Penentuan Suhu dan Waktu pada Ekstraksi Wet Rendering Minyak Ikan dari By-Product Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

PENENTUAN SUHU DAN WAKTU PADA EKSTRAKSI WET
RENDERING MINYAK IKAN DARI BY-PRODUCT IKAN
NILA (Oreochromis niloticus)

YOSHIARA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PENENTUAN SUHU DAN WAKTU PADA EKSTRAKSI WET
RENDERING MINYAK IKAN DARI BY-PRODUCT IKAN
NILA (Oreochromis niloticus)

YOSHIARA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul “Penentuan Suhu dan
Waktu pada Ekstraksi Wet Rendering Minyak Ikan dari By-Product Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)” adalah benar merupakan hasil karya sendiri, dengan
arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dan karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, Juli 2013
Yoshiara
C34090058

ABSTRAK
YOSHIARA. Penentuan Suhu dan Waktu pada Ekstraksi Wet Rendering Minyak
Ikan dari By-Product Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Dibimbing oleh
SUGENG HERI SUSENO dan PIPIH SUPTIJAH.
Ikan nila merupakan komoditas hasil budidaya perikanan air tawar yang
banyak diolah menjadi produk olahan, salah satu contohnya adalah fillet ikan nila.
Masalah yang timbul dari banyaknya pemanfaatan ikan nila menjadi produk
olahan adalah limbah sisa olahan. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh
minyak ikan dari by-product ikan nila melalui ekstraksi wet rendering;
mengkarakteristik minyak ikan hasil ekstraksi wet rendering; menentukan suhu
dan waktu terbaik saat ekstraksi wet rendering; menentukan profil asam lemak
minyak ikan kualitas paling tinggi dan paling rendah dari hasil ekstraksi wet
rendering. Suhu ekstraksi yang digunakan adalah 25, 50, 70, dan 90°C, dengan
waktu ekstraksi 15, 25, 35, dan 45 menit. Hasil ekstraksi diuji kualitasnya dengan
uji asam lemak bebas, bilangan asam, peroksida, p-anisidin, total oksidasi, dan

profil asam lemaknya. Suhu dan waktu terbaik pada ekstraksi wet rendering
adalah 70°C selama 35 menit, dengan nilai rendemen minyak ikan tertinggi yaitu
6,44%. Rendemen minyak ikan yang didapat dari ekstraksi Bligh and Dyer adalah
sebesar 8,12%. Nilai EPA dan DHA yang terkandung dalam minyak ikan hasil
ekstraksi wet rendering adalah 1,15% dan 1,03%.
Kata kunci: by-product ikan nila, ekstraksi, minyak ikan, suhu, waktu

ABSTRACT
YOSHIARA. The Determination of Temperature and Time in Wet Rendering
Extraction of Fish Oil from By-Product Tilapia (Oreochromis niloticus).
Supervised by SUGENG HERI SUSENO and PIPIH SUPTIJAH.
Tilapia is a farmed commodity of freshwater fish that can be processed into
refined products, one example is the tilapia fillets. The arising problem from the
utilization of tilapia into many processed products is residual waste processed.
The purpose of this research is to obtain fish oil from by-product with wet
rendering extraction; to characterize fish oil from wet rendering extraction; to
determine the best temperature and time wet rendering extraction; to determine
the fatty acid profile of fish oil that be extracted with wet rendering method.
Extraction temperatures and times that be used were 25, 50, 70, 90°C, and 15, 25,
35, and 45 min. Quality of extracted was tested with Free Fatty Acid Test, acid

value, peroxide, p-anisidine, total oxidation, and fatty acid profiles. The best
temperature and time of wet rendering extraction is 70°C for 35 minutes, with the
highest value of fish oil yield is 6,44%. Fish oil yield that be obtained from Bligh
and Dyer extraction amounted to 8,12%. The value of EPA and DHA that be
contained of fish oil extracted wet rendering is 1,15% and 1,03%.
Keywords: by-product tilapia, extraction, fish oil, temperature, time

Judul Skripsi

:

Nama
:
NIM
:
Program Studi :

Penentuan Suhu dan Waktu pada Ekstraksi Wet Rendering
Minyak Ikan dari By-Product Ikan Nila (Oreochromis
niloticus)

Yoshiara
C34090058
Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr. Sugeng Heri Suseno, S.Pi., M.Si.
Pembimbing I

