Strategi Pengembangan Bisnis Budidaya Ikan Lele di Kolam Usaha Perikanan Rakyat

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM USAHA PERIKANAN RAKYAT

SKRIPSI

Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu (S-1) Ilmu Administrasi Bisnis Pada Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Disusun Oleh:

DWI YANI ELFRIDA 100907044

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA/ BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya berkat dan kasih karunia-Nya, penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Bisnis Budidaya Ikan Lele Di Kolam Usaha Perikanan Rakyat”

Laporan penelitian ini disusun sebagai pesyaratan guna memperoleh memperoleh gelar sarjana Administrasi Niaga/ Bisnis pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi lingkungan eksternal dan internal yang dihadapi oleh Usaha Perikanan Rakyat dan merumuskan strategi pengembagan bisnis yang tepat di terapkan untuk Usaha Perikanan Rakyat.

Penyusunan penelitian ini tidak lepas dati bantuan berbagai pihak. Karena ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tuaku tercinta, Bapakku G. Ginting, Bsc dan Mamakku D. br Sitorus atas doa, dukungan, dan cinta kasih yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, Msi selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. DR. Marlon Sihombing, MA selaku ketua Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis yang telah memberikan nasehat- nasehat yang membangun selama ini.

4. Bapak Arifin Nasution, S.Sos, MSP selaku sekretaris Ilmu Administrasi Niaga/BisnisFakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(3)

5. Ibu Siswati Saragi, S.Sos, MSP selaku administrasi yang telah banyak memberikan bantuan, nasehat dan saran selama ini seperti kakak sendiri. 6. Bapak Ir. Eddy Aswary, MM selaku dosen pemimbing saya yang telah

memberikan kritik, masukan, dan saran untuk menyelesaikan skripsi. 7. Kakak- kakak dan abang- abangku yang telah memberikan dukungan dan

motivasinya.

8. Teman-temanku tersayang Adminstrasi Bisns ‘010 khususnya Murniati, Nur Halimah, Sufriati Gultom, Dewi Fajar, Mei Samosir, Mentari Astuti, Nurul. Dan juga teman-teman NHKBP Pancur Batu yang telah membantu saya menyelesaikan skripsi ini.

9. Adik tetanggaku, Sriita. Terima kasih sudah menemani selama penelitian 10.Kepada pihak- pihak yang tidak dapat saya sebut satu per satu, terima ksih

banyak atas bantuan dan rasa kepeduliannya kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk penelitian lanjutan di masa mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, April 2014


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 ... Latar Belakang ... 1

1.2 ... Rumus an Masalah ... 8

1.3 ... Batasa n Masalah ... 9

1.4 ... Tujuan Penelitian ... 9

1.5 ... Manfa at penelitian ... 9

BAB II KERANGKA TEORI ... 11

2.1. ... Strateg i ... 11

2.1.1. Pengertian Strategi ... 11

2.1.2. Tipe-tipe Strategi ... 12

2.1.3. Analisis SWOT sebagai Alat Formulasi Strategis ... 13

2.1.3.1. ... Analisi s Lingkungan Internal ... 14

2.1.3.2. ... Analisi s Lingkungan Eksternal ... 15

2.2. ... Bisnis ... 19

2.2.1 Pengertian Bisnis ... 20

2.2.2. Strategi Bisnis ... 20

2.3. Pengembangan Usaha ... 21

2.3.1. ... Penger tian Pengembangan Usaha ... 21


(5)

2.3.2. ... Teknik

Pengembangan Usaha ... 22

2.3.3. ... Tahapa n Pengembangan Usaha ... 22

2.4. Ikan Lele ... 23

2.4.1 ... Klasifi kasi Ikan Lele ... 24

2.5. Kerangka Pemikiran Operasional ... 25

BAB III METODE PENELITIAN . ……… 26

3.1 Bentuk Penelitian……… 26

3.2 Lokasi Penelitian ... 26

3.3 Informan Penelitian……… 26

3.4 Definisi Konsep……… 27

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.6 Teknik Analisis Data ... 28

3.6.1 ... Analisi s Deskriptif ... 29

3.6.2 ... Analisi s SWOT ... 29

3.6.3 ... Matrik s SWOT ... 29

3.6.4 ... Matrik s Faktor Strategi Internal ... 31

3.6.5 ... Matrik s Faktor Strategi Eksternal ... 33

3.6.6 ... Diagra m Analisis SWOT ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 37

4.1 ... Deskri psi Lokasi Penelitian ... 37

4.1.1 ... Profil Usaha Budidaya ... 37

4.1.2 ... Lokasi Usaha Perikanan Rakyat ... 38

4.1.3 ... Visi dan Misi ... 39

4.1.4 ... Struktu r Organisasi ... 39

4.1.5 ... Kegiat an Produksi ... 39


(6)

4.2 ... Penyajian Data ... 42

4.2.1 ... Analisi s Lingkungan Perusahaan ... 42 4.2.1.1 ... Analisi

s Lingkungan Internal ... 43 4.2.1.2 ... Analisi

s Lingkungan Eksternal ... 47 4.2.2 ... Karakt eristik Informan ... 55 4.3 ... Analisi

s Data ... 55 4.3.1 ... Analisi

s SWOT Usaha Perikanan Rakyat (UPR) ... 55 4.3.1.1 ... Faktor

Strategi Internal ... 55 4.3.1.2 ... Faktor

Strategi Eksternal ... 58 4.3.2 ... Matrik

s SWOT ... 62 4.3.3 ... Matrik s Faktor Strategi Internal ... 67 4.3.4 ... Matrik s Faktor Strategi Eksternal ... 68 4.3.5 ... Diagra m Analisis SWOT ... 70 4.4 ... Pemba hasan ... 73 BAB V PENUTUP ... 75 5.1 ... Kesim pulan ... 75 5.2 ... Saran

... 76

DAFTAR PUSTAKA……… 77


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kekuatan Persaingan Industri ... 17

2.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 24

3.1 Diagram Cartesius Analisis SWOT ... 35


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Volume Perikanan Tangkap Periode Tahun 2009 – 2012 ... 1

1.2 Volume Perikanan Budidaya Periode Tahun 2009 – 2012 ... 2

3.1 Matriks SWOT ... 29

3.2 Matriks Intermal Analysis Summary (IFAS) ... 31

3.3 Matriks Ekstermal Analysis Summary (EFAS) ... 34

4.1 Tabel Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman .... 61

4.2 Matriks SWOT ... 63

4.3 Matriks Intermal Analysis Summary (IFAS) ... 68


(9)

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM USAHA PERIKANAN RAKYAT

Nama : Dwi Yani Elfrida Nim : 100907044

Jurusan : Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis Pembimbing : Ir. Eddy Aswary, MM

ABSTRAK

Sektor perikanan Indonesia dari tahun ke tahun mengalami kemajuan yang pesat. Ada dua potensi lestari sumber daya perikanan yaitu perikanan tangkap dan budidaya. Namun pertumbuhan produksi budidaya yang lebih signifikan peningkatannya dibandingkan produksi perikanan tangkap membuktikan bahwa peluang perikanan budidaya lebih besar untuk dijadikan kesempatan dan pengembangan usaha dan sangat menjanjikan di masa akan datang. Salah satu bentuk komoditi budidaya adalah usaha budidaya ikan lele Sangkuriang. Salah satu usaha yang membudidayakan lele Sangkuriang adalah Usaha Perikanan Rakyat. Usaha Perikanan Rakyat (UPR) menghadapi kendala untuk meningkatkan skala usahanya. Sehingga Usaha Perikanan Rakyat membutuhkan strategi yang tepat untuk mengatasi kendala tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi faktor internal yang dimiliki Usaha Perikanan Rakyat, (2) mengidentifikasi faktor eksternal yang dimiliki Usaha Perikanan Rakyat, dan (3) Strategi yang tepat untuk diterpkan pada Usaha Perikanan Rakyat. Alat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis SWOT, matriks SWOT, matriks IFAS dan matriks EFAS. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa faktor lingkungan internal yang mempengaruhi pengembangan bisnis Usaha Perikanan Rakyat terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan adalah (1) pemasaran tidak langsung, (2) memiliki keterampilan dan keahliam budidaya, (3) lahan yang luas, (4) mudah untuk dibudidayakan, dan (5) kualitas benih yang bagus. Faktor kelemahan adalah (1) pengusaha ikan tidak bisa menentukan harga sendiri, (2) tidak memiliki karyawan, (3) modal yang terbatas, (4) belum dapat memenuhi permintaan pasar, dan (5) keterampilan manajemen yang rendah. Faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhi pengembangan bisnis Usaha Perikanan Rakyat terdiri dari faktor peluang dan ancaman. Faktor peluang adalah (1) dekat dengan pakan tambahan, (2) Adanya bantuan modal dari pemerintah dan swasta untuk mengembangan usaha kecil menengah. (3) Lingkungan yang aman, (4) kemajuan ilmu pengetahuaan, teknologi, dan informasi, (5) Permintaan akan ikan semakin meningkat, (6) Belum memiliki pesaing sejenis, (7) Memiliki pelanggan yang setia, dan (8) Tidak terdapat produk pengganti. Faktor ancaman adalah (1) Cuaca dan iklim, (2) Hama dan penyakit, (3) Kenaikan Harga Pakan Utama, (4) Adanya ketergantungan kepada pemasok, dan (5) persaingan usaha sesama ikan air tawar. Strategi yang dapat diterapkan di Usaha Perikanan Rakyat untuk pengembangan bisnis di masa akan datang adalah stratgi SO atau strategi agresif.

Kata kunci: strategi, budidaya, ikan lele, faktor eksternal, faktor internal, analisis SWOT


(10)

BUSINESS DEVELOPMENT STRATEGY OF CATFISH CULTIVATION IN USAHA PERIKANAN RAKYAT’S FISHPONDS

Name : Dwi Yani Elfrida Nim : 100907044

Department : Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis Adviser : Ir. Eddy Aswary, MM

ABSTRACT

Indonesian’s fisheries sector from year to year has been progress rapidly. There are two potential fishery resources is wild fishery and aquaculture. However, growth in aquaculture production is more significant than the increase fisheries production proves that greater opportunities for aquaculture and provided an opportunity for business development and very promising in the future. One form is the cultivation of commodity Sangkuriang. One of which is the cultivation of Sangkuriang’catfish is Usaha Perikanan Rakyat. Usaha Perikanan Rakyat faced problems to scaling up its business. So the fishery business people need the right strategy to overcome these problems.

