Relationship of psychosocial stimulation at home and learning process in school with multiple intelligences of kindergarten students at Pamulang district in South Tangerang city.

HUBUNGAN STIMULASI PSIKOSOSIAL DI RUMAH DAN
PROSES PEMBELAJARAN DENGAN KECERDASAN
MAJEMUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK DI
KECAMATAN PAMULANG
KOTA TANGERANG SELATAN

DIAN NOVITA

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul hubungan stimulasi
psikososial di rumah dan proses pembelajaran dengan kecerdasan majemuk anak
taman kanak-kanak di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

Bagian Akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Dian Novita
NIM I251090041

RINGKASAN
DIAN NOVITA, Hubungan stimulasi psikososial di rumah dan proses
pembelajaran dengan kecerdasan majemuk anak taman kanak-kanak di
Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan. Dibimbing oleh DWI HASTUTI
dan MELLY LATIFAH
Anak prasekolah merupakan kelompok usia yang berada dalam proses
perkembangan yang unik, karena perkembangannya bersamaan dengan masa peka
(golden age). Masa ini merupakan waktu yang paling tepat untuk memberikan
bekal yang kuat kepada anak karena pertumbuhan otak anak sangat cepat sehingga
mencapai 50 persen dari keseluruhan perkembangan otak anak selama hidupnya.
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan

mengidentifikasi karakteristik sekolah dan proses pembelajaran anak prasekolah,
mengidentifikasi tingkat kecerdasan majemuk anak prasekolah, menganalisis
hubungan karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan stimulasi psikososial
dengan tingkat kecerdasan majemuk anak prasekolah, menganalisis hubungan
proses pembelajaran dengan tingkat kecerdasan majemuk anak prasekolah
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di
empat sekolah di Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan pada bulan April-Mei
2012. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Pamulang kota Tangerang
Selatan penarikan contoh dilakukan secara acak (random sampling) sehingga
terpilihlah delapan sekolah yang mewakili Kecamatan Pamulang Tangerang
Selatan. Dari delapan data tersebut dilakukan penentuan sekolah yang dipilih
secara sengaja (purposive) dengan didasarkan pada beberapa kriteria yaitu (1)
sekolah dengan jumlah anak didik lebih dari 100 orang anak setiap tahun; (2)
sekolah untuk kalangan menengah atas; (3) proses pembelajaran yang dilakukan
menggunakan sistem sentra; (4) memiliki kategori sekolah non agama dan sekolah
agama. Selanjutnya, kriteria contoh dalam penelitian ini adalah anak kelas TK B
dari sekolah terpilih yang berusia 5 sampai 6 tahun, sehingga contoh yang di dapat
sehingga terpilihlah empat sekolah yaitu dua sekolah TK umum dan dua sekolah
TK agama dari masing-masing sekolah maka dipilihlah 30 anak, maka jumlah
total keseluruhan contoh adalah 120 anak. Jenis data yang digunakan ini adalah

data primer dan sekunder. Data primer (karakteristik anak dan keluarga, stimulasi
psikososial, proses pembelajaran, kecerdasan majemuk) dikumpulkan dengan alat
bantu kuesioner dan pengamatan langsung, sedangkan data sekunder (jumlah
anak, profil sekolah, keadaan umum sekolah serta karakteritik sekolah)
dikumpulkan melalui data sekolah. Kuesioner stimulasi psikososial dengan
menggunakan Home Observation for Measurement of Environmental (HOME)
Inventory yang dikembangkan oleh Caldwell, (1984) dengan α= 0.777 terdiri
dari 55 butir pernyataan. Kuesioner proses pembelajaran terdiri 36 butir
pertanyaan sementara, kuesioner kecerdasan majemuk yang dikembangkan oleh
Hastuti (2006) dengan α= 0.793 yang terdiri dari 40 butir pernyataan untuk
masing-masing terdiri dari 5 butir pertanyaan pada tiap kecerdasan mencakup
motorik kasar, motorik halus, bahasa, matematika, interpersonal, intrapersonal,
musik dan visual spasial. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
analisis statistika deskriptif dan analisis statistika inferensial. Analisis statistika

inferensial yang digunakan adalah uji korelasi Spearman dan Pearson, serta uji
beda.
Berdasarkan sebaran anak, proporsi anak pada penelitian ini yaitu anak
perempuan sebesar (57,5%), oleh anak laki-laki sebesar (42,5%) Pada
karakteristik keluarga terlihat bahwa tiga perempat ayah rata-rata usia 38,45 tahun

dan separuh dari ibu rata-rata usia 34,45 tahun. Rata-rata pendapatan keluarga per
bulan adalah Rp 11.717.500 per bulan. Stimulasi psikososial yang diberikan
orangtua kepada anak berada pada kategori tinggi dan sedang yaitu 67,5 persen
pada kategori tinggi dan pada kategori sedang yaitu 30.1 persen. Proses
pembelajaran baik pada TK umum dan TK agama berada pada kategori tinggi
yaitu 100,0 persen. Kecerdasan majemuk pada TK umum dan TK agama berada
pada kategori tinggi yaitu 98,0 persen. sisanya memiliki kecerdasan majemuk 2,0
persen terkategori sedang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka terlihat bahwa tidak ada
hubungan nyata antara karakteristik anak, baik usia anak maupun urutan kelahiran
dengan stimulasi psikososial yang diberikan keluarga. Pada karakteristik keluarga,
dalam penelitian ini terlihat ada beberapa variabel yang berhubungan nyata
dengan stimulasi psikososial yaitu pendidikan ayah, pendidikan ibu, penghasilan
ibu dan penghasilan keluarga. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendidikan orang tua maka semakin baik stimulasi psikososial yang diberikan
orang tua kepada anak. Disisi lain juga terlihat adanya hubungan positif antara
penghasilan keluarga dengan stimulasi psikososial. Tidak terdapat perbedaan
signifikan dalam stimulasi psikososial berdasarkan asal sekolah anak kecuali pada
dimensi keteladanan di mana TK agama menunjukkan skor yang lebih baik.
Berdasarkan uji statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

karakteristik keluarga dengan kecerdasan majemuk anak. Demikian pula stimulasi
psikososial secara umum tidak berhubungan dengan kecerdasan majemuk. Namun
demikian terdapat dimensi stimulasi psikososial yang berhubungan dengan
kecerdasan majemuk yaitu dimensi keteladanan (Modelling) dan variasi stimulus.
Kata Kunci: Anak prasekolah, stimulasi psikososial, proses pembelajaran,
kecerdasan majemuk.

