Inventarisasi Spesies Kutu Putih (Hemiptera Pseudococcidae) pada Buah Lengkeng asal Thailand melalui Pelabuhan Tanjung Perak

INVENTARISASI SPESIES KUTU PUTIH (HEMIPTERA:
PSEUDOCOCCIDAE) PADA BUAH LENGKENG ASAL
THAILAND MELALUI PELABUHAN TANJUNG PERAK

ARIF HERMAWAN YULIANTO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Inventarisasi Spesies
Kutu Putih (Hemiptera: Pseudococcidae) pada Buah Lengkeng asal Thailand
melalui Pelabuhan Tanjung Perak adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor Mei 2015
Arif Hermawan Yulianto
NIM A351130354

RINGKASAN
ARIF HERMAWAN YULIANTO. Inventarisasi Spesies Kutu Putih (Hemiptera:
Pseudococcidae) pada Buah Lengkeng asal Thailand melalui Pelabuhan Tanjung
Perak. Dibimbing oleh RULY ANWAR dan DADAN HINDAYANA.
Buah Lengkeng (Dimocarpus longan Lour.) merupakan salah satu
komoditas hortikultura yang disukai masyarakat Indonesia karena memiliki rasa
yang manis serta bermanfaat bagi kesehatan. Kebutuhan Indonesia akan buah
lengkeng sebagian besar diimpor dari negara lain. Menurut data BBKP Surabaya
(2014) impor buah lengkeng melalui Pelabuhan Tanjung Perak pada tahun 2013
sebesar 19 100.797 ton. Impor buah lengkeng memiliki dampak negatif yaitu
masuknya Organisme Pengganggu Tanaman Karantina (OPTK) dari negara lain.
Salah satu OPTK yang bisa masuk melalui impor buah lengkeng adalah kutu putih
(Hemiptera: Pseudococcidae).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman spesies kutu putih
pada buah lengkeng impor. Penelitian dilakukan di Laboratorium Balai Besar

Karantina Pertanian Surabaya pada bulan September 2014 sampai dengan Januari
2015.
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat 8 spesies kutu putih yang
terbawa oleh buah lengkeng impor asal Thailand yaitu Ferrisia virgata Cockerell,
Maconellicoccus hirsutus Green, Maconellicoccus ramchensis Williams,
Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink, Planococcus lilacinus
Cockerell, Planococcus minor Maskell, Pseudococcus comstocki Kuwana, dan
Pseudococcus longispinus Targioni Tozzetti. Terdapat 2 spesies kutu putih yang
belum pernah dilaporkan terdapat di Indonesia yaitu M. ramchensis dan P.
comstocki serta 2 spesies kutu putih yang termasuk kedalam OPTK kategori A2
yaitu P. lilacinus dan P. marginatus yang terbawa oleh buah lengkeng impor.
Kata kunci: buah lengkeng, kutu putih, identifikasi

SUMMARY
ARIF HERMAWAN YULIANTO. Inventory of mealybugs species (Hemiptera:
Pseudococcidae) on longan fruit from Thailand at Tanjung Perak Port. Supervised
by RULY ANWAR and DADAN HINDAYANA.
Longan (Dimocarpus longan Lour.) has been considered as one of the
most popular fruits in Indonesia. The longan has been known as one of the sweet
and healthy fruits. In Indonesia, the longan supply has been mostly imported from

other countries such as Thailand and Vietnam. In 2013, volume of Imported
longan from Thailand at the Tanjung Perak Port was 19 100.797 tons. However,
the importation of agricultural products, including the longan, could bring
invasive species from other countries. One of those pests is mealybugs
(Hemiptera: Pseudococcidae).
The objective of this study was to identify mealybug species which were
found from imported longan. This study was conducted at the Laboratory of
BBKP Surabaya from September 2014 until January 2015.
The identification results showed that there were 8 species of mealybugs
found in imported longan i.e. Ferrisia virgata Cockerell, Maconellicoccus
hirsutus Green, Maconellicoccus ramchensis Williams, Paracoccus marginatus
Williams & Granara de Willink, Planococcus lilacinus Cockerell, Planococcus
minor Maskell, Pseudococcus comstocki Kuwana, and Pseudococcus longispinus
Targioni Tozzetti. Two of those species which are M. ramchensis and P.
comstocki have not been reported found in Indonesia. Meanwhile, P. lilacinus and
P. marginatus have been found in Indonesia, but at limited area (A2 Quarantine
Pests).
Keywords: Longan, mealybugs, identification

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

INVENTARISASI SPESIES KUTU PUTIH (HEMIPTERA:
PSEUDOCOCCIDAE) PADA BUAH LENGKENG ASAL
THAILAND MELALUI PELABUHAN TANJUNG PERAK

ARIF HERMAWAN YULIANTO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada

Program Studi Entomologi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Purnama Hidayat, MSc

Judul Tesis : Inventarisasi Spesies Kutu Putih (Hemiptera: Pseudococcidae) pada
Buah Lengkeng asal Thailand melalui Pelabuhan Tanjung Perak
Nama
: Arif Hermawan Yulianto
NIM
: A351130354

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Ruly Anwar, MSi

Ketua

Dr Ir Dadan Hindayana
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Entomologi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Pudjianto, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian : 14 April 2015

Tanggal Lulus :


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian tesis yang
dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui spesies-spesies kutu putih yang terbawa
oleh buah lengkeng impor dari negara Thailand.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih penulis kepada:
1. Dr Ir Ruly Anwar, MSi selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr Ir Dadan
Hindayana sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang senantiasa
mencurahkan ilmu, bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis selama
penelitian sampai dengan selesainya penulisan tesis ini.
2. Dr Ir Pudjianto, MSi selaku Ketua Program Studi Entomologi, dan Prof Dr Ir.
Sri Hendrastuti Hidayat, MSc selaku Ketua Program Studi Fitopatologi yang
telah memberikan arahan serta bimbingan selama perkuliahan.
3. Dr Ir Purnama Hidayat, MSc selaku penguji luar komisi dalam ujian tesis
yang telah memberikan saran, kritik dan bimbingan untuk perbaikan tesis.
4. Dra Dewi Sartiami, MS yang telah membantu dalam memverifikasi
identifikasi kutu putih.
5. Ir Banun Harpini, MSc, drh Mulyanto, MM, Dr Ir Antarjo Dikin, MSc, Dr Ir
Arifin Tasrif, MSc, drh Surjarwanto, MM, dan Dr Ir Elisa Suryati Rusli, MSc
selaku Pimpinan Pusat Badan Karantina Pertanian beserta seluruh jajarannya
yang telah memberikan kesempatan dan beasiswa kepada penulis untuk

menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB.
6. Ir Abidin, MSi selaku Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Pontianak
beserta segenap staf yang yang senantiasa memberikan dukungan, semangat
dan motivasi selama menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB.
7. Pimpinan beserta staf Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya yang telah
memberikan bantuan sarana serta prasarana selama penelitian.
8. John Keall, Pranish Prasad, Terry Eberhardt, dan Graeme Page dari
AsureQuality Lab, New Zealand yang telah membantu alat, bahan serta ilmu
dalam identifikasi kutu putih.
9. Ibunda serta kakak-kakakku yang senantiasa memberikan dukungan moril,
spiritual dan materil selama menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana
IPB.
10. Seluruh staf pengajar yang telah yang telah mencurahkan ilmu kepada penulis
selama menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB.
11. Sahabat-sahabatku mahasiswa kelas khusus Karantina Pertanian angkatan
tiga, yang telah memberikan dukungan, semangat dan motivasi.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tulisan ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015

