Keanekaragaman Jenis Dan Distribusi Family Tridacnidae (Kerang Kima) Di Perairan Pulau Karang Congkak, Kepulauan Seribu

--- -Mセ

セM

-·-

---

-

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN DISTRIBUSI FAMILY
TRIDACNIDAE (KERANG KIMA) DI PERAIRAN PULAU
KARANG CONGKAK, KEPULAUAN SERIBU

QORIMEIFEBRIA RIZKEVINA

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H


---· --·
イセMᄋB@

I

1

......

ᄋMセイO|ヲ\Q@

1

lMᄋZセ@

セIGサNZ|ゥᄋ@

ᄋMBセイ@


'.-··:·/ ZBMセL|@
jL|[\⦅MZゥGセB@

/\

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN DISTRIBUSI FAMILY
TRIDACNIDAE (KERANG KIMAJ DI PERAIRAN PULAU
KARANG CONGKAK, KEPULAUAN SERIBU

Oleh:
QORIMEIFEBRIA RIZKEVINA

109095000008

SKRIP SI
Sebagai Salah Sa tu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DANTEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN DISTRIBUSI FAMILY
TRIDACNIDAE (KERANG KIMA) DI PERAIRAN PULAU KARANG
CONGKAK,KEPULAUANSERIBU

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta
Oleh:

Qorimeifebria Rizkevina
109095000008


Menyetujui,

セGMB@

Pembimbing I

Pembimbing II

· · anti M. Si
690317 200312 2 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta

セsゥ@

PENGESAHAN UJIAN


Skripsi yang berjudul "Keanekaragaman Jenis dan Distribusi Family Tridacnidae
(Kerang Kima) di Perairan Pulau Karang Congkak, Kepulauan Seribu" yang
ditulis oleh Qorimeifebria Rizkevina, NIM 109095000008 telah diuji dan
dinyatakan LULUS pada sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa, 15 April
2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S 1) Jurusan Biologi.
Menyetujui,

Penguji I

Penguji II

セ@

Nani Radiastuti, M. Si
NIP. 19650902 200112 2 001

Dasumiati. M.Si
NIP. 19730923 199903 2 002


Pembimbing I

Pembimbing II

ST.MT

Mengetahui,

Ketua Jurusan Biologi

PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta,

April 2014


Oorimeifebria Rizkevina
109095000008

ABSTRAK
QORIMEIFEBRIA RIZKEVINA. Keanekaragaman Jenis dan Distribusi
Family Tridacnidae (Kerang Kima) di Perairan Pulau Karang Congkak,
Kepulauan Seribu. Skripsi. Di bawah bimbingan FAHMA WIJAYANTI dan
UNTUNG SURIPTO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis dan distribusi
Tridacnidae (Kerang Kima) di perairan Pulau Karang Congkak, Kepulauan
Seribu. Stasiun penelitian dibagi dalam 4 stasiun berdasarkan arah mata angin
yaitu Utara, Selatan, Timur, dan Barat. Teknik sampling dalam penelitian ini
adalah stratified sampling dengan menggunakan metode belt transect. Variabel
utama penelitian ini adalah keanekaragaman jenis dan distribusi Tridacnidae se1ta
variabel pendukungnya adalah faktor lingkungan. Data yang diperoleh di analisis
menggunakan rumus kepadatan, rumus kelimpahan, indeks keanekaragaman
Shannon-Wiener, dan indeks distribusi Morisita. Hasil penelitian, ditemukan
sebanyak 4 spesies, yaitu Tridacna maxima, Tridacna crocea, Tridacna derasa,
dan Tridacna squamosa. Kepadatan individu tertinggi didapat pada stasiun selatan

sebesar 0,13 ind/m2 dan terendah pada stasiun barat 0,05 ind/m2 • Kelimpahan
individu tertinggi terdapat pada jenis Tridacna maxima sebesar 11 % dan yang
terendah terdapat pada jenis Tridacna squamosa sebesar 1%. Nilai indeks
keanekaragaman (H') tertinggi terdapat pada stasiun selatan sebesar 1,266 dan
terendah pada stasiun timur sebesar 0,598. Nilai Indeks distribusi tertinggi
terdapat pada stasiun selatan yakni sebesar 1,846 dan terendah terdapat pada
stasiun utara sebesar 1,200. Hasil pengamatan paran1eter lingkungan perairan
(suhu, kecerahan, kecepatan arus, salinitas, kadar oksigen ter!arut, tipe substrat,
dan pH) menunjukkan masih dapat mendukung kehidupan kerang kima.

Kata kunci : Keanekaragaman Jenis, Distribusi, Tridacnidae, Pulau Karang
Congkak.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian
yang be1judul "Keanekaragaman Jenis dan Distribusi Family Tridacnidae
(Kerang Kima) di Perairan Pulau Karang Congkak, Kepulauan Seribu.


Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.
Selama proses penulisan, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan motivasi
dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu
perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada :
I.

DR. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakaiia.

2.

Dasumiati, M.Si sebagai Ketua Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syai·if Hidayatullah Jakarta.

3.

Dr. Fahma Wijayanti, M.Si. selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, saran, nasihat dan pengarahan tentang penelitian dan penulisan
skripsi.


4.

Untung Suripto, ST, MT. selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan
informasi-informasi serta sarai1 dan pengarahan dalam melakukan penelitian
dan penulisan skripsi.

5.

Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) yang telal1 memberikan

6.

Abah Sairan yang telah men1aga, membimbing, serta memberikan saran
kepada penulis selama berada di lokasi penelitian.

7.

Tim Ahli Taman Nasional Kepulauan Seribu yang telah membantu penyusun
selama berada di lapangan kepada penulis.


8.

Muhammad Rajah Habibullah dan Uung Unasih kedua orang tuaku tersayang
yang semoga selalu diralunati oleh Allah SWT dan yang selalu memberikan
dukungan moril serta materilnya dalam penyusunan penelitian ini.

9.

Xenilitiurahmi Rimadeirani kakakku tersayang yang selalu memberikan
semangat untuk menyelesaikan penyusunan penelitian ini.

IO. Seluruh Dasen Jurusan Biologi yang telah memberikan ilmu, membimbing,
dan mengarallkan penulis selama masa perkuliahan.
I 1. Mba Puji Astuti, S.Si, Mba Faridah Ahmad, S.Pd, dan Kak Nur Amaliah
Sholihat, S.Si yang telah memberikan tempat untnk mengerjakan skripsi.
12. Muhanunad Firdaus yang telah memberikan dukungan, bantuan,dan
mendoakan, penulis selama proses penyusunan penelitian ini.
13. Reza Bayu Zikrillah, Astina Yulianingsih dan Amatullah Zakwan sahabatsahabat yang setia mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan
penulisan ini.
14. Semua teman-teman Biologi angkatan 2009 atas dukungan, bantuan dan
memberikan semangat.
15. Teman-teman Griya Kauman (Arestya Otari, Ummu Aiman, NidaGhania
lidinilla, dan Migi) yang telah memberikan semangat kepada penulis hingga
terselesaikannya skripsi ini.