SUMMARY
DIAN NOVITA , Relationship of psychosocial stimulation at home and learning
process in school with multiple intelligences of kindergarten students at Pamulang
district in South Tangerang city. Supervised by the DWI HASTUTI and MELLY
LATIFAH
Preschool children are the age group in a unique development process,
because it is the sensitive period or the golden age.
This period is the best time to give a strong provision to the child because
in this period, the child’s brain grows 50 percent of overall brain development
during his or her lifetime. Under this condition, this study was conducted in order
to identify the characteristics of schools and preschool learning process, to
identify multiple intelligence preschool level, to analyze the relation between
children’s characteristics, family characteristics, and psychosocial stimulation and

the multiple intelligence preschool level, and to analyze the relationship between
learning process and level of intelligence of the preschoolers.
This study used cross-sectional design study and conducted in four schools
in the District of South Tangerang Pamulang from April-May 2012. The location
of the research was in the District of South Tangerang city Pamulang. Eight
schools represented South Tangerang District Pamulang were chosen randomly.
Selected sample (purposive ) from eight schools refer to several criteria: ( 1 ) the
number of school students are more than 100 children each year , (2 ) the schools
are for upper middle class, (3 ) the learning process is done using a central system,
(4 ) the schools are non- religious kindergarten and religious kindergarten. Other
than those, the criteria of the samples in this study are children at kindergarten
class B from selected schools aged 5 to 6 years. Based on these criteria, the
samples are elected, they are four schools, two non-religious kindergartens and
two religious kindergartens with 30 students each.
The type of data used are primary and secondary data. Primary data
(characteristics of children and families , psychosocial stimulation, learning
process, and multiple intelligences) were collected by questionnaires and
observation. Whereas secondary data (number of children, school profiles, public
schools and state school characteristic) were collected from the data from the
school. Psychosocial stimulation Questionnaire using Home Observation for

Measurement of Environmental ( HOME ) Inventory was developed by Caldwell ,
(1984 ) with α = 0.777 consists of 55 statements. The questionnaire on learning
process comprises 36 questions. The questions on multiple intelligence
questionnaire developed by Hastuti (2006 ) with α = 0.793 consists of 40 items,
each statement consists of 5 questions covering gross motor, fine motor, language,
mathematical , interpersonal , intrapersonal , musical and visual-spatial.
The data were analyzed using the analysis of descriptive statistics and
inferential statistical analysis. Inferential statistical analysis used is the Spearman
correlation test and Pearson, as well as different test. Based on the distribution of
children, the proportion of children in this study is the girls ( 57.5 % ) and the
boys ( 42.5 % ). The family characteristics are three-quarters of fathers have an

average age of 38.45 years and half of the mother are at an average age of 34.45
years. Average family income is Rp 11,717,500 per month. Psychosocial
stimulations given by the parents are in high and medium categories, 67,5 % for
the high category and 30,1 % for the medium one. This means there is no low
category psychosocial stimulation. Learning process both in public kindergarten
and religion kindergarten is in high category that is 100.0 percent. Multiple
intelligences in public kindergarten and religion kindergarten are at the high
category (98.0 percent). The remaining 2.0 percent is in the medium category.

Based on the results of this research, it seems that there is no significant
relationship between the characteristics of the student and psychosocial
stimulation given by the parents. On family characteristics, there are several
variables that significantly correlated with psychosocial stimulation, such as
father's education, mother's education, mother's income and family income. The
results showed that the higher the parents' education, the better the psychosocial
stimulation given to their children. It is also a positive relationship between
families income with psychosocial stimulation. There is no significant difference
in psychosocial stimulation based on the type of school. Based on Spearman
correlation, there is no significant correlation between characteristics of families
and children’s multiple intelligences. It is also shown in general psychosocial
stimulation is not related to the learning process and multiple intelligences.
However, there are psychosocial dimensions which are associated with the
stimulation of multiple intelligences, they are exemplary dimensions (Modelling)
and variations in stimulus.
Keywords : Preschoolers , psychosocial stimulation , learning , multiple
intelligences

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hal Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

HUBUNGAN STIMULASI PSIKOSOSIAL DI RUMAH DAN
PROSES PEMBELAJARAN DENGAN KECERDASAN
MAJEMUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK DI
KECAMATAN PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN

DIAN NOVITA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada Depertemen Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak


SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Herien Puspitawati, M. Sc., M.Sc

Judul : Hubungan Stimulasi Psikososial di Rumah dan Proses Pembelajaran dengan
Kecerdasan Majemuk Anak Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Pamulang
Kota Tangerang Selatan
Nama : DIAN NOVITA
NIM : I251090041

Disetujui oleh
Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Dwi Hastuti, M. Sc

Ketua

Ir. Melly Latifah, M. Si
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program studi
Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

Dekan sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc. M.Sc

Dr. Ir. Dahrul Syah, M. ScAgr

Tanggal Ujian: 8 Juli 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi sekaligus tesis ini. Penulisan ini tentunya tidak terlepas dari
dorongan dan semangat serta sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena
itu ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:
1. Dr.Ir. Dwi Hastuti, M.Sc dan Ir. Melly Latifah, M. Si. Selaku komisi pembimbing
atas bimbingan, waktu, nasehat, kesabaran, kesempatan dan ilmu yang telah
diberikan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.
2. Dr. Ir. Herien Psupitawati, M.Sc, M.Sc atas kesediaan dan waktunya untuk
menjadi penguji pada ujian tesis.
3. Pimpinan Universitas Terbuka yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melaksanakan studi lanjut.
4. Teman-teman di FKIP-UT khususnya sahabat tersayang Della, Mery dan Jurusan
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang telah memberikan semangat
dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.
5. Kepala Sekolah dan seluruh jajaran guru/staf serta anak-anak TK B (tahun ajaran
2011-2012) serta orang tua murid di TK Ananda, TK Pertiwi, TK Islam Al-hanif,
TK Islam Al-Syukqro atas bantuannya selama penulis melakukan penelitian.
6. Keluarga tersayang, terutama suami dan anak-anak (shaquille, dan Shane), yang
telah mencurahkan cinta, kasih dan sayang, doa, semangat dan pengorbanan moril
dan materiil untuk keberhasilan penulis menyelesaikan studi ini. Emak yang
selalu mendo’a penulis dan (Alm) papa atas cintanya yang menjadi motivasi
penulis untuk selalu semangat. Kakak-kakak tersayang yang selalu siap
membantu dan memberikan semangat kepada penulis.
7. Teman-teman IKA angkatan 2009, Kenty, Ilham, Puji, Mulyati, Wiwik dan Nia
yang telah menemani penulis dalam perkuliahan terima kasih atas kebersamaan
yang tak terlupakan selam penulis menjalankan studi. Teman-teman IKA
angakatan 2010 dan angkatan 2011 yang selalu siap membantu penulis dalam
mengejar ketertinggalan
8. Ibu Wahyuni Kadarko yang telah memberikan dukungan yang sangat besar, dan
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas pelajaran kehidupan
yang telah diberikan selama menjalani studi ini.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat
Bogor, 30 Agustus 2013
Dian Novita

