PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERSEPSI REMAJA PUTRI TENTANG PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMP NEGERI 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA DAN SMP NEGERI 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

(1)

TENTANG PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMP NEGERI 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA DAN SMP NEGERI 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajad Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh

HUSNUL KHOMSIAH 20120320036

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

PUTRI TENTANG PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMP NEGERI 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA DAN SMP NEGERI 2 KASIHAN BANTUL

YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajad Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh

HUSNUL KHOMSIAH 20120320036

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

iii Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur selaludipanjatkan kehadirat Allah SWT dengansegala rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Persepsi Remaja Putri Tentang Pencegahan Keputihan di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta dan SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai tugas akhir kuliah sebagai syarat S1 dan memperoleh gelar sarjana ilmu keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan moral, materil dari berbagai pihak. Kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak dr. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun Karya Tulis Ilmiah.

2. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan selaku dosen pembimbing yang penuh dengan kesabaran, kelembutan dan pengorbanan dalam membimbing dan mengarahkan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

3. Ibu Dewi Puspita, S.Kep.,M.Sc selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran kepada penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah.

4. Bapak Suryadi dan Mama Mulyati yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis sehingga Karya Tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.


(5)

iv

motivasinya dan doanya yang diberikan kepada penulis.

6. Sahabat-sahabat tercinta Sri Fajriani M, Riska ABD. K, Siska Pratiwi, Amalia Rizkiani, Arum Anggraeni, Nurul Maulidah, Agil Putra T K, Sumardi, Abdul Rahman, Yudi Rizkiawan, Amrina Dewi L, Titi Jusuf, Sholehah Awali N H, Grand Dita H U. Terimakasih atas dukugannya dan doanya yang diberikan kepada penulis.

7. Sahabat satu bimbingan Riya Sabrina, Rochman Arifin, dan Ruswantoterimakasih atas dukungan, bantuannya, dan doanya selama mengerjakan Karya Tulis Ilmiah.

8. Selaku Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedoktran dan Ilmu Kesehtan yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama duduk di bangku kuliah.

9. Segenap Jajaran Staf, Karyawan dan Guru di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta dan SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dan membentu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

10. Teman-teman PSIK UMY angkatan 2012 yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang kuat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.


(6)

v

peneliti dapat memperbaiki penelitian ini. Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, Agustus 2016


(7)

vi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

INTISARI ...x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian ...5

E. Penelitian Terkait ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...9

A. Tinjauan Teori ...9

1. Pendidikan Kesehatan ...9

2. Persepsi ...12

3. Remaja ...14

4. Keputihan...18

B. Kerangka Teori ...22

C. Kerangka Konsep...23

D. Hipotesis ...23

BAB III METODELOGI PENELITIAN ...24

A. Desain Penelitian ...24

B. Populasi dan Sampel ...25

C. Tempat dan Waktu ...26

D. Variabel dan Definisi Operasional...27

E. Instrumen Penelitian ...28

F. Pengumpulan Data ...29

G. Uji Valid dan Uji Reabilitas ...31

H. Pengolahan Data dan Analisa Data...34


(8)

vii

B. Hasil Penelitian ...39

C. Pembahasan ...42

D. Kelebihan dan Kelemahan ...47

BAB V KESIMPUAN DAN SARAN ...48

A. Kesimpulan ...48

B. Saran ...49 DAFTAR PUSTAKA


(9)

viii

Tabel 3.1 Desain Penelitian ...24

Tabel 3.2 Definisi Operasional ...28

Tabel 3.3 Uraian Pertanyaan Kuesioner ...29

Table 3.4 Hasil Uji Normalitas Data ...35

Tabel 4.1 Nilai Kelompok Eksperiment ptetest pada remaja putri ...39

Table 4.2 Nilai Kelompok Eksperimen Posttest Pada Remaja Putri ...39

Table 4.3 Nilai Kelompok Kontrol Pretest Dan Posttest Pada Remaja Putri ...40

Tabel 4.4 Hasil Persepsi Remaja Putri Pre-Test dan Post-Test pada Kelompok Eksperimen Menggunakan Uji Wilcoxon ...40

Tabel 4.5 Hasil Persepsi Remaja Putri Pre-Test dan Post-Test pada Kelompok Kontrol Menggunakan Uji T-Test Independent ...41

Tabel 4.6 Hasil Pengaruh Persepsi Remaja Putri Pada Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Menggunakan Uji Paired Simple T-Test Independent ...41


(10)

ix Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 Surat Persetujuan Responden Lampiran 3 Data Demografi Responden Lampiran 4 Surat Izin Survey Pendahuluan Lampiran 5 Surat Uji Valid

Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian Lampiran 7 Surat BAPPEDA Bantul

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian Di SMP Negeri 1 Kasihan Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian Di SMP Negeri 2 Kasihan Lampiran 10 Modul

Lampiran 11 Satuan Acara Pengajaran Tentang Pendidikan Kesehatan Lampiran 12 Kuesioner

Lampiran 13 Uji Valid Kuesioner Lampiran 14 Hasil Olah Data Penelitian


(11)

x

Dosen pembimbinng : Sri Sumaryani S.Kep.,Ns. M.Kep.,Sp.Mat.,HNC

ABSTRACT

Background: Leucorrheais one of the problems that might occur to female teenagers who have got their period. Perception is an important thing to prevent white discharge in teenagers. Health education can be conducted to enhance the perception.

Purpose: This study aims to discover the effect of health education on female teenager perception of preventing white discharge.

Research method: This study is a quacy-experimental pre-test post-test with control group design. The sampling technique was non probability sampling using purposive sampling method. There were 136 populations in this study. However, there were only 25% or 34 respondents that were obtained as research samples. Research result: The result of statistical test analysis using Wilcoxon test on experiment group shows that p value = 0.607 and on control group, p value = 0.936. The result of Mann-Whitney test shows that p value = 0.188 (p =>0.05). Conclusion: There is no significant effect of giving health education on female teenagers’ perception of preventing white discharge in SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta and SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta.


(12)

xi

pada remaja putri yang sudah mengalami menstruasi. Persepsi merupakan hal yang penting dalam mencegah keputihan pada remaja. Untuk meningkatkan perepi dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian Quasy Eksperimental pretest-posttest dengan control group design. Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan metode Purposive sampling. Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak136 populasi, dari 136 populasi tersebut diambil 25% atau 34 responden sebagai sampel penelitian.

Hasil Penelitian: Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon pada kelompok eksperimen didapatkan nilai p= 0,607 dan pada kelompok kontrol didapatkan nilai p=0,936. uji Mann-Whitney didapatkan nilai pvalue= 0,188 (p=>0,05).

Kesimpulan: Tidak terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta.


(13)

Dosen pembimbinng: Sri Sumaryani S.Kep.,Ns. M.Kep.,Sp.Mat.,HNC

ABSTRACT

Background: Leucorrheais one of the problems that might occur to female teenagers who have got their period. Perception is an important thing to prevent white discharge in teenagers. Health education can be conducted to enhance the perception.

Purpose: This study aims to discover the effect of health education on female teenager perception of preventing white discharge.

Research method: This study is a quacy-experimental pre-test post-test with control group design. The sampling technique was non probability sampling using purposive sampling method. There were 136 populations in this study. However, there were only 25% or 34 respondents that were obtained as research samples.

Research result: The result of statistical test analysis using Wilcoxon test on experiment group shows that p value = 0.607 and on control group, p value = 0.936. The result of Mann-Whitney test shows that p value = 0.188 (p =>0.05).

Conclusion: There is no significant effect of giving health education on female teenagers’ perception of preventing white discharge in SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta and SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta.


(14)

yang sudah mengalami menstruasi. Persepsi merupakan hal yang penting dalam mencegah keputihan pada remaja. Untuk meningkatkan perepi dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian Quasy Eksperimental pretest-posttest dengancontrol group design. Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan metode Purposive sampling. Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak136 populasi, dari 136 populasi tersebut diambil 25% atau 34 responden sebagai sampel penelitian.

Hasil Penelitian: Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon pada kelompok eksperimen didapatkan nilai p= 0,607 dan pada kelompok kontrol didapatkan nilai p=0,936. uji Mann-Whitneydidapatkan nilai pvalue= 0,188 (p=>0,05).

Kesimpulan: Tidak terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta.


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Remaja dalam bahasa latin adalah adolescence, yaitu tumbuh untuk mencapai kematangan. Istilah adolescence mempunyai arti yang luas yaitu mencakup kematangan mental, emotional, sosial, dan fisik. Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa yang meliputi perubahan biologis, psikologis, dan perubahan sosial. Remaja sering kali didefinisikan sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak ke dewasa, masa usia belasan tahun, seseorang yang menunjukan perilaku yang susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya (Sarwono, 2011).