Based on the description above, the purpose of this study was (1) to identify internal factors of Usaha Perikanan Rakyat, (2) to identify the external factors of Usaha Perikanan Rakyat, and (3) the appropriate strategy for the People's adequate for Usaha Perikanan Rakyat. The analytical tool used in this study is a SWOT analysis, SWOT matrix, the IFAS matrix, and EFAS matrix Based on the results of research conducted found that internal environmental factors that influence the business development efforts of the People consists of factors Fisheries strengths and weaknesses . The power factor are (1) indirect marketing , (2) have the skills and expertise of cultivation , (3) large tracts of land , (4) easy to be cultivated , and (5) good quality seed . Weakness factor are (1)fish employers cannot determine their own prices , (2) does not have any employees , (3) limited capital , (4) have not been able to meet the market demand , and (5) low management skills . External environmental factors that influence the business development efforts of the factors comprising the People Fishing opportunities and threats. Chance factor is (1) close to the extra feed, (2) existence of government aid and private capital to develop small and medium enterprises, (3) a safe environment, (4) the advancement of science technology and information, (5) The demand for fish is increasing, (6) There has similar competitors, (7) Having a loyal customer, and (8) There is no replacement product. Threat factors are (1) The weather and climate, (2) Pests and diseases, (3) Increase the Main Feed, (4) presence of dependence on suppliers, and (5) competition among freshwater fish. Strategies that can be applied in fishery business people for business development in the future is SO strategy or aggressive strategy.

Keywords: strategy, aquaculture, catfish, external factors , internal factors , SWOT analysis


(11)

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM USAHA PERIKANAN RAKYAT

Nama : Dwi Yani Elfrida Nim : 100907044

Jurusan : Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis Pembimbing : Ir. Eddy Aswary, MM

ABSTRAK

Sektor perikanan Indonesia dari tahun ke tahun mengalami kemajuan yang pesat. Ada dua potensi lestari sumber daya perikanan yaitu perikanan tangkap dan budidaya. Namun pertumbuhan produksi budidaya yang lebih signifikan peningkatannya dibandingkan produksi perikanan tangkap membuktikan bahwa peluang perikanan budidaya lebih besar untuk dijadikan kesempatan dan pengembangan usaha dan sangat menjanjikan di masa akan datang. Salah satu bentuk komoditi budidaya adalah usaha budidaya ikan lele Sangkuriang. Salah satu usaha yang membudidayakan lele Sangkuriang adalah Usaha Perikanan Rakyat. Usaha Perikanan Rakyat (UPR) menghadapi kendala untuk meningkatkan skala usahanya. Sehingga Usaha Perikanan Rakyat membutuhkan strategi yang tepat untuk mengatasi kendala tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi faktor internal yang dimiliki Usaha Perikanan Rakyat, (2) mengidentifikasi faktor eksternal yang dimiliki Usaha Perikanan Rakyat, dan (3) Strategi yang tepat untuk diterpkan pada Usaha Perikanan Rakyat. Alat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis SWOT, matriks SWOT, matriks IFAS dan matriks EFAS. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa faktor lingkungan internal yang mempengaruhi pengembangan bisnis Usaha Perikanan Rakyat terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan adalah (1) pemasaran tidak langsung, (2) memiliki keterampilan dan keahliam budidaya, (3) lahan yang luas, (4) mudah untuk dibudidayakan, dan (5) kualitas benih yang bagus. Faktor kelemahan adalah (1) pengusaha ikan tidak bisa menentukan harga sendiri, (2) tidak memiliki karyawan, (3) modal yang terbatas, (4) belum dapat memenuhi permintaan pasar, dan (5) keterampilan manajemen yang rendah. Faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhi pengembangan bisnis Usaha Perikanan Rakyat terdiri dari faktor peluang dan ancaman. Faktor peluang adalah (1) dekat dengan pakan tambahan, (2) Adanya bantuan modal dari pemerintah dan swasta untuk mengembangan usaha kecil menengah. (3) Lingkungan yang aman, (4) kemajuan ilmu pengetahuaan, teknologi, dan informasi, (5) Permintaan akan ikan semakin meningkat, (6) Belum memiliki pesaing sejenis, (7) Memiliki pelanggan yang setia, dan (8) Tidak terdapat produk pengganti. Faktor ancaman adalah (1) Cuaca dan iklim, (2) Hama dan penyakit, (3) Kenaikan Harga Pakan Utama, (4) Adanya ketergantungan kepada pemasok, dan (5) persaingan usaha sesama ikan air tawar. Strategi yang dapat diterapkan di Usaha Perikanan Rakyat untuk pengembangan bisnis di masa akan datang adalah stratgi SO atau strategi agresif.

Kata kunci: strategi, budidaya, ikan lele, faktor eksternal, faktor internal, analisis SWOT


(12)

BUSINESS DEVELOPMENT STRATEGY OF CATFISH CULTIVATION IN USAHA PERIKANAN RAKYAT’S FISHPONDS

Name : Dwi Yani Elfrida Nim : 100907044

Department : Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis Adviser : Ir. Eddy Aswary, MM

ABSTRACT

Indonesian’s fisheries sector from year to year has been progress rapidly. There are two potential fishery resources is wild fishery and aquaculture. However, growth in aquaculture production is more significant than the increase fisheries production proves that greater opportunities for aquaculture and provided an opportunity for business development and very promising in the future. One form is the cultivation of commodity Sangkuriang. One of which is the cultivation of Sangkuriang’catfish is Usaha Perikanan Rakyat. Usaha Perikanan Rakyat faced problems to scaling up its business. So the fishery business people need the right strategy to overcome these problems.

Based on the description above, the purpose of this study was (1) to identify internal factors of Usaha Perikanan Rakyat, (2) to identify the external factors of Usaha Perikanan Rakyat, and (3) the appropriate strategy for the People's adequate for Usaha Perikanan Rakyat. The analytical tool used in this study is a SWOT analysis, SWOT matrix, the IFAS matrix, and EFAS matrix Based on the results of research conducted found that internal environmental factors that influence the business development efforts of the People consists of factors Fisheries strengths and weaknesses . The power factor are (1) indirect marketing , (2) have the skills and expertise of cultivation , (3) large tracts of land , (4) easy to be cultivated , and (5) good quality seed . Weakness factor are (1)fish employers cannot determine their own prices , (2) does not have any employees , (3) limited capital , (4) have not been able to meet the market demand , and (5) low management skills . External environmental factors that influence the business development efforts of the factors comprising the People Fishing opportunities and threats. Chance factor is (1) close to the extra feed, (2) existence of government aid and private capital to develop small and medium enterprises, (3) a safe environment, (4) the advancement of science technology and information, (5) The demand for fish is increasing, (6) There has similar competitors, (7) Having a loyal customer, and (8) There is no replacement product. Threat factors are (1) The weather and climate, (2) Pests and diseases, (3) Increase the Main Feed, (4) presence of dependence on suppliers, and (5) competition among freshwater fish. Strategies that can be applied in fishery business people for business development in the future is SO strategy or aggressive strategy.

Keywords: strategy, aquaculture, catfish, external factors , internal factors , SWOT analysis


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki 13.466 buah namun hanya 5.707 buah masih diberi nama. Indonesia memiliki panjang garis pantai sepanjang 99.093 km dengan luas lautan mencapai 5,8 km2, terdiri dari 0,3 juta km2 perairan territorial, 2,8 juta km2 perairan pedalaman dan kepulauan, dan Zona Ekonomi Eklusif sepanjang 2,7 juta km2 (http://nationalgeographic.co.id). Hal ini membuat Indonesia memiliki kekayaaan keanekaragaman hayati dalam sektor perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia menggolongkan sektor perikanan menjadi dua bagian yaitu sektor perikanan tangkap dan sektor perikanan budidaya. Sektor perikanan tangkap dapat dibagi menjadi dua wilayah menjadi perikanan tangkap di perairan umum dan perikanan tangkap di laut. Dan perikanan budidaya juga terbagi menjadi beberapa bagian antara lain budidaya sawah, budidaya jaring apung, budidaya keramba, budidaya kolam, budidaya tambak, dan budidaya laut.

Tabel 1.1 Volume Perikanan Tangkap Periode Tahun 2009 – 2012 VOLUME

PERIKANAN PERAIRAN

(TON)

TAHUN

2009 2010 2011 2012 %

TANGKAP 5.107.9 71

5.384.41 8

5.714.271 5.811.510 2,85 LAUT 4.812.2

35

5.039.44 6

5.345.729 5.438.150 2,94 UMUM 295.73

6

344.972 368.542 373,360 1,79 Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2013


(14)

Tabel 1.2 Volume Perikanan Budidaya Periode Tahun 2009 – 2012 VOLUME

PERIKANAN PERAIRAN

(TON)

TAHUN

2009 2010 2011 2012 %

BUDIDAYA 4.708.563 6.277.924 6.976.750 9.451.700 26,64 LAUT 2.820.083 3.514.702 3.735.585 5.596.932 41,23 TAMBAK 907.123 1.416.038 1.734.260 1.790.602 17,53

KOLAM 554.067 121.271 120.654 1.343.304 22,00 KERAMBA 101.771 121.271 120.654 189.543 18,94 APUNG 328.606 309.499 331.936 446.839 29,96

SAWAH 86.913 96.605 98.804 80.685 1,59

Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2013

Dari kedua tabel diatas (tabel 1.1 dan tabel 1.2), potensi lestari sumber daya perikanan tangkap laut Indonesia sekitar 5,1 juta dengan tingkat pemanfaatan mencapai 5.81 juta ton di tahun 2012 dan persentase peningkatan mencapai 2,85%. Sedangkan potensi lestari produksi perikanan budidaya mengalami peningkatan dari 4,7 juta ton menjadi 9,4 juta ton dan persentase peningkatan 26,64%. Sektor perikanan Indonesia dari tahun ke tahun mengalami kemajuan yang pesat. Namun potensi lestari sumber daya perikanan budidaya lebih signifikan mengalami peningkatan dibandingkan potensi sumber daya tangkap di laut. Pertumbuhan produksi budidaya yang lebih signifikan peningkatannya dibandingkan produksi perikanan tangkap membuktikan bahwa peluang perikanan budidaya lebih besar untuk dijadikan kesempatan dan pengembangan usaha dan sangat menjanjikan di masa akan datang.

Di era globalisasi prospek pengembangan budidaya ikan khususnya ikan air tawar mempunyai peluang besar sebagai salah satu alternatif usaha yang prospektif bagi masyarakat yang memiliki jiwa berwiraswasta di sektor perikanan. Seperti kita ketahui bahwa proses budidaya terhadap beberapa jenis ikan sudah berkembang di Indonesia. Petani-petani ikan tertarik untuk melakukan usaha


(15)

budidaya baik secara kecil-kecilan maupun dalam skala besar. Usaha budidaya ikan memberikan prospek yang baik ke depannya karena dinilai tidak sulit untuk dijalankan dan memberikan keuntungan yang menjanjikan. Pembudidayaan ikan semakin berkembang seiring bertambahnya ilmu pengetahuan mengenai teknik pembudidayaan dan perkembangan teknologi yang memudahkan petani dalam meningkatkan produksi ikan. Masyarakat juga semakin sadar akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang berprotein tinggi. Hal ini menjadi kabar baik kepada petani ikan untuk terus membudidayakan ikan.