Arif Hermawan Yulianto

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

x
xi
1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA
Lengkeng (Dimorcapus longan Lour)

Kutu Putih (Hemiptera: Pseudococcidae)
Spesies Kutu Putih Sebagai OPTK
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat
Metodologi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Impor Buah di Pelabuhan Tanjung Perak
Prosedur Tindakan Karantina Buah Impor di Pelabuhan
Tanjung Perak
Keragaman Spesies Kutu Putih pada buah Lengkeng Impor
Deskripsi Karakter Morfologi Kutu Putih pada Buah Lengkeng
Impor
Status OPT Kutu Putih Hasil Identifikasi di Indonesia
Pembahasan Umum
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


3
3
3
5
9
9
9
9
11
11
12
13
14
43
44
47
47
47
48
52

DAFTAR GAMBAR

1
2

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Morfologi imago betina kutu putih secara umum
Tindakan Karantina Tumbuhan terhadap buah
lengkeng impor (a) Pemeriksaan fisik barang di
container, (b) Pengambilan sampel buah lengkeng, dan
(c) Pemeriksaan kesehatan di laboratorium
Letak kutu putih pada buah lengkeng impor (a) tangkai
buah, (b) kulit buah, dan (c) antara tangkai dan buah
Dorsal duct pada abdomen genus Ferrisia
Serari genus Ferrisia yang terletak pada bagian dorsal
di lobus anal
Morfologi tubuh imago betina F. virgata dalam awetan
preparat mikroskop
Antena F. virgata yang terdiri dari 8 segmen
Lempeng porus multilokular pada abdomen segmen VI
F. virgata
Dorsal duct pada abdomen F. virgata
Antena genus Maconellicoccus yang terdiri dari 9
segmen
Letak serari pada abdomen genus Maconellicoccus
Morfologi tubuh imago betina M. hirsutus dalam
awetan preparat mikroskop
Oral collar tubular duct pada bagian dorsal M. hirsutus
Morfologi tubuh imago betina M. ramchensis dalam
awetan preparat mikroskop
Oral collar tubular duct pada bagian ventral M.
ramchensis
Anal lobe bar pada genus Paracoccus
Oral rim tubular duct pada bagian dorsal genus
Paracoccus
Morfologi tubuh imago betina P. marginatus dalam
awetan preparat mikroskop
Antena P. marginatus yang terdiri dari 8 segmen
Oral rim tubular duct pada bagian margin dorsal P.
marginatus
Anal lobe bar pada genus Planococcus
Lempeng porus multilokular pada ventral abdomen
Planococcus
Morfologi tubuh imago betina P. lilacinus dalam
awetan preparat mikroskop
Antena P. lilacinus yang terdiri dari 8 segmen
Seta flagel pada bagian dorsal P. lilacinus
Cisanal setae P. lilacinus
Oral collar tubular duct pada bagian ventral lateral
margin P. lilacinus

8

12
13
16
17
17
18
18
19
21
22
22
23
23
24
26
26
27
27
28
31
31
32
32
33
33
34

xi

28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41

Morfologi tubuh imago betina P. minor dalam awetan
preparat mikroskop
Circulus P. minor
Lempeng porus multilokular pada abdomen segmen VI
P. minor
Oral collar tubular duct pada bagian margin abdomen
P. minor
Morfologi tubuh imago betina P. comstocki dalam
awetan preparat mikroskop
Lempeng porus multilokular pada abdomen P.
comstocki
Oral collar tubular duct pada bagian dorsal sekitar
segmen abdomen P. comstocki
Oral rim tubular duct pada bagian dorsal P. comstocki
Porus translusen pada koksa tungkai belakang P.
comstocki
Morfologi tubuh imago betina P. longispinus dalam
awetan preparat mikroskop
Oral collar tubular duct pada bagian ventral P.
longispinus
Kelompok oral rim tubular duct pada bagian marginal
dorsal P. longispinus
Tungkai belakang P. longispinus
Peta distribusi buah lengkeng impor di Indonesia

34
35
35
36
39
39
40
40
41
41
42
42
43
46

DAFTAR TABEL
1
2
3

Impor buah lengkeng melalui Pelabuhan Tanjung Perak
Tahun 2011-2013
Hasil intersepsi kutu putih pada buah lengkeng impor
asal Thailand
Status spesies kutu putih yang ditemukan pada buah
lengkeng impor

11
14
43

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Buah Lengkeng (Dimocarpus longan Lour.) merupakan salah satu
komoditas hortikultura yang disukai masyarakat Indonesia untuk dikonsumsi
karena memiliki rasa yang manis serta bermanfaat bagi kesehatan. Manfaat buah
Lengkeng bagi kesehatan adalah memperkuat limpa, meningkatkan produksi darah merah, menambah selera makan, menyehatkan usus, memperbaiki proses
penyerapan makanan, melancarkan buang air kecil, mengatasi cacingan,
menyehatkan mata, mengobati sakit kepala, keputihan, dan hernia serta
menambah tenaga. Buah Lengkeng baik untuk dikonsumsi saat proses pemulihan
stamina, sehingga kondisi kesehatan berangsur membaik. Buah lengkeng juga
dapat dimanfaatkan sebagai sumber minuman penguat, karena bersifat sebagai
tonik (Kusmayana 2010).
Buah lengkeng di Indonesia saat ini lebih banyak diimpor dari negara lain
seperti Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, India, Thailand, Vietnam, dan
Cina. Impor dilakukan untuk mencukupi kebutuhan buah lengkeng di Indonesia.
Menurut Kusmayana (2010) kebutuhan buah lengkeng di Indonesia pada tahun
2005 mencapai ± 25 000 ton, sedangkan produksi buah lengkeng lokal di daerah
Temanggung (sentra produksi buah lengkeng di Jawa Tengah) pada tahun yang
sama hanya mencapai 2 691.10 ton. Menurut data Barantan (2014), impor buah
Lengkeng ke Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 50 105.956 ton dan masuk
melalui Pelabuhan Belawan, Batam, Tanjung Priok, Tanjung Emas, dan Tanjung
Perak. Impor buah Lengkeng melalui Pelabuhan Tanjung Perak tahun 2013
sebanyak 19 100.797 ton dan berasal dari negara Cina, Vietnam serta Thailand
(BBKP Surabaya 2014).
Impor buah lengkeng jika tidak dilakukan sesuai dengan standar prosedur
impor yang baik dapat menimbulkan masalah, salah satunya adalah masuknya
organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) dari negara lain. Kejadian
tersebut perlu diwaspadai karena sampai saat ini Indonesia masih terbebas dari
beberapa jenis OPTK. Menurut Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor
93 Tahun 2011, saat ini terdapat 669 spesies OPTK yang belum ada di Indonesia,
salah satunya yang perlu dicegah untuk masuk ke wilayah Indonesia adalah kutu
putih (Kementan 2011). Seperti diketahui bahwa sampai saat ini menurut
Permentan 93 Tahun 2011, Indonesia masih terbebas dari 3 spesies kutu putih
yaitu Planococcus kenyae, Planococcus njalensis, dan Pseudococcus
calceolariae. Hasil intersepsi OPT yang dilakukan oleh laboratorium BBKP
Surabaya pada bulan April 2014 diketahui bahwa ditemukan adanya kutu putih
pada buah lengkeng asal Thailand yang masuk melalui Pelabuhan Tnjung Perak
(BBKP Surabaya 2014). Hal ini menunjukkan bahwa buah lengkeng yang diimpor
dari negara lain berpotensi menjadi media pembawa kutu putih.
Kutu putih (Hemiptera: Pseudococcidae) merupakan salah satu serangga
yang banyak menyerang berbagai jenis tanaman termasuk tanaman buah-buahan.
Berbagai spesies dari famili Pseudococcidae menyerang banyak komoditas
penting seperti jeruk, nanas, apel, mangga dan beberapa tanaman buah lainnya
(Williams & Granara de Willink 1992). Kutu putih dapat menimbulkan kerusakan