Perubahan biologis pada remaja pada remaja perempuan salah satunya pada sistem reproduksi yang dipengaruhi oleh perubahan hormonal. Perubahan anatomi organ reproduksi remaja perempuan yang ditandai tumbuhnya rambut kemaluan, perubahan pada bentuk dada, dan perbesaran panggul, sedangkan perubahan fisiologi ditandai dengan adanya menstruasi. Remaja dapat mengalami keputihan yang fisiologis pada setia siklus menstruasi (Kusmiran, 2007).

Keputihan(flour albus, white discharge, leukorea) merupakan keluarnya cairan dari vagina yang tidak berupa darah (Seragih, 2010). Menurut Clayton (2008), keputihan merupakan keluhan yang sering ditemukan pada perempuan. Keputihan dibagi menjadi dua yaitu


(16)

keputihan normal (fisiologi) dan keputihan abnormal (patologis) merupakan gejala dari suatu kelainan yang harus diobati.

Keputihan sering dialami oleh remaja dibandingkan dewasa. Penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas (2011) pada SMA Negeri 4 Semarang, mengatakan bahwa 96,9% remaja mengalami keputihan. Masalah keputihan di Indonesia 75 % wanita mengalami keputihan yang disebabkan karena iklim yang lembab sehingga mudah terkena infeksi jamur candida albicans dan parasit (Munijaya, 2005). Upaya yang dilakukan remaja yaitu dengan menggunakan antiseptik yang banyak dijual dipasaran. Penggunaan antiseptik justru akan mengganggu ekosistem vagina terutama pH kehidupan bakteri baik, jika pH terganggu maka bakteri jahat akan berkembang lebih banyak dan mudah terkena penyakit salah satunya ditandai dengan keputihan (Iskandar, 2008).

Pencegahan pada keputihan yang utama adalah dengan menjaga personal hygiene. Hasil penelitian Prasetyowati (2009) menunjukan remaja yang membersihkan daerah kewanitaan tidak baik mempunyai peluang 3,5 kali terjadi keputihan dibandingkan pada remaja putri yang membersihkan vagina dengan baik. Remaja yang tidak baik dalam membersihkan daerah kewanitaan sebanyak 84% dan mengalami keputihan. Usaha pencegahan keputihan perlu dilakukan pendidikan kesehatan tujuannya agar seseorang mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya.Meskipun banyak wanita mengalami keputihan namun mereka menganggap hal yang normal. Persepsi yang


(17)

salah akan mendorong seseorang untuk bersikap yang tidak benar terhadap keputihan. Persepsi dan sikap yang tidak tepat akan memperlemah dorngan seseorang untuk berperilaku sehat.

Persepsi adalah cara seseorang memandang suatu kejadian dalam kehidupannya sehari-hari. Persepsi yang salah juga dapat berdampak pada sikap dan perilaku sehat seorang remaja, sebagian besar perempuan merasa tidak masalah dengan keluhan keputihan yang mereka alami dan mereka tidak pernah memikirkan akibatnya bagi kesehatannya jangka pendek maupun jangka panjang. Faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu dari diri individu sendiri seperti pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seseorang sangat berperan dalam mengiterpretasikan stimulus yang diperoleh. Faktor stimulus dapat dipersepsikan ketika stimulus kuat dan dapat menimbulkan kesadaran serta bisa dipersepsikan. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi persepsi seperti pendidikan, keluarga, dan teman (Badaryati, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Johar (2013) sebagian besar persepsi remaja negatif sebanyak 42 responden (54,8%) hal ini dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang diperoleh tentang kebersihan kelamin. Tahap remaja merupakan suatu proses dimana pembentukan sikap dan jiwa seorang remaja menjadi lebih matang terhadap pengaruh lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi hal tersebut melalui proses seleksi atau penyelesaian remaja dapat


(18)

menyelesaikan, kemampuannya sebagai seorang individu maupun anggota kelompok didalam kehidupan masyarakat (Azwar, 2005).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan penelitian terhadap 10 remaja putri di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta didapatkan data bahwa semua remaja putri pernah mengalami keputihan. Mereka mengatakan belum pernah mengetahui tentang masalah keputihan baik dari pencegahan dan penanganannya. Meraka juga mengatakan ketika mengalami keputihan merasakan gatal-gatal, tidak nyaman, dan berbau saat mengalami keputihan, tetapi mereka menganggap bahwa keputihan adalah hal yang wajar dan tidak perlu dicegah.

B. Rumusan Masalah

Wanita yang mengalami keputihan di Indonesia adalah 75%. kebanyakan yang mengalami keputihan adalah remaja, mereka menganggap keputihan hal yang biasa sehingga tidak ada pencegahan atau pengobatan yang dilakukan oleh remaja sehingga perlu pendidikan kesehtaan tentang pencegahan keputihan. Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti “Adakah pengaruh pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan?”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan.


(19)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui persepsi remaja putri prettest dan posttest diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen.

b. Mengetahui persepsi remaja putri prettest dan posttest pada kelompok kontrol.

c. Mengetahui persepsi remaja putri posttest diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. D. Manfaat Penelitia

1. Ilmu Keperawatan

Sebagai masukan tentang pentingnya untuk memplajari tentang kesehatan reproduksi remaja dan permasalahannya untuk mencegah terjadinya berbagai macam kesalahan persepsi.

2. Layanan kesehatan

Dapat menjadi landasan bagi perawat sebagai health educator untuk promosi kesehatan reproduksi pada remaja tenang pencegahan keputihan.

3. Peneliti lainnya

Dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasae untuk penelitian lebih lanjut.

4. Responden

Hasil ini diharapkan dapat menambah pengetahuan remaja tentang pencegahan keputihansehingga remaja terhindar dari keputihan yang dapat merugikan bagi kesehatan reproduksi.


(20)

6

5. Penelitian Terkait Tabel 1.1Penelitian terkait

Nama Judul Metode

Penelitian

Analisis Data Hasil Persamaan Perbedaan

Mokodongan , dkk (2015)

Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Keputihan dengan Perilaku Pencegahan Keputihan pada Remaja Putri

Cross-sectional Chi-squere Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan perilaku pencegahan keputihan padaremaja (p=0,023)

Variabel dan objeknya

Variabel bebas: pendidikan kesehatan tentang pencegahan keputihan

Variabel terikat: persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan Metode penelitian : quasy experiment Solikhahdkk, 2010 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Keputihan dengan Perilaku Remaja Putri dalam Menjaga Kebersihan Diri di Desa

Bandung Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen

Cross sectional Kendal Tau Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan perilaku menjaga diri terhadap keputihan sebesar 0,697

Variabel dan objeknya

Variabel bebas : pendidikan kesehatan tentang pencegahan keputihan

Variabel terikat : persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan Metode penelitian : quasy experiment


(21)

Nama Judul Metode Penelitian

Analisis Data Hasil Persamaan Perbedaan

Triyani dan Ardani S. (2013)

Hubungan Pemakaian

Pembersih Vagina dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri

cross sectional Chi-Squere Ada hubungan

pemakaian pembersih vagina dengan

kejadian keputihan pada remaja putri p value = 0,000<0,05

Variabel dan objeknya

Variabel bebas : pendidikan kesehatan tentang pencegahan keputihan

Variabel terikat : persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan Metode penelitian : quasy experiment


(22)

Nama Judul Metode Penelitian

Analisis Data Hasil Persamaan Perbedaan

Johar dkk, 2013

Persepsi dan Upaya Pencegahan

Keputihan pada Remaja Putri di SMA

Muhammadiyah 1 Semarang

Deskriptif Persepsi remaja putri terhadap keputihan sebagian besar negative sebanyak 40 responden (58,8%) dan persepsi positif sebanyak 33

responden (45,2 %). Upaya pencegahan keputihan pada remaja putri di SMA kelas Muhammadiyah 1 Semarang sebagian besar cukup sebanyak 31 reponden (42,5%). Upaya pencegahan positif 29 responden (39,7%) dan kurang sebanyak 13 (17,8 %).

Variabel dan objeknya

Variabel bebas : pendidikan kesehatan tentang pencegahan keputihan

Variabel terikat : persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan Metode penelitian : quasy experiment


(23)

9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan segala upaya untuk direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan pelaku kesehatan. Perubahan pada diri manusia yang berhubungan dengan tujuan kesehatan baik individu maupun pada kelompok masyarakat (Mubarak dkk, 2007).

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama dari pendidikan kesehatan yaitu agar orang mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, memutuskan kegiatan yang tepat untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat, dan menetapkan masalah dan kebutuhan diri sendiri. Tujuan pendidikan dalam kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan, mencegah datangnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, dan membantu keluarga dan pasien untuk mengatasi masalah kesehatan (Mubarak dkk, 2007).


(24)

c. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Menurut Kholid (2012) sasaran dalam pendidikan kesehatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

1) Sasaran Primer (Primery Target), sasaran langsung pada masyarakat yang akan diubah perilakunya.

