Kedudukan anak dan harta bersama dalam perkawinan di bawah tanganmenurut hukum islam dan UU no.1 Tahun 1974 tentang perkawinan
KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA RERSAMA DALAM
PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN MENURUT
HUKUM ISLAM DAN UU N0.1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN
L'
OLEH:
NUR HIDAYAH
PROGRAM STUDI PERADILAN AGAMA
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
.JURUSAN AHWAL SYAKHSHIYYAH
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1427 HI 2006 M
KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA BERSAMA DALAM
PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN MENURUT
HUKUM ISLAM DAN UU
NO. 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syari'at Guna
Mencapai Gclar Sarjana Hukum Islam
Olcb:
Nur Hidayab
NIM. 101044122111
Drs. H. Afi 1 llauzi Abbas MA
NIP ISO 210 421
PROGRAM STUD! PERADILAN AGAMA
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
JURUSAN AHWAL SYAKHSHIYYAH
UIN SYARIF I-IIDA YATULLAH
JAKARTA
1427 H/2006 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang be1judul "Kedudukan Anak dan Harta Bersarna dalarn Perkawinan
di Bawah Tangan Menurut Hukum Islam dan UU No. I I 1974 tentang
Perkawinan" telah diajukan dalam siding Munaqasyah Fakultas
Syari'ah clan Hukum UIN Syarif !-lidayatullah Jakarta, pada tanggal
20 Juli 2006. skripsi ini telah cliterirna sebagai salah satu syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hnkum Islam pacla
Jurusan Ahwal Syakhshiyyah
Jakaita, 20 Juli 2006
Mengesahkan
Oekan,
NIP.
F. Dr. H. Muhammad. Amin Suma SH, MA, MM'
50 210 422
PANIT!A UJIAN
Ketua
Prof. Dr. !-!. Muh. Amin Suma, SH, MA, MM
Sekretaris
Drs. Ascp Syari fuddin H ithtyal SI-I, M1-1
Pernbimbi, :g: Ors. H. Afifi Fauzi Abbas, MA
Penguji
Ora. I-lj. f-Ialimah Ismail
Penguj i Il
Dedi Nursamsi, SH, M.Hum
KATA PENGANTAR
Bismillahirramanirrahim
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
segala
ridho-Nya
penulis
dapat
menyelesaikan
penyusunan
skripsi
yang
be1judul "Kedudukan Anak dan Harta Bersama dalam Perkawinan di Bawah
Tangan Menurut Hukum Islam dan UU Perkawinan No. I I 1974" sebagaimana
mestinya.
Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada manusia agung yang
menjadi panutan Islam dan selalu dinantikan syafa'atnya di hari kiamat, Nabi
Mu11ammad SAW, serta sahabat dan keluarganya hingga akhir zaman.
Suka cita menyelimuti penulis seiring dengan selcsainya pcnyusunan
skripsi
1111.
Hal terscbut tidak lain karcna dorongan dan bantuan berbagai
pihak. Oleh karcnanya Pcnulis mcngucapkan tcrima kasih yang tak tcrhingga
kepada yang terhormat :
I.
Bapak Prof. Dr. Hasanuddin AF, MA., selaku Dosen dan Dekan Fakultas
Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Ora. Hj. Halimah Ismail dan Bapak Drs. Asep Syarifuddin Hidayat,
SH, MA., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ahwal Syakhshiyyah.
3.
Bpk Ors. 1-1. Afifi Fauzi Abbas, MA., sclaku Doscn Pembimbing yang
telah
rela
memberikan
waktunya
serta
bimbingannya dengan
ketekunan kesabaran dan perhatiannya pada pcnulis.
penuh
4.
Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari'ah dan Hukum yang telah
mewariskan ilmunya kepada penulis.
5.
Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas syari'ah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk pengumpulan bahan skripsi ini.
6.
Kepada Ayahanda H. Suwaryo Dan Ibunda Hj. Hayanah, yang selalu
membimbing penulis dengan sepenuh hati, kesabaran dan perhatian kepada
penulis.
7.
Kepada kakak Nur Ai'ni ST, serta saudara-saudaraku yang tercinta, yang
telah memberikan motivasi dan dukungannya kepada penulis. Khususnya
adikku Boby Handoko yang tcrcinta yang di Pesantren, Terima kasih
yang telah memberi semangat kcpada pcnulis.
8.
Kakanda yang tercinta Akhmad Saefuddin yang telah mencurahkan kasih
sayang serta
kcsabarannya
dan
bimbingannya schinJga
pcnulis dapal
menyelesaikan skripsi.
9.
Rekan-rekan di Jurusan Ahwal Syakhshiyyah angkatan 2001 yang turut
mewarnai cakrawala pemikiran penulis sclama masa kuliah.
I 0.
