Strategi Pembiayaan pada Masyarakat Nelayan dalam Mendukung Usaha Perikanan Tangkap di PPI Muara Angke

STRATEGI PEMBIAYAAN PADA MASYARAKAT NELAYAN
DALAM MENDUKUNG USAHA PERIKANAN TANGKAP
DI PPI MUARA ANGKE

YUNIA FAIZAH ARSY

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pembiayaan
pada Masyarakat Nelayan dalam Mendukung Usaha Perikanan Tangkap di PPI
Muara Angke adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2014
Yunia Faizah Arsy
NIM C44090001

ABSTRAK
YUNIA FAIZAH ARSY. Strategi Pembiayaan pada Masyarakat Nelayan dalam
Mendukung Usaha Perikanan Tangkap di PPI Muara Angke. Dibimbing oleh
AKHMAD SOLIHIN dan IIN SOLIHIN.
Nelayan masih mengalami kesulitan dalam mendapatkan pembiayaan untuk
melaut. Hal ini juga terjadi di kawasan PPI Muara Angke yang letaknya dekat
dengan ibu kota negara Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi
pola pembiayaan pada masyarakat nelayan dan menentukan strategi pembiayaan
yang mendukung usaha perikanan tangkap di PPI Muara Angke. Metode yang
digunakan adalah metode kualitatif studi kasus. Pola pembiayaan diidentifikasi
dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil yang didapatkan adalah terdapat pola
modal sendiri ditambah meminjam, dibantu oleh bos/pemborong dan dibantu
melalui program PUMP (Pengembangan Usaha Mina Pedesaan). Analisis SWOT
digunakan untuk menentukan strategi pembiayaan. Strategi yang diperoleh antara
lain dengan menyinergikan pembiayaan dari lembaga non formal, memanfaatkan
nilai strategis PPI Muara Angke dalam mendukung usaha perikanan tangkap dan

mengoptimalkan keterlibatan pihak perbankan melalui program pembiayaan dari
pemerintah (diantaranya Kredit Usaha Rakyat dan PUMP).
Kata kunci: nelayan, pola pembiayaan, strategi pembiayaan

ABSTRACT
YUNIA FAIZAH ARSY. Financing Strategies on Fishermen to Support Capture
Fishery Business in PPI Muara Angke. Supervised by AKHMAD SOLIHIN and
IIN SOLIHIN.
Fishermen are still experiencing difficulties in getting financing for fishing.
It also occurs in PPI Muara Angke which the location is near the capital city of
Indonesia. This study was conducted to identify the financing patterns on
fishermen and determine the financing strategies that support capture fishery
business in PPI Muara Angke. The method that is used is qualitative case study
method. Financing pattern is identified by descriptive qualitative method. The
results are pattern of own capital plus borrow, assisted by the boss/caterer and
assisted by PUMP (Development Business of Mina Rural) program. SWOT
analysis is used to determine financing strategies. The strategies are synergy the
financing from non formal institution, utilize the strategic value of PPI Muara
Angke to support capture fishery business and optimize the involvement of bank
through financing program from government (include People Business Loan and

PUMP).
Keywords: financing patterns, financing strategies, fishermen

STRATEGI PEMBIAYAAN PADA MASYARAKAT NELAYAN
DALAM MENDUKUNG USAHA PERIKANAN TANGKAP
DI PPI MUARA ANGKE

YUNIA FAIZAH ARSY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Strategi Pembiayaan pada Masyarakat Nelayan dalam
Mendukung Usaha Perikanan Tangkap di PPI Muara Angke
Nama
: Yunia Faizah Arsy
NIM
: C44090001
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Akhmad Solihin, SPi, MH
Pembimbing I