2) Sasaran Sekunder (Secondary Target), sasaran para tokoh masyarakat setempat yang dapat digunakan sebagai jembatan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat sekitarnya. 3) Sasaran Tersier (Tersiery Target), sasaran pembuat keputusan

ditingkat pusat maupun daerah dan diharapkan keputusan kelomok masyarakat akan berdampak pada perilaku kelompok sekunder kemudian kelompok tersier.

d. Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmojdo (2011), ada beberapa contoh metode pendidikan kesehatan sebagai berikut :

1) Metode pendidikan individual

Metode pendidikan individual digunakan untuk membina perilaku baru atau perubahan perilaku. Pendekatan metode individual yaitu bimbingan, penyuluhan, dan wawancara (dengan cara kontak antara klien dengan petugas lebih intensif).


(25)

2) Metode pendidikan kelompok

Memilih metode pendidikan kelompok harus memperhatikan besarnya kelompok sasaran, usia, latar belakang kelompok, dan tingkat pendidikan formal pada sasaran.

a) Kelompok besar

Peserta lebih dari 15 orang, metode yang digunakan seperti ceramah, seminar.

b) Kelompok kecil

Peserta kurang dari 15 orang, metode yang dapat digunakan yaitu diskusi kelompok, curah pendapat (brainstorming), bola salju (snowballing), kelompok–kelompok kecil (role play), permainan simulasi (simulation game).

3) Metode pendidikan massa

Cara yang paling tepat dengan menggunakan metode pendidikan massa karena pesan yang disampaikan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh masyarakat. Contoh metode pendidikan kelompok adalah ceramah umum, pidato melalui media, simulasi, bill board, media cetak seperti koran atau majalah dalam bentuk artikel maupun daam bentuk tanya jawab.


(26)

2. Persepsi

a. Pengertian persepsi

Persepsi adalah pengamatan yang merupakan gabungan dari pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengalaman masa lalu, sehingga setiap objek yang sama dipersepsikan berbeda beda oleh setiap individu (Ermawati, 2009).

Persepsi merupakan cara seseorang memandang suatu kejadian dalam kehidupannya sehari-hari. Persepsi sendiri merupakan rangkaian proses yang sangat kompleks yang dilakukan oleh seseorang untuk mengolah rangsangan. Proses pembentukan persepsi terdiri dari proses untuk memilih, mengatur dan memberi makna pada rangsangan yang dijumpai (Hardjana, 2007).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Walgito (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu :

1) Faktor internal

Yang mempengaruhi persepsi dari faktor internal yaitu perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.


(27)

2) Faktor eksternal

Yang mempengaruhi persepsi dari faktor eksternal yaitu latar belakang, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas.

c. Syarat terjadinya persepsi

Menurut Sunaryo (2004) persepsi yang baik dapat terjadi jika memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Adanya objek yaitu stimulus yang dapat bersumber dari luar individu (langsung mengenai alat indra) atau dari dalam individu (langsung diproses disistem syaraf pusat).

2) Adanya alat indra yang bekerja dengan baik untuk menerima stimulasi atau rangsangan.

3) Saraf sensoris sebagai penerus rangsangan menuju otak (pusat saraf atau pusat kesadaran).

d. Proses terjadinya persepsi

Menurut Sunaryo (2004) ada tiga tahap proses terjadinya persepsi yaitu : 1) Proses fisik yaitu proses objek memberikan rangsangan ada alat

indra.

2) Proses fisiologis yaitu proses stimulasi yang diterima dan akan diteruskan oleh saraf sensoris menuju otak.

3) Proses psikologis yaitu proses otak mengelolah rangsangan atau stimulasi yang diterima sehingga individu menyadari rangsangan yang diterima.


(28)

3. Remaja

Remaja dalam ilmu psikologi diperkenalkan dengan istilah puberteit, adolescence, dan young. Remaja atau adolesce berasal dari bahasa latin adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan yang berarti tidak hanya kematangan secara fisik akan tetapi kematangan sosial dan psikososial. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan dimasa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik secara mental, fisik, dan peran sosial (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).

Batasan usia remaja adalah 13 sampai 25 tahun. Remaja akan mengalami perubahan-perubahan yaitu berupa perubahan fisik dan perubahan psiksosial, yang dimaksud dengan perubahan fisik adalah masa remaja yang diawali pertumbuhan yang sangat cepat (pubertas) dan perubahan psikologi pada remaja terlihat dari labilnya emosi yang menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu, mudah tersinggung, dan berbuat nekad. Ketidakstabilan emosi berkaitan erat dengan perubahan hormon dalam tubuh. Kemampuan intelektual pada remaja cenderung membuat remaja bersikap kritis. Perubahan fisik ditandai dengan bertambahnya tinggi dan berat badan pada remaja dan kematangan seksual sebagai dari hasil perubahan hormonal. Kematangan seksual antara remaja putra dan putri terjadi salam usia yang berbeda, kematangan seksual putra terjadi pada usia 10 sampai 13 tahun


(29)

sedangkan kematangan seksual putri pada usia 9 sampai 15 tahun (Notoatmodjo, 2007).

Perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa atau pubertas pada perempuan ditandai dengan datangnya menstruasi atau mimpi basah pada laki laki. Remaja akan mengalami perubahan emosi, pikiran, lingkungan pergaulan, dan berkurannya rasa percaya diri. Masa ini remaja mulai tertarik pada lawan jenis dan canggung pada lawan jenis (Suparmanto, 2011). Masa remaja mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai berikut :

a. Karakteristik remaja

Masa remaja sebagai masa “storm and stress”, frustasi dan penderitaan. Konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta dan perasaan tersisih dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Hurlock, 2006). Perkembangan dan ciri-ciri remaja menurut Widyastuti (2011) sebagai berikut :

1) Masa remaja awal (10-12 tahun)

a) Merasa lebih dekat dengan teman sebaya. b) Merasa ingin lebih bebas.

c) Lebih sering memperhatikan tubuhnya dan mulai berkhayal. 2) Masa remaja tengah (13-15 tahun)

a) Ingin mencari identitas diri. b) Ketertarikan dengan lawan jenis.


(30)

d) Berkhayal yang berkaitan dengan seksual. 3) Masa remja akhir (16-19 tahun)

a) Menampakan kebebasan diri.

b) Lebih selektif dalam mencari teman.

c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. d) Dapat mewujudkan perasaan cinta.

b. Pertumbuhan dan perkembangan remaja

Pertumbuhan adalah perubahan yang menyangkut segi kuantitatif yang ditandai dengan peningkatan dalam ukuran fisik dan dapat diukur. Perkembangan adalah perubahan yang menyangkut aspek kualitatif dan kuantitatif. Rangkaian perubahan dapat bersifat progresif, teratur, berkesinambungan, serta akumulatif (Kusmiran, 2011).

1) Perubahan fisik pada remaja

Menurut Sarwono (2011), urutan perubahan-perubahan fisik sebagai berikut:

a) Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang). Pinggul menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit.

b) Pertumbuhan payudara, seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan putting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai dengan perkembangan dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara lebih besar dan bulat.


(31)

c) Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap dikemaluan. Rambut kemaluan yang tumbuh ini terjadi setelah pinggul dan payudara berkembang.

d) Menstruasi

2) Perubahan psikologi pada remaja

Tertarik pada lawan jenis, cemas, mudah sedih, lebih perasa, menarik diri, pemalu dan pemarah. Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasanyang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri saat sebelum menstruasi (Romauli, 2009).

c. Tugas perkembangan remaja

Tugas perkembangan remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku kekanak-kanakan kearah persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Tugas-tugas perkembangan remaja adalah menerima fisiknya sendiri, mencapai kemandirian emosional dari orang tuanya atau figur-figur yang mempunyai otoritas, mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain baik individu maupun kelompok, menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan sendiri (Hurlock, 2006).


(32)

4. Keputihan

a. Pengertian keputihan

Keputihan atau leukorea adalah cairan yang keluar dari vagina bukan berupa darah dan bukan penyakit melainkan manifestasi gejala dari penyakit kandungan dan harus dilakukan pemeriksaan untuk menentukan penyakit. Keputihan bisa bersifat fisiologis (dalam keadaan normal) namun juga bisa bersifat patologis karena penyakit (Manuaba, 2010).

b. Klasifikasi keputihan

1) Keputihan normal (fisiologi)

Keputihan normal yaitu lendir jernih atau sedikit kekuningan dan kental tidak disertai rasa gatal dan tidak berbau, misalnya pada saat menjelang menstruasi dan sesudah menstruasi (Nita, 2008). 2) Keputihan abnormal (patologis)

Keputihan atau leukorea patologis ditandai dengan jumlah yang sangat banyak, berbau, berwarna, dan disertai keluhan-keluhan seperti gatal, panas, pedih ketika buang air kecil, terjadi pembengkakan, dan nyeri perut bagian bawah (Winknjosastro, 2005).


