Pengaruh Musim Penangkapan cumi-cumi Terhadap Pendapatan Nelayan Di PPI Muara Angke

PENGARUH MUSIM PENANGKAPAN CUMI-CUMI
TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN
DI PPI MUARA ANGKE

ARSHEILLA FEBRINA

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan skripsi berjudul “Pengaruh Musim
Penangkapan cumi-cumi Terhadap Pendapatan Nelayan di PPI Muara Angke”
adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.


Bogor, Februari 2015

Arsheilla Febrina
NIM C44100046

ABSTRAK
ARSHEILLA FEBRINA. Pengaruh Musim Penangkapan cumi-cumi
Terhadap Pendapatan Nelayan di PPI Muara Angke. Dibimbing oleh NIMMI
ZULBAINARNI dan BUDY WIRYAWAN.
Pangkalan Pendaratan Ikan muara Angke merupakan sentra produksi
terbesar di Jakarta. Alat tangkap yang dominan di PPI Muara Angke yaitu jaring
cumi. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan pola musim penangkapan cumicumi, mengestimasi potensi lestari, status pemanfaatan, dan tingkat pengelolaan
sumberdaya cumi-cumi yang ditangkap menggunakan jaring cumi dan didaratkan
di PPI Muara Angke, serta menganalisis pengaruh musim terhadap pendapatan
nelayan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei yang termasuk
metode penelitian deskriptif. Jaring cumi termasuk kedalam kelompok alat
tangkap yang dijatuhkan (falling gear). Jaring cumi terdiri dari kantong jaring,
badan jaring, tali, pemberat, cincin, dan rig. Berdasarkan nilai IMP yang diperoleh,
diduga musim puncak terjadi pada bulan Agustus, September, Oktober, dan
November. Sedangkan musim sedang terjadi pada bulan Desember hingga Juli.

Pola musim berpengaruh terhadap pendapatan nelayan jaring cumi, dimana
pendapatan pada musim puncak sebesar Rp 6.915.721 dan pada musim sedang
pendaptan nelayan sebesar Rp 2.268.970. Nelayan tetap untung walaupun
pendapatan lebih besar pada musim puncak dibandingkan dengan musim sedang.
Potensi produksi lestari hasil tangkapan jaring cumi yaitu sebesar 929 ton
menunjukkan tingkat produksi maksimum yang dapat ditangkap tanpa
mengancam kelestarian, dengan effort 488 unit penangkapan menunjukkan tingkat
upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai produksi maksimum. Optimalisasi
bioekonomi sebaiknya diarahkan pada kondisi MEY yang dicapai pada tingkat
effort penangkapan 358 unit dengan hasil tangkapan 863 ton.
Kata kunci: cumi-cumi, jaring cumi, musim penangkapan, pendapatan nelayan,
bio-ekonomi.

ABSTRACT
ARSHEILLA FEBRINA. Effect of seasonal patterns catches of squids to
the income of fishermen in PPI Muara Angke. Supervised by NIMMI
ZULBAINARNI and BUDY WIRYAWAN.
Muara Angke fish landing is one of the largest production centers in
Jakarta. The dominant fishing gear in PPI Muara Angke is squid net. This study
isn aimed to determine the pattern of squid fishing season, estimate potential for

sustainable, status of squids utilization, determine the optimum level of resouce
management squids caught using squid net, and analyze the effect of sesonality
on fishing income PPI Muara Angke. This research used survey method that fit
into the category of descriptive research method. Squid nets belongs to the group
of falling gear. The squid net consist of net bag, net body, line, ballast, ring, and
rigs. Based on the IMP value obtained, peak season allgedly occured in August,
September, October, and November. Mean while the intermediate season is going
on Desember until July. The weather patterns take effect to the income of
fishermen, the income of fishermen in peak season as big as Rp 6.915.721 and
income in medium season as big as Rp 2.268.970. The fishermen still same profit
even altough income is greater in the high than medium season. Potential of
sustainable production net squid catches is 929 ton, shows the maximum
production level which can be captured without threaten the sustainabality, with
the effort of 448 catch unit show the level of effort that can be done to reach the
maximum production. Bioeconomic optimization should be directed to the MEY
condition achieved at the level of effort 358 unit with catches 863 ton.
Key words: squid, squid net, fishing season, income of fishermen, bio-economic.

PENGARUH MUSIM PENANGKAPAN CUMI-CUMI
TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN

DI PPI MUARA ANGKE

ARSHEILLA FEBRINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATA SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

Judul Skripsi
Nama
NIM
Program Studi


: Pengaruh Musim Penangkapan cumi-cumi Terhadap
Pendapatan Nelayan Di PPI Muara Angke
: Arsheilla Febrina
: C44100046
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Dr Nimmi Zulbainarni, SPi MSi
Pembimbing I

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah pola
musim, dengan judul Pengaruh Musim Penangkapan cumi-cumi Terhadap
Pendapatan Nelayan Di PPI Muara Angke.
Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1) Dr Nimmi Zulbainarni, SPi MSi dan Dr Ir Budy Wiryawan, MSc selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan banyak masukkan dan saran.
2) Mama, Ayah, dan kakak-kakak yang senantiasa memberikan dukungan
doa, semangat, dan moril.
3) Soraya Gigentika, Spi Msi, Dwi Putra Yuwandana, Spi, Chitra Novia
Anandhita, Febby Yosella, Rizky Nur Ainun, Linly Amelianing M.,
Yowan Riyandi, dan Mochamad Ramadhani yang telah membantu dalam
penelitian dan penyusunan skripsi.
4) Wanda Putri Utami, Rebecca Mutiara, dan Dewi Octaria yang telah
menjadi penyemangat.
5) Teman-teman PSP 47 atas dukungan dan persahabatan selama ini.


Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Waktu dan Lokasi
Alat dan Bahan
Metode Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Analisis Data
Analisis Pola Musim
Analisis Bioekonomi

Analisis Pendapatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit Penangkapan Jaring Cumi
Alat Tangkap
Kapal
Nelayan
Daerah dan Musim Penangkapan Ikan
Metode Operasi Penangkapan ikan
Produksi dan IMP cumi-cumi di PPI Muara Angke
Upaya Penangkapan (effort)
Pola Musim Penangkapan cumi-cumi di PPI Muara Angke
Fungsi Produksi Lestari
Analisis Bioekonomi
Biaya Penangkapan
Analisis Pendapatan Nelayan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Xii
Xii
Xii
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
3
5
6
7
7

7
8
9
9
10
11
12
13
14
14
16
16
17
17
18
18
20
34

DAFTAR TABEL

1 Penggolongan musim penangkapan berdasarkan nilai IMP
2 Formula perhitungan solusi bio-ekonomi
3 Spesifikasi kapal jaring cumi
4 Musim penangkapan cumi-cumi di WPP 711
5 Parameter biologi
6 Struktur biaya penangkapan rata-rata jaring cumi
7 Analisis pendapatan nelayan pertrip

5
6
8
13
14
16
17

DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian
2 Alat tangkap jaring cumi
3 Peta daerah penangkapan cumi-cumi
4 Perbandingan produksi bulanan cumi-cumi di PPI Muara Angke tahun
2009-2013 dengan nilai IMP
5 Effort bulanan jaring cumi tahun 2009-2013
6 Hubungan kuadratik antara effort penangkapan dengan produksi
jaring cumi
7 Perbandingan produksi jaring cumi setiap kondisi pengusahaan tahun
2009-2013
8 Perbandingan tingkat effort jaring cumi pada setiap kondisi pengusahaan
tahun 2009-2013