Dr Iin Solihin, SPi, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Pencipta Alam Semesta,
yang dengan kasih sayang-Nya telah memudahkan penulis dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini. Shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad
SAW yang kegigihannya dalam menyebarkan Islam dapat menjadi teladan dalam
segala bidang, salah satunya penelitian.
Karya ilmiah ini berkaitan dengan strategi pembiayaan yang ditujukan
untuk masyarakat nelayan dalam mendukung usaha perikanan tangkap. Penulis
berterima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini, terutama kepada Akhmad Solihin, SPi, MH dan
Dr Iin Solihin, SPi, MSi sebagai Komisi Pembimbing yang senantiasa
memberikan arahan dan bimbingan dalam proses penyusunan sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada ibu, bapak, seluruh keluarga serta teman-teman, atas do’a dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Februari 2014
Yunia Faizah Arsy

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

v

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2


Waktu dan Tempat

2

Metode Pengumpulan Data

2

Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Kondisi Umum Usaha Perikanan Tangkap di PPI Muara Angke

7


Pola Pembiayaan pada Masyarakat Nelayan

8

Strategi Pembiayaan pada Masyarakat Nelayan
SIMPULAN DAN SARAN

10
17

Simpulan

17

Saran

17

DAFTAR PUSTAKA


17

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

26

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7


Analisis faktor internal
Analisis faktor eksternal
Analisis dengan matriks SWOT
Perbandingan pola pembiayaan di PPI Muara Angke
Hasil analisis faktor internal
Hasil analisis faktor eksternal
Strategi SO

5
5
6
9
11
13
14

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram analisis SWOT
2 Lokasi penelitian di kawasan PPI Muara Angke
3 Grafik hasil analisis SWOT

4
7
14

DAFTAR LAMPIRAN
1 Tahapan analisis SWOT
2 Hasil analisis dengan matriks SWOT
3 Realisasi penyaluran pembiayaan bidang penangkapan ikan, sampai
dengan triwulan III 2013
4 Realisasi KUR menurut sektor ekonomi (30 November 2013)

19
23
24
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki luas lautan yang mendominasi dibanding luas
daratannya dan potensi sumberdaya ikan yang sangat besar, yaitu 6,5201 juta ton
per tahun (Kepmen KP Nomor KEP. 45/MEN/2011). Potensi tersebut belum bisa
membuat nelayan lebih sejahtera. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2008)
dari total kemiskinan di Indonesia, sebesar 56,35% merupakan masyarakat yang
bekerja di sektor pertanian, termasuk nelayan.
Usaha perikanan tangkap membutuhkan biaya operasional yang tidak
sedikit. Nelayan membutuhkan bantuan pembiayaan untuk melaut. Institusi
formal seperti perbankan sudah dirangkul oleh pemerintah untuk memajukan
sektor marjinal, namun belum memberi peranan secara langsung terhadap nelayan.
Program pemerintah berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) sudah ada, tetapi tidak
dapat dengan mudah diakses oleh nelayan. Suku bunga maksimal yang ditetapkan
mencapai 13% untuk KUR Ritel dan 22 % untuk KUR Mikro (Komite Kredit
Usaha Rakyat 2013), ini jauh lebih besar dari negara Asia lain seperti Thailand 23%, Malaysia 3% dan Jepang 0,5 %. Selain bunga yang ditetapkan masih sangat
besar, nelayan juga disulitkan dengan jaminan yang ditetapkan oleh pihak bank
sebagai syarat peminjaman, yaitu akta tanah yang dikeluarkan oleh BPN (Badan
Pertanahan Nasional). Syarat peminjaman tersebut tidak ada dalam ketentuan
KUR Mikro, hal itu merupakan kebijakan pihak bank sendiri.
Persepsi bahwa usaha dalam bidang perikanan tangkap mempunyai tingkat
risiko yang tinggi menjadi alasan perbankan sulit memberikan KUR kepada
nelayan. Risiko tinggi tersebut diantaranya: jumlah hasil tangkapan setiap harinya
tidak bisa diduga, faktor adanya musim barat membuat nelayan Indonesia
kesulitan untuk melaut sehingga mempengaruhi pendapatannya, serta minimnya
pengawasan dan jaminan terhadap keselamatan nelayan saat melaut. Pembiayaan
untuk melaut diantisipasi oleh nelayan dengan pinjaman modal tanpa bunga yang
diberikan oleh tengkulak. Sistem ini justru merugikan nelayan karena hanya boleh
menjual ikan hasil tangkapan kepada tengkulak tersebut dengan harga ikan yang
lebih rendah sekitar 10-30% dari harga pasaran (Arief 2011). Sistem ini membuat
tengkulak berperan sebagai price maker karena dapat mengatur harga beli ikan
sesuai kebutuhannya.
Kondisi yang terus menerus seperti ini akan membuat nelayan Indonesia
tetap miskin. Bahkan di kawasan PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) Muara Angke
pun yang letaknya dekat dengan ibu kota negara Indonesia, masyarakat nelayan
masih kesulitan dalam mengakses bantuan dari pemerintah terkait pembiayaan
untuk kegiatan perikanan tangkap. Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi pola pembiayaan pada masyarakat
nelayan dan strategi pembiayaan seperti apa yang mendukung usaha perikanan
tangkap di PPI Muara Angke.