Usaha budidaya ikan telah memberikan dampak positif terhadap kehidupan ekonomi masyarakat dalam bentuk penyerapan tenaga kerja atau mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan petani pembudidaya ikan maupun pelaku usaha yang terlibat secara tidak langsung seperti pedagang pengentas ikan, usaha pemancingan, rumah khas ikan, usaha pasokan pupuk kandang (peternak), dan pupuk buatan (penyedia sarana produksi perikanan), pengangkutan serta para penyedia jasa lainnya yang dengan adanya usaha budidaya ikan. Disamping itu, usaha budidaya ini juga berdampak positif terhadap kehidupan sosial masyarakat serta berkontribusi positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bagi pemerintah daerah setempat. Dampak positif inilah yang memacu produksi ikan di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

Salah satu jenis ikan yang saat ini sangat digemari oleh para petani untuk dibudidayakan adalah ikan lele. Ikan lele pada awalnya kurang diminati karena bentuknya dan bertubuh licin. Namun seiring meningkatnya teknik olahan pangan lele dan sadar akan pentingnya kandungan protein yang terkandung di dalamnya membuat ikan lele digemari masyarakat. Kelebihan ikan lele dibandingkan dengan produk hewani lainnya adalah sehat untuk jantung karena rendah lemak


(16)

dan mengandung senyawa asam amino esensial Leusin ((C6H13NO2) dan Lisin yang berfungsi untuk pertumbuhan anak-anak, keseimbangan nitrogen, dan pembentukan otot (http://www.dunialele.com). Hidangan lele dapat kita lihat dari rumah makan di pinggir jalan sampai restoran yang menyajikan olahan lele. Lele dengan nama ilmiah Clarias Sp. Memiliki pertumbuhan yang cepat berkisar 1,5 bulan, tidak sulit dipelihara karena dapat bertahan dalam kondisi tanah berlumpur, kuat terhadap serangan hama penyakit, dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi yang dapat menghemat lahan dan memanfaatkan lahan marginal dengan hemat air serta teknologi budidaya dan pembenihannya mudah dilakukan oleh masyarakat.

Ikan lele terbagi atas beberapa jenis antara lain: lele Lokal (Clarias Batrachus), lele Dumbo (Clarias Gariepinus), lele Sangkuriang (Clarias Sp.), dan lele Phyton. Dari beberapa jenis ikan tersebut jenis ikan lele yang memiliki keunggulan lebih adalah ikan lele Sangkuriang. Ikan lele Sangkuriang adalah ikan hasil persilangan antara induk ikan lele dumbo betina generasi kedua (F2) yang diitroduksi ke Indonesia (1985) dengan induk ikan jantan generasi keenam (F6) sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi (Suyanto, S. Rachamatun, NY, 2008: 55). Ikan lele yang didapatkan lebih tahan terhadap berbagai penyakit, dapat dipelihara di air yang sedikit, kualitas daging yang jauh lebih baik, dan kemampuan bertelur lebih banyak daripada jenis ikan yang lain.

Kolam ikan Usaha Perikanan Rakyat (UPR) merupakan usaha kolam ikan yang membudidayakan ikan lele. Kolam ikan Lele UPR memiliki peluang untuk dikembangkan karena memiliki lahan yang luas dengan kepemilikan sendiri dan tidak memiliki pesaing sejenis disekitarnya. Ikan lele yang dibudidayakan dalam kolam UPR ini adalah ikan lele jenis Sangkuriang yang dikawinsilangkan dengan


(17)

ikan lele lokal. Kegiatan pembudidayaan di Kolam ikan lele UPR mulai dari pembenihan, pemeliharaan, dan pembesaran. Kolam ikan UPR dikelola perorangan oleh Bapak Syahbuddin di Jalan Delitua No. 58, Pancur Batu.

Kendala yang dihadapi oleh Kolam ikan lele UPR adalah keterbatasan modal usaha dalam mengembangkan usahanya untuk lebih besar dan dalam memeliharaannya masih menggunakan peralatan dan keterampilan sederhana yang didapatkan dari pengalaman. Pemijahan ikan lele dilakukan sendiri dan secara alami sehingga masih sedikit bibit ikan lele yang dapat dihasilkan untuk memenuhi permintaan pasar. Ditambah lagi, manajemen usaha yang masih kurang baik terlihat dari tidak adanya pencatatan laporan keuangan dan pencatatan tentang perkembangan ikan lele yang dibesarkan. Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan yang sudah dilakukan antara lain:

Yulie A.C. Hutagalung (2013) dengan judul “Strategi Pengembangan Bisnis Studi Pada RM Minang Setia Jalan Djamin Ginting No. 326, Medan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang perlu diterapkan untuk strategi pengembangan bisnis RM Minang Setia Jalan Djamin Ginting No. 326, Medan adalah strategi agresif yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

Selanjutnya Arbi, Purnomo (2009) dengan judul ” Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan input (bibit, kandang, peralatan, modal, dan tenaga kerja) tersedia di daerah penelitian. Usaha ternak sapi potong di daerah


(18)

penelitian secara ekonomi layak dikembangkan, karena dari hasil penelitian yang dilakukan usah ternak sapu potong diperoleh rataan penerimaan perpeternak sapi potong selama satu tahun sebesar Rp 42. 177, 866.66 dan rataan pendapatan per peternak selama satu tahun sebesar Rp 10.622.123,33 dan rataan nilai ROI yang diperoleh lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku yakni 36,77% dengan tingkat bunga pinjaman sebesar 8,25%. Masalah- masalah yang dihadapi oleh perternak sapi potong di daerah penelitian adalah musim hujan, saprodi masih tradisional, kurangnya perawatan terhadap ternak, tidak adanya penyuluhan, dan adanya persaingan. Adapun strategi yang dibutuhkan adalah meningkatkan produksi dan mutu ternak untuk menjaga harga dan permintaan tetap tinggi dan menjalin kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam mengaktifkan PPL agar peternak dapat lebih mengetahui tata cara peraawatan dan pemeliharaan ternak sapi potong dengan baik.

Kemudian Jaya Sriyana (2010) dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Studi Kasus di Kabupaten Bantul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa masalah yang dihadapi oleh UKM di Kabupaten bantul antara lain: (1) pemasaran, (2) modal dan pendanaan, (3) inovasi dan pemanfaatan teknologi informasi, (4) pemakaian bahan baku, (5) peralatan produksi, (6) penyerapan dan pemberdayaan tenaga kerja, (7) rencana pengembangan usaha, dan (8) kesigapan menghadapi tantangan lingkungan eksternal. Berkaitan masalah tersebut diperlukan strategi dalam mengembangan dengan dukungan seluruh stakeholders dan kebijakan pemerintah untuk percepatan transformasi UKM dari fase formasi menuju fase stabilisasi.


(19)

Alfi Amalia dengan judul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada UKM Batik Semarang di Kota Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis SWOT maka dihasilkan 13 alternatif yaitu: (1) menggunakan teknologi modern untuk meningkatkan produksi, (2) mempertahankan kualitas prosuk, (3) mengembangkan usaha dengan memanfaatkan bantuan modal dari pemerintah, (4) mengadakan pelatihan terhadap pegawai (5) merekrut tenaga ahli (6) pembukuan terhadap administrasi dan keuangan, (7) bekerjasama dengan pedagang besar batik (8) meningkatkan promosi melalui internet terutama pada saat diadakan SEMAGREs (9) menawarkan produk ke organisasi atau kelompok kerja (10) meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pelanggan (11) meningkatkan desain motif yang kreatif dan menarik, (12) menambah modal dengan melakukan pinjaman ke pemerintah melalui BUMN (13) menambah saluran distribusi.

Joko Wibowo (2011) dengan judul “Analisis Usaha dan Alternatif Strategi Pengembangan Agribisnis Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi alternatif yang dilakukan adalah mempertahankan kualitas produk benih, meningkatkan kerjasama dengan stake holder dan mempererat kemitraan untuk mempertahankan kontinuitas produksi dan dapat bertahan di pasaran, melakukan pengawasan terhadap resiko usaha pembenihan ikan lele dumbo dengan pemerintah, peningkatan pengelolan usaha pembenihan melalui kerjasama dengan instansi yang terkait dalam rangka menambah daya saing produk benih, memanfaatkan teknologi, pengaksesan pasar dan pengelolaan keuangan yang baik, mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk benih dan menciptakan


(20)

alternatif sarana produksi yang murah dan ramah lingkungan,pengelolaan SDA dan limbah secara maksimal dengan pemerintah dan masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik meneliti tentang “Strategi Pengembangan Bisnis Budidaya Ikan Lele di Usaha Perikanan Rakyat”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain:

1. Faktor lingkungan internal apa saja yang mempengaruhi pengembangan bisnis Kolam Ikan Lele Usaha Perikanan Rakyat?

2. Faktor lingkungan eksternal apa saja yang mempengaruhi pengembangan bisnis Kolam Ikan Lele Usaha Perikanan Rakyat?

3. Strategi seperti apa yang dapat diterapkan bagi Kolam Ikan Lele Usaha Perikanan Rakyat untuk pengembangan bisnis di masa akan datang?

1.3. Batasan Masalah

Peneliti menyadari bahwa masalah- masalah penelitian sangat luas dan lebar. Sehingga peneliti memberikan batasan masalah dalam penelitian ini. Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini akan dilaksanakan mulai tanggal 01 Maret 2014 sampai dengan 01 April 2014.

2. Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian adalah analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, dan Threat) dan Matriks SWOT(Strenght, Weakness, Opportunities, dan Threat).


(21)

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, adapun tujuan penelitian antara lain:

1. Untuk mengetahui faktor lingkungan internal yang memperngaruhi pengembangan bisnis Budidaya Ikan Lele Usaha Perikanan Rakyat. 2. Untuk mengetahui faktor lingkungan eksternal yang memperngaruhi

pengembangan bisnis budidaya Ikan Lele Usaha Perikanan Rakyat. 3. Untuk mengetahui strategi yang dapat diterapkan pada Budidaya Ikan

Lele Usaha Perikanan Rakyat untuk pengembangan bisnis di masa datang.

1.5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan masukan dalam pengembangan bisnis budidaya kolam ikan lele Usaha Perikanan Rakyat.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi kepada masyarakat umum tentang strategi pengembangan bisnis atau usaha.

2. Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat memberikan masukan dan menjadi referensi untuk pembaca dalam menambah wawasan yang memberikan alternatif strategi yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha.


(22)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Strategi

2.1.1 Pengertian Strategi

Menurut Anoraga (2000: 338), strategi adalah alat ukur sebuah organisasi dalam memilih tempat bisnis dan cara bagaimana berbisnis untuk bersaing. Strategi merupakan rencana besar dan rencana penting karena berkaitan dalam pencapaian tujuan organisasi perusahaan.

Richardson dan Thompson dalam Triton (2007: 17), strategi diartikan ke dalam dua hal yaitu: sasaran strategis dan rencana tindakan. Sasaran strategis dilakukan untuk mengukur sejauhmana sebuah perusahaan melakukan upaya dalam mencapai tujuan atas strategi yang dilaksanakan. Rencana tindakan adalah langkah-langkah yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan sasaran yang telah ditentukan oleh perusahaan.

