Peran Pelabuhan Perikanan terhadap Efisiensi Usaha Penangkapan Jaring Cumi di PPI Muara Angke Jakarta

(1)

PERAN PELABUHAN PERIKANAN TERHADAP EFISIENSI

USAHA PENANGKAPAN JARING CUMI

DI PPI MUARA ANGKE JAKARTA

DWI YANTI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Pelabuhan Perikanan terhadap Efisiensi Usaha Penangkapan Jaring Cumi di PPI Muara Angke Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2014

Dwi Yanti


(4)

ABSTRAK

DWI YANTI. Peran Pelabuhan Perikanan terhadap Efisiensi Usaha Penangkapan Jaring Cumi di PPI Muara Angke Jakarta. Dibimbing oleh IIN SOLIHIN dan SUGENG HARI WISUDO.

PPI Muara Angke merupakan pelabuhan perikanan yang dapat mengoptimalkan perannya untuk efisiensi usaha penangkapan jaring cumi. Jaring cumi adalah alat tangkap dominan di PPI Muara Angke. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pendapatan jaring cumi, mengidentifikasi faktor yang mempengaruhinya, dan menentukan peran pelabuhan perikanan dalam efisiensi usaha penangkapan jaring cumi. Metode analisis yang digunakan adalah perhitungan pendapatan, metode regresi linier berganda, dan skala likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada musim timur pendapatan nelayan jaring cumi sebesar Rp. 135.220.966/trip dan pada musim barat sebesar Rp. 11.105.431/trip, faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah biaya operasional, produksi, harga cumi-cumi, dan ukuran kapal sedangkan pengalaman melaut tidak mempengaruhi pendapatan. Fasilitas yang berperan adalah dermaga, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), SPBU, perbaikan dan perawatan, dan kios penyediaan peralatan. Fasilitas yang kurang berperan adalah kolam pelabuhan, tempat informasi daerah penangkapan ikan, dan tangki air bersih.

Kata kunci: jaring cumi, pendapatan, pelabuhan perikanan, PPI Muara Angke

ABSTRACT

DWI YANTI. The Role of Fishing Port to The Efficiency of Squid Net Fisheries in PPI Muara Angke Jakarta. Supervised by IIN SOLIHIN and SUGENG HARI WISUDO.

PPI Muara Angke is a fishing port which can optimalize its role for squid net fisheries efficiency. Squid net is a leading fishing gear in PPI Muara Angke. The purpose of this research were to determine squid fishermen's income, to identify the factors that influence it, and to determine the role of fishing port in a efficiency of squid net fisheries. The analysis methods that used in this research were calculation of income, multiple linear regression analysis, and likert scale. The result of this research showed that in east monsoon the squid net fishermen's income was Rp. 135.220.966/trip and in west monsoon the fishermen's income was Rp. 11.105.431/trip, the factors that influenced income were operational cost, production, squid price, and fishing vessel size, but the fishing experience was not influence the fishermen's income. The facilities that had role were jetty, fish auction area, fuel station, repair and maintenance facility, and equipment supply stalls. The facilities that lack of role were port basin, the fishing ground information center, and clean water tank.


(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PERAN PELABUHAN PERIKANAN TERHADAP

EFISIENSI USAHA PENANGKAPAN JARING CUMI

DI PPI MUARA ANGKE JAKARTA

DWI YANTI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(6)

(7)

Judul Skripsi : Peran Pelabuhan Perikanan terhadap Efisiensi Usaha Penangkapan Jaring Cumi di PPI Muara Angke Jakarta Nama : Dwi Yanti

NIM : C44090020

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Dr Iin Solihin, SPi, MSi Pembimbing I

Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc Ketua Departemen


(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi yang

berjudul “Peran Pelabuhan Perikanan terhadap Efisiensi Usaha Penangkapan Jaring Cumi di PPI Muara Angke Jakarta” telah dilaksanakan pada bulan Maret 2013.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si dan Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si yang telah membimbing penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir.

2. Dr. Ir. Gondo Puspito, M Sc selaku dosen penguji dan Vita Rumanti Kurniawati, S.Pi. MT selaku komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dan saran dalam skripsi ini.

3. Pak Sony, Pak Makhad, Pak Darmin, Pak Aji, dan Pak Mahyudi selaku pihak PPI Muara Angke yang telah membantu dalam proses penelitian dan memberikan informasi.

4. Responden nelayan jaring cumi yang sudah memberikan informasi tentang jaring cumi.

5. Dosen dan staff departemen PSP yang telah membantu penulis selama studi di IPB.

6. Kedua orang tua penulis yang sudah mendukung selama ini.

7. Keluarga besar PSP 46 yang sudah menemani dan mendukung penulis selama berada di PSP.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE PENELITIAN 2

Tempat dan waktu penelitian 2

Alat dan bahan penelitian 2

Metode penelitian 2

Metode pengumpulan data 3

Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Pendapatan usaha penangkapan jaring cumi 6

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan jaring cumi 10 Peran pelabuhan perikanan terhadap efisiensi usaha penangkapan jaring cumi 13

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20


(10)

DAFTAR TABEL

1 Pedoman skor jawaban 4

2 Penjumlahan skor jawaban responden 5

3 Produksi hasil tangkapan jaring cumi 8

4 Jenis dan harga hasil tangkapan jaring cumi 8

5 Pendapatan kotor nelayan jaring cumi 9

6 Biaya operasional nelayan jaring cumi 9

7 Pendapatan bersih nelayan jaring cumi 10

8 Skema bagi hasil nelayan jaring cumi 10

9 Fasilitas-fasilitas di PPI Muara Angke 13

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi PPI Muara Angke 2

2 Alat tangkap jaring cumi 6

3 Kapal jaring cumi 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Contoh perhitungan rata-rata total penerimaan (TR) nelayan jaring cumi 20 2 Contoh perhitungan rata-rata total biaya operasional (TC) nelayan jaring

cumi 21

3 Uji normalitas 22

4 Uji multikolinieritas 23

5 Uji heteroskedastisitas 23

6 Uji autokorelasi 23

7 Interpretasi koefisien determinasi 23

8 Uji F statistik 23

9 Uji regresi parsial dengan uji t 24


(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Lubis (2012), pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang digunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Pelabuhan perikanan merupakan pusat aktivitas perekonomian perikanan. Aktivitas perikanan tersebut dimulai dari pra produksi, yaitu kegiatan perencanaan penangkapan ikan hingga pasca produksi, yaitu kegiatan penjualan hasil penangkapan ikan. Aktivitas perikanan inilah yang dapat didukung oleh peran pelabuhan perikanan agar hasil yang didapatkan oleh nelayan maksimal.

Pelabuhan perikanan dengan berbagai fasilitas yang ada sangat penting dalam menunjang kegiatan operasional penangkapan ikan. Fasilitas tersebut terdiri dari fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang. Berbagai fasilitas tersebut dapat membantu nelayan dalam pendaratan, penyimpanan, pendistribusian hingga pemasaran hasil tangkapan dan penyediaan berbagai kebutuhan melaut, seperti BBM, air bersih, es dan garam, dan bahan perbekalan dengan harga yang lebih murah. Keberadaan fasilitas tersebut diharapkan dapat mendukung efisiensi dan efektivitas usaha penangkapan jaring cumi.

Adanya efisiensi dan efektivitas usaha nelayan akan sangat menentukan pendapatan nelayan pada akhirnya. Efisiensi dapat dilihat dari adanya biaya operasional yang lebih murah. Efektivitas dapat dilihat dari peluang nelayan mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak dan menjualnya dengan harga yang sesuai dengan jenis dan mutu hasil tangkapan.

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke Jakarta merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang dapat mengoptimalkan peran pelabuhannya untuk memaksimalkan produksi hasil tangkapan dengan mengeluarkan biaya operasional yang minimum, sehingga pendapatan nelayan menjadi maksimal, terutama pendapatan nelayan jaring cumi. Jaring cumi merupakan alat tangkap yang paling dominan di PPI Muara Angke Jakarta pada tahun 2013 (UPT PPI Muara Angke). Apabila pendapatan nelayan semakin meningkat maka pendapatan pelabuhan perikanan juga semakin meningkat yang akan memberikan keuntungan untuk pelabuhan perikanan itu sendiri. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peran pelabuhan perikanan tersebut dalam efisiensi usaha penangkapan jaring cumi.