2

baik langsung maupun tidak langsung. Gejala kerusakan langsung pada tanaman
yang disebabkan oleh hama ini berupa bercak-bercak klorosis, daun layu dan
mengeriting, burik pada buah, tanaman tumbuh kerdil hingga kematian tanaman.
Secara tidak langsung, hama ini dapat merusak tanaman karena mampu menjadi
vektor beberapa pathogen penyebab penyakit tanaman. Selain itu, keberadaan
kutu putih pada tanaman buah-buahan mengundang cendawan embun jelaga pada
daun yang menggunakan eksresi embun madu oleh kutu putih sebagai subtrat.
Buah Lengkeng yang diimpor dapat berpotensi menjadi media pembawa
bagi masuk dan tersebarnya kutu putih ke dalam Wilayah Republik Indonesia.
Identifikasi spesies kutu putih pada buah lengkeng impor hingga saat ini belum
pernah dilaksanakan. Oleh karena itu perlu dilakukan inventarisasi serta
identifikasi untuk mengetahui keragaman spesies kutu putih pada buah lengkeng
impor.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies kutu putih yang ikut
terbawa oleh buah lengkeng yang diimpor dari Thailand.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang spesiesspesies kutu putih yang terbawa oleh buah lengkeng impor sehingga dapat
dijadikan sebagai rekomendasi dalam penyusunan kebijakan terhadap pemasukan
buah lengkeng dari negara lain.

TINJAUAN PUSTAKA
Lengkeng (Dimocarpus longan Lour)
Deskripsi
Lengkeng merupakan tanaman buah subtropis yang masuk ke dalam
Kelas Magnoliopsida, Ordo Sapindales dan Famili Sapindaceae (Menzel et al
1989). Lengkeng berasal dari daerah Cina Selatan dan pemanfaatannya lebih
kepada khasiatnya sebagai obat, bukan sebagai buah meja (Triwinata 2006), buah
ini dikenal sebagai Dragon Eye (Menzel et al 1989). Lengkengdi Indonesia
tumbuh baik di daerah dengan ketinggian tempat antara 300-900 meter di atas
permukaan laut (mdpl) (Rahardja 1983). Lengkeng memerlukan suhu yang
dingin untuk memacu pembungaan yaitu antara 5-22°C (Verheij dan Coronel
1992). Syarat tumbuh lengkeng yang seperti itu menyebabkan pengembangan
lengkeng di Indonesia terbatas hanya di daerah tertentu saja. Selain itu, umumnya
lengkeng dataran tinggi mempunyai masa awal produksi yang lama yaitu antara 58 tahun sehingga pengembangannya ke daerah lain agak lambat.
Buah lengkeng berukuran kecil, berbentuk bulat sebesar kelereng. Buah
lengkeng bergerombol pada pucuk tangkainya. Kulit buah berwarna kuning
kecoklatan sampai coklat muda, bahkan hingga coklat kehitaman dengan
permukaan tidak merata atau berbintil-bintil. Daging buah berwarna bening-putih
berair mengandung karbohidrat, sedikit minyak, dan saponin. Daging buah berasa
manis dengan aroma khas (Hatta 1990).
Hama dan Penyakit
Hama yang biasa menyerang tanaman lengkeng adalah serangga pengisap
buah (Tessaratoma javanica). Hama lain yang sering merusak buah lengkeng
yang matang adalah Kelelawar. Buah Lengkeng sangat rentan terhadap penyakit
pascapanen yang disebabkan oleh bakteri dan cendawan. Bakteri yang sering
menyerang pada buah lengkeng adalah Enterobacter srtohrnrd serta
Acinetobacter sp (Lu et al 1992), sedangkan cendawan yang sering menyerang
buah lengkeng adalah Botrydiplodia sp. (Jiang 1997); Penicillium sp., Rhizopus
sp., Alternaria sp.,Aspergillus sp., Fusarium spp., Lasiodiplodia theobromae (Lu
et al 1992 & Sardsud et al 1994); Pestalotiopsis sp., Cladosporium spp. (Sardsud
et al 1994)
Kutu Putih (Hemiptera: Pseudococcidae)
Taksonomi dan Biologi
Kutu putih termasuk ke dalam superfamili Coccoidea, famili
Pseudococcidae dan ordo Hemiptera. Pada saat ini sebagian besar ahli membagi
family Pseudococcidae ke dalam empat subfamili yaitu: Trabutininae,
Rhizoecinae, Sphaerococcinae dan Pseudococcinae. Imago betina kutu putih
biasanya tidak aktif bergerak dan tidak memiliki ovipositor, sebagai gantinya
imago betina kutu putih mengeluarkan keturunan melalui vulva (Borror et al.
1996). Kutu putih mempunyai alat mulut bertipe menusuk-mengisap yang terdiri
dari: sebuah rostrum, sepasang stilet mandibel, sepasang stilet maksila dan sebuah

4

labrum kecil. Serangga ini disebut kutu putih karena hampir seluruh tubuhnya
dilapisi lilin yang berwarna putih, lilin tersebut dikeluarkan dari porus trilokular
pada kutikula melalui proses ekskresi (Williams dan Granara de Willink 1992).
Morfologi Imago Betina
Identifikasi kutu putih didasarkan pada morfologi tubuh imago betina,
karena imago jantan kutu putih jarang ditemukan di alam (McKenzie 1967).
Menurut Williams (2004) imago betina kutu putih Pseudococcidae memiliki
morfologi tubuh yang sangat khas (Gambar 1). Kutu putih memiliki bentuk tubuh
memanjang, oval, atau bulat. Tubuh kutu putih ini sering menjadi berubah bentuk
setelah dibuat preparat. Bagian-bagian tubuh kutu putih dapat dijadikan pembeda
untuk setiap spesies, antara lain :
Antena. Sebagian besar antena terdiri dari 6-9 segmen, tetapi
kadangkadang tereduksi menjadi 2, 4, atau 5 segmen. Umumnya segmen terakhir
lebih lebar dan lebih panjang daripada segmen II dari belakang.
Tungkai. Pseudococcidae memiliki tungkai yang berkembang dengan
baik. Genus Planococcus tidak memiliki dentikel pada kuku tarsus, namun
memiliki porus translusen di permukaan anterior koksa, femur atau tibia pada
tungkai belakang. Porus translusen jarang pada tungkai bagian trokanter.
Ostiol. Pseudococcidae biasanya memiliki dua pasang ostiol, sepasang
pada anterior dan sepasang pada posterior tubuh, contohnya genus Planococcus
dan Pseudococcus. Ostiol kadang-kadang tidak dimiliki oleh kutu putih, atau ada
tetapi hanya sepasang pada bagian posterior seperti halnya Rastrococcus
iceryodes. Bentuk ostiol berupa belahan yang terdiri dari beberapa seta dan porus
trilokular. Organ ini berfungsi sebagai alat pertahanan.
Cincin Anal. Organ ini terletak pada ujung abdomen bagian dorsal. Cincin
ini berfungsi untuk mengeluarkan embun madu yang merupakan limbah dari
pencernaan kutu ini.
Porus. Umumnya famili ini memiliki 4 jenis porus yaitu: porus trilokular,
lempeng porus multilokular, porus quinquelokular dan porus diskoidal. Porus
trilokular terdapat pada tubuh bagian ventral dan dorsal, berbentuk segitiga, dan
bentuknya akan sama pada setiap spesies yang sama, Porus ini berfungsi untuk
menghasilkan lilin. Lempeng porus multilokular terdapat di sekitar vulva atau
kadang-kadang terdapat pada tubuh bagian dorsal hingga bagian anterior,
berfungsi untuk membuat kantung telur atau untuk melindungi telur-telur yang
diletakkan oleh imago betina. Spesies yang memiliki sedikit porus ini biasanya
bersifat vivipar. Porus quinquelokular berbentuk segi lima dan dimiliki oleh genus
Planococcus dan Rastrococcus dan beberapa spesies dari Phenacoccus. Porus
diskoidal memiliki bentuk berupa lingkaran sederhana dan menyebar diseluruh
permukaan tubuh, kadang-kadang sebesar porus trilokular dan berbentuk
cembung pada segmen posterior, dorsal, dan mata. Beberapa kutu putih yang
memiliki porus diskoidal di sekitar mata yaitu Dysmicoccus brevipes,
Hordeolicoccus eugeniae dan beberapa spesies dari genus Pseudococcus.
Tubular Duct. Organ ini terdiri dari dua bentuk yang berbeda yaitu: oral
collar tubular duct dan oral rim tubular duct. Oral collar tubular duct
menghasilkan lilin untuk membentuk kantung telur dan terdapat pada bagian
ventral. Oral rim tubular duct umumnya sering ditemukan pada kutu putih yang