Strategi merupakan serangkaian komitmen dan tindakan yang terintegrasi dan terkoordinasi yang dirancang untuk mengekploitasi kompetensi inti (core competence) dan mendapatkan keunggulan kompetitif (Jatmiko, 2004: 134).

Dari beberapa definisi menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan serangkain alat yang berisikan sasaran dan tindakan strategis yang digunakan oleh perusahaan dalam mendapatkan keunggulan kompetitif perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh perusahaan.


(23)

2.1.2 Tipe- Tipe Strategi

Menurut Dirgantoro (2001: 84) ada beberapa tipe strategi yang dapat dijalankan oleh perusahaan antara lain:

1. Concertration Strategy

Concertration strategy merupakan strategi yang memfokuskan perusahaan dalam satu lini yang telah menjadi pilihan perusahaan untuk dikembangkan.

2. Stabilitas Strategy

Stability Strategy merupakan strategi yang memfokuskan perusahaan kepada lini bisnis yang sudah ada sebelumnya untuk dipertahankan dan dikembangkan.

3. Growth Strategy

Growth strategy merupakan strategi pertumbuhan yang diterapkan oleh perusahaan secara terus-menerus seperti ekspansi perusahaan dengan diversifikasi produk untuk mendapatkan pangsa pasar. Growth strategy dapat dibagi atas dua yaitu:

1. Horizontal Strategy

Horizontal strategy adalah pertumbuhan perusahaan dengan mengakuisisi perusahaan pesaing yang memiliki lini bisnis yang sama dengan memperbesar pangsa pasar, meningkatkan penjualan, dan ukuran perusahaan.

2. Vertical Strategy

Vertical strategy adalah pertumbuhan perusahaan dilakukan dengan mengakuisisi perusahaan yang lain yang berasa dalam saluran distribusi.


(24)

Vertical strategy atas terbagi dua yaitu backward integration dan forward integration.

4. Diversification Strategy

Diversification strategy merupakan pertumbuhan perusahaan yang dilakukan dengan mengakuisisi dalam lini bisnis. Ada dua jenis strategi diversifikasi yaitu: contentric diversification (akuisisi pada perusahaan yang mempunyai teknologi, produk, dan pasar yang sama) dan unrelated diversification (akuisisi pada perusahaan yang lini bisnis yang sangat berbeda sekali).

5. Merger dan Joint Venture

Merger merupakan strategi pertumbuhan perusahaan yang satu bergabung dengan perusahaan yang lain untuk membentuk perusahaan yang baru. Joint Venture adalah strategi perusahaan yang satu bekerjasama dengan perusahaan yang lain untuk mengerjakan sebuah bisnis ynag tidak bisa dikerjakan hanya sepihak.

2.1.3 Analisis SWOT sebagai Alat Formulasi Strategis

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities). Namun, secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2009: 19). Analisis SWOT berdasarkan kekuatan dari lingkungan


(25)

perusahaan dikelompokkan menjadi dua yaitu analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan.

2.1.3.1 Analisis Lingkungan Internal

Dalam lingkungan internal para manajer strategis harus dapat mengenali variabel-variabel dalam perusahaan yang merupakan kekuatan atau kelemahan yang penting. Sebuah variabel merupakan kekuatan apabila menyediakan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif adalah sesuatu yan dilakukan perusahaan atau berpotensi untuk dilakukan perusahaan atau berpotensi untuk dilakukan dengan lebih baik secara relatif terhadap kecakapan pesaing lain yang sudah ada atau berpotensial (Hunger dan Wheelen, 2003: 159)

Menurut Jatmiko (2003: 68) terdapat beberapa aspek yang menjadi kunci lingkungan internal di bidang fungsional perusahaan, antara lain:

1. Aspek Pemasaran

Pemasaran adalah proses penentuan, pengantisipasian, penciptaan, dan pemenuhan keinginan dalam kebutuhan pelanggan atas produk atau jasa. 2. Aspek Keuangan dan Akuntansi

Kondisi keuangan seringkali dipertimbangkan sebagai ukuran yang terbaaik kekuatan atau posisis persaingan perusahaan. Penetapan kekuatan dan kelemahan keuangan organisasi atau perusahaan merupakan hal yang terpenting formulasi strategi secara efektif.

3. Aspek Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia dalam perusahaan merupakan faktor lingkungan internal yang menjalankan aktivitas- aktivitas perusahaan. Perusahaan


(26)

dapat bekerja dengan baik jika sumber daya manusia memiliki daya saing, kapabilitas, dan manajemen yang baik.

4. Aspek Produksi/ Operasi dan Penelitian Pengembangan

Aktivitas-aktivitas produksi dan operasi biasanya menggambarkan bagian terbesar dari sumber daya manusia dan modal suatu oranisasi. Penelitian dan pengembangan secara spesifik juga mempengaruhi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Perusahaan yang sedang menerapkan strategi pengembangan produk membutuhkan fungsi R&D yang kuat.

5. Aspek Sistem Informasi

Sistem informasi merupakan suatu istilah yang berhubungan dengan mekanisme formal dan informal dimana setiap organisasi sebaiknya menggunakan sistem informasi untuk memperoleh informasi tentang lingkungan eksternal yang relevan dan tentang kapabilitas internal organisasi itu sendiri. Fokus dari sistem informasi ditentukan oleh karakteristik misi organisasi karena itu setiap sistem informasi sebaiknya mempunyai karakteristik tersendiri yang unik.

2.1.3.2 Analisis Lingkungan Eksternal

Menurut Jatmiko (2003: 38) analisis lingkungan eksternal makro dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Lingkungan Eksternal Makro a. Lingkungan Fisik.

Lingkungan fisik merupakan hubungan timbal-balik antara perusahaan dengan lingkungan hidupnya atau ekologinya.


(27)

b. Lingkungan Ekonomi

Lingkungan ekonomi adalah faktor ekonomi yang berhubungan dengan sifat dan arah ekonomi dimana suatu perusahaan beroperasi. Pola konsumsi masyarakat secara relatif dipengaruhi oleh trend sektor ekonomi dan pasar, sehingga dalam perencanaan stratejiknya setiap organisasi perusahaan haurs mempertimbangkan arah tren ekonomi dari setiap sektor pasar.

c. Lingkungan Politik dan Hukum

Lingkungan Politik dan hukum adalah arah dan stabilitas politik dan hukum yang mempengaruhi para manajer dalam memformulasikan strategi perusahaan.

d. Lingkungan Sosial dan Budaya

Lingkungan sosial dan budaya mencakup keyakinan, nilai-nilai, sikap, pandangan, dan gaya hidup manusia sebagai akibat perkembangan dan perubahan kondisi kebudayaan yang mempengaruhi aktivitas dan kinerja perusahaan.

e. Lingkungan Teknologi

Lingkungan teknologi merupakan pendorong utama dibalik pengemabngan berbagai produk dan pasar baru dan kinerja industri.

f. Lingkungan Demografi

Lingkungan demografi merupakan faktor populasi penduduk yang mempengaruhi perusahaan karena penduduk sebagai pelaku konsumsi dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan.


(28)

2. Lingkungan Eksternal Mikro

Lingkungan industri disebut juga dengan lingkungan kompetitif yang merupakan lingkungan eksternal yang paling penting bagi kebanyakan manajer dan perumusan manajemen stratejik suatu perusahaan untuk dianalisis secara mendalam (Jatmiko, 2003: 44). Lingkungan eksternal mikro merupakan lingkungan ekternal yang dimana perusahaan mempunyai sedikit kemampuan untuk mengendalikan atau mempengaruhi yang dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kekuatan Persaingan Industri

Ancaman Pendatang Baru Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok

Daya tawar-menawar pembeli Ancaman Produk Pengganti

Sumber: Jatmiko (2003: 46)

Kekuatan persaingan industri terdapat beberapa unsur antara lain: a. Ancaman Pendatang Baru

Pendatang baru dalam suatu industri biasanya membawa dan menambah kapasitas baru, keinginan mendapatkan pangsa pasar (market share), dan juga sumberdaya yang baru. Berat ringan ancaman pendatang baru tergantung

Pendatang Baru  Potensial

Pesaing Industri

Persaingan di antara perusahaan yang

ada

Produk  Pengganti

Pemasok  Pembeli/ 


(29)

pada hambatan masuk dan reaksi dari para pesaing yang telah ada dimana pendatang baru akan memasuki industri atau pasar tersebut. Jika hambatan masuk ke industri tinggi dan pendatang baru dapat dikalahkan oleh para pesaing yang telah ada, maka perusahaan secara nyata tidak akan mendapatkan ancaman serius dari pendatang baru.

b. Kekuatan Pemasok (Powerful of Suppliers)

Pemasok menyediakan dan menawarkan input yang diperlukan untuk memproduksi barang atau menyediakan jasa oleh industri atau perusahaan. Apabila pemasok mampu mengendalikan perusahaan dalam hal penyediaan input, sedang industri tidak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pemasok maka posisi tawar pemasok menjadi kuat.

c. Kekuatan Pembeli / Pelanggan (Power of Buyers)

Terdapat dua jenis pelanggan yang dimaksud yang terdiri dari pelanggan individual dan pelanggan organisasi. Dalam industri tertentu mungkin terdapat beberapa perantara pelanggan antara industri dengan pemakai atau konsumen akhir, namun juga ada industri atau perusahaan yang menjual secara langsung kepada konsumen akhir.

d. Ancaman Produk Pengganti

Produk pengganti dapat memberikan pilihan bagi pelanggan pembeli dan mengurangi keuntungan perusahaan.

e. Pesaing Dalam Industri

Analisis pesaing memungkinkan suatu organisasi menilai apakah organisasi tersebut dapat bersaing dengan sukses di dalam suatu pasar yang memberikan peluang-peluang keuntungan.


(30)

2.2. Bisnis

2.2.1. Pengertian Bisnis

Menurut Hughes dan Kapoor dalam Widiyono (1998: 21), bisnis adalah suatu kegiatan usaha yang tersusun sistematis dan terorganisir untuk menghasilkan barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

J.S. Nimpoena (1985) dalam Anogara (2000: 4), pengertian bisnis dapat dibedakan dalam pengertian yang sempit dan pengertian yang luas. Jika kita beorientasi pada pengertian sempit maka bisnis tidak lain dari fiksi. Sedangkan dalam arti yang lebih luas, bisnis merupakan usaha yang terkait erat dengan dunia ekonomi dan politik.

Boone dan Kurtz dalam Widiyono (2002: 8), bisnis adalah semua aktivitas yang bertujuan mencari laba dan membutuhkan sistem ekonomi. Sedangkan bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberikan manfaat (Skinne, 1992 dalam Anoraga (2000: 3).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bisnis adalah segala aktivitas yang dilakukan manusia dalam menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan tujuan mendapatkan keuntungan.

