Pengembangan perikanan tangkap di Pangkalan Pendaratan Ikan ( (PPI) Paotere, Makassar

PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP
DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) PAOTERE
MAKASSAR

FAUZIAH ARBI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan
Perikanan Tangkap di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Paotere Makassar adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Fauziah Arbi
NIM C44090037

ABSTRAK
FAUZIAH ARBI. Pengembangan Perikanan Tangkap di Pangkalan Pendaratan
Ikan (PPI) Paotere, Makassar. Dibimbing oleh MULYONO S. BASKORO dan
TRI WIJI NURANI.
Penelitian ini dilakukan di pangkalan pendaratan ikan (PPI) Paotere
Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komoditas unggulan
perikanan tangkap dalam rangka mengembangkan produksi perikanan tangkap di
Paotere, Sulawesi Selatan dan memberikan informasi kepada nelayan terkait unit
penangkapan ikan yang layak untuk dikembangkan. Metode penelitian yang
dilakukan ialah metode survei dengan teknik pengambilan data yaitu purposive
sampling. Metode skoring digunakan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan
di PPI Paotere. Berdasarkan hasil skoring diketahui bahwa komoditas unggulan
perikanan di PPI Paotere dari jenis perikanan darat ialah ikan bandeng (Chanos
chanos) dan dari jenis perikanan laut ialah ikan layang (Decapterus rusellii).

Pendekatan bio-technic-socio-economic-approach digunakan untuk menganalisis
kelayakan pengembangan usaha penangkapan ikan. Hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang
paling layak untuk dikembangkan, selanjutnya ialah gill net, pancing dan bubu.
Kata kunci: komoditas unggulan, metode skoring, PPI Paotere

ABSTRACT
FAUZIAH ARBI. Capture Fisheries Development in Fish Landing Bases (PPI)
Paotere Makassar. Supervised by MULYONO S. BASKORO and TRI WIJI
NURANI.
This research was conducted in fish landing bases (PPI) Paotere Makassar.
The aim of this research was to identity the prime product of capture fisheries in
order to develop capture fisheries production in Paotere, South Sulawesi and to
inform the fishermen about the fishing units that feasible to be developed. Survey
method was applied in this research, while purposive sampling method were used
to collect data. Prime product in PPI Paotere were identity by scoring method. The
result showed that prime product from fresh water commodities was milkfish
(Chanos chanos) , while from sea water commodities was Indian scad or mackerel
scad (Decapterus rusellii). Bio-technic-socio-economic-approach was applied to
analysis the feasibility of capture fishery development in PPI Paotere. Based on

study, it can be known that purse seine was the most feasible fishery to be
developed, followed gillnet, line fishing and trap.
Keywords: PPI Paotere, prime product, scoring method,

PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP
DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) PAOTERE
MAKASSAR

FAUZIAH ARBI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Judul Skripsi : Pengembangan Perikanan Tangkap di Pangkalan Pendaratan Ikan
(
(PPI) Paotere, Makassar
Nama
: Fauziah Arbi
NIM
: C44090037
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Prof.Dr.Ir.Mulyono S.Baskoro, M.Sc
Pembimbing I

Dr.Ir.Tri Wiji Nurani, M.Si
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr.Ir.Budy Wiryawan, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Pengembangan Perikanan Tangkap di Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI) Paotere, Makassar
: F auziah Arbi
Nama
NIM
: C44090037
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

".Prof.Dr.Ir.Mulyono S.Baskoro, M.Sc
Pembimbing I

Diketahui oleh


Tanggal Lulus:

'2 0 -JAN 10 I'

M M セM オイ M 。 セ [ l

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini berisi
tentang pengembangan perikanan tangkap di pangkalan pendaratan ikan (PPI)
Paotere, Makassar. Tujuan dari penelitian ini ialah menentukan komoditas
unggulan hasil perikanan dan menentukan alat tangkap apa yang layak untuk
dikembangkan di PPI Paotere.
Terima kasih penulis ucapkan :
1. Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc dan Dr. Ir. Tri Wiji Nurani,
M.Si selaku komisi pembimbing atas kesabarannya dalam membimbing
dan memberikan arahan selama ini hingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan.
2. Julia Eka Astarini, S Pi. M Si selaku penguji tamu yang telah

memberikan masukan dan bimbingannya.
3. Vita Rumanti Kurniawati, S Pi, MT selaku komisi pendidikan yang telah
memberikan masukan dan bimbingannya.
4. Ibu, bapak, kakak dan adik tercinta yang telah memberikan doa dan
dukungannya untuk keberhasilan penulisan skripsi ini.
5. Bapak Arifin Panigoro dan Ibu Raisis Panigoro yang telah membantu
membiayai studi saya dari awal hingga akhir.
6. Kepala dan Staf PPI Paotere yang bersedia membantu kelancaran
penelitian.
7. Seluruh responden yang telah bersedia memberikan informasi.
8. Bapak Ariady Arsal dan Ibu Indah Nova Triandewi yang telah
memberikan banyak dukungan dan bantuan selama penelitian dilakukan.
9. Hilda Zaikarina S.Stat dan Ratna Afrah Ayuningtyas yang telah
memberikan banyak dukungan dan motivasi hingga penulisan skripsi ini
dapat diselesaikan.
10. GURAME dan PSP 46 yang banyak memberikan pelajaran dan
kebersamaan selama ini
11. Semua pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Desember 2013
Fauziah Arbi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN




Latar Belakang



Tujuan Penelitian



Manfaat Penelitian



METODE PENELITIAN



Waktu dan Tempat




Analisis Data



HASIL DAN PEMBAHASAN



KESIMPULAN DAN SARAN

24 

Kesimpulan

24 

Saran

24 


DAFTAR PUSTAKA

25 

RIWAYAT HIDUP

26

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Fasilitas-fasilitas di PPI Paotere Makassar
Jumlah armada penangkapan ikan di PPI Paotere Makassar
Jumlah alat dan jenis ikan yang tertangkap di PPI Paotere Makassar
Metode skoring menentukan komoditas unggulan di PPI Paotere
Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek biologi
Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek teknik
Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek sosial
Hasil perhitungan cash flow usaha perikanan pancing di PPI Paotere
Hasil perhitungan cash flow usaha perikanan gill net di PPI Paotere
Hasil perhitungan cash flow usaha perikanan bubu di PPI Paotere
Hasil perhitungan cash flow usaha perikanan purse seine di PPI
Paotere
12 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek ekonomi
13 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek biologi, teknik, sosial dan
ekonomi unit penangkapan ikan di PPI Paotere