5

bersifat ovipar (bertelur), umumnya bentuknya lebih besar daripada oral collar
tubular duct.
Seta. Bentuk seta pada famili ini bisa berbentuk kerucut, lanseolat, atau
truncate (ujungnya terpotong). Biasanya bentuk dan jumlah seta ini digunakan
untuk mengidentifikasi spesies. Genus Rastrococcus memiliki seta serari
berbentuk truncate.
Vulva. Organ ini hanya dimiliki oleh kutu putih yang telah mencapai fase
imago, dan terletak pada bagian ventral antara segmen VII dan VIII.
Lobus Anal. Organ ini berbentuk bulat dan agak menonjol, terletak di sisi
cincin anal dan masing-masing lobus anal memiliki seta apikal.
Serari. Organ ini hanya dimiliki oleh famili Pseudococcidae dan biasanya
berjumlah 1-18 pasang serari, dan terletak di bagian sisi tubuhnya yang berfungsi
sebagai penghasil tonjolan lilin lateral. Pada bagian posterior terdapat dua pasang
serari, yaitu serari lobus anal dan serari penultimate. Pada bagian anterior terdapat
tiga pasang serari yang disebut dengan frontal (C1), preokular (C2), dan ocular
(C3) (Williams dan Watson 1988; Williams & Granara de Willink 1992; Williams
2004).
Spesies Kutu Putih Sebagai OPTK
Planococcus kenyae
Morfologi. Tubuh imago betina berbentuk oval, berwarna kuning dan
tertutupi oleh lapisan lilin, berukuran panjang 2.5 mm dan lebar 1.5 mm, memiliki
8 ruas antena, tungkai tersembunyi di balik tubuhnya. Bentuk tubuh nimfa mirip
dengan imago, tetapi lapisan lilin di tubuhnya lebih sedikit. Telur P. kenyae
berbentuk oval, berwarna kuning. Imago jantan memiliki dua buah sayap yang
panjangnya sekitar 1 mm dan tertutupi oleh tepung lilin, memiliki 10 ruas antena,
dan dibagian ujung abdomennya terdapat dua seta panjang yang tertutupi oleh
lilin (Barantan 2011).
Biologi. Imago betina P. kenyae dapat menghasilkan sekitar 50-200 telur.
Telur tersebut menetas dalam waktu 2-3 hari. Nimfa instar I (crawler) berpindah
dalam jarak dekat (biasanya tidak terlalu jauh dari tempat telur-telur) sampai
menemukan tempat yang cocok untuk makan. Fase nimfa instar I dan II masingmasing berlangsung selama 6-10 hari dan 10-14 hari. Setelah melewati fase nimfa
instar ke-2, P. kenyae jantan akan bergerak menuju ke bagian bawah tanaman dan
menyelubungi tubuhnya dengan kokon untuk memasuki fase prapupa (terdapat
bakal sayap) dan pupa (bakal sayap sudak terbentuk dengan jelas). Fase pupa
berlangsung selama 10-14 hari. Imago jantan berkembang selama 33 hari (pada
kondisi di laboratorium). Untuk serangga betina P. kenyae setelah fase nimfa
instar II selanjutnya berganti kulit menjadi nimfa instar akhir (instar III). Bentuk
dan warna tubuh nimfa instar III mirip dengan instar II, hanya berbeda dari ukuran
tubuh (lebih besar daripada instar II) dan jumlah lilin yang disekresikan (lebih
banyak daripada instar II). Pada kondisi di laboratorium, perkembangan imago
betina berlangsung selama 36 hari (Barantan 2011).
Inang. Menurut Permentan 93 tahun 2011, inang dari P.kenyae adalah
Cajanus cajan, Citrus spp., Coffea spp., Dioscorea sp., Ipomoea batatas, Passiflora spp., Saccharum officinarum, Theobroma cacao, Acacia spp., Gossypium

