iii
PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI
PENINGKATAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN
MASALAH
PTK Pembelajaran Matematika Bagi Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Kartasura Tahun 20112012
Dipersiapkan dan Disusun oleh:
NURLINA WIJAYA KUSUMAWATI A410080051
Telah Dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 2012
dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Diterima
Susunan Dewan Penguji:
1. Idris Harta, MA.Ph.D
2. Rita P. Khotimah, M.Sc
3. Dra. N. Setyaningsih, M.Si
Surakarta, 2012 Disahkan
Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dekan,
Drs. Sofyan Anif, M. Si. NIK. 547
iv
PENINGKATAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN
MASALAH
Nurlina Wijaya Kusumawati, A410080051, Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Surakarta 2012
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecakapan matematika siswa dalam pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas PTK. Subyek penerima tindakan adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Kartasura yang berjumlah 40 siswa dan subyek
pemberi tindakan adalah guru matematika kelas VIII C SMP Negeri 2 Kartasura. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, catatan lapangan, tes, dan
dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan metode alur yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kecakapan matematika siswa melalui pendekatan pemecahan masalah. Hal ini dapat dilihat dari, 1
kecakapan menyajikan konsep matematika dalam berbagai representasi matematis sebelum dilakukan tindakan sebesar 28,20 dan di akhir tindakan mencapai
87,17, 2 kecakapan meggunakan prosedur dalam pemecahan masalah sebelum dilakukan tindakan sebesar 38,46 dan di akhir tindakan mencapai 82,05, 3
kecakapan memilih rumus yang tepat dalam pemecahan masalah sebelum dilakukan tindakan sebesar 30,76 dan di akhir tindakan mencapai 82,05.
Kata kunci: pendekatan pemecahan masalah, kecakapan matematika
1
v
Pendahuluan
Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa
memiliki kemampuan, 1 memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, 2 menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3 pemecahan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4 mengkomunikasikan gagasan dalam simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, 5 memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin
tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Lembaga pendidikan memiliki peran sentral dalam membantu siswa agar mampu hidup secara produktif di tengah masyarakat serta memiliki kecakapan
untuk menghadapi segala permasalahan yang muncul di dalamnya. Mengingat pentingnya peran lembaga pendidikan, maka pendidikan yang hanya menekankan
pada penguasaan materi saja menjadi tidak sesuai lagi. Pembelajaran di SMP Negeri 2 Kartasura mengalami beragam masalah,
salah satunya adalah rendahnya kecakapan matematika pada materi garis singgung lingkaran. Hal ini dapat dilihat dari, 1 kecakapan menyajikan konsep
2
vi
matematika dalam berbagai representasi matematis hanya 28,20, 2 kecakapan menggunakan prosedur dalam pemecahan masalah hanya 38,46, 3 kecakapan
memilih rumus yang tepat dalam pemecahan masalah hanya 30,76. Banyak
faktor yang mempengaruhi rendahnya kecakapan matematika siswa, salah satunya adalah selama ini guru menerapkan model pembelajaran konvensional. Hal ini
mengakibatkan siswa bersifat pasif, cenderung hanya diam, mendengarkan dan mencatat hal-hal yang sangat penting dari pelajaran.
Gambaran permasalahan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Kartasura perlu diperbarui, diharapkan guru
menggunakan pendekatan pembelajaran yang relevan, sesuai dengan kondisi kelas dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Di dalam Peraturan Pemerintah
No 19 Tahun 2005 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat merangsang kecakapan matematika dalam pembelajaran
adalah pendekatan pemecahan masalah. Penelitian kolaboratif yang dilakukan oleh guru matematika kelas VIII C
SMP Negeri 2 Kartasura dan peneliti ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah berikut “Adakah peningkatan kecakapan matematika setelah dilakukan
pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah pada siswa kelas VIII C semester genap SMP Negeri 2 Kartasura tahun ajaran 20112012?”