Teman-temanku
di
Peradilan
Agama
"A",
yang
telah
mcmbcrikan
semangat dan motivasi pada penulis untuk menulis skripsi.
11.
Khususnya "Nyai alias "Eha" yang tclah mcncmani pcnulis dcngan sctia,
serta canda tawanya, kritik dan sarannya pada penulis.
12.
Untuk sahabar kecilku Rini, terima kasih telah ngebantu penulis disaat
penuli dalam kesusahan dalam skripsi.
Atas semua itu, penulis hanya dapat memanjatkan do'a kepada Allah
SWT, semoga amal baiknya diterima Allah SWT, dan mendapatkan balasan
yang setimpal amin. Terakhir penulis berharap semoga kiranya skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya pembaca pada umumnya.
Jakarta, 20 Juli 2006
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PEN GANTAR ............................................................................... .
DAFTAR ISi ...............................................................................................
iv
BAB I
1
: PENDAHULUAN ..................................................................
A. Latar Belakang Masalah ................................................. ..
BAB II
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..............................
7
C. Tujuan Penelitian ..............................................................
8
D. Metode Penelitian..............................................................
9
E. Sistematika Penulisan ........ ....... .......... ...... ... ... .. ......... ...... .
I0
: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN..........................
13
A. Pengertian Perkawinan Di Bawal1 Tangan Menurut
Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 1/1974....... ....
13
B. Faktor Penyebab Terjadinya Perkawinan
Di Bawal1 Tangan. .... .... .... ... .... ... .... ... ... ...... .. ... ... ... ... ... .....
19
C. Tinjauan Hukum Islan1 dan Undang-Undang No. 1/1974
Terhadap Perkawinan Di Bawah Tangan.......................
23
BAB III : PENGERTIAN
ANAK
DAN
HARTA
BERSAMA
MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG
NO. 1/1974...............................................................................
29
A. Pengertian Anak Menurut Hukum Islam dan UndangUndang No. 1/1974...........................................................
B. Status
Anak
Dari
Perkawinan
Di
Bawah
29
Tangan
Menurut Hukum Islam Dan Undang-Undang No.l/1974
35
C. Harta Bersama Menurut Hukum Islam Dan
Undang-Undang No. 111974 ...........................................
41
D. Terbentuknya Harta Bersama Dalam Perkawinan ..:......
50
BAB IV : KEDUDUKAN
ANAK
DAN
HARTA
BERSAMA
DALAM PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN.........
S3
A. Akibat Perkawinan Di Bawah T:mgan Terhadap Harla
Bersama Menurut Hukum Islam Dan Undang-Undang
No. i/1974 ..........................................................................
53
B. Kedudukan Anak Akibat Perkawinan di Bawah Tangan
Terhadap Harta Bersama Menurut Hukum Islam dan
BAB V
Undang-Undang No. 1/1974 ............................................
60
: PENUTUP ...............................................................................
67
A. Kesimpulan ............................................ ............................
67
B. Saran...................................................................................
DAFTAR PUSATAKA
69
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Suatu kenyataan dalam keberadaan makhluk hidup di muka bumi
adalah mereka terdiri dari dua jenis, yakni jenis laki-laki dan jenis
perempuan. Kedua jenis makhluk itu, baik dari segi fisik maupun dari
segi psikis mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Namun secara biologis
kedua jenis makhluk hidup tersebut adalah saling membutuhkan, sehingga
mereka menjadi berpasang-pasangan atau be1jodoh-jodohan yang secara
harfiah disebut perkawinan 1.
Perkawinan adalah perilaku makhluk hidup agar kehidupan di alam
dunia berkembang biak.
Perkawinan
bukan saja terjadi
di
kalangan
manusia, tetapi te1jadi pula pada tanaman dan hewan. Firman Allah SWT
Artinya:
"Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya
kamu mengingat akan kebesaran Allah''. (Q.S. Adz-Dzariyaat: 51: 49)
1
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah.
Ma 'arif, 1990), ha!. 7
Alih Bahasa: Drs. Moh. Thalib, Jilid 6, (Bandung: PT. al
2
Allah SWT telah memilih dengan cara perkawinan manusia dapat
keturunan . dan dapat melestarikan kehidupannya setelah masing-masing
pasangan stap melakukan peranannya yang positit: Firman Allah SWT:
{ ' I"
Artinya:
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorc;ng
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu sating kenal mengeral.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (Q.S. Al-Hujurat: 49: 13)
Allah SWT tidak ingin menjadikan manusia itu seperti makhluk
lainnya, yang bebas mengikuti nalurinya dan bcrhubungan antara laki-laki
dan perempuan secara anarki dan tidak ada aturan yang mcngaturnya.
Demi menjaga martabat kemulyaan manusia, Allah SWT menurunkan
hukum perkawinan yang sesuai dengan martabat manusia itu.