Dr. Pipih Suptijah, MBA
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS., MPhil.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
anugerah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini adalah minyak
ikan, dengan judul penentuan suhu dan waktu pada ekstraksi wet rendering
minyak ikan dari by-product ikan nila (Oreochromis niloticus).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Sugeng Heri Suseno, S.Pi.,
M.Si. dan Ibu Dr. Pipih Suptijah, MBA selaku dosen pembimbing, dan Ibu Dr. Ir.
Nurjanah, MS selaku dosen penguji, serta seluruh staf dosen dan administrasi
Departemen Teknologi Hasil Perairan. Terima kasih juga penulis sampaikan
kepada Mama, Papa, serta Kakak Becca dan Iyos yang telah memberikan
semangat dan doa. Penulis juga memberi ungkapan terima kasih kepada Fredy,
Fernando, Yenni, Nesvi, Sulayman, Bang Zega, Kak Tiur, Bang Amudi, Kak Vera
dan keluarga besar Komisi Kesenian UKM PMK IPB, serta Fitri, Puspita, Sita,
Arga, Affan, Tenny, Ayu, Saras, Sri, Rika dan keluarga besar THP 46 Alto atas
segala bantuan dan motivasinya. Terima kasih juga kepada adik-adik Perwira 19
dan teman lama yang senantiasa masih memberi banyak dukungan yaitu Imam,
Ferdy, Equita, Agit, dan Yuli.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.


Bogor, Juni 2013
Yoshiara

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

v

DAFTAR GAMBAR

v

DAFTAR LAMPIRAN

v

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2


METODE

2

Bahan

2

Alat

3

Prosedur Analisis Penelitian

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

5


Karakteristik Proksimat Bahan Baku

5

Perbandingan Hasil Rendemen Minyak Ikan dari Metode Ekstraksi Wet
Rendering dengan Ekstraksi Bligh and Dyer

6

Perbandingan Hasil Rendemen Minyak Ikan Antar Kombinasi Suhu dan Waktu
pada Ekstraksi Rendering Basah (Wet Rendering)
7
Analisis Free Fatty Acid (FFA)

8

Analisis Bilangan Asam (Acid Value)

9


Analisis Bilangan Peroksida (Peroxide Value)

10

Analisis Bilangan Anisidin (p-Anisidine Value)

11

Analisis Bilangan Totoks (Totox Value)

12

Profil Asam Lemak

13

KESIMPULAN DAN SARAN

14

Kesimpulan

14

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL
1 Profil asam lemak
2 Perbandingan EPA dan DHA dengan beberapa spesies ikan air tawar

13
14

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir penelitian
2 Nilai proksimat by-product ikan nila (Oreochromis niloticus)
3 Rendemen minyak ikan hasil ekstraksi wet rendering dan Bligh and
Dyer
4 Rendemen minyak ikan hasil ekstraksi wet rendering dalam 16
kombinasi suhu dan waktu
5 Nilai FFA pada minyak ikan hasil ekstraksi wet rendering
6 Nilai AV pada minyak ikan hasil ekstraksi wet rendering
7 Nilai PV pada minyak ikan hasil ekstraksi wet rendering
8 Nilai P-AV pada minyak ikan hasil ekstraksi wet rendering
9 Nilai bilangan totoks pada minyak ikan hasil ekstraksi wet rendering

4
5
6
7
8
9
10
11
12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data Penelitian
2 Dokumentasi penelitian