2
8
10
12
12
14
15
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Produksi (kg) dan trip (effort) bulanan jaring cumi tahun 2009-2013
2 Perhitungan model algoritma fox
3 Perhitungan indeks musim penangkapan cumi-cumi
4 Analisis bio-ekonomi perikanan jaring cumi
5 Analisis statistik model algoritma fox
6 Perhitungan kurva yield-effort pengusahaan jaring cumi di PPI
Muara Angke.
7 Pendapatan rata-rata 30 nelayan saat musim puncak
8 Pendapatan rata-rata 30 nelayan saat musim sedang
9 Foto penelitian

20
21
27
29
29
30
31
31
32

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke merupakan sentra
produksi perikanan tangkap terbesar di Jakarta. Terlihat dari total armada
penangkapan ikan yang ada di PPI Muara angke sebesar 1375 unit dengan jumlah
nelayan mencapai 18042 jiwa (UPT PPI Muara Angke 2013). Unit penangkapan
yang mendaratkan hasil tangkapan di PPI Muara Angke diantaranya jaring cumi
atau boukeami, purse seine, gillnet, bubu, dan lainnya. Jika dilihat dari volume
produksi dan nilai produksi rata-rata, sebagai sentra produksi PPI Muara Angke
memproduksi cukup besar yaitu 1710 ton/tahun dengan nilai produksi mencapai
6.803.825.728 rupiah/tahun.
Armada penangkapan yang mendominasi di PPI Muara Angke yaitu jaring
cumi sebanyak 1064 unit dengan hasil tangkapan rata-rata cumi-cumi (Loligo sp.)
508,3ton/bulan dimana daerah penangkapannya berada di Wilayah Pengelolaan
Perikanan (WPP) 711. Cumi-cumi termasuk kedalam hewan lunak yang
merupakan komoditas perikanan bernilai ekonomis tinggi, termasuk kedalam
kelas cephalopoda dengan volume produksi tahunan mencapai 15580,7 ton (KKP
2014). Besarnya produksi cumi-cumi mendorong nelayan untuk menangkap ikan
sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan kelestarian sumberdaya perikanan.
Sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya yang dapat memperbaharui
dirinya (Reneweable). Pemanfaatan sumberdaya yang berlebihan (eksploitasi)
dikhawatirkan akan mengganggu kelestarian dan dapat mengakibatkan kepunahan
(over fishing).
Menurut Brandt 2005, Jaring cumi termasuk kedalam kelompok alat
tangkap yang dijatuhkan (falling gear). Pengoperasiannya menggunakan alat
bantu berupa lampu atau disebut juga perikanan lampu, mengingat sifat cumi yang
menyukai cahaya (Monintja dan Martasuganda, 1989). Besarnya effort yang
dilakukan nelayan jaring cumi tidak serta-merta selalu menghasilkan produksi
yang besar setiap bulannya. Tentu saja ada faktor yang membatasi dalam effort
penangkapan yang dilakukan.Salah satu faktornya yaitu musim penangkapan.
Musim penangkapan di Indonesia terdiri dari musim barat, musim timur, dan
musim peralihan (Nontji 1987).
Perbedaan pola musim menyebabkan adanya pengaruh terhadap banyak
sedikitnya hasil tangkapan yang berpengaruh pula terhadap pendapatan nelayan
jaring cumi. Analisis bioekonomi perlu digunakan dalam pengelolaan sumberdaya
cumi-cumi, karena model bioekonomi memperhatikan aspek biologi yang
menunjukkan ketersediaan cumi-cumi bagi lingkungan dan aspek ekonomi yang
menunjukkan kelayakan dari suatu usaha penangkapan. Dengan mengetahui pola
musim kita dapat melihat waktu yang tepat untuk alat tangkap jaring cumi
beroperasi sehingga nelayan dapat memaksimumkan pendapatan.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
Menentukan pola musim penangkapan cumi-cumi.
Mengestimasi potensi lestari, status pemanfaatan, dan tingkat pengelolaan
optimum sumberdaya cumi-cumi yang ditangkap menggunakan jaring
cumi dan didaratkan di PPI Muara Angke.
3 Menganalisis pengaruh musim terhadap pendapatan nelayan PPI Muara
Angke
1
2

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat digunakan oleh akademisi untuk keperluan
dalam memenuhi kelengkapan data. Sebagai referensi bagi nelayan jaring cumi
mengenai waktu penangkapan cumi-cumi yang tepat sehingga hasil tangkapan
optimal, serta penghematan biaya dalam usaha penangkapan jaring cumi. Selain
itu dapat dijadikan pertimbangan pilihan untuk melakukan usaha penangkapan
jaring cumi.
.

METODE
Waktu Dan Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 bertempat di Pangkalan
Pendaratan Ikan Muara Angke (PPI), Jakarta (Gambar 1).

Gambar 1 Peta lokasi penelitian (PPI Muara Angke )
Sumber: diolah (2014)

3

Alat danBahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah daftar
pertanyaan (kuesioner), data statistik dari PPI Muara Angke, alat dokumentasi
(kamera digital), alat tulis, data sekunder, Microsoft Word, dan Microsoft Excel.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei yang termasuk
kedalam metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang tertuju
pada pemecahan masalah yang ada di masa sekarang, terhadap suatu obyek
dengan cara mengumpulkan data, menyusun, menganalisa, menjelaskan dan
menarik kesimpulan (Nazir 1988).

Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan terdapat dua jenis yaitu, data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung melalui
wawancara kepada responden dan pemberian kuesioner kepada nelayan serta
keterangan dari pihak pelabuhan. Kuesioner diisi oleh responden berdasarkan
pertanyaan mengenai alat tangkap, armada penangkapan, nelayan (ABK), lokasi
dan waktu penangkapan jaring cumi, metode penangkapan ikan (cumi) dari unit
penangkapan jaring cumi, biaya penangkapan pertrip, hasil tangkapan pertrip,
kondisi ekonomi nelayan terkait hasil produksi cumi yang didapatkan dan terkait
musim penangkapan.
Data sekunder didapatkan dari kantor PPI Muara Angke berupa data
statistik penangkapan cumi, serta pencarian literatur yang mendukung.
Karakteristik dari populasi yang ada di PPI Muara Angke bersifat homogen yaitu
jawaban yang diberikan setiap responden tidak berbeda jauh sehingga dapat
mewakil populasi.
Responden dipilih secara purposive sampling sebanyak 30 nelayan. Terdiri
dari 3 nelayan pemilik, 4 pengurus, dan 23 Anak Buah Kapal (ABK). Purposive
sampling adalah sample yang diambil berdasarkan pertimbangan tertentu
(Eriyanto 2007) dan dipilih secara cermat sehingga relevan dengan desain
penelitian (Nasution 2003).