Bangsa
Indonesia
yang
berdasarkan
Pancasila
telah
memiliki
Undang-Undang Perkawinan Nasional yaitu Undang-Undang No. I I 1974
dan telah dimuat dalam lembaran Negara No. I I 1974, yang sifatnya
dikatakan
menampung
sendi-sendi
dan
mero beri kan
landasan
hukum
3
perkawinan yang selama ini menjadi pegangan dan berlaku bagi berbagai
golongan masyarakat yang berbeda. 2
Dalam pasal
1 ayat
1 UU No. 1 I 1974 tentang Perkawinan
memberikan definisi sebagai berikut adalab : "Perkawinan adalah ikatan
labir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumab tangga yang babagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa)". "Perkawinan adalah sah apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya"
(pasal2ayat1). 3
Pada penjelasan pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa sebagai negara
yang berdasarkan Pancasila dimana sila pertamanya adalab Ketuhanan
Yang Mal1a Esa, maka perkawinan bukan saja mempunyai unsur labir
tetapi unsur bathin juga mempunyai peranan yang penting.
Untuk menciptakan ikatan yang mitsaqan ghalizan (ikatan yrng
kokoh), selain harus memenuhi ketentuan pasal 2 ayat (1) UU No. 1 I
1974, juga harus dipenuhi pasal 2 ayat (2) nya yakni pencatatan pada
tiap--tiap Perkawinan dengan tujuan
w1tuk
menjamin ketertiban dan
kepastian hukum. Namun dalam prakteknya, tak dapat dipungkiri babwa
sampai
sekarang
masih
sermg
terjadi
pernikahan-pernikahan
yang
'bermasalal1', biasanya masalab tersebut berupa kecacatan atau kekurangan
2
Hilman Hadi Kusuma. Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, flukum Ada/ da11
Hukum Agama. (Bandung: Manclar Maju, 1990), hal. 2.
3
Undang-Undang No. I I 1974 tenlang Pcrkawinan, Pasal I ayal I dan pasal 2 ayal I
4
rukun-rukun
dan
syarat-syarat
perkawinan
sebagaimana
yang
telaj
ditetapkan oleh hukum Islam dan hukum positif. Salah satu pernikahan
yang bermasalah itu adalah apa yang dikenal dengan pernikahan sirri
(pernikahan yang sengaja disembunyikan).4
Dalam pasal tersebut di atas terkandung maksud bahwa tidak ada
perkawinan di luar hukwn agama dan kepercayaan dari masing-masing
pihak
yang
beragama
melangsungkan
Islam
perkawinan
perkawinannya barn
tersebut.
sah
Jadi
orang
apabila dilakukan
yang
mcnurut
hukwn Islam. Hal lain yang penting adalah adanya ketentuan mengenai
pencatatan
perkawinan
yang
dilaksanakan
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pencatatan
pencatatan
misalnya
tiap-tiap
perkawinan
peristiwa-peristiwa
kelahiran,
kematian,
penting
yang
adalah
sama halnya dengan
dalam
kehidupan
dinyatakan
dalam
seseorang,
surat-surat
keterangan suatu akte yang juga dimuat dalam daftar catatan. 5
Dengan diadakannya pencatatan ini juga untuk kepastian hukum
dalam bidang pcrkawinan.
Dcngan diadukannya pcncatatan itu, rnaka
perkawinan jelas adanya, baik bagi yang bersangkutan maupun bagi orang
4
Gani Abdullah dan Moh. Daud Ali, Tidak Memenuhi Hukum Perkawinan Positif Berarti
Ke/uar dari Sistim Perkawinan yang Ber/aku, Mimbar Hukum : No. 28 Tim. Vll (Jakm1a : AlHikmah dan DITBINBAPER, 1996), September-Oktobcr, hal. 27
5
Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta: Bhineka Cipta, Cet. I, 1991), hal. 8.
5
lain dan masyarakat pada umumnya. Bila pencatatan perkawinan tidak
dilakukan, maka ini jelas merupakan suatu perbuatan melanggar hukum.
Dewasa
ketentuan
ini
masih
mengenai
banyak
te1jadi
pencatatan
perkawinan
perkawinan,
yaitu
yang
melanggar
mereka
yang
melangsungkan perkawinan yang memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun
perkawinan,
dan
perkawinan
terscbut
tidak
dicatat
dalam
lembaga
perkawinan, perkawinan ini di sebut perkawinan di bawah tangan.
Dengan adanya perkawinan di
bawah tangan
ini, menimbulkan
ketidak pastian hukum bagi pihak yang melangsungkan perkawinan, juga
berpengaruh terhadap antara lain :
1.
Kedudukan suarni istri dalam perkawinan.
2.
Kedudukan anak-anak yang lahir dalarn pl!rkawinan
3.