2.3.2. Strategi Bisnis

Menurut Jatmiko (2003: 135), strategi bisnis adalah serangkaian komitmen dan implementasi yang menyatu secara utuh dan terkoordinasi untuk memberikan nilai yang lebih bagi pelanggan dan keunggulan kompetitif bagi perusahaan dengan tujuan mengekploitasi kompetensi yang dimiliki dalam menghasilkan barang dan jasa.


(31)

2.3. Pengembangan Usaha

2.3.1. Pengertian pengembangan Usaha

Menurut Anoraga (2007: 66), pengembangan suatu usaha adalah tanggung jawab dari setiap penguasaha atau wirausaha yang membutuhkan pandangan kedepan, motivasi, dan kreativitas. Jika hal ini dapat dilakukan oleh setiap wirausaha, maka besarlah harapan untuk dapat menjadikan usaha yang semula kecil menjadi skala menengah bahkan menjadi sebuah usaha besar.

Kegiatan bisnis dapat dimulai dari merintis usaha (starting), membangun kerjasama ataupun dengan membeli usaha orang lain atau yang lebih dikenal dengan franchising. Namun yang perlu diperhatikan adalah kemana arah bisnis tersebut akan dibawa. Maka dari itu, dibutuhkan suatu pengembangan dalam memperluaskan dan mempertahankan bisnis tersebut agar dapat berjalan dengan baik. Untuk melaksanakan pengembangan bisnis dibutuhkan dukungan dari berbagai aspek seperti bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, SDM, teknologi, dan lain-lain.

2.3.2. Teknik Pengembangan Usaha

Menurut Suryana (2013: 156), pengembangan usaha dapat dilakukan dengan sebagai berikut:

1. Peningkatan Skala Ekonomis

Peningkatan skala ekonomis dapat dilakukan dengan menambah skala produksi, tenaga kerja, tekonologi, sistem distribusi, dan tempat usaha. Peningkatan skala ekonomis dilakukan apabila perluasan usaha atau peningkatan output akan menurunkan biaya jangka panjang yang berarti mencapai skala ekonomis (economic of scale). Sebaliknya, jika


(32)

peningkatan output mengakibatkan peningkatan biaya jangka panjang (diseconomic of scale), maka tidak baik untuk dilakukan. Dengan kata lain, bila produk barang dan jasa yang dihasilkan sudah mencapai titik paling efisien, maka memperluas skala ekonomi tidak bisa dilakukan sebab akan mendorong kenaikan biaya.

2. Perluasan Cakupan usaha

Perluasan cakupan usaha dilakukan dengan menambah jenis usaha baru, produk, dan jasa baru yang berbeda dari yang sekarang diproduksi (diversifikasi), serta dengan teknologi berbeda.

Dengan demikian lingkup usaha ekonomis dapat didefinisikan sebagai suatu diversifikasi usaha ekonomis yang ditandai oleh total biaya produksi gabungan (joint total production cost) dalam memproduksi dua atau lebih jenis produk secara bersama-sama lebih kecil daripada penjumlahan biaya produski masing-masing produk apabila diproduksi terpisah. Sebaliknya, lingkup usaha tidak ekonomis dapat didefinisikan sebagai suatu diversifikasi usaha yang tidak ekonomis dimana biaya produksi secara terpisah.

2.3.3. Tahapan Pengembangan Usaha

Menurut Pandji Anoraga (2007: 90), ada beberapa tahapan pengembangan usaha antara lain:

Tahap I: Identifikasi Peluang

Perlu mengidentifikasi peluang dengan didukung data dan informasi. Informasi biasanya dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti:


(33)

1. Rencana Perusahaan

2. Saran dan usul manajemen usaha kecil. 3. Program dan pemerintah.

4. Hasil berbagai riset peluang usaha. 5. Kadin atau asosiasi usaha sejenis Tahap II: Merumuskan alternatif usaha

Setelah informasi terkumpul dan dianalisis maka pimpinan perusahaan atau manajer usaha dapat dirumusakn usaha apa saja yang mungkin dapat dibuka

Tahap III: Seleksi Alternatif

Alternatif yang banyak selanjutnya harus dipilih satu atau beberapa alternatif yang terbaik dan prospektif. Untuk usaga yan prospektif dasar pemilihannya antara lain dapat menggunakan criteria sebagai berikut: 1. Ketersediaan pasar

2. Resiko kegagalan 3. Harga

Tahap IV:Pelaksanaan alternatif terpilih

Setelah penentuan alternatif terpilih maka tahap selanjutnya pelaksanaan usaha yang terpilih tersebut.

Tahap V: Evaluasi

Evaluasi dimaksud untuk memberikan koreksi dan perbaikan terhadap usaha yang dijalankan. Disamping itu juga diarahkan untuk dapat memberikan masukan bagi perbaikan pelaksanaan usaha selanjutnya.


(34)

2.4. Ikan Lele

Ikan lele merupakan ikan air tawar yang termasuk dalam golongan catfish

yang bertubuh licin, berkumis, dan memiliki racun pada patilnya (Rahayu, 2013: 8).

2.4.1 Klasifikasi Ikan Lele

Menurut Rahayu (2013: 18), secara umum ikan lele memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Filum : Chordata Kelas : Pisces

Ordo : Ostariophusi Subordo: Siluridae

Famili : Clariidae Genus : Clarias

Species : Clarias sp. (lele Sangkuriang) Clarias batrachus (lele lokal) Clarias gariepinus (lele dumbo)

2.5. Kerangka Pemikiran Operasional

Kerangka pemikiran operasional dalam sebuah penelitian diperlukan untuk menjelaskan bagaimana alur pemikiran peneliti dalam melakukan penelitian. Dari uraian yang telah dijelaskan diatas dapat disusun bagan kerangka pemikiran operasional seperti pada gambar 2.2.


(35)

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Sumber: Peneliti, 2014

Usaha Pembudidayaan Ikan Lele UPR

Analisis Lingkungan Perusahaan

Analisis SWOT

(Kekuatan, Kelemahan, Ancaman, dan Peluang) Analisis Lingkungan Eksternal:

1. Eksternal Makro a. Fisik b. Ekonomi c. Politik dan Hukum d. Sosial dan Budaya

e. Teknologi

Analisis Lingkungan Internal: 1. Pemasaran

2. Keuangan dan Akuntansi

3. Produksi/ Operasi dan

Penelitian Pengembangan 4. Sumber Daya Manusia 5. Sistem Informasi

Matriks SWOT

(Merumuskan Alternatif Strategi Pengembangan Bisnis UPR) Analisis Lingkungan Industri

a. Pendatang Baru

b. Pembeli

c. Pemasok

d. Produk Pengganti e. Pesaing Industri


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

9.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskritif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu variabel secara mandiri (Juliandi, 2013: 14). Penelitian deskriptif hanya menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala juga menjawab pertanyaan- pertanyaan sehubungan dengan status subyek penelitian pada saat ini.

9.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Kolam Ikan lele Usaha Perikanan Rakyat (UPR) di Jalan Delitua No.58, Pancur Batu.

9.3 Informan Penelitian

Informan adalah interviewee (yang ditanya atau sumber data informasi) yang dapat memberikan data atau keterangan atas keadaaan orang diri orang lain, dituasi-situasi lingkungannya (Situmorang, 2008: 209). Infornan dalam penelitian ini adalah Informan Kunci (key informan) yaitu orang yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, informan kunci adalah Bapak Udin sebagai pemiliki usaha kolam ikan lele UPR.


(37)

9.4 Definisi Konsep

Konsep adalah suatu abstraksi (abstraction) dari kejadian (event) yang menjadi objek penyelidikan (Supranto, 2003: 52).

1. Strategi Bisnis

Serangkaian komitmen dan implementasi yang menyatu secara utuh dan terkoordinasi untuk memberikan nilai yang lebih bagi pelanggan dan keunggulan kompetitif bagi perusahaan dengan tujuan mengekploitasi kompetensi yang dimiliki dalam menghasilkan barang dan jasa (Jatmiko, 2003: 135).

2. Pengembangan Usaha

Pengembangan suatu usaha adalah tanggung jawab dari setiap penguasaha atau wirausaha yang membutuhkan pandangan ke depan, motivasi, dan kreativitas (Anoraga, 2007: 66).

9.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan fakta, data, dan keterangan-keterangan yang dibutuhkan peneliti dalam melakukan penelitian maka dilakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data yang langsung didapatkan peneliti di lokasi penelitian untuk mencari fakta atau keterangan tang berhubungan dengan masalah yang dibahas dengan menggunakan metode wawancara. Metode wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan data


(38)

berdasarkan dialog langsung dengan informan secara mendalam untuk mengetahui sesuatu hal yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. 2. Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data yang didapatkan dari mencari sumber kedua atau literatur-literatur yang mendukung data primer. Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan dua cara antara lain:

1. Studi Kepustakaan yaitu: pengumpulan data yang didapatkan berdasarkan literatur- literatur, karya ilmiah, dan sebagainya yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti.

2. Studi Dokumentasi yaitu: pengumpulan data dengan mendokumentasikan dan melihat data-data historis yang didapatkan dari lokasi penelitian.

9.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah menginterpretasikan data-data yang telah didapatkan dari lokasi penelitian dan diolah untuk mendapatkan informasi dan fakta.Teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian adalah menggunakan dengan pendekatan kualitatif.Hal ini dilakukan untuk mendapatkan deksripsi tentang usaha kolam ikan lele UPR.

9.6.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan teknik menganalisis dan menyajikan fakta agar mendapatkan informasi mengenai gambaran suatu situasi ataupun kondisi di kolam ikan lele UPR.


(39)

9.6.2 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti: 2009: 18). Analisis SWOT didasarkan atas pengamatan faktor internal strategi dan faktor eksternal strategi. 9.6.3 Matriks SWOT

Matriks SWOT (Strenghts = kekuatan, Weakness = kelemahan,

Opportunities = peluang, Threats = ancaman) adalah suatu alat yang penting yang dapat membantu para manajer mengembangkan tipe strateginya yang terdiri dari empat kemungkinan, yaitu: perpaduan antara kekuatan- peluang (SO), perpaduan antara kelemahan- peluang (WO), perpaduan kekuatan-ancaman (ST), dan perpaduan antara kelemahan- ancaman (WT). Matriks SWOT dimulai dengan Matriks Faktor Strategi Eksternal dan Matriks Faktor Strategi Internal. Matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan (internal). Matriks SWOT dapa dilihat seperti pada tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1 Matriks SWOT IFAS

EFAS

STRENGTHS (S)

Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal Weakness (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal OPPORTUNITIES(O)

Tentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal

STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.


(40)

TREATHS (T) Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal

STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

STRATEGI WT Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan dan manghindari ancaman. Sumber: Rangkuti (2009: 31)

Keterangan:

1. Strategi SO

Strategi yang dibuat berdasarkan pemanfaatan seluruh kekuatan untuk mendapatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST

Strategi yang dibuat dengan pemanfaatan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO

Strategi yang diterapkan dengan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT

Strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha untuk meminimalkan kelemahan yang ada.