(33)

c. Penyebab keputihan

1) Jamur candida albicans

Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus besar, dan vagina, jika jamur candida terdapat dalam vagina dengan jumlah banyak maka dapat menyebabkan keputihan atau kandidosis vaginalis. Diperkirakan 40% keputihan disebabkan oleh jamur candida, paling sering spesies albicans. Jamur ini sering menyerang semua umur mulai dari bayi, dewasa, dan lansia, namun lebih sering terkena infeksi jamur pada usia subur. Suasana asam dalam vagina yang berubah menjadi bias memudahkan terjadinya infeksi dengan jamur candida. Gejala yang timbul sangat bervariasi tergantung berat ringannya infeksi. Cairan yang biasa keluar berwarna putih susu, kental, bergumpal, dan berbau asam (LIwellyn, 2001).

2) Bakteri

Gardnerella vaginalis, bakteri anaerob dan miycoplasmahominis merupakan penyebab dari vaginsis bakterial. Bacteriodes sp. diisolasi sebanyak 76 % dan peptostreptococcus sebanyak 36 % pada wanita vaginosis bakterial. Spesies anaerob dihubungkan dengan penurunan laktat, peningkatan suksinat dan asetat pada cairan vagina. Setelah terapi Metronidazol, bakterides, peptostreptococcus tidak ditemukan lagi dan laktat kembali menjadi asam organik predominan dalam cairan vagina. Spiegel


(34)

menyimpulkan bahwa bakteri anaerob berinteraksi dengan G. Vaginalis untuk menimbulkan vaginosis. Mikroorganisme anaerob lain yaitu Mobiluncus Spp. merupakan batang anaerob lengkung yang juga ditemukan di organisme lain yang berhubungan dngan vaginosis bakterial. Sekret vaginosis bakterial berwarna keabu abuan atau putih, sekret yang berwarna kuning atau kehijauan merupakan purulen erat hubungannya dengan trikomoniasis atau servisitis (Adam, 2009).

3) Parasit

Trichomoniasis vaginalis merupakan satu-satunya spesies trichomoniasis yang bersifat patogen pada manusia dan dapat dijumpai pada tractus urogenitalia. T. Vaginalis cepat mati ketika dalam kondisi kering, terkena matahari, dan terpapar air selama 35-40 menit. Kebersihan yang kurang memadai dapat terjadi penularan melalui handuk atau pakaian yang terkontaminasi. Vaginal discharge yang klasik berwarna kehijauan dan berbusa, keadaan ini hanya ditemukan pada 10-30% penderita (Djajakusuma, 2009).


(35)

d. Cara pencegahan

Menurut Manoe (2010), banyak cara untuk menjaga kebersihan yaitu :

1) Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin, dengan menjaga agar tetap kering dan tidak lembab misal dengan menggunakan celana dalam dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pakaian dalam yang ketat.

2) Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air kecil yaitu dengan gerakan dari depan kebelakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air kecil dan mandi.

3) Penggunaan cairan pembersih vagina jangan berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina dan keasaman vagina juga terganggu.

4) Hindari penggunaan talk, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena akan menyebabkan iritasi .

5) Pola hidup sehat, seperti diet yang seimbang, olah raga rutin, hindari rokok, alkohol, istirhat cukup dan hindari stres yang berkepanjangan.

6) Memperhatikan pakaian, antaranya apabila celana dalam yang dipakai sudah lembab sebaiknya segera diganti dengan yang kering dan bersih, dan hindari penggunaan celana jins yang ketat.

7) Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa basah dan lembab.


(36)

8) Menjaga kuku tetap pendek dan bersih. Kuku dapat terinfeksi dari candida akibat dari garukan pada kulit yang terinfeksi, candida yang tertimbun dibawah kuku dapat menular ke vagina ketika mandi atau cebok.

9) Apabila mengalami keputihan yang tidak normal segera datang ke fasilitas pelayanan kesehatan agar segera mendapatkan pertolongan dan tidak memperoleh keputihan.

B. Kerangka Teori

*Walgito (2003), Mubarak dkk, (2007), dan Notoatmodjo (2011). Pendidikan Kesehatan

Persepsi Remaja Tentang pencegahan Keputihan

Faktor internal : perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.

Faktor eksternal : latar belakang, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas.

Baik

Sedang


(37)

C. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ho: Tidak terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta dan SMP Negeri 2 Kasihan Bantul

Ha: Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta dan SMP Negeri 2 Kasihan Bantul

Persepsi Remaja Tentang pencegahan

Keputihan Pendidikan Kesehatan


(38)

24

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Quasy-Experiment dengan penelitin rancangan pretest andposttest with control group design. Penelitian ini menggunakan 2 kelompok untuk dibandingkan yaitu kelompok eksperimen diberikan intervensi sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan intervensi (Nursalam, 2013).

Tabel 3.1 Desain penelitian

Subjek Pretest Intervensi Posttest

K-A 01 X 01-A

K-B 02 - 02-B

Keterangan :

K-A : Kelompok eksperimen K-B : Kelompok kontrol

X : Pemberian pendidikan kesehatan tentang pencegahanan keputihan

01-A : Persepsi remaja setelah dilakukan intervensi kelompok eksperimen

02-B : persepsi remaja yang tidak diberikan intervensi pada kelompok kontrol

- : Tidak diberikan pendidikan kesehatan 01 : pemberian pretest pada kelompok kontrol


(39)

02 : pemberian pretest pada kelompok eksperimen sebelum dilakukan intervensi

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah suatu subjek yang memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri SMP Negeri 1 Kasian Bantul Yogyakarta sebagai kelompok intervensi sejumlah 83 siswi dan SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta berjumlah 53 siswi sebagai kelompok kontrol. Jumlah total populasi 136 orang siswi.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2010). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive sampling. Purposive sampling adalah tekhnik pengambilan sempel dengan cara memilih sampel diantara populasi yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2013).

Apabila populasi kurang dari 100 maka lebih baik dijadikan sempel semua, tetapi jika jumlah sempel lebih dari 100 dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih (Ariunto,2010). Jumlah populasi penelitian pada remaja putrid berjumlah 136 orang, maka sampel yang digunakan 25% x 136 = 34. Jadi jumlah sampel yang digunakan pada


(40)

penelitian ini adalah pada kelompok eksperimen 34 responden dan kelompok kontrol 34 responden.

Responden penelitian sebagai sempel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Kriteriainklusi

Kreteria inklusi adalah kriteria umum subjek dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,2013). Kriteria inklusi penelitian sebagai berikut :

1) Siswi SMP kelas VIII.

2) Bersedia menjadi subjek penelitian. 3) Sudah menstruasi.

b. Kriteriaeksklusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013). Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah siswi yang tidak hadir atau berhalangan hadir pada saat dilakukan penelitian.

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta dan SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta.

2. Waktu


(41)

D. Variable Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel bebas pada penelitian ini adalah pendidikan kesehatan tentang pencegahan keputihan. b. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel terikat pada penelitian ini adalah persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan.

c. Variabel pengganggu

Variabel pengganggu adalah variabel yang berperan sebagai variable bebas dan terikat. Variabel pengganggu yaitu usia karena semakin bertambahnya usia maka bertambah juga pengalamannya sehingga mempengaruhi persepsi seseorang. Pengalaman karena pengalaman yang dimiliki seseorang yang berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh, pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi. Lingkungan karena dapat mempengaruhi stimulus seseorang.


(42)

2. Definisi operasional

Tabel 3.2 definisi operasional

No. Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Pendidikan kesehatan kegiatan pemberian informasi secara demonstrasi yang berisi tentang pencegahan keputihan pada remaja putri di SMP Negeri 1 kasihan Bantul Yogyakarta. Pendidikan keaehatan dilakukan sebanyak satu kali pertemuan dalam waktu 35 menit dengan menggunakan media elektronik (power point)

2. Persepsi remaja tentang pencegahan keputihan adalah pandangan subyek tentang pencegahan keputihan

Kuesioner Median Interval

E. Instrumen penelitian

1. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang digunakan untuk mengukur persepsi remaja tentang pencegahan keputihan adalah modifikasi dari kuesioner milik Badaryati (2012). Kuesioner berupa pertanyaan tertutup yang disusun dengan menggunakan Skala Likert yang dimodifikasi berisi 4 jawaban. Untuk pertanyaan favorable (positif) adalah jawaban Sangat Setuju (SS) bernilai 4, Setuju (S) bernilai 3, Tidak Setuju (TS) bernilai 2, Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 1. Sedangkan untuk jawaban unfavorable (negatif)adalah jawaban Sangat Setuju (SS) bernilai 1, Setuju (S) bernilai 2, Tidak Setuju (TS) bernilai 3, Sangat Tidak Setuju


(43)

2. Modul atau buku panduan tentang keputihan, berisi pengertian keputihan, klarifikasi keputihan, penyebab keputihan, dan cara pencegahan keputihan.

