1. Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Universitas Muhammadiyah Pontianak 2. Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak 3. Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Universitas Muhammadiyah Po

JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .1. TH 2017
FPIK UNMUH-PNK

ISSN 2541 - 3155

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TEPUNG DAUN SIRSAK (Annona muricata
Linn) UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Aeromonas sp. PADA IKAN PATIN
(Pangasius hypophthalmus)
EFFECTIVENESS OF USE OF CORNER LEAVES (ANNONA MURICATA LINN) FOR
INFECTION PRECAUTION AEROMONAS SP. ON PATIN FISH (PANGASIUS
HYPOPHTHALMUS)
Rachimi1, Aprilia Ramadani 2, Hastiadi Hasan3
1. Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Universitas Muhammadiyah Pontianak
2. Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
3. Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Universitas Muhammadiyah Pontianak
Rachimiump68@gmail.com
ABSTRAK
Ikan patin merupakan komoditas hasil budidaya perikanan yang pasarnya cukup menjanjikan. Penyakit
merupakan salah satu kendala dalam budidaya ikan yang dapat menyebabkan penurunan tingkat produksi ikan.
Penyakit yang sering menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa menyerang ikan-ikan air tawar
jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. Penggunaan daun sirsak (Annona muricata Linn) yang ramah lingkungan dan

murah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi tepung daun sirsak yang tepat untuk
pencegahan infeksi bakteri Aeromonas sp. pada ikan Patin. Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan yang berbeda
dengan 3 kali ulangan yaitu perlakuan A 0 g/kg pakan, B 50 g/kg pakan, C 60 g/kg pakan, D 70 g/kg pakan, E 80 g/kg
pakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa dosis tepung daun sirsak yang efektif yaitu perlakuan C dengan dosis 60 %
g/kg mampu mengasilkan nilai kelangsungan hidup tertinggi sebesar 66,6 % atau 3 ekor yang mati dari total 10 ekor
sampel.
Kata kunci : Ikan Patin, Tepung Daun Sirsak, Kelangsungan hidup

ABSTRACT
Catfish is a commodity of fishery cultivation whose market is quite promising. Disease is one of the constraints
in fish cultivation that can lead to decreased levels of fish production. Disease that often attacks catfish is a bacterial
disease that also commonly attacks other freshwater fish, namely Aeromonas sp. The use of soursop leaves (Annona
muricata Linn) is environmentally friendly and inexpensive. The purpose of this study was to obtain the appropriate
concentration of soursop flour for the prevention of bacterial infection Aeromonas sp. On the Patin fish. This study used
5 different treatments with 3 replications of A 0 g / kg feed, B 50 g / kg of feed, C 60 g / kg of feed, D 70 g / kg of feed,
E 80 g / kg of feed. The results showed that the effective dosage of flour that is the treatment of C with a dose of 60% g
/ kg capable of producing the highest survival rate of 66.6% or 3 dead tail from a total of 10 samples.
Key words : Patin Fish, Soursop Leaf Flour, Survival

7


JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .1. TH 2017
FPIK UNMUH-PNK

PENDAHULUAN
Ikan patin merupakan komoditas hasil
budidaya
perikanan
yang
pasarnya
cukup
menjanjikan. Daging ikan patin memiliki kandungan
kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa dagingnya
khas, enak, lezat dan gurih sehingga digemari oleh
masyarakat. Ikan patin dinilai lebih aman untuk
kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah
dibandingkan dengan daging hewan ternak.
Penyakit merupakan salah satu kendala dalam
budidaya ikan yang dapat menyebabkan penurunan
tingkat produksi ikan. Penyebaran penyakit bakterial