ANALISIS DATA
Analisis Pola Musim Penangkapan
Pendugaan pola musim penangkapan ikan dilakukan dengan menganalisis
data time series hasil tangkapan cumi-cumi yang didaratkan jaring cumi selama
lima tahun periode 2009-2013. Menurut Dajan (1983) yang dimodifikasi Wiyono
(2001), Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

4

1. Menyusun deret CPUE dalam kurun waktu lima tahun
Keterangan:
ni = CPUE urutan ke-i
i = 1,2,3,...dst
2. Menyusun rata-rata bergerak CPUE selama 12 bulan (RG)


Keterangan :
Rgi
= rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i
CPUEi = CPUEi urutan ke-i
I = 7,8,9,...,n-5
3. Menyusun rata-rata bergerak CPUE terpusat (RGP)


Keterangan :
RGPi= rata-rata bergerak CPUE terpusat ke-i
RGi = rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i
i
= 7,8,..., n-5
4. Menyusun rasio rata-rata tiap bulan (Rb)
Keterangan :
Rbi
= rasio rata-rata tiap bulan ke-i
CPUEi =CPUE bulan ke-i
RGPi = rasio rata-rata tiap bulan ke-i
5. Menyusun nilai rata-rata dalam suatu matriks berukuran
untuk setiap bulan.
6. Rasio rata-rata untuk bulan ke-i (RBBi)

yang disusun



Keterangan :
Rbij = rasio rata-rata bulanan dalam matriks ukuran i x j
i
= 1,2,...,12
j
= 1,2,3,...,n
7. Jumlah rasio rata-rata bulanan (JRRBi)

8. Indeks Musim Penangkapan (IMP)
Idealnya nilai JRBB sebesar 1200, namun banyak faktor yang
mempengaruhi sehingga JRBB tidak selalu sama dengan 1200, oleh

5

karena itu nilai rasio rata-rata bulanan harus dikoreksi dengan suatu nilai
koreksi yang disebut dengan nilai Faktor Koreksi (FK).
IMPi= RBBi
Jika nilai IMP 100% = Musim puncak
50% nilai IMP 100% = Musim sedang
Nilai IMP 50% = Musim paceklik
Penggolongan musim penangkapan ikan dapat digolongkan dalam tiga
kategori berdasarkan nilai Indeks Musim Penangkapan (IMP) yaitu musim
paceklik, musim sedang, dan musim puncak (Zulkarnain et. Al 2012) (Tabel 1).
Tabel 1 Penggolongan musim penangkapan berdasarkan nilai IMP
No.
Nilai IMP
Kategori Musim
1
< 50%
Paceklik
2
Sedang
50% IMP < 100%
3
Puncak
100%

Analisis Bio-ekonomi
Analisis bioekonomi dapat digunakan untuk menduga tingkat pemanfaatan
stok pada kondisi perikanan lestari (MSY) serta potensi ekonomi pada kondisi
(MEY), sehingga dapat diketahui rente ekonomi dari aktivitas penangkapan jaring
cumi. Selain itu untuk mengetahui kondisi optimum tingkat upaya penangkapan
cumi-cumi. Produksi cumi-cumi dapat dirumuskan:
h = qKE (1 - ) ............................................................................... (1)
atau
h = qKE - (
) E2 ......................................................................... (2)
keterangan :
q = koefisien penangkapan
E= tingkat upaya penangkapan/effort
x = stok ikan
r = laju pertumbuhan intrinsik
K=daya dukung lingkungan
h = produksi cumi-cumi
Untuk memperoleh nilai r, q dan K dilakukan perhitungan dengan
menggunakan metode algoritma fox:
q = geomean[

]......................................................................... (3)

x=

............................................................................... (4)

y=

............................................................................ (5)

z=

............................................................... (6)

K = ................................................................................................ (7)

6

r=
.............................................................................................. (8)
Dengan diperolehnya nilai parameter biologi (r, K, dan q) maka dapat
dikatakan solusi pengelolaan sumberdaya cumi-cumi dilakukan melalui
pendekatan bioekonomi. Untuk mendapatkan kondisi yang optimal pada analisis
statik maka dapat dihitung dengan menggunakan formula seperti Tabel 2.
Tabel 2 Formula perhitungan bioekonomi
Kondisi Pengusahaan
Variabel
MEY
MSY
Open access
xOA =
xMSY =
xMEY =
Biomassa (x)
hMEY =
Hasil
tangkapan(h)
Tingkat
effort (E)
Rente
sumberdaya
(π)

hMSY =

hOA=

EMEY =

EMSY =

EOA=

πMEY =

πMSY=phMSYcEMSY

πOA=

Sumber : Gordon 1954 dalam Zulbainarni 2012

Analisis Pendapatan Nelayan
Analisis pendapatan nelayan didapatkan melalui penurunan rumus dari
analisis usaha. Pendapatan nelayan didapat dengan menggunakan persamaan
(Hermanto 1989 dalam Budi et al. 2010):
π = TR – TC ................................................................................ (9)
Keterangan:
π
= Keuntungan
TR
= Total penerimaan
TC
= Total biaya
Dengan kriteria:
Jika TR > TC, maka nelayan mendapatkan keuntungan
Jika TR < TC, maka nelayan menderita kerugian
Jika TR = TC, maka nelayan berada pada titik impas atau nelayan tidak
mendapatkan untung atau rugi

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unit Penangkapan Jaring Cumi
Alat tangkap jaring cumi
Alat tangkap jaring cumi terdiri dari beberapa bagian diantaranya:
a. Kantong
Kantong pada jaring cumi terbuat dari bahan Polyamide (PA)
dengan mesh size 1 inch. Bagian kantong berukuran paling kecil karena
berfungsi mencegah ikan meloloskan diri dari bagian atas ketika di
turunkan.
b. Badan jaring
Badan jaring terbuat dari bahan Polyamide (PA) dibagi menjadi
empat bagian berdasarkan ukuran mata jaring. Ukuran mata jaring dari
paling dalam setelah kantong sampai bagian terluar yaitu: 1.5 inch, 2inch,
2.5 inch, dan 3 inch.
c. Tali kerek
Tali kerek terbuat dari bahan Polyethylene (PE) dan hanya 2 buah
dengan diameter 2,5 cm. Berfungsi untuk menurunkan dan menaikkan
jaring yang dioperasikan. Panjangnya berkisar 40 m – 45 m.
d. Tali kolor
Tali kolor terbuat dari bahan Polyethylene (PE) dimana merupakan
tali utama dalam pengoperasian jaring cumi yang berjumlah 1 buah
dengan diameter tali 3 cm. Berfungsi mengkerutkan jaring sehingga
berbentuk seperti kantong. Panjang tali ini berkisar 30 m – 50 m.
e. Pemberat
Pemberat biasanya terbuat dari bahan timah dengan berat 500 gram.
Pemberat dipasang sebanyak 4 buah antara cincin satu dengan cincin yang
lainnya. Pemberat berfungsi sebagai penahan dari arus, menjaga jaring
tetap terbuka saat diturunkan.
f. Cincin (Ring)
Cincin terbuat dari bahan stainless atau kuningan. Jumlah cincin
berkisar 40 – 65 buah. Berat cincin 0,5 kg dengan diameter sebesar 20 cm.
Cincin berfungsi mempermudah jalannya tali kolor saat dilakukan
penarikkan jaring.
g. Alat bantu
Alat bantu dalam unit penangkapan jaring cumi yaitu gardan atau
tiang pancang (rig), merupakan besi berjumlah dua buah yang terdapat
pada sisi kanan atau kiri kapal dimana alat tangkap tersebut beroperasi.
Serta lampu sebagai penarik perhatian cumi-cumi.
Alat tangkap ini sebelum dilakukan setting disimpan dalam drum berbahan
plastik tertata secara rapi. Tujuannya memudahkan saat melakukan setting alat,
sehingga teratur serta mengurangi resiko kecelakaan yang terjadi.

