Host Plants, Pamitoids and Hyperparasitoids of Green Peach Aphid, Myzus persicae (Sulzer) (Hornoptem: Aphididae) in the neighburhood of Bogor and Cimjur (West Java).

TUMBUFIAN INANG, PARASITOID DAN HPERPARASITOID
KUTUDAUN MYZUS PEMICAE (SULZER) (HOMOPTERA:
APHIDIDAE) DI SEKITAR BOGOR DAN CIANJtTR, JAWA BARAT

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004

ABSTRAK
CHANDRA IRSAN. Twnbuhan Inang, Parasitoid dan Hiperparasitoid Kutudaun
&zlrspersicae (Sulzer) (Hamoptera: Aphididae) di Sekitar Bogor dan Cianjur, Jaws
Barat. Dibimbing oleh UTOMO KARTOSUWONDO sebagai ketua komisi

pembimbing, dan SYAFRIDA MANUWOTO, SOEMARTQNO SOSROMARSONO,
NINA MARYANA serta HERMANU TRIWIDODO berturut-tmt sebagai anggota
komisi pembimbing.
Kutudaun A@us persicae (Sulzer) merupakan spesies yang kosmopol i t,
polifag, di daerah tropis berkembangbiak partenogenetik dan siklus hidupnya pendek
sem &pat berperan sebagai hama dan vektor penyakit virus tanaman. Predator,
parasitoid dan patogen merupakan musuh alami penting kutudaun. Secara mum
penelitian ini bertujuan mempelajari tumbuhan inang, parasitoid dan hiperparasitoid

kutudaun M.persicae di sekitar Bogor dan Cianjur. Tujuan khusus penelitian ini I Jah
mem peIajari keanekaragarnan t umbuhan inang, parasitoid, hi perpamitoid dan sebaran
vertikalnya serta penggunaan insekti sida terhadap parasi toid dan hlperparasitoid pada
kutudaun M persicae. Penelitian laboratorium dilakukan untuk mernpelajari potensi
parasitoid sebagai agens hayati pengendali kutudaun. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keanekaragaman spesies tumbuhan inang M. persicae tinggi, dan tumbuhan
yang berkerabat secara taksonomi berpotensi sebagai inang M.persicae. Tumbuhan
inang yang dominan tergolong ke &lam fami1i Solanaceae dan Brassicaceae. Ada
enam spesies parasitoid yang memarasit M. persicae, yaitu Aphiditis rosae Haliday,
Aphidius delicatus Baker, Aph idius sp., DiaeretieIla r a p e (M' intosh) (Aphidi idae),
Aphelinus asychis (Walker), dm Aphelinw sp. (Aphelinidae). Empat spesies
hyperparasitoid ditemukan memarasit parasitoid tersebut, yaitu Aphidenqrfus sp.,
Coagem sp., Ooencyrtw sp. (Encyrtidae), dan Ckarps sp. (Charipidae). Kelimpahan
populasi dan persebaran parasitoid di pertanaman dipengaruhi oleh spesies tumbuhan
inang, kerapatan populasi dan persebaran kutudaun, musirn t a m dan penggunaan
insektisida.
Persebaran verti kal parasitoid dan hiperparasitoid berbeda-beda
dipengaruh oleh keberadaan tumbuhan inang dan kutudaun serta ketinggian tempat di
atas p e m b laut. Penelitian laboratoriurn menunjukkan bahwa D. r a p e dapat
menekan populasi M.persicae m p a i 62,7% dan Aphelinus sp. menekan populasi M

persicae sampai 59,4%. Aphelinus sp. mematikan kutudaun melalui parrtsitisasi dan
host feeding. Secam umum parasitoid berpotensi dijadikan agens hayati pengendd i
kutudaun. Untuk penerapmy a masih diperlukan banyak penelitian khususny a
rnengenai bioekologi, pembiakan masal dan teknik aplikasinya.