Untuk itu kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara
moril maupun materil, penulis ucapkan terima kasih. Penulis hanya bisa berdoa
agar semua amal baik dan bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan
yang sesuai dari Allah SWT. Penelitian ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
penulis berharap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penelitian
ini dan agar bennanfaat bagi pembaca untuk menambah informasi serta
pengetahuan.
Jakarta,

April 2014

Penyusun

DAFTARISI
Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... .
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN .............................................................
LEMBAR PERNY AT AAN ..........................................................................
ABSTRAK .....................................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISi .................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
BABI.

ii
m

1v

v
v1
IX
x1

PENDAHULUAN
I. I.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.

Latar Belakang ............. ........... ................ ........ .......................
Rumusan Masalah ..................................................................
Hipotesis .................................................................................
Tujuan Penelitian ....................................................................
Manfaat Penelitian ........................... ................................. ......

1

3
3
4
4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu ...............................
2.2. Topografi Pulau Karang Congkak ..........................................
2.3. Kerang Kima (Tridacnidae) ...................................................
2.3 .1. Klasifikasi .............. ...... ...... ......... .................... .... ... ...
2.3.2. Jenis-Jenis Kima di Indonesia ...................................
2.3.3. Manfaat Kima ...........................................................
2.3.4. Cara Hidup ................................................................
2.3 .5. Persebaran ..................................... .............. ..............
2.3.6. Populasi Kima ...........................................................
2.3. 7. Status Konservasi Kima .. ...... ...... ..............................
2.4. Pola Dsitribusi Populasi .. . . . . . . .... ..........................................
2.5. Parameter Lingkungan ............. ..................................... .........

5
7
9
9
12
16
17
18
20
21
22
23

BAB III. METODE PENELITIAN
3.1.
3 .2.
3 .3.
3.4.

Tempat dan Waktu Penelitian .................................................
Peralatan ........ ............................... ... .......... ............... .......... .... .
Metode Pengambilan Sampel ..................................................
Cara Ke1ja ..............................................................................

27
28
28
28

3.4.2. Tahap Penelitian ..........................................................
3.4.3. Analisis Data ...............................................................
3.5. Alur Penelitian .........................................................................

28
31
34

BAB IV. PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Stasiun Penelitian ....................................................
4.2. Faktor Fisikia Kimia dan Habitat Perairan Tridacnidae .........
4.3. Jenis-jenis Kerang Kima di Pulau Karang Congkak ...............
4.4. Kepadatan Populasi Kerang Kima (Tridacnidae) ....................
4.5. Kelimpahan Kerang Kima (Tridacnidae) ................................
4.6. lndeks Keru1ekaragaman (H') ..................................................
4.7. Indeks Distribusi (Id) ..............................................................

35
35
41
45
48
50
53

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ..............................................................................
5.2. Saran ........................................................................................

55
55

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

56

LAMPI RAN .. .. .. .. .. . .. . .. .. .. .. . .. . .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .... .. .. .. .. ..... .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .

61

DAFTAR GAMBAR

Hal am an
Gambar I. Pulau Karang Congkak dalam Gugusuan Kepulauan Seribu ........

9

Gambar 2. Jenis-Jenis Tridacnidae .................................................................

11

Gambar 3. Tridacna gigas ..............................................................................

12

Gambar 4. Tridacna derasa ............................................................................

13

Gambar 5. Tridacna squamosa .......................................................................

14

Gambar 6. Tridacna maxima ..........................................................................

14

Gambar 7. Tridacna crocea ............................................................................

15

Gambar 8. Hippopus hippopus .......................................................................

16

Gambar 9. Hippopus porcellanus ...................................................................

16

Gambar I 0. Cara Hidup Kima ........................................................................

18

Gambar 11 Peta sebaran Tridacnidae .............................................................

19

Garnbar 12. Pola Dsitribusi Populasi ... ... .. ... ... ... .. .... ... ........ .. ... .. ...... ... ....... ... ..

22

Gambar 13. Denah Lokasi Penelitian .............................................................

27

Garn bar 14. Letak Pemasangan Belt Transect ................................................

29

Gambar 15. Sketsa Pengamatan Objek ...........................................................

30

Garnbar 16. Skema Alur Penelitian ................... ................... ........ ........ ..........

34

Garnbar 17. Tridacna crocea pada Substrat Batu .. ... ... ....... ..... ... ... ... ......... .....

41

Gambar 18. Tridacna maxima pada Substrat Batu .........................................

42

Gambar 19. Tridacna derasa pada Substrat Hidup ........................................

43

Gambar 20. Tridacna squamosa Diantara Karang Hidup ..............................

44

Gambar 21. Kepadatan Populasi Tridacnidae .................................................

45

Gambar 22. Kepadatan Spesies .......................................................................

46

Gambar 23. Kelimpahan Relatif .....................................................................

48

2

fosfat, dimana dua zat ini merupakan zat yang berbahaya bagi ekosistem laut jika
berada pada kadar yang berlebihan.
Saat ini, kima dikenal sebagai salah satu hewan akuarium yang menarik dan
juga merupakan komoditi eksport ke berbagai negara Asia, terutama J epang.
Tingginya permintaan kima mengakibatkan eksploitasi berlebih (over exploitation)
di alam, sehingga populasinya menurun drastis di seluruh dunia setiap tahunnya
(Hirschberger, 1980; Pearson, 1977; Villanoy et all., 1988; Junio et all., 1989;
AmbaTiyanto et all., 2000). Hal tersebut membuat keberadaannya menjadi
terancam. Fakta populasi kima yang sangat mengkhawatirkan membuat CITES
(Convention on International Trade in Endangered Species) memasukkan hewan ini
ke dalam status appendiks II atau golongan spesies yang tidak terancam punah
tetapi berpeluang mengalami kepunahan bila perdagangan biota ini terns berlanjut
tanpa adanya pengaturan.
Penurunan jumlah populasi kerang kima yang semakin tinggi juga terjadi di
Kepulauan Seribu ldmsusnya di Pulau Karang Congkak. Penurunan jumlah
populasi kerang kima ini mulai te1jadi sejak 10 tahun yang lalu. Alasan ha! ini
terjadi karena kebiasaan dari masyarakat sekitar dimana masyarakat di tempat ini
banyak mengambil dan memanfaatkan kerang kima secara ilegal. Masyarakat di
sini tidak hanya mengambil bagian dagingnya saja yang diperuntukkan sebagai
suplai protein sehari-hari, akan tetapi cangkang kerang juga dijadikan sebagai
bahan hiasan rumah. Pengambilan yang dilakukan secara ilegal dan terus-menerus
ini menyebabkan jumlah kima menjadi berkurang.
Mengingat sampai saat ini di perairan Pulau Karang Congkak, Kepulauan