3
vii
Landasan Teori
Cockroft Abdurrahman, 2003: 253 mengemukakan alasan perlunya belajar matematika, yaitu 1 digunakan dalam kehidupan sehari-hari, 2 semua
bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, 3 merupakan sarana komunikasi yang baik, 4 sarana untuk mengembangkan kreativitas, 5
meningkatkan kemampuan berpikir logis. Osman Cankoy 2010 yang menyatakan
students should be trained and encouraged to become skilled problem solvers with the ability to conduct
qualitative analysis of problems before they perform quantitative solutions
siswa harus dilatih dan didorong untuk menjadi pemecah masalah yang terampil dengan
melakukan analisis kualitatif masalah sebelum melakukan solusi kuantitatif. Lembaga pendidikan memiliki peran sentral dalam membantu siswa agar
mampu hidup secara produktif di tengah masyarakat serta memiliki kecakapan untuk menghadapi segala permasalahan yang muncul di dalamnya. Lima
komponen kecakapan matematika menurut Kilpatrick 2001 yaitu 1 pemahaman konseptual
konseptual understanding
, 2 kelancaran prosedural
prosedural fluency
, 3 kompetensi strategis
strategic competence
, 4 penalaran adaptif
adaptive reasoning
, 5 disposisi produktif
productive diposition
. Pemahaman Konseptual adalah pemahaman atau penguasaan siswa
terhadap konsep-konsep, operasi, dan relasi matematis. Kelancaran prosedural mengacu pada pengetahuan tentang prosedur, pengetahuan tentang kapan dan
bagaimana menggunakannya secara tepat, dan keterampilan melakukan prosedur secara fleksibel, akurat, dan efisien. Kompetensi strategis mengacu pada
4
viii
kemampuan untuk merumuskan, menyajikan, dan menyelesaikan masalah matematika. Penalaran adaptif merujuk pada kapasitas untuk berfikir secara logis
tentang hubungan antar konsep dan situasi, kemampuan untuk berfikir reflektif, kemampuan untuk menjelaskan, dan kemampuan untuk memberikan pembenaran.
Disposisi produktif berkaitan dengan kecenderungan untuk mempunyai kebiasaan yang produktif, untuk melihat matematika sebagai hal yang masuk akal, berguna,
bermakna, dan berharga, dan memiliki kepercayaan diri dan ketekunan dalam belajar dengan matematika Widjajanti, 2010: 2.
Kecakapan matematika siswa dapat dikembangkan melalui pendekatan pemecahan masalah. Pemecahan masalah adalah suatu pembelajaran di mana
siswa menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajari lebih dahulu yang digunakannya untuk memecahkan masalah yang baru tanpa bantuan khusus
Nasution, 2008: 170. Ciri utama pemecahan masalah yaitu 1 merupakan serangkaian aktivitas pembelajaran, 2 aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah, 3 pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah Sanjaya, 2008:214. Secara garis besar
langkah-langkah pendekatan pemecahan masalah seperti yang dijelaskan Aisyah dalam
http:staff.uny.ac.idsitesdefaultfilesPengembanganPembelajaranMatematika_U nit_5_0.pdf
mengacu kepada model empat tahap pemecahan masalah yang diusulkan oleh Polya, yaitu 1 memahami masalah, 2 menyusun rencana
pemecahan, 3 melaksanakan rencana, 4 memeriksa kembali. Keunggulan pendekatan pemecahan masalah dalam wordpress rokimgd,
5
ix
2010 yaitu 1 cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran, 2 mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah-masalah, 3
membantu siswa mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata, 4 membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya, 5 menarik minat siswa dengan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, 6 mendidik siswa percaya diri sendiri.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas PTK yang dilakukan secara kolaborasi antara guru matematika dengan peneliti. Penelitian
Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama Arikunto, 2008: 3. Penelitian tindakan ditandai dengan adanya perbaikan terus
– menerus sehingga tercapai sasaran dari peneliti tersebut. Perbaikan tersebut dilakukan pada setiap siklus yang dirancang.