8

Gambar 2 Alat tangkap Jaring Cumi
Sumber: Ainun (2014)
Kapal (Jaring Cumi)
Kapal jaring cumi di PPI Muara Angke berukuran 25 GT - 30 GT. Umur
teknis kapal jaring cumi kurang lebih 20 tahun sampai 30 tahun. Kapal yang
digunakan dalam kegiatan operasi penangkapan jaring cumi terbuat dari bahan
kayu dan fiber. Badan kapal terbuat dari kayu dengan dilapisi fiber, kayu yang
digunakan biasanya kayu bungur atau kayu jati. Spesifikasi kapal jaring cumi
dapat dilihat dari Tabel 3.
Tabel 3 Spesifikasi kapal jaring cumi
Spesifikasi
Keterangan
1. Dimensi utama
a. Panjang (L)
12-18 m
b. Lebar (B)
3,5-5 m
c. Dalam (D)
1,8-2,5 m
2. Mesin
a. Mesin utama
6D22 Mitsubishi 260-310 HP (1 buah)
b. Mesin bantu
6D16 Mitsubishi 175 HP (2 buah)
3. Winch hauler
1 buah
4. Palka
Terdapat dibagian dek depan
dilengkapi dengan Freezer
4-7 buah masing-masing dapat
memuat 5 ton hasil tangkapan
5. Lampu
30-60 buah (1500v-2000v)
6. Alat navigasi
Sumber: Wawancara (2014)

echosounder, radio, GPS, VMS
kompas, fish finder

9

Nelayan
Nelayan jaring cumi berjumlah 12-14 orang/unit penangkapan ikan. Sebagian
besar nelayan ini merupakan nelayan penuh yang seluruh waktunya digunakan
untuk kegiatan operasi penangkapan ikan. Pembagian tugas nelayan dalam usaha
penangkapan jaring cumi diantaranya:
a. Nahkoda atau kapten, bertanggung jawab memimpin semua pekerjaan
diatas kapal jaring cumi untuk menentukan lokasi atau daerah
penangkapan cumi-cumi.
b. Juru masak atau koki, bertanggung jawab dalam mempersiapkan makanan
untuk seluruh nelayan diatas kapal.
c. Ahli mesin, bertanggung jawab mengontrol, memeriksa, dan memperbaiki
mesin kapal untuk melakukan operasi penangkapan.
d. ABK, bertanggung jawab dalam mengoperasikan alat tangkap saat
persiapan, setting, hauling, pengolahan atau penyortiran diatas kapal
sampai didaratkan di pelabuhan.

Daerah dan Musim Penangkapan Ikan
Daerah yang menjadi tujuan penangkapan cumi-cumi oleh nelayan jaring
cumi di PPI Muara Angke berada pada perairan WPP 711 terlihat pada Gambar 3.
Daerah penangkapan cumi-cumi dilakukan berdasarkan kondisi musim
penangkapan. Pada musim timur penangkapan cumi-cumi dilakukan di daerah
Perairan utara dan Pontianak atau Perairan Laut Cina Selatan. Soewito et al.
(1990) menjelaskan bahwa cumi-cumi menempati perairan dengan suhu 8-32ºC
dan salinitas 8,5-30%. Sedangkan penangkapan cumi-cumi pada musim barat
dilakukan di perairan pulau Bangka dan pulau Belitung dimana kapal dapat
berlindung dari badai oleh pulau-pulau yang mengelilingi kapal. Pada musim
barat kemungkinan besar terjadi badai sehingga cuaca ekstrim.
Menurut Barnes 1987, cumi-cumi tergolong hewan karnivora karena
memakan udang dan ikan-ikan kecil pelagis. Ikan-ikan tersebut memakan
plankton. Perairan Bangka-Belitung dan Laut Cina Selatan memiliki kelimpahan
sumberadya plankton relatif tinggi (Thoha 2004). Cumi-cumi memiliki tubuh
memanjang yang terdiri dari kepala di bagian ventral, leher yang pendek, dan
tubuh berbentuk tabung dengan sirip di setiap sisinya. Pada kepala terdapat
sepasang mata, mulut terletak di ujung dengan empat pasang tangan dan sepasang
tentakel. Pada bagian tanagn terdapat mangkuk penghisap. Cumi-cumi berenang
bebas dengan gaya dorong jet (jet propulsion) (Suwignyo et. Al 1998).
Nelayan jaring cumi menuju lokasi penangkapan berdasarkan informasi
dari kapal yang sebelumnya melakukan usaha penangkapan dengan menggunakan
alat bantu berupa radio kontak. Daerah penangkapan mempengaruhi biaya yang di
keluarkan untuk melakukan usaha penangkapan. Nelayan jaring cumi akan
kembali ke pelabuhan pada saat palka telah terisi penuh hasil tangkapan dan
habisnya perbekalan.

10

Gambar 3 Peta daerah penangkapan cumi-cumi
Sumber: Arcview diolah (2014)

Metode Operasi Penangkapan Jaring Cumi
Kapal jaring cumi melakukan operasi penangkapan dalam satu kali trip
yaitu 2-3 bulan. Metode operasi penangkapan jaring cumi terdiri dari beberapa
tahap, yaitu tahap persiapan, setting dan hauling. Tahap persiapan yang dilakukan
meliputi pencarian daerah penangkapan (fishing ground) oleh nahkoda. Pencarian
daerah penangkapan dengan menggunakan alat bantu berupa fish finder, GPS
(Global Positioning System), echosounder, VMS (Vessel Monitoring System), dan
kompas. Selain itu persiapan lainnya meliputi pengecekan alat tangkap.
Proses setting dilakukan pukul 18.00 diawali dengan membentangkan
tiang pancang (rig) dan mengatur jaring beserta tali temali. Kemudian nyalakan
lampu sebagai alat bantu untuk menarik perhatian cumi, karena sifat cumi-cumi
yang suka terhadap cahaya atau fototaksis positif (Monintja dan Martasuganda,
1989). Setting dilakukan di salah satu sisi kapal di bagian kanan atau kiri
kapal.proses ini dapat dilakukan berulang-ulang dalam satu malam tergantung
banyak sedikitnya sumberdaya cumi-cumi yang ada di perairan. Berdasarkan
wawancara, setting dilakukan sebanyak 10 – 15 kali saat musim puncak dan 8 –
10 kali saat musim sedang.
Proses selanjutnya adalah menunggu hasil cumi-cumi sampai terkumpul
kurang lebih 1 jam. Jika sudah terkumpul, semua lampu dimatikan kecuali hanya
satu lampu yang hidup, sebagai fokus cumi-cumi agar berkumpul ditengah.
Kemudian dilakukan proses hauling dengan penurunan jaring kearah cumi-cumi
berada dan menarik tali kolor secepat mungkin hingga jaring menguncup seperti
kantong. Setelah itu jaring diangkat menggunakan tali kerek diarahkan dan
diturunkan keatas dek kapal untuk disortir menurut jenis dan ukuran.