3

nelayan dan masyarakat sekitar, serta belum banyaknya pemantauan berskala yang
dilakukan untuk memonitoring populasi kima di perairan Pulau Karang Congkak,
maka diperlukan suatu upaya pengelolaan kerang kima. Kegiatan pengelolaan ini
membutuhkan informasi dari berbagai aspek, salah satunya adalah keanekaragaman
dan distribusi kerang kima. Wilayah Kepulauan Keribu, khususnya di perairan
sekitar Pulau Karang Congkak belum banyak terdapat informasi tentang
keanekaragaman dan distribusi kerang kima. Oleh karena itu, penelitian ini perlu
dilakukan untuk melihat keanekaragaman jenis dan distribusi kerang kima

(Tridacnidae) serta mengetahui kesesuaian kondisi habitat kerang kima di perairan
Pulau Karang Congkak sebagai upaya konservasi

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang ada adalah :
1. Bagaimanakah keanekaragaman jenis kerang kima (Tridacnidae) di
perairan Pulau Karang Congkak, Kepulauan Seribu ?
2. Bagaimanakah distribusi kerang kima (Tridacnidae) di perairan Pulau
Karang Congkak, Kepulauan Seribu ?

1.3

Hipotesis
1.

Tingkat keanekaragaman jenis kerang kima (Tridacnidae) di perairan
Pulau Karang Congkak adalah rendah.

2.

Distribusi kerang kima (Tridacnidae) di perairan Pulau Karang Congkak
adalah rendah.

4

1.4

Tujuan
I.

Mengetahui keanekaragaman jenis kerang kima (Tridacnidae) yang
terdapat di perairan Pulau Karang Congkak.

2.

Mendeskripsikan distribusi kerang kima (Tridacnidae) yang terdapat di
perairan Pnlau Karang Congkak.

1.5

Manfaat
I. Memberikan informasi tentang keanekaragaman jenis dan distribusi

kerang kima (Tridacnidae) yang terdapat di perairan Pulau Karang
Congkak, Kepulauan Seribu.
2. Sebagai masukan data bagi pemerintah setempat dan Balai Taman
Nasional

Kepulauan

Seribu

dalam

mengambil

kebijakan

dalam

pengelolaan sumber daya pesisir dan laut secara berkelanjutan, khususnya
kima (Tridacnidae).

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNLKpS) merupakan salah satu
kawasan pelestarian alam di Indonesia terletak di utara Jakarta yang secara
administratif berada di wilayah Kecamatan Kepnlauan Seribu Utara, Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Kawasan TNLKpS meliputi tiga
kelurahan yaitu Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Kelapa dan
Kelurahan Pulau Harapan. Kawasan ini terbentang seluas 107.489 ha (SK. Menteri
Kehutanan Nomor 6310/K.pts-IV2002) yang secara geografis terletak pada 5°24'5045' LS dan 106°25'-06° 40' BT. Pengelolaan Taman Nasional Laut Kepulauan
Seribu dilaksanakan oleh Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (SK. Dirjen
Perlindungan Hulan dan Konservasi Alam Nomor 6186/Kpts-II/2002 Tanggal 10
Juni 2002 tentang Struktur Organisasi Balai Taman Nasional).
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu tersusun oleh ekosistem pulau-pulau
Kecil dan perairan taut dangkal yang terdiri dari gugus kepulauan dengan 78 pulau
kecil, 86 go song pulau dan hamparan taut dangkal pasir karang pulau sekitar 2.13 6
hektar (Reef flat 1.994 ha, Laguna 119 ha, Selat 18 ha dan Teluk 5 ha), terumbu
karang tipe fringing reef, Mangrove dan Lamun bermedia tumbuh sangat miskin
hara/lumpur, dan kedalaman laut dangkal sekitar 20-40 m. Dari jumlah pulau yang
berada di dalam kawasan TNKpS yang be1jumlah 78 pulau, diantaranya 20 pulau
sebagai pulau wisata, 6 pulau sebagai hunian penduduk dan sisanya dikelola

6

Tipe iklim di Kabupaten Kepulauan Seribu berjenis tropika panas dengan suhu
maksimum 3!,9°C, suhu minimum 25,3°C, dan suhu rata-rata 27,9°C. Kabupaten
Kepulauan Seribu memiliki kelembaban udara maksimum sebesar 84% dan
kelembaban udara minimum sebesar 67%.
Keadaan angin di kawasan ini sangat dipengaruhi oleh angin monsoon. Secara
garis besar angin monsoon dapat dibedakan menjadi dua, yaitu angin musim barat
(Desember-Maret) dan angin musim timur (Juni-September). Kecepatan angin pada
Musim Barat bervariasi antarn 7-20 knot/jam, umunmya bertiup dari arah barat
daya ke arah barat laut. Pada Musim Timur, kecepatan angin sekitar 2,8 knot/jam
yang bertiup dari arah timur laut ke arah tenggara. Sementara itu, pada musim
peralihan yang terjadi antara bulan April-Mei dan Oktober-November, angin
bertiup dengan kecepatan relatif rendah (Badan Pusat Statistik Administratif
Kepulauan Seribu 2010).
Kecepatan ams di Kepulauan Seribu berkisar 0,6 cm/detik hingga 77,3
cm/detik. Kecepatan ams ini dipengaruhi k:uat oleh angin dan sedikit pasang surut.
Ams permukaan pada musim barat berkecepatan maksimum 0,5 m/detik: dengan
arah k:e timur sampai tenggara. Gelombang laut yang terdapat pada musim barat
mempunyai k:etinggian antara 0,5-1,175 meter, sedangk:an pada musim timur 0,51,0 meter (Badan Pusat Statistik AdministratifKepulauan Seribu, 2009).
Musim hujan biasanya terjadi pada bulan November-April dengan jumlah
hari hujan antara 10-20 hari/bulan. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Januari
dengan total curah hujan tahunan sekitar 1.779,1 mm. Pada musim kemarau tetap
terjadi hujan dengan intensitas rendah dengan jumlah hari hujan antara 4-1 O

7

Suhu air permukaan di Kepulauan Seribu pada musim barat berkisar antara
28,5-30,0°C. Pada musim timur suhu air permukaan antara 28,5-3 l,0°C.
Kedudukan air tertinggi dan terendah adalah 0,6 m dan 0,5 m di bawah duduk
tengah. Rata-rata ketinggian air pada pasang perbani adalah 0,9 m dan rata-rata
ketinggian air pada pasang mati adalah 0,2 m. Ketinggian air tahunan terbesar
mencapai 1,10 m (Estradivari et al., 2009).
Salinitas permukaan air berkisar antara 30-34% pada musim barat maupun
pada musim timur. Keadaan ini juga dipengaruhi oleh keadaan umum geologi
Kepulaua.'1 Seribu yang terbentuk dari batuan kapur, karang/pasir, dan sedimen
yang berasal dari Pulau Jawa dan Laut Jawa. Sedimen-sedimen tersebut terdiri dari
susunan bebatuan malihan/metamorfosa dan batuan beku, batu gamping, batu
lempung yang menjadi dasar perturnbuhan gamping terumbu.