pada ikan umumnya sangat cepat serta dapat
menyebabkan kematian yang sangat tinggi pada ikanikan yang diserangnya. Gejala klinis yang timbul pada
ikan yang terserang infeksi bakteri Aeromonas sp.
adalah gerakan ikan menjadi lamban, ikan cenderung
diam di dasar akuarium, luka/borok pada daerah yang
terinfeksi, pendarahan pada bagian pangkal sirip ekor
dan sirip punggung, dan pada perut bagian bawah
terlihat buncit dan terjadi pembengkakan.
Pengobatan dengan
menggunakan obat
tradisional masih kurang. Untuk itu perlu dicari
bahan alami yang cocok untuk memberantas atau
mengendalikan bakteri tersebut, salah satunya adalah
menggunakan daun sirsak (Annona muricata Linn)
yang ramah lingkungan dan murah. Banyak sekali
kandungan senyawa bioaktif fitokimia yang
ditemukan dalam daun sirsak, salah satunya bersifat
antibakteri, antiparasit, antipasmodik, antikanker,
insektisida, hipotensif, mengobati sakit perut dan
mampu mengeluarkan racun


METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi alat pengamatan gambaran darah yaitu :
perangkat hemasitometer, jarum suntik, alat-alat
gelas, eppedorf, vorteks, mikroskop, mikropipet, pisau
dan alat tulis. Alat sterilisasi meliputi bunsen,
autoclave, dan oven. Sedangkan alat untuk mengukur
kualitas air meliputi termometer, pH meter dan DO
meter. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu daun
sirsak, Aeromonas hidrophyla, ikan patin ukuran 8 12 cm dan akuades steril.
Wadah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah akuarium ukuran 60x30x30 cm3 sebanyak 15
buah.
Akuarium
diletakkan
berjajar
dan
penempatannya dilakukan secara acak. Sebelum

digunakan, akuarium dicuci dengan sabun sampai
benar-benar bersih. Akuarium diisi air dengan
ketinggian 25 cm dan dipasang aerasi. Air yang
digunakan sebagai media hidup ikan berasal dari air

ISSN 2541 - 3155
PDAM yang sebelumnya air diendapkan terlebih
dahulu didalam bak berukuran 2 m dan diberi aerasi.
Prosedur Penelitian
Adaptasi ataupun aklimatisasi pada ikan sangat
diperlukan guna pencapaian hasil yang diharapkan. adaptasi
merupakan penyesuaian habitat ikan terhadap lingkungan
baik pada salah satu parameter maupun beberapa
parameter kualitas air (Cholik, 2003). Ikan Patin yang baru
datang terlebih dahulu di adaptasikan dengan tempat
yang baru hal ini dilakukan bertujuan untuk
menghilangkan stres pada ikan, agar ikan bisa
menerima pakan yang akan diberikan, terbiasa pada
lingkungan baru dan ikan bisa hidup selama proses
penelitian. Pada adaptasi tersebut ikan juga direndam

dalam larutan garam 30 ppm selama ± 5 menit yang
bertujuan melepaskan ektoparasit yang mungkin
menempel pada ikan.
Wadah disiapkan dengan cara diisi air dengan
ketinggian 25 cm. Setiap wadah diberi aerasi yang
berfungsi sebagai penyuplai oksigen. Setiap wadah
diisi ikan uji sebanyak 10 ekor. Adaptasi ini dilakukan
selama seminggu, selama masa adaptasi ikan patin
diberi pakan pellet komersial dengan kadar protein
35% sebanyak 3% dari berat total ikan dengan
frekuensi pemberian 3 kali sehari. Untuk menjaga
kualitas air dilakukan penyiponan dan pergantian air
sebanyak 1/3 dari volume air. Pergantian air
dilakukan 1 kali sehari pada pagi setelah pemberian
pakan.
Penyediaan Bakteri Aeromonas sp.
Bakteri Aeromonas sp. diperoleh di Stasiun
Karantina Ikan Dan Mutu Hasil Perikanan Kelas I
Supadio Pontianak. Kemudian bakteri tersebut
dibiakkan,