11

Produksi dan IMP cumi-cumi di PPI Muara Angke
Berdasarkan data yang didapatkan dari UPT PPI Muara Angke, Produksi
cumi-cumi periode tahun 2009-2013 mengalami nilai yang berfluktuasi setiap
bulan, hal ini dipengaruhi ketersediaan sumberdaya cumi-cumi yang ada
diperairan. Cuaca menjadi masalah utama atau kendala bagi nelayan jaring cumi
dalam melakukan usaha penangkapan. Sering kali nelayan harus berlindung atau
berlabuh ke pulau terdekat sampai cuaca membaik. Gambar 4 menunjukkan
hubungan antara produksi cumi-cumi dengan pola musim penangkapan yang
ditentukan berdasarkan nilai Indeks Musim Penangkapan (IMP) yang ditandai
dengan garis putus-putus.
Dapat dilihat pada Gambar 4 grafik produksi bulanan dimana bentuk
lingkaran menunjukkan produksi terbesar dan bentuk persegi menunjukkan
produksi terendah. Pada tahun 2009 produksi terbesar berada pada bulan Oktober
sebesar 581,547 ton, sedangkan produksi terendah berada pada bulan Februari
sebesar 43,102 ton. Selanjutnya produksi tahun 2010 terbesar berada pada bulan
November sebesar 379,07 ton dan produksi terendah berada pada bulan Juni
sebesar 159,17 ton. Pada tahun 2011 produksi terbesar berada pada bulan
September sebesar 985,196 ton dan produksi terendah berada pada bulan Februari
sebesar 95,29 ton. Produksi terbesar pada tahun 2012 berada pada bulan Agustus
sebesar 1042,356 ton sedangakan produksi terendah berada pada bulan Februari
sebesar 145,694 ton. Terakhir produksi tahun 2013 terbesar berada pada bulan
November sebesar 762,899 ton dan produksi terendah berada pada bulan Februari
sebesar 357,869 ton.
Berdasarkan penelitian ini diduga bahwa puncak produksi berada pada
bulan Oktober di tahun 2009, bulan November di tahun 2010 dan tahun 2013,
bulan September di tahun 2011, dan bulan Agustus di tahun 2012. Dikatakan
puncak produksi karena pada bulan ini menunjukkan hasil produksi terbesar.
Menurut Nontji 1987, pada musim timur angin berhembus dari timur kearah barat
membawa udara kering sehingga terjadi musim kemarau. Rendahnya hasil
produksi dapat dikatakan termasuk kedalam musim barat. Pada musim barat angin
berhembus dari barat ke timur membawa curah hujan yang tinggi sehingga
menyebabkan musim hujan, musim penghujan menyebabkan arus dan gelombang
yang besar sehingga cuaca ekstrim ini menghalangi nelayan dalam melakukan
usaha penangkapan. Pada musim barat nelayan biasanya memaksimumkan
pendapatan dengan pekerjaan sampingan yaitu melakukan usaha penangkapan
dengan cara memancing diatas kapal jaring cumi. Hasil yang didapatkan dijual ke
nelayan pemilik dengan harga yang sudah ditentukan.
Berdasarkan nilai IMP yang didapatkan, bulan ini termasuk kedalam
musim puncak dimana nilai IMP pada bulan Agustus sebesar 106,66%, bulan
September sebesar 132,36%, bulan Oktober sebesar 142,03% yang merupakan
nilai IMP tertinggi, dan bulan November sebesar 121,60%. Sedangkan pada tahun
2009, 2011, 2012, dan 2013 produksi terendah berada pada bulan Februari, dan
produksi cumi-cumi terendah pada tahun 2010 berada pada bulan Juni. Pada bulan
ini nilai IMP yang didapatkan rendah, dengan nilai IMP terendah berada pada
bulan Januari sebesar 67,25%. Contoh perhitungan indeks musim penangkapan
terdapat pada Lampiran 3.

12

Besarnya nilai IMP berbanding lurus dengan hasil produksi, dimana hasil
produksi yang didapatkan besar pula. Kelebihan penggunaan IMP dalam
penentuan pola musim penangkapan dibandingkan dengan musim penangkapan
adalah dapat meminimalisir fluktuasi musiman, sehingga dapat menentukan waktu
yang tepat untuk melakukan operasi perangkapan ikan dan kecenderungan yang
biasa dijumpai pada data time series (Dajan 1983 dalam Tutut 2006).

Gambar 4 Perbandingan produksi bulanan cumi-cumi di PPI Muara Angke tahun
2009-2013 dengan nilai IMP

Upaya Penangkapan (Effort)
Penambahan atau pengurangan upaya penangkapan (effort) yang dilakukan
setiap bulan biasanya dipengaruhi banyak sedikitnya sumberdaya yang tersedia
setiap bulan, Selain itu dipengaruhi pula oleh kondisi ekonomi nelayan dan
perilaku nelayan (Novri 2006). Upaya penangkapan yang dilakukan oleh nelayan
jaring cumi di PPI Muara Angke dinyatakan dalam satuan unit dan mengalami
nilai yang berfluktuasi. Terlihat pada Gambar 5 effort terbesar pada tahun 20092013 secara berurutan terjadi pada bulan Oktober sebesar 330 unit, bulan Mei
sebesar 254 unit, bulan November sebesar 252 unit, bulan Desember sebesar 312
unit, dan bulan Oktober sebesar 386 unit. Sedangkan effort terendah tahun 20092013 secara berurutan terjadi pada bulan Februari sebesar 69 unit, bulan Oktober
sebesar 163 unit, bulan Februari sebesar 147 unit, bulan Februari sebesar 96 unit,
dan bulan Maret sebesar 234 unit. Umumnya upaya penangkapan atau effort
mengalami kenaikan pada bulan Mei sampai Desember. Effort terbesar berada
pada bulan Oktober dan Desember.

Gambar 5. Effort jaring cumi tahun 2009-2013 setiap bulan

13

Pola Musim Penangkapan cumi-cumi di PPI Muara Angke
Musim puncak terjadi pada bulan Agustus, September, Oktober, dan
November, dimana pada bulan tersebut memiliki persentase nilai 100%. Musim
sedang terjadi pada bulan Desember hingga juli dengan persentase nilai 50%
IMP < 100%. Diduga bahwa pada bulan Agustus hingga November kelimpahan
Cumi-cumi di perairan WPP 711 tinggi, sedangkan pada bulan Desember hingga
Juli diduga kelimpahan Cumi-cumi di WPP 711 rendah. Menurut Ainun 2014,
musim penangkapan cumi-cumi berhubungan dengan kelimpahan cumi-cumi di
perairan tersebut.
Terjadinya musim puncak pada bulan Agustus hingga November dapat
disebabkan adanya pengaruh dari musim yang terjadi di Indonesia yaitu musim
timur. Berdasarkan nila IMP dapat diketahui kecenderungan pola musim yang
baik atau tepat digunakan dalam melakukan usaha penangkpan cumi-cumi di
WPP 711 berada pada bulan Agustus, September, Oktober, dan November.
Tabel 4 Musim penangkapan cumi-cumi di WPP 711
2009-2013
Bulan
IMP (%)
Musim Penangkapan
Januari
67,25
Sedang
Februari
71,00
Sedang
Maret
80,01
Sedang
April
96,90
Sedang
Mei
99,69
Sedang
Juni
95,72
Sedang
Juli
88,93
Sedang
Agustus
106,66
Puncak
Septemer
132,36
Puncak
Oktober
142,03
Puncak
November
121,60
Puncak
Desember
97,85
Sedang
Sumber: UPT PPI Muara Angke 2014 (diolah)

Fungsi produksi lestari perikanan jaring cumi
Berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan diperoleh nilai koefisien
model algoritma fox masing-masing, a= 3,8101 dan b= -0,00391. Fungsi produksi
perikanan jaring cumi dinyatakan dalam persamaan yaitu h= 3,8101E - 0,00391E².
Persamaan tersebut menghasilkan hubungan kuadratik berbentuk parabola.
Artinya setiap penambahan tingkat effort penangkapan (E), akan meningkatkan
hasil tangkapan (h) hingga mencapai titik maksimum (Zulbainarni, 2012). Nilai
produksi lestari (hmsy) sebesar 929 ton, hmsy menunjukkan tingkat produksi
maksimum yang dapat ditangkap tanpa mengancam kelestarian sumberdaya
perikanan (Zulbainarni, 2012). Sedangkan effort penangkapan lestari (Emsy)
merupakan tingkap effort untuk mencapai produksi maksimum sebesar 488 unit
dapat dilihat pada Gambar 6.