17
17

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan nila merupakan komoditas hasil budidaya perikanan yang pasarnya
cukup menjanjikan. Data Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat menunjukkan
produksi ikan nila pada tahun 2011 mencapai 163.273 ton. Angka tersebut naik
52,5% dibandingkan dengan realisasi tahun 2010 (KKP 2012). Produksi ikan nila
yang tinggi memicu adanya pasar produk ikan nila dalam bentuk olahan.
Diversifikasi ikan nila menjadi produk siap olah dan siap saji dapat memberikan
nilai tambah yang cukup tinggi.
Masalah yang timbul dari banyaknya pemanfaatan ikan nila menjadi produk
olahan adalah limbah sisa olahan. Salah satu contoh produk olahan adalah fillet
ikan nila. Produk olahan fillet ikan menghasilkan limbah berupa kepala, ekor,
kulit dan isi perut. Rendemen limbah fillet ikan nila dapat mencapai 70%.
Berdasarkan rendemen tersebut dan data produksi ikan nila pada tahun 2011
(KKP 2012), apabila ikan nila hanya dimanfaatkan dagingnya saja, maka limbah
yang dihasilkan adalah sebanyak 114.291 ton. Limbah dari produksi olahan masih
belum dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan by-product ikan nila menjadi
minyak ikan adalah salah satu cara untuk mengoptimalkan nilai produksi dari ikan
nila.
Menurut Damongilala (2008), minyak ikan mengandung omega 3, vitamin
A dan vitamin D. Minyak ikan merupakan sumber lemak yang rendah kolesterol
dan aman dikonsumsi oleh berbagai macam usia (Ridwana 2012). Manfaat
minyak ikan bagi kesehatan manusia sangat besar. Asam lemak tidak jenuh ganda
yang dikandungnya dapat meningkatkan kecerdasan dan sistem kekebalan tubuh
anak balita. Bagi orang dewasa, mengkonsumsi minyak ikan juga dapat
mngurangi resiko terkena kanker, diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit
jantung koroner (Astawan 1998). Peningkatan ketersediaan minyak ikan sangat
berguna untuk kesehatan masyarakat. Rasio ideal konsumsi Omega-6 : Omega-3
adalah 1:1. Realisasinya di Indonesia yaitu 20:1.
Minyak ikan diperoleh dengan cara ekstraksi. Metode ekstraksi yang biasa
dilakukan adalah metode ekstraksi wet rendering dan dry rendering karena tidak
membutuhkan pelarut kimia dalam pengerjaannya (Estiasih 2009). Wet rendering
adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya
proses, sedangkan dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air
selama proses berlangsung (Estiasih 2009). Menurut Yee (2007), suhu ekstraksi
wet rendering yang baik adalah 80°C. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
suhu dan waktu ekstraksi yang terbaik pada wet rendering.

Perumusan Masalah
Penanganan limbah olahan industri perikanan belum dimanfaatkan secara
optimal. Limbah tersebut berpotensi untuk dibuat menjadi minyak ikan. Minyak
ikan di dalam negeri masih diproduksi pada suhu tinggi sehingga kualitasnya
masih di bawah International Fish Oils Standar (IFOS).

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
(1) Memperoleh minyak ikan dari by-product ikan nila melalui ekstraksi wet
rendering.
(2) Mengkarakteristik minyak ikan hasil ekstraksi wet rendering.
(3) Menentukan suhu dan waktu terbaik saat ekstraksi wet rendering.
(4) Menentukan profil asam lemak minyak ikan kualitas paling tinggi dan
paling rendah dari hasil ekstraksi wet rendering.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai cara pemanfaatan
by-product ikan nila (Oreochromis niloticus) menjadi minyak ikan berstandar
food grade melalui ekstraksi wet rendering dengan perlakuan suhu dan waktu.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah analisis proksimat by-product ikan nila,
ekstraksi Bligh and Dyer by-product ikan nila, ekstraksi wet rendering byproduct ikan nila, analisis Free Fatty Acid (FFA), peroksida, p-anisidin, total
oksidasi, profil asam lemak, analisis data, serta penulisan laporan.

METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2013 hingga Mei 2013.
Penelitian diawali dengan preparasi bahan baku di Laboratorium Preservasi dan
Pengolahan Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian berikutnya adalah ekstraksi minyak ikan di
Laboratorium Kimia, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor. Prosedur
analisis kemudian dilakukan di Laboratorium Biokimia Hasil Perairan,
Departemen Teknologi Hasil Perairan dan Laboratorium MIPA Terpadu, Institut
Pertanian Bogor.

Bahan
Bahan utama yang digunakan untuk ekstraksi minyak ikan adalah byproduct ikan nila (Oreochromis niloticus) (kepala, isi perut, dan kulit ikan nila).
Bahan-bahan lainnya adalah bahan yang digunakan untuk pengujian karakteristik
minyak ikan yaitu akuades, metanol (MeOH), kloroform (CHCl3), alkohol 95%,
indikator PP, KOH 0,1 N, isooktan, p-anisidin, asam asetat glasial, Na2S2O3 0,1 N,
indikator pati 1%, NaOH, BF3, NaCl jenuh, dan Na2SO4 anhidrat.

3
Alat
Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah wadah, pisau, talenan,
food processor, corong, Erlenmeyer, waterbath, penyaring, sentrifuse, penangas
air, spektrofotometer, evaporator, statip (penjepit buret), buret, tabung bertutup
teflon dan kromatografi gas.

