Demikian juga suku kedua sehingga :
…………….......................................…2.12
Dengan demikian dapat diperoleh kuat medan magnet untuk solenoida dengan jumlah lilitan persatuan panjang n adalah :
0.
………………………...........................2.13
Untuk menurunkan medan magnet di dalam solenoida dari persamaan diatas dapat dilakukan melalui hukum Ampere.
2.6 Efek Histerisis
Hysteresis adalah ketergantungan sebuah sistem, tidak hanya pada keadaannya sekarang, tetapi juga pada keadaannya pada masa lalu. Ketergantungan ini muncul
karena sistem tersebut dapat berada di lebih dari satu kondisi internal. Untuk mengira-ngira perubahan berikutnya, baik kondisi internal maupun sejarahnya
harus diketahui. Bila sebuah masukan yang diberikan naik dan turun secara bergantian,
keluarannya akan cenderung membentuk sebuah ikal di Gbr. Dibahah. Bagaimanapun, ikal-ikal juga terjadi karena keterlambatan dinamis antara
masukan dengan keluaran. Seringkali, efek ini mengacu kepada histeresis. Efek ini menghilang saat masukannya berganti secara perlahan, jadi para ahli tidak
menganggap hal itu sebagai histeresis sebenarnya. Histeresis terjadi di bahan- bahan feromagnetik dan feroelektrik, seperti pada deformasi bahan-bahan seperti
karet gelang dalam merespon berbagai gaya. Di sistem alami, histeresis selalu dihubungkan dengan perubahan termodinamika tak-terbalikkan. Banyak sistem
buatan didesain untuk mempunyai histeresis, contohnya, di termostat dan pemicu Schmitt, histeresis dibuat oleh umpan balik positif untuk menghindari peralihan
cepat yang tidak diinginkan.
Bahan magnetik yang sangat baik untuk mendesain sebuah inti kumparan adalah dari ferromagnetikferrimagnetik karena bahan tersebut memiliki momen
magnetik yang sangat kuat. Untuk menyearahkan momen- momen kedaerah weiss besarnya kuat medan H yang berhubungan dengan kerapatan fluks sangat B
berpengaruh pada inti kumparan tersebut. Histerisis adalah suatu kondisi dimana sebuah momen magnet bahan merupakan
fungsi magnetik yang berubah – ubah . dimana dalam menyearahkan momen
magnet ke daerah weiss menggunakan dua cara yaitu dengan gaya magnetisasi dalam dan gaya magnetisasi luar.
Apabila kita menggunakan gaya magnetisasi dari luar dan gaya magnetisasi yang tersebut dikurangi maka momen magnetiknya akan kembali
kearah magnetisasi yang terdekat dengan medan yang dipergunakan. Tetapi jika tidak menggunakan gaya magnetisasi dari luar maka momen magnetik akan
mengarah ke daerah
weiss
secara alamiah dan arahnya akan berasosiasi dengan struktur kristal.
Jika kuat medan H semakin kuat maka penyearahan momen akan semakin berhasil, tetapi akan mengakibatkan perubahan nilai yaitu anatara nilai B
dan H tidak berbanding lurus. Dengan adanya gaya magnetisasi itu merupakan gejala dimana momen mengalami “ gesekan “ yaitu perubahan arah momen dan
pergeseran batas daerah
weiss.
Pergeseran batas daerah weiss itu terhambat karena momen
– momen tersebut saling kait – mengkait atau saling tersangkut. Karena hal tersebut diatas maka menimbulkan grafik yang tidak berupa garis lurus dan
disebut dengan liku histerisis. Apabila medan H diturunkan maka medan B tidak ikut menurun
secara sebanding, ini akibat “ gesekan “ tersebut diatas sehingga medan magnet B cenderung bertahan . jika medan H dinaikkan atau diturunkan baik kearah
positif atau kearah negatif maka perbedaan nilainya dapat kita lihat dengan grafik, grafik tersebut dapat kita lihat melalui lingkaran histerisis dbawah ini.
-H1
d iH2 H1
-H2 O1
O2
O3 B1
B2 b
c
a -B2
-B1 e
Medan pemagnet H
Gambar 2.6 : lingkar Histerisis
Pada gambar diatas dapat kita amati dengan tanda anak panah yaitupada saat rangkaian magnet dalam meghasilkan fluks mengalami penambahan maka
intensitas medan magnet juga mengalami penambahan sesuai perubahan dari +H1 ke
–H1. Apabila siklus ini dilewatkan rangkaian beberapa kali, maka kerapatan fluks magnet yang dihasilkan +B1 ke
–B1 dan merupakan sebuah fungsi yang bernilai tidak tunggal terhadap nilai H.
Gambar 2.7 : Induktansi pada kurva Histerisi
Variasi harga B dengan H adalah yang mengelilingi simpal a
1,
b, c, d,e ,f,a
1,
jika medan pemagnet H1 dihilangkan maka sejumlah magnet sisa
remanent
yang sama dengan titik 0b. Untuk menghilangkan
remanent
maka medan pemagnet H harus dibalik dinegatifkan disebut dengan medan kohersif pada titik
0c. Ishaq mohamad,2007.
2.7 Desain Lilitan Pemanas