Analisis Perkawinan Anak di Bawah Umur (Tinjauan Dari Segi Hukum Islam dan UU Perkawinan No.1 Tahun 1974)

ABSTRAK
UU Perkawinan menentukan batas umur untuk kawin bagi pria adalah 19 tahun
dan bagi wanita berusia 16 tahun. Tapi kenyataan di lapangan menunjukkan
banyaknya perkawinan dilangsungkan di bawah umur. Secara nasional data BPS
memperlihatkan hampir 47 persen perempuan pernah menikah saat usia mereka di
bawah 18 tahun. Mengingat betapa besar tanggung jawab, baik suami maupun
istri perlu kesiapan yang matang, baik fisik maupun psikis. Adapun yang menjadi
permasalahan dalam skripsi ini adalah apa sajakah faktor penyebab timbulnya
perkawinan anak di bawah umur dan bagaimana dampak dari suatu perkawinan
yang salah satu dan/atau kedua pasangan suami istri masih dikategorikan sebagai
anak di bawah umur tersebut dan upaya-upaya yang dilakukan untuk mencengah
perkawinan anak di bawah umur.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
metode yuridis normatif dan metode yuridis sosiologis. Data yang digunakan
berupa data primer dan data sekunder. Lokasi penelitian di Desa Gamber,
Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Sifat penelitian ini
adalah deskriptif analitis. Metode pengumpul data berupa penelitian lapangan dan
studi pustaka dan analisa data dilakukan secara kualitatif.
Perkawinan anak di bawah umur ini, disebabkan oleh beberapa faktor
yakni kurangnya pencegahan dari orang tua; kurangnya efektifitas UU
Perkawinan dan kurangnya kesadaran hukum masyarakat; kurangnya perhatian

dan kasih sayang dari orang tua; faktor kemiskinan dan ekonomi; faktor kebiasaan
dan turun-temurun dan hamil di luar nikah. Sehingga menimbulkan banyak
dampak negatif yakni kesulitan mereka dalam menata ekonomi dan keuangan
keluarga seringnya terjadi perselisihan dalam rumah; pendidikan mereka menjadi
terbengkalai dan kesulitan dalam mengurus anak-anak. Selain itu, dari sudut
pandang kedokteran, perkawinan dibawah umur ini juga mempunyai dampak
negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan, diantaranya : kehamilan
prematur, kematian ibu dan problem kesehatan lainnya. Perkawinan di bawah
umur juga menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Walaupun ada
juga dampak positifnya yakni yakni masa depan anak mereka lebih terjamin dan
terhindar dari perzinahan. Tapi perkawinan di bawah umur ini lebih banyak
dampak negatifnya dari pada dampak negatifnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
upaya-upaya untuk mencegah terjadinya perkawinan di bawah umur antara lain
dengan membuat kebijakan-kebijakan strategis nasional seperti pemerintah perlu
membuat komitmen politik dan pernyataan yang tegas untuk menghentikan
praktek-praktek tradisi yang berbahaya, meratifikasi dan menerapkan secara
efektif instrumen-intsrumen international, serta melakukan reformasi undangundang perkawinan, antara lain dengan menghapus institusi dispensasi nikah,
serta menetapkan usia minimum untuk menikah bagi anak laki-laki dan
perempuan secara sama dan lebih tinggi dari sebelumnya, yakni 18 tahun.
Kata kunci : Perkawinan Anak di Bawah Umur, UU Perkawinan, Kompilasi

Hukum Islam.
5
Universitas Sumatera Utara