Tujuan Penelitian

1. Menentukan pendapatan usaha penangkapan jaring cumi dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha penangkapan jaring cumi; dan

2. Menentukan peran pelabuhan perikanan dalam meningkatkan efisiensi usaha penangkapan jaring cumi.


(12)

2

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada nelayan tentang peran pelabuhan perikanan yang dapat mempengaruhi pendapatannya di PPI Muara Angke Jakarta; dan 2. Memberikan informasi kepada pihak pelabuhan tentang fasilitas pelabuhan

yang kurang berperan agar dapat ditingkatkan kapasitas dan pemanfaatannya.

METODE PENELITIAN

Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke Jakarta (Gambar 1). Waktu Penelitian dilakukan pada tanggal 24 Februari sampai dengan 24 Maret 2013.

Gambar 1 Lokasi PPI Muara Angke

Alat dan bahan penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat tulis, perekam, kamera, dan kuisioner. Alat tulis dan perekam digunakan untuk mencatat hasil wawancara dengan nelayan jaring cumi. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian. Kuisioner digunakan untuk responden jaring cumi.

Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan


(13)

3 menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun 1998).

Metode pengumpulan data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu biaya operasional (solar, oli, air tawar, ransum, retribusi, bagi hasil ABK, biaya penyusutan, biaya perawatan, SIUP), jenis dan harga hasil tangkapan, jumlah trip, produksi hasil tangkapan per trip, jumlah nelayan per kapal, ukuran kapal, pengalaman melaut, dan akses penggunaan fasilitas pelabuhan oleh nelayan jaring cumi beserta alasannya. Metode pengumpulan data primer adalah wawancara responden dengan menggunakan kuisioner dan pengamatan secara langsung. Teknik sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling. Responden merupakan nelayan pemilik jaring cumi yang berjumlah 10 orang.

Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah perkembangan jumlah dan jenis alat tangkap di PPI Muara Angke pada tahun 2007-2012 dan jumlah, jenis, dan harga hasil tangkapan di PPI Muara Angke pada tahun 2007-2012. Data sekunder diperoleh melalui instansi pihak PPI Muara Angke.

Analisis Data Pendapatan nelayan jaring cumi

Menurut Rahim (2011), pendapatan nelayan merupakan selisih antara nilai produksi tangkapan dengan biaya total operasional. Pendapatan nelayan yang dihitung merupakan pendapatan nelayan jaring cumi per trip. Maka besarnya pendapatan nelayan dirumuskan sebagai berikut:

π = TR – TC

TR = P . Q TC = FC + VC

Keterangan :

1.

π

merupakan pendapatan bersih per trip (Rp)

2. TR merupakan total penerimaan nelayan per trip (Rp) 3. TC merupakan total biaya operasional per trip (Rp) 4. P merupakan harga ikan (Rp)

5. Q merupakan volume produksi hasil tangkapan (Kg) 6. FC merupakan biaya tetap (Rp)

7. VC merupakan biaya variabel (Rp)

Faktor-faktor yang mempengaruhi nelayan jaring cumi

Pendapatan adalah output yang didapat dari suatu proses produksi. Produksi merupakan kegiatan usaha yang menghasilkan output dengan masukan beberapa input dengan biaya yang minimum. Beberapa input ini akan dianalisis menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan software 17.0 untuk mengetahui pengaruhnya terhadap output, yaitu pendapatan. Input yang dimasukkan adalah pengalaman melaut, biaya operasional, produksi hasil


(14)

4

tangkapan, harga cumi-cumi, dan ukuran kapal. Model regresi dapat dirumuskan sebagai berikut.

Persamaan regresi untuk n prediktor adalah :

Y = a + b1X1 + b2X2 + ... + bnXn Keterangan:

Y = Pendapatan nelayan jaring cumi a = Konstanta

b1, b2 = Koefisien regresi

X1 = Pengalaman melaut

X2 = Biaya operasional

X3 = Produksi hasil tangkapan

X4 = Harga cumi-cumi

X5 = Ukuran kapal

Variabel independen di atas dipertimbangkan dari penelitian sebelumnya Sujarno (2008), dalam penelitiannya nilai X (variabel independen) yang dapat mempengaruhi pendapatan nelayan secara umum adalah pengalaman melaut, biaya operasional, dan produksi hasil tangkapan. Selain itu, menurut Talakua (2009), ukuran kapal dan harga ikan juga mempengaruhi pendapatan nelayan. Pada penelitian ini, harga ikan yang diambil adalah harga cumi karena cumi-cumi merupakan hasil tangkapan utama. Oleh karena itu, peneliti menggunakan variabel independen tersebut dalam penelitian ini.

Hasil yang diperoleh dari software tersebut dianalisis dengan dua tahap uji statistik, yaitu uji asumsi klasik dan interpretasi model regresi. Uji asumsi klasik ini harus terpenuhi, yaitu normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Interpretasi model regresi, yaitu interpretasi koefisien determinasi, uji F statistik, dan uji regresi parsial dengan uji t.

Peran pelabuhan perikanan terhadap efisiensi usaha penangkapan jaring cumi

Aspek peran pelabuhan ini dianalisis dengan menggunakan skala likert yang mengacu pada Kinnear dalam Umar (2005), Skala likert adalah suatu skala psikometrik yang digunakan dalam kuisioner. Skala likert ini merupakan skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena. Setiap responden memberikan jawaban dalam kuisioner. Hasil kuisioner yang didapat dianalisis menggunakan skala likert. Masing-masing jawaban dari setiap responden akan diberikan skor. Menurut Nurhayati (2007), skor yang diberikan antara 1 sampai dengan 5. Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Pedoman skor jawaban

Jawaban Skor

Tidak pernah 1

Jarang 2

Kadang-kadang 3

Sering 4


(15)

5 Responden berjumlah 10 orang dan terdapat 7 pertanyaan yang harus dijawab. Tujuh pertanyaan tersebut meliputi (1) pembelian BBM dari pelabuhan oleh nelayan jaring cumi, (2) penggunaan air bersih yang disediakan pelabuhan oleh nelayan jaring cumi, (3) pembelian bahan perbekalan dari pelabuhan oleh nelayan jaring cumi, (4) penggunaan informasi daerah penangkapan ikan oleh nelayan jaring cumi yang disediakan pelabuhan untuk pergi melaut, (5) kegiatan pendaratan dan pembongkaran hasil tangkapan di dermaga pelabuhan oleh nelayan jaring cumi, (6) penggunaan keranjang/basket oleh nelayan jaring cumi yang disediakan pelabuhan untuk menyortir dan mengangkut hasil tangkapan, dan (7) penggunaan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) untuk menjual hasil tangkapan oleh nelayan jaring cumi. Pada pengamatan secara langsung dilihat penggunaan fasilitas pelabuhan oleh nelayan. Pengamatan secara langsung dilakukan untuk melihat penggunaan fasilitas-fasilitas pelabuhan oleh nelayan dalam mendukung kegiatan operasional usaha penangkapan ikan.

