Rekrutmen Karang pada Terumbu Buatan di Perairan Pulau Karya, Kepulauan Seribu

REKRUTMEN KARANG PADA TERUMBU BUATAN
DI PERAIRAN PULAU KARYA, KEPULAUAN SERIBU

MUHAMMAD MUJAHID

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Rekrutmen Karang
pada Terumbu Buatan di Perairan Pulau Karya, Kepulauan Seribu adalah benar
karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014
Muhammad Mujahid
NIM C54090070

ABSTRAK
MUHAMMAD MUJAHID. Rekrutmen Karang pada Terumbu Buatan di
Perairan Pulau Karya, Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh BEGINER SUBHAN
dan HAWIS MADDUPPA.
Perairan Pulau Karya merupakan wilayah terumbu karang yang penting
karena terdapat terumbu buatan untuk upaya pemulihan ekosistem terumbu karang
secara alami. Pemulihan ekosistem terumbu karang di alam ditandai dengan
adanya rekruitmen karang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
rekrutmen karang pada substrat paralon dan jaring. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah melakukan pengambilan foto koloni karang dan foto close up
koralit karang sehingga dapat diidentifikasi dan dilakukan pengukurang panjang
dan luasan koloni karang tersebut. Karang rekrut yang ditemukan dari seluruh
stasiun berjumlah 383 koloni dimana jumlah koloni karang terbanyak yaitu pada
Substrat paralon dengan jumlah 347 koloni. Ditemukan 36 genus pada seluruh
stasiun tempat penelitian. Pada substrat jaring memiliki panjang rata-rata tertinggi
sebesar 13,1 ± 7,4 cm yaitu genus Pocillopora. Substrat paralon memiliki panjang

rata-rata koloni tertinggi sebesar 18,5 cm terdapat pada genus Montipora. Substrat
jaring memiliki luas rata-rata koloni tertinggi sebesar 111,1 ± 124,6 cm2 terdapat
pada genus Pocillopora. Substrat paralon memiliki luas tertinggi sebesar 154,5
cm2 terdapat pada genus Montipora. Substrat yang cocok untuk penempelan larva
karang yaitu paralon horizontal bawah karena karang membutuhkan substrat yang
kokoh untuk penempelan.
Kata Kunci : Rekrutmen Karang, Koloni Karang, Substrat Paralon, Substrat
Jaring, Terumbu Karang ,Terumbu Buatan

ABSTRACT
MUHAMMAD MUJAHID. Coral Recruitment in the Artificial Reef at the
Karya Island Water, Kepulauan Seribu. Supervised by BEGINER SUBHAN and
HAWIS MADDUPPA.rcoding DNA’ and Phyl
Artificial reefs have been submerged in the Karya Island’s reef area which
are important for coral recovery. The coral recovery could be identify from coral
recruits attached to the surface of artificial reefs. Each coral colony was
photographed and identified to the highest taxa based on its coralite. The coral
colony’s length and area was measured. Two different substrate materials of
artificial reef were observed: nets and PVC. A total of 383 coral colony was
recorded attach to the artifial reefs. The highest number of coral recruits was

observed on the PVC substrat (347 colonies). Coral recruit on PVC substrate had
average length of colonies is 18.5 cm, with montipora as the longest, simmiliar to
the nets substrate has highest average of colony its 111,1 ± 124,6 cm2, with
Pocillopora as the longest. The PVC substrate was observed as the highest area is
154,5 cm2, with Montipora as the largest area. The study found that suitable
substrate for coral recruitment media is PVC with horizontal bottom position.
Keywords: Coral Recruitment, Coral Colonies, PVC Substrate, nets
Substrate, coral reef, artificial reef

REKRUTMEN KARANG PADA TERUMBU BUATAN
DI PERAIRAN PULAU KARYA, KEPULAUAN SERIBU

MUHAMMAD MUJAHID

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan


DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

Judul Skripsi: Rekrutmen Karang pada Terumbu Buatan di Perairan Pulau Karya,
Kepulauan Seribu
Nama
: Muhammad Mujahid
NIM
: C54090070

Disetujui oleh

Beginer Subhan, S.Pi, M.Si
Pembimbing I

Dr. Hawis Madduppa S.Pi, M.Si
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
Rahmat dan Karunianya untuk setiap petunjuk dan kemudahan yang senantiasa
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi teladan
bagi umat manusia.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya kepada:
1. Bapak Beginer Subhan, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing utama dan
Dr. Hawis Madduppa, S.Pi, M.Si selaku anggota pembimbing yang telah
memberikan saran, bimbingan, dan kritik dalam proses penelitian dan
penulisan skripsi ini.
2. PKSPL IPB dan CNOOC untuk penggunaan data penelitian.
3. Kedua Orang tua saya yaitu Juang Rata Matangaran, dan Iis Diatin

dengan motivasi, nasehat, dan terus mendukung serta terus menyemangati
penulis.
4. Saudara penulis yaitu Qi Adlan, Ahmad Teduh, dan Ilmi Mutsmir, yang
selalu mengingatkan penulis dan memberi semangat kepada penulis.
5. Semua Dosen Ilmu dan Teknologi Kelautan yang baik secara langsung
maupun tidak langsung membantu penulis mencapai studinya.
6. Teman-teman civitas FPIK yang selalu mengingatkan, memberi semngat
kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
7. Muhammad Tauhid sebagai partner penelitian.
8. Sahabat-sahabat penulis G-3 yaitu Irwan Rudy Pamungkas, Muhammad
Zainuddin Lubis, Muhammad Yudha, Dwi Putra Imam Mahdi, Ferdy
Gustian, Rahmat, Muhammad Syarif Harahap, Bari Gaib, Anggiat
Rumahorbo, dan Azrizal yang selalu memberikan dorongan dan semangat
yang tidak ada hentinya bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa banyak sekali kekurangan dalam penulisan
skripsi ini sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, April 2014
Muhammad Mujahid