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
i
ii
iii
iv

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
3
5
5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Keluarga
Pengertian Keluarga
Pendidikan Orang tua
Pendapatan Orang tua
Usia Orang tua
Karakteristik Anak
Jenis Kelamin
Usia Anak
Anak Usia Prasekolah
Stimulasi Psikososial
Proses Pembelajaran
Komponen Perencanaan Pembelajaran
Tema/Isi (Materi Pembelajaran)
Satuan Kegiatan Harian (SKH)
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Hasil Penilaian /Evaluasi
Kesan Umum Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran Sistem Sentra
Perbedaan TK Umum dan TK Agama
Kecerdasan Majemuk
Kecerdasan Verbal-Linguistik
Kecerdasan Logis-Matematis
Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan Musikal
Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan Intrapersonal
KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III METODE PENELITIAN
Desain, Tempat Dan Waktu Penelitian

6
6
6
9
10
10
11
11
11
12
12
14
14
14
15
16
16
17
18
18
19
20
21
22
22
23
24
25
26
29
29

Jumlah Dan Teknik Pemilihan Contoh
Jenis Dan Cara Pengumpulan Dara
Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
BAB IV HASIL PENELITIAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Keadaan Umum Sekolah
Lokasi Sekolah pertama
Lokasi Sekolah kedua
Lokasi Sekolah ketiga
Lokasi Sekolah keempat
Karakteristik Sekolah
Karakteristik Keluarga
Usia Orang Tua
Pendidikan Orang Tua
Pekerjaan Orang Tua
Pendapatan Ayah
Pendapatan Ibu
Pendapatan Keluarga
Karakteristik Anak
Jenis Kelamin dan Usia Anak
Urutan Kelahiran
Stimulasi Psikososial
Proses Pembelajaran
Kecerdasan Majemuk
Hubungan Keluarga dan Anak dengan Stimulasi Psikososial
Hubungan Karakteristik Keluarga dan Anak dengan Kecerdasan
Majemuk
Hubungan Stimulasi Psikososial, Proses Pembelajaran, dan
kecerdasan Majemuk
Pembahasan Umum

29
30
31
35

.

38
38
40
40
40
41
41
41
44
44
44
45
46
47
47
48
48
49
49
51
52
53
55

55
57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

60
60
61

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

62
67

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Kerangka Penarikan Contoh

28
30

DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Hasil Uji Reabilitas
Variabel Penelitian, Skala dan Kategori Data
Cara Pengkategorian Data Stimulasi Psikososial Usia 3-6 Tahun
Keragaman Fasilitas Sekolah Contoh
Keragaan SDM Sekolah Contoh Menurut Jabatan
Kondisi Pembelajaran Berdasarkan Sentra
Sebaran Contoh Menurut umur Orang Tua dan Jenis Sekolah
Sebaran Contoh Menurut Pendidikan Orang Tua dan Jenis
Sekolah
Tabel 10. Sebaran Contoh Menurut Pekerjaan Orang Tua dan Jenis Sekolah
Tabel 11. Sebaran Contoh Menurut Pendapatan Ayah dan Jenis Sekolah
Tabel 12. Sebaran Contoh Menurut pendapatan Ibu dan Jenis Sekolah
Tabel 13. Sebaran Contoh Menurut Pendapatan Keluarga dan Jenis Sekolah
Tabel 14. Sebaran Contoh Menurut Usia Jenis Kelamin dan Jenis Sekolah
Tabel 15. Sebaran Urutan Kelahiran Contoh Menurut Jenis Sekolah
Tabel 16. Skor capaian Rataan Stimulasi Psikososial pada Keluarga menurut
Jenis Sekolah
Tabel 17. Sebaran Contoh menurut kategori Psikososial dan Jenis Sekolah
Tabel 18. Rataan Skor Proses Pembelajaran
Tabel 19. Sebaran Skor Proses Pembelajaran menurut Jenis Sekolah
Tabel 20. Rataan Skor Kecerdasan Majemuk
Tabel 21. Sebaran contoh kecerdasan majemuk dan tipe sekolah
Tabel 22. Sebaran Skor Berdasarkan Keluarga, Anak dan Stimulasi
Psikososial
Tabel 23. Hubungan Karakteristik Keluarga Anak dan Kecerdasan Majemuk
Tabel 24. Koefisien Korelasi Stimulasi Psikososial dan Kecerdasan
Majemuk
Tabel 25. Koefisien Korelasi Proses Pembelajaran dan kecerdasan Majemuk

31
31
32
34
45
43
43
44
45
46
46
47
47
49
49
50
50
51
52
53
53
54
55
56
56

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil uji korelasi antar semua variabel penelitian

68

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1980 dari ayah
Mansyurdin (alm) dan ibu Nurmi. Penulis adalah putri bungsu dari enam bersaudara.
Tahun 1999 penulis lulus dari SMA Swasta Pusaka Nusantara I Jakarta dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Universitas Negeri Jakarta melalui jalur
PMDK dan diterima di Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu
Pendidikan.
Penulis menyelesaikan kuliah di jenjang strata satu pada tahun 2004 dan pada
tahun yang sama penulis menjadi staf pengajar dan perancang kurikulum di Sanggar
Kreativitas BOBO di Galaxy Bekasi Selatan. Pada bulan Januari tahun 2005 penulis
diterima sebagai pegawai negeri dan menjadi staf educatif di Universitas Terbuka
pada program studi Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak dan program studi
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Pada tahun 2006 penulis menikah
dengan Bambang Sutriyono. Penulis dipercaya mewakili program studi pada unit
pengembangan soal dan ujian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Terbuka pada tahun 2007.
Pada tahun 2009 penulis memutuskan untuk melanjutkan Studi strata dua di
Departemen Ilmu Keluarga program studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak
Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor dan mendapatkan tugas belajar
dari Universitas Terbuka. Dan pada tahun 2010 penulis di karuniai seorang anak lakilaki bernama Shaquille Ammar Syahdan yang kini berusia 3 tahun. Pada tahun 2012
penulis kembali aktif melakukan kegiatan di Universitas Terbuka dan di karuniai
anak laki-laki ke dua yang bernama Shane Runako Rafif Abqory yang kini berusia 10
bulan.