2
Perumusan Masalah
Nelayan masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan bantuan
pembiayaan melaut meskipun pemerintah memiliki beberapa program yang
ditujukan untuk membantu nelayan. Permasalahan dalam penelitian ini meliputi
sistem pembiayaan untuk melakukan kegiatan perikanan tangkap yang sampai
saat ini masih belum banyak membantu nelayan. Hal itu terjadi pula di PPI Muara
Angke, Jakarta Utara meskipun letaknya dekat dengan pusat pemerintahan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola pembiayaan pada masyarakat
nelayan dan menentukan strategi pembiayaan yang mendukung usaha perikanan
tangkap di PPI Muara Angke.

Manfaat Penelitian
Manfaat pada penelitian ini adalah adanya luaran penelitian berupa strategi
pembiayaan pada masyarakat nelayan yang dapat dipertimbangkan dalam
mengambil kebijakan yang mendukung usaha perikanan tangkap.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2013.
Penelitian dan pengumpulan data ini dilaksanakan di kawasan PPI Muara Angke,
kantor Kementerian Koperasi dan UKM (Usaha Kecil dan Menengah), serta
kantor KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan).

Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif studi
kasus. Penelitian kualitatif memberikan penekanan pada proses dan makna yang
tidak dikaji atau belum diukur dari sisi kuantitatif. Penelitian kualitatif
menekankan sifat realita yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara
peneliti dengan subjek yang diteliti dan tekanan situasi yang membentuk
penyelidikan (Denzin 2009). Studi kasus dalam penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan suatu persoalan dan mengindikasikan suatu cara untuk
mengatasi persoalan tersebut.
Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi langsung
ke lapangan serta pengumpulan data dari instansi/lembaga terkait. Data yang
digunakan ada dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh dari kegiatan wawancara dan pengamatan

3
langsung. Data primer yang didapatkan berupa pola pembiayaan dan data untuk
analisis strategi pembiayaan masyarakat nelayan di PPI Muara Angke. Data
sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari instansi dan lembaga
terkait. Data sekunder yang didapatkan yaitu data dari KKP terkait lembagalembaga keuangan perbankan yang memberikan pinjaman atau kredit untuk
industri perikanan tangkap (terlampir pada Lampiran 3) dan data realisasi
penyaluran KUR yang didapatkan dari Komite Kredit Usaha Rakyat (terlampir
pada Lampiran 4).
Pengambilan sampel dalam proses wawancara pada penelitian ini dilakukan
dengan cara stratified purposive sampling. Stratified purposive sampling adalah
pengambilan sampel yang bersifat tidak acak. Pemilihan responden dilakukan
dengan sengaja, berdasarkan stratifikasi dan beberapa pertimbangan yang
berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Responden pada
penelitian ini adalah nelayan pemilik kapal dan lembaga pemerintah. Jumlah
responden yang berasal dari nelayan adalah 7 orang, staf Ditjen Perikanan
Tangkap KKP 1 orang, staf Kementerian Koperasi dan UKM 1 orang dan staf
UPT PKPP/PPI (Unit Pelaksana Teknis Pengelola Kawasan Pelabuhan
Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan) Muara Angke 1 orang. Stratifikasi
dilakukan untuk objek nelayan, yaitu berdasarkan ukuran kapal yang dimiliki oleh
nelayan. Nelayan pemilik kapal dibatasi untuk pemilik kapal ukuran kurang dari 5
GT (< 5 GT) dan 5-10 GT. Stratifikasi ini untuk melihat apakah ada pengaruh
antara ukuran kapal yang dimiliki dengan cara pembiayaan untuk kegiatan
penangkapan ikan. Responden nelayan yang terpilih merupakan responden yang
memiliki pola pembiayaan yang berbeda dari yang lainnya, selain itu bersifat
homogen.

Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif dan metode analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats). Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk
mendapatkan tujuan pertama dalam penelitian ini yaitu mengidentifikasi pola
pembiayaan pada nelayan. Data yang digunakan adalah data hasil wawancara
dengan nelayan. Hal yang dipaparkan terkait pola pembiayaan yaitu kemudahan
akses sumber pembiayaan, kemandirian nelayan, jaminan pemasaran hasil
tangkapan dan peluang mendapatkan pembiayaan lebih. Sedangkan metode
analisis SWOT digunakan untuk menentukan strategi pembiayaan pada
masyarakat nelayan.
Hasil wawancara dari pemerintah dan lembaga terkait diolah dengan analisis
SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths)
dan kelemahan (weaknesses). Analisis yang dilakukan diantaranya analisis faktor
internal, analisis faktor eksternal dan analisis menggunakan matriks SWOT.
Strategi yang dihasilkan dari analisis ini perlu mendapat perhatian seluruh pihak
yang memiliki kepentingan dalam upaya mendukung usaha perikanan tangkap di
PPI Muara Angke. Gambar 1 menunjukkan diagram analisis SWOT yang
membagi situasi pada 4 kuadran berbeda. Tiap kuadran menggambarkan situasi

4
objek yang dianalisis, dipengaruhi oleh faktor internal (kekuatan atau kelemahan)
dan faktor eksternal (peluang atau ancaman).

Peluang (opportunities)
Kuadran 3

Kuadran 1

Kelemahan (weaknesses)

Kekuatan (strengths)

Kuadran 4

Kuadran 2
Ancaman (threats)
Gambar 1 Diagram analisis SWOT
Sumber: Rangkuti 1997

Kuadran 1

: merupakan situasi yang menguntungkan terkait sistem
pembiayaan masyarakat nelayan karena kekuatan dan peluang
saling mendukung.
Kuadran 2 : merupakan situasi terdapatnya ancaman namun masih terdapat
kekuatan internal yang mendukung.
Kuadran 3 : merupakan situasi yang menggambarkan bahwa sistem
pembiayaan masyarakat nelayan masih memiliki peluang, akan
tetapi masih memiliki kelemahan-kelemahan yang harus diatasi.
Kuadran 4 : merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan karena
kelemahan dari dalam dan ancaman dari luar bertemu dalam
kuadran ini.
Tahap analisis SWOT:
1. Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal
Faktor internal merupakan aspek dari dalam yang memberikan pengaruh
kepada organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Kekuatan-kekuatan
yang ada akan dijadikan landasan pengambilan keputusan. Sedangkan
kelemahan-kelemahan yang ada akan menjadi acuan organisasi untuk
memperbaiki kinerjanya. Tabel 1 menunjukkan proses analisis faktor internal.
Setiap keterangan yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan dipaparkan,
kemudian dihitung bobot, rating dan skornya berdasarkan hasil pengisian
kuesioner oleh responden.

5
Tabel 1 Analisis faktor internal
Keterangan
Bobot
Rating
Kekuatan
…..
…..
…..
Kelemahan
…..
…..
…..
Total

Skor

Faktor eksternal merupakan aspek di luar organisasi yang dapat
memberikan pengaruh nyata terhadap proses pengambilan kebijakan. Faktor ini
meliputi peluang dan ancaman yang memiliki kaitan dengan kebijakan yang
diambil. Tabel 2 menjelaskan mengenai analisis faktor eksternal. Keterangan
yang berkaitan dengan peluang dan ancaman dimasukkan dalam tabel tersebut,
selanjutnya data hasil wawancara diolah untuk menentukan bobot, rating dan
skor.

