan kapal perikanan Di merbau kabupaten kepulauan meranti
Syaifuddin, polaris dan jonny zain
Aspek Biologi Reproduksi Ikan Manggabai Glossogobius Gluires Di Danau
Limboto, Propinsi Gorontalo
Farida G. Sitepu

Reproductive Studies Of Common Ponyfish (Leiognathus Equulus, Forsskål
1775) At Tempe Lake, Wajo Regency, South Sulawesi Province
Joeharnani Tresnati
Mapping And Distribution Of Fish Herbivore In Spermonde Islands, South
Sulawesi
M.Natsir Nessa 1) Ahmad Faizal 1,2), Jamaluddin Jompa 1), Dan Chair Rani 1
Characteristics Of Mackerel (Rastrelliger Spp) Fishing Ground In Jeneponto
Coastal Waters, South Sulawesi
Muktizainuddin
Rancang Bangun Jaring Insang Ikan Terbang Di Perairan Kabupaten Takalar
Sulawesi Selatan
Najamuddin 1), Mahfud Palo2) dan Ahmad Affandy3).
Pemanfaatan Komponen Bioaktif Teripang Dalam Bidang Kesehatan
Rahman Karnila
Komposisi Biokimiawi Telur Ikan Baung (Mystus Nemurus Cv) Sebagai Dasar
Untuk Pengkayaan Pakan Induk
Dr.Ir. Netti Aryani, Ms
Study On Gillnetter Stability Of Flying Fish
In Takalar Regency
St.Aisyah Farhum1), Ilham Jaya1) Dan Herliyani2)

Effect Of Microbe Bacillus Sp. And Carnobacterium Sp. As Feed Additive On
The Metabolicrate Energy Balance And Blood Glucose Content Inthe Omnivores
Phase Giant Gouramy, Osphronemus Gouramy Lac

Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan

2

11

20

24

34

44
54

59


69

78

85

90
100

115

122

FAPERIKA UR 2011

iv

17.


18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.


28.
29.

30.
31.

32.
33.

34.

35.

Siti Aslamyah
Teknologi Penentuan Sistem Transmisi Tenaga
Pada Kapal Nelayan Tradisional Di Kepulauan Bengkalis
Polaris Nasution, Irwanto, Saipul Bakri, Muhammad Eri, Rohani Dan Abdul
Munab
Penggunaan Pola Lingkaran Pertumbuhan Pada Otolith Untuk
Mengkaji Sejarah Kehidupan (Life History) Ikan Di Perairan Sungai Siak Dan

Kampar Provinsi Riau
Windarti, Ari Nardani, Fajar Kesuma
Pemetaan Kedalaman (Bathymetri) Perairan Tanjung Kedabu, Kabupaten
Kepulauan Meranti Propinsi Riau
Irwandy Syofyan
Pemanfaatan Fasilitas Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga (PPN Sibolga)
Propinsi Sumatera Utara
Jonny Zain 1, Syaifuddin1, Sri Wahyuningsih
The Concetration Of Heavy Metal Cd In Marine Water, Sediment And Green
Mussel Around Marine Estuarine Of Makassar
Liestiaty Fachruddinand Musbir
Peran Perguruan Tinggi Dalam Mengakselerasi Pembangunan Kelautan Dan
Perikanan Dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Dan Nelayan
Mulyono S.Baskoro*) Dan Thomas Nugroho
Motivation Level Fishermen duano To fishing enterprise tanjung pasir village Of
riau province.
Nur Affnia1), Kusai2) And Lamunbathara
Studi Potensi Pengembangan Budidaya Laut Di Desa Limbung Kecamatan
Lingga Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau
Rusliadi
Pengaruh Migrasi Musiman Wanita Nelayan Terhadap Pendapatan Rumah
Tangga Dan Pendidikan Anak
Sutinah Made*), A. Adri Arief*), Muh. Saeful
Laju tangkapan dan kelayakan bisnis perikanan muroami desa pulau balai
kecamatan pulau banyak Kabupaten aceh singkil provinsi aceh
Arthur brown, parengrengi dan indra wahyudi
Karakteristik mutu dan penerimaan konsumen terhadap bekasem ikan patin
(pangasius hypopthalamus)yang dibuat dengan kadar karbohidrat dan garam
berbeda
Bustari Hasan1), Edison2), Syahrul3), Erikson4) Dan Jelly Fariaz
Penghasilan Dan Penilain Kualiti Salutan Nuget
Desmelati1 , Sumarto1& Mohd Khan A
Aplikasi Analisis Kapasitas Kelembagaan Dalam Pengembangan Perikanan
Tangkap Di Provinsi Riau
T. Ersti Yulika Sari
Konsep Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Ir. M. Ramli, MP.
Analisis Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Wisata Bahari Di Kabupaten
Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat
Ahmad Bahar dan Rahmadi Tambaru
Telaah Aspek Reproduksi Ikan Bujuk (Channa Lucius Cv) Untuk Domestikasi
Azrita1), Dahelmi 1), Hafrijal Syandri2), Estu Nugroho 3) Dan Syaifullah1
Struktur Populasi Benih sidat tropis (Anguilla Spp.) Yang rekrut ke perairan
malunda, Sulawesi Barat
Budimawan dan Faisal Amir
Karakteristik Populasi Dan Habitat Pemijahan Ikan Bilih (Mystacoleucus
Padangensis Blkr) Endemik Di Danau Singkarak, Sumatera Barat
Prof.Dr.Ir. Hafrijal Syandri, Ms 1); Dr. Ir. Netti Aryani, Ms2) dan Azrita,
S.Pi, M.Si
Processing Of Pond Culture Fish Based On Ratio Omega 6 And Omega 3 Fatty
Acid
Mirna Ilza, Fikriah Rasyad, Krisman Alberto Ginting

Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan

131

144

158

167

173

183

188

200

205

218

224

233
242

249
259

267
276

283

288

295
FAPERIKA UR 2011

v

36.
37.
38.

39.
40.

41.

42.
43.

44.

45.

46.

47.

48.
49.

50.
51.

52.

53.

54.