6

barbadens, Indigofera spp., Impatiens spp., Pueraria lobata, Sesbania grandiflora (Kementan 2011).
Daerah sebar. Menurut Permentan 93 tahun 2011, daerah sebar dari
P.kenyae adalah Burundi, RD Kongo, Kongo, Pantai Gading, Ghana, Kenya,
Malawi, Nigeria, Rwanda, Siera Leone, Sudan, Tanzania, Togo, Uganda,
Zimbabwe (Kementan 2011).
Planococcus njalensis
Morfologi. Telur berukuran sangat kecil dan diletakkan secara tunggal.
Tetapi saat ini telur P. njalensis sangat sulit dilihat ketika spesies ini menjadi
bersifat ovovivivar. Nimfa P. njalensis memiliki tubuh yang mirip dengan
imagonya, hanya berbeda dari ukuran dan ada tidaknya lilin di tubuhnya. Imago
betina P. njalensis memiliki tubuh yang halus, beruas-ruas, berbentuk oval, dan
tidak bersayap. Bagian dorsal tubuh tertutupi oleh lapisan lilin yang
dihasilkannya. Secara umum, tubuhnya berwarna merah muda, tetapi ada pula
yang berwarna cokelat atau pun cokelat tua kemerahan. Imago jantan berukuran
kecil, memiliki sepasang antena (10 ruas), sepasang sayap, alat mulutnya
tereduksi. Tubuhnya berukuran panjang 604.17-975.08 µm (rata-rata 784.46 µm).
Bagian kepala berkembang dengan baik. Sayap depan terbentuk dengan baik,
sedangkan sayap belakang tereduksi menjadi hamolohalter (berbentuk seperti
seta). Tungkai depan (446.26 µm) berukuran lebih pendek daripada tungkai
belakang (534.3 µm) (Barantan 2011).
Biologi. Peletakan telur P. njalensis berlangsung selama 15-20 menit, dan
45 menit, nimfa instar pertama akan keluar dari telur (bersifat ovoviviar). Imago
betina akan mati setelah meletakkan telur. Fase nimfa berlangsung selama lebih
dari 20 hari, sedangkan lama hidup imago betina adalah 10-14 hari. Nimfa yang
baru keluar dari telur biasanya berada (makan) sejauh beberapa milimeter dari
induknya. Lama perkembangan serangga P. njalensis adalah sebagai berikut:
nimfa instar I = 7 hari (kisaran 4-13 hari); nimfa instar II = 5 hari (kisaran 3-10
hari), nimfa instar III = 7 hari (kisaran 5-9 hari); fase imago hingga oviposisi = 23
hari (kisaran 18-23 hari). Lama perkembangan P. njalensis sangat dipengaruhi
oleh kandungan nutrisi tanaman inangnya. Nimfa jantan biasanya berhenti makan
pada saat instar ke-2. Selanjutnya akan membetuk kokon untuk berpupa selama 12 hari. Imago jantan hanya hidup selama 5-6 hari, karena alat mulutnya tereduksi
sehingga tidak makan (Barantan 2011).
Inang. Menurut Permentan 93 tahun 2011 inang dari P. njalensis adalah
Theobroma cacao (kakao), Persea americana (alpokat), Ananas comosus (nanas), Coffea spp. (kopi), Cola acuminata, Mangifera indica (mangga) (Kementan
2011).
Daerah sebar. Menurut Permentan 93 tahun 2011 daerah sebar dari P.
njalensis adalah Benin, Kamerun, RD Kongo, Kongo, Pantai Gading, Ghana,
Guinea, Liberia, Nigeria, Sao Tome & Principe, Senegal, Sierra Leone, Togo
(Kementan 2011).
Pseudococcus calceolariae
Karakter Lapangan. Tubuh berbentuk oval, sedikit membulat pada
tampak lateral, berwarna gelap, dan bila diremas keluar cairan merah. Lilin
bertepung menutupi tubuh, biasanya cukup tebal untuk menyembunyikan warna

7

tubuh kecuali pada garis intersegmental, memiliki garis memanjang pada bagian
punggung yang dibentuk oleh daerah kosong terjadi di daerah submedial dan
submarginal. Ovisac terletak pada bagian abdomen. Memiliki 17 filamen lilin
lateral, relatif paling pendek, lurus kecuali pasangan posterior yang mungkin
sedikit melengkung, pasangan posterior terpanjang, sekitar 1/4 panjang tubuh.
Telur kuning atau oranye dengan permukaan filamen lateral kasar (Barantan
2011).
Inang. Menurut Permentan 93 tahun 2011 inang dari P. calceoloriae
adalah Abutilon, Arachis hypogaea (kacang tanah), Brachychyton, Brassica, Ceanothus, Chenopodium, Citrus medica, Conium maculatum , Crataegus, Cynodia
oblonga, Daucus carota (wortel), Dodonaea viscosa, Eugenia, Ficus, Fragaria
(stroberi), Geranium, Hedera helix, Helianthus spp., Heliotropium arborescens,
Hibiscus, Juglans regia, Laburnum anargyroides, Ligustrum, Lolium spp.,
Malus domestica (apel), Malus sylvestris, Malva, Musa paradisiaca (pisang
kepok, Nerium oleander, Pelargonium, Pinus radiata, Pisum sativum, Pittosporum, Polyscias, Prunus, Pyrus communis (pir), Rheum hybridum, Rhododendron, Ribes sanguineum, Rosa (mawar), Rubus (blackberry, raspberry) Schinus
molle, Sechium edulle, Solanum tuberosum (kentang), Theobroma cacao (kakao), Vitis vinifera (anggur), Saccharum officinarum (tebu) (Kementan 2011).
Daerah sebar. Menurut Permentan 93 tahun 2011 daerah sebar dari P.
njalensis adalah Republik Ceko, Perancis, Italia, Belanda, Portugal, Rusia,
Slovakia, Spanyol, Ukraina, Inggris, China, Georgia, Ghana, Madagascar,
Maroko, Namibia, Afrika Selatan, Meksiko, Amerika Serikat, Chili, Amerika
Tengah, Amerika Selatan, Australia, Selandia Baru (Kementan 2011).

8

Gambar 1 Morfologi imago betina kutu putih secara umum (Williams & Watson
1988) (Terjemahan Sartiami 1999)

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai dengan
bulan Januari 2015 di Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya dan
Laboratorium Biosistematika Serangga, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, buah
lengkeng impor, object glass, cover glass, chloroform, larutan Essig’s, larutan
asam fuchsin, dan larutan HEINZ Mounting Media. Sedangkan alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah mikoroskop compound, mikroskop stereo,
botol fial, kuas, forcep, cawan sirakus, hot plate, jarum serangga dan pipet.
Metodologi
Pengambilan Sampel Buah Lengkeng
Buah Lengkeng yang diambil sebagai sampel adalah buah lengkeng impor
yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak dan dilakukan pada saat kontainer
pertama kali dibuka. Kontainer yang digunakan untuk mengangkut buah lengkeng
dari Thailand adalah reefer container berukuran 40 feet. Pengambilan sampel
dilakukan secara acak sistematis. Sampel buah diambil dari 5 titik di dalam
kontainer. Titik pengambilan sampel di kontainer dilakukan pada bagian pojok
depan bagian atas, pojok depan bagian bawah, bagian tengah, pojok belakang
bagian atas serta pojok belakang bagian bawah. Setiap titik pengambilan sampel
diambil sebanyak 1 kg. Sampel buah yang diambil kemudian dicampur menjadi
satu dan diambil sebanyak 1 kg yang kemudian dibawa ke laboratorium untuk
pengujian lebih lanjut.
Pengoleksian Kutu Putih
Pengoleksian kutu putih dilakukan dengan cara mengambil semua kutu
putih yang terbawa oleh buah lengkeng baik nimfa maupun imago, dengan
menggunakan forcep maupun kuas. Kutu putih yang terambil kemudian
dimasukkan ke dalam botol berukuran 15 ml yang berisi alkohol 70%.
Pembuatan Preparat Mikroskop
Pembuatan preparat mikroskop mengacu pada metode yang dilakukan oleh
Krantz & Walter (2009); Lynch (1981); Upton (1991); Walker & Crosby (1988).
Kutu putih hasil koleksi dimasukkan ke dalam cawan sirakus yang berisi 6-8 ml
larutan Essig’s dan kemudian ditetesi kloroform sebanyak 1 tetes untuk
menghilangkan lapisan lilin. Serangga dilubangi pada bagian ventral antara
tungkai kedua dan ketiga dan ditetesi asam fuchsin sebanyak 1-2 tetes. Kutu putih
kemudian dipanaskan pada hot plate dengan suhu 60-70 ˚C selama 15-30 menit.
Sampel didinginkan hingga cawan sirakus menjadi hangat. Isi perut kutu putih
dikeluarkan secara perlahan-lahan dengan menggunakan kuas hingga bersih. Kutu