Kedudukan harta bersama dalarn perkawinan
Melalui perkawinan suarni istri terikat dalam suatu pe1janjian untuk
hidup bersama dalarn membina rumal1 tangga, di antara hasil kebersamaan
antara suami istri itu adala!J berupa harta bcnda. Harta benda yang
diperoleh selama dalam perkawinan adala!J harta bersama (pasal 35 ayat
1, UU No. I I 1974 tentang Perkawinan).
Pengaturan harta bersama merupakan persoalan cukup penting dalam
perkawinan, terutanm untuk membedakan harta bersama yang dihasilkan
dalarn perkawinan.
Selain itu,
untuk mengatasi persoalan yang akan
muncul apabila te1jadi putusnya ikatan perkawinau, juga untuk melindungi
6
istri dari kemungkinan gugatan dari keluarga suam1 atau kemungkinan
hak-haknya dilanggar oleh suami.
Di dalam UU Perkawinan pasal 37 dijelaskan "bila perkawinan
putus karena perceraian, harta tersebut diatur menurut hukumnya masingmasing. Dalam pasal 37, dijelaskan yang dimaksud dengan hukumnya
masing-masing adalah hukum agama, hukum adat dan hukum-hukum
Jainnya". Dengan demikian hukum agama dan hukum adat termasuk
bagian dari sistim hukum yang ada di Indonesia.
Masih banyak hal-hal Jain selain di atas, maka sangat menarik
untuk mengkaji masalah perkawinan di bawah tangan m1, terutama
mengenai masalah kedudukan anak dan harta bersama.
Dalam membahas kedudukan anak dan harta bersama ini tidak hanya
di ambil dari hukum Islam saja, tetapi juga dari UU No. I I 1974 tentang
Perkawinan . oleh karena itu, penulisan skripsi ini diberi judul :
"KEDUDUKAN
ANAK
DAN
HARTA
BERSAMA
DALAM
PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN MENURUT HUKUM ISLAM
DAN UU NO. I II974 TENTANG PERKAWINAN ".
Adapun pemilihan judul ini didasari dengan adanya beberapa alasan
yaitu:
I.
Dengan adanya UU No. I /1974 tentang Perkawinan, maka dengan
demikian
bangsa
Indonesia
mempunyai
suatu
Undang-Undang
7
Nasional mengenai Perkawinan yang di dalamnya diatur tentang
kedudukan anak dan harta bersama.
2.
Masih kurangnya minat masyarakat untuk mencatat perkawinannya
pada lembaga pencatatan nikah.
3.
Dengan adanya penulisan ini, semoga semua kendala dan masalah
yang timbul dalam perkawinan di bawah tangan, terutama yang
menyangkut
dipahami,
kedudukan
untuk
anak
dan
selanjutnya dapat
harta
diterima
bersanm
dapat
keberadaannya
lebih
oleh
masyarakat Indonesia.
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan Iatar belakang masalah yang telah diuraikan BAB I porn
A, maka jelaslah bahwa masalah yang dibahas secara kompleks dan Iuas.
oleh karena itu, pembahasan mengenai keduduk:m anak dan haiia bersama
dalam perkawinan di bawah tangan menurut hukum Islam dan UU No. I
11974 tentang Perkawinan .
Bahwa nikah di bawah tangan yang dimaksud dalam tulisan ini
adalah nikah yang telah memenuhi ketentuan rukun dan syarat perkawinan
tetapi dirahasiakan, sehingga dalam istilah lain disebut sebagai nikah sirri.
Perkawinan jenis ini dirahasiakan baik dari masyarakat atau dari aparat
yang berwenang dalam ha! ini adalah Pegawai Pcncatat Nikah. Sedangkan
status akibat anak di bawah tangan adalah status hukumnya dalam
pandangan hukwn Islam dan hukum positit:
8
Hukum
Islam
di
sm1
adalah
hukum
perdata
Islam
yang
spesialisasinya adalah hukum keluarga atau dalam istilah fiqhnya disebut
fiqh munakalmt. Sedangkan hukum positif adalah hukum yang orientasinya
pada tempat dan waktu tertentu. Dalam hal perkawinan di Indonesia yang
dimaksud adalah UU No. II 1974 tentang Perkawinan
Berdasarkan latar belakang dan pembal1asan masalal1 di atas maka
penulis merumuskan masalal1 sebagai berikut :
I.
Apa yang dimaksud dengan perkawinan di
bawal1 tangan
dan
bagaimana tinjauan hukumnya menurut hukum Islan1 dan UU No. I I
1974?
2.
Bagaimana kedudukan anak yang lahir dari perkawinan di bawah
tangan
menurut
hukum
Islam
dan
uu
No. 1/1974
tentang
Perkawinan?
3.
Bagaimana kedudukan harta bersanm dari perkawinan di bawah
tangan menurut
hukum
Islam
dan
uu
No. I I 1974
ten tang
Perkawinan?