1

1. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Anak usia dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses
perkembangan unik karena proses perkembangannya terjadi bersamaan dengan
golden age (masa peka). Aisyah (2010) menyatakan golden age merupakan waktu
yang paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada anak karena pada masa
ini kecepatan pertumbuhan otak anak sangat tinggi sehingga mencapai 50 persen dari
keseluruhan perkembangan otak anak selama hidupnya. Berdasarkan hal tersebut
maka dapat di katakan bahwa masa golden age merupakan masa yang sangat penting
tepat untuk menggali segala potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Anak
pada usia prasekolah berada pada masa keemasan (golden age). Theresia (1983)
mengatakan bahwa anak usia prasekolah berada pada proses perkembangan penting
yaitu perubahan dari terikat menjadi bebas, dari koordinasi yang kaku menjadi lebih
teratur dan terampil, dari bahasa tubuh ke bahasa verbal, dari ketaatan yang kuat
terhadap kendali dari luar ke perkembangan kendali dari diri sendiri (inner control)
dan dari kepedulian personal ke tumbuhnya kepedulian sosial. Sejalan dengan hal
tersebut Myers (1992) mendefinisikan bahwa perkembangan anak merupakan proses
perubahan di mana anak belajar pada tingkatan yang lebih komplek dalam berfikir,
bergerak, berperasaan dan berhubungan dengan yang lain.
Dalam rangka menggiatkan pendidikan anak usia dini (PAUD) sebagai sebuah
stimulus yang komprehensif, holistik dan integrative maka lahirlah payung hukum,
undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pada pasal
1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang di tujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani (Depdiknas, 2003). Hal tersebut
meneguhkan terintegrasinya PAUD dalam sistem pendidikan di Indonesia (Rahman,
2012). Beragam pengembangan di tambah perhatian pemerintah pusat maupun daerah
serta pelbagai elemen masyarakat melalui gerakan masyarakat secara nasional
(Nasional Public Movement) menjadikan pendidikan bagi anak usia 0-6 tahun lebih
bergairah, baik bentuk formal (Taman Kanak-kanak, Raudatul Athfal atau sederajat),
non formal (kelompok bermain, Taman Penitipan Anak atau sederajat), maupun
informal (pendidikan keluarga dan lingkungan). Angka partisipasi kasar PAUD
hingga tahun 2011 tercatat 53,6 persen atau mencapai 15,3 juta anak yang terlayani
PAUD. Pada Tahun 2012 dari estimasi jumlah anak usia 0-6 tahun sebanyak 30,3 juta
ditargetkan sebanyak 19,9 juta (65,7 persen) mengikuti PAUD (Direktorat Pembinaan
Anak Usia Dini, 2011).
Stimulus yang diberikan pada masa keemasan melalui PAUD, baik bentuk
fomal (TK/RA) maupun informal (Keluarga dan masyarakat) akan sangat membantu

2

proses peningkatan kualitas SDM anak sebagai penerus bangsa. Rahman (2012)
mengatakan stimulus yang di berikan dalam PAUD baik dalam bentuk aneka kegiatan
bermain sambil belajar dengan memberikan rangsangan yang baik bagi seseorang
anak. Selanjutnya Yuliana (2009) mengatakan bahwa peran dan tanggung jawab
orang tua pada proses pembimbingan dan pengasuhan pada anak sangat besar,
terutama dalam membantu anak melewati masa penting dalam rentang usia 3-6 tahun.
Namun banyak orang tua yang belum sepenuhnya memiliki pemahaman yang benar
tentang perkembangan anak usia dini dan bagaimana memberikan stimulasi
psikososial. Namun perlu di ingat bahwa peran orang tua dalam bentuk PAUD
informal tetaplah memegang posisi sentral. Karena dari sisi interaksi waktu yang
terbangun hubungan anak dengan keluarga mengambil porsi yang paling besar. Oleh
karena itu, orang tua harus benar-benar peduli dan mengambil bagian dalam
menstimulus kecerdasan anak melalui PAUD.
Pembelajaran yang optimal bagi anak usia prasekolah diperlukan program yang
terencana yang menyediakan jumlah pengalaman belajar yang dapat mengembangkan
seluruh potensi dan aspek perkembangan secara optimal. Masitoh (2009) mengatakan
bahwa kurikulum yang di gunakan di sekolah harus benar-benar memenuhi
kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangannya, selain itu Bredekamp (2007)
juga mengatakan bahwa bukan anak-anak yang harus di sesuaikan dengan program,
tetapi program yang harus di sesuaikan dengan anak. Berdasarkan hal tersebut maka
dapat dikatakan bahwa program yang di kembangkan sekolah yang tertuang dalam
kurikulum yang di kembangkan harus di rancang sesuai dengan potensi dan
perkembangan anak yang mencakup aspek perkembangan intelektual, fisik motorik,
sosial, emosional dan bahasa anak. Dengan kata lain kurikulum TK bersifat dinamis,
selalu berubah seiring dengan lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Selain pendidikan di sekolah, pendidikan keluarga juga memiliki peran yang
sangat penting dalam meningkatkan kecerdasan anak. Agar orang tua dan lembaga
pendidikan tidak melakukan kesalahan dalam mendidik anak, maka harus terjalin
keselarasan dan kerja sama yang baik di antara kedua belah pihak. Orang tua
mendidik anaknya di rumah sedangkan pendidik melakukan tugas mendidik anak di
lembaga pendidikan. Agar proses pendidikan yang di lakukan di lembaga sejalan
dengan pendidikan di rumah maka perlu adanya kerja sama yang baik antara orang
tua dan lembaga pendidikan. Oleh karena itu, keduanya harus berada dalam satu jalur
agar dapat seiring, sejalan, seirama dalam memperlakukan anak sehari-hari sesuai
dengan kesepakatan bersama.
Salah satu temuan yang sangat bermanfaat adalah setiap individu memiliki
tidak hanya satu intelegensi tetapi lebih, yang di sebut dengan multiple intelligence
atau kecerdasan majemuk. Berdasarkan hal tersebut, Gardner (2003) mengemukakan
tujuh kecerdasan dasar yaitu (1) kecerdasan musik, (2) kecerdasan kinestetik, (3)
kecerdasan logika-matematik, (4) kecerdasan bahasa, (5) kecerdasan visual-spatial,
(6) kecerdasan interpersonal, (7) intrapersonal. Pada dasarnya setiap anak memiliki
tujuh kecerdasan tersebut, hanya saja sering tidak terasah dengan baik oleh orang tua,
pendidik di sekolah atau sistem pendidikan (kurikulum), sehingga kurang

3

berkembang. Padahal mengembangkan potensi kecerdasan anak sejak dini, berarti
memberikan anak jalan untuk lebih mudah mencapai puncak sukses di kemudian hari.