diambil
secara
aseptik
dengan
menggunakan jarum ose dan ditumbuhkan dalam
media Trypticase Soy Agar (TSA) lalu diinkubasi
selama 24-28 jam. Kemudian diambil koloni terpisah
secara aseptik untuk digores dalam media TSA
miring.
Pembuatan Sediaan Tepung Daun Sirsak
Tepung daun sirsak diperoleh dari daun sirsak
yang sudah tua, lalu dicuci bersih dan dikeringkan
dengan menggunakan sinar matahari langsung sampai
kering selama kurang lebih satu minggu. Setelah
kering kemudian dipisahkan dari tulang daun bagian
tengahnya kemudian dihaluskan menggunakan
blender, kemudian diayak dengan menggunakan
penyaring hingga diperoleh tepung daun sirsak yang
halus (Tenrirawe, A dan Pabbage, M.S. 2007).
Uji Daya Aktif Bakteri

Pertumbuhan bakteri dapat dihambat oleh
faktor-faktor lain yaitu sinar matahari dan bahan alami
sekitarnya. Berbagai jenis bahan kimia yang dibuat

8

JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .1. TH 2017
FPIK UNMUH-PNK
secara sintetik telah banyak dimanfaatkan orang untuk
menyembuhkan penyakit pada ikan dan telah diuji
khasiatnya (Utami,2004). Sebelum dilakukan uji daya
aktif bakteri, yang harus dipersiapkan yaitu
penyediaan suspensi bakteri. Kegiatan ini bertujuan
untuk melihat apakah bakteri yang tersedia masih
aktif atau tidak dengan cara membiakkan bakteri
Aeromonas sp. yang telah diinkubasi selama 18-24
jam dengan suhu kamar dalam media Tripticase Soy
Agar (TSA) miring pada tabung reaksi, diambil
menggunakan jarum ose sampai memenuhi lingkaran
jarum ose, lalu diambil sebanyak 1-2 ose dan

dilarutkan dalam 25 ml media Tripticase Soy Borth
(TSB). Setelah itu bakteri diinkubasi dalam water
beth shaker selama 18-24 jam. Kemudian untuk
mendapatkan konsentrasi biakan murni bakteri
Aeromonas sp. yang akan diinjeksi pada ikan, maka
terlebih dahulu dilakukan pencucian media TSB
menggunakan Phospat Buffer Saline (PBS) sebanyak
kali pencucian. Pencucian ini dilakukan untuk
memisahkan bakteri dengan media. Selanjutnya untuk
memperoleh dosis yang diinginkan maka dilakukan
pengenceran berseri dengan menggunakan eppendorf
dan mikropipet secara eseptik.
Untuk melihat daya aktif bakteri, ikan patin
disuntikkan dengan bakteri Aeromonas sp. dengan
konsentrasi berbeda yaitu 104 , 105 dan 106 cfu/ml/
ekor, masing-masing sebanyak 5 ekor ikan tiap
perlakuan kemudian diamati selama 5 hari dengan
menghitung jumlah ikan yang mati.
Uji In Vitro
Uji In Vitro bertujuan untuk melihat aktivitas

antibakteri serta melihat daya hambat dari tepung
daun sirsak terhadap bakteri Aeromonas sp. dengan
metode cawan tuang (Hadioetomo, 1993). Konsentrasi
yang digunakan dalam uji ini sama dengan
konsentrasi yang dilakukan dalam metode penelitian
yaitu 0, 50, 60, 70 dan 80 g/kg (Hamdiyati dan
Kusnadi, 2008) , dari uji ini diharapkan dapat
ditemukan konsentrasi daun sirsak yang efektif untuk
menghambat atau membunuh bakteri Aeromonas sp.
Isolasi bakteri Aeromonas sp. berumur 24 jam
diencerkan hingga memiliki konsentrasi 105 cfu/ml,
kemudian hasil enceran disebarkan ke media TSA.
Kertas cakram dengan diameter 6 mm dalam cairan
daun sirsak kemudian dikeringkan. Kemudian kertas
cakram ditempatkan diatas media TSA yang telah
disebar bakteri selanjutnya diinkubasi pada suhu
ruang (27-31oC) selama 24-48 jam. Selanjutnya zona
hambat yang dihasilkan diukur menggunakan