C.
Tujuan
PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN MENURUT
HUKUM ISLAM DAN UU N0.1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN
L'
OLEH:
NUR HIDAYAH
PROGRAM STUDI PERADILAN AGAMA
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
.JURUSAN AHWAL SYAKHSHIYYAH
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1427 HI 2006 M
KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA BERSAMA DALAM
PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN MENURUT
HUKUM ISLAM DAN UU
NO. 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syari'at Guna
Mencapai Gclar Sarjana Hukum Islam
Olcb:
Nur Hidayab
NIM. 101044122111
Drs. H. Afi 1 llauzi Abbas MA
NIP ISO 210 421
PROGRAM STUD! PERADILAN AGAMA
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
JURUSAN AHWAL SYAKHSHIYYAH
UIN SYARIF I-IIDA YATULLAH
JAKARTA
1427 H/2006 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang be1judul "Kedudukan Anak dan Harta Bersarna dalarn Perkawinan
di Bawah Tangan Menurut Hukum Islam dan UU No. I I 1974 tentang
Perkawinan" telah diajukan dalam siding Munaqasyah Fakultas
Syari'ah clan Hukum UIN Syarif !-lidayatullah Jakarta, pada tanggal
20 Juli 2006. skripsi ini telah cliterirna sebagai salah satu syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hnkum Islam pacla
Jurusan Ahwal Syakhshiyyah
Jakaita, 20 Juli 2006
Mengesahkan
Oekan,
NIP.
F. Dr. H. Muhammad. Amin Suma SH, MA, MM'
50 210 422
PANIT!A UJIAN
Ketua
Prof. Dr. !-!. Muh. Amin Suma, SH, MA, MM
Sekretaris
Drs. Ascp Syari fuddin H ithtyal SI-I, M1-1
Pernbimbi, :g: Ors. H. Afifi Fauzi Abbas, MA
Penguji
Ora. I-lj. f-Ialimah Ismail
Penguj i Il
Dedi Nursamsi, SH, M.Hum
KATA PENGANTAR
Bismillahirramanirrahim
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
segala
ridho-Nya
penulis
dapat
menyelesaikan
penyusunan
skripsi
yang
be1judul "Kedudukan Anak dan Harta Bersama dalam Perkawinan di Bawah
Tangan Menurut Hukum Islam dan UU Perkawinan No. I I 1974" sebagaimana
mestinya.
Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada manusia agung yang
menjadi panutan Islam dan selalu dinantikan syafa'atnya di hari kiamat, Nabi
Mu11ammad SAW, serta sahabat dan keluarganya hingga akhir zaman.
Suka cita menyelimuti penulis seiring dengan selcsainya pcnyusunan
skripsi
1111.
Hal terscbut tidak lain karcna dorongan dan bantuan berbagai
pihak. Oleh karcnanya Pcnulis mcngucapkan tcrima kasih yang tak tcrhingga
kepada yang terhormat :
I.
Bapak Prof. Dr. Hasanuddin AF, MA., selaku Dosen dan Dekan Fakultas
Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Ora. Hj. Halimah Ismail dan Bapak Drs. Asep Syarifuddin Hidayat,
SH, MA., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ahwal Syakhshiyyah.
3.
Bpk Ors. 1-1. Afifi Fauzi Abbas, MA., sclaku Doscn Pembimbing yang
telah
rela
memberikan
waktunya
serta
bimbingannya dengan
ketekunan kesabaran dan perhatiannya pada pcnulis.
penuh
4.
Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari'ah dan Hukum yang telah
mewariskan ilmunya kepada penulis.
5.
Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas syari'ah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk pengumpulan bahan skripsi ini.
6.
Kepada Ayahanda H. Suwaryo Dan Ibunda Hj. Hayanah, yang selalu
membimbing penulis dengan sepenuh hati, kesabaran dan perhatian kepada
penulis.
7.
Kepada kakak Nur Ai'ni ST, serta saudara-saudaraku yang tercinta, yang
telah memberikan motivasi dan dukungannya kepada penulis. Khususnya
adikku Boby Handoko yang tcrcinta yang di Pesantren, Terima kasih
yang telah memberi semangat kcpada pcnulis.
8.
Kakanda yang tercinta Akhmad Saefuddin yang telah mencurahkan kasih
sayang serta
kcsabarannya
dan
bimbingannya schinJga
pcnulis dapal
menyelesaikan skripsi.
9.
Rekan-rekan di Jurusan Ahwal Syakhshiyyah angkatan 2001 yang turut
mewarnai cakrawala pemikiran penulis sclama masa kuliah.
I 0.
Teman-temanku
di
Peradilan
Agama
"A",
yang
telah
mcmbcrikan
semangat dan motivasi pada penulis untuk menulis skripsi.