9
11
11
11
13
15
16
17
18
10
19
20
22

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Lokasi Penelitian
Dermaga PPI Paotere
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) PPI Paotere
SPBU Nelayan PPI Paotere
Pabrik Es PPI Paotere
Kapal yang digunakan oleh nelayan Paotere
Grafik komoditas unggulan di PPI Paotere
Ikan Layang (Decapterus rusellii)
Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Ikan Tenggiri (Scomberomorus sp)
Ikan Kerapu (Epinephelus sp)
Ikan Kembung (Rostraliger sp)
Ikan Layang (Decapterus rusellii)
Grafik Efektivitas alat tangkap di PPI Paotere

7
8
8
8
8
10
12
12
12
13
13
14
14
22

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah yang memiliki beragam
potensi sumberdaya alam diantaranya di bidang perikanan tangkap. Sulawesi
Selatan terdiri atas 22 kabupaten dan 232 kecamatan. Di Kelurahan Gusung
Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar terdapat satu pelabuhan Tipe D yang
bernama pangkalan pendaratan ikan (PPI) Paotere. PPI tersebut terletak pada
koordinat 119024’30” BT dan 506’19” LS (PPI Paotere).
Perikanan tangkap di Paotere merupakan salah satu bidang yang dijadikan
parameter dalam rangka meningkatkan perekonomian di wilayah Sulawesi
Selatan. Aktivitas perikanan tangkap di PPI Paotere sangat besar dan padat karena
hampir setiap hari dikunjungi oleh 5000 orang yang terdiri dari nelayan tangkap,
nelayan tambak, pengumpul, pengelola pelabuhan dan konsumen rumah tangga.
Persentase jumlah nelayan tangkap yang mendaratkan dan memasarkan ikan
secara langsung di PPI setiap harinya berkisar 0.04% dari populasi atau berjumlah
200 orang dan tersebar di pulau-pulau yang berada di sekitar PPI Paotere yaitu
Pulau Lae-Lae dan Pulau Kodingareng Lompo. Selain nelayan lokal terdapat juga
beberapa nelayan dari Kabupaten Gowa, Maros, Pangkep, Takalar, Bulukumba
dan Pulau Kalimantan yang berlabuh di Paotere untuk memasarkan hasil
tangkapannya. Hal ini disebabkan karena setiap ikan yang dijual oleh nelayan
tangkap ke PPI Paotere selalu habis dibeli oleh nelayan pengumpul untuk dijual
kembali di tempat pelelangan ikan (PPI Paotere).
Hasil tangkapan nelayan banyak dipasarkan ke wilayah sekitar Sulawesi
Selatan, Jakarta, Surabaya dan Bali. Tidak jauh dari lokasi PPI Paotere terdapat
satu pangkalan pendaratan ikan (PPI) yang bernama PPI Rajawali. PPI Rajawali
merupakan PPI yang lebih awal berdiri dibandingkan dengan PPI Paotere, namun
saat ini status PPI Rajawali telah berubah menjadi tempat pelelangan ikan (TPI).
Hal ini terjadi karena wilayah sekitar PPI Rajawali mengalami pendangkalan dan
penimbunan oleh bangunan-bangunan, sehingga tidak memungkinkan adanya
kapal-kapal ikan yang berlabuh di PPI tersebut. Agar aktivitas perekonomian di
lokasi tersebut tidak mati, maka pengelola PPI tersebut mensuplai ikan dari PPI
Paotere untuk bisa dijual kembali di TPI Rajawali.
Banyaknya aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Paotere tidak
terlepas dari permasalahan di dalamnya. Permasalahan yang pertama ialah PPI
Paotere sudah tidak memungkinkan untuk dilakukan perluasan lahan. Lahan yang
ada sudah semakin menyempit dikarenakan lokasi PPI Paotere saat ini diapit oleh
kawasan angkatan laut dan pelabuhan yang khusus mengangkut barang dan
penumpang. Permasalahan tersebut membuat kepala PPI Paotere berencana untuk
mengembangakan lokasi PPI menjadi PPI tipe mall. Dimana lahan parkir akan
dipindahkan ke atas dan aktivitas perikanan terpusat di lantai bawah. Akan tetapi
rencana tersebut tidak terealisasi karena banyak faktor yang menjadi kendala,
salah satu diantaranya adalah anggaran. Permasalahan selanjutnya ialah pola pikir
nelayan yang masih kurang terhadap penanganan hasil tangkapan, baik ketika di
atas kapal maupun ketika sampai di TPI. Pengelola PPI telah merencanakan
pembuatan hanggar (bangunan beratap sepanjang dermaga) yang fungsinya untuk