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

2

METODE

2

Lokasi Penelitian

2

Alat dan Bahan

3

Prosedur Penelitian


3

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN

5
5
13
14

Simpulan

14

Saran

14


DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

21

DAFTAR TABEL
1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

3

DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian
2 Karang yang menempel pada substrat jaring atas (a) dan jaring bawah

(b)
3 Karang yang menempel pada substrat paralon horizontal (a) dan
vertikal (b)
4 Perbandingan jumlah koloni karang pada jaring atas dan jaring bawah
5 Perbandingan panjang rata-rata pada jaring atas dan jaring bawah.
6 Perbandingan luas rata-rata pada jaring atas dan jaring bawah.
7 Perbandingan jumlah koloni pada paralon horizontal atas dengan
paralon horizontal bawah.
8 Perbandingan panjang rata-rata karang pada paralon horizontal atas
dengan paralon horizontal bawah.
9 Perbandingan luasan karang pada paralon horizontal atas dengan
paralon horizontal bawah
10 Perbandingan perbandingan jumlah koloni pada paralon vertikal atas
dengan paralon horizontal
11 Perbandingan panjang rata-rata karang pada paralon vertikal dengan
paralon horizontal.
12 Perbandingan luas rata-rata karang pada paralon vertikal dengan
paralon horizontal.
13 Perbandingan jumlah koloni pada paralon dengan jaring
14 Perbandingan panjang rata-rata karang pada paralon dengan jaring.
15 Perbandingan luas rata-rata karang pada jaring dengan paralon

2
3
4

4
5
5
6
7
7
8
9
9
10
11
12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Sketsa terumbu buatan di perairan Pulau Karya
Diagram alir penelitian
Diagram alir pengolahan data menggunakan software Image-J
Karang yang menempel pada substrat jaring dan paralon
Tabel hasil pengolahan data

15
15
16
16
17

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terumbu karang adalah salah satu kekayaan alam yang bernilai tinggi.
Ekosistem terumbu karang terbentuk melalui proses yang lama dan kompleks
(Sorokin 1993). Terumbu karang memiliki fungsi ekologis, sosial ekonomis dan
budaya yang sangat penting bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang
mata pencahariannya bergantung pada perikanan laut dangkal seperti di
Kepulauan Seribu.
Pendataan rekrutmen karang dapat memberikan informasi menenai karang
yang dapat tumbuh (dalam hal ini secara alami) beserta distribusi dan kelimpahan
dari spesies terumbu karang yang ada (Connel et al. 1997). Rekruitmen karang
dapat diartikan sebagai penempelan larva dan pertumbuhan ukuran yang dapat
dilihat mata telanjang adalah proses penting dari dinamika populasi yang
mendasari keberlanjutan eksistensi terumbu karang (Moulding 2005).
Menurut Obura dan Grimsditch (2009), secara alami respon terumbu karang
terhadap berbagai ancaman dan faktor-faktor penyebab kerusakan diantaranya
berusaha untuk bertahan (resistency), menunjukkan gejala pemulihan (recovery)
sampai terbentuknya komunitas yang stabil (resiliency). Kerusakan disekitar
pemukiman lebih banyak diakibatkan oleh eksploitasi batu karang dan pasir,
penggunaan sianida (menangkap ikan dengan metode pembiusan), sedimentasi
dasar laut dan kontaminasi disposal limbah (Rahmawati et al. 2009).Di alam
pemulihan terumbu karang ditandai dengan kemunculan koloni-koloni karang
muda (juvenil) dengan ukuran koloni relatif kecil (Babcock dan Mundy 1996).
Pada dasarnya ekosistem terumbu karang dapat memperbaiki kondisinya sendiri
jika terjadi kerusakan apabila diberi perlindungan, hanya saja waktu
pemulihannya yang lama. Oleh karena itu terumbu karang yang menempel secara
alami di alam perlu dilestarikan.
Transplantasi karang adalah salah satu upaya rehabilitasi yang dapat
diterapkan untuk mempercepat proses pemulihan terumbu karang. Metode
transplantasi karang dapat dilakukan secara langsung di alam ataupun pada ruang
terkontrol (Soedharma 2007). Metode yang sering dilakukan pada
transplantasi karang seperti metode patok, metode jaring, jaring dan substrat,
metode jaring dan rangka, rangka, dan substrat, serta metode rantai.
Beberapa teknik pelekatan karang yang ditransplantasikan adalah semen, lem
plastik, penjepit baja, dan kabel listrik plastik (Coremap fase II 2006).
Terumbu buatan (artificial reef) merupakan salah satu alternatif untuk
mengurangi tekanan akibat penangkapan ikan dan perusakan terumbu karang
alami melalui penciptaan daerah penangkapan ikan baru yang produktif (Reppie
2006). Terumbu buatan juga berfungsi untuk mempercepat proses pemulihan
(recovery) dari ekosistem terumbu karang yang rusak melalui penyediaan media
penempelan (settlement) dan pertumbuhan larva karang.
Letak Pulau Karya yang berada di antara gosong karang pramuka dan pulau
panggang diasumsikan sebagai tempat yang cocok untuk kegiatan transplantasi
terumbu karang. Perairan Pulau Karya memiliki tempat terumbu buatan.
Terumbu buatan tersebut dibuat tahun 2008 dengan struktur bangunan berupa