Dalam penelitian ini subyek yang melaksanakan tindakan adalah guru matematika, subyek yang dikenai tindakan adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri
2 Kartasura semester genap tahun ajaran 20112012, sedangkan peneliti bertindak sebagai observer.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, catatan lapangan, dokumentasi, dan tes. Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara diskriptif
kualitatif melalui metode alur yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Untuk menjamin kebenaran data yang telah dikumpulkan selama
6
x
kegiatan penelitian maka digunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sebagai
pembanding Moleong, 2007: 330. Penelitian ini menggunakan triangulasi penyelidik dengan jalan memanfaatkan peneliti lain guru matematika kelas VIII
C untuk pengecekan kembali derajad kepercayaan data.
Hasil Penelitian
Secara garis besar kegiatan pembelajaran pada penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Kegiatan setiap siklusnya terdiri kegiatan awal, kegiatan inti,
dan penutup. Guru membuka pembelajaran dengan salam, menyampaikan tujuan pembelajaran,
mengenalkan pendekatan
pembelajaran yang
digunakan pendekatan pemecahan masalah dan memberikan gambaran kegiatan yang
dilakukan. Pembelajaran diawali dengan membagi siswa menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang, selanjutnya siswa diberikan
materi dalam bentuk
hand-out
untuk dipelajari secara mandiri, dilanjutkan mengkaji contoh benda nyata yang terkait dengan materi. Siswa disuguhkan suatu
permasalahan dalam bentuk LKS untuk didiskusikan pemecahan masalahnya melalui langkah-langkah Polya. Pada saat siswa berdiskusi guru berperan sebagai
fasilitator dan peninjau keadaan berlangsungnya diskusi di kelas. Selesai diskusi siswa menyajikan hasil kerja kelompok di depan kelas. Selanjutnya soal tersebut
dibahas bersama-sama dan kelompok yang lain menanggapi. Di akhir pelajaran, siswa melakukan pemecahan masalah soal uji kompetensi secara mandiri
menggunakan langkah-langkah Polya. Pembelajaran diakhiri dengan membuat 7
xi
kesimpulan dari pelajaran. Kemudian guru menutup pelajaran dengan salam. Alur pembelajaran seperti ini dilakukan dalam setiap siklus penelitian.
Kekurangan yang terjadi pada siklus pertama adalah siswa cenderung gaduh dalam mengikuti pelajaran, kurang berperan aktif dalam diskusi, dan cenderung
mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah. Untuk mengatasi hal tersebut pada putaran selanjutnya guru lebih sering lagi dalam memotivasi siswa sehingga
semangat belajar siswa meningkat, menegur siswa yang ramai dengan pertanyaan-pertanyaan, meningkatkan perhatian dan bimbingan guru kepada
siswa yang mengalami kesulitan melalui pemberian umpan balik dan penguatan terhadap jawaban siswa serta membahas kembali jika diperlukan.
Kecakapan matematika siswa sebelum dilaksanakan tindakan kelas masih rendah, ini terbukti dengan belum tercapainya indikator
–indikator kecakapan. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan diperoleh beberapa keterangan atau
gambaran bahwa dari sejumlah 39 siswa, siswa yang mampu menyajikan konsep matematika dalam berbagai representasi matematis hanya sebesar 28,20 atau 11
siswa. Siswa yang telah menggunakan prosedur dalam pemecahan masalah hanya sebesar 38,46 atau 15 siswa. Siswa yang dapat memilih rumus dengan tepat
dalam pemecahan masalah hanya sebesar 30,76 atau 12 siswa. Solusi yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah
.
Pada putaran I indikator-indikator kecakapan mengalami peningkatan. Putaran II
mengacu pada putaran I yang telah mengalami perbaikan, sehingga indikator kecakapan pada putaran II lebih meningkat dari putaran I. Putaran III mengacu
pada putaran II yang telah mengalami perbaikan, sehingga indikator kecakapan 8
xii
pada putaran III semakin meningkat secara signifikan. Pendekatan pemecahan masalah dapat menciptakan suasana belajar yang
tidak membosankan bagi siswa, karena siswa dilibatkan secara aktif. Melatih rasa percaya diri siswa melalui diskusi dan latihan mandiri. Melalui masalah-masalah
kontekstual yang disajikan dapat menarik minat siswa sehingga lebih antusias dalam mengikuti pelajaran, serta meningkatkan pemahaman dan kemampuan
pemecahkan masalah yang berimplikasi pada meningkatnya kecakapan matematika.