Produksi (ton)

14

1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0

hmsy= 929 ton

0

200

400

600

800

1000

1200

Effort (unit)

Gambar 6 Hubungan kuadratik antara effort penangkapan dengan produksi
jaring cumi

Analisis Bioekonomi Perikanan Jaring Cumi
Menurut Zulbainarni (2012) analisis bioekonomi digunakan untuk
menentukan tingkat pengusahaan maksimum bagi pelaku perikanan, pendekatan
secara biologi dan ekonomi merupakan salah satu alternatif pengelolaan yang
dapat diterapkan sehingga pengusahaan sumberdaya perikanan dapat
berkelanjutan. Aspek biologi ini didapatkan dari perhitungan model algoritma fox
dapat dilihat pada Tabel 5. Dimana nilai r merupakan laju pertumbuhan alami dari
popolasi ikan, q merupakan koefisien kemampuan tangkap, sedangkan K
merupakan kapasitas daya dukung lingkungan.
Tabel 5 Parameter Biologi
Parameter Biologi
r (intrinsic growth rate)/ton
K (carrying capacity)/ton
q (catchability coefficient)
Sumber: UPT PPI Muara Angke 2014 (diolah)

Nilai
0,442585272
8.395,09
0,000453858

Analisis bioekonomi ditujukan untuk menentukan tingkat pengusahaan
maksimum bagi pelaku perikanan. Dalam penelitian ini analisis bioekonomi
menggunakan biomass total dengan membandingkan empat kondisi pengusahaan
yaitu, pada kondisi Maximum Sustainable Yield (MSY), Maximum Economi Yield
(MEY), Open Access (OA), serta pengusahaan aktual rata-rata perikanan jaring
cumi.
Berdasarkan data yang didapatkan di Muara Angke terlihat pada Gambar 7
hasil tangkapan yang didapat pada kondisi pengusahaan sumberdaya MSY di
perairan Cina Selatan tahun 2009-2013 sebesar 929 ton. Hasil tangkapan tersebut
lebih besar dibandingan pada pengusahaan MEY yaitu sebesar 863 ton, nilai OA
sebesar 726 ton, dan produksi aktual rata-rata sebesar 422,38 ton.
Jika hasil pengusahaan aktual lebih besar dibandingkan hasil pengusahaan
MSY akan menyebabkan kerugian terhadap usaha penangkapan jaring cumi,

15

lama-kelamaan dapat menyebabkan biological overfishing sehingga sumberdaya
cumi-cumi terancam. Hasil tangkapan cumi-cumi pada kondisi MSY adalah
kondisi hasil tangkapan maksimum lestari. Jika hasil tangkapan sudah melebihi
kondisi hasil tangkapan ini, mengakibatkan sumberdaya perikanan cumi-cumi
menjadi tidak sustainable (berkelanjutan). Pada penelitian ini tidak dapat
ditentukan apakah perairan WPP 711 mengalami overfishing atau tidak
overfishing, dikarenakan data yang digunakan hanya dari PPI Muara Angke.

Produksi (ton)

1000

929

863

726

800
600

422,3839

400
200
0
Aktual

MEY
MSY
Kondisi pengusahaan

OA

Gambar 7 Perbandingan produksi cumi-cumi setiap kondisi pengusahaan

Effort (unit)

Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa effort penangkapan pada kondisi
pengusahaan open access lebih besar dibandingkan pada kondisi pengusahaan
MSY, MEY, dan aktual yaitu sebesar 716 unit. Besarnya effort penangkapan
dikarenakan tidak adanya batasan dalam industri penangkapan yang dilakukan
oleh individu maupun kelompok, artinya setiap individu bebas memanfaatkan
sumberdaya ikan (Zulbainarni 2012). Upaya penangkapan yang tinggi tidak selalu
menghasilkan produksi yang tinggi pula, karena jika dimanfaatkan melebihi MSY
maka akan terjadi penurunan stok yang berdampak pada penurunan produksi
(Fauzi 2010). Upaya pada kondisi pengusahaan OA hanya menghasilkan produksi
lebih kecil dibandingkan pada kondisi pengusahaan MSY sebesar 488 unit.
Kondisi pengusahaan seharusnya diarahkan pada kondisi MEY agar pengusahaan
optimal.
800
700
600
500
400
300
200
100
-

716
488
358
140

Aktual

MEY
MSY
Kondisi pengusahaan

OA

Gambar 8 Perbandingan effort penangkapan cumi-cumi pada setiap kondisi
pengusahaan tahun 2009-2013
Biaya Penangkapan

16

Biaya penangkapan dalam kajian bioekonomi Gordon-Schaefer, didasarkan
atas asumsi bahwa hanya faktor penangkapan yang diperhitungkan dan dianggap
konstan (Zulbainarni 2012), oleh karena itu biaya penangkapan dalam penelitian
ini didefinisikan sebagai biaya variabel per trip per armada dan dianggap konstan.
Dapat dilihat pada Tabel 6, biaya penangkapan terbesar dikeluarkan untuk
membeli BBM dengan persentase 90,38% dan ransum dengan persentase 8,22%
dari total seluruh biaya penangkapan.
Tabel 6 Struktur biaya penangkapan rata-rata jaring cumi
biayaJumlah satuan
harga satuan
Total Persentase(%)
biaya
BBM
30.000 liter
5.500 rupiah 165.000.000
90,38
Oli
200 liter
12.000 rupiah
2.400.000
1,31
air tawar
4 ton
40.000 rupiah
160.000
0,09
ransum
15.000.000 rupiah
15.000.000
8,22
total biaya penangkapan pertrip perarmada
182.560.000
100
Sumber: Wawancara 2014 (diolah)