2
jaring dan paralon yang menjadi substrat penempelan larva karang. Secara umum
luasan total terumbu buatan yang telah diaplikasikan di Pulau Karya adalah 466,9
m2, terumbu buatan di Pulau Karya Kepulauan Seribu terdiri 5 unit pola, 2 bahan
material, dan diletakkan tersebar menjadi 9 kelompok besar. Sejak diaplikasikan
di Pulau Karya, pada tahun 2008 ada beberapa titik kerusakan yang terjadi dan
menjadi catatan khusus. (Direktorat Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil 2009)
Penelitian mengenai terumbu karang di wilayah Kepulauan Seribu sudah
pernah dilakukan oleh oleh Estradivari et al. (2007), yang melakukan pengamatan
terhadap berbagai jenis terumbu karang yang dapat ditemukan hampir diseluruh
wilayah Kepulauan Seribu.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan rekruitmen
karang pada substrat jaring dan substrat paralon di Perairan Pulau Karya,
Kepulauan Seribu.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan mulai bulan April 2013 bertempat di Pulau Karya,
Kepulauan Seribu, DKI Jakarta dengan kordinat 5o 44’ LS dan 106o 36’ BT. Peta
lokasi wilayah penelitian Pulau Karya, Kepulauan Seribu seperti yang disajikan
pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta lokasi wilayah penelitian Pulau Karya, Kepulauan Seribu

3
Alat dan Obyek
Peralatan yang digunakan dalam pengambilan data secara keseluruhan dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Alat dan obyek yang digunakan dalam penelitian
Alat
Alat dasar selam
Global Positioning System
Kamera underwater
Penggaris
Perangkat lunak

Obyek
Koloni Karang

Prosedur Penelitian
Diagram alir tahap kegiatan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pengambilan Data Koloni Karang
Pengambilan data dilakukan selama bulan April dengan pengambilan foto
koloni karang dan foto close up koralit karang pada substrat jaring dan substrat
paralon. Pengambilan foto koloni dilakukan di dua substrat pada area terumbu
buatan. Sketsa terumbu buatan di Pulau Karya dapat dilihat pada Lampiran 2.
Rekrutmen Karang pada Substrat Jaring
Data rekrutmen karang pada substrat jaring didapatkan dari foto secara
langsung pada koloni karang dan foto close up koralit karang pada substrat jaring
atas dan substrat jaring bawah. Berikut merupakan contoh koloni karang yang
menempel pada substrat jaring.

(a)
(b)
Gambar 2. Koloni karang yang menempel pada substrat jaring atas (a), jaring
bawah (b)
Rekrutmen Karang pada Substrat Paralon
Data rekrutmen karang pada substrat jaring didapatkan dari foto secara
langsung pada koloni karang dan foto close up koralit karang pada substrat
paralon secara horizontal yang meliputi posisi paralon horizontal atas dan paralon

4
horizontal bawah, serta paralon secara vertikal. Berikut merupakan contoh koloni
karang yang menempel pada substrat paralon.

(a)
(b)
Gambar 3. Koloni karang yang menempel pada substrat paralon horizontal (a) dan
paralon vertikal (b)
Identifikasi Karang
Identifikasi karang dilakukan setelah mendapatkan data berupa foto koloni
karang dan foto koralit karang. Proses identifikasi karang dilakukan dengan
melihat kenampakan dari karang tersebut melalui foto koloni dan foto close up
koralit dan dibandingkan dengan buku identifikasi karang Veron (2000).
Identifikasi karang dilakukan hingga mendapatkan genus dari karang tersebut.
Perhitungan Panjang dan Luasan Menggunakan Software Image- J
Perhitungan data karang dilakukan setelah didapatkannya genus dari
koloni karang tersebut. Diagram alir perhitungan panjang dan luasan terumbu
karang menggunakan software Image-J dapat dilihat pada lampiran 3.
Analisis Pengukuran Panjang dan Luasan
Analisis perhitungan panjang dan luasan koloni karang dilakukan dengan
melakukan perhitungan rata-rata panjang dan rata-rata luas koloni karang tersebut.
Rumus perhitungan rata-rata untuk perhitungan panjang dan luas adalah sebagai
berikut:

Setelah mendapatkan nilai rata-rata dari panjang dan luasan koloni karang
dilakukan perhitungan nilai simpangan baku atau standar deviasi dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

5

HASIL
Luasan total terumbu buatan yang telah diaplikasikan di Pulau Karya
adalah 466,9 m2, terumbu buatan di perairan Pulau Karya berada di antara Pulau
Karya dan Pulau Panggang. Terumbu buatan ini terdiri atas 5 unit pola, 2 bahan
material yaitu paralon dan jaring yang diletakkan tersebar menjadi 9 kelompok
besar.
Karang rekrut yang diamati berada pada substrat jaring dan paralon. Posisi
paralon terbagi menjadi 2 posisi pengamatan yaitu posisi horizontal atas dan
bawah, serta paralon posisi vertikal. Posisi jaring terbagi menjadi 2 posisi
pengamatan yaitu posisi atas dan bawah.
Karang Rekrut di Substrat Jaring Atas dan Jaring Bawah
Berdasarkan hasil penelitian, koloni karang yang di temukan di perairan
Pulau Karya memiliki jumlah genus sebanyak 26 genus yang tersebar pada
substrat paralon dan substrat jaring dengan genus yang paling dominan adalah
genus Pocillopora dan genus Porites. Genus yang berada di substrat jaring atas
dan jaring bawah adalah genus Acropora, Merulina dan Pocillopora. Grafik
perbandingan antara jumlah koloni karang di substrat jaring atas dan substrat
jaring bawah dapat dilihat pada Gambar 4.