Data-data mengenai peningkatan kecakapan matematika siswa dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan pemecahan masalah dari sebelum
tindakan sampai dengan tindakan kelas putaran III dapat disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Data Peningkatan Kecakapan Matematika Siswa
No. Aspek yang diamati
Sebelum
Tindakan
Sesudah Tindakan Putaran I
Putaran II Putaran III 1.
Menyajikan konsep matematika dalam
berbagai representasi matematis
11 siswa 28,20
17 siswa 44,74
27 siswa 71,05
34 siswa 87,17
2. Menggunakan
prosedur dalam pemecahan masalah
15 siswa 38,46
21 siswa 55,26
26 siswa 68,42
32 siswa 82,05
3. Memilih rumus yang
tepat dalam pemecahan masalah
12 siswa 30,76
19 siswa 50
21 siswa 55,26
32 siswa 82,05
Adapun data hasil peningkatan kecakapan matematika siswa dari sebelum tindakan sampai tindakan putaran III disajikan dalam grafik sebagai berikut.
9
xiii
Gambar 1. Grafik Peningkatan Kecakapan Matematika Siswa
Untuk mengetahui kecakapan matematika siswa, dapat dilihat dari hasil tes uji kompetensi yang diberikan pada setiap tindakan kelas. Adapun indikator
kecakapan matematika adalah sebagai berikut.
a. Kecakapan menyajikan konsep matematika dalam berbagai representasi
matematis. Kecakapan
menyajikan konsep
matematika dalam
berbagai representasi matematis berdasarkan hasil dari tiap putaran mengalami
peningkatan. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah, siswa disajikan suatu permasalahan yang harus
diselesaikan melalui langkah Polya. Langkah Polya yang pertama adalah memahami masalah, pada tahap ini siswa merumuskan apa yang diketahui
dan apa yang ditanyakan dalam soal. Kegiatan tersebut dapat melatih 10
xiv
kecakapan siswa menyajikan konsep matematika dalam berbagai representasi matematis.
b. Kecakapan menggunakan prosedur dalam pemecahan masalah.
Kecakapan menggunakan prosedur dalam pemecahan masalah berdasarkan hasil dari tiap putaran mengalami peningkatan. Hal ini
dikarenakan dalam pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah siswa disajikan suatu permasalahan yang harus diselesaikan. Siswa
menggunakan langkah Polya dalam pemecahan masalah. Setelah siswa memahami masalah, langkah Polya selanjutnya adalah merencanakan
pemecahan dan melaksanakan rencana. Pada kegiatan ini yang dilakukan adalah menyusun prosedur dan menjalankan prosedur yang telah
direncanakan tersebut, sehingga siswa terlatih untuk menggunakan prosedur dalam setiap pemecahan masalah.
c. Kecakapan memilih rumus yang tepat dalam pemecahan masalah.
Kecakapan memilih rumus yang tepat dalam pemecahan masalah berdasarkan hasil dari tiap putaran mengalami peningkatan. Hal ini
dikarenakan pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah melatih siswa untuk lebih memahami materi. Pemahaman siswa terhadap materi
memudahkan siswa memilih rumus yang tepat dalam pemecahan masalah.
Simpulan
1. Kecakapan metematika siswa mengalami peningkatan melalui pendekatan
pemecahan masalah. Adapun tindak mengajar yang dilakukan oleh guru 11
xv
yaitu, 1 siswa berkelompok demgan anggota 4-5 siswa, 2 siswa mempelajari materi melalui
hand-out
, 3 guru bersama dengan siswa mengkaji contoh benda nyata yang terkait dengan materi, 4 siswa mendiskusikan pemecahan
masalah LKS sesuai langkah Polya, 5 siswa menyajikan hasil diskusi di depan kelas, 6 siswa melakukan pemecahan masalah uji kompetensi secara
mandiri sesuai langkah Polya, 7 guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.
2. Peningkatan kecakapan matematika dapat dilihat dari beberapa indikator
sebagai berikut. a.