2.2

Topografi Pulau Karang Congkak

Karang Congkak merupakan bagian dari gugusan pulau dalam kawasan
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu yang termasuk dalam zona pemukiman.
Secara geografis, pulau ini memiliki luas wilayah 0,6 ha. Pulau Karang Congkak
mempunyai hamparan karang mati (gosong) yang dangkal dan ada juga hamparan
karang gosong yang terpisah dengan satu pulau yang berpenghuni maupun dengan
pulau yang tidak ada penghuninya. Perairan laut ini relatif terlindungi oleh karang
penghalang disekitar pulau. Karang penghalang ini terlihat atau muncul ke
permukaan air laut ketika surut dan masyarakat sekitar menyebutnya sebagai gudus.
Perairan dangkal Karang Congkak memiliki laguna (goba) dimana terdapat

8

merupakan sebuah kawasan dangkal di pesisir lautan yang terpisah dari lautan
terbuka yang dibatasi oleh suatu tubir atau karang, biasanya berupa terumbu
karang. Selain itu, Clapham (1973) dalam Wijaksana (2008) menyatakan laguna
sebagai perairan terpisah yang memiliki kedalaman hingga 30 m seperti atol.
Bagian selatan pulau yang mengarah ke barat pada kedalaman 1-5 m
mempunyai jumlah komunitas karang 80,84% dengan sebaran cukup merata untuk
beberapa jenis karang keras. Pada kedalaman 6-15 m tutupan komunitas karang
lebih rendah yakni 62,43%. Lokasi disebelah utara pada kedalaman 1-5 m
mempunyai jumlah komunitas karang 78,33%. Pada lokasi ini didominasi oleh
Acropora branching, karang keras, dan softcoral. Pada kedalaman 6-15 m merniliki

tutupan komunitas karang yang didominasi oleh bentuk Acropora branching, Coral
foliose, dan Coral massive dari 9 bentuk lifeform yang ada.

9

Gambar 1. Pulau karang congkak dalam gugusan kepulauan seribu
(Sumber: BTNKpS, 2013)

2.3

Kerang Kima (Tridacnidae)

2.3.1 Klasifikasi

Kima adalah hewan moluska (bertubuh lunak), Kima biasa juga disebut
dengan kerang raksasa (fziant clam). Dinamakan demikian karena oertumbuhan

10

(Mudjiono, 1988). Di seluruh dunia, kima terdiri atas 9 spesies, yaitu Tridacna
gigas, T. squamosa, T. derasa, T. maxima, T. crocea, T. tevoroa, T. rosewater!,
Hippopus hippopus dan H parcel/anus (Ellis, 1999; Newman dan Gomez, 2000).

Berdasarkan urutan taksonomi, kerang kima diklasifikasikan kedalam Famili
Tridacnidae yang terdiri dari 2 marga yaitu Tridacna dan Hippopus. Marga
Tridacna meliputi 7 jenis dan marga Hippopus hanya terdiri dari 2 jenis. Indonesia
merupakan daerah pusat penyebaran kima di dunia. Sebanyak 7 spesies kima dapat
ditemukan di perairan nusantara. Dua jenis lainnya termasuk jenis kima endemik
yang tidak umum dan tersebar di luar Indonesia, yaitu : Tridacna roswateri dan
Tridacna tevoroa dari Kepulauan Fiji dan Tonga. Menurut Abbott (1959) dan

Abbott&Dance (1982) urutan klasifikasi dari kima adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Mollusca

Class

: Bivalvia

Ordo

: Veneroida

Family

: Tridacnidae

Genus

: - Tridacna
- Hippopus

Spesies

: - Tridacna squamosa Lamarck, 1819
- Tridacna gigas Linnaeus, 1758
- Tridacna derasa Roding, 1798
- Tridacna maxima Roding, 1798
- Tridacna crocea Lamarck, 1819

12

2.3.2 Jenis-Jenis Kima di Indonesia
Perairan Indonesia terdapat tujuh jenis kima dari sembilan jenis kima di
dunia yang terdiri dari dua genus yiatu Tridacna dan Hippopus. Ketujuh jenis
tersebut adalah T gigas, T derasa, T squamosa, T maxima, T. crocea, Hippopus

hippopus dan Ii parcel/anus (Mudjiono, 1988).
Deskripsi dan habitat dari jenis-jenis kima tersebut menurut Lucas (1988)
adalah sebagai berikut :

a. Tridac11a gigas I Kima Raksasa
Spesies ini adalah spesies terbesar, panjangnya dapat mencapai 100 cm
dan beratnya berkisar 200 sampai 500 kg. Cangkangnya berwarna putih,
menyerupai kipas (tampak dari samping) dengan lekuk-lekuk yang dalam,
tepian cangkang memanjang, berbentuk triangular. Cangkangnya tidak dapat
menutup secara menyeluruh karena perkembangan mantelnya yang sangat
besar. Umumnya ditemukan diatas pasir dan diantara terumbu karang di
daerah perairan dangkal, namun dapat juga ditemukan pada kedalanrnn 20
Beberapa individu bahkan terlihat selama air surut.

Gambar 3. Kima Raksasa Tridacna gigas (Sumber: Natural History

111.

13

b. Tridacna derasa I Kima Selatan

Spesies ini adalah kedua terbesar, panjangnya dapat mencapai 50 cm atau
lebih. Cangkang berwarna putih dan halus, gigi pada tepi bibir bundar,
cangkang tebal dan berat. T. derasa sering sulit dibedakan dengan spesies
lain, H. parcel/anus yang juga memiliki cangkang putih, sangat halus dan
bibir tepian yang bundar. Juvenil dari T. derasa dan T. gigas juga serupa
penampakannya. Untuk membedakan, T. gigas memiliki lekuk yang dalam
pada permukaan cangkangnya. Selain itu, mantel T. derasa warnanya selalu
tampak terang (biru dan hijau), sementara T. gigas biasanya berwarna tidak
menarik (kuning kecokelatan hingga cokelat). Sering ditemui pada sisi terluar
daerah terumbu karang pada kedalaman 4 sampai 20 m dan tersebar di
lingkungan laut sekitar karang tepi dekat pulau.

Gambar 4. Kima Selatan Tridacna derasa (Sumber: Natural History
Museum Rotterdam)
c.

Tridac11a squamosa I Kima Sisik

Spesies ini panjangnya dapat mencapai 30-40 cm dan memiliki bentuk
cangkang yang sama sisi dengan sisik bergalur yang lebm· yang membesm·

14

atau warna kuning lemon. Kerang ini melekat dengan bysus ke karang hidup
atau patahan-patahan karang pada kedalaman lebih dari 18 m pada karang
yang biasanya didominasi oleh Acropora, ditemukan baik pada daerah
oseanik maupun terumbu karang yang dekat dengan garis pantai.