Tabel 3.3 Uraian Pertanyaan Kuesioner

No. Pertanyaan Nomor item pernyataan

Favourable Unfavourable

1. Pengertian 1, 13

2. Penyebab 5, 6

3. Faktor resiko 2, 10, 12, 16 11, 14

4. Pencegahan 3, 8 4, 7, 9, 17

5. Tanda gejala 15

F. Pengumpulan data

1. Tahap persiapan penelitian

Tahap persiapan melakukan survey pendahuluan di SMP negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta, penyusunan proposal danpenyusunan instrumen penelitian, pengurusan surat uji etik, melakukan uji validitas dan penyusunan surat ijin untuk melakukan penelitian dan pertemuan dengan responden di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta dan SMP Negeri 2 Kasihan bantul Yogyakarta untuk menentukan waktu pelaksanaan penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Sebelum dilakukan penelitian peneliti melakukan breafing terlebih dahulu terhadap asisten agar memiliki persepsi yang sama untuk membantu pengambilan data sesuai dengan rencana penelitian. Penelitian di laksanakan di dua SMP yaitu SMP Negeri 1 Kasihan


(44)

(sebagai kelompok eksperimen) dan SMP Negeri 2 Kasihan (sebagai kelompok kontrol).

Tanggal 3 Agustus 2016 penelitian dimulai pada kelompok eksperimen yaitu di SMP Negeri 1 kasihan. Pengambilan sempel dengan cara mengocok nama nama dari respnden yang berjumlah 53 anak yang sudah mengalami menstruasi dan di dapatkan 34 siswa yang menjadi respnden di penelitian ini. Di ruang kelas VIII A dengan jumlah responden 34 remaja putri peneliti melakukan penelitian. Sebelum dilakukan intervensi responden mengisi informed consent, kemudian peneliti memberikan penjelasan pada responden mengenai kuesioner yang akan diberikan, jika responden bersedia mengikuti kegiatan selama penelitian asisten akan memberikan kuesioner, setelah selesai pre-test kelompok intervensi dilanjutkan pemberian pendidikan kesehatan tentang keputihan selama 35 menit dengan metode ceramah dengan menampilkan materi menggunakan power point, setelah selesai pendidikan kesehatan peneliti melakukan tanya jawab selama 5 menit, dan dilanjutkan pengambilan data post-test berupa kuesioner yang akan dibagikan oleh asisten. Setelah posttest asisten membagikan modul sebagai panduan untuk responden.

Selanjutnya dilakukan penelitian pada kelompok kontrol yaitu di SMP Negeri 2 Kasihan tanggal 5 Agustus 2016 di ruang kelas VIIIA. Pengambilan sempel dengan cara mengocok dari 43 responden yang sudah mengalami menstruasi di dapatkan 34 responden remaja putri.


(45)

Pada tanggal 5 Agustus 2016 saat jam istirahat jam 10.00 WIB responden terlebih dahulu diberikan informed consent, kemudian asisten membagikan kuesioner (pretest). Kemudian jam 12.30 peneliti melanjutkan pengambilan data dengan membagikan kuesioner ke responden (posttest) tanpa memberikan pendidikan kesehatan terlebih dahulu, pengambilan data dilakukan di SMP Negeri 2 kasihan di ruang kelas yang sama yaitu kelas VIII A dengan jumlah responden 34 remaja putri. Mengingat aspek keadilan dalam etika penelitian setelah dilakukan posttest kelompok kontrol kemudian diberi pendidikan kesehatan dan modul yang sama seperti pada kelompok eksperimen pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,

3. Tahap penyelesaian

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program statistik dalam komputer yaitu menggunakan SPSS 15.

G. Uji Validitas dan Uji Reabilitas

Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden kuesioner harus diuji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu agar instrumen yang digunakan benar benar telah memenuhi syarat sebagai alat ukur data (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan yang dimodifikasi dari Badaryati (2012) dengan judul kuesioner Persepsi Pencegahan Keputihan diuji validitas dan reabilitasnya pada Mei 2016 dengan 20 responden diluar populasi sampel yaitu di SMP Negeri 3 Kasihan Bantul Yogyakarta.


(46)

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan suatu instrument. Suatu instrument yang valid mempunyai validitas yang tinggi dan instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah (Arikunto, 2013). Uji validitas yang digunakan adalah Product Moment dengan rumus sebagai berikut:

� = � ∑ − ∑ . ∑

√⌈� ∑ �− ∑⌉. ⌈� ∑− ∑

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi Product Moment N∑XY : jumlah perkalian X dan Y

∑ : jumlah skor item (X) ∑ : jumlah skor item (Y) � : jumlah responden∑

Uji validitas dibantu dengan menggunakan program komputer dengan hasil r dibandingkan r tabel pada nilai kesalahan 5%, bila rxy lebih kecil dari r tabel maka item soal tidak valid sehingga item soal tersebut harus diganti atau dibuang, sedangkan bila rxy lebih besar dari r tabel maka item soal dianggap valid ( Arikunto, 2010).

Hasil uji validitas dari 17 pernyataan yang tediri dari 2 butir pernyataan pengertian keputihan, 2 butir pernyataan penyebab keputihan, 6 butir pernyataan faktor resiko terjadinya keputihan, 5 butir pernyataan


(47)

cara pencegahan keputihan, dan 1 butir pernyataan tanda gejala keputihan semuanya valid karena nilai korelasi <0,05.

2. Uji Reabilitas

Reliabilitas yaitu dapat dipercaya. Reliabilitas mengandung pengertian bahwa suatu instrument dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik yaitu menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu (Arikunto, 2013). Uji reliabilitas yang digunakan adalah Alpha Cronbach’s dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

� = {� − 1} {1 −� ∑

� }

Keterangan :

r11 : Reabilitas Instrument k : Banyaknya butir pertanyaan vt : Varians total

∑ab2 : Jumlah varian butir

Penilaian untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor yang item kuesioner yang valid. Instrumen dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach’s lebih dari atau sama dengan 0,6.Hasil uji reabilitas menunjukan hasil 0,914 yang berarti kuesioner ini dinyatakan reliabel.


(48)

H. Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

a. Editting

Editing yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisisan dan konsistensi dari setiap jawaban dan pertanyaan yang dilakukan di lapangan. Terdapat responden yang tidak lengkap dalam mengisi kuesioner sehingga peneliti mencari responden tersebut untuk melengkapi kuesioner yang belum lengkap.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat menjadi data angka. Untuk pertanyaan favorable (positif) adalah jawaban Sangat Setuju (SS) bernilai 4, Setuju (S) bernilai 3, Tidak Setuju (TS) bernilai 2, Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 1. Sedangkan untuk jawaban unfavorable (negatif) adalah jawaban Sangat Setuju (SS) bernilai 1, Setuju (S) bernilai 2, Tidak Setuju (TS) bernilai 3, Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 4.

c. Data Entry

Setelah melakukan coding peneliti melakukan data entry kedalam data base komputer.


(49)

d. Penyajian Data

Setelah data diolah, data tersebut disajikan dalam bentuk tabel untuk mempermudah pembaca data disajikan dalam bentuk narasi.

2. Analisis Data a. Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mengetahui persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan yang disajikan berupa data mean.

b. Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menganalisa 2 data yang saling berhubungan. Langkah awal dalam analisa data yaitu dengan menggunkan uji nomalitas data menggunakan Shapiro-Wilk karena responden kurang dari 50 orang. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.4 Hasil Uji Normalitas Data

Variabel P Keterangan

Pretest kel.eksperimen 0,003 Tidak Normal Postest kel.eksperimen 0,072 Normal

Pretest kel. kontrol 0,116 Normal

Posttest kel. kontrol 0,659 Normal

Sumber : Data Primer 2016 *Uji Shapiro-Wilk

Berdasarkan table 3.4 hasil uji normalitas variabel penelitian dapat diketahui bahwa variabel Pretest kelompok eksperimen mempunyai nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 yaitu nilai p sebesar 0,003 sehingga dapat dinyatakan hasil pretest pada kelompok eksperiment berdistribusi tidak normal. Sedangkan variabel Postest


(50)

kelompok eksperimen mempunyai nilai p sebesar 0,072 (p>0,05) sehingga dapat dinyatakan hasil posttet kelompok eksperimen berdistribusi normal. Variabel Pretest kelompok kontrol mempunyai nilai p sebesar 0,116 (p>0,05) dan Posttest kelompok kontrol mempunyai nilai p sebesar 0,659 (p>0,05), sehingga dapat dinyatakan hasil pretest dan posttest kelompok kontrol berdistribusi normal. Jadi hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal, sehingga menggunakan uji non parametrik.