ISSN 2541 - 3155

penggaris pada 3 posisi dari setiap kertas cakram
kemudian dirata-ratakan. Isolat yang menghasilkan
zona bening berarti menunjukkan kemampuan
menghambat bakteri Aeromonas sp.
Uji In Vivo
Setelah pengamatan reaksi ikan terhadap
tepung daun sirsak dilakukan, ikan mulai diinfeksikan
bakteri Aeromonas sp. dengan cara disuntikkan.
Konsentrasi bakteri Aeromonas sp. yang disuntikkan
ditentukan berdasarkan hasil uji daya aktif bakteri.
Pengamatan ini dilakukan pada pasca infeksi
Aeromonas sp. untuk mengetahui tepung daun sirsak
mampu mencegah infeksi Aeromonas sp. pada ikan
patin dan berapa jumlah ikan yang terinfeksi setelah
diberi pakan yang dicampur dengan tepung daun
sirsak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji In Vitro
Berdasarkan hasil pengujian secara in vitro
terhadap Tepung Daun Sirsak (Annona muricata
Linn), diketahui bahwa tepung daun sirsak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila
dengan kepadatan 105 cfu/ml yang disebar pada media
TSA. Terbukti dengan terbentuknya zona hambat
setelah media diinkubasi selama 24 jam yang
menunjukkan bahwa tepung daun sirsak memiliki
sifat terbentuk zona bening di sekitar kertas cakram
membuktikan daya anti bakteri. Menurut Syamsiah
(2006), kerja antibakteri nyata adanya. Jika zona
bening kelihatan kecil menunjukkan bahwa aktifitas
antibakteri rendah, sedangkan zona hambat yang besar
menunjukkan aktifitas antibakteri tinggi.

Gambar 1. Rata-rata Jumlah In-Vitro
Ikan Patin
Hasil uji in vitro menunjukkan bahwa dosis
tepung daun sirsak yang efektif untuk menghambat
pertumbuhan A. hydrophila adalah 120 g.

9

JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .1. TH 2017
FPIK UNMUH-PNK
Hasil
pengamantan
selama
penelitian
menunjukan perlakuan E dengan konsentrasi Daun
Sirsak 80 g/kg, memiliki hasil yang terbaik yaitu 34
mm dengan rata-rata 11,3 mm hal ini menunjukan
bahwa daun sirsak dengan dosis ini tergolong kuat,
Kemudian di ikuti perlakuan D dengan konsentrasi
70 g/kg, dengan daya hambat 33 mm dan rata-rata 11
yang menunjukan hasil tergolong sedang, kemudian
perlakuan C dengan hasil 28 mm, dengan rata-rata 9,3
mm, perlakuan B dengan hasil 24 dan rata-rata 8 mm
perlakuan ini tergolong dalam katagori lemah,
sedangkan perlakuan A yang tidak di beri larutan
fisiologis dengan hasil 0, berarti tidak memiliki daya
hambat.