PERUMUSAN MASALAH

Usia prasekolah adalah usia yang rentan bagi anak. Pada usia ini anak memiliki
sifat imitasi terhadap segala sesuatu yang dilihatnya. Pendidikan yang baik dan benar
yang diberikan keluarga, akan sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadian
dan sosial anak. Hurlock (1978) menyatakan bahwa orang yang paling penting bagi
anak adalah orang tua, guru dan teman sebaya, karena dari merekalah anak mengenal
sesuatu yang baik dan tidak baik. Dalam hal ini orang tua merupakan pendidik yang
paling utama, sedangkan guru dan teman sebaya merupakan lingkungan kedua bagi
anak.
Kenyataannya banyak orang tua terutama ibu sebagai pengasuh utama untuk
anak bekerja diluar rumah sehingga pengasuhan yang seharusnya dilakukan oleh ibu
diambil alih oleh nenek atau pembantu rumah tangga. Mengingat keterbatasan yang
di miliki orang tua dalam memberikan bimbingan kepada anak mereka, maka agar
fitrah dan potensi anak semakin berkembang dan terarah diperlukan bimbingan guru
sebagai lembaga pendidikan secara formal sehingga anak mendapatkan bimbingan
untuk mengekpresikan kemampuan yang mereka miliki. Selain itu, anak juga dapat
berinteraksi dengan teman sebaya karena segala sesuatu yang di tanamkan dan di
biasakan oleh orang tua sebagai pola asuh di rumah maka akan tercermin ketika anak
berinteraksi dengan teman-teman dan lingkungan sosialnya di sekolah. Tugas guru di
sini hanya membantu orang tua untuk membimbing dan mengembangkan potensi
anak agar lebih terarah. Karena waktu guru bersama anak dan orang tua bersama anak
berbanding 25 persen dan 75 persen. Anak lebih kurang hanya punya waktu 25
persen perhari bersama guru di sekolah, sisanya 75 persen lagi anak menghabiskan
waktu bersama orang tua di rumah.
Kenyataannya pada saat ini program pendidikan yang berlangsung masih lebih
banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan
kemampuan anak. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman pendidik tentang
karakteristik individu, sehingga para pendidik yaitu guru perlu mengetahui dan
memahami bagaimana cara berinteraksi. Selain itu, pendidik harus mampu
menghayati karakteristik keunikan setiap anak. Hal tersebut diperkuat oleh Kostelnik
(1998) yang menyatakan bahwa dengan memahami karakteristik anak akan
memberikan kemudahan bagi guru untuk memahami masalah perbedaan khusus di
antara anak atau mengenal secara tepat masalah-masalah penting yang dialami anak
yang memerlukan penanganan khusus.
Untuk tercapainya suatu pembelajaran yang baik, maka pembelajaran di TK
harus terlaksana dengan baik pula. Maka dari itu, prinsip pembelajaran di TK harus
bersifat kolaboratif yang tidak hanya menitik beratkan pengembangan pada satu
aspek. Akan tetapi berorientasi pada pengembangan seluruh aspek perkembangan

4

(holistic). Konseksuensinya dalam proses pembelajaran, guru seyogianya
memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan aktivitas belajar dan
menstimulasi anak untuk mengembangkan salah satu atau beberapa kecerdasan
tertentu (kecerdasan majemuk) agar anak lebih cakap dan terampil. Menurut Susanto
(2005) kecerdasan majemuk dapat menjembatani proses pengajaran yang
membosankan menjadi pengalaman belajar yang menyenangkan. Selain hal tersebut
pembelajaran dengan menerapkan kecerdasan majemuk dapat memberikan
pengalaman dalam kehidupan nyata yang mereka alami sendiri dan memiliki kesan
yang mendalam, sehingga proses kegiatan belajarnya dapat mengakomodir setiap
kebutuhan anak sesuai dengan keunikan masing-masing.
Gardner (2003) mengatakan bahwa masyarakat cenderung hanya menghargai
orang-orang yang memang ahli di dalam kemampuan logika (matematika) dan bahasa
tetapi kadang lupa memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang
memiliki talenta (gift) di dalam kecerdasan yang lainnya seperti artis, arsitek, musikus
ahli alam, designer, penari, terapis, entrepreneurs, dan lain-lain. Sehingga, saat ini
banyak anak-anak yang memiliki talenta (gift), tidak mendapatkan dorongan di
sekolahnya sehingga pola pemikiran mereka yang unik tidak dapat di akomodasi oleh
sekolah karena pihak sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika
(matematika) dan bahasa.
Beberapa permasalahan yang terjadi sekarang adalah dalam proses
pembelajaran dan penggunaan metode pembelajaran pada anak yang kurang optimal
di antaranya adalah guru masih menggunakan metode konvensional, yaitu guru
menggunakan metode ceramah atau bercakap-cakap sehingga anak lebih banyak diam
dan mendengar, guru kurang memberikan kebebasan pada anak untuk menggunakan
idenya secara variatif sehingga jawaban yang di hasilkan anak cenderung sama, selain
itu guru masih kurang optimal dalam menyediakan alat dan bahan dalam
mempersiapkan proses pembelajaran yang membutuhkan media pembelajaran yang
inovatif.
Dengan penelitian ini di harapkan akan di peroleh informasi yang lebih
komprehensif terutama yang berkaitan dengan stimulasi psikososial orang tua
dirumah dan proses pembelajaran yang berhubungan nyata dengan kecerdasan
majemuk anak. Lebih lanjut lagi hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan
untuk meminimalisir permasalahan mengenai stimulasi psikososial dan proses
pembelajaran yang kerap terjadi.
Pemilihan sekolah juga kerap menjadi pertimbangan orang tua dalam
memasukkan anak-anak mereka kesekolah. Kebanyakan orangtua memilih untuk
memasukkan anak-anak mereka kesekolah yang memiliki pelajaran berdasarkan
agama dengan pertimbangan mereka jadi lebih ringan dalam mendidik dan
membiasakan anak dalam melakukan ritual keagamaan. Hal ini disebabkan
kebanyakan orangtua hanya memiliki waktu sedikit sehingga merasa kurang
maksimal dalam memberikan pendidikan agama kepada anak-anak mereka.
Secara garis besar, ada beberapa permasalahan yang akan dijawab dalam
penelitian ini, yaitu:
1) Bagaimanakah karakteristik sekolah dan proses pembelajaran anak prasekolah?