11.
Khususnya "Nyai alias "Eha" yang tclah mcncmani pcnulis dcngan sctia,
serta canda tawanya, kritik dan sarannya pada penulis.
12.
Untuk sahabar kecilku Rini, terima kasih telah ngebantu penulis disaat
penuli dalam kesusahan dalam skripsi.
Atas semua itu, penulis hanya dapat memanjatkan do'a kepada Allah
SWT, semoga amal baiknya diterima Allah SWT, dan mendapatkan balasan
yang setimpal amin. Terakhir penulis berharap semoga kiranya skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya pembaca pada umumnya.
Jakarta, 20 Juli 2006
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PEN GANTAR ............................................................................... .
DAFTAR ISi ...............................................................................................
iv
BAB I
1
: PENDAHULUAN ..................................................................
A. Latar Belakang Masalah ................................................. ..
BAB II
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..............................
7
C. Tujuan Penelitian ..............................................................
8
D. Metode Penelitian..............................................................
9
E. Sistematika Penulisan ........ ....... .......... ...... ... ... .. ......... ...... .
I0
: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN..........................
13
A. Pengertian Perkawinan Di Bawal1 Tangan Menurut
Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 1/1974....... ....
13
B. Faktor Penyebab Terjadinya Perkawinan
Di Bawal1 Tangan. .... .... .... ... .... ... .... ... ... ...... .. ... ... ... ... ... .....
19
C. Tinjauan Hukum Islan1 dan Undang-Undang No. 1/1974
Terhadap Perkawinan Di Bawah Tangan.......................
23
BAB III : PENGERTIAN
ANAK
DAN
HARTA
BERSAMA
MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG
NO. 1/1974...............................................................................
29
A. Pengertian Anak Menurut Hukum Islam dan UndangUndang No. 1/1974...........................................................
B. Status
Anak
Dari
Perkawinan
Di
Bawah
29
Tangan
Menurut Hukum Islam Dan Undang-Undang No.l/1974
35
C. Harta Bersama Menurut Hukum Islam Dan
Undang-Undang No. 111974 ...........................................
41
D. Terbentuknya Harta Bersama Dalam Perkawinan ..:......
50
BAB IV : KEDUDUKAN
ANAK
DAN
HARTA
BERSAMA
DALAM PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN.........
S3
A. Akibat Perkawinan Di Bawah T:mgan Terhadap Harla
Bersama Menurut Hukum Islam Dan Undang-Undang
No. i/1974 ..........................................................................
53
B. Kedudukan Anak Akibat Perkawinan di Bawah Tangan
Terhadap Harta Bersama Menurut Hukum Islam dan
BAB V
Undang-Undang No. 1/1974 ............................................
60
: PENUTUP ...............................................................................
67
A. Kesimpulan ............................................ ............................
67
B. Saran...................................................................................
DAFTAR PUSATAKA
69
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Suatu kenyataan dalam keberadaan makhluk hidup di muka bumi
adalah mereka terdiri dari dua jenis, yakni jenis laki-laki dan jenis
perempuan. Kedua jenis makhluk itu, baik dari segi fisik maupun dari
segi psikis mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Namun secara biologis
kedua jenis makhluk hidup tersebut adalah saling membutuhkan, sehingga
mereka menjadi berpasang-pasangan atau be1jodoh-jodohan yang secara
harfiah disebut perkawinan 1.
Perkawinan adalah perilaku makhluk hidup agar kehidupan di alam
dunia berkembang biak.
Perkawinan
bukan saja terjadi
di
kalangan
manusia, tetapi te1jadi pula pada tanaman dan hewan. Firman Allah SWT
Artinya:
"Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya
kamu mengingat akan kebesaran Allah''. (Q.S. Adz-Dzariyaat: 51: 49)
1
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah.
Ma 'arif, 1990), ha!. 7
Alih Bahasa: Drs. Moh. Thalib, Jilid 6, (Bandung: PT. al
2
Allah SWT telah memilih dengan cara perkawinan manusia dapat
keturunan . dan dapat melestarikan kehidupannya setelah masing-masing
pasangan stap melakukan peranannya yang positit: Firman Allah SWT:
{ ' I"
Artinya:
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorc;ng
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu sating kenal mengeral.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (Q.S. Al-Hujurat: 49: 13)
Allah SWT tidak ingin menjadikan manusia itu seperti makhluk
lainnya, yang bebas mengikuti nalurinya dan bcrhubungan antara laki-laki
dan perempuan secara anarki dan tidak ada aturan yang mcngaturnya.
Demi menjaga martabat kemulyaan manusia, Allah SWT menurunkan
hukum perkawinan yang sesuai dengan martabat manusia itu.