Gambar 5. Kima Sisik Tridacna squamosa (Sumber: www.idscaro.net)
d.

Tridacna maxima I Kim a Kecil

Spesies ini panjangnya dapat mencapai 30-40 cm walaupun banyak juga
ditemui uk.uran yang lebih kecil. Mantel berwarna cerah dengan cangkang
mernanjang ke satu sisi dengan sisik-sisik yang rapat pada daerah tepi. Warna
cangkang beragarn mulai dari putih biasa hingga kuning, atau putih dengan
sedikit warna orange. Kerang ini melekat setengah atau melekat utuh pada
perrnukaan k.arang.

15

e.

Tridacna crocea I Kima Lubang

Spesies ini adalah yang terkecil dengan panjang sekitar 15 cm. Cangkang
berwarna putih dengan sedikit warna orange-pink atau kuning baik pada sisi
dalam maupun pada sisi luar cangkang. Mantel biasanya berwarna terang
seperti T. maxima tetapi dapat dibedakan dari cangkang yang berbentuk oval
segitiga. Kima ini tertanam dalam karang batu besar di permukaan terumbu
karang, hanya tepi cangkang dan mantel yang dapat terlihat.

Gambar 7. Kima Lubang Tridacna crocea (Smnber: www.idscaro.net)
f.

Hippopus lzippopus /Kima Pasir

Spesies ini panjangnya dapat mencapai 50 cm, memiliki cangkang keras,
berat dan berbentuk memanjang hingga segitiga dengan sisik atau duri kecil.
Beberapa cangkang memiliki tonjolan, cangkang be1warna coklat, abu-abu
pudar atau hijau. Dapat ditemukan di daerah berpasir pada area termnbu
karang.

16

Gambar 8. Kima Pasir Hippopus hippopus (Sumber: www.idscaro.net)
g.

Hippopus parcel/anus /Kima Cina
Jenis ini lebih tipis dan lebih halus dari cangkang H hippopus, biasanya

mantel berwama hijau zaitun. H porcellanus mudah dibedakan dengan H
hippopus karena memiliki papillae atau tentakel di sepanjang incurrent
siphon. Ditemukan hidup pada daerah berpasir sekitar terumbu karang.

Gambar 9. Kima Cina Hippopus porcellanus (Sumber: www.idscaro.net)
2.3.3

Manfaat Kima
Selain mendapatkan pasokan makanan dari zooxanthella, kimajuga mencari

makan dengan earn menyaring partikel-partikel organik dari air laut. Aktifitas ini,
secara langsung berperan penting dalam membersihkan air laut dati populasi
mikroorganisme yang berlebihan. Dengan demikian, air laut menjadi lebih sehat

17

dan keseimbangan ekosistem pun lebih te1jaga. kima juga menjadi salab satu biota
laut yang membuat terumbu karang berwarna indab.
Manfaat bagi manusia, otot adduktor yang menyatukan kedua cangkang
kima dianggap sebagai bahan pangan yang istimewa. Di Jepang, daging dan otot
kima dikonsumsi sebagai makanan laut yang disebut Himejako. Di wilayab
Indonesia timur, daging atau otot kima yang dikeringkan dipercaya sebagai
afrodisiak yang mampu meningkatkan vitalitas kaum Adam. Di pulau-pulau
terpencil nusantara, masyarakat mengumpulkan kima hidup di tempat tertentu
sebagai bahan makanan cadangan saat musim ombak besar tiba.

2.3.4

Cara Hidup

Dilihat dari cara hidupnya suku Tridacnidae dapat dibedakan menjadi 2
golongan. Golongan pertama disebut juga golongan pembor (boring form).
Golongan ini meliputi jenis-jenis kima yang hidupnya membenanikan diri pada
terumbu karang baik seluruh atau sebagian saja dari cangkangnya.
Mekanisme pemboran dari jenis kima ini dimulai ketika masih kecil atau
anak (spat) yang mulai aktif melakukan pemboran kira-kira pada ukuran lcm-2cm,
dimana dengan gerakan yang teratur mereka menekankan badannya pada batu
karang sehingga akhirnya seluruh atau sebagian dari cangkangnya masuk kedalam
batu karang. Pemboran dilakukan oleh bagian engsel (hinge) dengan posisi
menghadap keatas.
Kima juga mempunyai alat perekat yang kuat berupa bysus yang terbentuk
dari bahan gel (gelatin) yang disekresikan melalui lubang yang disebut bysal

18

kuat menempel pada substrat. Jenis kima yang termasuk golongan pertama ini
meliputi Tridacna crocea dan Tridacna maxima.
Golongan kedua adalah jenis kima yang cara hidupnya bebas, menempel
atau terbaring diantara batu karang atau dasar yang berpasir di daerah Terumbu
karang. Pada umumnya golongan kima ini mempunyai ukuran yang lebih besar bila

dibandingkan dengan kima golongan pertama. Hal ini merupakan adaptasi dalam

hidupnya karena jenis kima ini pada umumnya tidak mempunyai alat perekat
ataupun kalau ada hanya kecil sekali. Dengan ukuran tubuh yang besar dan berat
meraka mampu mempertahankan posisinya sekalipun dihempas oleh arus dan
ombak. Jenis kima dari golongan kedua ini meliputi Tridacna gigas, Tridacna
derasa,

Tridacna squamosa, l-Iippopus hippopus dan I-Iippopus porcellanus

(Kastoro 1979).

20

dan diidentifikasi di dunia, tujuh diantaranya dapat ditemukan di wilayah perairan
Nusantara.
2.3.6 Populasi Kima di Indonesia

Banyak Iaporan dan penelitian yang menunjukkan menurunnya populasi kima
di alam di beberapa tempat di Indonesia serta di beberapa wilayah di negara lain.
Laporan terbaru menunjukkan bahwa kepadatan kima masih relatif sama, misalnya
di pulau Burung dilaporkan sebesar 0,03 individu/m2 (Hadi, 2000), pulau Cemara
Kecil dan Gosong Cemara sebesar 0,02 dan 0,04 individu/m2.
Kondisi yang hampir samajuga dilaporkan, misalnya di Teluk Cenderawasih
dilaporkan mempunyai kepadatan yang rendah yakni sebesar 0,07, 0,06 dan 0,06
individu/m2 di pulau Pepaya, Tridacna Atol dan Kabuai (Pranowo, 1998).
Sedangkan laporan dari pulau Barang Lompo dan Bone Batang, Makassar
mempunyai kepadatan sebesar 0,06 dan 0,1 individu/m2 (Ramli, 1999). Data terkini
juga hampir sama dimana kepadatan Kima di perairan sekitar Krakatau (Krakatau
Kecil, Anak Krakatau, Rakata, Sebuku) sebesar 0,017 individu/m2 , beberapa pulau
di Kepulauan Seribu (Pramuka, Semak Daun, Karang Congkak) sebesar 0,07
individu/m2 dan di perairan sekitar Manado (P Tanjung Pisok, Nudi Retreat, Batu
Gosok dan Serena west) sebesar 0,03 individu/m2 (Ambariyanto, 2007).
Pada umumnya hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa populasi
kima di alam didominasi oleh spesies-spesies kecil seperti Tridacna crocea, T.
maxima. Sedangkan spesies besar seperti T. derasa, T. squamosa. Hipippus
hipoppus dan H porcellanus sudah sangat jarang ditemukan. Bahkan untuk spesies
terbesar yakni T. gigas sudah tidak ditemukan lagi di beberapa tempat.

