Berdasarkan Rupa Lontar Berdasarkan Ciri Fisik Lontar

Selain itu ada bukti lain yang menunjukkan bahwa daun lontar telah dipakai sebagai alas tulis di abad 9 dalam bentuk teks Bali yang saat itu kebanyakan ditulis di atas tembaga dan batu. Isinya tentang hal-hal administratif berkaitan dengan institusi religius, tanah milik para dewa dan pajak untuk kelangsungan hidup pura. Inskripsi tembaga ini mirip rupa lembaran lontar. Bentuknya memajang dan dapat diisi 5 baris kalimat. Dari sini di duga bahwa tradisi tulisan lontar telah hadir di masa inskripsi ini dan memainkan peranan penting dalam produksi inskripsi tersebut. Ada dua kemungkinan, ada tulisan yang awal mulanya ditulis di daun lontar atau kemudian ditulis ulang di atas tembaga oleh ahli tulis lontar. Atau sebaliknya, gagasan menulis pada lontar diperoleh dari lempengan tembaga. Berbagai lontar yang ada di Bali dapat diklasifikasikan atas isi yang terkandung di dalamnya dan atas ciri fisik lontar.

2.2 Jenis Naskah Lontar di Bali

Ada berbagai cara untuk menggolongkan karya lontar. Untuk kepentingan tulisan ini lontar Bali akan digolongkan berdasarkan rupa lontar, isi sastra dan ciri fisiknya.

2.2.1 Berdasarkan Rupa Lontar

Berdasarkan kandungan rupa-nya, lontar dapat dibagi berdasarkan lontar aksara huruf, lontar prasi gambar dan lontar prasi aksara. Biasanya untuk lontar yang mengandung gambar disebut sebagai lontar Prasi, yakni sejenis cergam kuno orang Bali. Ada begitu banyak lontar yang mengandalkan gambar misalnya lontar yang berisi jimat penolak bala, tata upacara dan cerita. Lontar aksara adalah lontar yang hanya berisi teks.Berdasarkan cerita yang diilustrasikan ada 4 jenis lontar Prasi berdasarkan kisah:. 1.Kekawin, Ramayana, Bharata Yudha, Bomakawya, Arjunawiwaha, da lain-lain.. 2.Kidung, Jayendria, Dampati-Lelangon, Tantri, Brama Pasangupati dan lain-lain. Gbr.1 Lontar Tantri 3.Parwa-parwa, seperti Adiparwa 4.Cerita Tantri, menceritakan kisah pengalaman raja Asmaryada pa bersama Dyah Tantri. Selain itu, cerita fabel binatang juga termasuk dalam Tantri. Cerita-cerita wayang diadaptasi ke lontar Prasi. Cerita yang berasal dari kekawin mengambil bentuk klasik di Bali Utara disebut sebagai„wayang purba‟. Cerita yang bersumber dari „kidung‟ mengambil rupa Wayang Panji dan cerita dari Parwa memakai bentuk Wayang Parba. Sumber Gedong Kirtya,Issued by The Goverment Tourism Office of Buleleng,1997 Gbr.2 Lontar Prasi Komik Kuno Bali Sumber: www.balivision.comArticle_ResourcesGdkirtya.asp

2.2.2 Berdasarkan jenis Kesusastraan

Gedong Kirtya, museum lontar terlengkap di dunia yang memiliki 1596 judulcakep dan jumlah koleksi buku 8497 judul, 5840 judul salinan lontar yang kesemuanya diklasifikasikan sebagai berikut dipandang dari segi kesusasteraan: 2.2.2.1.Weda - Weda-weda yang ada di Bali memakai bahasa Sansekerta, Jawa kuno dan Bali. - Mantra, menurut perkembangannya berasal dari Jawa dan Bali. - Kalpasastra berisi tentang manfaat upacara-upacara keagamaan. 2.2.2.2.Agama - Palakerta,berisi peraturan seperti: Dharmasastra, Kertaasima dan Awig-Awig. - Sesana, buku-buku petunjuk tentang kesucian moral. - Niti, berisi tentang hokum maupun undang-undang pada jaman kerajaan. 2.2.2.3.Wariga -Waiga, pengetahuan astronomi dan astrologi -Tutur, berasal dari Upadesa pengetahuan trentang kosmos erat berhubungan dengan keagamaan. - Kanda, tentang ilmu bahasa, bangunan, Mitologi dan ilmu pngetahuan khusus - Usada, tentang pengobatan

2.2.2.4. Itihasa

- Parwa, disusun dalam bentuk prosa -.Kekawin, disusun berdasarkan matra india kuno. - Kidung, kesusasteraan yang disusun dengan tembangsekar Madia dengaan bahasa Jawa Kuno dan Tengahan. - Geguritan kesusasteraan yang disusun dengan tembang macapat seperti sinom, Pangkur dsbnya, mempergunakan bahasa Bali.

2.2.2. 5. Babat

- Pamacangah,menceritakan asal-usul kekeluargaan dan silsilah. - Riwayat yang mengandung unsure sejarah seperti: Panji Wijaya Kusuma, Rangga Lawe, Permulaan berdirinya kerajaan Majapahit. - Riwayat runtuhnya kerajaan-kerajaan yang diubah dalam bentuk tembang seperti Rusak Buleleng, \rereg\ Gianjar, Uwug Badung.