Jumlah Karang (koloni)

25
20
15
10
5
0
Acropora

Merulina

Pocillopora

Genus
Jaring Atas

Jaring Bawah

Gambar 4. Jumlah koloni karang pada jaring atas dan jaring bawah.
Berdasarkan Gambar 4 tersebut menunjukkan bahwa jaring atas memiliki
koloni lebih banyak dari pada jaring bawah. Total koloni yang terdapat pada
jaring atas dan jaring bawah sebesar 36 koloni. Genus Acropora dan Merulina
hanya terdapat pada jaring atas sebanyak 1 koloni. Genus Pocillopora terdapat
pada jaring atas maupun jaring bawah dengan jumlah sebanyak 21 koloni pada
jaring atas dan sebanyak 13 koloni pada jaring bawah.

6

Rata- Rata Panjang Koloni Karang (cm)

Sebaran karang rekrut berdasarkan rata-rata panjang pada substrat jaring atas
dan substrat jaring bawah terdapat pada Gambar 5.
25
20
15
10
5
0
Acropora

Merulina

Pocillopora

Genus
Jaring Atas

Jaring Bawah

Gambar 5. Rata-rata panjang koloni karang pada jaring atas dan jaring bawah.

Rata-Rata Luas Koloni Karang (cm²)

Rata-rata Panjang koloni pada jaring bawah lebih besar daripada panjang
rata-rata koloni jaring atas. Pada substrat jaring atas genus Acropora memiliki
panjang rata-rata koloni sebesar 6,1 cm. Genus Merulina memiliki panjang ratarata sebesar 2,7 cm. Genus Pocillopora di jaring atas memiliki panjang rata-rata
sebesar 12,2 ± 6,7 cm, sedangkan di jaring bawah memiliki panjang rata-rata
sebesar 14,6 ± 8,5 cm.
Sebaran karang rekrut berdasarkan rata-rata luas di jaring atas dan jaring
bawah terdapat pada Gambar 6.
300
250
200
150
100
50

0
Acropora

Merulina
Genus
Jaring Atas
Jaring Bawah

Pocillopora

Gambar 6.Rata-rata Luas pada jaring atas dan jaring bawah.

7
Rata-rata Luas koloni di jaring bawah lebih besar daripada Luas rata-rata
koloni jaring atas. Pada jaring atas Genus Acropora memiliki luas rata-rata koloni
sebesar 18,3 cm2. Genus Merulina memiliki luas rata-rata koloni sebesar 3,8 cm2.
Genus Pocillopora di jaring atas memiliki luas rata-rata sebesar 92,7 ± 106,4 cm2
sedangkan di jaring bawah memiliki panjang rata-rata sebesar 140,8 ± 149,2 cm2 .
Karang Rekrut di Paralon Horizontal Atas dan Horizontal Bawah
Sebaran karang rekrut berdasarkan jumlah koloni pada paralon horizontal
atas dan paralon horizontal bawah yang diukur pada substrat paralon terdapat pada
Gambar 7.
45
Jumlah Karang (Koloni)

40

35
30
25
20
15
10
5
Tubastrea

Scolymia

Seriatopora

Sandalolitha

Psammocora

Porites

Pocillopora

Pavona

Pectinia

Pacyseris

Montipora

Leptoseris

Montastrea

Leptastrea

Hydnopora

Goniastrea

Heliofungia

Fungia

Favites

Favia

Cyphastrea

Acropora

Coeloseris

Achantastrea

0

Genus
Horizontal Atas

Horizontal Bawah

Gambar 7. Jumlah koloni karang di substrat paralon horizontal atas dengan
paralon horizontal bawah.
Jumlah koloni di substrat paralon horizontal atas dan bawah sebanyak 237
koloni. Paralon horizontal atas memiliki jumlah koloni sebanyak 95 koloni dan
paralon horizontal bawah sebanyak 142 koloni. Genus Pocillopora memiliki
jumlah koloni terbanyak di substrat paralon horizontal atas dengan jumlah 35
koloni. Genus Porites memiliki jumlah koloni terbanyak di substrat paralon
horizontal bawah dengan jumlah 40 koloni.
Sebaran karang rekrut berdasarkan rata-rata panjang pada paralon horizontal
atas dan paralon horizontal bawah terdapat pada Gambar 8.

25
20
15
10
5

Tubastrea

Scolymia

Seriatopora

Sandalolitha

Psammocora

Porites

Pectinia

Pocillopora

Pavona

Pacyseris

Montipora

Montastrea

Leptoseris

Leptastrea

Hydnopora

Heliofungia

Goniastrea

Fungia

Favites

Favia

Coeloseris

Cyphastrea

Acropora

0

Achantastrea

Rata-Rata Panjang Koloni Karang (cm)

8

Genus
Horizontal Atas

Horizontal Bawah

Gambar 8. Rata-rata panjang koloni karang pada paralon horizontal atas dengan
paralon horizontal bawah.

Rata- Rata Luas Koloni Karang (cm²)

Substrat paralon horizontal atas memiliki panjang rata-rata koloni yang
bervariasi dengan panjang tertinggi sebesar 18,5 cm terdapat pada genus
Montipora. Paralon horizontal bawah memiliki panjang rata-rata bervariasi
dengan panjang tertinggi sebesar 18,7 cm yang terdapat pada genus Pavona.
Sebaran karang rekrut berdasarkan rata-rata luas pada jaring atas dan jaring
bawah terdapat pada Gambar 9.