Tahapan analisis skala likert adalah sebagai berikut. 1) Penilaian responden;

2) Tabulasi penilaian responden (Tabel 2);

Tabel 2 Penjumlahan skor jawaban responden

Responden Item Total

1 2 3 4 5 6 7

1 X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 Xa

2 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 Xb

3 X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 Xc

4 X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X4.6 X4.7 Xd

5 X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5.5 X5.6 X5.7 Xe

6 X6.1 X6.2 X6.3 X6.4 X6.5 X6.6 X6.7 Xf

7 X7.1 X7.2 X7.3 X7.4 X7.5 X7.6 X7.7 Xg

8 X8.1 X8.2 X8.3 X8.4 X8.5 X8.6 X8.7 Xh

9 X9.1 X9.2 X9.3 X9.4 X9.5 X9.6 X9.7 Xi

10 X10.1 X10.2 X10.3 X10.4 X10.5 X10.6 X10.7 Xj

Jumlah X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Xn

3) Perhitungan nilai maksimal, minimal, kuartil I, kuartil III, dan median;

Jumlah skor untuk setiap responden: Maksimal : Skor maksimal x jumlah item Minimal : Skor minimal x jumlah item Median : Skor median x jumlah item Kuartil I : Skor kuartil I x jumlah item Kuartil III : Skor kuartil III x jumlah item Jumlah skor untuk seluruh responden:

Maksimal : Jumlah responden x skor maksimal tiap responden Minimal : Jumlah responden x skor minimal tiap responden Median : Jumlah responden x skor median tiap responden Kuartil I : Jumlah responden x skor kuartil I tiap responden Kuartil III : Jumlah responden x skor kuartil III tiap responden


(16)

6

4) Interpretasi penjumlahan skor responden; dan Interpretasi skor:

Kuartil III < skor < maksimal, artinya sangat berperan Median < skor < kuartil III, artinya berperan

Kuartil I < skor < median, artinya tidak berperan

Minimal < skor < kuartil I, artinya sangat tidak berperan

5) Kesimpulan dari interpretasi skor dalam hal peran pelabuhan perikanan yang mempengaruhi efisiensi usaha penangkapan jaring cumi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendapatan usaha penangkapan jaring cumi

Alat tangkap jaring cumi merupakan alat tangkap yang mendominasi pelabuhan perikanan di PPI Muara Angke Jakarta. Jaring cumi termasuk ke dalam kelompok alat tangkap yang dijatuhkan (falling gear) (von Brandt 2005). Bentuk jaring dari jaring cumi adalah persegi panjang dan seperti kantong yang tidak terlalu dalam. Komponen jaring cumi terdiri dari jaring dengan ukuran mesh size 1 inchi, tiang penyangga besi dengan panjang 15 m, pemberat timah 200 kg, ring

atau cincin yang berjumlah 50 buah, tali kolor panjang 40 m. Berikut ini adalah alat tangkap jaring cumi (Gambar 2).

Keterangan:

1. Jaring (P 15 m, lebar 14 m, # 1 inchi)

2. Tiang penyangga (besi) (P 15 m)

3. Pemberat timah 200 kg

4. Ring atau cincin 50 buah 5. Tali kolor (P 40 m)

Sumber: Silaban 2013

Alat bantu yang digunakan adalah gardan untuk menarik tali temali pada jaring ketika proses hauling, GPS untuk menentukan arah pelayaran atau fishing

ground, serok untuk memindahkan hasil tangkapan dari jaring ke dek kapal, dan

lampu sebagai atraktor cahaya untuk menarik perhatian cumi-cumi.

Kapal jaring cumi yang ada di PPI Muara Angke rata-rata berukuran antara 14 sampai 68 GT. Daerah penangkapan ikannya berada di wilayah Perairan Laut Utara Jawa, Laut Cina Selatan, dan Laut Flores. Alat tangkap jaring cumi


(17)

7 melakukan operasi penangkapan selama 80-85 hari per trip dengan 4 kali trip per tahun. Lama perjalanan dari fishing base ke fishing ground adalah 3-4 hari.

Metode pengoperasian alat tangkap jaring cumi terdiri dari persiapan,

setting dan hauling. Lama persiapan sekitar 10 menit. Pada saat persiapan, hal yang dilakukan adalah menentukan fishing ground yang akan digunakan untuk operasi penangkapan ikan dan melakukan persiapan alat tangkap jaring cumi yang akan digunakan untuk menangkap cumi-cumi. Pada saat setting, rig atau tiang melintang yang ada di bagian sisi kanan kapal dibentangkan dan mengatur tali temali pada jaring. Kemudian seluruh lampu yang berada di bagian kanan dan kiri kapal dinyalakan untuk menarik perhatian cumi-cumi. Setting dilakukan 15 kali dalam satu malam. Proses hauling dilakukan ketika cumi-cumi sudah mendekat ke permukaan. Setelah itu, satu per satu lampu dimatikan sampai hanya ada sisa satu lampu yang menyala untuk memfokuskan cumi-cumi pada salah satu sisi kapal. Setelah cumi-cumi tertangkap, jaring diangkat dan hasil tangkapan diambil menggunakan serok. Hauling juga dilakukan 15 kali dalam satu malam. Nelayan hanya melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan jaring cumi pada saat bulan gelap. Pada saat bulan terang datang, nelayan melakukan kegiatan memancing sampai bulan gelap datang kembali. Hasil tangkapan dari memancing digabungkan dengan hasil tangkapan jaring cumi.

Nelayan per kapal (ABK) jaring cumi berjumlah 13-18 orang. Nelayan jaring cumi terdiri dari nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik berjumlah 1 orang dan nelayan buruh berjumlah 12-17 orang, dengan pembagian tugas, yaitu 1 orang nahkoda, 1 orang pengurus, 2 orang juru mesin, dan 8-13 orang ABK. Sistem bagi hasil yang digunakan adalah nelayan pemilik mendapatkan 60% dari pendapatan bersih per trip sedangkan nelayan buruh mendapatkan 40% dari pendapatan bersih per trip. Jumlah pembagian nelayan buruh sebesar 40% dibagi lagi sesuai tugasnya masing-masing, dengan pembagian pengurus 12%, nahkoda 10%, juru mesin 8%, dan ABK 10%. Kapal jaring cumi dapat dilihat pada (Gambar 3) berikut ini.

Gambar 3 Kapal jaring cumi

Produksi hasil tangkapan jaring cumi dipengaruhi oleh musim penangkapan ikan. Musim penangkapan ikan terdiri dari musim timur (musim puncak) dan


(18)

8

musim barat (musim paceklik). Hal ini dapat dilihat dari produksi hasil tangkapan jaring cumi yang berbeda antara musim timur dan musim barat.

Produksi hasil tangkapan jaring cumi pada musim timur lebih banyak dibandingkan dengan musim barat. Rata-rata produksi hasil tangkapan jaring cumi pada musim timur sebesar 19.007 kg/trip dan rata-rata produksi hasil tangkapan jaring cumi pada musim barat sebesar Rp. 8.110 kg/trip. Produksi hasil tangkapan jaring cumi pada musim timur dan musim barat dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3 Produksi hasil tangkapan jaring cumi

Responden Musim timur Musim barat

Jumlah (kg/trip) Jumlah (kg/trip)

1 24.788 9.726

2 14.642 7.955

3 18.980 8.752

4 18.783 8.879

5 9.879 6.971

6 23.977 8.084

7 14.887 8.847

8 9.778 7.025

9 24.433 6.986

10 29.927 7.877

Rata-rata 19.007 8.110

Harga hasil tangkapan jaring cumi tidak jauh berbeda antara musim timur dan musim barat. Perbedaan harga tidak terjadi pada semua jenis ikan, hanya beberapa jenis ikan saja yang memiliki sedikit perbedaan harga. Jenis dan harga hasil tangkapan jaring cumi dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 Jenis dan harga hasil tangkapan jaring cumi

No. Jenis ikan Musim timur Musim barat

Harga (Rp/kg) Harga (Rp/kg)

1 Golok-golok 8.000 8.000

2 Gabus 8.000 7.000

3 Selar 20.000 19.000

4 Manyung 12.000 12.000

5 Utik 7.700 7.700

6 Cucut 6.900 6.500

7 Tengkek 7.000 7.000

8 Tenggiri 26.000 24.000

9 Pari 7.000 7.000

10 Cumi-cumi 30.000 28.000

Sumber: TPI Muara Angke

Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 didapatkan rata-rata total penerimaan (TR) nelayan jaring cumi. Total penerimaan (TR) merupakan pendapatan kotor nelayan jaring cumi. Rata-rata pendapatan kotor nelayan jaring cumi berbeda antara musim timur dengan musim barat, perbedaan yang terjadi sangat besar. Rata-rata pendapatan kotor nelayan jaring cumi pada musim timur sebesar Rp. 480.011.320


(19)

9 per trip dan rata-rata pendapatan kotor nelayan jaring cumi pada musim barat sebesar Rp. 188.325.280 per trip. Contoh perhitungan rata-rata total penerimaan nelayan jaring cumi dapat dilihat pada (Lampiran 1). Rata-rata pendapatan kotor nelayan jaring cumi pada musim timur dan musim barat dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5 Pendapatan kotor nelayan jaring cumi

Responden Musim timur Musim barat

Pendapatan kotor (Rp/trip)

Pendapatan kotor (Rp/trip)