9.6.4 Matriks Faktor Strategi Internal

Setelah faktor- faktor strategi internal suatu perusahaan diidentifikasi, maka selanjutnya merumuskan faktor-faktor internal tersebut ke dalam tabel IFAS. Berikut dalah cara-cara pembuatan Faktor Strategi Internal :


(41)

a) Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom I.

b) Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,00 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktir tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

c) Hitung rating (dalam kolom III) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan ynag bersangkutan. Variabel yang bersifat positif ( semua variabel yang paling masuk kategori kekuatan beri nilai +1 sampai +4 dan sebaliknya untuk kelemahan bersifat negarif.

d) Kalikan bobot pada kolom II dengan rating pada kolom III, untuk memperoleh faktor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

e) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom IV), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total menunjukkan bagaimana perusahaan tetentu bereaksi terhadap faktor-faktor strateigs internalnya. Skot total dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain dalam kelompok industry yang sama.


(42)

Tabel 3.2 Matriks Internal Analysis Summary (IFAS) FAKTOR STRATEGI

INSTERNAL (I)

BOBOT (II)

RATING (III)

BOBOT X RATING (IV) KEKUATAN: 1. .... 2. …. 3. …. 4. …. 5. …. 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 KELEMAHAN: 1.…. 2.…. 3.…. 4.…. 5.…. 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

TOTAL 0,00 0,00

Sumber: Rangkuti (2009: 25).

Kriteria bobot: kriteria rating:

Paling penting : 0,16- 0,20 Sangat baik : 4

Penting : 0,11 – 0,15 Baik : 3

Cukup penting : 0,06 – 0,10 Cukup baik : 2 Kurang penting : 0,01 – 0,05 Kurang baik : 1 Tidak penting : 0,00

9.6.5 Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal terlebih dahulu mengetahui faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut adalah cara-cara penentuan EFAS yaitu:

a) Susunlah dalam kolom I (peluang dan ancaman).

b) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom II, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor srategis.


(43)

c) Hitung rating (dalam Kolom III) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1). Pemberian nilai ancaman sebaliknya.

d) Kalikan bobot pada kolom II dengan rating pada kolom III untuk memperolah faktor pembobotan dalam kolom IV. Hasilnya berupaskor pembobotan untuk masing-masing faktor ynag nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai 1 (poor).

e) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom IV), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam kelompok industri yang sama.

Tabel 3.3 Matriks Eksternal Analysis Summary (EFAS) FAKTOR

STRATEGI EKSTERNAL (I)

BOBOT (II) RATING (III) BOBOT X RATING (IV) PELUANG: 1. .... 2. …. 3. …. 4. … 5. .... 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 ANCAMAN: 1. …. 2. …. 3. … 4. …. 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00


(44)

5. …. 0,00 0 0,00

TOTAL 0,00 0,00

Sumber: Rangkuti (2009: 24).

Kriteria bobot: kriteria rating:

Paling penting : 0,16- 0,20 Sangat baik : 4

Penting : 0,11 – 0,15 Baik : 3

Cukup penting : 0,06 – 0,10 Cukup baik : 2 Kurang penting : 0,01 – 0,05 Kurang baik : 1 Tidak penting : 0,00

9.6.6 Diagram Analisis SWOT

Diagram SWOT bertujuan untuk mengetahui kuadaran berapa dan menentukan strategi apa tepat yang dapat diterapkan di perusahaan sesuai penilaian yang telah dilakukan sebelumnya.

Gambar 3.1 Diagram Analisis SWOT

STRATEGI TURN-AROUND STRATEGI AGRESIF

STRATEGI DEFENSIF

STRATEGIDIVERSIFIKASI

Sumber: Rangkuti (2009: 19)

PELUANG

ANCAMAN

KEKUATAN KELEMAHAN


(45)

Kuadran I: Kuadran I merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Kuadaran II: Kuadran II meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.

Kuadaran III: Perusahaan peluang pasar sangat besar tetapi di lain pihak ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadaran IV: Kuadran IV merupakan situasi yang sangat tidakmenguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Profil Usaha Budidaya

Usaha budidaya yang menjadi tempat penelitian adalah Usaha Perikanan Rakyat (UPR) merupakan salah satu usaha budidaya ikan lele Sangkuriang di Sumatera Utara. Usaha budidaya tersebut telah berdiri sejak 22 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 08 Oktober 1992. Pendirinya adalah Bapak Syahbuddin, seorang alumni dari D-3 Perikanan dari Universitas Riau.

Ide usaha budidaya ini telah ada saat Bapak Syahbuddin dibangku perkuliahan. Selama masa perkuliahan, beliau tidak pernah berpikiran untuk menjadi seorang pegawai ataupun karyawan. Akan tetapi beliau memiliki cita-cita untuk membuka usaha budidaya ikan sendiri. Cita – cita tersebut diwujudkannya setelah tamat kuliah dan kembali ke Medan.

Beliau memilih ikan lele Sangkuriang sebagai produk yang dibudidayakan. Alasannya karena harga ikan lele yang murah, mudah untuk dibudidayakan, dan dagingnya yang empuk dan manis yang sesuai dengan lidah masyarakat Sumatera Utara. Benih ikan Sangkuriang didatangkan dari BBPBAT yang berada di Sukabumi, Jawa Barat. BBPBAT atau Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar merupakan wadah yang mengembangkan dan mengadakan penelitian mengenai budidaya ikan air tawar yang bertujuan untuk mendapatkan benih ikan yang berkualitas dan melestarikan ikan air tawar.


(47)

Kegiatan budidaya dilakukan dengan media kolam semen. Kolam yang terbuat dari semen memiliki umur ekonomis hingga bertahun-tahun walaupun pada awalnya pembuatannya membutuhkan biaya yang cukup besar. Saat memulai usaha Bapak Syahbuddin hanya memiliki 4 kolam kecil untuk pembudidayaan ikan lele. Seiring waktu dan berkembangnya usaha ini, kolam yang dimiliki 40 kolam semen dan 4 kolam tanah.

Bentuk pemijahan pada Usaha Perikanan Rakyat secara alami. Pemijahan secara alami memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelemahannya adalah pemijahan alami dipengaruhi oleh faktor alam dan kondisi lingkungan tempat pemijahan. Induk ikan yang sudah matang gonad atau siap dipijah tidak menjadi jaminan untuk berhasilnya pemijahan karena kondisi kolam yang tidak mendukung. Pemijahan sepasang ikan lele Sangkuriang di Usaha Perikanan Rakyat dapat menghasilkan sekitar 25.000 butir telur.

4.1.2 Lokasi Usaha Perikanan Rakyat

Lokasi Usaha Perikanan Rakyat terletak 2 km dari jalan raya Medan- Berastagi. Usaha Perikanan Rakyat beralamat di Jalan Delitua No. 58, Kelurahan/ Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, 20353. Wilayah Usaha Perikanan Rakyat berbatasan dengan:

Sebelah barat : Sungai Nangka Sebelah timur : sawah warga Sebelah selatan : sawah warga Sebelah utara : Jalan Delitua


(48)

4.1.3 Visi dan Misi

Usaha Perikanan Rakyat ini tidak memiliki visi dan misi yang nyata tertulis layaknya sebuah organisasi perusahaan. Namun Bapak Syahbuddin memiliki cita-cita menjadi pengusaha ikan lele yang sukses dan mempunyai kolam pancing. Untuk mewujudkan cita-cita ataupun visi tersebut, saat ini Bapak Syahbuddin melakukan beberapa usaha seperti menyediakan ikan lele yang berkualitas, menjalin dan membina hubungan yang baik dengan mitra, melakukan peningkatan jumlah produksi, dan memberikan pakan ikan secara intens.

4.1.4 Struktur Organisasi

Usaha Perikanan Rakyat masuk kategori skala kecil dan belum menerapkan struktur organisasi. Kegiatan produksi dilaksanakan oleh Bapak Syahbuddin tanpa bantuan karyawan. Beliau terkadang dibantu oleh anak-anaknya sepulang sekolah. Usaha Perikanan Rakyat tidak mengadakan karyawan karena kekurangan dana untuk menggaji karyawan. Untuk pekerjaan menggali kolam tanah, beliau dibantu seorang teman yang diperkerjakan dengan upah harian. 4.1.5 Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi adalah kegiatan yang berisikan aktivitas yang mengelola bahan baku untuk menghasilkan barang dan jasa. Ada beberapa kegiatan budidaya secara umum yang dilakukan di Usaha Perikanan Rakyat (UPR) antara lain:

a. Persiapan Kolam dan Bibit Lele Sangkuriang

Langkah pertama dalam membudidayakan ikan lele Sangkuriang harus terlebih dahulu menyediakan kolam dan bibit ikan lele untuk dijadikan induk pemijahan. Usaha Perikanan Rakyat mempunyai 40 kolam semen dengan


(49)

berbagai ukuran dan 4 kolam tanah. Dua buah kolam untuk pemijahan dan lainnya untuk kolam penetasan telur, penyortiran, pembesaran, dan kolam pancing.

Usaha Perikanan Rakyat membeli bibit dari BBPBAT yang kemudian dibesarkan. Selama pembesaran akan dipisahkan bibit ikan lele yang baik dan sehat untuk bibit induk yang dipijah ke kolam tersendiri dengan ikan lele ukuran konsumsi untuk dipanen.

b. Pemijahan

Usaha Perikanan Rakyat (UPR) melakukan pemijahan ikan lele secara alami. Pemijahan secara alami dipilih Bapak Syahbuddin karena dapat dilakukan di lahan sempit dengan peralatan yang sederhana. Biasanya beliau hanya menyiapkan kolam semen yang khusus untuk pemijahan. Kolam tersebut dibersihkan dan dikosongkan terlebih dahulu untuk menjaga kualitas benih ikan yang akan dihasilkan.