220
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20

Horizontal Atas

Genus
Horizontal Bawah

Gambar 9. Rata-rata luas koloni karang pada paralon horizontal atas dengan
paralon horizontal bawah.

Tubastrea

Seriatopora

Scolymia

Sandalolitha

Psammocora

Porites

Pocillopora

Pectinia

Pavona

Pacyseris

Montipora

Montastrea

Leptoseris

Leptastrea

Hydnopora

Heliofungia

Goniastrea

Fungia

Favites

Favia

Cyphastrea

Coeloseris

Acropora

Achantastrea

0

9
Substrat paralon horizontal atas memiliki rata-rata luas koloni yang
bervariasi dengan luas tertinggi sebesar 190 ± 19,3 cm2 terdapat pada genus
Seriatopora. Paralon horizontal bawah memiliki panjang rata-rata bervariasi
dengan panjang tertinggi sebesar 137 cm2 terdapat pada genus Pavona.
Karang Rekrut di Paralon Vertikal dan Paralon Horizontal
Sebaran karang rekrut berdasarkan jumlah koloni pada paralon vertikal dan
paralon horizontal yang diukur pada substrat paralon berdasarkan genus dapat
dilihat pada Gambar 10.

Jumlah Karang (Koloni)

70
60
50
40
30
20
10
Tubastrea

Seriatopora

Scolymia

Sandalolitha

Porites

Psammocora

Pocillopora

Pavona

Pectinia

Pacyseris

Montipora

Leptoseris

Montastrea

Leptastrea

Hydnopora

Goniastrea

Heliofungia

Fungia

Favites

Favia

Cynarina

Cyphastrea

Acropora

Coeloseris

Achantastrea

0

Genus
Vertikal
Horizontal

Gambar 10. Jumlah koloni karang pada paralon vertikal atas dengan paralon
horizontal.
Jumlah koloni pada paralon vertikal dan horizontal sebanyak 347 koloni.
Paralon vertikal memiliki jumlah koloni sebanyak 110 koloni dan paralon
horizontal sebanyak 237 koloni. Genus Pocillopora memiliki jumlah koloni
terbanyak pada paralon horizontal dengan jumlah 60 koloni dan genus Porites
dengan jumlah 59 koloni. Genus Porites memiliki jumlah koloni terbanyak pada
paralon vertikal dengan jumlah 27 koloni.
Sebaran karang rekrut berdasarkan rata-rata panjang karang pada paralon
vertikal dan paralon horizontal terdapat pada Gambar 11.

30
25
20
15
10
5
Tubastrea

Scolymia

Seriatopora

Sandalolitha

Psammocora

Porites

Pectinia

Pocillopora

Pavona

Pacyseris

Montipora

Montastrea

Leptoseris

Leptastrea

Hydnopora

Heliofungia

Fungia

Goniastrea

Favites

Favia

Cyphastrea

Cynarina

Coeloseris

Acropora

0
Achantastrea

Rata-Rata Panjang Koloni Karang (cm)

10

Genus
Vertikal

Horizontal

Gambar 11.Rata-rata panjang koloni karang pada paralon vertikal dengan paralon
horizontal.

300
250
200
150
100
50
0
Achantastrea
Acropora
Coeloseris
Cynarina
Cyphastrea
Favia
Favites
Fungia
Goniastrea
Heliofungia
Hydnopora
Leptastrea
Leptoseris
Montastrea
Montipora
Pacyseris
Pavona
Pectinia
Pocillopora
Porites
Psammocora
Sandalolitha
Scolymia
Seriatopora
Tubastrea

Rata-Rata Luas Koloni Karang (cm²)

Paralon vertikal memiliki rata-rata panjang rata-rata koloni yang bervariasi
dengan panjang tertinggi sebesar 18,3 ± 6,2 cm terdapat pada genus Seriatopora.
Paralon horizontal memiliki panjang rata-rata bervariasi dengan panjang tertinggi
sebesar 18,7± 3,6 cm terdapat pada genus Pavona.
Sebaran karang rekrut berdasarkan rata-rata luas pada paralon vertikal dan
paralon horizontal terdapat pada Gambar 12.

Genus
Vertikal

Horizontal

Gambar 12. Rata-rata luas koloni karang pada paralon vertikal dengan paralon
horizontal.

11
Paralon vertikal memiliki rata-rata luas koloni yang bervariasi dengan
panjang tertinggi sebesar 181,8 ± 110,8 cm2 terdapat pada genus Seriatopora.
Paralon horizontal memiliki panjang rata-rata bervariasi dengan panjang tertinggi
sebesar 154,5 cm2 terdapat pada genus Montipora.
Kondisi Rekrutmen Karang Paralon dan Jaring
Sebaran karang rekrut berdasarkan jumlah koloni pada substrat paralon
dan jaring terdapat pada Gambar 13.
90
Jumlah Karang (Koloni)

80
70
60
50
40
30
20
10
Achantastrea
Acropora
Coeloseris
Cynarina
Cyphastrea
Favia
Favites
Fungia
Goniastrea
Heliofungia
Hydnopora
Leptastrea
Leptoseris
Merulina
Montastrea
Montipora
Pacyseris
Pavona
Pectinia
Pocillopora
Porites
Psammocora
Sandalolitha
Scolymia
Seriatopora
Tubastrea

0

Genus
Jaring

Paralon

Gambar 13. Jumlah koloni karang pada paralon dengan jaring.
Jumlah koloni pada paralon dan jaring sebanyak 383 koloni. Paralon
memiliki jumlah koloni sebanyak 347 koloni dan jaring sebanyak 36 koloni.
genus Pocillopora memiliki jumlah koloni terbanyak pada paralon dengan jumlah
86 koloni dan porites dengan jumlah 84 koloni. Genus Pocillopora memiliki
jumlah koloni terbanyak pada jaring dengan jumlah 34 koloni.
Sebaran karang rekrut berdasarkan rata-rata panjang koloni pada paralon
dan jaring terdapat pada Gambar 14.