5

2) Bagaimanakah tingkat kecerdasan majemuk anak prasekolah?
3) Bagaimanakah hubungan karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan stimulasi
psikososial dengan tingkat kecerdasan majemuk anak prasekolah?
4) Bagaimanakah hubungan proses pembelajaran dengan tingkat kecerdasan
majemuk anak prasekolah?

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan stimulasi psikososial
dan proses pembelajaran terhadap tingkat kecerdasan majemuk anak taman kanakkanak di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan.
Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi karakteristik sekolah dan proses pembelajaran anak prasekolah
2) Mengidentifikasi tingkat kecerdasan majemuk anak prasekolah
3) Menganalisis hubungan karakteristik anak, karakteristik keluarga, dan stimulasi
psikososial dengan tingkat kecerdasan majemuk anak prasekolah
4) Menganalisis hubungan proses pembelajaran dengan tingkat kecerdasan majemuk
anak prasekolah

MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi orang tua
dalam memberikan stimulasi yang tepat kepada anak sehingga dapat mengembangkan
seluruh potensi anak dalam meningkatkan kecerdasannya. Karena setiap anak adalah
unik mereka belajar dengan cara mereka sendiri-sendiri. Dengan mengetahui potensi
yang dimiliki oleh anak diharapkan orang tua dapat memberikan stimulasi yang tepat
sesuai dengan tahap perkembangannya,
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi lembaga
pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki yaitu
guru agar dapat melaksanakan proses kegiatan mengajar sesuai dengan tahap
perkembangan anak dan dapat memfasilitasi setiap kecerdasan dan potensi yang
dimiliki oleh masing-masing anak,
Penelitian ini memberikan intervensi untuk peningkatan pada pendidikan anak
usia dini khususnya terhadap kecerdasan majemuk anak,

6

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan
keilmuan khususnya dalam ilmu keluarga dan perkembangan anak serta dapat
menjadi bahan pertimbangan bagi pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya di
masa mendatang. Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk penelitianpenelitian yang berhubungan dengan kecerdasan majemuk anak usia prasekolah.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Keluarga

Keluarga
Pengertian Keluarga diartikan sebagai kelompok orang yang ada hubungan
darah atau perkawinan. Orang-orang yang termasuk keluarga ialah ibu, bapak dan
anak-anaknya. Sekelompok manusia ini (ibu, bapak dan anak-anak mereka) disebut
keluarga inti (nuclear family) yang mencakup semua orang yang berketurunan
daripada kakek-nenek yang sama, termasuk keturunan masing-masing istri dan suami
(Widjaya, 1986).
Keluarga adalah satuan unit terkecil dalam kehidupan bermasyarakat. Keluarga
merupakan sub-sistem yang terdiri dari ayah, ibu dan anak dengan suatu yang kuat.
Dadang Hawari menjelaskan keluarga sebagai suatu organisasi bio-pscyho-sosial
(raga, jiwa, sosial) dengan aturan-aturan tertentu yang telah disepakati oleh setiap
anggota tersebut terutama oleh ayah sebagai kepala keluarga. Ayah dan ibu sebagai
orang-orang terbentuknya sebuah keluarga memiliki tanggung jawab yang besar
untuk memenuhi kebutuhan hidup anak dan keluarganya. Kedua orang tua harus
dapat menjalankan peran dan fungsinya masing-masing sebagai pendidik dan
pelindung bagi anak-anaknya, sehingga mereka bisa mengembangkan dirinya secara
maksimal. Menurut Achir (1991) fungsi keluarga untuk membudidayakan manusia
melalui pendidikan, mengembangkan emosional dan sosialisasi anggota keluarga.
Selain itu peran keluarga juga harus membentuk anak memiliki ilmu pengetahuan dan
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa agar dapat diandalkan.
Secara umum keluarga terdiri dari keluarga inti (keluarga kecil) dan keluarga
tambahan. Keluarga inti adalah struktur keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak,
sedangkan Keluarga besar yaitu : keluarga inti ditambah anggota lainnya yang masih
ada hubungan keluarga atau ikatan darah dengan keluarga yang ditempatinya seperti
kakek, nenek, bibi dan sebagainya. Munculnya struktur keluarga orang tua tunggal
karena adanya perubahan nilai-nilai sosial yang cepat sebagai konsekuensi dari
modernisasi dan pembangunan yang menganggap hal tersebut telah umum terjadi di
lingkungan sosial masyarakat.

7

Pendapat lain juga disampaikan Shochib (1998) yang mengatakan bahwa
keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan
menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Keluarga memberikan dasar pembentukan
tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan kepada anak. Keluarga, terutama orang
tua, memberikan contoh kepada anak-anaknya dan juga memberikan motivasi agar
dapat meraih cita-cita yang diinginkannya serta dapat berguna bagi keluarga mereka
pada masa yang akan datang.
Herien (2010) keluarga sangat tergantung dalam lingkungan disekitarnya,
begitu pula sebaliknya, keluarga juga mempengaruhi lingkungan disekitarnya.
Bronfenbrenner (1981) menyajikan model pandangan dari segi ekologi dalam
mengerti proses sosialisasi anak-anak.