1 649.474.900 207.536.700

2 396.482.400 169.474.900

3 481.449.700 209.191.400

4 504.980.400 208.940.800

5 247.191.400 164.068.300

6 587.190.700 173.503.000

7 372.013.400 184.446.800

8 236.677.000 170.979.500

9 597.934.800 190.000.100

10 726.718.500 205.111.300

Rata-rata 480.011.320 188.325.280

Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari SIUP, biaya penyusutan, dan biaya perawatan. Biaya variabel terdiri dari BBM, oli, air tawar, ransum, retribusi, dan bagi hasil ABK. Rata-rata total biaya operasional (TC) yang dikeluarkan nelayan jaring cumi berbeda antara musim timur dan musim barat, perbedaan tidak terlalu besar. Pada musim timur rata-rata total biaya operasional yang dikeluarkan sebesar Rp. 344.790.354 per trip dan pada musim barat rata-rata total biaya operasional yang dikeluarkan sebesar Rp. 178.349149 per trip. Contoh perhitungan rata-rata biaya operasional yang dikeluarkan nelayan jaring cumi dapat dilihat pada (Lampiran 2). Rata-rata biaya operasional yang dikeluarkan nelayan jaring cumi pada musim timur dan musim barat dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6 Biaya operasional nelayan jaring cumi

Responden Musim timur Musim barat

Biaya operasional (Rp/trip)

Biaya operasional (Rp/trip)

1 404.474.207 186.040.781

2 267.517.432 144.144.207

3 391.418.341 208.202.302

4 395.839.612 195.604.544

5 203.322.302 145.679.369

6 388.692.001 189.087.080

7 299.165.762 198.652.124

8 198.801.110 153.383.185

9 385.311.964 177.100.043

10 513.360.805 185.597.859


(20)

10

Pendapatan bersih (

π

) nelayan jaring cumi merupakan pengurangan antara total penerimaan (TR) dengan total biaya operasional (TC). Pendapatan nelayan jaring cumi berbeda antara musim timur dengan musim barat, perbedaan yang terjadi sangat besar. Pada msim timur rata-rata pendapatan bersih nelayan jaring cumi sebesar Rp. 135.220.966 per trip dan pada musim barat rata-rata pendapatan bersih nelayan jaring cumi sebesar Rp. 11.105.431 per trip. Rata-rata pendapatan bersih nelayan jaring cumi pada musim timur dan musim barat dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7 Pendapatan bersih nelayan jaring cumi

Responden Musim timur Musim barat

Pendapatan bersih (Rp/trip)

Pendapatan bersih (Rp/trip)

1 245.000.693 21.495.919

2 128.964.968 8.060.693

3 90.031.359 4.039.098

4 109.140.788 13.336.256

5 43.869.098 1.118.931

6 198.498.699 2.108.920

7 72.847.638 3.834.676

8 37.875.890 1.726.315

9 212.622.836 12.900.057

10 213.357.695 19.513.441

Rata-rata 135.220.966 11.105.431

Skema pembagian hasil nelayan jaring cumi antara musim timur dan musim barat dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8 Skema bagi hasil nelayan jaring cumi

Nelayan Pembagian hasil

Musim timur (Rp/trip) Musim barat (Rp/trip)

Pemilik (60%) 81.132.580 6.663.258

Buruh (40%) 54.088.386 4.442.172

- Nahkoda (12%) 5.408.839 442.172

- Pengurus (10%) 6.490.606 533.061

- Juru mesin (8%) 4.327.071 355.374

- ABK (10%) 5.408.839 442.172

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan jaring cumi

Hasil yang diperoleh dari analisis menggunakan software SPSS 17.0 akan diuji dengan dua tahap uji statistik, yaitu uji asumsi klasik dan interpretasi model regresi. Tahap pertama dengan uji asumsi klasik. Ada empat tahap uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas (Lampiran 3), uji multikolinieritas (Lampiran 4), uji heteroskedastisitas (Lampiran 5), dan uji autokorelasi (Lampiran 6). Tahap kedua dengan interpretasi model regresi, yaitu interpretasi koefisien determinasi (Lampiran 7), uji F statistik (Lampiran 8), dan uji regresi parsial dengan uji t (Lampiran 9). Uji t dibahas lebih lanjut pada subbab berikut ini.


(21)

11

Uji regresi parsial dengan uji t

Berdasarkan hasil uji regresi parsial dengan uji t, variabel independen yang berpengaruh terhadap pendapatan nelayan jaring cumi adalah biaya operasional, produksi hasil tangkapan, harga cumi-cumi, dan ukuran kapal sedangkan variabel independen yang tidak berpengaruh terhadap pendapatan nelayan jaring cumi adalah pengalaman melaut. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan nelayan jaring cumi dipengaruhi oleh pengalaman melaut, biaya operasional, ukuran kapal, produksi, dan harga cumi-cumi dengan persamaan regresi sebagai berikut.

Y = -2,962 + 431759,6 X1 - 0,588 X2 + 18589,8 X3 + 9238,9 X4– 11539 X5

Keterangan:

Y = Pendapatan nelayan jaring cumi X1 = Pengalaman melaut

X2 = Biaya operasional

X3 = Produksi hasil tangkapan

X4 = Harga cumi-cumi

X5 = Ukuran kapal

1. Biaya operasional berpengaruh terhadap pendapatan nelayan jaring cumi

Pada persamaan regresi apabila biaya operasional meningkat maka pendapatan nelayan jaring cumi cenderung menurun. Biaya operasional berkaitan dengan kebutuhan bahan bakar (solar), air tawar, oli, bahan perbekalan, pemeliharaan dan perawatan, dan perizinan. Biaya operasional berpengaruh dilihat dalam penyediaan kebutuhan biaya operasional oleh pihak pelabuhan.

Hal ini dilihat dari pihak pelabuhan dalam hal ini tidak menyediakan kebutuhan bahan perbekalan untuk nelayan, sehingga nelayan harus membeli bahan perbekalan di luar pelabuhan dengan harga yang lebih mahal. Apabila bahan perbekalan disediakan oleh pelabuhan maka nelayan dapat membeli dengan harga yang jauh lebih murah, sehingga dapat menekan biaya operasional yang harus dikeluarkan.

Kebutuhan air tawar untuk nelayan juga kurang disediakan oleh pelabuhan karena pelabuhan hanya memiliki air tawar yang terbatas dan hanya mencukupi kebutuhan air tawar untuk satu kapal saja. Apabila pelabuhan juga dapat menyediakan kebutuhan air tawar yang mencukupi untuk seluruh kapal maka hal ini juga dapat membantu nelayan dalam mengurangi biaya operasional yang dikeluarkan.

Kebutuhan bahan bakar (solar), oli, pemeliharaan dan perawatan, dan perizinan sudah terpenuhi dengan baik oleh fasilitas dan pelayanan oleh pelabuhan, sehingga kebutuhan ini dapat mengurangi biaya operasional. Harga yang ditetapkan oleh pelabuhan untuk kebutuhan bahan bakar (solar) sesuai dengan harga standar pertamina. Kebutuhan oli dapat dibeli di kios-kios yang disediakan pelabuhan dengan harga terjangkau. Pemeliharaan dan perawatan unit penangkapan ikan juga disediakan pelabuhan dengan fasilitas yang memadai. Perizinan untuk kegiatan operasi penangkapan ikan sudah terorganisir secara teratur.


(22)

12

2. Produksi berpengaruh terhadap pendapatan nelayan jaring cumi

Pada persamaan regresi, produksi hasil tangkapan meningkat maka pendapatan nelayan jaring cumi cenderung meningkat juga. Produksi hasil tangkapan dapat meningkat karena didukung oleh sarana dan prasarana pelabuhan perikanan. Fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan operasional sudah terpenuhi cukup baik walaupun ada beberapa fasilitas yang kurang berfungsi dengan baik.

Pelabuhan menyediakan tempat-tempat untuk nelayan membeli kebutuhan melaut dengan harga yang terjangkau. Pelabuhan juga menyediakan kios untuk peralatan operasi penangkapan ikan, sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil produksi yang didapat. Pelabuhan menyediakan kios tempat peralatan suku cadang kapal dengan harga yang terjangkau oleh nelayan, sehingga dapat mendukung kegiatan operasi penangkapan ikan dengan baik.