ISSN 2541 - 3155
Kadar Hematokrit

Gambar 3. Rata-rata jumlah Hematokrit Ikan
Patin
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa semua
nilai pada pengamatan saat penelitian berkisar antara
8,87-12,83%, sedangkan kisaran normal terdapat pada
perlakuan C teletak pada pengamatan 2 yaitu 12,76%.
Menurut Angka (2005) persentase nilai hematokrit
ikan air tawar berkisar antara 11,5-15,00%.
Hematokrit dibawah 10% menunjukan definisi
eritrosit rendah.
Gambar 2. Hasil uji in-vitro.
Menurut (Endarti, 2003) diameter daya
hambat 20 mm keatas memiliki daya hambat terbaik,
daya hambat 10 – 20 mm (kuat), daya hambat 5 – 10
mm (sedang), dan diameter hambat 5 mm kebawah
(lemah). Hal ini terbukti pada daun sirsak yang
terbukti mempunyai sifat antitumor, antibakteri dan
antijamur
Hasil uji in-vitro Daun sirsak terhadap bakteri
Aeromonas hidrophila menyatkan daerah jernih
disekitar pertumbuhan bakteri menunjukan bahwa
bahan anti bakteri yang di hasilkan mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas
hidrophila. Kepekaan bakteri patotogen terhadap
bahan anti bakteri di tunjukan oleh panjang nya
daerah jernih di sekitar pertumbuhan bateri
Aeromonas hidrophila yang di ujikan.
Berdasarkan hasil pengamatan gambar kadar
haemoglobin pada setiap perlakuan memiliki nilai
berbeda-beda. Pada pengamatan 1,2 dan 3 kadar
haemoglobin pada setiap perlakuan berada pada
kisaran 5-9 Hb/100/ml.
Berdasarkan hasil
menunjukan bahwa kadar haemoglobin yang tertinggi
berada pada perlakuan C yaitu 8,6 dan yang terendah
pada perlakuan A (control) yaitu 5,2.

Jumlah Sel Darah Merah (Eritrosit)

Gambar 4. Rata-rata jumlah Eritrosit Ikan Patin
Pada perlakuan yang diberi tepung daun sirsak
rata-rata eritrosit ikan patin masih berada pada kisaran
normal yaitu 1,00-8,00 x106 sel/mm3. Menurut
Palungkun dan Budiarti (2001) kisaran jumlah
eritrosit dibawah 1,05 mengakibatkan ikan kematian
karna darah merah terlalu rendah sama halnya juga
jika eritrosit diatas 9,00 akan mengakibatkan kematian
karna jumlah nilai yang terlalu tinggi. Pada
pengamatan ke 2 nilai eritrosit menunjukan kenaikan
pada perlakuan D dan E, lalu penurunan terjadi pada
perlakuan A, B dan C. Pada pengamatan ke 3 hari ke
7 pasca di infeksi semua jumlah eritrosit meningkat
karna kemampuan Allicin yang berperan menghambat

10

JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .1. TH 2017
FPIK UNMUH-PNK
dan membunuh bakteri sehingga ikan semakin hari
semakin membaik.
Perlakuan terbaik ada pada perlakuan C
dengan dosis 60 g/kg, dimana pada pengamatan ke 3
eritrosit ikan patin berada pada kisaran tertinggi yaitu
6,67 x106 sel/mm3 dibanding dengan nilai pada
perlakuan lainnya. Hal ini menandakan bahwa tepung
daun sirsak dapat mempengaruhi jumlah eritrosit pada
ikan pati yang terserang penyakit.
Sel Darah Putih ( Leukosit)

Gambar 5. Rata-rata jumlah Leukosit Ikan Patin
Berdasarkan tabel dan gambar diatas dapat
dilihat bahwa pada pengamatan pertama hari ke 2
pasca di infeksi jumlah leukosit sangat rendah, namun
pada pengamatan ke 2 jumlah leukosit menjadi lebih
tinggi. Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan
kekebalan tubuh pada ikan. Ikan uji yang telah
diinfeksi dengan bakteri banyak memproduksi
leukosit sebagai respon pertahanan tubuhnya.
Leukosit tertinggi ada pada perlakuan C yaitu
60 g/kg, sedangkan perlakuan lain berada
dibawahnya. Ini dikarenakan mungkin pemberian
tepung daun sirsak 60 g/kg mampu meningkatkan
jumlah leukosit dalam darah ketikan terjadi infeksi,
hal ini akibat peran aktif zat yang berada pada daun
sirsak yaitu liriodin yang bersifat antitumor,
antibakteri dan antijamur (Laboef dkk., 1982 dalam
Rahayu dkk., 1993).
Tingkat Kelansungan Hidup (SR)
Kelangsungan hidup di nyatakan persentasi
jumlah ikan yang hidup pada ahir penelitian di bagi
jumlah ikan pada awal penelitian di bagi jumlah ikan
pada awal penelitian ( Efrfendi., 1997). Perhitungan
jumlah ikan yang mati dilakukan pada awal injeksi
bakteri Aeromonas hydrophilla hingga akhir
pengamatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tinggkat kelansungan hidup suatu organisme adalah
kualitas air, kompetisi antara jenis, kekurangan pakan
penambahan populasi dalam ruang lingkungan yang
sama, predator dan parasit, penanganan manusia,
umur organisme, dan kemampuan adaptasi
lingkungan.