Gambar 1: Hubungan keluarga dengan lingkungannya ( model ekologi dari
Bronfenbrenner, 1989)

Teori Ekologi Bronfenbrenner (1989) menjelaskan bahwa perkembangan
kanak-kanak adalah sebagai hasil interaksi antara alam dan lingkungan sekitar anakanak tersebut. Dalam konteks ini, interaksi antara anak-anak dengan lingkungan
disekitar anak dipercaya dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak. Merujuk kepada konsep di dalam teori ini, kita
menyadarinya atau tidak anak-anak yang merupakan individu yang berada dalam
ruang lingkup mikro (berpusat di tengah) dapat dipengaruhi oleh faktor disekitarnya.
Dalam teori ini menyatakan bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan yang
terangkum dalam sistem persekitaran itu mementingkan interaksi antara satu sama
lain. Menurut Bronfenbrenner terdapat lima sistem yang mempengaruhi

8

perkembangan kanak-kanak yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem,
kronosistem.
Mikrosistem adalah yang paling dekat dengan pribadi anak yaitu meliputi
keluarga, guru, individu, teman-teman sebaya, sekolah, lingkungan dan sebagainya
yang sehari-hari ditemui anak. Dalam mikrositem melibatkan lingkungan sekitar yang
paling dekat dengan anak dimana anak-anak memiliki interaksi secara langsung dan
menghabiskan waktu paling banyak dengan anak. Mesosistem adalah interaksi antar
faktor-faktor dalam sistem mikro meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem
atau beberapa konteks misal hubungan orangtua-guru, orangtua-teman, antar teman,
guru-teman, dapat juga hubungan antara pengalaman sekolah dengan pengalaman
keluarga, pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan dan pengalaman
keluarga dengan pengalaman teman sebaya. Misalnya anak-anak yang orang tuanya
menolak mereka dapat mengalami kesulitan mengembangkan hubungan positif
dengan guru. Para developmentalis semakin yakin pentingnya mengamati perilaku
dalam setting majemuk untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang
perkembangan individu.
Eksosistem dalam teori Bronfenbrenner dilibatkan ketika pengalamanpengalaman dalam setting sosial lain dimana individu tidak memiliki peran yang aktif
mempengaruhi apa yang individu alami dalam konteks yang dekat. Atau
sederhananya menurut eksosistem melibatkan pengalaman individu yang tak
memiliki peran aktif di dalamnya. Misalnya, pengalaman kerja dapat mempengaruhi
hubungan seorang perempuan dengan suami dan anaknya. Seorang ibu dapat
menerima promosi yang menuntutnya melakukan lebih banyak perjalanan yang
dapat meningkatkan konflik perkawinan dan perubahan pola interaksi orangtua-anak.
Maka diketahui bahwa eksosistem tidak langsung menyentuh pribadi anak akan tetapi
masih besar pengaruhnya seperti koran, televisi, dokter, keluarga besar, dll.
Makrosistem meliputi kebudayaan dimana individu hidup. Kita ketahui bahwa
kebudayaan mengacu pada pola prilaku, keyakinan, dan semua produk lain dari
sekelompok manusia yang diteruskan dari generasi ke generasi. Kita ketahui pula
bahwa studi lintas budaya perbandingan antara satu kebudayaan dengan satu atau
lebih kebudayaan lain member informasi tentang generalitas perkembangan.
Makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat
istiadat, budaya, dll. Kronosistem meliputi pemolaan peristiwa-peristiwa sepanjang
rangkaian kehidupan dankeadaan sosiohistoris. Misal, dalam mempelajari dampak
perceraian terhadap anak-anak, para peneliti menemukan bahwa dampak negatif
sering memuncak pada tahun pertama setelah percaraian atau dengan
mempertimbangkan keadaan sosiohistoris, dewasa ini, kaum perempuan tampaknya
sangat didorong untuk meniti karier dibanding pada 20 atau 30 tahun lalu.
Perkembangan anak ditentukan oleh berbagai fungsi lingkungan yang saling
berinteraksi dengan individu, melalui pendekatan yang sifatnya memberikan
perhatian, kasih sayang dan peluang untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan
taraf dan kebutuhan perkembangannya (Developmentally Appropriate Practice,
Horowitz, dkk. 2005). Senada dengan Bronfenbernner, Hawlwy dalam Himmam &
Faturochman (1994) mengungkapkan bahwa perilaku manusia merupakan bagian dari

9

kompleksitas ekosistem dengan beberapa asumsi dasar sebagai berikut : 1) Perilaku
manusia terkait dengan konteks lingkungan, 2) Interaksi timbal balik yang
menguntungkan antara manusia dengan lingkungan, 3) Interaksi manusia dengan
lingkungan bersifat dinamis, 4) Interaksi manusia dengan lingkungan terjadi dalam
berbagai level dan tergantung pada fungsinya.
Pendekatan teori struktural fungsional dalam konteks keluarga terlihat dari
struktur dan aturan yang diterapkan. Newman dan Graverlolz (2002) menyatakan
bahwa teori struktural fungsional dapat digunakan dalam menganalisis peran keluarga
agar dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga keutuhan keluarga dan masyarakat.
Keluarga akan berfungsi dengan baik apabila dapat memenuhi beberapa
persyaratan structural hal ini sesuai dengan Levy yang dikutip Megawangi (1999)
meliputi: (1) diferensiasi peran yaitu alokasi peran/tugas dan aktivitas yang harus
dilakukan dalam keluarga, (2) alokasi solidaritas yang menyangkut distribusi relasi
antar anggota keluarga, (3) alokasi ekonomi yang menyangkut distribusi barang dan
jasa antar anggota keluarga untuk mencapai tujuan keluarga, (4) alokasi politik yang
menyangkut distribusi kekuasaan dalam keluarga, dan (5) alokasi integrasi dan
ekspresi yaitu meliputi cara/ tehnik sosialisasi internaslisasi maupun pelestarian nilainilai maupun perilaku pada setiap anggota keluarga dalam emmenuhi tuntunan
norma-norma yang berlaku.
Keluarga yang berfungsi stabil harmoni dan sempurna dari segala segi termasuk
dari segi kerjasama, persatuan, hormat menghormati, bersikap possitif senantiasa
seimbang, disenangi dan mudah bergaul satu sama lain merupakan keluarga yang
fungsional. Sedangkan, keluarga yang tidak fungsional adalah keluarga yang tidak
stabil, tidak hormat, kacau, tidak ada kerjasana dan tidak menghormati satu sama lain.
Keluarga memiliki peran yang sangat vital dalam mendidik dan mempersiapkan
anak-anaknya untuk menyesuaikan diri kedalam kehidupan dunia luar.
Teori struktural fungsional yang menyangkut urusan aturan peran, fungsi dan
tanggung jawab para anggota keluarga menempatkan orangtua pada fungsi dan peran
sebagai pelindung, pemimpin bagi anak-anaknya. Apabila keluarga mempunyai
struktur yang kokoh dan menjalankan semua fungsinya dengan optimal, maka akan
menghasilkan outcome yang baik pada seluruh anggota keluarganya.
Pendidikan Orang tua Aspek paling penting dalam meningkatkan sumber
daya manusia adalah pendidikan. Dengan pendidikan seseorang memiliki
kemampuan untuk memahami perannya dalam mengelola sumber daya dalam suatu
keluarga hal tersebut tergantung dari pengetahuan yang dimiliknya. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan yang dicapai seseorang akan
mempengaruhi dan membentuk cara, pola dan kerangka persepsi, pemahaman, dan
kepribadian. Hal tersebut merupakan suatu kesatuan yang dapat menjadi faktor
penentu dalam berkomunikasi dalam keluarga. Oleh karena itu, Gunarsa & Gunarsa
(1995) menyatakan bahwa secara langsung maupun tidak tingkat pendidikan
mempengaruhi baik buruknya hubungan antar anggota keluarga.
Keadaan sosial ekonomi dapat menjadi cerminan tingkat pendidikan dalam
suatu masyarakat. Semakin tinggi pendidikan atau keterampilan yang dimiliki
seseorang, maka semakin tinggi investasi yang diperlukan (Suharjo dalam