2

meminimalisir kontak langsung antara hasil tangkapan dengan panas matahari
ketika didaratkan. Hal tersebut akan mempengaruhi kualitas hasil tangkapan.
Hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Paotere sangat beraneka ragam dan alat
tangkap yang digunakannya pun beragam seperti pancing, pure seine, bubu, gill
net, cantrang dan lainnya. Adapun armada penangkapan yang digunakan oleh
nelayan sebagian besar ialah kapal motor berukuran kurang dari 5 GT.
Fungsi PPI Paotere itu sendiri tidak hanya sebagai tempat untuk
mendaratkan ikan laut saja namun ikan-ikan yang berasal dari perikanan darat
(tambak) pun ikut didaratkan dan dilelang di TPI Paotere. Saat ini keberadaan PPI
Paotere menjadi pusat bertemunya nelayan, pedagang dan pembeli ikan. PPI
Paotere menjadi pasar antar pulau yang menghubungkan nelayan dari pulau-pulau
sekitar Makassar diantaranya Pulau Lae-Lae, Pulau Kodingareng Lompo, Pulau
Kodingareng Keke, Pulau Barrang Ca’dik, Pulau Barrang Lompo dan pulau
lainnya. Nelayan di pulau-pulau tersebut menjual hampir seluruh hasil
tangkapannya ke PPI Paotere karena PPI Paotere merupakan satu-satunya PPI
yang jaraknya cukup dekat dan mudah dijangkau oleh nelayan-nelayan dari pulau
tersebut.
Melihat kondisi yang ada di PPI Paotere pada saat ini, dapat dikatakan
bahwa PPI Paotere masih berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan
tersebut dapat dilakukan dengan cara menganalisis jumlah produksi dan nilai
produksi yang dihasilkan oleh masing-masing armada penangkapan ikan dan
melakukan analisis usaha dari masing-masing armada penangkapan ikan oleh
karena itu, penelitian tentang pengembangan perikanan tangkap di Pangkalan
Pendaratan Ikan Paotere, Makasar perlu dilakukan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komoditas unggulan perikanan
tangkap dalam rangka mengembangkan produksi perikanan tangkap di Paotere,
Sulawesi Selatan.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan manfaat kepada para nelayan dan semua
pihak yang menginginkan adanya informasi terkait kondisi perikanan tangkap
yang baik di PPI Paotere untuk dikembangkan.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan selama 3 minggu mulai dari tanggal 8 – 28 Juni
2013 di PPI Paotere, Kecamatan Ujung Tanah Kabupaten Makassar, Sulawesi
Selatan.

3

Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survei. Metode survei
merupakan metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi untuk
memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada, keterangan yang faktual, baik
tentang institusi sosial, ekonomi atau politik suatu kelompok atau daerah (Nazir
2003)
Data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh langsung menggunakan alat bantu kuesioner dengan cara mengamati
kondisi lapang dan melakukan wawancara kepada responden yang diperoleh
secara purposive. Responden yang diambil adalah 10% dari total populasi nelayan
tangkap yang melakukan penangkapan ikan dan mendaratkan ikan di PPI secara
langsung yang berjumlah 200 orang. Nelayan tangkap tersebut tersebar di
beberapa pulau yang ada di sekitar PPI Paotere dantaranya Pulau Lae-Lae, Pulau
Kodingareng Lompo, Pulau Barrang Ca’dik, Pulau Barrang Lompo dan pulau
lainnya. Namun pada penelitian kali ini responden yang diambil hanya berasal
dari dua pulau saja yaitu Pulau Lae-Lae dan Pulau Kodingareng Lompo. Hal ini
dikarenakan dua pulau tersebut merupakan dua pulau yang lokasinya paling dekat
dengan PPI Paotere sehingga bisa dipastikan bahwa nelayan-nelayan dari pulau
tersebut sebagian besar menjual hasil tangkapannya ke PPI Paotere.
Nelayan yang dijumpai di dua pulau tersebut sebagian besar adalah nelayan
pancing. Berikut ini merupakan jumlah responden nelayan yang dijumpai di
lokasi penelitian yaitu 2 orang nelayan purse seine, 3 orang nelayan gill net, 13
orang nelayan pancing dan 2 orang nelayan bubu. Selain itu dilakukan pula
wawancara dengan pengelola PPI Paotere yang berjumlah 2 orang. Data sekunder
diperoleh dari studi literatur dan data statistik perikanan setempat diantaranya
adalah data produksi dan nilai produksi perikanan tangkap, jumlah alat tangkap,
jumlah kapal dan jumlah nelayan.
Analisis Data
Analisis Komoditas Unggulan
Komoditas unggulan suatu daerah dapat diketahui dengan menggunakan
metode skoring dimana metode tersebut dapat digunakan untuk menentukan
penilaian atau peringkat dari berbagai alternatif dengan kriteria yang ditentukan.
Menurut Mangkusubroto dan Trisandi (1985) metode skoring disajikan dalam
bentuk persamaan 1 dan 2 sebagai berikut:
. .......................................................................... (1)
................................................................ (2)
Keterangan :
V(x)
= fungsi nilai dari variabel X
X
= Nilai variabel X
Xi
= Nilai tertinggi pada kriteria X
X0
= Nilai terendah pada kriteria X
V(A) = Fungsi nilai dari alternatif A
V(Xi) = Fungsi nilai dari alternative pada kriteria ke-i