Tabel 2 Analisis faktor eksternal
Keterangan
Bobot
Rating
Peluang
…..
…..
…..
Ancaman
…..
…..
…..
Total

Skor

Penentuan bobot, rating dan skor dilakukan setelah mendapatkan hasil
penilaian dari responden terkait setiap keterangan yang dipaparkan. Berikut
tahapan pengolahan datanya:
a) Sebelum bobot setiap keterangan ditentukan, terlebih dahulu dihitung
nilai survey berdasarkan nilai setiap keterangan dari responden dibagi
total nilai dalam faktor internal atau faktor eksternal dari masingmasing responden
b) Bobot didapatkan dengan menghitung nilai rata-rata survey dari semua
responden pada setiap keterangan. Total bobot dalam faktor internal
maupun faktor eksternal adalah 1
c) Rating ditentukan dengan menghitung rata-rata penilaian semua
responden terhadap masing-masing keterangan

6
d) Skor pada setiap keterangan dihitung dengan cara mengalikan antara
bobot dan ratingnya. Setiap skor dari kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats)
dijumlahkan untuk membuat grafik analisis SWOT
e) Koordinat grafik analisis didapatkan dari jumlah setiap skor tersebut.
Koordinat x diisi dengan jumlah skor dari kekuatan dan kelemahan,
sedangkan koordinat y diisi dengan jumlah skor dari peluang dan
ancaman, selanjutnya dibuat grafik dengan koordinat tersebut
f) Kuadran yang menunjukkan letak strategi dapat diketahui dengan
membuat grafik kedua. Koordinat x untuk grafik ini merupakan total
skor pada faktor internal dan koordinat y merupakan total skor pada
faktor eksternal
Tahapan pengolahan data untuk analisis SWOT pada penelitian ini dapat
dilihat pada Lampiran 1.
2. Penentuan strategi
Langkah selanjutnya adalah penentuan strategi pembiayaan pada
masyarakat nelayan dalam mendukung usaha perikanan tangkap. Tabel 3
merupakan tabel analisis dengan matriks SWOT yang memaparkan strategi
pada setiap situasi. Strategi yang diambil merupakan strategi yang ditunjukkan
pada grafik hasil pengolahan data. Hasil analisis dengan matriks SWOT pada
penelitian ini dilampirkan pada Lampiran 2.

Tabel 3 Analisis dengan matriks SWOT
Kekuatan
Kelemahan
(strengths/S)
(weaknesses/W)
1) …..
1) …..
2) …..
2) …..
3) …..
3) …..
Peluang (opportunities/O) Strategi SO
Strategi WO
1) …..
1) …..
1) …..
2) …..
2) …..
2) …..
3) …..
3) …..
3) …..
Ancaman (threats/T)
Strategi ST
Strategi WT
1) …..
1) …..
1) …..
2) …..
2) …..
2) …..
3) …..
3) …..
3) …..

Strategi SO
Strategi ST
Strategi WO
Strategi WT

: strategi ini mengoptimalkan seluruh kekuatan untuk
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
: strategi ini memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman.
: strategi ini bertujuan mengatasi kelemahan untuk meraih
peluang yang ada.
: strategi yang bersifat defensif, berusaha mengatasi
kelemahan yang ada untuk menghindari ancaman.