25
20
15
10
5
0
Achantastrea
Acropora
Coeloseris
Cynarina
Cyphastrea
Favia
Favites
Fungia
Goniastrea
Heliofungia
Hydnopora
Leptastrea
Leptoseris
Merulina
Montastrea
Montipora
Pacyseris
Pavona
Pectinia
Pocillopora
Porites
Psammocora
Sandalolitha
Scolymia
Seriatopora
Tubastrea

Rata-Rata Panjang Koloni Karang (cm)

12

Jaring

Genus
Paralon

Gambar 14. Rata-rata panjang koloni karang pada paralon dengan jaring.

250
200
150
100
50
0
Achantastrea
Acropora
Coeloseris
Cynarina
Cyphastrea
Favia
Favites
Fungia
Goniastrea
Heliofungia
Hydnopora
Leptastrea
Leptoseris
Merulina
Montastrea
Montipora
Pacyseris
Pavona
Pectinia
Pocillopora
Porites
Psammocora
Sandalolitha
Scolymia
Seriatopora
Tubastrea

Rata-Rata Luas Koloni Karang (cm²)

Paralon memiliki rata-rata panjang koloni yang bervariasi dengan panjang
tertinggi sebesar 18,5 cm terdapat pada genus Montipora. Jaring memiliki panjang
rata-rata bervariasi dengan panjang tertinggi sebesar 13,1 ± 7,4 cm terdapat pada
genus Pocillopora. Sebaran karang rekrut berdasarkan luas rata-rata koloni pada
paralon dan jaring dapat dilihat pada Gambar 15.

Genus
Jaring

Paralon

Gambar 15. Perbandingan rata-rata luas koloni karang pada jaring dengan paralon.
Jaring memiliki rata-rata luas koloni yang bervariasi dengan luas tertinggi
sebesar 111,1 ± 124,6 cm2 terdapat pada genus Pocillopora. Paralon memiliki luas
rata-rata bervariasi dengan panjang tertinggi sebesar 154,5 cm2 terdapat pada
genus Montipora.

13

PEMBAHASAN
Terumbu buatan yang terbuat dari paralon berbahan PVC yang diletakkan
di lokasi dasar yang miring menyebabkan unit tidak stabil sehingga sambungan
beberapa paralon terlepas. Jaring yang juga menjadi bahan material terumbu
buatan mengalami kerusakan yaitu ikatan di sisi-sisinya terlepas, sehingga harus
dilakukan pengikatan kembali bagian jaring yang terlepas.
Lokasi penelitian yang berada pada zona intertidal, yaitu zona
perairan yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hal ini
menyebabkan pada lokasi penelitian pengaruh pasang surut dan adanya
gelombang dan arus sangat mempengaruhi pertumbuhan karang. Rachmawati
(2009) menjelaskan bahwa pada daerah yang memiliki gelombang yang cukup
kuat bagian ujung sebelah luar terumbu akan membentuk karang massif atau
bentuk bercabang dengan cabang yang sangat tebal dan ujung yang datar.
Berdasarkan hal tersebut, maka pengaruh yang diberikan oleh adanya pasang surut
air laut serta adanya arus dan gelombang menyebabkan perumbuhan karang
cenderung melebar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 26 genus karang pada
substrat jaring dan substrat paralon yaitu Achantastrea, Acropora, Coeloseris,
Cynarina, Cyphastrea, Favia, Favites, Fungia, Goniastrea, Heliofungia,
Hydnopora, Leptastrea, Leptoseris, Merulina, Montastrea, Montipora, Pacyseris,
Pavona, Pectinia, Pocillopora, Porites, Psammocora, Sandalolitha, Scolymia,
Seriatopora, dan Tubastrea.
Genus yang di temukan pada perairan Pulau Karya memiliki jumlah yang
bervariasi di setiap substratnya, pada substat jaring jumlah penempelan koloni
karang berjumlah 36 koloni yang terdapat pada posisi jaring atas sebanyak 21
koloni, posisi jaring bawah sebanya 13 koloni. Substrat jaring memiliki genus
yang paling dominan yaitu genus Pocillopora dengan jumlah 34 koloni. Substrat
paralon jumlah penempelan koloni karang berjumlah 347 koloni yang terdapat di
berbagai posisi substrat. Paralon vertikal memiliki jumlah koloni sebanyak 110
koloni dan paralon horizontal sebanyak 237 koloni. Substrat paralon didominasi
genus Pocillopora dengan jumlah 86 koloni dan genus Porites dengan jumlah 84
koloni. Total jumlah koloni yang di dapatkan pada substrat jaring maupun paralon
berjumlah 383 koloni.
Substrat paralon memiliki jumlah koloni yang lebih banyak di bandingkan
dengan substrat jaring karena karang memerlukan substrat yang kokoh untuk
menempel. Pada substrat jaring terdapat rongga-rongga yang menyebabkan
tempat penempelan tidak kokoh dan mudah terganggu, sedangkan pada substrat
paralon tidak terdapat rongga dan karang dapat menempel dengan kokoh di
paralon. Pertumbuhan koloni karang yang baik terdapat para paralon posisi di
bawah karena koloni karang dapat terlindung dari tekanan, sedangkan pada
paralon posisi di atas pertumbuhan koloni karang terkena oleh sinar matahari
langsung dan lebih banyak tekanan.
Penelitian ini juga mendapatkan hasil pertumbuhan panjang yang
bervariasi. Substrat jaring memiliki panjang rata-rata tertinggi sebesar 13,1 ± 7,4
cm yang terdapat pada genus Pocillopora. Substrat paralon memiliki panjang ratarata koloni tertinggi sebesar 18,5 cm terdapat pada genus Montipora. Substrat
jaring memiliki luas rata-rata koloni tertinggi sebesar 111,1 ± 124,6 cm2 terdapat