4

Aspek Biologi, Teknik, Sosial dan Ekonomi
Pengembangan perikanan tangkap di daerah tersebut juga dapat dapat
diketahui menggunakan seleksi teknologi. Menurut Haluan dan Nurani (1988),
seleksi teknologi dapat dilakukan melalui pengkajian aspek “bio-technico-socioeconomic-approach” yaitu (1) bila ditinjau dari segi biologi teknologi
penangkapan yang akan dikembangkan tidak merusak atau mengganggu
kelestarian sumberdaya, (2) secara teknis efektif digunakan, (3) dari segi sosial
dapat diterima masyarakat nelayan, dan (4) secara ekonomi teknologi bersifat
menguntungkan. Satu aspek tambahan yang tidak dapat diabaikan yaitu adanya
izin dari pemerintah. Selain itu pemilihan teknologi penangkapan ikan didasarkan
pada kriteria (1) selektivitas tinggi, (2) tidak destruktif terhadap habitat, (3) tidak
membahayakan nelayan (operator), (4) menghasilkan ikan yang bermutu baik, (5)
produk tidak membahayakan konsumen, (6) minimum hasil tangkapan yang
terbuang, (7) dampak minimum terhadap keanekaragaman sumber daya hayati,
dan (8) tidak menangkap spesies yang dilindungi (Hariyanto et al)
Aspek Biologi
Pengukuran parameter biologi pada penelitian ini dilakukan terhadap hasil
tangkapan nelayan sebagai salah satu sampel penelitian. Beberapa parameter
biologi yang akan dianalisis dalam penelitian ini diantaranya adalah CPUE (catch
per unit effort) dan nilai produksi hasil perikanan. Dimana CPUE merupakan
perbandingan antara jumlah hasil tangkapan dengan trip yang dilakukan. Rumus
CPUE dapat dilihat pada persamaan 3.
.......................................... (3)
Aspek Teknik
Pengukuran aspek teknis dilakukan pada perahu atau kapal serta alat
tangkap yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan (Rosalina 2008). Aspek
teknis penting untuk dianalisis karena menyangkut kegiatan perikanan mulai dari
pra produksi, produksi hingga proses pendistribusian ikan. Parameter teknis yang
akan dianalisis pada penelitian kali ini adalah ukuran kapal, mesin, bahan bakar,
alat tangkap yang digunakan, jumlah produksi per tahun dan biaya produksi per
trip.
Aspek Sosial
Pengukuran aspek sosial ini diarahkan kepada nelayan yang merupakan
pelaku utama dalam kegiatan penangkapan ikan. Keadaan sosial nelayan seiring
berjalannya waktu akan berubah-ubah sesuai tingkat pendidikan dan teknologi
unit penangkapan yang digunakan oleh nelayan baik tradisional maupun modern.
Parameter sosial penting untuk diketahui karena menyangkut masalah sumberdaya
manusia yang mengoperasikan unit penangkapan ikan agar menghindarkan
terjadinya friksi sosial diantara nelayan yang ada. Oleh karena itu, evaluasi
terhadap perikanan tangkap yang akan dikembangkan hendaknya dapat diterima
dengan baik oleh masyarakat setempat. Parameter yang akan dinilai diantaranya
tingkat pendidikan dan jumlah pendapatan bersih nelayan.

5

Aspek Ekonomi
Parameter ekonomi ini penting untuk dianalisis agar dapat mengetahui
tingkat perekonomian nelayan. Apabila sudah diketahui parameter ekonomi
tersebut maka dapat diketahui pula alat tangkap yang potensial untuk
dikembangkan di PPI Paotere. Parameter yang akan dianalisis adalah biaya
investasi, biaya tetap, dan biaya operasional. Parameter tersebut diperlukan untuk
menghitung analisis usaha, dimana analisis usaha berfungsi untuk mengetahui
apakah usaha tersebut untung atau rugi.
Net present value (NPV)
Net present value digunakan untuk menilai manfaat investasi yaitu berupa
nilai kini (present value) dari manfaat bersih barang yang dinyatakan dalam
rupiah. Barang dinyatakan layak usaha apabila NPV>0, sebaliknya apabila NPV 5 GT
Kapal 10-30 GT
Jumlah

Jumlah
1.338
203
124
1.666

Sumber: PPI Paotere (2009)
Alat Tangkap
Alat tangkap yang ada di PPI Paotere terdiri dari purse seine, pancing, gill
net, cantrang, tambak (jala) dan lain-lain. Berikut ini merupakan jumlah alat
tangkap dan ikan yang tertangkap, dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah alat tangkap dan jenis ikan yang tertangkap di PPI Paotere
Makassar
No
1

Alat Tangkap
Purse Seine

Jumlah
43

2

Pancing

305

3
4
5
6

Gil Net
Cantrang
Tambak (jala)
Lain –lain

70
27

Jenis Ikan Ditangkap
Layang, kembung, cakalang, tembang, bui-bui dan
ikantembang
Ikan merah, kakap, katamba, barukang, tawwasang,
baronang, kerapu/sunu, cucut dan hiu
Ekor kuning, tongkol, tenggiri dan peperek
Kepiting, gamasi dan teri
Bandeng dan udang
Lain-lain

63

Sumber: PPI Paotere (2009)
Komoditas Unggulan
Komoditas unggulan perikanan tangkap di suatu wilayah dapat ditentukan
dengan menggunakan metode skoring. Metode skoring ini berfungsi untuk
menentukan peringkat dari suatu alternatif. Berikut ini merupakan komoditas
unggulan yang ada di PPI Paotere Makassar.
Tabel 4 Metode skoring menentukan komoditas unggulan di PPI Paotere
Makassar
Rata2
No

Nama Ikan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Bandeng
Banyara
Bete-bete
Cakalang
Ikan merah
Layang
Lamuru
Mairo/teri
Sinrili
Tawassang
Tenggiri
Sunu

Jumlah
produksi
937.500
460.100
197.850
491.850
284.000
860.800
137.750
523.800
515.000
108.300
800
28.050

12.394.690.000
10.047.758.750
710.636.250
9.840.781.250
3.826.243.750
6.090.120.271
5.501.327.500
5.424.682.500
7039.706.250
621.148.750
20.725.000
1.282.626.250

Lain-lain

603.150

3.389.322.500

Nilai produksi

Skoring
Jumlah
Nilai
produksi
produksi
1,00
1,00
0,49
0,81
0,21
0,06
0,52
0,79
0,30
0,31
0,92
0,49
0,15
0,44
0,56
0,44
0,55
0,57
0,11
0,05
1,00
1,00
0,64

0,27

Total

UP

2,00
1,30
0,27
1,32
0,61
1,41
0,59
1,00
1,12
0,16
2,00

1
4
10
3
9
2
7
6
5
11
13
12

0,92

8

12

Berdasarkan metode skoring di atas, diketahui bahwa 5 besar komoditas
unggulan perikanan yang ada di PPI Paotere Makassar yang pertama ialah
didominasi oleh hasil perikanan darat yaitu ikan bandeng (Chanos chanos), yang
kedua ialah ikan layang (Decapterus rusellii), kemudian ikan cakalang
(Katsuwonus sp), selanjutnya ialah ikan banyara/kembung (Rostraliger sp) dan
terakhir ialah ikan sinrili (Elagatis bipinnulata). Komoditas unggulan tersebut
disajikan pada (Gambar 7)