Pelabuhan menyediakan tempat untuk informasi daerah penangkapan ikan tetapi alat yang digunakan sudah rusak dan tidak berfungsi lagi. Hal ini menyebabkan nelayan dalam hal pencarian daerah penangkapan ikan hanya berkomunikasi dengan nelayan lain menggunakan radio saja. Peralatan yang rusak ini sedikit mengganggu nelayan dalam hal pencarian daerah penangkapan ikan.

Pelabuhan juga menyediakan tempat perbaikan kapal dan alat tangkap jaring cumi. Apabila jaring dari jaring cumi rusak maka dapat langsung diperbaiki dan digunakan kembali untuk kegiatan operasi pennagkapan. Sarana perbaikan kapal juga tersedia dekat dengan dermaga bongkar dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang mendukung.

3. Harga cumi-cumi berpengaruh terhadap pendapatan nelayan jaring cumi

Pada persamaan regresi, apabila harga cumi-cumi meningkat maka pendapatan nelayan jaring cumi cenderung meningkat. Harga cumi-cumi berpengaruh terhadap pendapatan nelayan jaring cumi karena cumi-cumi merupakan hasil tangkapan utama yang bersifat ekonomis dan harga yang ditetapkan oleh pihak Tempat Pelelangan Ikan (TPI) PPI Muara Angke layak atau sesuai dengan jenis dan mutu hasil tangkapan. Harga cumi-cumi yang ditetapkan oleh pihak TPI sebesar Rp. 30.000/kg. Harga ini apabila dikalikan dengan volume hasil tangkapan menghasilkan nominal yang besar dan akan berpengaruh terhadap penerimaan kotor nelayan.

PPI Muara Angke memiliki fasilitas Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan gedung kantor administrasi dalam menunjang dan mengontrol harga ikan. Fasilitas Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ini dilengkapi dengan sanitasi dan saluran pembuangan air yang cukup baik. Kantor administrasi berfungsi untuk membantu nelayan dalam hal proses pelelangan ikan.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sangat membantu nelayan dalam proses penjualan hasil tangkapan karena harga yang ditetapkan sesuai dengan mutu dan jenis hasil tangkapan, sehingga harga ini sangat menentukan pendapatan yang akan diterima nelayan pada akhirnya. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) juga membantu nelayan dalam hal menjaga mutu hasil tangkapan yang akan menentukan harga hasil tangkapan tersebut karena letak yang berdekatan dengan dermaga bongkar.


(23)

13

4. Ukuran kapal berpengaruh terhadap pendapatan nelayan jaring cumi

Pada persamaan regresi, apabila ukuran kapal semakin kecil maka pendapatan nelayan jaring cumi cenderung meningkat. Ukuran kapal yang dimaksud untuk menghitung biaya tambat labuh yang dikenakan per kapal dalam kegiatan penangkapan ikan. Semakin besar ukuran kapal maka biaya tambat labuh yang dikenakan akan semakn besar pula.

PPI Muara Angke dalam hal ini menyediakan pelayanan untuk jasa tambat labuh setiap kapal yang masuk ke perairan PPI Muara Angke dan kolam pelabuhan yang luas untuk kapal bertambat dan berlabuh. Pada kasus ini, ukuran kapal jaring cumi di PPI Muara Angke rata-rata berukuran di atas 30 GT, sehingga biaya yang dikenakan besar untuk setiap kapal. Hal ini menyebabkan biaya tambat labuh yang dikenakan ada nelayan jaring cumi cukup besar, sehingga menambah besar biaya operasional yang dikeluarkan. Semakin banyaknya biaya-biaya operasional yang dikeluarkan oleh nelayan jaring cumi akan berpengaruh terhadap pendapatan nelayan jaring cumi.

Peran pelabuhan perikanan terhadap efisiensi usaha penangkapan jaring cumi

Peran pelabuhan perikanan Muara Angke dalam membantu kegiatan usaha penangkapan ikan didukung dengan berbagai fasilitas, yaitu fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas pendukung. Fasilitas-fasilitas tersebut ada yang kurang berperan dengan baik dan ada pula yang sangat berperan dalam kegiatan usaha penangkapan. Dalam hal ini, peran PPI Muara Angke yang didukung dengan berbagai fasilitas tersebut dilihat dalam kegiatan usaha penangkapan jaring cumi. Berikut ini adalah fasilitas-fasilitas yang ada di PPI Muara Angke yang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Fasilitas-fasilitas di PPI Muara Angke Jenis fasilitas

Fasilitas pokok Fasilitas fungsional Fasilitas pendukung Kolam pelabuhan Tempat pelelangan Ikan Tempat pembinaan nelayan Pemecah gelombang Pengepakan ikan ekspor Pos jaga/pos terpadu Dermaga Gedung/kantor/ruko Pos retribusi

Jalan Gedung ikan baru Gardu PLN

Lahan darat Pasar pengecer MCK

Drainase Pasar grosir Indomart

SPBU Tempat sampah

Docking kapal Kios peralatan

Kantor instansi terkait Pujaseri

Cold storage Tempat beribadah

Pabrik es Pemukiman

Tempat perbaikan jaring Kios penunjang Tangki air bersih

Sumber: UPT PPI Muara Angke, 2013

Berdasarkan fasilitas-fasilitas di atas yang berperan dalam efisiensi usaha penangkapan jaring cumi dapat dijelaskan sebagai berikut.


(24)

14

1. Biaya operasional

a. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)

PPI Muara Angke memiliki SPBU dengan luas 1.873,68 m2. SPBU ini bersifat dwifungsi (memiliki dua fungsi). Fungsi pertama adalah menyediakan bahan bakar bagi nelayan yang membutuhkan. Fungsi yang kedua adalah menyediakan bahan bakar bagi kendaraan umum. SPBU ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas, yaitu kantor pengelola, pom bahan bakar solar, pom bahan bakar premium, dan pelataran area SPBU. SPBU ini terletak di sebelah selatan tempat pembongkaran ikan dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

Harga yang ditetapkan untuk solar Rp. 5.000/liter. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, harga yang ditetapkan ini jauh lebih murah dibandingkan dengan harga yang dijual di luar pelabuhan. Harga ini dapat mengurangi biaya operasional yang dikeluarkan nelayan, sehingga dapat menerima pendapatan lebih besar. Letak SPBU yang strategis dan mudah diakses sangat membantu nelayan dalam proses pembelian solar untuk kegiatan penangkapan ikan.

b. Tangki air bersih

Tangki air bersih yang dimiliki PPI Muara Angke berjumlah 2 unit. Luas kedua tangki tersebut adalah 84 m2. Air bersih yang disediakan pelabuhan ini masih terbatas dan tidak semua nelayan dapat menggunakannya. Berdasarkan hasil wawancara, nelayan lebih memilih membeli air bersih dari luar pelabuhan dengan harga Rp. 3.000/liter. Apabila pihak pelabuhan PPI Muara Angke menyediakan air bersih yang mencukupi untuk seluruh kapal dan menjual dengan harga yang lebih murah maka nelayan tidak perlu repot membeli dari luar pelabuhan. Hal ini menyebabkan nelayan harus mengeluarkan biaya yang sedikit lebih mahal untuk membeli air bersih dari luar pelabuhan.

c. Kios penunjang

Salah satu kios penunjang ini menyediakan kebutuhan oli untuk kebutuhan melaut nelayan. Harga yang ditawarkan pelabuhan juga terjangkau oleh nelayan, yaitu Rp. 18.000/liter. Hal ini dapat menekan biaya operasional yang dikeluarkan oleh nelayan.

d. Perizinan

PPI Muara Angke menyediakan kantor instansi terkait dalam hal perizinan. Kapal yang akan masuk ke pelabuhan harus melapor kedatangan kapal kepada petugas pelabuhan. Pada saat kedatangan kapal, hal yang harus dilakukan adalah menyerahkan dokumen kapal, petugas memeriksa dokumen, pemberian nomor urut bongkar, menentukan tempat sandar, dan mengisi SLO (Surat Laik Operasi). Kapal yang akan keluar harus melakukan permohonan STBLKK (Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal), penyerahan SLO untuk pengajuan SIB (Surat Izin Berlayar) ke syahbandar.