10

putih dipindah ke cawan sirakus lain yang berisi cairan Essig’s dan ditetesi
kloroform sebanyak 1 tetes serta sisa-sisa isi perut kutu putih dikeluarkan hingga
kutu putih terlihat transparan. Kutu putih dikeluarkan dari cawan sirakus dan
diletakkan pada tengah-tengah object glass yang telah ditetesi HEINZ Mounting
Media. Kutu putih pada object glass ditata dengan rapi dimana diletakkan secara
dorso ventral dengan bagian tungkai terlihat jelas lalu ditutup dengan cover glass
dan dikeringkan di atas hot plate agar media mounting cepat kering dan posisi
spesimen tidak bergeser.
Identifikasi Kutu Putih
Kutu putih yang ditemukan dan telah dibuat preparat mikroskop diamati
menggunakan mikroskop compound OLYMPUS CX31 dan diidentifikasi
menggunakan kunci identifikasi Williams dan Watson (1988), Williams &
Granara de Willink (1992) serta Williams (2004). Setiap bagian-bagian karakter
morfologi lalat buah difoto dengan menggunakan mikroskop kamera Hierox KH8700 dan OLYMPUS CX31 untuk dijadikan dasar dalam penelurusuran
identifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Impor Buah di Pelabuhan Tanjung Perak
Berdasarkan data Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya,
antara tahun 2011-2013 terdapat sekitar 19 jenis buah impor dari berbagai negara
yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak. Buah impor yang masuk melalui
Pelabuhan Tanjung Perak adalah anggur, apel, jeruk, pear, lengkeng, durian, buah
naga, kiwi, leci, kurma, plum, mangga, kesemek, pisang, delima, strawberry,
sawo, melon, dan chana. Salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya
komoditas buah impor yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak adalah
kebijakan pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Pertanian nomor 42
tahun 2012 yang membatasi tempat pemasukan buah impor hanya melalui 4
tempat pemasukan yaitu Bandar Udara Soekarno-Hatta, Pelabuhan Belawan,
Pelabuhan Makasar dan Pelabuhan Tanjung Perak.
Buah lengkeng merupakan salah satu komoditas buah impor yang masuk
melalui Pelabuhan Tanjung Perak. Menurut data BBKP Surabaya, buah lengkeng
impor yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak antara tahun 2011-2013
sebanyak 59 691.2 ton dengan frekuensi pemasukan sebanyak 2 012 kali
pemasukan. Buah lengkeng tersebut berasal dari negara China, Thailand, dan
Vietnam (Tabel 1).
Tabel 1 Impor buah lengkeng melalui Pelabuhan Tanjung Perak Tahun 2011-2013
Tahun 2011
Tahun 2012
Frek
Vol (ton)
Frek
Vol (ton)
China
0
0
0
0
Thailand
698 17 589.5
730 22 970.9
Vietnam
1
5
1
25
(Sumber : BBKP Surabaya 2012; 2013; 2014)
Negara
Asal

Tahun 2013
Frek
Vol (ton)
2
50.9
580
19 049.8
0
0

Buah lengkeng yang diimpor juga disertai dengan tangkai dan dikemas
dalam keranjang plastik. Buah lengkeng yang diimpor diangkut menggunakan
container berpendingin (reefer container) dengan suhu 2º C sampai dengan 5º C.
Perlakuan suhu dingin dalam container dilakukan untuk menjaga kualitas buah
selama dalam perjalanan. Menurut Shi (1990), buah lengkeng yang disimpan pada
suhu 5º C sampai 7º C dengan kelembaban 90% mampu bertahan selama 5
minggu serta menjaga kualitas buah Lengkeng dari dehidrasi, kehilangan warna
maupun busuk.
Impor buah lengkeng yang cukup tinggi dapat menimbulkan potensi
terintroduksinya organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) dari negara
lain. Impor buah lengkeng yang disertai tangkai juga memperbesar peluang
terbawanya OPT/OPTK dari negara lain ke Indonesia. Hal ini dikarenakan tangkai
buah merupakan salah satu media pembawa OPT/OPTK. Menurut Peraturan
Pemerintah (PP) nomor 14 tahun 2002 menyatakan bahwa yang termasuk ke
dalam media pembawa OPTK adalah tumbuhan dan bagian-bagiannya termasuk
juga tangkai buah.

12

Prosedur Tindakan Karantina Buah Impor di Pelabuhan Tanjung Perak
Impor buah melalui Pelabuhan Tanjung Perak harus melalui prosedur serta
persyaratan yang ditetapkan oleh Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP)
Surabaya. Menurut BBKP Surabaya (2014), buah impor termasuk lengkeng yang
masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak harus memenuhi ketentuan yaitu :
a. Dilengkapi dengan dokumen yang telah dipersyaratkan antara lain
Phytosanitary Certificate (PC) dari negara asal atau PC Re-ekspor dari negara
transit sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) nomor 42
Tahun 2012, sertifikat perlakuan/treatment dari negara asal/transit dari negara
yang endemis lalat buah, Prior Notice, serta dokumen keamanan pangan
seperti Certificate of Analysis (CoA) atau Health Certificate (HC)
b. Mengikuti prosedur yang telah ditetapkan yaitu :
- Pengguna jasa memasukkan Permohonan Pemeriksaan Karantina (PPK)
secara on-line/manual dan menyerahkan kelengkapan dokumen yang
dipersyaratkan
- Penerimaan dokumen PPK diverifikasi oleh petugas
- Jika dokumen persyaratan lengkap dan sah dapat dilanjutkan ke proses
selanjutnya dan apabila dokumen tidak lengkap/sah maka dilanjutkan ke
proses pemeriksaan oleh bidang pengawasan dan penindakan
- Penerbitan Surat Tugas kepada petugas karantina untuk melaksanakan
tindakan karantina tumbuhan (TKT) dan penerbitan dokumen KT-2
(Persetujuan Pelaksanaan TKT di Instalasi yang ditunjuk) serta di submit
ke portal Indonesia National Single Window (INSW)
- Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan (TKT) di Instalasi Karantina
Tumbuhan
- Jika hasil TKT (OPTK dan keamanan pangan) negatif, dilakukan tindakan
pembebasan
c. Membayar biaya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sesuai ketentuan
yang berlaku.
Buah lengkeng impor yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak harus
bebas dari Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) serta memenuhi
standar keamanan pangan. Menurut Permentan 93 Tahun 2011, target OPTK pada
buah lengkeng yang di cegah masuk ke wilayah Indonesia adalah lalat buah
Bactrocera tryoni. Sedangkan menurut Permentan 88 Tahun 2011, buah lengkeng
yang masuk ke dalam wilayah Indonesia harus bebas dari residu pestisida
berbahan aktif Cipermethrins dan bebas dari Formalin.

a

b

c

Gambar 2. Tindakan Karantina Tumbuhan terhadap buah Lengkeng Impor
(a) Pemeriksaan fisik barang di container, (b) Pengambilan sampel
buah Lengkeng, dan (c) Pemeriksaan kesehatan di Laboratorium