Kata kunci: Myzus persicae, tumbuhan inang, parasitoid, hiperparmitoid, Aphldidae,
Aphidiidae, Aphelinidae.

ABSTRACT
CHANDRA IXSAN. Host Plants, Pamitoids and Hyperparasitoids of Green Peach
Aphid, Myzus persicae (Sulzer) (Hornoptem: Aphididae) in the neighburhood of
Bogor and Cimjur (West Java). Under the direction of UTOMO KARTOSU WONDO
as the chairman of the advisory committee, and SYAFRIDA MANUWOTO,
SOEMARTONO SOSROMARSONO, NINA MARYANA and HERMANU
TRIWIDODO as a the committee members.
The green peach aphid Wtlspersicae (Sulzer) is truly a cosmopolitan species,
very poIyphagous, reproduces parthenogenetically in the tropics, and has a short life
cycle. It is a common pest of many cultivated piants and act as vectors of many plant
viruses. The predators, parasitoids and pathogens are the important natural enemies of
green peach aphid and other aphids. In general this r e m h investigates the natural

host plants, parasitoids, and hyperparasitoids of green peach aphid in the
neighbourhood of Bogor and Cianjur (West Java). The special purpose of this resarch
is to study the diversity of the host plants, the parasitoids, and hyperparasitoids of the
aphid and their vertical distributions in the areas. Besides, the influence of the
diversity of host crop plants and the application of insecticide on the aphid parasitoids
and hrperparasitoids were also studied. Labot~toryexperiments were conducted to
investigate the potential of parasitoids as agent of biological control. The results
showed that the aphids' host plant diversity is high, and that plant species which are
taxonomically related are potential hosts of the aphld. Dominant host plants belong to
families Solanaceae and Brassicaceae. There were six species of parasitoids attacking
the aphid, i,e.: Aphidius rosae Haliday, Aphidius delicat ers Baker, Aphiditrs sp.,
Diaeretiella r a p e (M' intosh) (Aphidiidae), Aphelinus asychis (Walker), and
Apkelinus sp. (Aphelinidae). Four species of hyperpamitoids found attacking those
parasitoids, i-e.: Aphtdencyrtus sp., Coagerus sp., Ooemyrtus sp. (Emyrtidae), and
Charips sp. (Chanpidae). Population abundance and d~stributionof the parasitoids of
the aphid were influenced by the crops plant species, population density and
distribution of the aphid, season, and application of insecticide. The species vertical
distribution of the aphids' parasitoids and hyperparasitoids differ and apparently are
influenced by the occurrence of the aphids' host plant and elevation above sea level.
Laboratory experiment showed that the parasitoids D. r a p e , could suppressed the

aphids' population to 62,7%, and the other pamitoid, Aphelinm sp. to 59,4%. The last
mentioned parasitoids killed its host by host feeding, besides parasitization. The use of
those parasitoids in applied biological control programs is recommended, however
more researches are still needed, especially in aspects of field biaecology, mass rearing
and release technologies.
Key words: &us persicae, host plants, parasitoids, hyperparasitoids, Aphididae,
Aphidiidae, Aphelinidae.

SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benamya bahwa segala pernyataan

&lam &semi

saya yang bejudul :

TUMBUHAN INANG, PARASITOID DAN HIPERPARASITOID KUTUDAUN
MYZUS PERSICAE (SULZER) (HOMOPTERA: APHIDIDAE) DI SEKITAR
BOGOR DAN CIANJUR, JAWA BARAT

merupakan gagasan atas hasil penelitian saya sendiri dengan bimbingan komisi

pembim bing, kecual i yang dengan jelas dinyatakan rujukannya.