2. Produksi

a. Kolam pelabuhan

Kolam pelabuhan PPI Muara Angke memiliki luas 213.352,15 m2. Kolam pelabuhan PPI Muara Angke dilengkapi dengan tangul pemecah gelombang,


(25)

15

fender, dan bolard. Kolam pelabuhan ini berfungsi untuk kapal bertambat dan

berlabuh setelah kegiatan operasi penangkapan ikan. Kolam pelabuhan yang dimiliki PPI Muara Angke cukup luas tetapi nelayan merasa kapasitas untuk kapal bertambat labuh ini semakin sempit karena banyak kapal-kapal yang sudah rusak dan tidak berfungsi lagi bersandar di kolam pelabuhan PPI Muara Angke.

Kapal-kapal yang bersandar ini bukanlah kapal yang berukuran kecil tetapi kapal yang berukuran di atas 30 GT. Kapal-kapal yang bersandar ini mengakibatkan lahan yang digunakan untuk tambat labuh kapal menjadi lebih sempit. Hal ini jelas sangat mengganggu kegiatan usaha penangkapan ikan. Sanitasi di kolam pelabuhan masih kurang terjaga karena masih ada sampah dan limbah, seperti sampah plastik, botol-botol air, potongan kayu, tumpahan minyak dan oli.

b. Dermaga

Luas dermaga PPI Muara Angke adalah 3.694,15 m2. Dermaga PPI Muara Angke terdiri dari dermaga muat dan dermaga bongkar. Dermaga muat berfungsi untuk persiapan kapal nelayan untuk pergi melaut. Kebutuhan yang diperlukan, yaitu kebutuhan solar, oli, air tawar, ransum (bahan makanan), suku cadang kapal, perlengkapan peralatan penangkapan ikan. Kebutuhan solar didapat dari SPBU yang disediakan pelabuhan terletak tidak jauh dari dermaga muat. Harga yang ditetapkan oleh pelabuhan juga terjangkau oleh nelayan, yaitu Rp. 5.000/liter.

Kebutuhan oli dapat dibeli di kios-kios yang disediakan pelabuhan dengan harga terjangkau Rp. 18.000/liter. Berdasarkan hasil wawancara, kebutuhan air tawar tersedia terbatas oleh pelabuhan, sehingga nelayan jaring cumi harus membeli dari luar pelabuhan dengan harga Rp. 3.000/liter. Apabila air tawar dapat disediakan oleh pelabuhan maka harga yang ditawarkan bisa lebih rendah dari harga di luar pelabuhan, sehingga dapat mengurangi biaya operasional. Berdasarkan hasil wawancara, kebutuhan ransum (bahan perbekalan) didapat nelayan dari luar pelabuhan karena pihak pelabuhan tidak menyediakan bahan perbekalan untuk nelayan. Kebutuhan suku cadang kapal dan perlengkapan peralatan penangkapan ikan dapat dibeli oleh nelayan di kios-kios di dalam pelabuhan dengan harga yang terjangkau.

Dermaga bongkar berfungsi untuk mendaratkan dan membongkar hasil tangkapan. Pada saat pembongkaran hasil tangkapan ada petugas TPI yang membantu dalam pendataan hasil tangkapan. Alat bantu yang digunakan adalah timbangan, keranjang, dan gerobak. Pembongkaran hasil tangkapan harus dilakukan secara cepat agar kemunduran mutu hasil tangkapan tidak terjadi. Pada pembongkaran hasil tangkapan jaring cumi masih belum dilakukan secara cepat, sehingga akan berdampak terhadap penurunan mutu hasil tangkapan.

c. Tempat informasi daerah penangkapan ikan

Luas lahan tempat informasi daerah penangkapan ikan adalah 68 m2. Tempat ini dilenngkapi dengan berbagai peralatan yang menunjang untuk penyediaan informasi daerah penangkapan ikan. Berdasarkan hasil wawancara, nelayan tidak dapat menggunakan informasi ini dikarenakan peralatan yang menunjang tersebut sudah rusak dan tidak dapat berfungsi lagi. Alat ini belum


(26)

16

diperbaiki hingga saat ini. Jadi, nelayan menemukan daerah penangkapan ikan dengan cara berkomunikasi dengan nelayan lain menggunakan radio yang ada di kapal.

3. Harga cumi-cumi

a. Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

PPI Muara Angke memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan luas 2.583 m2. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dilengkapi dengan berbagai fasilitas, yaitu ruang lelang, kantor TPI, gudang penyimpanan, basket/keranjang, lori, dan timbangan. Kondisi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Muara Angke sudah cukupbaik dilihat dari sanitasi dan saluran pembuangan air. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang membuang sampah sembarangan, merokok, dan meludah yang ditempel di dinding gedung TPI agar seluruh pengguna TPI sadar untuk tetap menjaga kebersihan, sehingga teciptalah kebersihan.

Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar nelayan menggunakan basket/keranjang untuk menampung hasil tangkapan. Namun, kondisi keranjang ada yang sudah rusak dan terdapat banyak bekas sisik ikan. Nelayan juga menggunakan lori untuk mengangkut hasil tangkapan dari dermaga ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Nelayan menggunakan timbangan untuk menghitung berat hasil tangkapan agar memudahkan dalam hal pendataan hasil tangkapan. Atap Tempat Pelelangan Ikan (TPI) juga cukup luas, sehingga dapat menjauhkan hasil tangkapan dari pancaran langsung sinar matahari yang dapat mengakibatkan kemunduran mutu hasil tangkapan.

Pada saat pelelangan, harga yang ditetapkan untuk hasil tangkapan sesuai dengan jenis dan mutu hasil tangkapan. Oleh karena itu, berdasarkan hasil wawancara sebagian besar lebih memilih menjual hasil tangkapan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) PPI Muara Angke. Selain karena harga yang ditetapkan, nelayan tidak perlu repot menjual hasil tangkapan sendiri karena hanya menunggu hasil tangkapan laku terjual. Hal ini menjadi mudah dan praktis bagi nelayan.

4. Ukuran kapal

a. Perbaikan dan perawatan

Luas lahan umtuk perbaikan dan perawatan adalah 3.402,85 m2. Perbaikan dan perawatan ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas, yaitu winch house

dengan luas 30 m2, dock tradisional dengan luas 705,01 m2, rumah genset dengan luas 36 m2, tempat perbaikan jaring, dan peralatan dock dengan luas 2.684,84 m2. Tempat ini digunakan oleh nelayan jaring cumi untuk memperbaiki kapal yang rusak, mesin yang rusak, dan jaring yang rusak setelah kegiatan penangkapan ikan.

Sebagian besar nelayan jaring cumi menggunakan fasilitas ini karena fasilitas yang memadai dengan peralatan yang lengkap, sehingga memudahkan nelayan untuk memperbaik mesin, kapal, dan jaring yang rusak agar dapat digunakan kembali untuk kegiatan penangkapan ikan.

Secara keseluruhan, PPI Muara Angke memiliki peran yang yang cukup baik dalam hal penyediaan berbagai fasilitas yang mendukung efisiensi usaha


(27)

17 penangkapan jaring cumi. Hal ini dilihat berdasarkan hasil skala likert (Lampiran 10) yang menjelaskan total skor berjumlah 219 dan termasuk ke dalam kategori berperan saja.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Pendapatan nelayan pemilik pada musim timur sebesar Rp. 81.132.580 per trip, pendapatan nahkoda sebesar Rp. 5.408.839 per trip, pendapatan pengurus sebesar Rp. 6.490.606 per trip, pendapatan juru mesin sebesar Rp. 4.327.071 per trip, pendapatan ABK sebesar Rp. 5.408.839 per trip. Pendapatan nelayan pemilik pada msim barat sebesar Rp. 6.663.258 per trip, pendapatan nahkoda sebesar Rp. 442.172 per trip, pendapatan pengurus sebesar Rp. 533.061 per trip, pendapatan juru mesin sebesar Rp. 355.374 per trip, pendapatan ABK sebesar Rp. 442.172 per trip;

2. Variabel independen yang berpengaruh terhadap pendapatan nelayan jaring cumi adalah biaya operasional, produksi hasil tangkapan, harga cumi-cumi, dan ukuran kapal sedangkan variabel independen yang tidak berpengaruh terhadap pendapatan nelayan jaring cumi adalah pengalaman melaut; dan

3. Fasilitas yang berperan adalah dermaga, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), SPBU, perbaikan dan perawatan, dan kios penyediaan peralatan. Fasilitas yang kurang berperan adalah kolam pelabuhan, tempat informasi daerah penangkapan ikan, dan tangki air bersih.