Kemudian, beliau menyiapkan sepasang ikan yang berukuran sama dan siap untuk dikawinkan. Selanjutnya, kolam semen diisi air bersih setengah kedalaman kolam semen dan tidak lupa meletakkan ijuk tempat melekatnya telur ikan lele. Pemijahan terjadi pada malam hari. Ikan lele jantan akan mendekati atau mengejar ikan lele betina. Saat pemijahan berlangsung kolam pemijahan ditutup dengan papan, agar ikan lele tidak melompat keluar kolam. Pemijahan dapat berlangsung berjam-jam terkadang sampai pagi hari. Saat pagi hari, maka kita akan melihat telur ikan lele menempel di ijuk dan permukaan air.

c. Penetasan Telur

Setelah pemijahan selesai, langkah selanjutnya adalah mengangkat sepasang induk ikan lele Sangkuriang keluar ke kolam lain. Hal ini dilakukan bertujuan


(50)

untuk menghindari induk ikan memakan telur. Seperti kita ketahui bahwa ikan lele memangsa sesama mereka terlebih saat kelaparan. Selanjutnya telur yang telah dibuahi tersebut akan menetas dalam sehari menjadi larva ikan lele. Telur ikan lele tidak semuanya dapat menjadi larva, telur yang tidak berkembang akan dibersihkan agar tidak mempengaruhi kebersihan dan aroma bau air. Larva ikan lele akan didiamkan selama beberapa hari.

d. Menyortiran

Larva telur ikan lele yang berkembang dan bertambah besar menjadi benih disortir dengan ember sortir. Ember sortir memiliki bolongan- bolongan sesuai dengan ukuran benih ikan lele. Ikan lele dipisahkan berdasarkan bobot dan ukuran. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengatasi ketimpangan perkembangan ukuran ikan lele karena penyebaran pakan ikan lele di kolam terkadang tidak tersebar secara merata. Pakan yang diberikan adalah cacing sutra. Setelah dua minggu, benih ikan lele akan disortir kembali. benih yang berukuran 1-3 inci siap untuk dijual. Sedangkan, sisanya dipindahkan di kolam baru untuk dilakukan pembesaran.

e. Pembesaran

Pembesaran ikan lele tidak sesulit pembesaran ikan lainnya. Ikan lele dapat berkembang dalam jumlah air yang sedikit. Bapak Syahbuddin mengatur air kolam ikan lele dengan mengganti setiap hari. Beliau mengatur air kolam dengan perbandingan 1:1. Air yang dikeluarkan dari kolam setinggi 5 cm, selanjutnya akan mengisi kembali setinggi 5 cm. Di dalam kolam disediakan ijuk dan papan agar ada tempat ikan lele bersembunyi ataupun berlindung. Ikan lele senang di tempat yang gelap dan tertutup.


(51)

Ikan lele diberikan pakan sebanyak tiga kali sehari yakni pagi hari, siang hari, dan sore hari. Pemberian pakan dengan cara menyebar seluruh kolam secara sedikit demi sedikit (segenggam tangan). Bapak Syahbuddin memberikan pakan tambahan selain cacing sutra dan pellet ikan agar ikan lele cepat besar. Pakan tambahan dapat berupa keong mas yang didapatkan dari sawah disekitar, sisa-sisa nasi rumah tangga, dan ayam mati.

f. Pemanenan

Setelah beberapa minggu masa pembesaran, langkah selanjutnya asalah pemanenan ikan lele. Ukuran ikan lele yang dipanen disesuaikan dengan permintaan agen yang datang langsung ke Usaha Perikanan Rakyat dapat mengambil ikan sendiri sesuai selera masing-masing.

4.2 Penyajian Data

4.4.1 Analisis Lingkungan Perusahaan

Perusahaan sebagai sistem terbuka melakukan aktivitasnya di dalam lingkungan perusahaan dan dipengaruhi lingkungan perusahaan (Solihin, 2006: 68). Sehingga perlu menganalisis lingkungan perusahaan untuk mendapatkan informasi yang mendukung manajemen dalam pengambilan keputusan strategis. Analisis lingkungan perusahaan merupakan tahap awal sebelum memulai suatu usaha ataupun kegiatan manajemen di dalam perusahaan. Lingkungan perusahaan meliputi analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan guna mendapatkan suatu strategi yang dapat diterapkan dalam mencapai tujuan perusahaan yang telah ditentukan sebelumnya oleh manajemen.


(52)

4.4.1.1Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal adalah mengidentifikasi apa-apa saja yang menjadi kelemahan dan kekuatan dari dalam yang dimiliki oleh perusahaan, agar dapat merumuskan strategi yang dapat diterapkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Lingkungan internal meliputi beberapa aspek antara lain:

1. Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran merupakan aspek yang paling penting dalam menjalankan suatu usaha. Pemasaran menjadi tolak ukur atas kemampuan produsen dalam memasarkan produk yang telah dihasilkan. Permasalahan di bidang pemasaran pada suatu usaha baik itu dalam skala kecil, menengah, ataupun besar sering ditempatkan sebagai masalah utama yang harus dipecahkan oleh pihak manajemen. Ada empat unsur yang harus diperhatikan dalam aspek pemasaran yaitu: price (harga), product (produk), place (tempat), dan promotion (promosi).

Usaha Perikananan Rakyat (UPR) termasuk ke dalam usaha kecil yang menjalankan pemasaran sederhana. Konsep pemasaran yang dilakukan oleh Usaha Perikanan Rakyat (UPR) tidak memasarkan secara langsung kepada penjual-penjual ikan di pasar, melainkan konsumen datang langsung membeli ikan dan menjalin hubungan kerjasama dengan agen penampung ikan lele dari Aceh dan Tanah Karo. Ini membuat pengusaha memiliki ketergantungan tinggi terhadap pemasok dan konsumen. Pengusaha tidak bisa membuat harga sendiri sesuai dengan harga yang dihendakinya, mereka hanya sebagai penerima harga yang diberikan agen.

Dari unsur price (harga), Usaha Perikananan Rakyat (UPR) menetapkan harga jual berdasarkan harga yang ada di pasar. Biasanya harga ikan lele milik


(53)

Bapak Syahbuddin ini disesuaikan dengan harga ikan lele yang datang dari Langkat dan Perbaungan. Sedangkan untuk harga jual benih ikan lele Sangkuriang dijual Rp 100,- per inci. Sistem pembayaran ikan lele dapat dilakukan dengan kredit dan tunai. Hal ini didasari asas kejujuran dan kepercayaan.

Produk yang dihasilkan Usaha Perikananan Rakyat (UPR) adalah benih ikan Sangkuriang dan ikan lele Sangkuriang ukuran konsumsi. Kualitas benih ikan lele yang terdapat di Usaha Perikanan Rakyat bagus. Bapak Syahbuddin selalu menjaga kualitas dan kesehatan ikan lele, ikan lele dipantau sesering mungkin bahkan jika masa pemijahan, ikan lele dipantau 24 jam oleh Bapak Syahbuddin. Setelah 21 hari dari pemijahan, maka benih ikan lele akan disortir dengan ember sortir untuk memisahkan ikan lele berdasarkan ukuran karena tidak semua ikan lele memiliki berat dan ukuran yang sama. Selanjutnya, dua minggu ke depan ikan lele akan disortir kembali. Benih yang 2-3 inci akan dipisahkan sebagai benih yang akan dijual. Sedangkan sisanya dipindahkan ke kolam pembesaran ikan untuk dibesarkan.

Di lahan seluas 5000 m2, Bapak Syahbuddin merintis usaha pembudidayaan ikan lele. Namun hanya 1000 m2 yang masih terpakai karena tersandung kurangnya modal dan sumber daya manusia. Lokasi Usaha Perikanan Rakyat sangat strategis yang dapat diakses berbagai kendaraan. Sehingga dapat memudahkan pendistribusian ikan lele. Sejauh ini Bapak Syahbuddin memiliki 40 kolam semen dan 4 kolam tanah.

Promosi penjualan yang dilakukan oleh Bapak Syahbuddin tidak menggunakan media cetak ataupun media elektronik. Beliau lebih mengandalkan pergaulan dengan membangun relasi dengan agen-agen penampung ikan dan dari


(54)

mulut ke mulut dengan orang disekitarnya. Serta Bapak Syahbuddin hanya memasang papan sederhana yang tidak begitu besar di pinggir jalan.

2. Aspek Keuangan dan Akuntansi

Usaha Perikanan Rakyat (UPR) ini memiliki modal yang terbatas dan belum menerapkan sistem laporan keuangan. Bapak Syahbuddin menganggap masih tidak begitu penting menerapkan laporan keuangan karena usahanya masih skala kecil. Beliau hanya melakukan taksiran- taksiran keuangan secara kasar tanpa pengarsipan dan pencatatan. Pengusaha kecil seperti beliau umumnya belum melakukan perencanaan, pencatatan, dan pelaporan keuangan secara rutin dan tersusun dengan baik. Hal ini menyebabkan perusahaan tidak mempunyai dokumentasi informasi kegiatan usaha dengan baik. Akibatnya, pada saat perusahaan harus berhubungan dengan pihak luar, seperti lembaga peminjaman atau bank, tidak dapat menunjukkan perkembangan perusahaan (Anoraga, 2007: 60).

3. Aspek Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia merupakan sumber daya yang sangat penting bagi perusahaan untuk dikelola secara efektif. Sumber Daya Manusia memiliki peran penting dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Bagaimana baiknya teknologi yang diterapkan oleh suatu perusahaan, tidak akan berjalan secara sinergis dengan tujuan perusahaan tanpa adanya aspek sumber daya manusia di dalamnya.

Usaha Perikanan Rakyat belum memiliki karyawan untuk membantu mengelola usaha budidaya tersebut. Semua aktivitas di usaha tersebut dikerjakan oleh pemilik dibantu oleh anak – anaknya.


(55)

4. Aspek Produksi/ Operasi dan Penelitian Pengembangan

Kegiatan produksi pada Usaha Perikanan Rakyat terdiri dari pemijahan, penetasan telur, pembesaran, dan pemanenan. Ada dua produk ikan lele yang ditawarkan di Usaha Perikanan Rakyat yaitu produk benih dan produk ikan lele konsumsi. Untuk menghasilkan produk benih diperlukan waktu sekitar 40 hari setelah masa pemijahan dilaksanakan. Dan untuk mendapatkan produk ikan lele ukuran konsumsi dibutuhkan waktu sekitar 60 hari setelah masa pemijahan.

Kegiatan penelitian pengembangan belum dilakukan di Usaha Perikanan ini. Namun Usaha Perikanan sedang mencari obat herbal untuk dapat mengobati ikan jika mengalami sakit. Untuk saat ini ikan yang sakit diobati dengan vitamin C dan obat-obatan yang dibeli dari apotik.

5. Aspek Sistem Informasi

Sistem informasi sangat mempengaruhi pihak manajemen dalam mengambil keputusan strategis. Keputusan strategis dengan dukungan informasi yang handal dan akurat dapat menyelematkan perusahaan dari kebangkrutan. Usaha kecil seperti milik Bapak Syahbuddin belum menerapkan sistem informasi yang dapat mendukungnya dalam mengambil keputusan mengenai usaha budidaya. Ia hanya mengandalkan media cetak dan elektronik untuk melihat dan memahami kejadian atau fenomena apa yang tejadi yang dapat mempengaruhi keberlangsungan usahanya dan tindakan apa yang harus dilakukan. Lemahnya kemampuan pencatatan segala transaksi yang terjadi dan pendataan mengenai budidaya yang dijalankan tersebut berpengaruhi dalam mengambil keputusan seperti informasi atas permintaan dari bulan ke bulan, fluktuasi harga pakan, jumlah persediaan, dan penganggaran biaya operasional.