17

dan keseimbangan ekosistem pnn lebih terjaga. kima juga menjadi salah satu biota
laut yang membuat terumbu karang berwarna indah.
Manfaat bagi manusia, otot adduktor yang menyatukan kedua cangkang
kima dianggap sebagai bahan pangan yang istimewa. Di Jepang, daging dan otot
kima dikonsumsi sebagai makanan laut yang disebut Himejako. Di wilayah
Indonesia timur, daging atau otot kima yang dikeringkan dipercaya sebagai
afrodisiak yang mampu meningkatkan vitalitas kaum Adam. Di pulau-pulau
terpencil nusantara, masyarakat mengumpulkan kima hidup di tempat tertentu
sebagai bahan makanan cadangan saat musim ombak besar tiba.

2.3.4

Cara Hidup

Dilihat dari cara hidupnya suku Tridacnidae dapat dibedakan menjadi 2
golongan. Golongan pertama disebut juga golongan pembor (boring form).
Golongan ini meliputi jenis-jenis kima yang hidupnya membenamkan diri pada
ternmbu karang baik seluruh atau sebagian saja dari cangkangnya.
Mekanisme pemboran dari jenis kima ini dimulai ketika masih kecil atau
anak (spat) yang mulai aktif melakukan pemboran kira-kira pada ukuran I cm-2cm,
dimana dengan gerakan yang teratur mereka menekankan badarmya pada batu
karang sehingga akhirnya seluruh atau sebagian dari cangkangnya masuk kedalam
batu karang. Pemboran dilakukan oleh bagian engsel (hinge) dengan posisi
menghadap keatas.
Kima juga mempunyai alat perekat yang kuat berupa bysus yang terbentuk
dari bahan gel (gelatin) yang disekresikan melalui lubang yang disebut bysal

18

kuat menempel pada substrat. Jenis kima yang termasuk golongan pertama 1111
meliputi Tridacna crocea dan Tridacna maxima.
Golongan kedua adalah jenis kima yang cara hidupnya bebas, menempel
atau terbaring diantara batu karang atau dasar yang berpasir di daerah Terumbu
karang. Pada umumnya golongan kima ini mempunyai ukuran yang lebih besar bila
dibandingkan dengan kima golongan pertama. Hal ini merupakan adaptasi dalam
hidupnya karena jenis kima ini pada umumnya tidak mempunyai alat perekat
ataupun kalau ada hanya kecil sekali. Dengan ukuran tubuh yang besar dan berat
meraka mampu mempe1tahankan posisinya sekalipun dihempas oleh arus dan
ombak. Jenis kima dari golongan kedua ini meliputi Tridacna gigas. Tridacna

derasa,

Tridacna squamosa, Hippopus hippopus dan Hippopus porcellanus

(Kastoro 1979).

a

b

Gambar I 0: (a) Kima golongan pertama (Boring Form) dan (b) kima golongan
kedua (hidup bebas)
2.3.5

Persebaran Kima di Indonesia

Secara geografis suku Tridacnidae mempunyai sebaran terbatas di daerah

19

membentang ke timur sampai ke Kepulauan Toamotu dan Pulau Pitcairn di Pasifik.
Tiap-tiap jenis mempunyai daerah sebaran sendiri-sendiri. Tridacna maxima
mempunyai daerah sebaran paling luas sedangkan Tridacna crocea mempunyai
sebaran paling sempit (Rosewater, 1965). Gambar 12 memperlihatkan peta sebaran
beberapa jenis kima di perairan Indo-Pasifik,

N

1l1

T.Gambar 11. Peta sebaran suku Tridacnidae di Indo-Pasifik (Rosewater, 1965)
Kerang kima banyak ditemukan di ekosistem Terumbu Karang di wilayah
Indo-Pasifik termasuk Indonesia. Dari sepuluh spesies kima yang telah ditemukan

20

dan diidentifikasi di dunia, tujuh diantaranya dapat ditemukan di wilayah perairan
Nusantara.
2.3.6 Populasi Kima di Indonesia
Banyak laporan dan penelitian yang menunjukkan menurunnya populasi kima
di alam di beberapa tempat di Indonesia serta di beberapa wilayah di negara lain.
Laporan terbaru menunjukkan bal1wa kepadatan kima masih relatif sama, misalnya
di pulau Burung dilaporkan sebesar 0,03 individu/m2 (Hadi, 2000), pulau Cemara
Kecil dan Gosong Cemara sebesar 0,02 dan 0,04 individu/m2.
Kondisi yang hampir samajuga dilaporkan, misalnya di Teluk Cenderawasih
dilaporkan mempunyai kepadatan yang rendah yakni sebesar 0,07, 0,06 dan 0,06
individu/m2 di pulau Pepaya, Tridacna Atol dan Kabuai (Pranowo, 1998).
Sedangkan laporan dari pulau Barang Lampo dan Bone Batang, Makassar
mempunyai kepadatan sebesar 0,06 dan 0,1 individu/m2 (Ramli, 1999). Data terkini
juga hampir sama dimana kepadatan Kima di perairan sekitar Krakatau (Krakatau
Kecil, Anak Krakatau, Rakata, Sebuku) sebesar 0,017 individu/m2 , beberapa pulau
di Kepulauan Seribu (Pramuka, Semak Daun, Karang Congkak) sebesar 0,07
individu/m2 dan di perairan sekitar Manado (P Tanjung Pisok, Nudi Retreat, Batu
Gosok dan Serena west) sebesar 0,03 individu/m2 (Ambariyanto, 2007).
Pada umunmya hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa populasi
kima di alam didominasi oleh spesies-spesies kecil seperti Tridacna crocea, T.

maxima. Sedangkan spesies besar seperti T. derasa, T. squamosa. Hipippus
hipoppus dan H porcellanus sudah sangatjarang ditemukan. Balikan untuk spesies
terbesar yakni T. gigas sudah tidak ditemukan lagi di beberapa tempat.