Saran

1. Fasilitas kolam pelabuhan harus ditata secara teratur, yaitu memperhatikan sanitasinya dan menyelesaikan masalah kapal-kapal rusak yang bersandar dan memenuhi kolam, sehingga mengganggu kapal-kapal yang akan bertambat dan berlabuh;

2. Fasilitas informasi daerah penangkapan ikan harus diperbaiki agar alat-alat yang ada dapat berfungsi sesuai dengan kegunaannya, sehingga dapat membantu nelayan dalam penentuan daerah penangkapan ikan yang baik; 3. Fasilitas tangki air bersih harus ditambah kapasitasnya, sehingga seluruh

nelayan dapat membeli dengan harga yang terjangkau; dan

4. Fasilitas bahan perbekalan harus disediakan agar nelayan dapat membeli dengan mudah dan harga terjangkau.


(28)

18

DAFTAR PUSTAKA

Lubis E. 2012. Pelabuhan Perikanan. Bogor (ID): IPB Press.

Nurhayati P et al. 2007. Analisis tingkat kepuasan peserta lelang dan perceived quality Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke, Jakarta. Bulletin Ekonomi Perikanan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Volume VII no. 1: 24.

Rahim A. 2011. Analisis pendapatan usaha tangkap nelayan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Wilayah Pesisir Pantai Sulawesi Selatan. Jurnal

Dinamika Ekonomi Pembangunan. Makassar (ID): Program Studi Ekonomi

Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Makassar. Volume 1 no. 1: 22.

Silaban IN. 2013. Penilaian teknis dan ekonomi unit penangkapan jaring cumi di PPP Bajomulyo Pati Jawa Tengah. [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Singarimbun M, Effendi S. 1998. Metode Penelitian Survei. Edisi revisi. Jakarta (ID): LP3ES.

Sujarno. 2008. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat. [Tesis]. Medan (ID) : Sekolah Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara.

Susilowati B. 2003. Analisis peran pelabuhan perikanan dan hubungannya dengan kesejahteraan masyarakat (studi kasus di Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta Kelurahan Penjaringan Jakarta). [Skripsi]. Bogor (ID): Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Talakua W. 2009. Analisis faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan bersih nelayan rawai di Kecamatan Teluk Ambon. Bulletin Ilmiah Universitas Pattimura. Ambon (ID): Jurusan Teknologi Hasil Perikanan. Program Studi Agribisnis Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Pattimura. Volume 16 no. 1: 23-24.

Umar, H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Unit Pengelola Teknis PPI Muara Angke. 2011. Profil Kawasan Pelabuhan

Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke. Dinas Kelautan

dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. UPT. Pengelola Kawasan Pelabuhan dan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke 2011. 37 hlm.


(29)

19 von Brandt. 2005. Fish Catching Methods of the World 4th Edition. England


(30)

20

Lampiran 1 Contoh perhitungan rata-rata total penerimaan (TR) nelayan jaring cumi

I. Total penerimaan responden 4 pada musim timur Jenis ikan Jumlah (kg) Harga (Rp/kg) Total (Rp)

(1) (2) (1) X (2) = (3)

Golok-golok 885 8.000 7.080.000

Gabus 178 8.000 1.424.000

Selar 407 20.000 8.140.000

Manyung 589 12.000 7.068.000

Utik 147 7.700 1.131.900

Cucut 255 6.900 1.759.500

Tengkek 362 7.000 2.534.000

Tenggiri 193 26.000 5.018.000

Pari 95 7.000 665.000

Cumi-cumi 15.672 30.000 470.160.000

Jumlah 504.980.400

II.Total penerimaan responden 4 pada musim barat Jenis ikan Jumlah (kg) Harga (Rp/kg) Total (Rp)

(1) (2) (1) X (2) = (3)

Golok-golok 1.031 8.000 8.248.000

Gabus 76 7.000 532.000

Selar 287 19.000 5.453.000

Manyung 134 12.000 1.608.000

Utik 154 7.700 1.185.800

Cucut 262 6.500 1.703.000

Tengkek 132 7.000 924.000

Tenggiri 189 24.000 4.536.000

Pari 21 7.000 147.000

Cumi-cumi 6.539 28.000 184.604.000


(31)

21 Lampiran 2 Contoh perhitungan rata-rata total biaya operasional (TC) nelayan

jaring cumi

I. Total biaya operasional responden 7 pada musim timur A. BIAYA INVESTASI

Kapal 700.000.000

Mesin 10.000.000

Jaring 15.000.000

Freezer 300.000.000

jumlah 1.025.000.000

B. BIAYA TETAP

SIUP 100.000

Penyusutan kapal 42.000.000

Penyusutan mesin 1.800.000

Penyusutan jaring 2.700.000

Penyusutan freezer 27.000.000

Perawatan (10% dari TR) 37.201.340

Jumlah 110.801.340

C. BIAYA VARIABEL

BBM (6000ltr/trip) @Rp 5000 30.000.000

Oli (200ltr/trip) @Rp 18000 3.600.000

Air tawar (4000ltr/trip) @Rp 3000 12.000.000

Ransum 20.000.000

Retribusi (3% dari TR) 11.160.402

Bagi hasil ABK 111.604.020

Jumlah 188.364.422


(32)

22

II.Total biaya operasional responden 7 pada musim barat A. BIAYA INVESTASI

Kapal 700.000.000

Mesin 10.000.000

Jaring 15.000.000

Freezer 300.000.000

jumlah 1.025.000.000

B. BIAYA TETAP

SIUP 100.000

Penyusutan kapal 42.000.000

Penyusutan mesin 1.800.000

Penyusutan jaring 2.700.000

Penyusutan freezer 27.000.000

Perawatan (10% dari TR) 21.244.680

Jumlah 94.844.680

C. BIAYA VARIABEL

BBM (3000ltr/trip) @Rp 5000 15.000.000

Oli (150ltr/trip) @Rp 18000 2.700.000

Air tawar (2000ltr/trip) @Rp 3000 6.000.000

Ransum 10.000.000

Retribusi (3% dari TR) 6.373.404

Bagi hasil ABK 63.734.040

Jumlah 103.807.444

Total 198.652.124

Lampiran 3 Uji normalitas

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa,,b Mean .0000001

Std. Deviation 1.77844154E7 Most Extreme

Differences

Absolute .062

Positive .061

Negative -.062

Kolmogorov-Smirnov Z .338

Asymp. Sig. (2-tailed) .909


(33)

23 Lampiran 4 Uji multikolinieritas

Model

Unstandardized Coefficients

Stndrd Coffnts

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Zrrdr Prtl Part Tolernc VIF Constan -2.962E8 1.701E8 -1.732 .097

pnglmn 431759.7 1299573.3 .020 .332 .743 .258 .069 .017 .697 1.4 b.oprsnl -.588 .199 -.777 -2.950 .007 .888 -.524 -.151 .238 2.3 prdksi 18589.8 2794.8 1.622 6.652 .000 .951 .811 .341 .444 2.6 hrgcumi 9238.9 5711.2 .123 1.618 .019 .670 .320 .083 .458 2.2 ukrnkpl -11539 362832.3 -.002 -.032 .045 .178 -.007 -.002 .674 1.5

Lampiran 5 Uji heteroskedastisitas

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

Constant -6.025E7 8.642E7 -.697 .493

pengalaman 716497.4 656900.6 .228 1.091 .287

biayaopersnl -.035 .101 -.311 -.347 .732

produksi 1041.9 1412.7 .612 .738 .469

hargacumi 1664 2886.8 .149 .576 .570

ukurankapal -60163.5 183402.3 -.070 -.328 .746 Lampiran 6 Uji autokorelasi

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .969a .939 .924 1.99698E7 2.116

Lampiran 7 Interpretasi koefisien determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .969a .939 .924 1.99698E7

Lampiran 8 Uji F statistik

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


(34)

