Debbie Meliana Malau, 2014 Inferensi Pornografi Terhadap Tuturan dalam Film Indonesia Bergenre Horor Melalui
Perspektif Pragmatik Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
2 mengidentifikasi tuturan dalam film Indonesia bergenre horor yang
mengandung implikatur; 3
mendekripsikan dan menganalisis implikatur untuk memahami maksud tuturan;
4 menginterpretasi tuturan melalui inferensi pragmatik sehingga dapat dipahami
sebagai maksud pertuturan.
3.4 Instrumen Penelitian
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif yakni sebagai perencana, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya peneliti
menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena peneliti menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian
Moleong, 1989: 168. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti adalah instrumen kunci.
3.5 Defenisi Operasional
Definisi operasional ini dibutuhkan agar tidak terjadi pertentangan pendapat dalam penelitian ini. Definisi operasional yang diperlukan dalam
penelitian sebagai berikut. 1
Inferensi yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan pengetahuan tambahan yang digunakan mitra tutur untuk mengungkap implikatur
percakapan. 2
Pornografi adalah penggambaran tingkah laku melalui lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi.
3 Tuturan merupakan dialog atau kata-kata yang diujarkan oleh para pemain
maupun pemeran dalam film horor yang mereka perankan. 4
Film horor di Indonesia adalah film horor yang terdapat di Indonesia yang tuturannya berpotensi porno.
Debbie Meliana Malau, 2014 Inferensi Pornografi Terhadap Tuturan dalam Film Indonesia Bergenre Horor Melalui
Perspektif Pragmatik Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Pada bab terakhir ini akan disimpulkan hasil dari penelitian. Temuan dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,
merupakan dasar dalam menyusun simpulan pada bab ini. Penelitian ini membahas maksud tuturan yang berpotensi sebagai tuturan porno dalam
wujud tuturan film Indonesia bergenre horor. Tuturan
film yang dikaji dalam penelitian ini antara lain “Hantu Perawan Jeruk Purut 2008, “Dendam Pocong Mupeng 2010”, “Arwah
Goyang Jupe- Depe 2011”, “Rumah Bekas Kuburan 2012”, “Hantu Budeg
2012” dan “Kutukan Arwah Santet 2012”, menggambarkan adanya maksud yang berpotensi sebagai tuturan porno. Dari 6 buah film horor
tersebut, terdapat 30 peristiwa tutur yang berpotensi sebagai tuturan porno. Bahasa yang dibangun dalam tuturan tersebut menyimpan pesan tersendiri,
baik secara ekplisit maupun implisit. Sejalan dengan rumusan penelitian, maka ada dua simpulan dari penelitian ini.
Pertama, tuturan film horor yang dianalisis melahirkan implikatur. Implikatur tersebut teridentifikasi melalui analisis terhadap penerapan PKS.
Prinsip kerja sama dalam tuturan film horor tersebut acap kali dilanggar. Pelanggaran terhadap prinsip kerja sama tersebut menghasilkan implikatur
percakapan. Pelanggaran prinsip kerja sama tersebut mencakup pelanggaran maksim kuantitas, kualitas, relevansi, dan maksim cara. Pelanggaran maksim
kuantitas terjadi karena seorang peserta tutur memberikan informasi yang kurang jelas atau berlebihan kepada lawan tuturnya. Pelanggaran maksim
relevansi terjadi karena peserta tutur memberikan jawaban yang tidak bertautan dengan pembicaraan sebelumnya dan mencoba mengalihkan topik
pembicaraan yang sedang terjadi. Pelanggaran maksim cara terjadi karena peserta tutur memberikan suatu informasi yang tidak jelas ataupun kabur.