2.2.2.6. Tantri

-Cerita-cerita berinduk asal dari kesusteraan India Kuno berbahasa sansekerta: Tantri Kamandaka . -Cerita-cerita Satua Pangantihan Bali dengan pengaruh kesusasteraan Tanri maupun asli Bali. - Surat Pangeling-eling ,catatan-catatan perseorangan maupun raja-raja.

2.2.2.7. Lelampahan

Adalah lakon-lakon yang dipergunakan dalam pertunjukan Gambuh, Wayang Arja ,dllsbgnya.

2.2.2 Berdasarkan Ciri Fisik Lontar

Ada 4 macam, yakni lontar pipil, embat-embatanrencean, cakepan dan kropakan, - Pipil berbentuk lembaran pendek, memakai daun lontar kualitas rendah maupun tinggi. Untuk daun berkualitas tinggi kedua sisinya bisa ditulisi, sedang untuk daun bermutu rendah hanya bagia luar daunlah yang bisa dipakai. Daun pendek ini dipakai untuk menulis memocatatan, surat-surat, catatan desa, dan surat perjanjian atau tulisan yang dianggap rendah baik dari segi isi maupun bahasa. Pipil juga ditulisi dengan gambar magirajahan, mantra dan nama nama orang yang digunakan sebagai jimat dan ritual keagamaan. Ukuran lontar jenis ini adalah panjang antara 8 -11 cm, lebar 3 cm. Gbr.3 Lontar Pipil - Tipe kedua adalah embat-embatan yang terdiri dari kumpulan lontar berbentuk lebih memanjang dengan mutu rendah, ditulisi pada bagian luar daun. Lontar jenis ini dipakai untuk materi tulisan yang dianggap tidak terlalu penting dan tidak perlu bertahan lama, sekalipun demikian embatan sering digunakan untuk catatan dan kalender. Lontar jenis ini „dijilid‟ dengan cara membuat satu lubang diujung salah satu lembaran. Melalui lubang ini tali dimasukkan mengikat semua lembaran menjadi satu kesatuan. Embatan di kemas di dalam kantung kain berwarna kuning atau putih yang melambangkan keilahian. Cara pengemasan ini dilakukan untuk menjaga embatan dari kerusakkan oleh kotoran dan debu. - Gbr. 4 Embat-embatan - Tipe ke tiga dan empat pembuatannya lebih rumit, memakan waktu kerja yang lama,dan memakan biaya tinggi dibanding pipil dan embatan . Sebab itu lontar jenis ini lebih tahan terhadap kerusakan dan sering dimanfaatkan untuk berbagai teks yang dianggap penting, misalnya untuk teks kepahlawanan, epik Mahabrata dan Ramayana. Gbr. 5-6 Kotak Penyimpanan Lontar Baik kedua sisi lontar, bagian dalam dan luar daun dapat dipakai ditulisi. Pada lontar jenis ini tiap lembar di beri 3 lubang, yakni 2 lubang di ujung dan 1 di tengah lembaran lontar. Ukuran lontar jenis ini adalah panjang 62.-65 cm, lebar 4 sd 6 cm dan ini termasuk lontar yang langka ditemui. Pada umumnya panjangnya 40 sd 62 cm, lebar 3,5 sd 4 cm Perbedaan antara lontar cakepan dan kropakan terletak pada Gbr.7 Lontar Kropakan Jadi dapat disimpulkan di sini bahwa naskah lontar adalah semacam „buku‟ yang terbuat dari daun lontar yang telah melalui proses pengawetan. Setelah lembaran siap, ia ditulisidigambari dicukil dengan pisau lontar. Selanjutnya halaman yang telah terisi tadi diwarnai dengan memulasnya dengan serbuk kemiri bakaran. Serbuk hitam ini akan mengisi torehan pisau lontar tadi, sehingga garis torehan berupa aksara atau gambar tadi menjadi tegas.

2.3 Desain Buku Modern

Buku berasal dari Bahasa Inggris kuno „ boc ”, disebut „ buoch ” dalam bahasa jerman dan „ boka ‟ dalam bahasa gothic. Buku adalah sekumpulan helai kertas atau sejenisnya yang polos, tertulis atau tercetak; umumnya dalam keadaan terlipat dalam jumlah dan mengandung cetakan atau tulisan berkesinambungan. atau terjilid. http:ardictionary.comBook6286. Menurut kamus Webster buku adalah: Kumpulan lembaran dari kulit kertas atau lembaran kayugading sekumpulan lembaran yang ditulis atau dicetak, kemudian disatukan menjadi satu „volume‟. Buku juga berarti literatur dalam bentuk karangan tertulis atau tercetak http:www.merriamwebster.comdictionarybook Fungsi buku adalah menampung berbagai informasi. Encarta menulis bahwa buku adalah satu kumpulan lembaran kertas yang dijilid jadi satu, berisi teks, ilustrasi, music, foto dan informasi lainnya. Halaman buku umumnya dijahit atau di lem pada satu sisi dan diberi sampul keras atau lunak. Microsoft Encarta , 2009. © 1993-2008 Microsoft Corporation.