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Usaha Perikanan Tangkap di PPI Muara Angke
PPI Muara Angke secara geografis terletak pada 606’21’’ LS dan
106 46’29,8” BT, secara administratif terletak di Kelurahan Pluit, Kecamatan
Penjaringan, Kota Administratif Jakarta Utara. Sesuai dengan keputusan Gubernur
DKI Jakarta No. 598 Tahun 1990, Muara Angke ditetapkan sebagai pusat
pembinaan perikanan di DKI Jakarta. Penetapan ini bertujuan untuk
mengonsentrasikan pusat pelayanan melalui penyediaan prasarana/sarana yang
lebih memadai khususnya kepada masyarakat nelayan (Dinas Kelautan dan
Pertanian Provinsi DKI Jakarta 2012). Gambar 2 memperlihatkan kawasan
dermaga di PPI Muara Angke.
0

Gambar 2 Dermaga di PPI Muara Angke
Sumber: dok. pribadi 2013

Kawasan Muara Angke memiliki luas 71,73 ha yang dimanfaatkan untuk
menempatkan fasilitas pokok, fungsional dan penunjang UPT PKPP/PPI dan UPT
BTPI (Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan), fasilitas sosial,
fasilitas umum, perumahan nelayan, pengolahan hasil perikanan tradisional,
tambak uji coba air payau dan fasilitas non produksi perikanan yang bersifat
menunjang kegiatan perikanan. Produk luar daerah yang masuk ke PPI Muara
Angke sebesar 24.576,3 ton/tahun, maka total produksi perikanan DKI Jakarta
yang masuk PPI Muara Angke adalah 44.895.224 ton/tahun atau kurang lebih 123
ton/hari. Melihat angka produksi perikanan yang cukup besar, PPI Muara Angke
sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi pusat industri perikanan dan
sumber PAD bagi pemerintah DKI Jakarta. Produksi ikan dari tahun 2006 sampai
2010 pada umumnya mengalami kenaikan (UPT Pengelola Kawasan Pelabuhan
Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke 2011).
Kawasan Muara Angke merupakan wilayah pengembangan ekonomi
perikanan dan pintu gerbang daerah sekitarnya yang berpotensi di wilayah Jakarta
Utara. PPI Muara Angke ini potensial karena letaknya di wilayah DKI Jakarta,
adanya PHPT (Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional), pemukiman nelayan
beserta fasilitas umum (sekolah, puskesmas, tempat ibadah, pasar, bank, lapangan

8
olahraga), dan tersedianya kawasan pengembangan industri penunjang. Sejak
dibukanya Muara Angke sebagai pusat kegiatan perikanan tradisional dan sentra
pemukiman nelayan pada tahun 1977, berbagai fasilitas pemenuhan kebutuhan
ekonomi perikanan serta kebutuhan sosial telah dilengkapi. Kelengkapan fasilitas
dan aktivitas perikanan yang maju memberikan kesempatan untuk bekerja
disamping sebagai nelayan.