Prosedur Analisis Penelitian
Bahan uji yaitu ikan nila diperoleh dari pasar tradisional di Caringin, Bogor,
Jawa Barat, Indonesia. Ikan nila dibawa menuju laboratorium dalam keadaan
hidup, menggunakan plastik yang berisi es dan air. Ikan dicuci dengan air bersih
dan disiangi untuk memisahkan antara daging dan by-product. Kepala, isi perut,
dan kulit ikan nila dihomogenisasi, yang selanjutnya disebut sampel. Sampel
kemudian disimpan pada suhu -20°C.
Tahap ekstraksi minyak ikan merupakan tahap utama dalam penelitian ini.
Bahan ditambahkan akuades dengan perbandingan 1:1. Ekstraksi dilakukan
dengan teknik perebusan. Perebusan dilakukan menggunakan waterbath sehingga
suhu perebusan dapat ditentukan.
Sampel disaring untuk mendapatkan fraksi cair. Fraksi cair disentrifuse
untuk memisahkan antara air dan fraksi minyak. Prosedur penelitian secara
keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil ekstraksi diuji kualitasnya dengan
uji kualitas minyak ikan sebagai berikut:
1. Analisis Asam Lemak Bebas (AOAC 2005)
2. Analisis Bilangan Asam (AOAC 2005)
3. Analisis Bilangan Peroksida (AOAC 1995)
4. Analisis Bilangan Anisidin (IUPAC 1987)
5. Analisis Bilangan Total Oksidasi (AOAC 1995)
6. Penentuan Profil Asam Lemak dengan Gas
Chromatography (AOAC 2005)
Rendemen minyak ikan
Rendemen minyak ikan (%) menyatakan perbandingan berat minyak ikan
yang dihasilkan (g) dibandingkan dengan berat sampel yang digunakan dalam
proses antara lain kepala, isi perut, dan kulit ikan (g). Perhitungan rendemen
minyak ikan adalah sebagai berikut:
endemen minyak ikan

berat minyak ikan g
berat bahan g

Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan dua variable peubah. Data diolah menggunakan perangkat lunak
SPSS v.16.0.

4
Ikan Nila
Fillet
ikan nila
Analisis
Proksimat

By
Product

Penghalusan

Perebusan dengan perbandingan air dan
bahan yaitu 1:1 (pada 25, 50, 70 dan 90°C
dalam waktu 15, 25, 35 dan 45 menit)
Ekstraksi dengan
Metode Bligh
and Dyer
(sebagai kontrol)

Penyaringan
Padatan
Cairan

Sentrifuse

Perhitungan
Rendemen
Minyak Ikan

Minyak
Ikan

Analisis
Kimia

1. Analisis asam
lemak bebas
(Free Fatty
Acid)
2. Analisis PAnisidin
3. Analisis
bilangan
peroksida
4. Total oksidasi
5. Penentuan
profil asam
lemak dengan
GC untuk
karakteristik
minyak ikan
kualitas
paling tinggi
dan paling
rendah

Gambar 1 Diagram alir penelitian
Penentuan Nilai Rendemen Minyak Ikan (Bligh dan Dyer 1959)
Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer dan
ditambahkan 20 mL metanol (MeOH), 10 mL kloroform (CHCl3). Homogenasi

5
dilakukan dengan vortex mixer selama 2 menit. Larutan ditambahkan CHCl3
sebanyak 10 mL, dan dikocok selama 2 menit. Larutan ditambahkan akuades
sebanyak 18 mL dan dikocok dengan vortex mixer selama 2 menit. Larutan
terbentuk menjadi dua fase. Fase atas adalah metanol yang mengikat air, dan fase
bawah adalah kloroform yang mengikat minyak. Kedua fase dipisahkan
menggunakan corong pisah. Kloroform yang mengikat minyak dievaporasi
dengan alat rotary evaporator pada suhu 45°C. Hasil rendemen dihitung
berdasarkan persamaan berikut:
endemen

erat minyak ikan ሺgሻ
erat sampel g

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Proksimat Bahan Baku
Penelitian pendahuluan diawali dengan analisis proksimat by-product ikan
nila (Oreochromis niloticus). Hasil analisis proksimat tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.
70

64,58

Persentase (%)

60
50
40
30
20

12,98

10

13,24

3,01

0
Kadar Air

Kadar Abu

Kadar Lemak Kadar Protein

Gambar 2 Nilai proksimat by-product ikan nila (Oreochromis niloticus)
Hasil analisis proksimat menunjukkan nilai rata-rata kadar air pada ikan nila
(Oreochromis niloticus) mencapai 64,58%, sedangkan kadar abu sebesar 3,01%,
kadar lemak sebesar 12,98%, dan kadar protein sebesar 13,24%. Berdasarkan
Gambar 2, dapat dilihat bahwa kadar lemak yang terdapat pada by-product ikan
nila yang berupa kepala, isi perut, dan ekor adalah 12,98%. Kadar lemak pada
ikan nila lebih banyak terdapat pada by-product ikan nila dibandingkan dengan
daging ikan nila. Menurut Dewi dan Ibrahim (2008), kadar lemak daging ikan nila
yang didapat dari penelitiannya adalah 1,01%.