Gambar 7 Komoditas Unggulan di PPI Paotere
Komoditas unggulan perikanan di PPI Paotere dari kelompok perikanan
darat ialah ikan bandeng (Chanos chanos) dan dari kelompok perikanan laut
adalah ikan layang (Decapterus rusellii). Ikan layang dan ikan bandeng dapat
dilihat pada (Gambar 8-9). Jumlah produksi rata-rata ikan bandeng setiap
tahunnya adalah 937.500 kg dan rata-rata nilai produksi setiap tahunnya sebesar
Rp 1,032,890.833. Ikan bandeng atau lebih dikenal dengan sebutan ikan bolu ini
berasal dari Pangkep, Maros, Barru, Pare-Pare, Takalar, Bantaeng dan
Bulukumba. Suplai terbesar bandeng berasal dari Pangkep hingga mencapai 3
ton/hari. Jumlah yang cukup banyak ini menjadikan ikan bandeng sebagai icon
kota Makassar dari golongan perikanan darat. Ikan bandeng menjadi salah satu
ikan yang sangat diandalkan oleh PPI Paotere karena ikan ini menjadi back up
perikanan laut ketika sedang terjadi musim barat dan paceklik. Ketika musim
barat dan paceklik tiba jumlah produksi PPI Paotere menurun, sebab sebagian
besar nelayan tidak melaut dan jumlah hasil tangkapannya sedikit, sehingga tidak
bisa memenuhi kebutuhan masyarakat untuk memperoleh ikan.

Sumber: Fishbase.org

Gambar 8 Ikan Layang
(Decapterus rusellii)

Sumber: Fishbase.org

Gambar 9 Ikan Bandeng
(Chanos chanos)

13

Jumlah produksi rata-rata ikan layang setiap tahunnya adalah 860.800 kg
dan rata-rata nilai produksi ikan layang setiap tahunnya sebesar Rp 874.205.813.
Sebagian besar nelayan di PPI Paotere Makassar melakukan operasi penangkapan
ikan-ikan tersebut menggunakan alat tangkap purse seine.
Pemilihan alat tangkap berdasarkan aspek biologi, teknik, sosial dan
ekonomi
Apek Biologi
Analisis aspek biologi meliputi CPUE (catch per unit effort) dan nilai
produksi. Semua data tersebut diperoleh dari data statistik perikanan PPI Paotere
dan hasil wawancara dengan nelayan. Pemberian nilai pada masing-masing unit
penangkapan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Masing-masing kriteria memiliki
nilai dengan urutan prioritas mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar.
Tabel 5 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek biologi
Unit Penangkapan
Ikan

X1

Pancing
Gill net
Bubu
Purse seine

3,39
1949,57
118,86
95.644,44

V1(X1)
0,0000
0,0203
0,0012
1,0000

Kriteria Penilaian
X2
20.725.000
10.047.758.750
1.282.626.250
6.090.120.271

V2(X2)
0,0000
1,0000
0,1258
0,6053

V(A)1
0,0000
1,0203
0,1271
1,6053

UP
4
2
3
1

Sumber: Data primer diolah (2013)
Keterangan:
X1
= CPUE (kg/trip)
X2
= Nilai produksi (Rp)
V(A) = Fungsi nilai dari alternatif A, yaitu jumlah dari Vi(Xi)
UP
= Urutan prioritas

Aspek biologi yang dianalisis (Tabel 5) meliputi CPUE dan nilai produksi
ikan di PPI Paotere. Ikan tenggiri (Scomberomorus sp) dapat dilihat pada
(Gambar 10), merupakan ikan yang paling banyak tertangkap oleh alat tangkap
pancing dengan CPUE sebesar 3,39 kg/trip dan nilai produksi sebesar Rp
20.725.000. Musim penangkapan ikan tenggiri adalah 3 bulan yaitu bulan JuniAgustus. Ikan tenggiri dapat dilihat pada (gambar 10)

Sumber: Fishbase.org

Gambar 10 Ikan Tenggiri
(Scomberomorus sp)

Sumber: Fishbase.org

Gambar 11 Ikan Kerapu
(Epinephelus sp)

Ikan kerapu (Epinephelus sp) merupakan ikan yang paling banyak
tertangkap oleh alat tangkap bubu dengan CPUE sebesar 118,86 kg/trip dan nilai
produksi sebesar Rp 1.282.626.250. Musim penangkapan ikan kerapu adalah 2
bulan yaitu bulan Juni-Juli. Ikan kerapu dapat dilihat pada (Gambar 11)

14

Pada alat tangkap gill net jenis ikan yang tertangkap diantaranya
katombo/kembung, layang, cakalang dan sarden. Ikan katombo/kembung
(Rostraliger sp) merupakan ikan yang paling banyak tertangkap oleh alat tangkap
gill net. Ikan kembung dapat dilihat pada (Gambar 12).

Sumber: PPIPP-KKP

Gambar 12 Ikan Kembung
(Rostraliger sp)
Jumlah CPUE ikan kembung di PPI Paotere sebesar 1449,57 kg/trip dan
nilai produksi sebesar Rp 10.047.758.750. Musim penangkapan ikan
katombo/kembung adalah 3 bulan yaitu bulan Mei-Juli. Sedangkan pada alat
tangkap purse seine ikan yang paling banyak tertangkap adalah ikan layang
(Decapterus ruselli) dengan jumlah CPUE sebesar 95.644,44 kg/trip dengan nilai
produksi Rp 6.090.120.271. Ikan layang dapat dilihat pada (Gambar 13)

Sumber: Fishbase.org

Gambar 13 Ikan Layang
(Decapterus rusellii)
Hasil perhitungan CPUE (X1) dan nilai produksi (X2) dianalisis
menggunakan metode skoring. Analisis tersebut menghasilkan bahwa pada alat
tangkap pancing memperoleh jumlah nilai fungsi sebesar 0, pada alat tangkap gill
net memperoleh jumlah nilai fungsi sebesar 1,020, sedangkan alat tangkap bubu
jumlah nilai fungsi yang dihasilkan adalah 0,127 dan pada alat tangkap purse
seine nilai fungsi yang dihasilkan sebesar 1,605. Berdasarkan jumlah nilai fungsi
(ViXi) tersebut dapat diketahui bahwa alat tangkap purse seine merupakan alat
tangkap yang memiliki skor paling besar sehingga pada analisis aspek biologi ini
alat tangkap tersebut merupakan alat tangkap yang paling baik dibandingkan alat
tangkap pancing, gill net dan bubu.