13

Prosedur pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan terhadap buah
lengkeng impor yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak telah dilaksanakan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia, dimana prosedur pemasukan
media pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) di
Indonesia diatur dalam Undang-Undang nomor 16 tahun 1992 tentang karantina
hewan, ikan dan tumbuhan; Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 2002 tentang
karantina tumbuhan serta Permentan nomor 09 tahun 2009 tentang persyaratan
dan tatacara tindakan karantina tumbuhan terhadap pemasukan media pembawa
organisme pengganggu tumbuhan karantina ke dalam wilayah negara Republik
Indonesia. Dalam peraturan-peraturan tersebut dijelaskan bahwa setiap media
pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia, wajib:
a. dilengkapi sertifikat kesehatan tumbuhan dari negara asal dan/atau negara
transit bagi tumbuhan dan bagian-bagiannya, kecuali media pembawa yang
tergolong benda lain;
b. melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan; dan
c. dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas Karantina Tumbuhan di tempat
pemasukan untuk keperluan tindakan karantina.
Selain itu, impor buah ke dalam wilayah Republik Indonesia juga harus
memenuhi ketentuan yang ada dalam Permentan nomor 42 tahun 2012 tentang
tindakan karantina tumbuhan untuk pemasukan buah segar dan sayuran buah
segar ke dalam wilayah negara Republik Indonesia serta Permentan nomor 88
tahun 2011 tentang pengawasan keamanan pangan terhadap pemasukan dan
pengeluaran pangan segar asal tumbuhan.
Keragaman Spesies Kutu Putih pada Buah Lengkeng Impor
Hasil pemeriksaan terhadap sampel buah lengkeng impor yang masuk
melalui Pelabuhan Tanjung Perak diketahui bahwa terdapat kutu putih yang ikut
terbawa bersama dengan buah lengkeng dari negara asalnya. Kutu putih yang
ditemukan berukuran sangat kecil sehingga diperlukan bantuan mikroskop stereo
untuk mengetahuinya. Hasil pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop stereo
menunjukkan bahwa kutu putih tersebut terdapat pada tangkai buah, kulit buah,
dan pada bagian pertemuan antara tangkai dengan buah (Gambar 3).

a

b

c

Gambar 3 Letak kutu putih pada buah lengkeng impor (a) tangkai buah, (b) kulit
buah, dan (c) antara tangkai dengan buah
Hasil identifikasi dari sampel kutu putih pada buah lengkeng impor yang
masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya menunjukkan bahwa kutu
putih yang ditemukan terdiri dari 5 genus. Genus kutu putih yang ditemukan
adalah Ferrisia, Maconellicoccus, Paracoccus, Planococcus, dan Pseudococcus.

14

Hasil identifikasi lebih lanjut menunjukkan bahwa kutu putih pada buah lengkeng
impor termasuk ke dalam 8 spesies. Spesies kutu putih yang ditemukan adalah
Ferrisia virgata Cockerell, Maconellicoccus hirsutus Green, Maconellicoccus
ramchensis Williams, Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink,
Planococcus lilacinus Cockerell, Planococcus minor Maskell, Pseudococcus
comstocki Kuwana, dan Pseudococcus longispinus Targioni Tozzetti (Tabel 2).
Tabel 2 Hasil intersepsi kutu putih pada buah lengkeng impor asal Thailand
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Tanggal
16/09/2014
16/09/2014
18/09/2014
29/09/2014
01/10/2014
01/10/2014
01/10/2014
07/10/2014
14/10/2014
16/10/2014
17/10/2014
12/11/2014
02/12/2014
02/12/2014
09/12/2014
09/12/2014
19/12/2014
24/12/2014
31/12/2014

Kode Sampel
492/IX
498/IX
567/IX
826/IX
28/X
29/X
30/X
104/X
234/X
264/X
284/X
179/XI
9/XII
10/XII
143/XII
144/XII
381/XII
473/XII
658/XII

Spesies yang ditemukan
M. hirsutus
M. hirsutus
M. ramchensis, P. marginatus
F. virgata, M. ramchensis
F. virgata, M. ramchensis, P. longispinus
M. ramchensis, P. minor
M. hirsutus
P. comstocki, M. hirsutus
P.lilacinus, P. minor
M. ramchensis, F. virgata
M. hirsutus
M. ramchensis
P. comstocki
M. hirsutus, M. ramchensis
P. minor, M. hirsutus
M. ramchensis
P. marginatus
M. hirsutus
F. virgata

Deskripsi Karakter Morfologi Kutu Putih pada Buah Lengkeng Impor
Genus Ferrisia
Kutu putih yang termasuk ke dalam genus Ferrisia menurut Williams
(2004) memiliki ciri khusus yaitu adanya saluran pipa besar pada dorsal tubuh
(dorsal duct), dimana masing-masing tepi muara dikelilingi area tersklerotisasi
dengan 1 atau lebih seta yang terletak baik di batas atau mendekati area
tersklerotisasi dan hanya memiliki 1 pasang serari yang terletak di lobus anal.
Hasil pengamatan menggunakan mikroskop compound menunjukkan adanya
dorsal duct pada specimen yang ditemukan (Gambar 4) dan juga hanya terdapat 1
pasang serari pada lobus anal (Gambar 5). Hal ini menujukkan bahwa terdapat
specimen kutu putih yang ditemukan pada buah lengkeng impor yang termasuk
dalam genus Ferrisia. Spesies kutu putih yang ditemukan pada buah lengkeng
impor yang masuk ke dalam genus Ferrisia adalah Ferrisia virgata Cockerrel.

15

Ferrisia virgata Cockerrel
Hasil pengamatan preparat kutu putih menggunakan mikroskop compound
terlihat bahwa F. virgata mempunyai antena yang terdiri dari 8 segmen (Gambar
7). Hasil pengamatan juga menunjukkan ciri khusus yang dimiliki oleh F. virgata
yaitu memiliki lempeng porus multilokular yang terdapat pada abdomen segmen
VI (Gambar 8) serta dorsal duct dengan bingkai yang lebih besar dari lempeng
porus multilokular dimana terdapat seta dalam bingkai tersebut (Gambar 9).
Menurut Williams (2004) F. virgata memiliki ciri-ciri bentuk tubuh oval
memanjang dengan panjang hingga 5 mm. Abdomen kadang-kadang lonjong.
Lobus anal terbentuk dengan baik, setiap permukaan ventral dengan satu seta
apical dengan panjang sekitar 280 µm, dan sebuah struktur seperti garis kecil.
Masing-masing antenna memiliki panjang 490-560 µm, dengan 8 segmen.
Tungkai terbentuk dengan baik, ramping, claw stout. Porus translusen terdapat
pada koksa, femur dan tibia tungkai belakang dengan jumlah moderat. Terdapat
circulus, terbagi oleh garis intersegmental. Cincin anal dengan 6 seta, panjang
setiap seta sekitar 600 µm. Serari hanya terdapat di lobus anal, setiap serari
dengan 2 atau 3 conical setae, auxiliary setae dan porus trilokular, semuanya
tergabung dalam daerah kecil tersklerotisasi.
Williams (2004) juga menjelaskan bahwa permukaan dorsal terdapat seta
yang ramping, masing-masing blunt setae atau slightly knobbed pada apex.
Tubular ducts panjang dan ramping, masing-masing dengan lubang dikelilingi
oleh daerah tersklerotisasi melingkar dengan 2-4 blunt setae dan 1 atau 2 porus
discoidal oval dekat margin tapi tanpa batas; terdapat dalam kelompok yang
terdiri 2 atau 3 disekitar margin, kecuali pada abdomen segmen VII, biasanya 8 di
setiap kelompok; submedial ducts juga terdapat pada kebanyakan segmen dan
lainnya terdapat beberapa di bagian sub marjinal thoraks dan anterior segmen
abdomen.
Pada bagian permukaan ventral menurut Williams (2004) terdapat blunt
setae, biasanya lebih panjang dibandingkan dengan dorsal. Lempeng porus
multilokular terdapat pada posterior sampai vulva, dan di dalam satu atau dua
baris pada bagian sub medial pada tepi posterior dari abdomen segmen VI dan
VII. Terdapat porus trilokular yang tersebar merata. Oral colar tubular duct kecil
dan ramping, terdapat di sekitar abdomen segmen V dan posterior segmen dan
dalam kelompok kecil marjinal pada segmen abdomen posterior; terdapat juga 1
atau 2 pada marjin di setiap anterior segmen mulai lobus anal sampai kepala.
Kutu putih ini merupakan salah satu spesies yang telah menyebar hampir
ke seluruh dunia. Serangga ini dilaporkan sudah berada di negara-negara Asia
seperti Bangladesh, Brunei, Myanmar, Kamboja, India, Indonesia, Maladewa,
Malaysia, Pakistan, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam
(Williams 2004). Menurut Williams dan Watson (1988), spesies ini berada di
negara-negara Pasifik seperti Cook Island, Fiji, French Polynesia, Kiribati, New
Caledonia, Papua Nugini, Solomon Island, Tonga, Tuvualu, Vanuatu dan Western
Samoa. Williams dan de Wiliink (1992) melaporkan bahwa spesies ini juga
berada di kawasan Amerika Tengah dan Selatan seperti Argentina, Bahama,
Barbados, Belize, Bolivia, Brazil, Cayman Island, Kolombia, Kosta Rika, Kuba,
Dominika, Ekuador, Kepulauan Galapagos, Guatemala, Guyana, Honduras,
Jamaika, Meksiko, Nevis, Nikaragua, Panama, Paraguay,Peru, Puerto Rico, St.
Kitts, Suriname, Tobago, Trinidad, Venezuela, dan Virgin Islands.