21

Dibandingkan dengan di negara-negara lain, maka kepadatan kima di
beberapa tempat di Indonesia tersebut relatif lebih rendah. Sebagai contoh, di
Takapoto Lagoon, North Tuamotu, Frech Polynesia kepadatan kima dilaporkan
sebesar 0, 14 individu/m2 (Richard, 1981 ), selanjutnya di Cook Island kepadatan
kima dilaporkan sebesar 0,2-5,4 individu/ m2 (Sims&Howard, 1988), sedangkan di
One Tree Island, Australia dilaporkan sebesar 0, 16-0, 17 individu/m2 (Ambariyanto,
1996).
2.3. 7 Status Konservasi Kima

Kima merupakan salah satu hewan laut yang dilindungi di seluruh dunia
termasuk di Indonesia. Para ahli melaporkan bahwa populasi dari beberapa jenis
kima di alam terus menurun akibat eksploitasi yang berlebihan. Kima raksasa,
Kima Porselen, dan Kima Selatan adalah beberapa jenis kima yang semakin jarang
ditemukan.
Upaya penangkaran dan restocking sangat penting untuk menjaga populasi
kima supaya tetap bertahan. Pada tahun 1987 pemerintah Indonesia melalui Surat
Keputusan Menteri Kehutanan No.12/Kpts/II/1987 yang diperkuat dengan
Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1999 memasukkan ketujuh jenis kima yang
hidup di Indonesia menjadi hewan yang dilindungi.
Penetapan tersebut berdasarkan kenyataan bahwa populasi kima di alam
sudah sangat menurun terutama disebabkan pemanfaatan manusia. Secara
tradisional hewan ini memang dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar pantai baik
yang digunakan untulc bahan makanan, bahan bangunan, kebutuhan rumah tangga
dan sebagai souvenir maupun hewan akuarium yang sangat digemari (Sya'rani,

22

2.4

Pola Distribusi Populasi
Populasi adalah suatu kelompok individu dari spesies yang sama atau spesies

yang tidak sama pada suatu tempat dan waktu (Setiadi dan tjondronegoro, 1989).
Menurut Odum (1993), penyebaran populasi adalah gerakan individu atau anakanaknya kedalam atau keluar populasi atau daerah populasi. Ada tiga bentuk
penyebaran populasi : (1) emigrasi, gerakan ke luar satu arah, (2) imigrasi, geraka11
kedalam satu arah, dan (3) migrasi, berangkat/pergi dan datang/kembali secara
peiodik.

Gambar 12. Pola distribusi populasi (Odum,1993)
Pola distribusi acak terjadi bila individu-individu menyebar dalam beberapa
tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya. Pola distribusi mengelompok
terjadi bila individu-individu selalu terdapat dalam kelompok dan jarang terpisah.
Pola distribusi merata terjadi bila individu-individu terdapat pada tempat-tempat
tertentu.
Penyebaran secara acak terjadi dimana lingkungan sangat seragam dan
terdapat kecenderungan nntuk berkumpul. Penyebaran seragam dapat terjadi
dimana persaingan diantara individu sangat keras dan terdapat antagonis positif
yang mendorong pembagian ruang yang sama. Sedangkan, berkelompok dapat
+ - - - - L - - - - - ! - . . . l ! L-L--·-·-- 1--1-------1- ___ _.._ ____ 1_•

23

bergerombol sendiri dengan ruang yang Jaus yang tidak terisi. Dengan kata lain
terdapat lima tipe penyebaran yaitu : seragam, acak, mengerombol secara acak,
menggerombol seragam, dan bergerombol berkumpul (Odum, 1993).
Menurut Tarumingkeng (1994), pola distribusi acak dari individu anggota
populasi suatu spesies menunjukan bahwa terdapat kesergaman (homogeneity)
dalam lingkungan hidup spesies itu atau adanya perilaku nonselektif dari spesies
tersebut dalam lingkungannya. Pola distribusi non-acak atau merata disebabkan
oleh pengaruh negatif dari persaingan makanan diantara individu. Pola distribusi
menggelompok disebabkan oleh sifat spesies gregarious (bergerombol) atau adanya
keragaman (heterogeneity) habitat sehingga terjadi penggelompokan di tempat lain
yang terdapat banyak bahan makanan.
Perbedaan po la spatial (tata ruang) yang terjadi di alam dapat disebabkan oleh
beberapa faktor (Ludwig dan Reynolds, 1998 dalam Taruminkeng, 1994), yaitu:
a.

Faktor vektorial yang timbul dari gaya ekternal seperti arah angin, arah aliran
air, intensitas cahaya dan salinitas.

b.

Faktor reproduktifyaitu faktor yang berkaitan dengan cara berkembang biak.

c.

Faktor sosial yaitu faktor yang timbul dari berbagai sifat yang dimiliki spesies
tertentu.

d.

Faktor koaktifyaitu faktor yang timbul karena adanya persaingan intraspesies.

e.

Faktor stokastik, yaitu faktor yang timbul karena adanya keragaman acak
dalam salah satu faktor diatas.

2.5

Parameter Lingkungan

Parameter lingkungan perairan dapat digunakan dalam menduga kualitas

24

dan biologi akan mempengaruhi kualitas perairan itu sendiri. Parameter fisika kimia
pada umumnya mempengaruhi keberadaan, distribusi, dan merupakan penunjang
kehidupan kima pada suatu lingkungan perairan. Beberapa parameter tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut :
a.

Suhu
Suhu merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses

kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital, yang secara
umum disebut metabolisme, hanya berfungsi di dalam kisaran suhu yang relatif
sempit. Karena sebagian besar organisme laut juga bersifat poikilometrik dan suhu
air laut bervariasi menurut garis lintang, maka penyebaran organisme laut sangat
mengikuti perbedaan suhu lautan secara geografik (Nybakken, 1992). Suhu dapat
membatasi sebaran hewan-hewan benthos secara geografik. Suhu yang baik bagi
pertumbuhan hewan-hewan benthos berkisar antara 25°C-31°c. Suhu rata-rata
dimana organisme kima dapat hidup adalal1 28°C (Sastry, 1963 dalam Harahap,
1987).

b.

Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan (Boyd, 1988

dalam Effendi, 2003). Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelall

semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan
oleh klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas dinyatakan dalam
satuan g/kg atau promil (%0) (Effendi, 2003).
Salinitas pada kedalaman 100 meter pertama, dapat dikatakan konstan
walaupun terdapat sedikit perbedaan, tetapi tidak mempengaruhi ekologi secara

25

nyata. Salinitas air laut biasanya berkisar antara 32-37,5 ppt, sedangkan salinitas
rata-rata untuk kima dapat hidup adalah 32%0. (Mcconnaughey dan Zottoli, 1983).
c.

Kedalaman
Kedalaman

peratran

mempengaruhi

kepadatan

dan

distribusi

makrozoobenthos. Dasar perairan yang kedalamannya berbeda akan dihuni oleh
makrozoobenthos yang berbeda pula (Wright, 1984).
d.