14
pada genus Pocillopora. Substrat paralon memiliki luas tertinggi sebesar 154,5
cm2 terdapat pada Genus Montipora.
Laju pertumbuhan panjang pada koloni-koloni karang dapat berbeda satu
sama lain, karena perbedaan spesies, umur koloni, dan daerah suatu terumbu.
Koloni yang muda dan kecil cenderung untuk tumbuh lebih cepat daripada kolonikoloni yang lebih tua, sedangkan koloni bercabang-cabang atau yang seperti daun
cenderung untuk tumbuh lebih cepat daripada karang masif (Nybakken 1982).
Bentuk pertumbuhan koloni yang dominan berupa lembaran juga
membuat genus Montipora dapat terus memanfaatkan sinar matahari yang
akan digunakan dalam proses fotosintesis dan kalsifikasi sehingga karang
dapat terus melakukan pertumbuhannya secara melebar. Menurut suharsono
(2008) genus Montipora biasanya berada pada perairan dangkal berkaitan
dengan intensitas cahaya yang diperolehnya dengan bentuk koloni berupa
lembaran, dan genus Porites mirip dengan genus Montipora, namun memiliki
beberapa perbedaan yaitu genus Porites memiliki bentuk pertumbuhan yang lebih
beragam, koralit pada Porites lebih besar, kokoh dan tidak ada elaborate thecal
(perpanjangan dinding koralit).
Terumbu buatan di perairan Pulau Karya terdapat berbagai macam hewan
laut dan tumbuhan laut antara lain hewan karang, ikan, bulu babi, karang lunak,
organism bentik, dan makro alga. Terumbu buatan tersebut terdapat koloni karang
antara lain koloni karang Pocillopora dan Porites, karena karang jenis ini lebih
mampu bersaing dengan alga dan bertahan pada keadaan sedimen yang cukup
banyak. Kemunculan sponge juga bisa menjadi ancaman yang serius karena dapat
menghambat pertumbuhan polip karang (Supriharyono 2000).
Menurut Veron (1995), setiap jenis karang mempunyai respon yang
spesifik terhadap karakteristik lingkungannya. Faktor lingkungan, seperti
kedalaman, kuat arus dan gelombang dapat mempengaruhi bentuk pertumbuhan
karang. Terumbu buatan yang berada di perairan Pulau Karya dipengaruhi oleh
sedimentasi yang cukup tinggi hal ini berhubungan dengan ketahanan dan
kemampuan pulih fase juvenil karang dalam menerima dampak
dari
lingkungannya (Abrar 2011). Koloni karang yang berukuran kecil akan rentan
menerima gangguan dari lingkungan perairan, misalnya sedimentasi, arus,
inveksi penyakit, maupun kompetisi untuk mendapatkan makanan.
Bentuk pertumbuhan karang batu umumnya merupakan refleksi dari
kondisi lingkungan di sekitarnya, contohnya spesies karang dengan bentuk
percabangan yang ramping umumnya terdapat pada area dengan energi
gelombang yang rendah (Riegl et al. 1996). Kepadatan yang sedang dari bulu
babi menentukan suatu tingkatan kondisi grazing yang layak sehingga dapat
menekan populasi alga sekaligus membiarkan suatu tingkatan yang pantas
bagi settlement serta kelangsungan hidup dari planula karang (Sammarco 1996).
Dengan mengetahui jumlah karang rekrut yang berada di perairan Pulau
Karya, maka ekosistem terumbu karang yang rusak berpotensi untuk kembali
pulih sehingga dapat berperan sebagai tempat tinggal biota dan tumbuhan asosiasi
lainnya yang penting bagi masyarakat di sekitar perairan Pulau Karya.

15

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Rekruitmen karang di substrat jaring dan paralon yang terdapat di terumbu
buatan Pulau Karya menunjukkan variasi jumlah genus, pertumbuhan panjang dan
luasan karang rekrut. Substrat jaring atas memiliki jumlah genus lebih banyak
daripada substrat jaring bawah, namun rata-rata panjang dan rata-rata luas
pertumbuhan pada jaring atas lebih kecil daripada jaring bawah.
Substrat paralon horizontal bawah memiliki jumlah genus dan rata-rata
pertumbuhan panjang yang lebih besar daripada paralon horizontal atas, namun
rata-rata luas pertumbuhan pada paralon horizontal bawah lebih kecil daripada
paralon horizontal atas. Substrat paralon vertikal memiliki jumlah genus dan ratarata pertumbuhan panjang yang lebih kecil daripada paralon horizontal, namun
rata-rata luas pertumbuhan pada paralon vertikal lebih kecil daripada paralon
horizontal.
Rekrutmen karang pada substrat paralon memiliki jumlah genus ,rata-rata
pertumbuhan panjang, dan rata-rata luas yang lebih besar daripada substrat
paralon. Substrat yang cocok untuk dijadikan media rekrutmen karang yaitu
paralon dengan posisi paralon horizontal bawah karena karang membutuhkan
substrat yang kokoh untuk penempelan.