24

Lampiran 9 Uji regresi parsial dengan uji t

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 Constan -2.962E8 1.701E8 -1.732 .097

pnglmn 431759.7 1299573.3 .020 .332 .743

b.oprsnl -.588 .199 -.777 -2.950 .007

prdksi 18589.8 2794.8 1.622 6.652 .000

hrgcumi 9238.9 5711.2 .123 1.618 .019

ukrnkpl -11539 362832.3 -.002 -.032 .045

Lampiran 10 Penjumlahan skor jawaban responden

Responden Pertanyaan Total

1 2 3 4 5 6 7

1 5 1 1 1 5 5 4 22

2 5 1 1 1 5 5 4 22

3 5 1 1 1 5 5 4 22

4 5 1 1 1 5 5 4 22

5 5 1 1 1 5 5 5 23

6 5 1 1 1 5 5 4 22

7 4 1 1 1 5 5 4 21

8 5 1 1 1 4 5 4 21

9 5 1 1 1 4 5 4 21

10 5 1 1 1 5 5 5 23

Jumlah 49 10 10 10 48 50 43 219


(35)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 1991 dari ayah Diyono dan ibu Sarti. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 6 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti beberapa organisasi seperti GENTRAKAHEMAN (Kesenian Sunda) yang tergabung dalam anggota seni musik angklung, Himpunan Keprofesian Mahasiswa PSP yaitu HIMAFARIN sebagai bendahara Divisi Pengambangan Minat dan Bakat periode tahun 2010/2011, periode tahun 2011/2012 sebagai Ketua Divisi Kesekretariatan di HIMAFARIN, menjadi asisten Rekayasa dan Tingkah Laku Ikan periode tahun 2011/2012.


(1)

20

Lampiran 1 Contoh perhitungan rata-rata total penerimaan (TR) nelayan jaring cumi

I. Total penerimaan responden 4 pada musim timur Jenis ikan Jumlah (kg) Harga (Rp/kg) Total (Rp)

(1) (2) (1) X (2) = (3)

Golok-golok 885 8.000 7.080.000

Gabus 178 8.000 1.424.000

Selar 407 20.000 8.140.000

Manyung 589 12.000 7.068.000

Utik 147 7.700 1.131.900

Cucut 255 6.900 1.759.500

Tengkek 362 7.000 2.534.000

Tenggiri 193 26.000 5.018.000

Pari 95 7.000 665.000

Cumi-cumi 15.672 30.000 470.160.000

Jumlah 504.980.400

II.Total penerimaan responden 4 pada musim barat Jenis ikan Jumlah (kg) Harga (Rp/kg) Total (Rp)

(1) (2) (1) X (2) = (3)

Golok-golok 1.031 8.000 8.248.000

Gabus 76 7.000 532.000

Selar 287 19.000 5.453.000

Manyung 134 12.000 1.608.000

Utik 154 7.700 1.185.800

Cucut 262 6.500 1.703.000

Tengkek 132 7.000 924.000

Tenggiri 189 24.000 4.536.000

Pari 21 7.000 147.000

Cumi-cumi 6.539 28.000 184.604.000


(2)

21 Lampiran 2 Contoh perhitungan rata-rata total biaya operasional (TC) nelayan

jaring cumi

I. Total biaya operasional responden 7 pada musim timur A. BIAYA INVESTASI

Kapal 700.000.000

Mesin 10.000.000

Jaring 15.000.000

Freezer 300.000.000

jumlah 1.025.000.000

B. BIAYA TETAP

SIUP 100.000

Penyusutan kapal 42.000.000

Penyusutan mesin 1.800.000

Penyusutan jaring 2.700.000

Penyusutan freezer 27.000.000

Perawatan (10% dari TR) 37.201.340

Jumlah 110.801.340

C. BIAYA VARIABEL

BBM (6000ltr/trip) @Rp 5000 30.000.000

Oli (200ltr/trip) @Rp 18000 3.600.000

Air tawar (4000ltr/trip) @Rp 3000 12.000.000

Ransum 20.000.000

Retribusi (3% dari TR) 11.160.402

Bagi hasil ABK 111.604.020

Jumlah 188.364.422


(3)

22

II.Total biaya operasional responden 7 pada musim barat A. BIAYA INVESTASI

Kapal 700.000.000

Mesin 10.000.000

Jaring 15.000.000

Freezer 300.000.000

jumlah 1.025.000.000

B. BIAYA TETAP

SIUP 100.000

Penyusutan kapal 42.000.000

Penyusutan mesin 1.800.000

Penyusutan jaring 2.700.000

Penyusutan freezer 27.000.000

Perawatan (10% dari TR) 21.244.680

Jumlah 94.844.680

C. BIAYA VARIABEL

BBM (3000ltr/trip) @Rp 5000 15.000.000

Oli (150ltr/trip) @Rp 18000 2.700.000

Air tawar (2000ltr/trip) @Rp 3000 6.000.000

Ransum 10.000.000

Retribusi (3% dari TR) 6.373.404

Bagi hasil ABK 63.734.040

Jumlah 103.807.444

Total 198.652.124

Lampiran 3 Uji normalitas

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa,,b Mean .0000001

Std. Deviation 1.77844154E7 Most Extreme

Differences

Absolute .062

Positive .061

Negative -.062

Kolmogorov-Smirnov Z .338

Asymp. Sig. (2-tailed) .909


(4)

23 Lampiran 4 Uji multikolinieritas

Model

Unstandardized Coefficients

Stndrd Coffnts

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Zrrdr Prtl Part Tolernc VIF Constan -2.962E8 1.701E8 -1.732 .097

pnglmn 431759.7 1299573.3 .020 .332 .743 .258 .069 .017 .697 1.4 b.oprsnl -.588 .199 -.777 -2.950 .007 .888 -.524 -.151 .238 2.3 prdksi 18589.8 2794.8 1.622 6.652 .000 .951 .811 .341 .444 2.6 hrgcumi 9238.9 5711.2 .123 1.618 .019 .670 .320 .083 .458 2.2 ukrnkpl -11539 362832.3 -.002 -.032 .045 .178 -.007 -.002 .674 1.5

Lampiran 5 Uji heteroskedastisitas

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

Constant -6.025E7 8.642E7 -.697 .493

pengalaman 716497.4 656900.6 .228 1.091 .287

biayaopersnl -.035 .101 -.311 -.347 .732

produksi 1041.9 1412.7 .612 .738 .469

hargacumi 1664 2886.8 .149 .576 .570

ukurankapal -60163.5 183402.3 -.070 -.328 .746 Lampiran 6 Uji autokorelasi

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .969a .939 .924 1.99698E7 2.116

Lampiran 7 Interpretasi koefisien determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .969a .939 .924 1.99698E7

Lampiran 8 Uji F statistik

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


(5)

24

Lampiran 9 Uji regresi parsial dengan uji t

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 Constan -2.962E8 1.701E8 -1.732 .097

pnglmn 431759.7 1299573.3 .020 .332 .743

b.oprsnl -.588 .199 -.777 -2.950 .007

prdksi 18589.8 2794.8 1.622 6.652 .000

hrgcumi 9238.9 5711.2 .123 1.618 .019

ukrnkpl -11539 362832.3 -.002 -.032 .045

Lampiran 10 Penjumlahan skor jawaban responden

Responden Pertanyaan Total

1 2 3 4 5 6 7

1 5 1 1 1 5 5 4 22

2 5 1 1 1 5 5 4 22

3 5 1 1 1 5 5 4 22

4 5 1 1 1 5 5 4 22

5 5 1 1 1 5 5 5 23

6 5 1 1 1 5 5 4 22

7 4 1 1 1 5 5 4 21

8 5 1 1 1 4 5 4 21

9 5 1 1 1 4 5 4 21

10 5 1 1 1 5 5 5 23

Jumlah 49 10 10 10 48 50 43 219


(6)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 1991 dari ayah Diyono dan ibu Sarti. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 6 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti beberapa organisasi seperti GENTRAKAHEMAN (Kesenian Sunda) yang tergabung dalam anggota seni musik angklung, Himpunan Keprofesian Mahasiswa PSP yaitu HIMAFARIN sebagai bendahara Divisi Pengambangan Minat dan Bakat periode tahun 2010/2011, periode tahun 2011/2012 sebagai Ketua Divisi Kesekretariatan di HIMAFARIN, menjadi asisten Rekayasa dan Tingkah Laku Ikan periode tahun 2011/2012.