Disertasi ini belum pemah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di

perguruan tinggi manapun.
Semua data clan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat

diperiksa kebenarannya.
Bogor,

Nopember 2004

Nama

: Chandra Irsan

NRP

: 995069


TUMBUHAN INANG, PARASITOID DAN HIPERPARASITOID
KUTUDAUN MYZUS PERSICAE (SULZER) (HOMOPTERA:
APHIDIDAE) DI SEKITAR 80GOR DAN CIANJUR, JAWA BARAT

Oleh

CHANDRA IRSAN

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoIeh gelar Doktor
Pada Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004

Judul Disertasi

: Tumbuhan Inang, Paraltoid dm Hiperparasitoid Kutudaun
Myzus persicae (Sdzer) (Hornoptera: Aphididae) di Sekitar

Bogor dan Cirtnjur, Jawa Bamt

Nomor Pokok

: 995069

Program Studi

: Entomologi-Fitopatologi

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr.Ir. Utomo Kartosuwondo, M.S.
Ketua

n

2. Ketua Program Studi
Entornolog-Fitoptologi


Sekolah Pascasarjana

&&1&
Dr.Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.
Tanggal Ujian: 4 Nopember 2004

. Syafrida Manuwoto, M.Sc.

Penuiis dilahirkan di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan pada tanggal 19
Februari 1965 sebagai anak ke-enarn dari delapan bersaudara dari Ibu Hj. Zainiar dan
Ayah H. Widji Amusis (Alm.). Penulis menyelesaikan pendidikan SD pada tahun
1976 di SD M h m a d i y a h Lubuk Linggau, S M F tahun 1980 di SMP
Muhammadiyah Lubuk Linggau dan SMA tahun 1983 di SMA Negeri I Lubuk
Linggau.
Pada tahun 1988 penulis memperoleh gelar Sajana Pertanian pa& Fakuttas
Pertman, Universitas Sriwijaya, Palemhang. Pada tahun 1997, penulis memperoleh
gelar Magister Sains Program Studi Entomologi-Fitopatologi, Sekolah Pascasarjana,
Insti tut Pertanian Bogor. Pa& tahun 1999 penul is mendapat kesempatan melanjutkan
pendidikan Program Doktor di program studi dan perguruan tinggi yang sama dengan
bessiswa yang sama, yaitu dari Departemen Pendidikan Nasional melalui BPPS

(Beasiswa Program Pascasajam).
Sejak tahun 1989 sampai s e k m g penulis kkerja sebagai staf pengajar di
Jurusan Hama dan Penyakit Turnbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.
Penulis rnenikah dengan Eveltine Yusnilanniari S.P. pada tanggal 17 Maret
1W6 dm telah dikarunia dua orang anak, yaitu Muhammad Yusuf Aliffarhan
Rahmatullah (6 tahun) dan Hanifah Nursabrina Rahrnatullah (8 bulan).

Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas &at,
taufik dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan peneli tian dm penulisan disertasi.
Disertasi ini adalah lapran hasil penelitian dengan judul "Tumbuhan hang, Parasitoid
clan Hiperparasitoid Kutudaun W z t r s persicae (Sulzer) (Hornoptera: Aphididae) di
Sekitar Bogor clan Cianjur" yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor di Sekolah Pascasarjana, Insti tut Pertanian Bogor.
Ucapan terirna kasih disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Utomo Kartosuwondo,
M.S.sebagai ketua komisi pembimbing, Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc., Prof.
Dr. Ir. Soemartono Sosromarsono, M.Sc., Dr. Ir. Nina Maryana, M.Si. dan Dr. Ir.
Hermanu Triwidodo, M.Sc, masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing yang
telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan, saran, motivasi, serta bantuan
dengan penuh keikhlasan selarna pelaksanaan penelitian dan penulisan diserhsi.