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki varian yang sama atau tidak. Uji ini menggunakan levene statistics test. Hasil uji kesetaraan data pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didapatkan nilai p 0,014 (p>0,05) maka kedua kelompok adalah homogen. Hal ini menunjukan bahwa kedua kelompok tersebut memiliki persepsi awal yang sama saat pretest diberikan pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol sehingga kedua kelompok tersebut layak untuk dibandingkan.

Untuk mengetahui pengaruh persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan Uji Wilcoxon dan Uji Paired Sample T-Test. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan persepsi sesudah pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mengguakan uji T-Test Independent.


(51)

I. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007) etika penelitian meliputi: 1. Informed consent

Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden tujuannya agar responden mengerti maksud penelitian.

2. Justice (keadilan)

Peneliti bersikap adil kepada responden dalam pengumpulan data. Setelah dilakukan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kelompok kontrol kemudian diberi pendidikan kesehatan yang sama seperti pada kelompok eksperimen.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality merupakan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan untuk hasil penelitian. penelitian ini.

4. Anonymity (tanpa nama)

Anonymitymerupakan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar atau alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.


(52)

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitan ini dilakukan di dua SMP Negeri di Kasihan Bantul Yogyakarta yaitu SMP Negeri 1 Kasihan Bantul yang berlokasi di Jl. Wates No.62 Kasihan Bantul Yogyakart. SMP Negeri 1 Kasihan terdapat banyak fasilitas yang disediakan, diantaranya adalah ruang kelas sejumlah 15 ruangan, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, laboratorium komputer, sarana olahraga, perpustakaan, mushola, UKS dan tempat parkir untuk siswa.

Tahun ajaran 2015-2016 di SMP Negeri 1 Kasihan memiliki 470 murid yang terdiri dari 163 murid kelas VII, 155 murid kelas VIII dan 152 murid kelas IX. Jumlah keseluruhan 470 murid di SMP Negeri 1 Kasihan terdiri dari 273 siswi dan 197 siswa. Jumlah responden yang digunakan peneliti adalah 34 (40%) responden dari 83 siswi kelas VIII. Salah satu program rutin yang diadakan di SMP Negeri 1 Kasihan adalah pendidikan kesehatan oleh Puskesmas 2 Kasihan.

SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta yang beralamat Jl. Bibis Jetis Taman Tirto Kasihan Bantul Yogyakarta. SMP Negeri 2 Kasihan memiliki beberapa fasilitas seperti UKS, toilet, laboratorium, ruang guru dan 12 ruang kelas.Tahun ajaran 2015-2016 SMP Negeri 2 kasihan memiliki 397 siswa yang terdiri dari 220 siswi dan 177 siswa. SMP Negeri 2 Kasihan memiliki kegiatan rutin dari pukesmas untuk kelas VII.


(53)

Penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta dan SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016. 1. Analisa Univariat

Data penelitian pengaruh pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan diperoleh berdasarkan jawaban responden Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Nilai pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel berikut :

Table 4.1. Nilai kelompok eksperimen pre test pada remaja putri

Kel. Eksperimen

Median (min-max) Std. Deviasi

Pretest 50,00 (40-56) 4,561

Sumber : data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.1 data menunjukan bahwa persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan saat pretest kelompok eksperimen memiliki nilai rata-rata 50,00.

Tabel 4.2. Nilai kelompok eksperimen post test pada remaja putri

Kel. Eksperimen

Mean Std. Deviasi

Post test 49,35 4,941

Sumber : data primer 2016

Berdasarkan table 4.2 menunjukan bahwa persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan saat postest kelompok eksperimen memiliki rata-rata sebesar 48,50.


(54)

Kel. Kontrol

Mean Std. Deviasi

Pre test 47,56 4,106

Post test 47,44 4,237

Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan table 4.3menunjukan bahwa data persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan saat pretest kelompok kontrol 47,56. Sedangkan persepsi remaja putri saat posttest kelompok kontrol memiliki nilai rata-rata 47,44.

2. Analisan Bivariat

a. Persepsi Remaja Putri Pretest dan Posttest Diberikan Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok Eksperimen

Tabel 4.4 Hasil Persepsi Remaja Putri Pretest-Posttest Pada Kelompok Eksperimen Menggunakan Uji Wilcoxon.

Kelompok Eksperimen

N Std. Deviasi P

Pretest

34 4,561 0,607

Posttest 4,941

Sumber : Data Primer 2016

Tabel 4.4 menyajikan hasil uji wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0,607 (p>0,05),

dengan demikian dapat dikatakan bahwa persepsi remaja putri sebelum diberikan pendidikan kesehatan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap persepsi remaja putri tentang keputihan di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta.


(55)

Tabel 4.5 Hasil Analisa Perbedaan Persepsi Remaja Putri pada Prerest - PostTest Kelompok kontrol Menggunakan Uji Paired Sample T-Test Independent

Kelompok Kontrol

N Std. Deviasi p

Pretest 34 4,106

0,817

Postest 34 4,237

Sumber : Data Primer 2016

Tabel 4.5 hasil uji paired t-test pada kelompok kontrol diperoleh nialai p 0,817 (p<0,05), hal tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna.

c. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Persepsi Remaja Putri pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Tabel 4.6 Pengaruh persepsi remaja putri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan uji Paired Sample T-Test Independent.

Posttest

n P

K. Eksperimen

34 0,076

K. Kontrol

Sumber : Data Primer 2016

Tabel 4.6 hasil uji T-Test Independent saat dilakukan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh nilai p 0,076 (p>0,05). Hasil tersebut membuktikan bahwa tidak ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta dan SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta.


(56)

1. Persepsi Remaja Putri Tentang Pencegahan Keputihan pada Kelompok Eksperimen

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap persepsi pada kelompok eksperimen yang dilakukan intervensi berupa pendidikan kesehatan, dengan demikian pemberian pendidikan kesehatan adalah bukan salah satu faktor yang tidak mempengaruhi persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan. Pendidikan kesehatan merupakan segala upaya untuk direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan pelaku kesehatan. Perubahan pada diri manusia yang berhubungan dengan tujuan kesehatan baik individu maupun pada kelompok masyarakat (Mubarak dkk, 2007).

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses penyampaian informasi melalui proses belajar dengan berbagai media yaitu media cetak, elektronik dan petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Presepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian dan pandangan seseorang terhadap terhadap suatu kejadian atau rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu melalui panca indra. Persepsi individu dalam situasi yang sama dapat berbeda. Hal ini terjadi karena setiap individu itu unik, mempunyai nilai hidup dan pengalaman hidup, sehingga pengalaman dan interpretasi yang dihasilkan berbeda. Proses persepsi terdiri dari proses menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber yang biasanya diterima melalui panca indra, proses menyeleksi rangsangan, proses pengorganisasian data atau rangsangan yang diterima, proses penafsiran data atau stimulus yang diterima, proses pengecekan data dimana


(57)

salah, proses terakhir adalah proses reaksi yaitu proses individu melakukan tindakan sehubungan dengan apa yang telah diserap. Persepsi yang salah dapat membuat seseorang salah menginterpretasikan suatu hal, sehingga kita perlu mengetahui persepsi seseorang agar tidak terjadi kesalahan (Potter & Perry, 2005; Sugihartono, dkk., 2007; Notoatmodjo, 2010; Sobur, 2011).

Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu faktor internal berupa perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi. Faktor eksternal latar belakang, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas (Walgito, 2003).

Menurut Viani (2009) persepsi yang tepat akan mendorong remaja berperilaku secara tepat pula sesuai norrma yang ada, begitu juga sebaliknya, persepsi yang kurang tepat akan mendorong remaja berperilaku yang kurang tepat. Menurut Laksmiwati (2011) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Persepsi tentang kesehatan reproduksi remaja terdiri dari faktor diluar individu dan faktor didalam individu. Faktor diluar individu adalah faktor lingkungan dimana remaja tersebut berada. Baik dilingkungan keluarga, kelompok sebaya (peergroup), dan desa. Faktor di dalam individu adalah sikap permisif dari individu yang bersangkutan. Sementara sikap permisif ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Dengan demikian kontrol sosial akan mempengaruhi sikap pemisif terhadap kelompok tersebut. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja adalah faktor keluarga. Selain melalui teman sumber informasi utama remaja tentang


(58)

sifatnya mendidik mampu meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja, sehingga mereka terhindar dari perilaku tidak sehat kurang memadai. Pengetahuan menjadi faktor penting yang menyebabkan remaja semakin permisif melakukan hubungan seks pranikah.

Hasil pemberian pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen dalam penelitian ini tidak lepas dari peran metode dan media yang digunakan untuk menyampaikan informasi yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode ceramah menggunakan media elektronik (slide power point) dan buku pandua. Isi dari media yang digunakan sudah mencakup terkait pencegahan keputihan pada remaja putri, sedangkan kondisi saat dilakukan pendidikan kesehatan kurang kondusif sehingga memungkinkan responden tidak memperhatiakan ceramah yang dilakukan peneliti. Hal ini dapat di simpulkan bahwa kondisi saat dilakukan pendidikan kesehatan yang tidak kondusif dapat mempengaruhi keefektifan pendidikan kesehatan yang diberikan sehingga hasil dari penelitian ini tidak menunjukan bahwa pendidikan kesehatan tidak berpengaruh terhadap persepsi remaja putri.

2. Persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan pada kelompok kontrol Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dikarenakan beberapa faktor salah satunya adalah pengetahuan dimana pengetahuan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek (Waidi, 2006). Sedangkan faktor lain yang memengaruhi perepsi adalah pengalaman hidup dimana semakain bertambah usia seseorang maka semakin banyak pengalaman yang dimilikinya (Walgito, 2003). Responden dalam penelitian


(59)

dikelompokan menjadi 9 yaitu balita (0-5 tahun), anak-anak (6-11 tahun), remaja awal (12-16 tahun), remaja akhir (17-25 tahun), dewasa awal (26-35 tahun) dewasa akhir (36-45 tahun) lansia awal (46-55 tahun), lansia akhir (56-65 tahun), manula (>65 tahun).

Persepsi juga dapat dipengaruhi oleh faktor internal yaitu minat, kebutuhan, perhatian. Dimana minat seseorang terhadap suatu objek tergantung seberapa besar energi yang dibutuhkan seseorang untuk memeperhatikan informasi yang berikan. Sedangkan perhatian seseorang terhadap suatu informasi dipengaruhi oleh energi yang dikeluarkan untuk memfokuskan perhatiannya (Yusuf, 2016).

Kebutuhan adalah faktor yang memepengaruhi seseorang yang dilihat dari seberapa kuat individu mencari informasi untuk mendapatkan jawaban yang sesuai dengan dirinya (Yusuf, 2016). Hasil penelitian terlihat bahwa responden kurang memperhatikan informasi yang disampaikan oleh peneleliti.

3. Persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan nilai p=0,076 (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta antara sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

Hal ini disebabkan karena ada faktor yang mempengaruhi proses pemberian pendidikan kesehatan sehingga informasi yang disampaikan tidak sepenuhnya diterima oleh responden adalah faktor keadaan saat pengisisan kuesioner (Purnama,


(60)

kuisioner bahkan ada responden yang menempati satu tempat duduk digunakan bersama 3 responden lainnya, sehingga memungkinkan responden dapat melakukan kecurangan dalam mengisi kuesioner.

Maula (2009) mengatakan pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan karena makna penting dari promosi kesehatan adalah pemberdayaan masyarakat, sedangkan pemberdayaan adaah upaya untuk membangkitkan daya sehingga mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan sendiri, oleh karena itu, pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk mengubah, menumbuhkan, atau mengembangkan perilaku positif melalui pndidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan sehingga dapat menjadi landasan perubahan perilaku kesehatan masyarakat yang lebih baik.

Pemilihan metode pendidikan kesehatan bergantung pada beberapa faktor yaitu karakteristik sasaran (jumlah, status ekonomi, umur, dan jenis kelamin), waktu dan tempat yang tersedia sertya tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan pendidikan kesehatan tersebut seperti perubahan pengetahuan, sikap, atau praktek partisipasi. Penelitian ini menggunakan metode ceramah berupa power point dan tanya jawab (Nursalam, 2008).

Purnama (2013) menggambarkan kemampuan partisipasi untuk mengingat kembali pesan-pesan dalam pendidikan kesehatan menurut teknik dan mediany, dengan membaca seseorang akan dapat mengingat 10% dari yang dibacanya seperti leaflet, slide, booklet, dan lain-lainnya, dengan mendengar seseorang akan dapat mengingat 30% dari yang dilihatnya seperti bagan, foto, grafik, dan sejenisnya.


(61)

didengar dan diihat seperti melihat demonstrasi, film, video. 70 % dapat mengingat dari apa yang mereka katakan dan mereka tulis. 90 % dapat mengingat dari apa yang mereka lakukan, biasanya media yang digunhakan adalah objek sebenarnya dan melalui pengalaman yang nyata. Nursalam (2008) mengatakan teks atau bacaan pada puncak kerucut akan menstimulasi organ visual saja. Jika tujuan suatu pendidikan kesehatan hanya untuk mengubah pengetahuan, maka teknik dan media baca adalah yang paling tepat.

D. Kekuatan dan kelemahan penelitian 1. Kekuatan penelitian

a. penelitian ini dilaksanakan dengan memberikan pendidikan kesehatan dengan media elektronik (power point) dan buku panduan sehingga memudahkan responden dalam menerima informasi yang disampaikan oleh peneliti.

b. Penelitian ini sangat tepat dilakukan di SMP Negeri 1 kasihan Bantul Yogyakarta dengan responden usia remaja yang sangat perlu diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan keputihan.

c. Penelitian ini dapat dijadikan acuan sekolah terutama terkait dengan kesehatan reproduksi pada wanita khususny remaja putri di lingkungan sekolah.

2. Kelemahan penelitian

Kondisi pengisian kuesioner, responden duduk dikelas satu meja 3 orang sehingga pada saat pengisian tidak menutup kemungkinan respnden akan malihat jawaban kuesioner yang lain atau sesama responden yang duduk sebangku berdiskusi tetang


(62)

(63)

48

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang keputihan di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta sebagai berikut :

1. Hasil analisis data persepsi remaja putri sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen yang menggunakan uji wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0,607 (p>0,05), dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan.

2. Hasil analisis data persepsi remaja putri sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol yang menggunakan uji wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0,936 (p>0,05), dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan. 3. Hasil analisis persepsi remaja putri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang menggunakan uji mann-whitney saat dilakukan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh nilai p 0,188 (p>0,05) dapat dikatakan tidak terdapat pengaruh dalam pemberian pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta dan SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta.


(64)

B. Saran

1. Bagi remaja

Bagi remaja untuk dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan wawasan terutama dibidang kesehatan khususnya tentang kesehatan reproduksi

2. Bagi sekolah

Bagi sekolah diharapkan dapat membuat suatu program penyuluhan kesehatan di sekolah yang bekerjasama dengan pukesmas setempat terkait kesehatan reproduksi. Membantu remaja memperoleh informasi dan menambah wawasan tentang kesehatan reproduksi

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keefektifan pemberian pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan dengan jumlah sampel lebih banyak, waktu yang lebih lama, dan ruangan yang lebih luas.


(65)

Bakterial. Dalam Infeksi Menular Seksual. 4th Ed. Jakarta: Balai Pustaka FK UI.

Ali, Mubarak. (2010). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar. (2005). Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya Offiset.

Badaryati, E. (2012). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan Patologis pada Siswi SLTA atau Sederajat di

Kota Banjarbaru.Dikutip 20 Februari 2016,

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319765-S-PDF-Emi%20Badaryati.pdf Clayton, C. (2008). Keputihan dan Infeksi Jamur Kandida. Jakarta: Arcan.

Djajakusumah, T.S. (2009). Trikomoniasis. Dalam Infeksi Menular Seksual. 4th Ed. Jakarta: Balai Pustaka FK UI.

Febryana, E., Apriyanti, H., Pradysta, M.,Anindyajati, G., Karunia, A., Pranindya,A.,Kusuma,R.A., Syarif., Yew,Y.S., Fairuz A.N., Paskalis, T., Istiono, W. 2010. Perbandingan Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Mengenai Demam Berdarah Antara Kelurahan Sosromenduran dan Pringgokusuman, Kecamatan Gedongtengen, Kodya Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat, 26 (2).

Hurlock, Elizabeth. (2006). Perkembangan Anak Jilid I dan II. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Iskandar, SS. (2008). Awas Keputihan Bisa Mengakibatkan Kematian dan Kemandulan.

Johar, WE, Sri Rejeki, Nikmatul Khayati.(2013). Persepsi Dan Upaya Pencegahan Keputihan Pada Remaja Putri Di SMA Muhammadiyah.Semarang. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Dikutip 10 juni 2015, www.journal.portal garuda.org

Kozier, B., Erb, G., Berman, A. & Snyder S.J. 2004. Fundamental Of Nursing. 7th Edition. New Jersey: Prentice Inc

Kumalasari dan Iwan Adhayantoro. (2012). Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.

Kustriani. (2009). Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Siswi Sebelum dan Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang keputihan di SMU Negeri 4 Semaran. UNDIP

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2009). www.depkes.go.id. Dikutip 6 Agustus 2016


(1)

11 tahun), remaja awal (12-16 tahun), remaja akhir (17-25 tahun), dewasa awal (26-35 tahun) dewasa akhir (36-45 tahun) lansia awal (46-55 tahun), lansia akhir (56-65 tahun), manula (>65 tahun).