Kecerahan
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara

visual dengan menggunakan secchi disk. Keadaan cuaca, kekeruhan air, dan waktu
pengamatan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran. Pengukuran sebaiknya
dilakukan pada saat cuaca cerah (Effendi, 2003).
Kima hidup pada dasar perairan, sehingga kecerahan perairan yang
dibutuhkan kima pada umumnya mencapai dasar perairan. Keadaan ini ada
hubungannya dengan cara hidup kima yang bersimbiosis dengan algae. Sinar
matahari sangat penting untuk terjadinya fotosintesis dari zooxanthellae yai1g
sangat berguna bagi kima (Rosewater, 1965). Nilai kecerahan 2:5 m merupakan
baku mutu air laut yang diperbolehkan untuk biota laut (Kep.Men LH no 51 tahun
2004).

e.

Derajat Keasaman (pH)
Jumlah ion hidrogen dalam suatu larutan merupakan penunjuk tingkat

keasaman. Lebih banyak ion I-r+ berarti lebih asam suatu larutan dan lebih sedikit
ion H+ berarti lebih basa larutan tersebut. Keasaman dan kebasaan diukur dengan
skala logaritma antai·a 1-14 satuan. Satuan ini disebut pH dan skalanya adalah pH.

26

Air laut mempunyai pH yang agak basa, sifat basa dari air laut tersebut disebabkan
oleh ion Natrium, kalium dan Kalsium yang terlarut didalamnya (Nybakken, 1992).
Menurut Suin (1992a), pengukuran pH air dapat dilakukan dengan cara
kolorimetri, dengan kertas pH atau dengan pH meter. Penentuan pH harus
dilakukan di tempat, karena perubahan kimia yang mungkin terjadi selama
penyimpanan sampel air akan mengubah nilai yang sebenamya.

27

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tcmpat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di permran Pulau Karang Congkak, Taman
Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNLKpS). Letak geografis pulau ini berada pada
posisi 106°33'-106° 38' BT dan 05°41'-05°46' LS. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2013.

s^NキA[GjセwM


-

7:4tik Cw,..4"-?t '"""I.
"l\'L\!. pセGBᄁyエMNヲゥ|@

!¢ M

df1'k.k セR@
aエセゥZ@
2S SEptvmlM:u 2008

28



·-··

- ·--

3.2 Peralatan
Alat yang digunakan adalah snorkel dan masker, scuba set, termometer, GPS,
roll meter 50 meter, tali/tambang, patok besi,flow meter, tongkat berskala, portable
DO meter (YSI), hand refractometer, current drouge, secchi disk, kertas pH,
kamera digital (casio tipe Exilim, resolusi 14 MP), perahu bermotor, alat tulis.

3.3 Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Teknik
sampling yang dignnakan adalah stratified sampling dengan menggunakan Belt
Transect (Home et all., 1994 dalam Yusuf et al., 2009.) dengan panjang transek
sepanjang 10 meter dengan 3 kali ulangan Belt transect dipasang I m ke kiri dan 1
meter ke kanan (Johan, 2003) seperti terlihat pada Gambar 14. Luas bidang yang
teramati pertranseknya yaitu 20 m2 •

3.4 Cara Kerja
3.4.1. Tahap Pra-Penelitian
Pada tahap pra-penelitian dilakukan survei ke lokasi penelitian. Kegiatan
survei ini dilakukan untuk pemantanan situasi dan kondisi lapangan sebagai tempat
penelitian. Selain itu, dilakukan juga penentuan titik penelitian yang berdasarkan
arah mata angin dimana hasil yang didapatkan akan memperlihatkan kondisi
perairan pulau secara keseluruhan (4 titik).
3.4.2. Tahap Penelitian
a.

Pemasangan Belt Transect
Belt Transect diletakkan pada 4 titik pengamatan yang telah ditentukan. Pada

30

. . . ... . . • , • •
't

J•&•

pッョ^ュセゥィ@

":\:•'.P:n,•mOihnD«•

ャGョセ^エッoゥ@

'

.. - . .....

.....-...
セ@

!ho"

Dot•

--------'!'!!"-.. ,. .
. ··· ·

セ@

.

. ... . ... . .--

a

"" " 10 m

--·
-- MセGBョキヲゥAjャーL@
セM

s

10

m

rr セᄋQョL@

セMZ@

.----::::::::- _.Tom
エセBZ@

10

m

10m

Ketera.ngan :
Panjang Total Garis Transek

-

Garis Transek Pengambilan Data

Garis Transek Jeda Pengambilan Data
Gambar 15. Sketsa pengamatan pada tiap stasiun sampling

c.

Pengukuran Parameter Lingkungan
Pengambilan data fisik kimia permukaan air laut dibatasi hanya pada

pe.ngukuran suhu, salinitas, kedalaman, pH, DO, kecepatan arus dan kecerahan.
Pengukuran parameter lingkungan dilakukan pada setiap titik pengan1atan.
Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan Hand Refractometer.
Pengukuran pH menggunakan kertas pH. Pengukuran kecerahan dilakukan dengan
menggunakan secchi disk. Pengukuran suhu dilakukan menggunakan termometer
air raksa. Pengukuran kadar oksigen terlarut menggunakan portable DO meter.
Pengukuran kecepatan arus dilakukan menggunakan current drouge. Faktor fisik
tersebut diukur saat masih berada diatas kapal, sedangkan pengukuran kedalaman

31

3.4.3. Analisis Data
Data yang

diperoleh

dianalisi

menggunakan deskriptif kuantitatif.

Selanjutnya data kepadatan dan distribusi kerang kima yang ditemukan dianalisis
melalui perhitungan secara sistematis dengan menggunakan rumus, yaitu :
a.

Kepadatan
Kepadatan kima didefinisikan sebagai jumlah individu kima per stasiun dalam

satuan luas, biasanya dinyatakan dalam satuan meter persegi (Odum, 1993).
Diihitung dengan persamaan sebagai berikut :

n

D=A

Dimana:

b.

D

: Kepadatan kerang kima (ind/m2)

n

: Jumlah individu suatu spesies

A

: Luas area pengamatan sampel (m2)

Kelimpahan Kima
Kelimpahan adalah total jumlah individu kerang kima yang ditemukan selama

pengamatan. Indeks kelimpahan memberikan gambaran suatu komposisi jenis
dalam komunitas. Kelimpahan jenis kerang kima dapat ditemukan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut (Van Balen, 1984):

. 2: kima spesies i
P1 = - - - - - - 2: total individu

KR=

Pi

2: titik

x 100°/o

32

Keterangan :
KR > 5% : Spesies Predominan
KR 2-5% : Spesies Subdominan
KR < 2% : Spesies Tidak Dominan

c.

Keanekaragaman Jenis
Indeks

keanekaragaman

menunjukkan

kekayaan

spesies

dalam

suatu