Saran
Adanya penelitian lanjutan mengenai rekrutmen karang dalam periode
pengamatan yang terus menerus.

16

DAFTAR PUSTAKA
Abrar M. 2011. Kelulusan Hidup Rekrutmen Karang (Scleractinia) di Perairan
Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta [Tesis]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Babcock RC and CP Mundy. 1996. Coral recruitment: consequences of settlement
choice for early growth and survivorship of two scleractinians. J. Exp. Mar.
Biol. Ecol. (206): 179-201.
Connell JH, TP Hughes and CC Wallace. 1997. A 30-year study of coral
abundance, recruitment, and disturbance at several scales in space and time.
J. Ecol. Mono. (67): 461-488.
[Coremap fase II] Coral Reef Rehabilitation and Management Program 2006.
Modul Transplantasi Karang Secara Sederhana: Pelatihan Ekologi
Terumbu Karang. LIPI. Selayar, Sulawesi Selatan.
Direktorat Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil. 2009. Laporan Pembinaan dan
Monitoring Kegiatan Pengelolaan Ekosistem Pulau- pulau Kecil di Pulau
Pramuka, Kab Kepulauan Seribu, Jakarta. Jakarta: Departemen Kelautan
dan Perikanan.
Estradivari, M. Syahrir, S. Nugroho, Y. Safran dan T. Silvianita. 2007.
Terumbu Karang Jakarta: pengamatan jangka panjang terumbu karang
kepulauan seribu (2004-2005). Yayasan Terumbu Karang Indonesia
(TERANGI). Jakarta.
Moulding AL. 2005. Coral Recruitment Patterns in The Florida Keys. J. Rev. de
Biol. Trop. (53): 75-82.
Nybakken JW. 1982. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis . Terjemahan.
Terjemahan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Obura D and G Grimsditch. 2009. Resilience assessment of coral reefs: Rapid
assessment protocol for coral reefs, focusing on coral bleaching and
thermal stress. IUCN. Gland. Switzerland. 70 pp.
Rahmawati F, Yusuf A, Pratama LAG. 2009. Kondisi Terumbu Karang di Pulau
Pramuka, Pulau Sekati dan Pulau Panggang Kepulauan Seribu Jakarta
[Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Reppie E. 2006. Desain, Konstruksi dan Kinerja (Fisik, Biologi dan Sosial
Ekonomi Terumbu Buatan sebagai Nursery Ground Ikan-ikan Karang
[Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Riegl B, C Heine, GM Branch. 1996. Function of Funnel-Shaped Coral Growth in
A High Sedimentation Environment. Mar. Ecol. Prog. (145): 87-93.
Sammarco PW. 1996. Comments on coral reef regeneration, bioerosion,
biogeography, and chemical ecology: future directions. J. Exp. Mar.
Biol. Ecol. (200): 135-168.
Soedharma D 2007. Perkembangan Transplantasi Karang di Indonesia.
Soedharma D, Dondy A (Ed). Prosiding Seminar Transplantasi Karang.
Bogor, 8 September 2005. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Pertanian Bogor. p.5-13.

17
Sorokin YI. 1993. Coral Reef Ecology. Ecological Studies 102. Springer-Verlag.
Berlin. 465 pp.
Suharsono. 2008. Jeni-Jenis Karang di Indonesia. Program COREMAP LIPI.
Jakarta: 372.
Veron JEN. 1995. Corals in Space and Time. The Biogeography and Evolution of
The Scleractinia. UNSW Press. Sidney.
Veron, J.E.N. 2000. Corals of the world Vol.1. Australian Institute of Marine
Science, PMB3, Townsville MC, Qld4810, Australia. 463 p

18

LAMPIRAN
Lampiran 1. Tahapan Penelitian

Lampiran 2. Sketsa terumbu buatan di Pulau Karya

19
Lampiran 3. Diagram alir proses pengolahan data menggunakan software
Image-J

Lampiran 4. Karang yang menempel pada substrat jaring dan paralon

Acropora

Merulina

Pocillopora

Porites

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor – Jawa Barat, 16 Mei 1991,
dari pasangan Dr. H. Juang Rata Matangaran dan Hj. Iis
Diatin, MM merupakan anak kedua dari empat
bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN
9 Kota Bogor pada tahun 2009. Pada tahun yang sama
penulis diterima di IPB melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan tercatat
sebagai mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan Institut
Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan
Profesi HIMITEKA sebagai pengurus Divisi PSDM (2010-2012), Jendral
Kontingen ITK (2011-2012) Kontingen Cabang Olah Raga Bulutangkis pada
OMI TPB (2010-2011). Kontingen Cabang Olah Raga Bulutangkis pada
PORIKAN (2011-2013), Kontingen Cabang Olah Raga Bulutangkis pada
Olimpiade Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (2012-2013), Asisten Mata Kuliah
Selam Ilmiah (2013), Koordinator Asisten (KOAS) Mata Kuliah Ikhtiologi
(2013), Asisten Mata Kuliah Dasar-Dasar Akustik Kelautan (2013), Asisten Mata
Kuliah Akustik Kelautan (2014)
Untuk Menyelesikan studi di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Penulis
menyelesaikan skripsi dengan judul “Rekrutmen Karang Pada Terumbu Buatan di
Perairan Pulau Karya,Kepulauan Seribu”.