Kepada kedua orang hta tercinta, Ayahanda H. Widji Anarsis ( A h ) dan bunda
Hj.Zainiar Arief, bapak clan ibu mertua yang terhormat, Bapak Drs. H. M.Y.Effendy
Hasibuan, SH. dan lbu Rr Hj. Sri Hartini, istriku tersayang Eveltine Yusnilanniari S.P.,
dan anak-anakku tercinta beserta semua saudara-saudaraku yang kuci ntai di sampaikan
terima kasih yang &lam karena berkat doa dan dukungan merekalah saya dapat
menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor. Semoga
AfIah SWT memberi balasan amal baik mereka dengan kebaikan yang tak terhingga.
Ucapan terirna kasih saya sarnpaikan kepada Kakanda Mahmud HM dan
Fauzia Anggraini, Bapak Ir. H.Budiman Anef, Bapak Ir. H. Ibnu Amin, M.Si. serta
semua pihak yang telah membantu kelancaran studi saya, mdai dari pendanaan sarnpai
kepada pelaksanaan penelitian dan selesainya studi doktor saya ini. Kepada Bapak
Muhammad Tris, terirna kasih atas semua bantuan dan fasilitas pelaksanaan penelitian
di lapangan dan kepada Ibu Aisyah juga saya ucapkan terima kasih atas bantuannya
&lam pelaksanaan penelitian di laboratorium. Semoga Allah SWT memberi balasan
amal kepada mereka semua dengan balasan yang tak terhingga. Akhirnya semoga
penelitian ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, Nopember 2004

Hasil dan Pernbahasan ....................................................... 38
Simpulan ....................................................................... 53


BAB IV

KUTUDAUN Myzw persicae (SULZER)(HOMOPTERA:
APHDIDAE). PARASITOID DAN HIPERPARASITODNYA
PADA TANAMAN BROKOLI. CABAI DAN KENTANG DI
CILOTO. KECAMATAN PACET. KABUPATEN CIANJUR .......

58

Pendahuluan .................................................................. 58
Bahan dan Metode ............................................................

61

Hasil dan Pembahasan ....................................................... 63

Simpulan .......................................................................84

BAB V

Daftar Pustaka ................................................................

84

POPULASI Myzars persicae (SULZER)(HOMOPTERA:
APKDIDAE). PARASITOID DAN HIPERPARASITOID Dl
PERTANAMAN BROKOLI. CABAl DAN KENTANG DENGAN
DAN TANPA INSEKTISIDA .............................................

87

Pendahuluan ..................................................................

87

Bahan dm Metode ............................................................90

Hasii dm Pembahasan ....................................................... 94
Simpulan .......................................................................109

BAB VI

PARASITISAS1 Diaeretiella rape (M'NOSH) DAN Aphelinus
sp. PADA KUTUDAUN Myzmpersicae (SULZER)
(HOMOPTERA: APHIDDAE) ...........................................

114

EIalaman
Hasil dan Pembahasan ....................................................... 121
Simpulan ....................................................................... 134
DaRarPustaka ................................................................ 135
BABVII

PEMBAHASANUMUM ................................................... 138
Daftar Pustaka ................................................................

BABVIII SIMPULANDANSARAN ................................................

144

145

Simpulan .......................................................................
145

Saran ...........................................................................146

DAFTAR TABEL
Nomor
3.1

EaIaman

Keanekaragaman spesies turnbuhan inang Myzus persicae yang sudah
di laporkan dan yang ditemukan dalarn penelitian ............................

38

Tumbuhan inang A@=us persicae clan persebarannya pada ketinggian
tempat di atas permukaan laut ...................................................

40

3.3

Letak koloni m p e r s i c a e di tumbuhan inang .............................

43

3.4

Keanekaragaman spesies parasi toid Myzus persicae yang sudah
dilaporkan dan yang di temukan &lam penelitian ............................

45

Persebaran parasi toid kutudaun A@w persicae berdasarkan ketinggian
tempat di atas perrnukaan laut ...................................................

47

Keanekaragaman spesies hi perparasitoid pada parasitoid &us persicae
yang sudah dilaporkan dan yang ditemukan dalam penelitian ...............

49

Persebaran hiperparasitoid berdasarkan ketinggian tempat di atas
pemukaan laut ....................................................................