15

Aspek Teknik
Aspek teknik merupakan aspek yang diteliti karena berhubungan dengan
aktivitas produksi usaha penangkapan ikan. Disamping ukuran kapal, mesin,
bahan bakar serta alat tangkap yang diteliti aspek ini pun meneliti jumlah produksi
yang dihasilkan selama satu tahun dan jumlah produksi yang dihasilkan dalam
satu kali trip. Semua data tersebut diperoleh dari hasil wawancara dengan nelayan.
Pemberian nilai pada masing-masing unit penangkapan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 6. Masing-masing kriteria memiliki nilai dengan urutan
prioritas mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar.
Tabel 6 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek teknik
Unit Penangkapan

X1
V1(X1)
Pancing
7,69
0,32
Gill net
3,67
0,33
Bubu
11,50
0,50
.
Purse seine
400,00
0,50
Sumber: Data primer diolah (2013)

Kriteria Penilaian
X2
V2(X2)
1.815,38
0,32
865,33
0,33
2.714,00
0,50
94.400,00
0,50

V(A)2
0,63
0,67
1,00
1,00

UP
4
3
2
1

Keterangan:
X1
= Jumlah produksi per trip (kg/tahun)
X2
= Jumlah produksi per tahun (kg/tahun)
V(A) = Fungsi nilai dari alternatif A, yaitu jumlah dari Vi(Xi)
UP
= Urutan prioritas

Aspek teknik yang dianalisis (Tabel 6) meliputi aspek yang berhubungan
dengan kegiatan produksi perikanan tangkap. Selain data alat tangkap dan kapal
yang dibutuhkan, jumlah produksi per trip (X1) dan jumlah produksi per tahun
(X2) juga merupakan bagian penting yang harus diketahui. Pada alat tangkap
pancing jumlah X1 sebesar 7,69 kg sedangkan jumlah X2 sebesar 1.815,38 kg.
Alat tangkap gill net memperoleh nilai X1 sebesar 3,67 kg, sedangkan nilai X2
sebesar 865,33 kg. Pada alat tangkap bubu memperoleh nilai X1sebesar 11,5 kg
dan nilai X2 sebesar 2.714 kg dan terakhir pada alat tangkap purse seine nilai X1
yang diperoleh ialah 400 kg dan nilai X2 yang diperoleh sebesar 94.400 kg.
Jika dilihat dari aspek teknik, alat tangkap purse seine menempati prioritas
utama dalam jumlah produksi per trip dan jumlah produksi per tahunnya. Apabila
dilihat dari aspek biologi, alat tangkap purse seine juga menempati posisi pertama
dibandingkan ketiga alat tangkap lainnya dalam hal komposisi targetan utama dan
lama musim penangkapan. Hal ini disebabkan karena alat tangkap purse seine
merupakan alat yang memiliki tingkat efektifitas tangkap yang lebih tinggi karena
melihat jenis alatnya yang cukup besar dan membentuk mangkok sehingga
memungkinkan gerombolan ikan banyak tertangkap oleh alat tangkap tersebut,
selain itu ukuran mata jaring yang digunakan juga sesuai dengan target ikan yang
akan ditangkap. Selain itu operasi penangkapan menggunakan alat tangkap purse
seine dilakukan selama kurang lebih 18-20 hari. Meskipun dari jumlah trip per
tahunnya lebih sedikit dibandingkan ketiga alat tangkap lainnya yang rata-rata
melakukan operasi penangkapan per hari, namun dari jumlah produksi per
tahunnya alat tangkap purse seine tetap unggul. Setelah dilakukan standardisasi
nilai fungsi dari jumlah produksi per trip dan jumlah produksi per tahun maka

16

diketahui bahwa alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang lebih baik
dibandingkan dengan alat tangkap pancing, gill net dan bubu.
Aspek Sosial
Analisis aspek sosial merupakan penilaian dari aspek sosial yang terdiri dari
tingkat pendidikan dan jumlah pendapatan bersih nelayan yang diterima selama
mengoperasikan alat tangkap. Aspek tersebut akan mempengaruhi tingkat sosial
masyarakat nelayan setempat. Semua data tersebut diperoleh dari hasil wawancara
dengan nelayan.
Pemberian nilai pada masing-masing unit penangkapan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 7. Masing-masing kriteria memiliki nilai dengan urutan
prioritas mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar.
Tabel 7 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek sosial
Unit
Penangkapan

X1
V1(X1)
Pancing
0,9
0,00
Gill net
1,0
0,06
Bubu
1,0
0,06
Purse seine
2,5
1,00
Sumber: Data primer diolah (2013)

Kriteria Penilaian
X2
V2(X2)
69.234.038
0,00414
37.233.333
0,00000
37.570.000
0,00004
7.762.000.000
1,00000

V(A)3
0,00414
0,06250
0,06254
2,00000

UP
4,00
3,00
2,00
1,00

Keterangan:
X1
= Tingkat pendidikan nelayan
X2
= Pendapatan nelayan (Rp/tahun)
V(A) = Fungsi nilai dari alternatif A, yaitu jumlah dari Vi(Xi)
UP
= Urutan prioritas