Bangsa
Indonesia
yang
berdasarkan
Pancasila
telah
memiliki
Undang-Undang Perkawinan Nasional yaitu Undang-Undang No. I I 1974
dan telah dimuat dalam lembaran Negara No. I I 1974, yang sifatnya
dikatakan
menampung
sendi-sendi
dan
mero beri kan
landasan
hukum
3
perkawinan yang selama ini menjadi pegangan dan berlaku bagi berbagai
golongan masyarakat yang berbeda. 2
Dalam pasal
1 ayat
1 UU No. 1 I 1974 tentang Perkawinan
memberikan definisi sebagai berikut adalab : "Perkawinan adalah ikatan
labir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumab tangga yang babagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa)". "Perkawinan adalah sah apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya"
(pasal2ayat1). 3
Pada penjelasan pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa sebagai negara
yang berdasarkan Pancasila dimana sila pertamanya adalab Ketuhanan
Yang Mal1a Esa, maka perkawinan bukan saja mempunyai unsur labir
tetapi unsur bathin juga mempunyai peranan yang penting.
Untuk menciptakan ikatan yang mitsaqan ghalizan (ikatan yrng
kokoh), selain harus memenuhi ketentuan pasal 2 ayat (1) UU No. 1 I
1974, juga harus dipenuhi pasal 2 ayat (2) nya yakni pencatatan pada
tiap--tiap Perkawinan dengan tujuan
w1tuk
menjamin ketertiban dan
kepastian hukum. Namun dalam prakteknya, tak dapat dipungkiri babwa
sampai
sekarang
masih
sermg
terjadi
pernikahan-pernikahan
yang
'bermasalal1', biasanya masalab tersebut berupa kecacatan atau kekurangan
2
Hilman Hadi Kusuma. Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, flukum Ada/ da11
Hukum Agama. (Bandung: Manclar Maju, 1990), hal. 2.
3
Undang-Undang No. I I 1974 tenlang Pcrkawinan, Pasal I ayal I dan pasal 2 ayal I
4
rukun-rukun
dan
syarat-syarat
perkawinan
sebagaimana
yang
telaj
ditetapkan oleh hukum Islam dan hukum positif. Salah satu pernikahan
yang bermasalah itu adalah apa yang dikenal dengan pernikahan sirri
(pernikahan yang sengaja disembunyikan).4
Dalam pasal tersebut di atas terkandung maksud bahwa tidak ada
perkawinan di luar hukwn agama dan kepercayaan dari masing-masing
pihak
yang
beragama
melangsungkan
Islam
perkawinan
perkawinannya barn
tersebut.
sah
Jadi
orang
apabila dilakukan
yang
mcnurut
hukwn Islam. Hal lain yang penting adalah adanya ketentuan mengenai
pencatatan
perkawinan
yang
dilaksanakan
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pencatatan
pencatatan
misalnya
tiap-tiap
perkawinan
peristiwa-peristiwa
kelahiran,
kematian,
penting
yang
adalah
sama halnya dengan
dalam
kehidupan
dinyatakan
dalam
seseorang,
surat-surat
keterangan suatu akte yang juga dimuat dalam daftar catatan. 5
Dengan diadakannya pencatatan ini juga untuk kepastian hukum
dalam bidang pcrkawinan.
Dcngan diadukannya pcncatatan itu, rnaka
perkawinan jelas adanya, baik bagi yang bersangkutan maupun bagi orang
4
Gani Abdullah dan Moh. Daud Ali, Tidak Memenuhi Hukum Perkawinan Positif Berarti
Ke/uar dari Sistim Perkawinan yang Ber/aku, Mimbar Hukum : No. 28 Tim. Vll (Jakm1a : AlHikmah dan DITBINBAPER, 1996), September-Oktobcr, hal. 27
5
Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta: Bhineka Cipta, Cet. I, 1991), hal. 8.
5
lain dan masyarakat pada umumnya. Bila pencatatan perkawinan tidak
dilakukan, maka ini jelas merupakan suatu perbuatan melanggar hukum.
Dewasa
ketentuan
ini
masih
mengenai
banyak
te1jadi
pencatatan
perkawinan
perkawinan,
yaitu
yang
melanggar
mereka
yang
melangsungkan perkawinan yang memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun
perkawinan,
dan
perkawinan
terscbut
tidak
dicatat
dalam
lembaga
perkawinan, perkawinan ini di sebut perkawinan di bawah tangan.
Dengan adanya perkawinan di
bawah tangan
ini, menimbulkan
ketidak pastian hukum bagi pihak yang melangsungkan perkawinan, juga
berpengaruh terhadap antara lain :
1.
Kedudukan suarni istri dalam perkawinan.
2.
Kedudukan anak-anak yang lahir dalarn pl!rkawinan
3.