Analisis Pendapatan Nelayan
Analisis pendapatan nelayan dilakukan terhadap 30 nelayan dan 20 kapal.
Data yang digunakan berupa data per trip penangkapan setiap musimnya. Setiap
trip berlangsung selama dua bulan. Dapat dilihat pada Tabel 7 hasil produksi pada
saat musim puncak sebesar 13.620 kg menghasilkan TR sebesar Rp 446.942.000.
Keuntungan diperoleh dari pengurangan nilai TR, TC (TC yang dikeluarkan sama
setiap trip), dan Retribusi sebesar 3% dari TR. Adapun keuntungan pada saat
musim puncak sebesar Rp 250.973.740. Keuntungan tersebut merupakan
keuntungan bersih yang didapatkan nelayan.
Berdasarkan pendapatan nelayan tersebut dilakukan pembagian
berdasarkan persentase yang telah ditentukan yaitu 60% untuk nelayan pemilik
dan 40% dari nelayan buruh. Berdasarkan pembagian kerja, 40% tersebut dibagi
menjadi 10% pengurus, nahkoda 12%, masing-masing juru mesin 8%, dan sisanya
10% untuk ABK.
Terlihat pada Tebel 7 bahwa pendapatan nelayan jaring cumi perindividu
(ABK) pada saat musim puncak sebesar Rp 6.915.721/trip. Selanjutnya berbeda
dengan hasil produksi yang didapatkan pada saat musim sedang yaitu, sebesar
9.778kg menghasilkan TR sebesar Rp 273.094.500. Adapun keuntungan yang
diperoleh sebesar Rp 82.341.665. Presentase pembagian pada saat musim puncak
sama dengan presentase ketika musim sedang. Pendapatan nelayan jaring cumi
perindividu (ABK) pada musim sedang sebesar Rp 2.268.970. Pendapatan ABK
lebih kecil jika dibandingkan kondisi ketika musim puncak, lebih kecil karena
produksi yang didapatkan lebih sedikit dibanding dengan produksi ketika musim
sedang. Perhitungan yang dilakukan didasarkan pada jumlah nelayan sebanyak 12
orang.
Berdasarkan hasil perhitungan yang di dapat jika dilihat pada Tabel 7,
nelayan mendapatkan keuntungan pada kondisi musim puncak maupun kondisi
musim sedang, hal ini terlihat dari kriteria yang ada bahwa nilai TR > TC

17

menunjukkan bahwa nelayan mendapat untung. Faktor yang mempengaruhi hasil
produksi yaitu cuaca. Pada musim barat gelombang sedang tinggi dan angin
kencang sehingga membatasi gerak nelayan dalam melakukan usaha penangkapan
dan sering kali mereka harus berlindung ke pulau terdekat menunggu kondisi laut
membaik, dapat dikatakan musim barat termasuk kondisi musim sedang. Dari
hasil wawancara yang didapatkan seringkali nelayan mendapatkan kerugian dari
usaha penangkapan yang dilakukan pada musim barat.
Tabel 7 Analisis pendapatan rata-rata nelayan pertrip (1 trip= 2bulan)
Puncak
Sedang
Produksi (kg)
13.620
9.778
Total Revenue (TR) (Rp)
446.942.000
273.094.500
Total Cost (TC) (Rp)
182.560.000
182.560.000
Retribusi (3% TR) (Rp)
13.408.260
8.192.835
Keuntungan (π) (Rp)
250.973.700
82.341.665
Pendapatan nelayan (Rp)
250.973.700
Pemilik (60%) (Rp)
150.584.240
Buruh (40%) (Rp)
100.389.460
*Pengurus (10%) (Rp)
10.038.950
*Nahkoda (12%) (Rp)
12.046.740
*Juru mesin (8%) (Rp)
8.031.160
*ABK (10%) (Rp)
6.915.721
Sumber: UPT PPI Muara Angke 2014 (diolah)

82.341.665
49.404.999
32.936.666
3.293.667
3.952.400
2.634.933
2.268.970

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan nilai IMP musim puncak cumi-cumi terjadi pada bulan
Agustus, September, Oktober, dan November. Musim ini merupakan musim yang
tepat dalam melakukan usaha penangkapan cumi-cumi karena pada musim ini
hasil produksi juga tinggi. Sedangkan musim sedang terjadi pada bulan Desember
hingga bulan Juli.
Potensi produksi lestari hasil tangkapan jaring cumi yaitu sebesar 929 ton
dengan effort 488 unit penangkapan. Optimalisasi bioekonomi sebaiknya
diarahkan pada kondisi MEY yang dicapai pada tingkat effort penangkapan 358
unit dengan hasil tangkapan 863 ton.
Pola musim berpengaruh terhadap pendapatan nelayan jaring cumi,
dimana pendapatan pada saat musim puncak sebesar Rp 6.915.721 sedangkan saat
musim sesang pendapatan nelayan sebesar Rp 2.268.970.

18

Saran
Keterbatasan data dan waktu menyebabkan perlu adanya penelitian
lanjutan mengenai alat tangkap dan kapal apa saja yang melakukan upaya
penangkapan cumi-cumi di WPP 711, sehingga dapat ditentukan potensi
overfishing di daerah penangkapan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Ainun RN. 2014. Musim Penangkapan dan Pemetaan Daerah Penangkapan Jaring
Cumi di WPP 711 [Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Barnes RD. 1897.Invertebrate Zoology. Sounders Collage Publishing: New York.
Budi W, Surya D, Tri WN. 2010. Analisis Keragaman Usaha Penangkapan Ikan
Pasca Program Pemberdayaan Nelayan Di Kabupaten Halmahera Utara.
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[DKP] Provinsi Jakarta. 2011. Profil Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan
Pendaratan Ikan Muara Angke. Jakarta: UPT. Pengelolaan Kawasan
Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan.
Eriyanto. 2007. Teknik Sampling: Analisis Opini Publik. Yogyakarta (ID): LkiS.
Fauzi A. 2010. Ekonomi Perikanan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama
[ISSF] International Seafood Suistainability Foundation. 2012. Status of
The World Fisheries Tuna.ISSF Technical Report 2012-04. Washington DC
(USA): ISSF.
Monintja, D. & S. Martasuganda. 1989. Teknologi Penangkapan Ikan. Bogor:
Institut Pertanian Bogor. Diktat Kuliah (Tidak dipublikasikan). 129p.
Nasution S. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta (ID): Bumi
Aksara.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djembatan: Jakarta.
Novri F. 2006. Analisi Hasil Tangkapan dan Pola Musim Penangkapan Ikan
Tenggiri (Scomberomorus spp.)di Perairan Laut Jawa Bagian Barat
Berdasarkan Hasil Tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta
Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tutut TH. 2006. Analisis Pola Musim Penangkapan Dan Tingkat Pemanfaatan
Udang Jerbung (Penaeus marguiensis de Man) Di Perairan Pangandaran
Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soewito AP, B Syarif. 1990. Uji Coba Pancing Cumi-cumi “Squid Jigger” di
Perairan Laut Cina Selatan dan Kalimantan Barat. Semarang (ID): Balai
Pengembangan Penangkapan Ikan.
Suwignyo S, Widigdo B, Wardianto Y, Kristanti M. 1998. Avertebrata Air Untuk
Mahasiswa Perikanan Jilid 2. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
[TPI] Tempat Pelelangan Ikan PPI Muara Angke. 2014. Laporan Bulanan
Kegiatan Tempat Pelelangan Ikan Koperasi Perikanan “Mina Jaya” DKI
Jakarta. Jakarta (ID): PPI Muara Angke.
[UPT] Unit Pelaksana PPI Muara Angke. 2013. Laporan Bulanan PPI Muara
Angke. Jakarta (ID): PPI Muara Angke.