Aspek sosial yang dianalisis (Tabel 7) meliputi aspek tingkat pendidikan
dan jumlah pendapatan nelayan yang diterima selama mengoperasikan alat
tangkap. Diketahui bahwa rata-rata pendidikan nelayan pancing adalah sekolah
dasar (SD), dari 13 responden terdapat 12 orang yang berpendidikan sekolah dasar
(SD) dan satu orang berpendidikan sekolah menengah atas (SMA). Pada nelayan
gill net rata-rata pendidikannya juga adalah sekolah dasar (SD), dari 3 responden
nelayan gill net semuanya berpendidikan sekolah dasar (SD). Tidak jauh berbeda
dengan nelayan sebelumnya, dari 2 responden nelayan bubu semua berpendidikan
terakhir sekolah dasar (SD). Adapun dari 2 responden nelayan purse seine
pendidikan terakhir masing-masing nelayan adalah sekolah dasar (SD) dan sarjana
(S1).
Jumlah pendapatan bersih nelayan setiap tahun yang diperoleh masingmasing alat tangkap begitu beragam. Pada nelayan pancing jumlah pendapatan
yang diperoleh sebesar Rp 69.234.038,- sedangkan pada alat tangkap gill net
pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 37.233.333,- sedangkan pada nelayan bubu
memperoleh pendapatan sebesar Rp 37.570.000,- . Pada alat tangkap purse seine
nelayan memperoleh pendapatan sebesar Rp7.762.000.000,-.
Melihat hasil analisis di atas diketahui bahwa alat tangkap purse seine
memiliki persentase tingkat pendidikan nelayan yang lebih tinggi yaitu sarjana
(S1) dibandingkan dengan alat tangkap pancing, gill net dan bubu yang rata-rata
tingkat pendidikannya adalah sekolah dasar. Selain itu pendapatan bersih yang
diperoleh oleh nelayan purse seine memperoleh posisi paling tinggi dibandingkan

17

pendapatan bersih dari tiga alat tangkap lainnya sehingga pada aspek sosial ini
dapat disimpulkan bahwa alat tangkap purse seine lebih baik dibandingkan alat
tangkap pancing, gill net dan bubu.
Pengelola PPI Paotere memiliki program unggulan terkait pembinaan
nelayan dan organisasi nelayan yang dilakukan secara rutin dan
berkesinambungan. Program tersebut berjalan lancar berkat adanya kerjasama
yang baik antara pengelola PPI dan dukungan yang positif dari nelayan sehingga
program-program yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Adapun
kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Mengadakan pertemuan setiap satu bulan sekali antara pengelola PPI
dengan pengurus Koperasi Insan Perikanan dan ketua kelompok nelayan
dalam rangka membahas tentang kemungkinan adanya hambatan yang
dialami selama pelaksanaan program dan mencari solusi bersama-sama
dari masalah yang dihadapi;
2) Mengadakan pertemuan dengan anggota koperasi dan kerukunan nelayan
setiap tiga bulan sekali dengan tujuan mengevaluasi kegiatan nelayan
sekaligus memberikan bimbingan dalam meningkatakan kegiatan usaha
yang telah berjalan;
3) Mengadakan pelatihan keterampilan juru mudi kapal perikanan setiap satu
tahun sekali dengan mengikutsertakan taruna nelayan sebagai peserta
pelatihan. Kegiatan ini merupakan kerjasama yang dilakukan oleh
Syahbandar Makassar dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi
Sulawesi Selatan; dan
4) Mengikutsertakan pengurus/karyawan koperasi dalam kegiatan pelatihan
tentang perkoperasian yang dilaksanaan oleh pengurus koperasi baik di
daerah maupun di pusat.
Aspek Ekonomi
1)
Analisis usaha perikanan pancing
(1) Analisis pendapatan
Analisis pendapatan merupakan analisis yang digunakan untuk
menentukan pendapatan yang diperoleh. Nilai tersebut diperoleh dengan cara
mengurangi total pemasukan terhadap total pengeluaran. Total penerimaan yang
diperoleh sebesar Rp 69.234.038 dan total pengeluaran sebesar Rp 18.293.026
diperoleh keuntungan sebesar Rp 50.941,01
(2) Analisis investasi
Analisis investasi ini terdiri dari arus masuk (inflow) dan arus keluar
(outflow), dimana inflow merupakan semua pemasukan yang menjadi nilai tambah
suatu usaha sedangkan outflow merupakan semua biaya/beban yang mengurangi
nilai suatu usaha. Agar dapat diketahui apakah usaha tersebut layak atau tidak
maka dapat dilihat dari nilai NPV, Net B/C dan IRR yang telah dihitung.
Tabel 8 Hasil perhitungan cash flow usaha perikanan pancing di PPI
Makassar
No

Kriteria Investasi

Jumlah

1

NPV

181,960,624.84

2

Net B/C

6.58

3
IRR
Sumber: Data primer diolah (2013)

146%

Paotere

18

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa NPV sebesar Rp 181.960.624,84,
artinya nilai saat ini dari keuntungan yang diperoleh selama umur proyek 5 tahun
dimasa yang akan datang adalah Rp 181.960.624,84. Net B/C sebesar 6.58 itu
artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan
sebesar 6 rupiah 58 sen selama umur proyek 5 tahun dengan suku bunga sebesar
6%. IRR sebesar 146% artinya usaha tersebut dapat memberikan tingkat
pengembalian sebesar 146% per tahun dari seluruh investasi yang ditanamkan
selama umur proyek 5 tahun. Melihat hasil perhitungan kriteria investasi pada
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa usaha perikanan pancing ini layak untuk
dikembangkan.
(3)

Analisis usaha perikanan gill net
(1) Analisis pendapatan
Analisis pendapatan merupakan analisis yang digunakan untuk
menentukan pendapatan yang diperoleh. Nilai tersebut diperoleh dengan cara
mengurangi total pemasukan terhadap total pengeluaran. Total penerimaan yang
diperoleh sebesar Rp 37.233.333 dan total pengeluaran sebesar Rp 459.885.333
diperoleh kerugian sebesar Rp 422.652.000.
(2) Analasis investasi
Analisis investasi ini terdiri dari arus masuk (inflow) dan arus keluar
(outflow), dimana inflow merupakan semua pemasukan yang menjadi nilai tambah
suatu usaha sedangkan outflow merupakan semua biaya/beban yang mengurangi
nilai suatu usaha. Agar dapat diketahui apakah usaha tersebut layak atau tidak
maka dapat dilihat dari nilai NPV, Net B/C dan IRR yang telah dihitung.
Tabel 9 Hasil perhitungan cash flow usaha perikanan gill net di PPI Paotere
Makassar
No