Kedudukan harta bersama dalarn perkawinan
Melalui perkawinan suarni istri terikat dalam suatu pe1janjian untuk
hidup bersama dalarn membina rumal1 tangga, di antara hasil kebersamaan
antara suami istri itu adala!J berupa harta bcnda. Harta benda yang
diperoleh selama dalam perkawinan adala!J harta bersama (pasal 35 ayat
1, UU No. I I 1974 tentang Perkawinan).
Pengaturan harta bersama merupakan persoalan cukup penting dalam
perkawinan, terutanm untuk membedakan harta bersama yang dihasilkan
dalarn perkawinan.
Selain itu,
untuk mengatasi persoalan yang akan
muncul apabila te1jadi putusnya ikatan perkawinau, juga untuk melindungi
6
istri dari kemungkinan gugatan dari keluarga suam1 atau kemungkinan
hak-haknya dilanggar oleh suami.
Di dalam UU Perkawinan pasal 37 dijelaskan "bila perkawinan
putus karena perceraian, harta tersebut diatur menurut hukumnya masingmasing. Dalam pasal 37, dijelaskan yang dimaksud dengan hukumnya
masing-masing adalah hukum agama, hukum adat dan hukum-hukum
Jainnya". Dengan demikian hukum agama dan hukum adat termasuk
bagian dari sistim hukum yang ada di Indonesia.
Masih banyak hal-hal Jain selain di atas, maka sangat menarik
untuk mengkaji masalah perkawinan di bawah tangan m1, terutama
mengenai masalah kedudukan anak dan harta bersama.
Dalam membahas kedudukan anak dan harta bersama ini tidak hanya
di ambil dari hukum Islam saja, tetapi juga dari UU No. I I 1974 tentang
Perkawinan . oleh karena itu, penulisan skripsi ini diberi judul :
"KEDUDUKAN
ANAK
DAN
HARTA
BERSAMA
DALAM
PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN MENURUT HUKUM ISLAM
DAN UU NO. I II974 TENTANG PERKAWINAN ".
Adapun pemilihan judul ini didasari dengan adanya beberapa alasan
yaitu:
I.
Dengan adanya UU No. I /1974 tentang Perkawinan, maka dengan
demikian
bangsa
Indonesia
mempunyai
suatu
Undang-Undang
7
Nasional mengenai Perkawinan yang di dalamnya diatur tentang
kedudukan anak dan harta bersama.
2.
Masih kurangnya minat masyarakat untuk mencatat perkawinannya
pada lembaga pencatatan nikah.
3.
Dengan adanya penulisan ini, semoga semua kendala dan masalah
yang timbul dalam perkawinan di bawah tangan, terutama yang
menyangkut
dipahami,
kedudukan
untuk
anak
dan
selanjutnya dapat
harta
diterima
bersanm
dapat
keberadaannya
lebih
oleh
masyarakat Indonesia.
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan Iatar belakang masalah yang telah diuraikan BAB I porn
A, maka jelaslah bahwa masalah yang dibahas secara kompleks dan Iuas.
oleh karena itu, pembahasan mengenai keduduk:m anak dan haiia bersama
dalam perkawinan di bawah tangan menurut hukum Islam dan UU No. I
11974 tentang Perkawinan .
Bahwa nikah di bawah tangan yang dimaksud dalam tulisan ini
adalah nikah yang telah memenuhi ketentuan rukun dan syarat perkawinan
tetapi dirahasiakan, sehingga dalam istilah lain disebut sebagai nikah sirri.
Perkawinan jenis ini dirahasiakan baik dari masyarakat atau dari aparat
yang berwenang dalam ha! ini adalah Pegawai Pcncatat Nikah. Sedangkan
status akibat anak di bawah tangan adalah status hukumnya dalam
pandangan hukwn Islam dan hukum positit:
8
Hukum
Islam
di
sm1
adalah
hukum
perdata
Islam
yang
spesialisasinya adalah hukum keluarga atau dalam istilah fiqhnya disebut
fiqh munakalmt. Sedangkan hukum positif adalah hukum yang orientasinya
pada tempat dan waktu tertentu. Dalam hal perkawinan di Indonesia yang
dimaksud adalah UU No. II 1974 tentang Perkawinan
Berdasarkan latar belakang dan pembal1asan masalal1 di atas maka
penulis merumuskan masalal1 sebagai berikut :
I.
Apa yang dimaksud dengan perkawinan di
bawal1 tangan
dan
bagaimana tinjauan hukumnya menurut hukum Islan1 dan UU No. I I
1974?
2.
Bagaimana kedudukan anak yang lahir dari perkawinan di bawah
tangan
menurut
hukum
Islam
dan
uu
No. 1/1974
tentang
Perkawinan?
3.
Bagaimana kedudukan harta bersanm dari perkawinan di bawah
tangan menurut
hukum
Islam
dan
uu
No. I I 1974
ten tang
Perkawinan?
C.
Tujuan