ISSN 2541 - 3155

Gambar 6. Grafik Kelangsungan Hidup Ikan Patin
Rendahnya tingkan kelangsungan hidup pada
perlakuan A karena ikan uji tidak diberi tepung daun
sirsak sehingga manfaat tepung daun sirsak hanya
akan bekerja sebagai anti bakteri tidak terjadi pada
ikan uji diperlakuan A. Hal ini mengakibatkan ikan
pada perlakuan A menjadi lebih rentan terhadap
serangan bakteria A. hydrophila dan laju
penyembuhan penyakitnya lambat. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa tepung daun sirsak mampu
meningkatkan antibodi dan sistem imun ikan uji,
seperti yang terjadi pada ikan yang diinjeksi dengan
tepung daun sirsak.
Kualitas Air
Berdasarkan hasil pengukuran suhu selama
penelitian, berada dalam kisaran antara 26,50 – 27,81
(°C). Hal ini sesuai dengan pendapat Djajasewaka dan
Djajadireja (1990) yang menyatakan bahwa suhu
optimum untuk selera makan ikan adalah 25-27 oC.
Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor
pembatas dalam budidaya ikan, namun ada juga ikan
yang mampu hidup pada kisaran oksigen antara 3-5
ppm. Pada umumnya kebanyakan ikan hidup pada
kisaran 6-7 ppm, kandungan oksigen yang terlalu
tinggi akan menyebabkan timbulnya gelembung
dalam jaringan tubuhnya dan sebaliknya jika
kandungan oksigen rendah akan mengakibatkan
kematian. Kandungan oksigen biasanya menurun tibatiba karena banyaknya hewan atau bahan organik
yang terurai didalamnya (Nijiati, 1992). Kandungan
oksigen terlarut selama penelitian berkisar antara 5,20
– 7,50 ppm kisaran DO tersebut masih dalam kisaran
optimal sesuai dengan pendapat diatas.
Selain suhu dan oksigen kondisi pH juga perlu
diperhatkan dalam kegiatan budidaya, besaran pH
selama penelitian berkisar antara 7,0-7,2 kisaran
tersebut masih mencakup kisaran optimal untuk
budidaya. Menurut (Suryani, 2006) pH air untuk suatu
budidaya yang produktif berkisar antara 7,0-8,0
sedangkan menurut (Boyd, 1982) kisaran pH dibawah
5,0 dapat membuat pertumbuhan ikan ikan menurun
bahkan mengakibatkan kematian. Kisaran pH air
kolam sekitar 6,5-9,0 pada waktu siang hari adalah
kondisi yang baik untuk produksi ikan Cholik et al
(1986).