Menyajikan konsep matematika dalam berbagai representasi matematis Berdasarkan data hasil tindakan kelas dari putaran I sampai putaran III,
kecakapan matematika siswa dalam menyajikan konsep matematika dalam berbagai representasi matematis mengalami peningkatan. Sebelum
tindakan, siswa yang mampu menyajikan konsep matematika dalam berbagai representasi matematis sebanyak 11 siswa 28,20, pada
putaran I sebanyak 17 siswa 44,74, putaran II sebanyak 27 siswa 71,05, dan putaran III sebanyak 34 siswa 87,17.
b. Menggunakan prosedur dalam pemecahan masalah
Berdasarkan data hasil tindakan kelas dari putaran I sampai putaran III, kecakapan matematika siswa dalam menggunakan prosedur mengalami
peningkatan. Sebelum tindakan sebanyak 15 siswa 38,46, pada putaran I sebanyak 21 siswa 55,26, putaran II sebanyak 26 siswa
68,42, dan putaran III sebanyak 32 siswa 82,05. 12
xvi
c. Memilih rumus yang tepat dalam pemecahan masalah
Berdasarkan data hasil tindakan kelas dari putaran I sampai putaran III, kecakapan siswa memilih rumus yang tepat dalam pemecahan masalah
mengalami peningkatan. Sebelum tindakan sebanyak 12 siswa 30,76, pada putaran I sebanyak 19 siswa 50, pada putaran II sebanyak 21
siswa 55,26, dan pada putaran III sebanyak 32 siswa 82,05.
Saran
1. Terhadap Guru Matematika
a. Dalam kegiatan pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah
guru harus lebih memotivasi siswa untuk belajar matematika. b.
Guru hendaknya menggunakan pendekatan pemecahan masalah sebagai salah satu inovasi dalam pembelajaran matematika.
c. Hendaknya guru memfasilitasi siswa dengan kegiatan-kegiatan untuk
meningkatkan aktivitas siswa. 2.
Terhadap Peneliti berikutnya Komponen kecakapan matematika yaitu 1 pemahaman konseptual, 2
kelancaran prosedural, 3 kompetensi strategis, 4 penalaran adaptif, dan 5 disposisi produktif. Diharapkan peneliti berikutnya untuk melakukan uji
statistik sehingga dapat diketahui komponen mana yang paling berpengaruh terhadap peningkatan kecakapan matematika.
13
xvii
Daftar Pustaka
Abdurrahman, Mulyono. 2003.
Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar
. Jakarta: Rineka Cipta.
Aisyah, Nyimas.”Pendekatan Pemecahan Masalah Matematika” online, http:staff.uny.ac.idsitesdefaultfilesPengembanganPembelajaranMate
matika_Unit_5_0.pdf , diakses tanggal 24 Juli 2012.
Arikunto, Suharsimi. 2008.
Penelitian Tindakan Kelas
. Jakarta: PT Bumi Aksara. Kilpatrick, J. Swafford dan Findell B. Ed. 2001.
Adding it up: Helping Children Learn Mathematics.
Washington, DC : Nation Academy Press. Moleong J. Lexy. 2007.
Metode Penelitian Kualitatif
. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2008.
Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar
. Jakarta: Bumi Aksara.
Osman Cankoy. 2010. “
Effect Of A Problem Posing Based Problem Solving Instruction On Understanding Problem
”,
Journal Of Education
, 38, 11-24. Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Pendidikan Masional Republik Indonesia Nomor
22 Tahun
2006 Tentang
Standar Isi
. Online,
http:www.permen22tahun2006tentangstandarisi, diakses tanggal 7 Maret 2012.
Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005.
Online, http:www.permen19tahun2005, diakses tanggal 7 Maret 2012.
Rokim.2010. “Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving” online, http:www.Rokimgd.wordpress.comberhasil-mena...
, diakses tanggal 7 Maret 2012.
Sanjaya, Wina. 2003.
Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
. Jakarta: Pranada Media. Widjajanti,Djamilah Bondan. 2011.
Mengembangkan Kecakapan Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika melalui Strategi Perkuliahan
Kolaboratif Berbasis
Masalah
Online, http:www.kecakapanmatematika.com, diakses tanggal 7 Maret 2012.
14