51

Asosiasi Myzus persicae dengan tanman brokoli, cabai dm kentang
pada rnusim hujan dan musim kernarau .......................................

64

Rerata jurnlah ksdatangan dm koloni A&rus persicae di pertanaman
brokoli, cabai dm kentang pada rnusim hujan dan musim kemarau .......

67

Parasitoid yang memarasit kutudaun A4y.z~~
persicae di tanaman brokoli,
cabai dan kentang pada musim hujan dan musim kemarau .................

71

Rerata populasi mumi aphidiid dan aphelinid per tanaman brokoli, cabai
dm kentang yang dikolonisasi h&m persicae pada musim hujan d m
musim kemarau ............................................................................

72

3.2

3.5

3.6

3.7
4.1

4.2

4.3
4.4

4.5

Rerata murni parasitoid dan hiperparasitoid per tanaman brokoli, cabai
clan kentang yang dikolonisasi M y z u persicae pada musim hujan dan
musim kemarau ................................................................................... 78

5.1

Keanekaragaman spesies kutudaun bersayap yang tertangkap oleh
perangkap kuning di pertanaman brokoli, cabai dan kentang dengm
dan tanpa insektisida pada rnusirn hujan dm kemarau ......................

94

Nomor

Halama

5.2

Keanekaragaman spesies parasitoid di pertanaman brokoli, cabai dan
kentang dengan dan tanpa insektisida pada musim hujan dm musim
kemarau ............................................................................
96

5.3

Keanekaragaman spesies hiperparasitoid di pertanaman brokoli,
cabai dan kentang dengan dan tanpa insektisida pada musim hujan dm
musim kemarau ...................................................................
98

5.4

Rerata kelimpahan populasi dan persentase persebaran &us persicae
di pertanaman brokoli, cabai dan kentang dengan dan tanpa insektisida
pa& musim hujan dan musim kemarau .......................................

99

5.5

Rerata populasi imago prasi toid dan hiperparasitoid serta parasitisasi
hiperparasitoid terhadap aphidiid dan aphelinid di pertanaman brokoli,
cabai dan kentang dengan dan tanpa insektisida pa& rnusim hujan dan
musim kemarau ...................................................................
102

6.1

Rerata tiap fase perkembangan kutudaun Wzuspersicae yang diparasit
oleh Diaeretiella r a p e dan Aphelinus sp....................................... 122

6.2

Kematian serangga inang oleh tusukan ovipositor Diaereriella r a p e
dan host feeding oleh ApheIinus sp. ............................................
123

6.3

Rerata kematian Myzus persicae oleh Diaeretiella r a p e dan Aphelinus
sp.pada masing-masing fase perkembangan inang ........................... 124

6.4

Periode waktu pembentukan mumi kutudaun yang diparasit oleh
Diaerel~ellarapae dm ApheIinus sp. ..........................................126

6.5

Nisbah kelamin imago parasitoid Diaereriella r a p e dan Aphelinus sp.
pada setiap fase perkembangan inang .......................................... 127

6.6

Penganrh pemkrian pakan terhdap lama hidup imago dan jumlah
parasi tisasi parasitoid, ditunjdckan dengan mumi yang terbentuk ......... 129

DAFTAIR GAMBAR
Nornor

Halaman

1.1

Skema hubungan keanekaragaman hunbuhan inang dengan
keanekaragamm parasitoid c
h hiperparasitoid yang berasosiasi dengan
kutudaun h@zus persicae .......................................................... 5

1.2

Skema penganh musim,ketinggian tempat dan praktik budihya terhadap
keanekaragaman tumbuhan inang
persicae dan parasi toid serta
. .
hi perparas~to~dnya
..................................................................

7

Faktor yang mempengaruhi kehidupan Wus persicae pada turnbuhan
inang ..................................................................................

25

Perbedaan warna d m bentuk Myzus persicae sehat dan diparasit a) sehat,
b) diparasit aphidiid, c) diparasit aphelinid (perksaran 10 kal I ) .............