Kriteria investasi

1

NPV

2

Net B/C

3
IRR
Sumber: Data primer diolah

Jumlah
-2.236.859.575,87
-

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa NPV sebesar -2.236.859.575,87
artinya nilai saat ini dari keuntungan yang diperoleh selama umur proyek 5 tahun
dimasa yang akan datang adalah Rp -2.236.859.575,87 atau dengan kata lain
mengalami kerugian sebesar 2.236.859.575,87. Pada perhitungan Net B/C dan
IRR diperlukan nilai NPV+, namun pada cashflow perikanan gill net ini tidak
menghasilkan nilai NVP+ sehingga nilai Net B/C dan IRR nya tidak bisa dihitung.
Melihat hasil perhitungan kriteria investasi pada tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa usaha perikanan gill net ini tidak layak untuk dikembangkan.
(3)

Analisis usaha perikanan bubu
(1) Analisis pendapatan
Analisis pendapatan merupakan analisis yang digunakan untuk
menentukan pendapatan yang diperoleh. Nilai tersebut diperoleh dengan cara
mengurangi total pemasukan terhadap total pengeluaran. Total penerimaan yang

19

diperoleh sebesar Rp 37.570.000 dan total pengeluaran sebesar Rp 81.184.000
diperoleh kerugian sebesar Rp 43.614.000.
(2) Analisis investasi
Analisis investasi ini terdiri dari arus masuk (inflow) dan arus keluar
(outflow), dimana inflow merupakan semua pemasukan yang menjadi nilai tambah
suatu usaha sedangkan outflow merupakan semua biaya/beban yang mengurangi
nilai suatu usaha. Agar dapat diketahui apakah usaha tersebut layak atau tidak
maka dapat dilihat dari nilai NPV, Net B/C dan IRR yang telah dihitung.
Tabel 10 Hasil perhitungan cash flowusaha perikanan bubu di PPI Paotere
Makassar
No

Kriteria Investasi

Jumlah

1

NPV

-282.872.751,12

2

Net B/C

-

3
IRR
Sumber: Data primer diolah (2013)

-

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa NPV sebesar Rp -282.872.751,12,
artinya nilai saat ini dari keuntungan yang diperoleh selama umur proyek 5 tahun
dimasa yang akan datang adalah Rp -282.872.751,12 atau dengan kata lain
mengalami kerugian sebesar Rp 282.872.751,12, Pada perhitungan Net B/C dan
IRR diperlukan nilai NPV+, namun pada cashflow perikanan bubu ini tidak
menghasilkan nilai NVP+ sehingga nilai Net B/C dan IRR nya tidak bisa dihitung.
Melihat hasil perhitungan kriteria investasi pada tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa usaha perikanan bubu ini tidak layak untuk dikembangkan.
(3)

Analisis usaha perikanan purse seine
(1) Analisis pendapatan
Analisis pendapatan merupakan analisis yang digunakan untuk
menentukan pendapatan yang diperoleh. Nilai tersebut diperoleh dengan cara
mengurangi total pemasukan terhadap total pengeluaran. Total penerimaan yang
diperoleh sebesar Rp 7.762.000.000 dan total pengeluaran sebesar Rp
142.171.181 diperoleh keuntungan sebesar Rp 7.619.828.819
(2) Analisis investasi
Analisis investasi ini terdiri dari arus masuk (inflow) dan arus keluar
(outflow), dimana inflow merupakan semua pemasukan yang menjadi nilai tambah
suatu usaha sedangkan outflow merupakan semua biaya/beban yang mengurangi
nilai suatu usaha. Agar dapat diketahui apakah usaha tersebut layak atau tidak
maka dapat dilihat dari nilai NPV, Net B/C dan IRR yang telah dihitung.
Tabel 11 Hasil perhitungan cash flowusaha perikanan purse seine di PPI
Paotere Makassar
No
Kriteria Investasi
Jumlah
1
31.777.046.458,99
NPV
2
100,17
Net B/C
3
2.243%
IRR
Sumber: Data primer diolah (2013)

20

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa NPV sebesar Rp 31.777.046.458,99
artinya nilai saat ini dari keuntungan yang diperoleh selama umur proyek 5 tahun
dimasa yang akan datang adalah Rp 31.777.046.458,99. Net B/C sebesar 100,17
itu artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan
penerimaan sebesar 100 rupiah 17 sen selama umur proyek 5 tahun dengan suku
bunga sebesar 6%. IRR sebesar 2.243% artinya usaha tersebut dapat memberikan
tingkat pengembalian sebesar 2.243% per tahun dari seluruh investasi yang
ditanamkan selama umur proyek 5 tahun. Melihat hasil perhitungan kriteria
investasi pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa usaha perikanan purse seine
ini layak untuk dikembangkan.
Tabel 12 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek ekonomi
Unit
Penangkapan
X1
Pancing
69.234.038
Gillnet
37.233.333
Bubu
37.570.000
Purse seine
7.762.000,000
Sumber : Data primer diolah (2013)

V1(X1)
0,00414
0
0,00004
1,00000

Kriteria penilaian
X2
V2(X2)
18.293.026 0
459.885.333 1,000000
81.184.000 0,142419
142.171181 0,280526

VA4
0,004143
1,000000
0,142462
1,280526

UP
4
2
3
1

Keterangan:
X1
= Penerimaan nelayan (Rp)
X2
= Pengeluaran nelayan (Rp)
V(A) = Fungsi nilai dari alternatif A, yaitu jumlah dari Vi(Xi)
UP
= Urutan prioritas

Berdasarkan metode skoring terhadap aspek ekonomi yang dilakukan
terhadap penerimaan nelayan (X1) dan pengeluaran nelayan (X2) dari masingmasing alat tangkap diketahui bahwa alat tangkap purse seine merupakan alat
tangkap yang paling baik dibandingkan ketiga alat tangkap lainnya. Hal ini
dibuktikan dengan penerimaan nelayan purse seine mencapai Rp 7.762.000.000
dengan pengeluaran Rp 142.171.181 sehingga nelayan tersebut memperoleh
keuntungan yang cukup besar yaitu Rp 7.619.828.819.
Berdasarkan analisis