(56)

4.4.1.2Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis Lingkungan Eksternal adalah mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat pada lingkungan untuk mendapatkan deskripsi tentang peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Menurut Jatmiko (2003: 38) analisis lingkungan eksternal makro dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

3. Lingkungan Eksternal Makro g. Lingkungan Fisik.

Lingkungan fisik merupakan lingkungan alam yang menyediakan sumber daya bagi perusahaan. Sebagaian besar sumber daya alam memiliki batas dalam ketersediaannya. Hal ini menimbulkan kelangkaan karena sulit mendapatkan bahan baku yang dibutuhkan. Pelaku bisnis harus dapat mengatasi masalah kelangkaan dengan pemakaian yang efektif dan efisien. Pelaku bisnis juga harus dapat mencari sumber alternatif guna kelangsungan kegiatan produksi usahanya.

Berdasarkan topografi Kabupaten Deli Serdang, kecamatan Pancur Batu berada pada dataran rendah dan memiliki dua musim yaitu: musim hujan dan musim panas. Suhu udara di Sumatera Utara berkisar antara 22oC sampai 34oC. Tingkat kelembaban udara berkisar 58% sampai 70% (BMKG, 2014). Kondisi cuaca dan iklim seperti ini sesuai dengan syarat ideal membudidayakan ikan lele Sangkuriang. Namun sebagai wilayah beriklim tropis, tidak jarang cuaca dan iklim ekstrim terjadi. Musim pancaroba yang membuat temperatur suhu tidak teratur mempengaruhi suhu kolam lele. Akibat dari ketidakteraturan tersebut ikan lele mudah menjadi stress dan mudah terserang penyakit. Mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, dan sebagainya dapat menyerang ikan lele.


(57)

Usaha Perikanan Rakyat dekat dengan sumber daya alam yang dapat menjadi pakan tambahan selain pellet yang menjadi pakan utama. Lokasi Usaha Perikanan Rakyat yang berbatasan dengan sawah warga memudahkan pemiliknya untuk mendapatkan cacing, bekicot, dan sebagainya. Ditambah lagi, dekat dengan pasar tradisional Pancur Batu yang mempermudahkan untuk mendapatkan ayam mati. Pakan tambahan yang alami ini dapat menjaga kualitas ikan dan mempercepat pertumbuhan ikan.

h. Lingkungan Ekonomi

Lingkungan ekonomi dapat mempengaruhi kegiatan bisnis di suatu tempat ataupun negara. Lingkungan ekonomi memiliki fungsi sebagai penentu langkah-langkah yang akan dilakukan oleh pengusaha untuk menjalankan kegiatan bisnis. Lingkungan ekonomi yang tidak stabil seperti kenaikan harga bahan baku membuat pengusaha harus memutar otak mereka untuk memenuhi kebutuhan produksi dan operasi dengan biaya yang minim, agar tidak mengganggu keberlangsungan bisnis mereka. Kegiatan bisnis harus disesuaikan dengan lingkungan ekonomi dimana bisnis itu berjalan. Ketidakstabilan ekonomi dapat memicu terjadinya kelangkaaan bahan baku. Hal tersebut mempengaruhi permintaan dan penawaran di pasar.

i. Lingkungan Politik dan Hukum

Iklim bisnis yang tercipta di suatu negara sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, stabilitas politik, hukum yang berlaku, dan keamanan negara. Di negara yang sering terjadi perang saudara ataupun krisis politik biasanya sulit menciptakan iklim bisnis yang sehat dan berkembang. Pemerintah memiliki peran besar dalam membuat dan mengatur arah bisnis berjalan. Para pengusaha akan


(58)

takut menanamkan modal mereka di negara yang tidak stabil politik dan hukum yang diterapkan oleh pemerintah. Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang dapat mengeluarkan kebijakan dan peraturan yang dapat melindungi para pengusaha sekaligus masyarakatnya.

Saat ini pemerintah memberikan perhatiannya kepada usaha kecil dan menengah. Pemerintah memberikan bantuan modal usaha dengan syarat dan bunga yang ringan untuk membantu pengusaha kecil mengembangkan usahanya. Program ini dapat dimanfaatkan oleh Usaha Perikanan Rakyat untuk menambah modal untuk mengembangkan bisnis budidaya ikan lele Sangkuriang.

j. Lingkungan Sosial dan Budaya

Lingkungan sosial dan budaya memberikan respon positif atas kehadiran budidaya ikan air tawar khususnya ikan lele. Masyarakat mulai menggemari ikan lele dan sudah sadar atas nilai kandungan gizi ikan lele. Harga yang relatif murah yang dapat dijangkau oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah merupakan salah satu alasan masyarakat tertarik untuk membeli ikan lele. Alasan tersebut berdampak positif terhadap permintaan yang makin lama semakin meningkat.

Menurut Bapak Syahbuddin, usaha budidaya ikan lelenya mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat setempat. Semenjak mendirikan usahanya tersebut sampai sekarang, Bapak Syahbuddin tidak pernah mengalami tindakan premanisme seperti tindakan pemerasan, pencurian, pungutan liar, dan sebagainya.

k. Lingkungan Teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi semakin pesat seiring dilakukannya temuan-temuan baru dan kreativitas pelaku bisnis.


(59)

Temuan-temuan baru dan kreativitas pelaku bisnis tersebut dapat mempermudahkan perusahaan dalam memproduksi maupun memasarkan barang dan jasa. Saat ini transaksi bisnis sudah mudah dan cepat, tidak seperti dahulu membutuhkan waktu dan prosedur yang panjang. Jaringan internet yang mudah diakses dimana dan kapan saja, membuat pengusaha dapat memperkenalkan barang dan jasanya, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Dari aspek pemasaran, kemajuan teknologi mempermudahkan pengusaha untuk lebih dekat dengan konsumennya. Sehingga pengusaha dapat mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen. Dari informasi yang didapatkan tersebut, ia dapat menciptakan suatu peluang usaha yang baru ataupun berkreativitas. Serta kehadiran internet dapat menekan biaya promosi dan pemasaran perusahaan.

l. Lingkungan Demografi

Demografi merupakan ilmu studi yang mempelajari kependudukan tentang kelahiran, kematian, dan migrasi. Penduduk memiliki posisi sebagai konsumen dari barang dan jasa yang dihasilkan dari kegiatan suatu bisnis. Penduduk Indonesia yang semakin bertambah memberikan kesempatan yang besar bagi pengusaha ikan untuk meningkatkan produksi ikan mereka agar dapat memenuhi permintaan ikan yang semakin meningkat pula. Meningkatnya permintaan ikan lele juga didorong oleh beberapa faktor antara lain: harga yang terjangkau, jauh dari isu-isu berformalin, dan kandungan gizi yang dimiliki oleh ikan lele.

4. Lingkungan Eksternal Mikro a. Ancaman Pendatang Baru

Pendatang baru di dunia industri semakin hari semakin ramai. Semakin banyak pengusaha yang menawarkan produk yang inovatif dan kreatif. Kondisi ini


(60)

mendorong para pengusaha yang sudah memasuki dunia industri terlebih dahulu harus mempertahankan karakteristik produknya seiring peningkatan mutu dan kreativitas produk.

Pendatang baru bagi Usaha Perikanan Rakyat sampai saat ini belum mempengaruhi roda kegiatan usaha budidaya ikan lele. Usaha Perikanan Rakyat merupakan usaha skala kecil yang berjalan secara sederhana dan belum menerapkan manajemen yang rumit dengan target penjualan pada jumlah tertentu. Usaha Perikanan Rakyat belum terdaftar dan tidak memiliki izin usaha. Sehingga memudahkan pendatang baru untuk memulai usaha budidaya yang serupa tanpa harus melakukan registrasi. Pertambahan pengusaha ikan lele dapat memenuhi permintaan ikan lele di pasar yang saat ini semakin meningkat dan memicu pengusaha untuk meningkatkan kualitas ikan. Usaha Perikanan Rakyat juga terus meningkatkan produksi ikan lele dengan tetap memperhatikan kualitas ikan lele untuk menjaga kepuasan pelanggan. Usaha Perikanan Rakyat sudah memiliki pelanggan tertentu yang sudah setia dan mengerti kelebihan ikan lele Sangkuriang yang dibudidayakan di tempat ini. Di pasar tradisional masih sulit menjumpai penjual yang menjual ikan lele Sangkuriang, ikan lele yang dijual didominasi dengan ikan lele jumbo dan lokal. Kualitas keempukan dan rasa daging ikan lele Sangkuriang lebih baik dibandingkan dengan ikan lele jenis lainnya.

b. Kekuatan Pemasok (Powerful of Suppliers)

Pemasok merupakan orang atau penyalur segala bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan memproduksi barang dan jasa. Perusahaan harus membina hubungan yang baik dengan pemasok agar tidak menghambat kegiatan produksi. Perusahan yang hanya memiliki satu pemasok


(61)

biasanya memiliki kekuatan menawar yang lebih tinggi. Kekuatan tawar-menawar pemasok berupa pemberian harga bahan baku, jumlah pesanan, dan waktu pesanan. Kekuatan-kekuatan tersebut membatasi perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasi dan produksi. Untuk mengatasi tingginya kekuatan tawar-menawar pemasok, perusahan sebaiknya membangun hubungan baik kepada beberapa pemasok. Seandainya satu pemasok memutuskan untuk menaikkan harga bahan baku dan membatasi jumlah pembelian. Keputusan tersebut tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap aktivitas perusahaan. Perusahaan dapat mengatasinya dengan mengambil bahan baku dari pemasok lain yang dapat juga berfungsi sebagai pembanding harga.

Usaha Perikanan Rakyat (UPR) memiliki pemasok bahan baku langsung tanpa perantara di pasar. Usaha Perikanan Rakyat hanya membangun hubungan dengan satu pemasok. Untuk mendapatkan benih ikan lele Sangkuriang yang akan dijadikan induk untuk pembudidayakan didapatkan dari Sukabumi. Bahan baku pakan lele seperti pellet didapatkan dari mitra yang sudah lama menjalin hubungan yaitu Poultry Soup Agung. Harga pellet didapatkan dari pemasok sekitar Rp 7.000 per kilogram. Kekuatan tawar-menawar pemasok cukup tinggi. Kenaikan harga sangat mempengaruhi biaya produksi sedangkan harga penjualan ikan lele berdasarkan harga yang ada di pasaran.

c. Kekuatan Pembeli / Pelanggan (Power of Buyers)

Pembeli merupakan orang yang memiliki peran sebagai konsumen dari barang dan jasa yang dihasilkan produsen atau perusahaan. Pembeli memiliki kemampuan atau kekuatan untuk mempengaruhi produsen barang atau perusahaan dalam membuat kebijakan perusahaan.


(1)

Kondisi lingkungan Usaha Perikanan Rakyat

Tampak dari depan/ seberang jalan


(2)

Batas- batas wilayah

Sebelah timur: sawah warga


(3)

Sebelah selatan: sawah warga


(4)

Kolam ikan untuk induk lele Sangkuriang


(5)

Benih ikan lele Sangkuriang yang mati


(6)

Pemilik sedang memberi pakan ikan Lele Sangkuriang