10

Rahmaulina 2007). Dalam pengasuhan anak, dalam menentukan kualitas pengasuhan
anak pendidikan orang tua terutama pendidikan ibu penting untuk diperhatikan
karena pendidikan akan turut menentukan kualitas pengasuhan anak. Pendidikan
formal yang tinggi pada ibu membuat pola pengasuhan akan bertambah baik, (Amelia
2001). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk
menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti, Alfiasari dan
Chandriyani (2010) yang menyatakan bahwa pendidikan ibu memiliki hubungan
yang signifikan dengan stimulasi psikososial.
Pendapatan Orang tua Unsur yang cukup penting untuk mendapatkan
kestabilan keluarga adalah faktor sosial ekonomi karena faktor tersebut dapat
memenuhi kebutuhan keluarga. Hastuti (2009) menyatakan kestabilan keluarga
diperlukan agar fungsi-fungsi keluarga dapat berjalan dengan baik. Sejalan dengan
hal tersebut Gerungan (1999) dalam Ruhidawati (2005) menyatakan bahwa keadaan
ekonomi keluarga memiliki peranan terhadap tingkah laku anak, karena apabila
keluarga memiliki keadaan ekonomi yang baik akan memberikan kesempatan yang
luas kepada anak untuk mengembangkan berbagai macam kecakapan dan anak
tentunya juga akan memperoleh pendidikan yang lebih baik.
Keadaan ekonomi keluarga akan menggambarkan tingkat kesejahteraannya.
Sejalan dengan hasil penelitian Rachmawati (2006) menyatakan bahwa keadaan
ekonomi keluarga berperan dalam perkembangan anak dan menentukan tingkat
kesejahteraan keluarga. Kondisi sosial yang serba kekurangan akan menyebabkan
kondisi yang kurang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dan menentukan
tingkat kesejahteraan keluarga. Kondisi sosial yang serba kekurangan akan
menyebabkan kondisi yang kurang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Hasil penelitian Watson dan Lidgen (1979) dalam Hernawati (2002) menyatakan
bahwa orang tua dari kelas ekonomi menengah lebih menekankan pada komunikasi
antara anak dan orang tua, memberi informasi yang jelas dan masuk akal dan bersifat
terbuka kepada anak-anaknya.
Usia Orang tua Hastuti (2009) menyatakan faktor stimulasi psikososial dapat
ditentukan pada saat orang tua memasuki jenjang pernikahan. Pasangan yang relatif
muda akan lebih rentan dalam menghadapi tantangan dan permasalahan kehidupan
keluarga. Pada umumnya usia seseorang yang relatif muda belum memiliki
kematangan dalam hal pengendalian dan kestabilan emosi, sehingga menyulitkan
pada saat menyesuaikan diri dengan pasangan hidupnya.

Karakteristik Anak

Jenis Kelamin Norvele dan Sniper (1982) mengemukakan teori yang diikuti
oleh Satoto (1990) dalam Himayanti (2006) yaitu anak laki-laki ( berumur kurang

11

dari 18 Bulan ) memiliki stimulasi psikososial yang lebih baik dibandingkan dengan
anak perempuan. Sehingga jenis kelamin akan mempengaruhi orang tua dalam
memperlakukan anaknya, misalnya anak laki-laki diberi kebebasan dibandingkan
dengan anak perempuan.
Pada masyarakat Jawa kuno, anak laki-laki biasanya memperoleh pendidikan
lebih tinggi dibandingkan saudara-saudaranya yang berjenis kelamin perempuan. Hal
ini dikarenakan ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa laki-lakilah yang
harus mencari nafkah, sedangkan perempuan setelah menikah akan dibawa oleh
suami. Berbeda dengan masa sekarang ini, anak perempuan dapat menempuh
pendidikan yang tinggi setara dengan anak laki-laki merupakan suatu yang biasa dan
umum meskipun masih ada sedikit keterbelakangan terhadap anak laki-laki (Monks,
Knoers, & Haditono 2003).
Ada tiga alasan penting mengapa jenis kelamin individu penting bagi
perkembangan anak selama hidupnya Hurlock (1990) menyatakan, Pertama, setiap
bulan anak mengalami peningkatan pemahaman perilaku orang tua, teman sebaya,
dan masyarakat yang mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku yang
dipandang sesuai dengan jenis kelamin. Kedua, pengalaman belajar ditentukan oleh
jenis kelamin individu. Ketiga, adalah sikap orang tua dan anggota keluarga lainnya
sehubungan dengan jenis kelamin mereka. Keinginan untuk memiliki anak dengan
jenis kelamin tertentu akan mempengaruhi sikap penerimaan orang tua dan keluarga
terhadap anak, yang selanjutnya berpengaruh juga pada perilaku dan hubungan
mereka dengan anak.
Usia anak Piaget dalam Ormrod (2003) mengatakan bahwa anak usia
prasekolah belum mampu memusatkan perhatian pada dua dimensi yang berbeda
secara serempak. Ketika anak mulai mengerti mengenai objek yang ada di
lingkungannya, anak akan mulai menggunakan simbol dan kata. Fungsi simbol pada
anak usia prasekolah adalah kemampuan anak untuk mewakilkan sesuatu yang tidak
ada dan tidak terlihat dengan sesuatu