16

Serangga ini memiliki kisaran inang yang luas. Menurut Williams (2004),
Williams dan de Willink (1992), Williams dan Watson (1988), inang dari F.
virgata sekitar 68 famili tanaman antara lain yaitu Acacia sp., Citrus sp., C.
paradise, Glycine max, Acalypha sp, Croton sp., Gossypium sp., Hibiscus
rosasinensis, Terminalia sp., Lycopersicum esculentum, Nerium indicum, Cocos
nucifera, Erythroxylum tortuosum, Gochnatia pulchra, Manihot esculenta, dan
Theobroma cacao. Inang F. virgata di Indonesia menurut laporan Williams
(2004) adalah Zingiber officinale, Ficus sp., Gossypium sp., Azadirachta indica,
Durio kutejensis, Ipomoea sp., Gossypium sp., dan Indigofera sp. Sartiami et al
(1999), F. virgata di Indonesia ditemukan pada Jambu mete, mangga, sirsak,
srikaya, nanas, pepaya, semangka, pepino, alpukat, buah delima, sukun, pisang,
jambu biji, jeruk asam, zaitun, lemon, Citrus paradisi, leci, dan anggur. Hasil
penelitian Nasution (2012) F. virgate ditemukan pada Jambu mete, mangga,
srikaya, murbei, pisang, jambu biji, apel, jeruk pomelo, lemon, rambutan, durian
dan sawo. Hasil penelitian Sarpiyah (2012) menyatakan bahwa F. virgata
ditemukan pada tanaman hias seperti Batavia, puring, kuping gajah, dan kamboja.
Keberadaan kutu putih ini pada lengkeng pernah dilaporkan di Cina tahun 2011.
Kutu putih ini diketahui merupakan vektor Cocoa Swollen Shoot Virus
(CSSV) di Afrika Barat dan Cocoa Trinidad Virus (CTV) di Trinidad (Thorold
1975). Schmutterer (1969) menyatakan bahwa F. virgata adalah hama utama
pohon jambu di Sudan. F. virgata di Tanzania merupakan hama jambu mete dan
di beberapa bagian dunia merupakan hama kapas (Williams 1996). F. virgata juga
merupakan hama pada tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus) dan mesta (H.
sabdariffa) di Bangladesh (Jalil 1971), Leucaena leucocephala di Taiwan (Chang
dan Sun 1985).

Gambar 4 Dorsal duct pada abdomen genus Ferrisia

17

Gambar 5 Serari pada genus Ferrisia yang terletak pada bagian dorsal di
lobus anal

500 µm

Gambar 6 Morfologi tubuh imago betina F. virgata dalam awetan preparat
mikroskop

18

antenna

Gambar 7 Antena F. virgata yang terdiri dari 8 segmen

Gambar 8 Lempeng porus multilokular pada abdomen segmen VI F. virgata

19

Gambar 9 Dorsal duct pada abdomen F. virgata

Genus Maconellicoccus
Kutu putih yang termasuk dalam genus Maconellicoccus menurut
Williams (2004) memiliki ciri khusus yaitu masing-masing antenna umumnya
memiliki 9 segmen. Selain itu kutu putih ini memiliki serari berjumlah 4-6 pasang
yang terletak pada abdomen segmen posterior. Hasil pengamatan menggunakan
mikroskop compound menunjukkan bahwa specimen yang ditemukan memiliki
antenna 9 segmen (Gambar 10) dan juga hanya 5 pasang serari pada bagian
abdomen (Gambar 11). Hal ini menujukkan bahwa terdapat specimen kutu putih
yang ditemukan pada buah lengkeng impor yang termasuk dalam genus
Maconellicoccus. Pada buah lengkeng impor yang masuk melalui Pelabuhan
Tanjung Perak ditemukan 2 spesies kutu putih yang termasuk ke

Dokumen yang terkait

Kutu Putih Ubi Kayu, Phenacoccus Manihoti Matile Ferrero (Hemiptera Pseudococcidae), Hama Invasif Baru Di Indonesia

3 47 118

Insidensi Cendawan Entomophthorales pada Kutu Putih Pe-paya dan Singkong (Hemiptera : Pseudococcidae) di Wilayah Bogor

0 4 105

Insidensi Cendawan Entomophthorales pada Kutu Putih Pepaya dan Singkong (Hemiptera: Pseudococcidae) Di Wilayah Bogor

1 7 57

Keanekaragaman Spesies Kutu Putih (Hemiptera : Pseudococcidae) pada Tanaman Buah-buahan di Bogor

10 50 91

Insiden Cendawan Enthomopthorales Pada Kutu Putih Pepaya, Paracoccus Marginatus Williams & Granara De Willink (Hemiptera : Pseudococcidae) Pada Pertanaman Pepaya Di Bocor

0 6 21

Pengaruh Deterjen dalam Peluruhan Lilin dan Mortalitas Kutu Putih, Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae)

1 8 34

Tingkat Infeksi neozygitesfumosa (Speare) Remaudie're & Keller (Zygomycetes:Entomophthorales) pada Kutu Putih Pepaya, Paracoccus Marginatus Williams & Granara De Willink dan Kutu Putih Singkong, Phenacoccus Manihoti Matie-Ferrero (Hemiptera:Pseudococcidae

1 7 11

Kelipatan dan parasitoid kutu putih Dysmicoccus brevipes (Cockerell) (Hemiptera : Pseudococcidae) serta keanekaragaman semut pada tanaman nanas

0 3 64

BIOLOGI DAN NERACA HAYATI KUTU PUTIH PEPAYA PARACOCCUS MARGINATUS WILLIAMS GRANARA DE WILLINK (HEMIPTERA: PSEUDOCOCCIDAE) PADA TIGA JENIS TUMBUHAN INANG

0 0 9

KUTU PUTIH SINGKONG, PHENACOCCUS MANIHOTI MATILE-FERRERO (HEMIPTERA: PSEUDOCOCCIDAE): PERSEBARAN GEOGRAFI DI PULAU JAWA DAN RINTISAN PENGENDALIAN HAYATI

0 0 8