6
Perbandingan Hasil Rendemen Minyak Ikan dari Metode Ekstraksi Wet
Rendering dengan Ekstraksi Bligh and Dyer
Proses produksi utama minyak ikan adalah melalui proses ekstraksi.
Ekstraksi rendering basah dilakukan dalam dua katagori suhu, yaitu suhu rendah
yakni 25°C dan 50°C, dan suhu tinggi yakni 70°C dan 90°C, yang
dikombinasikan dengan perlakuan waktu, yaitu 15, 25, 35, dan 45 menit.
Ekstraksi Bligh and Dyer dilakukan dengan menggunakan pelarut polar (air),
metanol, dan kloroform.
Persentase rendemen minyak ikan yang didapatkan dengan menggunakan
metode Bligh and Dyer memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan ekstraksi
menggunakan kombinasi suhu dan waktu ekstraksi (Gambar 3). Minyak ikan hasil
ekstraksi Bligh and Dyer mencapai nilai 8,12%, sedangkan ekstraksi rendering
basah dengan 16 kombinasi suhu dan waktu memiliki nilai persentase antara
1,49% hingga 6,44%. Perbandingan hasil antara kedua metode tersebut
menunjukkan bahwa ekstraksi dengan menggunakan kombinasi suhu dan waktu
pemasakan belum dapat mengekstraksi minyak secara total.
Metode Bligh and Dyer (1959) adalah metode ekstraksi minyak ikan yang
dilakukan menggunakan pelarut kimia yang dapat mengekstraksi total lemak yang
ada pada ikan. Metode ini menggunakan pelarut polar (air), kloroform, dan
metanol yang dicampur untuk mengekstrak minyak dari by product ikan nila yang
menjadi sampel. Pelarut polar akan berpenetrasi ke dalam sel dan mengekstrak
lipid dari sel membran untuk diubah menjadi material phospholipid (Bligh dan
Dyer 1959). Minyak ikan yang diekstraksi dengan metode ini dapat dijadikan
sebagai kontrol untuk melihat seberapa besar minyak ikan dapat terekstrak dari
by-product.
9
8
6
5
4
3
Ekstraksi

%Rendemen

7

2
1
0
25ºC

50ºC

70ºC
90ºC
Metode Ekstraksi

B&D

Gambar 3 Rendemen minyak ikan hasil ekstraksi wet rendering dan Bligh
and Dyer. 15 menit, 25 menit, 35 menit, 45 menit,
ekstraksi Bligh and Dyer

7
Perbandingan Hasil Rendemen Minyak Ikan Antar Kombinasi Suhu dan
Waktu pada Ekstraksi Rendering Basah (Wet Rendering)
Ekstraksi menggunakan rendering basah memiliki hasil rendemen yang
beragam (Gambar 4). Semakin tinggi suhu yang digunakan, maka semakin tinggi
rendemen minyak ikan yang didapat. Penurunan persentase rendemen yang terjadi
pada suhu 90°C disebabkan oleh proses oksidasi. Menurut Wu dan Peter (2008)
terdapat faktor fisik yang dapat mempengaruhi minyak ikan yang dihasilkan, salah
satunya adalah suhu. Suhu tinggi dapat menyebabkan terjadinya proses oksidasi
yang mengakibatkan lemak mengalami kerusakan. Ahren dan Klibanow (1985)
menyatakan bahwa protein mengalami denaturasi ireversibel bila dipanaskan pada
suhu 90-100°C. Protein yang terdenaturasi membentuk struktur padat yang
menyebabkan penghambatan pelepasan minyak. Yee (2007) dalam penelitiannya
mendapatkan hasil yaitu rendemen yang dihasilkan mengalami peningkatan dari
suhu 60°C hingga suhu 80°C, namun mengalami penurunan pada saat ekstraksi
menggunakan suhu 100°C.
8
a.A
a.AB

7
%Rendemen

6
5
4

c.A
c.AB
3 c.B
c.AB

b.AB
a.AB
b.A
b.B
a.B
b.AB

c.B

c.A
c.AB c.AB

2
1
0

25ºC

50ºC
70ºC
Suhu Ekstraksi

90ºC

Gambar 4 Rendemen minyak ikan hasil ekstraksi wet rendering
dalam 16 kombinasi suhu dan waktu.
15 menit,
25 menit, 35 menit, 45 menit
Berdasarkan selang kepercayaan 95% (P