Dapat dikatakan pemilihan bahan baku lontar bersifat ritual religious sakral, sedang pada buku lebih praktikal dan rasional.
3.1.3 Pengolahan
Lont ar yang akan berfungsi sebagai „kertas‟ harus dipilih secara selektif. Pilihan standar adalah
daun kering yang panjangnya kira kira 25 cm. Daun ini kemudian dikeringkan selama satu hari agar menjadi lebih kering lagi. Kemudian lontar dibersihkan, tulang daun diambil, bagian daun
yang tak dapat dipakai dibuang.
Gbr15 Tahap pengambilan lidi, pemotongan daun, perendaman dan pembersihan daun.
Selanjutnya daun direndam dalam air selama 3 hari untuk menghilangkan semua chlorofilnya. Lalu daun itu di sikat dengan sikat terbuat dari serat kelapa untuk membersihkannya dari telur
belalang, telur insekta dan semua kotoran lainnya. Setelah dibersihkan daun dikerringkan sekali lagi selama satu hari.
Kemudian daun lontar di rebus dalam air mendidih, agar warna daun lontar semakin menjadi merah kekuningan.
Gbr.16 Merebus, merendam dan membilas hasil rebusan
Gbr.17 Berbagai bahan pengawet dari rempah-rempah yang digunakan untuk merebus lontar.
Air yang digunakan untuk merebus lontar harus dicampur dengan daun liligundi. Untuk membuat warna lontar lebih kemerah-kekuningan, daun di rebus dalam
Vitex trifolia
, dan Gambir
uncaria
secukupnya. Terlalu banyak gambir dapat membuat warna merah lontar terlalu gelap. Sesudah direbus, sekali lagi daun dikeringkan di tempat teduh agar daun tidak
mengkerut atau menjadi sulit rata.
Gbr.18 Alat pengepres lontar
Gbr.19 Proses menge-pressan lontar
Tahap berikutnya adalah meratakan daun dengan alat pengepress. Daun yang telah di press dilubangi dengan alat pelubang bernama
cempurit
atau
jempurit
.
Jumlahnya maksimal 3 lubang. Jarak antara ke 3 lubang diatur sedemikian rupa agar lubang yang terletak di tengah tidak simetri dengan ke dua lubang di kiri dan kanannya. Umumnya jarak
lubang kanan dengan titik tengah lontar 2 cm lebih panjang.
Gbr.20 Proses melubangi daun lontar
Kadangkala lontar dilubangi sebelum dicelup, dibersihkan, dikeringkan. Setelah itu lontar diikat dan di press dengan alat pengepress, tepi daun di potong agar berukuran sama dan dihaluskan.
S etelah ukurannya sama dan halus, daun lontar di warnai dengan „
kincu
‟ merah sejenis pemerah bibir atau di jaman sekarang sering digunakan cat. Setelah proses pewarnaan selesai, lontar
dibiarkan selama 6 bulan sebelum ditulisi. Semakin lama disimpan, semakin rata dan padat daun akibat pengepresan. Agar lontar menjadi mudah untuk ditulisi.
Sumber: Gedong Kirtya, Issued by The Goverment Tourism Office of Buleleng,1997
Gbr.21 Blanko lontar yang siap ditulisi
Pada buku modernpun tahap persiapan bahan baku tidak terlalu berarti karena kertas yang ada sudah dalam keadaan bersih atau siap. Pihak percetakan tinggal membeli kertas tertentu dan
memotongnya sesuai kebutuhan cetakan buku.
3.1.4 Penulisan dan Penggambaran Lontar