19

Von Brandt. 2005. Fish Catching Methods of The World
Edition. England
(UK): Fishing New Book Ltd. 523 hal.
Thoha H. 2004. Kelimpahan Plankton di Perairan Bangka-Belitung dan Laut Cina
selatan, Sematera, Mei-Juni 2002. Jurnal Sains. 8(3): 96-102.
Wiyono, ES. 2001. Optimasi Perikanan Skala Kecil di Palabuhanratu Jawa Barat
[Tesis].Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Zulbainarni N. 2012. Teori dan Praktik Pemodelan Bioekonomi dalam
Pengelolaan Perikanan Tangkap. Bogor: PT Penerbit Institut Pertanian
Bogor Press. Hal 18-21.
Zulkarnain, Wahju RI, Sulistiono. 2012. Komposisi dan Estimasi Musim
Penangkapan Ikan Pelagis Kecil dari Purse Seine yang Didaratkan di PPN
Pekalongan. Jawa Tengah. Saintek Perikanan. 7(2): 61-70.

21
20

Lampiran 1 Produksi (kg) dan unit (effort) bulanan jaring cumi tahun 2009-2013
Tahun
Bulan

2009
Produksi

2010

Effort

Produksi

2011

Effort

Produksi

2012

Effort

Produksi

2013

Effort

Produksi

Effort

Januari

61,633

81

230,89

189

112,757

206

369,995

235

435,306

235

Februari

43,102

69

215,689

174

95,29

147

145,694

96

357,869

239

Maret

44,361

117

189,967

210

127,901

180

406,872

188

460,996

234

April

166,855

240

324,569

225

225,027

249

712,978

223

501,011

292

Mei

199,879

241

291,5

254

326,825

242

1024,579

284

615,399

333

Juni

164,952

249

159,17

200

358,461

244

749,024

215

594,871

369

Juli

242,087

272

171,157

173

490,043

243

457,947

177

386,416

301

Agustus

108,424

268

159,215

223

481,229

165

1042,356

284

396,717

294

September

291,964

180

229,619

213

985,196

241

1018,665

230

476,041

267

Oktober

581,547

30

348,623

163

721,5

198

925,917

270

730,196

386

November

426,445

69

379,07

239

785,142

252

1005,224

282

762,899

379

Desember
279,941
318
238,999
Sumber: UPT PPI Muara Angke 2014 (diolah)

245

490,61

251

634,157

312

382,266

363

22

Lampiran 2 Perhitungan model algoritma fox

Tahun

2009

2010

Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September

Produksi
(ton)
61,633
43,102
44,361
166,855
199,879
164,952
242,087
108,424
291,964
581,547
426,445
279,941
230,89
215,689
189,967
324,569
291,5
159,17
171,157
159,215
229,619

Effort (unit)
24
22
17
68
84
80
110
40
90
164
147
120
92
70
65
87
87
65
73
73
64

Ut=CPUE

a

2,5680 3,810177887
1,9592
2,6095
2,4538
2,3795
2,0619
2,2008
2,7106
3,2440
3,5460
2,9010
2,3328
2,5097
3,0813
2,9226
3,7307
3,3506
2,4488
2,3446
2,1810
3,5878

b

m = -a/b

-0,00391

975,1632

n = (Ut +
(Ut+1))/2

z=m-n

z/Ut

2,263611742
2,284326203
2,531610294
2,416630952
2,220705952
2,131345455
2,455695455
2,977322222
3,395031369
3,223502344
2,616914031
2,42125779
2,795472671
3,00192033
3,326623696
3,540626437
2,899671972
2,396692835
2,262821918
2,884412136
4,395562617

972,8996
972,8789
972,6316
972,7466
972,9425
973,0319
972,7075
972,1859
971,7682
971,9397
972,5463
972,742
972,3678
972,1613
971,8366
971,6226
972,2636
972,7665
972,9004
972,2788
970,7677

378,8488
496,5741
372,7314
396,4326
408,8832
471,9103
441,9809
358,6608
299,5545
274,0933
335,2468
416,9773
387,4478
315,5065
332,5282
260,4413
290,1781
397,2471
414,9508
445,7894
270,5749

21

2011

2012

Oktober

348,623

67

5,2033

4,389730217

970,7735

186,5678

November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November

379,07
238,999
112,757
95,29
127,901
225,027
326,825
358,461
490,043
481,229
985,196
721,5
785,142
490,61
369,995
145,694
406,872
712,978
1024,579
749,024
457,947
1042,356
1018,665
925,917
1005,224

106
81
63
51
58
88
98
97
139
97
166
126
157
121
110
41
99
121
188
129
89
171
153
168
164

3,5761
2,9506
1,7898
1,8684
2,2052
2,5571
3,3349
3,6955
3,5255
4,9611
5,9349
5,7262
5,0009
4,0546
3,3736
3,5122
4,1071
5,8805
5,4470
5,8030
5,1270
6,1009
6,6614
5,5183
6,1195

3,263368507
2,370199295
1,829112512
2,036810514
2,381157328
2,94603699
3,515211603
3,610481718
4,24330646
5,448019687
5,830553069
5,363547467
4,527766279
3,714137454
3,442917154
3,809644282
4,993781474
5,663716857
5,624995218
5,464995178
5,613954186
6,381190049
6,089895813
5,818920528
5,405411518

971,8999
972,793
973,3341
973,1264
972,7821
972,2172
971,648
971,5528
970,9199
969,7152
969,3327
969,7997
970,6355
971,4491
971,7203
971,3536
970,1695
969,4995
969,5382
969,6982
969,5493
968,782
969,0733
969,3443
969,7578

271,774
329,6927
543,8248
520,8253
441,1331
380,1993
291,3532
262,9034
275,4001
195,4628
163,3271
169,3621
194,092
239,5902
288,0326
276,5666
236,2176
164,8679
177,9958
167,1024
189,1076
158,7923
145,475
175,6584
158,4703

22

23

24

2013

Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

634,157
435,306
357,869
460,996
501,011
615,399
594,871
386,416
396,717
476,041
730,196
762,899
382,266

135
235
239
234
292
333
369
301
294
267
386
379
363

4,6913
1,8524
1,4974
1,9701
1,7158
1,8480
1,6121
1,2838
1,3494
1,7829
1,8917
2,0129
1,0531

3,271848043
1,674862895
1,733714104
1,842929736
1,78191807
1,730080788
1,447945309
1,316575819
1,566151322
1,837312288
1,952312802
1,533000251

971,8914
973,4884
973,4295
973,3203
973,3813
973,4332
973,7153
973,8467
973,5971
973,3259
973,2109
973,6302

207,1676
525,5378
650,0973
494,0541
567,3076
526,7367
603,9981
758,581
721,5157
545,9152
514,4638
483,689

Lanjutan perhitungan model algoritma fox
1/b
255,936

x = (z/Ut) + (1/b)

z/(Ut+1)

y = (z/(Ut+1)) +
(1/b)

x/y

ABS(x/y)

LN (x/y)

q = (LN(x/y))/z

ABS(q)

122,9124403

496,5847

240,6482466

0,510756

0,510756

-0,67186

-0,000690579

0,000690579

240,6376736

372,8262

116,8897575

2,058672

2,058672

0,722061

0,00074219

0,00074219

116,7949934

396,3858

140,4493807

0,831581

0,831581

-0,18443

-0,000189616

140,4962393

408,8009

152,864492

0,91909

0,91909

-0,08437

-8,6735E-05

0,000189616
8,6735E-05
23

152,9468303

471,867

215,9305751

0,708315

0,708315

-0,34487

-0,000354457

0,000354457

215,973914

442,1283

186,1918693

1,159954

1,159954

0,14838

0,000152492

0,