11

JURNAL RUAYA VOL. 5. NO .1. TH 2017
FPIK UNMUH-PNK

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
tentang efektifitas penggunaan tepung daun sirsak
untuk pencegahan infeksi Aeromonas sp. pada ikan
patin selama 20 hari dapat disimpulkan :
1. Hasil uji in-vitro mempunyai daya hambat
terpanjang yaitu perlakuan E rata-rata 11, 3 mm
dengan konsentrasi tepung daun sirsak 80 g/kg.
2. Kadar Hemoglobin paling tinggi terdapat pada
perlakuan C pada konsentrasi 60 g/kg dengan ratarata 8,6 hb/100 ml.
3. Jumlah Hematokrit yang mempunyai nilai paling
tinggi ada pada perlakuan terletak pada perlakuan
C dengan rata-rata 12,76 %
4. Jumlah Eritrosit tertinggi ada pada perlakuan C
dengan dosis 60 g/kg terbentuk pada kisaran 6,67
x106 sel/mm3.
5. Dosis Tepung Daun Sirsak yang efektif yaitu
perlakuan C dengan dosis 60 g/kg mampu
menghasilkan nilai kelangsungan hidup tertinggio
sebesar 66,6 % atau tiga ekor yang mati dari total
10

DAFTAR PUSTAKA
Afriyanto, E dan E, Liviawati, 1992. Pengendalian
Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius.
Jakarta.
Cholik, F., Jagatraya, A.G., Poernomo, R.P. dan Jauzi,
A. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa
Depan Bangsa. Masyarakat Perikanan
Nusantara dan Taman Akuarium Air Tawar
Taman Mini Indonesia Indah. Jakarta. 415 hal
Cahyono, B. 2002. Budidadaya Air Tawar.
Yogyakarta 10-14 h.
Dallman, H. D dan E. M Brown. 1992. Buku Teks
Histologi Veteriner I. UI Press. Jakarta.
Efendi. 1979. Pembenihan Ikan Patin (Pangasiuspangasius).
Universitas
Muhammadiyah
Malang.
Food and Agricultural Organization (FAO) and
Network of Aquaculture Centre in AsiaFacipic (NACA), 2001. Asia Diagnostic Guide
to Aquatic Animal Deseases. Bondad
Reantaso, G. M., S. E., McGladdery, I., East,
and Subasinghe, R.P. (Eds). FAO-UN and
NACA. 237 pp.
Hadioetomo. 1990. Uji Hematologi Pada Ikan Patin.
Institut Pertanian Bogor.
Herlina, 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air
Tawar. Agromedia Pustaka. Jakarta. 12-17 hal.
Irianto. 2004. Penyakit Pada Budidaya Ikan Air
Tawar. Gramedia. Jakarta.
M. Yuhana et al,. 2008. Pemanfaatan Ekstrak Daun
Sirsak (Annona Muricata Linn) Untuk
Pencegahan Dan Pengobatan Pada Ikan Patin
Pangasionodon
Hypophthalmus
Yang

ISSN 2541 - 3155
Diinfeksi Aeromonas Hydrophil. Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
Kampus Darmaga, Bogor 16680.
Kuswardani. 2006. Petunjuk Kadar Haemoglobin
Lengkap. Penebar Swadaya. 151 hal.
Ling et al,. 1966. Techniques in Fish Immunology.
Departement of Fish and Wildliferesource,
University of Idaho, Moscow , Idaho.
Mangan, Y. 2009. Solusi Sehat Mencegah Dan
Mengatasi Kanker. Agromedia
Pustaka:
Jakarta.
Nugraha. 2007. Budidaya Ikan Patin. Perbit Erlangga.
Jakarta 53 hal.
Purnomo. 2007. Siklus Hidup Ikan Patin (Pangasius
Hiphoptalamus). Agromedia Pustaka. Jakarta
Radi, J. 2001. Sirsak: Budidaya dan Pemanfaatannya.
Kanisius: Yogyakarta Effendi, H. 2007. Telaah
Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya
dan
Lingkungan
Perairan.
Kanisius.
Yogyakarta. 258 hal
Soesono. R.S., 1978. Beternak dan Memelihara Ikan
Air Tawar. SUPM Bogor. 176 Hal.
Sudjana. 1986. Metoda Statistik, Bandung : Tarsito
Susilo. 2006. http://.Duadewa/. daun sirsak Sumber
buku MMI jilit II. (Online) di akses pada
tanggal 20 Nopember 2012. Pontianak.

12

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24