Konsep Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Masyarakat
Mulyono S. Baskorodan Ronny I Wahju
Analysis Study Of Pelabuhan Ratu Bay For Floating Net Cage Culture Area 1)
Prama Hartami2), Hefni Effendi3), Sigid Hariyadi
Improving The Physical Quality Of Inceptisols Pond Bottom Soil By Mixing It With
Ultisols And Vertisols For Red Tilapia (Oreochromis Sp.) Cultivation
Saberina Hasibuanad, Bambang Djadmo Kertonegorob, Kamiso Handoyo Nitimulyoc,
Eko Hanudin
Perilaku Polutan Hidrokarbon Minyak Di Perairan Selat Rupat Riau
Syahril Nedi
Species Of Seaweeds In The Badas Island Coastal Waters, Lingga District,
Lingga Regency, Kepulauan Riau Province
Yuliati2) , Syafril Nurdin2), Dina Fitrianti
Kualitas Perairan Dan Struktur Komunitas Plankton Perairan Tanjung Buton
Kabupaten Siak Provinsi Riau
Adnan Kasry dan Sondang Purba
Diversitas Komunitas Fitoplankton Di Teluk Ambon Dalam
Sara Haumahu
Kajian pola penerimaan anak balita terhadap Produk makanan jajanan berbahan
baku konsentrat protein Ikan patin (pangasius hypothalmus) di kabupaten
Kampar, Riau
Dewita Bukhari dan Syahrul
The Accuracy Test Of Several Image's Classification Methods Using Alos Avnir
Ii Image
Ahmad Faizal,
The Relationship Between Oceanographic Conditions And Composition And
Density Of Marine Sponge In Spermonde Islands
Muh. Farid Samawi, Chair Rani dan Ramli
Predicting Erosion And Accretion Of An Sand Beach, Tanjungbira, South
Sulawesi
Mahatma Lanuru
The Potential Sinkingof Small Islandsin The Northof Sumatraaffected By
Climatechange
Noir P. Poerba1, M. Ridha S.2, Syawaludin H
Sediment Composition As Vertical In Dumai Coastal Waters
Nunung Fidiatur R1), Rifardi2) And Edward Rufli2
Penentuan Parameter Paling Dominan Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan
Populasi Fitoplankton Pada Musim Hujan Di Perairan Pesisir Maros Sulawesi
Selatan
Rahmadi Tambaru1, Enan M. Adiwilaga2, Ismudi Muchsin dan Ario Damar
Oseanogrfai Laut Aru
Simon Tubalawony
Bioabsorption Heavy Metal Of Kadmium (Cd) In Waste Water Of Petroleum
With Kiambang (Eichornia Grasipes)
Syafriadiman
Vertical Contentan Alysiscrude Oil At The Core Of Sediment In Dumai Coastal
Waters
Syahminan1, Rifardi2, And Edward Rufli
Kualitas Perairan Sungai Kerinci Kabupaten Pelalawan Berdasarkan Indikator
Makrozoobenthos
Nur El Fajri, T. Efrizal Dan Eldika Prima Septiana
Pengaruh Tumpahan Minyak Mentah (Crude Oil) Terhadap Komunitas
Makrozoobentos Di Muara Karangsong Kabupaten Indramayu.
Zahidah1), B. Koswara1) dan G.P.S.Ndraha

Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan

302
320

331
346

359

370
387

396

407

414

422

428
434

443
450

466

472

480

489

FAPERIKA UR 2011

188

PERAN PERGURUANTINGGI DALAM MENGAKSELERASI
PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DANMENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PESISIR DAN NELAYAN
Oleh
Mulyono S Baskoro1) dan Thomas Nugroho2)
1,2: Staf pengajar pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
IPB Bogor

I. PENDAHULUAN
Aktualisasi peran Perguruan Tinggi terutama pada aspek tridharma yakni pengajaran, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam proses
pembangunan dan mempengaruhi perubahan-perubahan dalam masyarakat. Peran dan fungsi
perguruan tinggi dapat diwujudkan melalui upaya membangun terjadinya proses pembelajaran
dalam masyarakat untuk mendorong terciptanya transformasi sosial.
Hingga kini, kiranya masih ada jarak antara perguruan tinggi dengan basis-basis perubahan
masyarakat yang ada. Tidaklah berlebihan sekiranya perguruan tinggi diharapkan dapat
berperan lebih progresif dalam mempengaruhi perubahan masyarakat secara lebih sistematis
dan berdampak luas di masa-masa mendatang. Untuk itu kedekatan Perguruan Tinggi dan
masyarakat harus diusahakan melalui program kemitraan antara pemerintah serta kelompokkelompok masyarakat dengan Perguruan Tinggi.
Langkah-langkah operasional yang dapat diupayakan oleh Perguruan Tinggi dalam merespon
permasalahan bangsa antara lain, seperti :






Mengembangkan model pembangunan yang benar-benar berbasis pada keilmuan dan
sumberdaya local (resources base).
Membangun basis-basis pengembangan keilmuan yang benar-benar relevan bagi kebutuhan
masyarakat dalam rangka merespon perubahan global yang sangat dinamis.
Mengembangkan pusat-pusat pengembangan masyarakat, dengan memanfaatkan
sumberdaya lokal yang ada.
Membantu pengembangan kebijakan strategis terhadap legislatif dan eksekutif serta
mengontrol implementasi kebijakan-kebijakan tersebut.
Menyebarluaskan (dissemination) berbagai informasi hasil penelitian yang dapat diterapkan
oleh masyarakat melalui berbagai cara (public education) agar kelompok-kelompok
masyarakat mempunyai kemampuan adaptif memperkuat proses otonomi daerah.

Fakta yang menjadi pertimbangan perlunya peran perguruan tinggi dalam pembangunan
kelautan dan perikanan adalah ketidakberdayaan masyarakat pesisir dan nelayan dan
keterbatasan jumlah SDM institusi pemerintah bidang kelautan dan perikanan di daerah.
Ketidakberdayaan masyarakat pesisir dan nelayan antara lain disebabkan oleh adanya kegagalan
pasar yang cirikan oleh kegagalan dalam kompetisi, keterbatasan sumberdaya yang dimiliki,
pasar yang tidak sempurna, kegagalan informasi, permasalahan makro ekonomi yang kurang
mendukung, dan kemiskinan dan ketidakmerataan pembangunan.
Keterbatasan jumlah SDM pada institusi pemerintah dibidang kelautan sangat terkait dengan
otonomi daerah. Otonomi daerah menuntut perlunya dukungan jumlah SDM dibidang kelautan
dan perikanan yang memadai. Oleh karena itu perguruan tinggidiharapkan menjadi patner
institusi pemerintah dan swasta di daerah baik dalam konsep, aktifitasmaupun dalam
menjembatani kepentingan masyarakat pesisir dan nelayan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka peran perguruan tinggiseyogyanya diarahkan pada 3
kegiatan utama yaitu (i) memberikan masukan kepada pemerintah tentang perumusan kebijakan
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan

FAPERIKA UR 2011

189

kelautan dan perikanan yang mampu memberdayakan masyarakat pesisir dan nelayan; (ii)
melakukan riset untuk menghasilkan rekayasa teknik maupunkelembagaan yang dapat
mendukung pengembangan bisnis yangmemberdayakan masyarakat pesisir dan nelayan; (iii)
melakukan pembinaan kepada masyarakat pesisir dan nelayan secara langsung maupun
secaratidak langsung.
II. POTENSI SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN
Paling tidak ada 4 hal penting yang dapat menjelaskan mengapa sektor kelautan dan perikanan
menjadi sector yang amat strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia dewasa ini.
Pertama, sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai luas wilayah perairan laut 5,8 juta
km2 yang kaya akan sumberdaya hayati baik ikan maupun non ikan. Potensi lestari sumberdaya
ikan diperkirakan 6,408 juta ton per tahun terdiri dari pelagis besar 1,165 juta ton; pelagis kecil
3,605 juta ton; demersal 1,365 juta ton; karang konsumsi 0,145 juta ton; dan udang, lobster
serta cumi-cumi 0,128 juta ton (DKP, 2003). Potensi ikan tersebut tersebar di 9 wilayah
pengelolaan yaitu Selat Malaka (0,276 juta ton); Laut Cina Selatan (1,057 juta ton); Laut Jawa
(0,797 juta ton); Selat Makasar dan Laut Flores (0,930 juta ton); Laut Banda (0,278 juta ton);
Laut Seram dan Teluk Tomini (0,591 juta ton); Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik (0,633 juta
ton); Laut Arafura (0,772 juta ton); dan Samudera Hindia (1,077 juta ton).
Kedua, tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan secara nasional masih relatif rendah yakni sebesar
63,49% dari potensi lestari atau sekitar 4,069 juta ton. Mengingat jumlah tangkapan yang
diperbolehkan (JTB) adalah 80% dari potensi lestari atau sekitar 5,350 juta ton per tahun,
berarti Indonesia masih dapat meningkatkan produksi ikan sekitar 1,281 juta ton per tahun atau
16,51% dari potensi lestari.
Ketiga, kontribusi sektor perikanan terhadap total pendapatan (PDB) nasional pada tahun 2002
mencapai 2,43% atau Rp 40,30 trilyun. Jumlah tersebut meningkat menjadi 2,46% atau Rp
59,63 trilyun pada tahun 2005. Selama periode tahun 2002-2005 kontribusi sektor perikanan
meningkat rata-rata 2,49% dari total PDB nasional (BPS, 2006). Yang cukup mengejutkan,
pada tahun 2000 kontribusi sektor perikanan terhadap total PDB nasional sudah diatas sektor
kehutanan dan sejak tahun 2004 kontribusinya telah melampaui sektor perkebunan.
Keempat, nilai ekspor hasil laut terhadap total nilai ekspor sektor pertanian pada tahun 2005
mencapai 29,40% atau US$ 846,9 juta untuk komoditi udang dan 16,68% atau US$ 480,5 untuk
komoditi ikan. Baik komoditi udang maupun ikan nilai ekspornya mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya yakni sebesar 2,78% dan 2,08%. Khusus komoditi udang, kenaikan nilai
ekspor pada tahun 2005 disebabkan adanya kenaikan permintaan dari negara tujuan utama
diantaranya AS 11,52% dengan nilai US$ 263,3 juta; Belgia 13,13% dengan nilai US$ 54,3
juta; Inggris 18,41% dengan nilai US$ 27,7 juta; dan Hongkong 19,37% dengan nilai US$ 22,8
juta. Sedangkan negara tujuan utama lainnya seperti Jepang turun 5,39% dengan nilai US$
365,3 (BPS 2006).
Selama periode 10 tahun terakhir (1995-2005) kontribusi (share) nilai ekspor hasil laut terhadap
total nilai ekspor sektor pertanian mencapai rata-rata 33,42% atau US$ 938,53 juta untuk
komoditi udang dan 14,02% atau US$ 390,77 juta untuk komoditi ikan. Dalam periode yang
sama, kontribusi (share) ekspor komoditi udang terhadap total ekspor sektor pertanian
cenderung menurun rata-rata 1,20%. Sedangkan untuk komoditi ikan yang terjadi sebaliknya
yakni mengalami peningkatan rata-rata 4,40%.
Empat fakta diatas setidaknya menunjukkan bahwa sektor perikanan berpotensi memberikan
kontribusi yang besar bagi perekonomian nasional. Meski pembangunan sektor perikanan
belakangan ini menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan namun sektor ini masih
berpeluang ditingkatkan perkembangannya sehingga diharapkan dapat menjadi solusi bagi masa
depan pembangunan bangsa diantaraya memacu pertumbuhan ekonomi, mengatasi kemiskinan
dan pengangguran.
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan

FAPERIKA UR 2011

190

III. TANTANGAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pembangunan perikanan saat ini dan masa mendatang membutuhkan SDM yang handal dan
profesional. SDM yang berkualitas akan mendukung terciptanya keberlanjutan usaha dan
peningkatan daya saing produk perikanan baik di dalam maupun di luar negeri. Apalagi di era
globalisasi saat ini, persaingan ekonomi akan semakin kompetitif. Oleh karena itu dukungan
SDM yang profesional sangat diperlukan. Profesionalisme sangat penting bukan hanya untuk
pengembangan dunia usaha dan industri perikanan di Indonesia tetapi juga memberikan
keunggulan dan daya saing bagi SDM itu sendiri karena SDM tersebut akan lebih dibutuhkan
dan dihargai, disamping secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan.
Untuk menciptakan SDM atau pelaku-pelaku pembangunan disektor perikanan yang berkualitas
dan profesional diperlukan sistem pendidikan yang baik dan memadai melalui penerapan dan
memasukkan konsep pembangunan perikanan ke dalam kurikulum pendidikan. Untuk
menunjang kegiatan tersebut perlu dibangun suatu hubungan yang erat (kerjasama) antara
perguruan tinggi, pemerintah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan dunia usaha/swasta.
Faktor penting yang patut mendapat perhatian serius untuk meningkatkan kualitas SDM dan
memacu pembangunan sektor perikanan adalah penguasaan ilmu, teknologi dan seni (Ipteks).
Peningkatan kualitas SDM sangat penting untuk mempercepat terjadi proses transformasi
Ipteks.
Transformasi Ipteks bagi masyarakat yang bekerja disektor perikanan sebaiknya
diarahkan pada mata rantai sistem bisnis/usaha perikanan. Transformasi Ipteks difokuskan
untuk meningkatkan efisiensi usaha dan kemandirian masyarakat melalui penguasaan,
pengembangan dan penerapan teknologi.
Sementara disisi lain Indonesia menghadapi situasi globalisasi dan liberalisasi perdagangan
yang dampaknya sangat serius bagi produk perikanan. Liberalisasi perdagangan memberikan
peluang (opportunities) melalui penurunan berbagai hambatan tarif dan non tarif; dan ancaman
(threat) berupa penghapusan subsidi dan proteksi. Sehingga proses liberalisasi akan
meningkatkan akses produk perikanan domestik ke pasar internasional sekaligus juga
meningkatkan akses produk perikanan asing ke pasar dalam negeri.
Konsekuensinya dimasa mendatang persaingan produk perikanan akan semakin ketat.
Perdagangan produk perikanan akan sangat ditentukan oleh berbagai kriteria dan isu perdagangan
internasional seperti ISO 9000 (kualitas), ISO 14000 (lingkungan), property right, responsible
fisheries, precautionary approach, HAM, ketenagakerjaan, dll. Disamping beberapa standar
internasional lain misalnya SPS (Sanitary & Phytosanitary) yang bersifat multidimensi
diantaranya mencakup keamanan pangan (Food Safety Attributes) dan kandungan gizi
(Nutrition Attributes). Dengan demikian standardisasi produk perikanan menjadi keharusan
untuk mencegah penolakan ekspor komoditas hasil laut oleh negara lain.
Untuk mencetak dan mempersiapkan SDM yang menguasai Ipteks bidang penangkapan ikan
diperlukan lembaga pendidikan bertaraf nasional dan internasional yang menawarkan program
dan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan perikanan dan
dilengkapi dengan berbagai sarana dan fasilitas penunjang yang memadai.
Ada tiga hal penting menyangkut kondisi SDM Indonesia yaitu Pertama adanya ketimpangan
antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja pada tahun 2005
sekitar 105,8 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 94,9 juta
orang dan ada sekitar 10,8 juta orang pengangguran terbuka (open unemployment). Angka
pengangguran terbuka tahun 2005 meningkat lebih dari 100% dibandingkan tahun 1998 yang
hanya sekitar 5,06 juta orang. Kedua, tingkat pendidikan tenaga kerja yang ada masih relatif
rendah. Struktur pendidikan tenaga kerja masih didominasi pendidikan dasar yaitu sekitar
50,42%, sementara tenaga kerja yang berpendidikan tinggi hanya sekitar 5,42%.
Ketiga, di samping masalah tingginya angka pengangguran, yang termasuk juga rawan adalah
pengangguran tenaga terdidik, yaitu angkatan kerja berpendidikan menengah ke atas dan tidak
bekerja. Menurut data yang terekam Ditjen Dikti, pada tahun 2000 lalu terdapat sekitar 300.000
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan

FAPERIKA UR 2011

191

orang sarjana mengganggur. Ketiga masalah tersebut di atas menunjukkan bahwa ada
kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di berbagai
sektor ekonomi.Fenomena ini patut diantisipasi sebab cakupannya berdimensi luas, khususnya
dalam kaitannya dengan strategi serta kebijakan perekonomian dan pendidikan nasional.
Orang tidak bekerja alias menganggur merupakan masalah bangsa yang tidak pernah selesai.
Ada tiga hambatan yang menjadi alasan kenapa orang tidak bekerja, yaitu hambatan kultural,
kurikulum sekolah dan pasar kerja. Hambatan kultural yang dimaksud adalah menyangkut
budaya dan etos kerja. Sementara yang menjadi masalah dari kurikulum adalah belum adanya
standar baku kurikulum pengajaran di sekolah maupun universitas yang mampu menciptakan
dan mengembangkan kemandirian SDM yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Sementara
hambatan pasar kerja disebabkan oleh dua hal yaitu;
(i) Rendahnya kualitas SDM untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja. Contoh yang dapat
menggambarkan adanya kesenjangan antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia
usaha di Indonesia diantaranya adalah;
Lulusan Perguruan Tinggi
-

-

-

Hanya memahami teori
Memiliki ketrampilan individu
Motivasi belajar hanya untuk lulus ujian
Hanya berorientasi pada pencapaian
tingkat atau nilai tertentu (pembatasan
target)
Orientasi belajar hanya pada mata kuliah
individual secara terpisah
Proses belajar bersifat pasif, hanya
menerima informasi dari dosen
Penggunaan teknologi (misal komputer)
terpisah dari proses belajar

-

-

-

-

Kebutuhan Bisnis dan Industri
Kemampuan
solusi
masalah
berdasarkan konsep ilmiah
Memiliki
ketrampilan
kelompok
(teamwork)
Mempelajari bagaimana belajar yang
efektif untuk solusi masalah bisnis dan
industri yang kompleks
Berorientasi pada peningkatan kinerja
terus menerus dengan tidak dibatasi
pada target tertentu. Setiap target
yang tercapai akan terus menerus
ditingkatkan (solusi kreatif dan
inovatif terhadap masalah yang
diciptakan)
Membutuhkan
pengetahuan
terintegrasi antardisplin ilmu untuk
solusi masalah bisnis dan industri
yang kompleks
Bekerja adalah suatu proses interaksi
dengan orang lain dan mengolah
informasi secara aktif untuk solusi
masalah bisnis dan industri yang
kompleks
Penggunaan teknologi merupakan
bagian dari proses belajar untuk solusi
masalah bisnis dan industri yang
kompleks

Sumber : Vincent Gaspersz, 2005

(ii) Fenomena meningkatnya jumlah angkatan kerja terdidik tidak diikuti oleh berkembang
sektor ekonomi formal. Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pasar kerja cenderung
didominasi oleh sektor informal dan subsisten yang tidak terlalu membutuhkan tenaga kerja
berpendidikan. Hal ini menimbulkan gejala supply induce di mana tenaga kerja terdidik yang
jumlahnya cukup besarmemberi tekanan kuat terhadap kesempatan kerja di sektor formal yang
jumlahnya relatif kecil, sehingga pendayagunaan tenaga kerja terdidik di pasar kerja tidak
optimal.

Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan

FAPERIKA UR 2011

192

IV. KONDISI SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
Salah satu sektor ekonomi yang masih memberikan harapan bagi penyerapan angkatan kerja
terdidik di Indonesia adalah sektor kelautan dan perikanan. Sebagaimana telah disingung diatas
bahwa tenaga kerja yang terserap disektor perikanan dapat dikelompokan menjadi dua.
Pertama, tenaga kerja yang masuk dalam kegiatan usaha/industri perikanan yakni produksi,
pengolahan dan pemasaran. Tenaga kerja yang terjun pada kegiatan produksi dibagi menjadi
dua macam yakni nelayan dan pembudidaya ikan. Sekitar 90% SDM perikanan yang terjun
pada kegiatan produksi, pengolahan dan pemasaran memiliki skala usaha kecil atau subsisten
serta berpendidikan rendah. SDM terdidik yang berasal dari SMK kejuruan dan perguruan
tinggi jarang yang terjun langsung pada kegiatan produksi, pengolahan dan pemasaran,
keberadaan mereka tersebar serta cenderung bekerja pada usaha perikanan tangkap dan
budidaya skala besar.
Nelayan dikategorikan sebagai tenaga kerja yang melakukan aktifitas produksinya dengan cara
berburu ikan di laut atau melaut. Umumnya mereka memiliki alat produksi utama seperti kapal,
pancing, jaring, bagan dll. Kegiatan produksi nelayan tergantung pada musim ikan dan hasil
produksinya merupakan jenis ikan segar ekonomis penting baik yang tergolong ikan demersal,
pelagis, crustacea dan komoditas perikanan laut lainnya. Pada tahun 2006, jumlah nelayan
Indonesia sekitar 4 juta orang atau sekitar 4,21% dari total tenaga kerja produktif. Kualitas
SDM nelayan masih sangat memprihatinkan karena sebagian besar atau tidak kurang dari 70%
berpendidikan rendah (tidak tamat SD dan tidak sekolah), 20% tamat sekolah dasar dan hanya
0,03% yang memiliki pendidikan sampai jenjang diploma dan sarjana (Rokhmin, 2003). Selain
nelayan ada pula tenaga kerja yang bekerja sebagai penangkap ikan (pelaut) pada kapal-kapal
asing dan dalam negeri. Jumlah tenaga kerja sebagai pelaut untuk kapal penangkap ikan tidak
besar hanya sekitar 30.645 (Kamaludin, 2002).
Pembudidaya ikan adalah tenaga kerja perikanan yang menyandarkan teknik produksinya pada
kegiatan budidaya. Jenis komoditas produksinya adalah jenis-jenis ikan budidaya ekonomis
penting seperti udang, bandeng, mas, gurami, ikan hias, rumput laut dan komoditi lainnya.
Pada tahun 2006, jumlah nelayan Indonesia sekitar 2,67 juta orang atau sekitar 2,81% dari total
tenaga kerja produktif.
Kedua, tenaga kerja pendukung yaitu yang bekerja pada lembaga penyedia jasa bagi
pembangunan perikanan seperti lembaga pemerintah, perbankan, konsultan, penelitian dan
pengembangan dll. Tenaga kerja pendukung ini kebanyakan diisi oleh lulusan yang
berpendidikan menengah atas, diploma dan sarjana.
Dilihat dari peranannya dalam pembangunan sektor perikanan, SDM perikanan dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar yaitu pertama, SDM yang berperan sebagai
pelaku utama pembangunan yang bekerja pada subsistem di sektor hulu, dunia usaha atau
industri dan subsistem disektor hilir.Kedua, tenaga kerja pendukung yaitu yang bekerja pada
lembaga penyedia jasa bagi pembangunan perikanan seperti lembaga pemerintah, perbankan,
konsultan, penelitian dan pengembangan dll.
Karakteristik suatu usaha perikanan yang berkaitan dengan tuntutan kualitas SDM adalah ;
pertama, produk akhir yang dihasilkan dari suatu bisnis perikanan merupakan hasil suatu
tahapan-tahapan produksi produk antara SDM yang berperan sebagai pendukung yaitu yang
bekerja pada lembaga penyedia jasa bagi pembangunan perikanan seperti lembaga pemerintah,
perbankan, konsultan, penelitian dan pengembangan dllyang berbasis pada proses produksi dan
produk biologis. Artinya, setiap SDM yang berada pada suatu kegiatan bisnis harus sadar betul
bahwa proses produksi dan produk yang ditanganinya adalah produk biologis yang sangat

Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan

FAPERIKA UR 2011

193

sensitif terhadap perubahan waktu dan iklim; dan bisnis perikanan tidak mungkin berhasil kalau
hanya menangani ini satu tahap proses produksi saja.
Kedua, antar tahapan proses produksi (dari hulu hilir) mempunyai ketergantungan yang sangat
tinggi, terutama dari segi mutu produk. Mutu produk akhir suatu agribisnis sangat ditentukan
oleh genetic make up bibit/benih yang dihasilkan oleh subsistem hulu (industri pembibitan).
Ketiga kinerja akhir suatu bisnis perikanan ditentukan oleh konvergensi berbagai aspek seperti
teknologi, sosial budaya dan kelembagaan, politik (kebijakan) dll, mulai dari subsistem hulu
sampai subsistem hilir dan penyedia jasa.
Karakteristik usaha perikanan menghendaki pengelolaan secara integrasi vertikal menuntut
kualitas SDM yang baik. Kinerja akhir dari suatu bisnis perikanan ditentukan oleh kerjasama
tim yang harmoni mulai dari hulu hilir. Hal ini berarti SDM yang bekerja pada level
manajemen paling bawah (bottom level management) tidak cukup hanya memiliki orientasi
pekerjaannya semata (on-the job oriented), tetapi juga harus memiliki wawasan tentang
pekerjaan yang lain; wawasan tentang institusi/perusahaan tempatnya bekerja (micro
behaviour) bahkan wawasan yang cukup tentang industri (macro behaviour) dan global
bihaviour.
Biasanya, perusahaan atau departemen teknis melaksanakan pelatihan on job bagi karyawannya
baik pada awal perekrutan maupun secara periodik dalam rangka promosi jabatan. Hal ini
sangat penting mengingat latar belakang pendidikan formal atau pengalaman yang beragam
tidak selalu match dengan kualifikasi SDM yang dibutuhkan sehingga diperlukan on the job
training untuk memperbaiki on the job skills. Namun demikian on the job training saja tidak
cukup untuk memenuhi kualifikasi SDM yang dibutuhkan oleh pasar. Untuk mengatasi
keterbatasan on the job training, dinegara yang sudah maju seperti Amerika Serikat
mengembangkan dan melaksanakan model cross training yaitu membina SDM dengan prinsip
how to do each other’s job melalui simulasi on the job cross training execise.
Pembinaan/pengembangan SDM perikanan tidak hanya sebatas penguasaan aspek
teknik/teknologi tetapi juga kemampuan bisnis, manajerial dan kemampuan berorganisasi
bisnis. Peningkatan kemampuan penyuluh perlu di tingkatkan baik melalui pendidikan formal
yang lebih tinggi maupun melalui kursus singkat (short course), studi banding ke negara maju
dll. Fungsi balai penyuluhan perikanan yang semula hanya berorientasi teknis dapat lebih
berfungsi sebagai klinik konsultasi bisnis.
V. KERJASAMA STAKEHOLDERS
Perkembangan ekonomi Indonesia pada dua dekade mendatang akan tetap didominasi oleh
hadirnya dan diterapkannya teknologi baru yang canggih dalam dunia usaha dan industri
termasuk disektor kelautan dan perikanan. Pengembangan ilmu dan teknologi yang dibutuhkan
oleh dunia usaha perlu direspon oleh lembaga pendidikan mulai tingkat menengah kejuruan
hingga perguruan tinggi.
Dalam kaitan ini interaksi dan kerjasama yang berjalan secara berkelanjutan antara perguruan
tinggi, pemerintah, dunia usaha dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) sangat penting
dilakukan untuk membantu pengembangan industri sektor kelautan dan perikanan agar dapat
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan
adanya interaksi dan dukungan pemerintah diharapkan dunia usaha disektor perikanan akan
menghasilkan produk-produk yang mampu bersaing di pasar regional dan global. Demikian
pula perguruan tinggi mampu menciptakan SDM yang handal yang memiliki kompetensi yang
dibutuhkan masyarakat dan dunia usaha.

Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan

FAPERIKA UR 2011

194

Gambar 1. Interaksi antara perguruan tinggi, pemerintah, swasta dan LSM untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

Adapun LSM berperan tidak hanya melakukan kontrol sosial dan membangun sikap kritis
masyarakat, tetapi juga melakukan fungsi sebagai fasilitator serta menjembatani kepentingan
pemerintah dalam menjalankan program-program pembangunan pada masyarakat. Tingginya
kesadaran dan partisipasi masyarakat secara swadaya merupakan kunci bagi pemerintah untuk
mencapaikeberberhasilan pembangunan.
Disinilah pentingnya bagi pemerintah untuk
melakukan upaya sinergi bersama guna memberdayakan masyarakat dalam proses
pembangunan.
Kerjasama yang terjalin antara perguruan tinggi, pemerintah, LSM dan dunia usaha seyogyanya
saling menguatkan serta meningkatkan pengertian dan kesadaran saling membutuhkan satu
sama lain. Perguruan tinggi yang kuat memungkinkan memberikan bantuan dan dukungan
yang lebih besar kepada kemajuan dan pengembangan industri dan potensi sumberdaya
perikanan, demikian pula sebaliknya. Masing-masing akan berusaha meningkatkan nilai
tambah sehingga secara keseluruhan akan diperoleh keuntungan bersama yang lebih besar.
Kerjasama industri disektor perikanan dan perguruan tinggi akan mendekatkan fungsi dan
orientasi perguruan tinggi kepada kebutuhan dan masalah konsumen produk dan jasa industri
perikanan. Maka relevansi pendidikan akan lebih nyata sehingga menumbuhkan motivasi,
memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan. Masyarakat pengguna jasa industri perlu
masuk dalam pertimbangan kerjasama industri dan perguruan tinggi. Perguruan tinggi dan
industri perlu bersama-sama meningkatkan kemampuan agar memahami dan menyerap
teknologi yang diperlukannya. Ini merupakan salah satu upaya untuk mengurangi dan
memperkecil kesenjangan antara angkatan kerja dan kesempatan kerja.
Hasil penelitian dan pengembangan (riset & development) di perguruan tinggi perlu
dikomunikasikan agar dapat diterapkan dalam pengembangan produk-produk industri
perikanan. Jika perlu, secara bersama-sama melakukan penelitian dan menciptakan pasar, serta
menyiapkan masyarakat pengguna produk akhirnya. Perguruan tinggi perlu berinteraksi secara
aktif dengan industri dan tidak menunggu datangnya industri kepada perguruan tinggi.
Kesepakatan untuk melaksanakan kerjasama antara dunia usaha dan perguruan tinggi dalam
penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan, maupun penyebarluasan informasi,
hendaknya dilandasi oleh kepentingan bersama. Untuk ini setidaknya perlu dikembangkan dua
hal; pertama forum diskusi kerjasama antara pelaku-pelaku industri perikanan dan perguruan
tinggi. Forum diskusi kerjasama dapat dikembangkan bentuk pelaku-pelaku industri perikanan
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan

FAPERIKA UR 2011

195

dan perguruan tinggi yang bekerjasama untuk melancarkan interaksi kerjasama, alam
komunikasi dan pemecahan masalah, serta perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan.
Dalam forum ini dapat dicari faktor pembentukan tenaga kerja terdidik dan terlatih.
Kedua, mencari pola magang dalam industri perikanan. Kesempatan melakukan magang dalam
industri perlu masuk dalam agenda kegiatan forum diskusi kerjasama antara perguruan tinggi
dengan pelaku industri perikanan. Interaksi dan keakraban hubungan staf perguruan tinggi dan
para pelaksana industri, patutnya menyalurkan berbagai pemikiran dan informasi mengenai
berbagai permasalahan yang perlu dipecahkan dalam kerjasama. Pemikiran dan informasi itu,
misalnya mengenai kerjasama penelitian dan pengembangan yang telah diutarakan terdahulu;
pemikiran lain, misalnya, tentang pendidikan, pelatihan dan magang tenaga kerja dalam
industri.
Untuk kepentingan pengembangan kemampuan akademik, staf pengajar universitas harus
menguasai ilmu dan mengikuti perkembangannya dan juga berusaha memiliki pengalaman
lapang untuk suatu jangka waktu tertentu, sehingga akan memiliki kemampuan memecahkan
permasalahan yang nyata dan meningkatkan kepercayaan diri. Di samping itu, perguruan tinggi
perlu membuka kesempatan kepada para pelaku industri untuk memberikan ceramah dan kuliah
di perguruan tinggi mengenai pengalaman riil dalam dunia usaha, yang relevan untuk
pendidikan di perguruan tinggi tersebut.
Syarat-syarat yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak yakni perguruan tinggi dan dunia usaha
disektor perikanan meliputi; (i) memiliki rasa saling membutuhkan/berkepentingan agar
magang berlangsung seimbang dan adil. (ii) Harus transparan atau saling terbuka dan pro aktif.
(iii) merencanakan program kerjasama yang berkelanjutan.
Agar terselenggaranya pola magang yang baik, hal-hal yang harus dilakukan oleh kelembagaan
yang terlibat antara lain;
Perguruan tinggi : (i) merumuskan pola pendidikannya dengan menempatkan magang sebagai
salah satu kegiatan intrakulikuler. (ii) Pencangkokan staf pengajar muda di dunia kerja dan
sebaliknya perguruan tinggi memberikan kesempatan kepada para manager atau karyawan
lembaga lain untuk studi atau pelatihan di perguruan tinggi bersangkutan sesuai dengan bidang
pekerjaannya. (iii) Tukar menukar informasi secara berkesinambungan. (iv) Melakukan riset
dan pengembangan yang terkait pada dunia kerja.
Dunia kerja (industri dan non industri) : (i) kesiapan fasilitas dan tenaga instruktur. (ii)
mengadakan riset dan pengembangan. (iii) membuka peluang rekruitmen tenaga kerja baru.
(iv) ikut mendorong peserta magang mengembangkan budaya kerja yang prestatif (orientasi
mutu dan efisiensi).
Pemerintah : (i) memberikan iklim yang kondusif, seperti pemberian fasilitas keringanan pajak
pada perusahaan yang melakukan magang. (ii) mendorong perusahaan-perusahaan untuk
menerima magang dengan penyuluhan-penyuluhan intensif dan mengarahkan magang menjadi
suatu gerakan.
VI. PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MENCETAK SDM BERKUALITAS
Untuk mengatasi persoalan kesenjangan antara dunia pendidikan dan pasar kerja seyogyanya
kebijakan link and match mendapat tempat sebagai sebuah strategi yang mengintegrasikan
pembangunan ekonomi dan pendidikan. Sebagai ilustrasi, bagan dibawah ini menerangkan
model pengelolaan pendidikan yang mengedapankan pola interaksi antara pengembangan
kurikulum dan kebutuhan pasar kerja.

Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan

FAPERIKA UR 2011

196

Lecturers

Information Feedback (Outputs & Outcomes)
Measurement – Tracer Study

KSA = knowledge, skills, and attitude

Raw
Students

Inputs

KSA

Teaching and
Learning
Processes

Outputs

Skills &
Educated
Graduates

Internal Customer

Outcomes

Employers

External Customer

Information Feedback
(Processes Measurement)

Gambar 2. Pola interaksi antara pengembangan kurikulum dan kebutuhan pasar kerja (Sumber : Vincent
Gaspersz, 2005)

Strategi yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan kualitas SDM antara lain adalah
melalui membangun infra dan supra struktur pendidikan bidang perikanan mulai tingkat
menengah hingga perguruan tinggi, balai latihan kerja (BLK), serta mengembangkan programprogram short couse (training) baik di dalam maupun luar negeri.
Secara umum program yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kualitas SDM di sektor
perikanan antara lain;











Mengembangkan kapasitas aparat pemerintah baik pusat maupun daerah dalam
mengembangkan potensi sumberdaya perikanan baik melalui pendidikan formal mulai
tingkat politeknik hingga pascasarjana maupun pendidikan non formal seperti pelatihan
dan latihan (diklat), kursus-kursus singkat (short couse) di dalam maupun luar negeri
yang berkaitan dengan manajemen eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya perikanan,
komunikasi pembangunan, sistem informasi dan sistem lainnya yang mendukung
pembangunan perikanan.
Meningkatkan kapasitas masyarakat lokal dalam pengelolaan sumberdaya perikanan
dan lingkungannya secara berkelanjutan untuk mendukung kegiatan produksi
perikanan termasuk pengolahan (fishery industry) dan pemasaran.
Membangun pusat-pusat pelatihan dan ketrampilan atau BLK perikanan di beberapa
daerah, terutama daerah yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yang besar
seperti di kawasan Indonesia Timur.
Mengintrodusir pelajaran atau kurikulum pendidikan berbasis perikanan pada tingkat
sekolah dasar hingga menengah dan lanjutan di berbagai daerah.
Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia nelayan dan pembudidaya ikan melalui
pen didikan formal maupun informal yang tujuannya meningkatkan pengetahuan
(knowledge), ketrampilan (skill) dan perubahan perilaku (attitude).
Meningkatkan kapasitas lembaga pendidikan perikanan mulai dari tingkat sekolah
menengah kejuruan hingga perguruan tinggi melalui pengembangan kurikulum, staf
pengajar serta infrastruktur pendidikan seperti laboratorium.

Program peningkatan kualitas SDM di sektor perikanan sangat penting untuk dikembangkan
karena akan mempercepat terjadi proses transformasi teknologi dibidang perikanan.
Transformasi teknologi bagi masyarakat yang bekerja pada sektor perikanan sebaiknya
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan

FAPERIKA UR 2011

197

diarahkan pada mata rantai sistem bisnis/usaha perikanan. Transformasi teknologi difokuskan
untuk meningkatkan efisiensi usaha dan kemandirian masyarakat melalui penguasaan,
pengembangan dan penerapan teknologi :






Dalam rangka optimasi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan termasuk
konservasi atau rehabilitasi habitat ikan yang sudah rusak.
Penangkapan ikan seperti bahan dan peralatan yang produktif dan efisien serta
berwawasan lingkungan untuk mendukung pengembangan perikanan rakyat.
Budidaya laut (mariculture) termasuk sea ranching baik yang sudah dapat
dibudidayakan maupun yang belum.
Pra panen dan pasca panen untuk mewujudkan industri pengolahan ikan yang mampu
meningkatkan nilai tambah dan kualitas produk perikanan.
Sistem manajemen pemasaran produk perikanan yang lebih efisien sehingga dapat
meningkatkan posisi tawar di pasar dalam negeri dan luar negeri.

VII. PERAN PERGURUAN TINGGI DALAMPENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT PESISIR DAN NELAYAN
Menjadi tanggung jawab perguruan tinggi ikut berperan dalam pengembangan kualitas
masyarakat pesisir dan nelayan. Agenda penelitian perguruan tinggi seyogyanya mampu
menghubungkan dengan kepentingan pengembangan masyarakat. Salah satu agenda yang
dapat dikembangkan perguruan tinggi dalam rangka mengintegrasikan penelitian dan
pengembangan masyarakat adalah mengefektifkan program teaching farm. Teaching
farmmerupakan sarana pendidikan lapangan yang dimaksudkan selain untuk peningkatan mutu
pendidikan bagi mahasiswa, juga diperuntukan bagi kegiatan penelitian, pelatihan serta kegiatan
usaha yang menghasilkan keuntungan yang bermanfaat bagi keberlanjutan kegiatan yang
dimaksud dan masyarakat sekitar. Dengan demikian pada kegiatan teaching farm yang
dimaksud memberi pengertian adanya keterlibatan unsur mahasiswa, dosen, instruktor dan juga
masyarakat sebagai stake holder.
Lebih lanjut disampaikan bahwa pada teaching farm terdapat kegiatan yang senantiasa
dikembangkan berdasarkan pengalaman yang diperoleh selama proses kegiatan tersebut (the
lesson learned), dan menjadi acuan untuk dapat berkembang lebih baik (the growth
experienced) (FCJP, 2007). Menurut Iowa State University Animal Industry Report (2004),
teaching farm merupakan fasilitas univeritas yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan
pendidikan mahasiswa dan pelatihan dalam bidang produksi dan pengelolaannya.
Berbagai perangkat yang mendukung kegiatan teaching farma terdiri dari berbagai
perlengkapan pisik yang berupa berbagai fasilitas universitas, program dan kegiatan serta
sumberdaya manusia yang selain pakar dalam bidangnya juga berorientasi bisnis.Dalam rangka
mewujudkan perguruan tinggi berbasis penelitian, IPB sampai saat ini telah melakukan
berbagai hal yang menuju terealisasinya konsep tersebut. Salah satunya adalah merealisasikan
terbangunnya teaching farm yang selain mampu meningkatkan mutu pendidikan, juga
merupakan salah satu sumber pendanaan berbagai riset yang dikembangkan.
Integrasi teaching farm dengan program pengembangan masyarakat merupakan langkah
strategis dalam pemberdayaan masyarakat pesisir dan nelayan. Pihak-pihak yang terlibat dalam
pengembangan teaching farm hendaknya memahami prinsip kesetaraan. Prinsip kesetaraan
bagi para pihak merupakan sebuah kunci keberhasilan dalam membangun kemitraan.
Berdasarkan pengalaman di lapangan, masyarakat sebagai stakeholder berada pada posisi yang
lemah sehingga diperlukan pemberdayaan. Melalui kegiatan pendampingan diharapkan akan
dapat meningkatkan kemampuan masyarakat sehingga pada saatnya nanti mereka akan dapat
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan

FAPERIKA UR 2011

198

memiliki peran yang sebanding dengan stakeholder yang lainnya. Ada beberapa upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat adalah sebagai berikut;
Pembentukan dan pengorganisasian system kelembagaan. Kegiatan ini diawali dengan
pembentukan kelompok-kelompok dampingan. Melalui mekanisme kelompok akan dibangun
consensus bersama untuk menyelesaikan persoalan komunitas. Melalui kegiatan kelompok
juga akan dapat digali ide-ide yang selanjutnya dapat dikembangkan secara bertahap sebagai
proses pembelajaran partisipatif demi kemajuan kelompok dan masyarakat. Antar kelompok
juga akan membentuk jaringan kerjasama baik dibidang kegiatan usaha produktif, sharing
pengetahuan dan pengalaman, informasi dan yang lebih penting adalah dalam rangka
menghimpun kekuatan bersama sehingga masyarakat memiliki daya tawar (bargaining
position) yang lebih kuat.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Peningkatan kualitas sumberdaya masyarakat
dilakukan melalui kegiatan-kegiatan pelatihan, belajar bersama, diskusi kelompok, diklat,
magang , studi banding,seminar dan lainya.
Menciptakan dan mengembangkan usaha produktif. Kegiatan usaha produktif diarahkan
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang berarti penguatan masyarakat dibidang
ekonomi. Jenis kegiatannya, bisa mengembangkan usaha produktif yang sudah ada atau
membuka usaha baru. Penguatan masyarakat melalui pendekatan ekonomi akan dapat
meningkatkan motivasi anggota dalam berkelompok karena sebagian kepentingan mereka dapat
terakomodir. Dipihak lain keberhasilan dalam peningkatan ekonomi kelompok akan dapat
memotivasi orang lain untuk ikut berkelompok. Dengan kata lain keberhasilan program teacing
farm dalam meningkatkan pendapatan masyarakat akan memiliki peran sangat penting dalam
menunjang kegiatan-kegiatan selanjutnya.
Mengembangkan system informasi desa pesisir. Nilai strategis yang sesungguhnya dari
pengembangan system informasi desa pesisir adalah penguatan masyarakat dibidang informasi.
System informasi akan sangat membantu dalam pembentukan jaringan antar lembaga atau
kelompok-kelompok yang terorganisir melalui kegiatan yang dikembangkan dalam teaching
farm. Melalui system informasi yang dikembangkan, masyarakat mampu mengakses informasi
ke dunia luar. Kekuatan masyarakat mengakses informasi dapat mempengaruhi seluruh
aktifitas mereka sehingga pada akhirnya akan memperkuat keberlanjutan usaha produktif yang
dilakukannya.

VIII. PENUTUP
Peran perguruan tinggi sangat strategis dalam pembangunan kelautan dan perikanan. Peran
strategis tersebut terkait dengan tridharma perguruan tinggi yaitu mencetak sumberdaya
manusia yang berkualitas dengan mengembangkan kurikulum yang mumpuni, melakukan
kajian/riset berbasis sumberdaya local (resources base) yang mampu menjawab permasalahan
dan tantangan yang dihadapi masyarakat serta melakukan tugas-tugas pengabdian masyarakat
melalui program pengembangan masyarakat berbasis sumberdaya local sesuai dengan
kajian/riset yang telah teruji sebelumnya.

Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan

FAPERIKA UR 2011

199

DAFTAR BACAAN
Anonim. 1999. Pemberdayaan Aset Perekonomian Rakyat Melalui Strategi Kemitraan
(Prosiding Seminar). Pustaka Latin. Bogor.
Bappenas. 2006. Kajian Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Miskin. Jakarta.
Kusnadi. 2009. Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir. Pusat Penelitian
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Lembaga Penelitian Universitas Jember
bekerjasama dengan Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
Purwanto, H. 2007.
Yogyakarta.

Strategi Hidup Masyarakat Nelayan.

PT. LKIS Pelangi Aksara.

Tonny, F. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community Development). Bagian Sosiologi
Pedesaan dan Pengembangan Masyarakat Departemen Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB. Bogor.

Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan

FAPERIKA UR 2011

302

KONSEP PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN
BERBASIS MASYARAKAT
Oleh
MULYONO S. BASKOROdan RONNY I WAHJU 1)
Staf pengajar pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor.

Abstrak
Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat telah menyebabkan adanya tuntutan pendayagunaan
sumberdaya yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Kondisi ini cenderung memicu terjadinya
pengelolaan sumberdaya secara eksploitatif dan pada gilirannya akan mengganggu keseimbangan
lingkungan. Oleh sebab itu pemanfaatan sumberdaya harus mempertimbangkan teknologi yang
digunakan dan kemampuan daya dukung lingkungan atau pelestarian. Desakan ekonomi menjadi sangat
dominan mempengaruhi perilaku masyarakat pesisir dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan.
Kelestarian sumberdaya perikanan seringkali kurang mendapat perhatian didalam memenuhi permintaan
pasar untuk ikan dimana permintaannya meningkat terus seiring dengan semakin bertambahnya populasi
penduduk dunia. Permasalahan ini apabila tidak diatasi, kehancuran ekosistem sumberdaya laut akan
terus terjadi yang intensitasnya semakin besar. Untuk mengatasi hal ini, pendekatan y