Pola Pembiayaan pada Masyarakat Nelayan
Terdapat 3 pola pembiayaan pada masyarakat nelayan di PPI Muara Angke.
Pola pembiayaan yang pertama yaitu tidak mendapatkan bantuan dari lembaga
pemerintah/swasta. Nelayan dengan pola pembiayaan seperti ini biasa meminjam
uang kepada pemilik warung untuk membeli keperluan melaut seperti rokok, kopi
dan mie instan. Setelah kembali dari melaut, hasil tangkapan dijual kepada
pemborong, kemudian uangnya digunakan untuk membayar hutang ke pemilik
warung lalu sisanya dibagikan ke pemilik kapal serta ABK (Anak Buah Kapal).
Karakteristik nelayan yang seperti ini membutuhkan sekali bantuan untuk
memperbaiki alat tangkap dan mesin kapal. Nelayan ini tidak pernah mengajukan
bantuan pembiayaan ke lembaga keuangan pemerintah/swasta yang ada di sekitar
PPI Muara Angke. Program Kredit Usaha Rakyat yang sudah berjalan sejak tahun
2007 belum diketahui oleh nelayan ini.
Pola pembiayaan berikutnya yaitu mendapatkan modal melaut dari
bos/pemborong. Meskipun nelayan memiliki kapal, semua modal untuk melaut
diberikan oleh bos dengan konsekuensi ikan hasil tangkapan yang didapatkan
harus dijual kembali kepada bos tersebut. Alur pembiayaan untuk usaha perikanan
tangkap yang dijalankan oleh nelayan ini adalah mendapat dana dari bos,
selanjutnya dibagi oleh nelayan pemilik kapal untuk bekal melaut (perbekalan
kapal dan perbekalan ABK). Kebijakan pemerintah berupa Kredit Usaha Rakyat
belum dirasakan oleh nelayan ini meskipun pernah mengajukannya ke salah satu
bank pelaksana KUR. Kesulitan melengkapi persyaratan dari pihak bank menjadi
hambatan nelayan ini untuk mengajukan Kredit Usaha Rakyat. Nelayan yang
selaku pemilik kapal ini juga menambahkan sejumlah modal untuk melaut apabila
pembiayaan dari bos masih kurang. Nelayan ini membutuhkan bantuan modal dan
alat tangkap untuk kegiatan perikanan tangkap yang dijalaninya.
Pola pembiayaan yang ketiga adalah mendapatkan bantuan modal dari
lembaga pemerintah melalui program PUMP (Pengembangan Usaha Mina
Pedesaan). PUMP hanya diberikan kepada nelayan yang sudah mempunyai KUB
(Kelompok Usaha Bersama). Setiap KUB minimal terdiri dari 10 nelayan.
Bantuan yang diberikan sebesar Rp 100 juta untuk setiap kelompok. KUB yang
sudah diberikan bantuan diwajibkan untuk melaporkan penggunaan uang tersebut
disertai bukti kwitansi dan berita acara. Dana tersebut digunakan untuk modal
melaut, perbaikan alat atau pembelian kapal bagi nelayan yang belum memiliki
kapal. Ada persyaratan yang harus dipenuhi KUB untuk mendapatkan bantuan
PUMP, diantaranya NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), surat domisili dan KUB
tersebut harus sudah dikukuhkan. Sebanyak 3 KUB dari 10 KUB di PPI Muara
Angke sudah dikukuhkan oleh Sudin (Suku dinas). Tujuh KUB lainnya belum
dikukuhkan karena belum memenuhi syarat KUB, yaitu mandiri, berdaya dan

9
bermartabat. Beberapa bank di sekitar PPI Muara Angke (seperti BRI dan BJB)
pernah menawarkan kredit, tetapi nelayan terhambat persyaratannya. Kredit
Usaha Rakyat memang tidak mewajibkan nelayan membentuk kelompok, hanya
saja nelayan masih sulit untuk mengaksesnya karena persyaratan yang diajukan
oleh pihak bank. Perbandingan dari ketiga pola tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Perbandingan pola pembiayaan di PPI Muara Angke
Keterangan
Pola pembiayaan
1
2
3
Modal sendiri
Bos/pemborong
Lembaga
dan meminjam
pemerintah
Kemudahan akses sumber
Tidak
Ya
Tidak
pembiayaan
Jaminan pemasaran hasil
Tidak
Ya
Tidak
tangkapan
Tidak
Tidak
Ya
Peluang mendapatkan
pembiayaan lebih
Ya
Tidak
Tidak
Kemandirian nelayan
.
Tabel 4 menunjukkan bahwa pola pembiayaan pada nelayan ada yang
berasal dari pengelolaan sendiri dengan tambahan meminjam ke warung untuk
biaya sembako, pembiayaan dari bos/pemborong dan pembiayaan yang dibantu
oleh program pemerintah berupa bantuan PUMP. Hasil perbandingan yang
ditampilkan memperlihatkan setiap pola pembiayaan memiliki kelebihan dan
kekurangan tersendiri. Pembiayaan dari bos/pemborong memiliki 2 kelebihan
dibandingkan pola pembiayaan lainnya, yaitu kemudahan dalam mengakses
sumber pembiayaan dan adanya jaminan pemasaran hasil tangkapan. Pola
pembiayaan dari bos/pemborong lebih sesuai dengan pola usaha nelayan, tetapi
perlu disinergikan dengan program pembiayaan dari pemerintah untuk
pengelolaan modal agar nelayan bisa mendapatkan pembiayaan lebih.
Ketiga pola pembiayaan tersebut masing-masing dijalankan oleh nelayan
dengan ukuran kapal beragam, dengan batasan