Persepsi juga dapat dipengaruhi oleh faktor internal yaitu minat, kebutuhan, perhatian. Dimana minat seseorang terhadap suatu objek tergantung seberapa besar energi yang dibutuhkan seseorang untuk memeperhatikan informasi yang berikan. Sedangkan perhatian seseorang terhadap suatu informasi dipengaruhi oleh energi yang dikeluarkan untuk memfokuskan perhatiannya (Yusuf, 2016).

Kebutuhan adalah faktor yang memepengaruhi seseorang yang dilihat dari seberapa kuat individu mencari informasi

untuk mendapatkan jawaban yang sesuai dengan dirinya (Yusuf, 2016). Hasil penelitian terlihat bahwa responden kurang memperhatikan informasi yang disampaikan oleh peneleliti. 3. Pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan

Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan nilai p=0,076 (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta antara sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini disebabkan karena ada faktor yang mempengaruhi proses pemberian pendidikan kesehatan sehingga informasi


(2)

yang disampaikan tidak sepenuhnya diterima oleh responden adalah faktor keadaan saat pengisisan kuesioner (Purnama, 2013). Hasil penelitian menujukan keadaan yang tidak kondusif pada saat pengisian kuisioner bahkan ada responden yang menempati satu tempat duduk digunakan bersama 3 responden

lainnya, sehingga

memungkinkan responden dapat melakukan kecurangan dalam mengisi kuesioner.

Maula (2009) mengatakan pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan karena makna penting dari promosi kesehatan adalah pemberdayaan masyarakat, sedangkan pemberdayaan adaah upaya untuk membangkitkan daya sehingga mampu memelihara serta meningkatkan

kesehatan sendiri, oleh karena itu, pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk mengubah, menumbuhkan, atau mengembangkan perilaku positif melalui pndidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan sehingga dapat menjadi landasan perubahan perilaku kesehatan masyarakat yang lebih baik.

Pemilihan metode pendidikan kesehatan bergantung pada beberapa faktor yaitu karakteristik sasaran (jumlah, status ekonomi, umur, dan jenis kelamin), waktu dan tempat yang tersedia sertya tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan pendidikan kesehatan tersebut seperti perubahan pengetahuan, sikap, atau praktek partisipasi. Penelitian


(3)

ini menggunakan metode ceramah berupa power point dan tanya jawab (Nursalam, 2008).

Purnama (2013) menggambarkan kemampuan partisipasi untuk mengingat kembali pesan-pesan dalam pendidikan kesehatan menurut teknik dan mediany, dengan membaca seseorang akan dapat mengingat 10% dari yang dibacanya seperti leaflet, slide,

booklet, dan lain-lainnya,

dengan mendengar seseorang akan dapat mengingat 30% dari yang dilihatnya seperti bagan, foto, grafik, dan sejenisnya. Sedangkan dengan mendengar seseorang akan dapat mengingat 50% dari apa yang didengar dan diihat seperti melihat demonstrasi, film, video. 70 % dapat mengingat dari apa yang mereka katakan

dan mereka tulis. 90 % dapat mengingat dari apa yang mereka lakukan, biasanya media yang digunhakan adalah objek sebenarnya dan melalui pengalaman yang nyata. Nursalam (2008) mengatakan teks atau bacaan pada puncak kerucut akan menstimulasi organ visual saja. Jika tujuan suatu pendidikan kesehatan hanya untuk mengubah pengetahuan, maka teknik dan media baca adalah yang paling tepat.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang keputihan di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta sebagai berikut :

1. Hasil analisis data persepsi remaja putri sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada


(4)

kelompok eksperimen yang menggunakan uji wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0,607 (p>0,05), dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan. 2. Hasil analisis data persepsi

remaja putri sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol yang menggunakan uji wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0,936 (p>0,05), dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan. 3. Hasil analisis persepsi remaja

putri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang menggunakan uji mann-whitney

saat dilakukan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh nilai p 0,188 (p>0,05) dapat dikatakan tidak terdapat pengaruh dalam pemberian pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan di SMP Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta dan SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta. Saran

1. Bagi remaja

Bagi remaja untuk dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan wawasan terutama dibidang kesehatan khususnya tentang kesehatan reproduksi 2. Bagi sekolah

Bagi sekolah diharapkan dapat membuat suatu program penyuluhan kesehatan di sekolah yang bekerjasama dengan pukesmas setempat terkait


(5)

kesehatan reproduksi. Membantu remaja memperoleh informasi dan menambah wawasan tentang kesehatan reproduksi

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keefektifan pemberian pendidikan kesehatan terhadap persepsi remaj putri tentang pencegahan keputihan dengan jumlah sampel lebih banyak, waktu yang lebih lama, dan ruangan yang lebih luas. DaftarPustaka

1. Sarwono. S.W. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

2. Kumalasari dan Iwan Adhayantoro. (2012). Kesehatan

Reproduksi. Jakarta: Salemba

Medika.

3. Seragih, Dina Marlina. (2010). Pengalaman Ibu yang Mengalami Keputihan. Universitas Sumatra Utara.

4. Munijaya, S, (2005). Kejadian Keputihan.

http//www.mitrakeluarga.com 5. Iskandar, SS. (2008). Awas

Keputihan Bisa Mengakibatkan Kematian dan Kemandulan. 6. Prasetyowati, Yuliawati, Kusrini,

K. (2009). Hubungan Personal

Hygine dengan Kejadian

Keputihan pada Siswi SMU

Muhammadiyah Metro.

7. Mubarak, Nurul Chayatin, Khoirul Rozikin, Supriadi. (2007).

Promosi Kesehatan Sebuah

Pengantar Proses Belajar

Mengajar Dalam Pendidikan.

Yogyakarta: Graha Ilmu

8. Johar, WE, Sri Rejeki, Nikmatul Khayati. (2013). Persepsi Dan

Upaya Pencegahan Keputihan

Pada Remaja Putri Di SMA

Muhammadiyah. Semarang.

Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Dikutip 10 juni 2015, www.journal.portal garuda.org 9. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar

Fundamental Keperawatan:

Konsep, Proses dan Praktik.

Edisi IV volume 1. Jakarta: EGC

10.Maulana, Heri TJ. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

11.Waidi. 2006. The Art of Re-engineering Your Mind for Success. Jakarta: Gramedia. 12.Notoatmodjo, S. (2007). Promosi

Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

13.Walgito, M. (2003). Psikologi Sosial. Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

14.Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. (2009).

www.depkes.go.id. Dikutip 6 Agustus 2016

15.Kustriani. (2009). Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Siswi Sebelum dan Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang keputihan di SMU Negeri 4 Semaran. UNDIP

16.Purnama, DE. (2013). Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap

Tingkat Pengetahuan Remaja

Perempuan tentang Pencegahan Keputihan di SMK YMJ Ciputat. Dikutip 20 Februari 2016, http://repository.uinjkt.ac.id/


(6)

17.Febryana, E., Apriyanti, H., Pradysta, M.,Anindyajati, G., Karunia,A.,Pranindya,A.,Kusuma, R.A., Syarif., Yew,Y.S., Fairuz A.N., Paskalis, T., Istiono, W. 2010. Perbandingan Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Mengenai

Demam Berdarah Antara

Kelurahan Sosromenduran dan

Pringgokusuman, Kecamatan

Gedongtengen, Kodya Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat, 26 (2).

18.Viani, F. l. 2009. Hubungan antara Persepsi tentang Seks dengan Perilaku Seksual Siswa Kelas XI SMK N 5 Malang. Skripsi Diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. (Online),(http:karyailmiah.um.ac.i

d/index.php/BK-Psikologi/article/view/5650. 19.Laksmiwati, I. A. A. 2011.

Transformasi Sosial Dan Perilaku

Reproduksi Remaja. UGM:


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME DENGAN KECEMASAN REMAJA PUTRI SAAT MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMP NEGERI 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

1 6 239

PENGARUH PEMBERIAN PAKET EDUKASI TENTANG ROKOK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMP MATARAM KASIHAN , BANTUL. YOGYAKARTA

0 3 83

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN GURU TENTANG KELAINAN REFRAKSI DI SD NEGERI NGRUKEMAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

0 2 86

PENGARUH SELF-HELP GROUP TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG ROKOK DI SMP MATARAM KASIHAN KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

0 5 87

LAPORAN KEGIATAN PPL di SMK NEGERI 3 KASIHAN BANTUL (SMSR) YOGYAKARTA.

0 0 40

PERSEPSI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBATIK PESERTA DIDIK SMP NEGERI 2 KASIHAN BANTUL.

0 0 286

PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MUSIK DI SMP NEGERI 1 KASIHAN BANTUL.

0 0 88

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi oleh Kelompok Sebaya (Peer Group) terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMP Negeri 2 Kasihan Bantul Yogyakarta | Huriah | Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan 1483 4067 1 PB

0 0 7

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG DISMENORHEA TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

0 0 9

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kesiapan Remaja Menghadapi Pubertas di SMP N 2 Kasihan Bantul Yogyakarta - DIGI

0 1 9