46

2.1

3.1
3.2

Lubang keluar imago parasitoid dm hiperparasitoid pa& mumi a) lubang
keluar imago parasitoid (perbesaran 10 kali), b) lubang keluar imago
hiperparasitoid (perbesaran 7 kal i) ................................................ 52

4.1

Letak-letak koloni I.tj.zus persicae a) di tanaman brokoli, b) di tanaman
cabai, koloninya bercampur dengan Aphis gossypri, c) di tanaman cabai,
koloninya mengandung mumi aphidiid, d) di tanaman kentang ...............

66

Rerata ppulasi M ~ u persicae
s
per tanaman brokoli, cabai dan kentang
pa& musim hujan dan musim kemarau ..........................................

68

4.2

4.3

Rerata persebaran kutudaun Myzus persicae di pertanaman brokoli , cabai
dan kentang pada musim hujan dan musim kemarau ........................... 69

4.4

Mumi imago Myztcs persicae yang diparasit aphidiid dengan beberapa
nimfa di sekitarnya yang diletakkan sebelum menjadi mumi .................

70

4.5

Rerata persebaran aphidiid clan aphelinid di koloni h&us persicae di
pertanaman brokoli, cabai dan kentang pada musim hujan dan musirn
kemarau .......................................................................................73

4.6

Populasi parasitoid di pertanaman brokoli, cabai dm kentang pada musim
hujan ..................................................................................75

4.7

Populasi parasitoid di pertanaman brokoli, cabai dan kentang pada musim
kemarau ............................................................................ 76

4.8

Fluktuasi populasi kutudaun, parasitoid dan hiperpamitoid di pertanaman
brokoli pada musim kemarau ...................................................... 77

4.9

Parasitisasi hiperparasitoid terhadap mumi aphidiid di tanaman brokoli,
cabai dan kentang pada musim hujan dan musirn kemarau ....................

80

4.10 Hubungan trofi k antara kutudaun Mpus persicae dengan parasitoid dan
hiperparasitoid di tanaman brokoli (garis dan huruf tebal rnenunjukkan
dominan) ..............................................................................

81

4.1 1 Hubungan trofi k antara kutudaun W u s persicae dengan parasitoid dan
hiperpamitoid di tanaman cabal dan kentang (garis dan huruf tebal

menunjukkan dominan) ............................................................. 82

5.1

Persebaran parasi toid dl pertanaman brokol i, cabai dan kentang dengan
dan tanpa insektisida pada musim hujan dan musim kemarau ................ 104

5.2

Persebaran hiperparasitoid di p e m r n a n brokoli, cabai dm kentang
dengan dan tanpa insektisida pada musim hujan dan musim kemarau ...... 106

5.3

Mumi aphidiid (a) dan rnumi aphelinid (b) pada koloni h - f m persicae
~~
108
yang menunjukkan populasi kutudaun krkurang ..............................

6.1

Kernatian kutudaun Mpus persicae yang disebabkan oleh Diaereriella 125
sp. pada fase nimfa dan imago ...........................

r a p e dan Aphelinus

6.2

Preferensi parasitoid Diaeretiella r a p e dan Aphelinus sp. terhadap fase
perkembang inang Myzus persicae, yang ditunjukkan oleh jumlah mumi
yang terbentuk dari setiap fase i w g ............................................. 13 1

6.3

Imago Diaeretiella r a p e yang akan meletakkan telur ke tubuh kutudaun
&us persicae .............................................................................................
132

6.4

Imago Aphelinus sp, yang sedang membelakang inang h&zus persicae
dan menusukkan ovipsitomya .................................................... 133

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakaog

Mengetahui keanekaragaman musuh alarni khususnya parasitoid clan kemudian
mendapatkan parasitoid yang tepat untuk dijadikan agens hayati pengendali kutudaun
adalah sangat penting. Parasitoid merupakan agens hayati yang pat ing banyak krhasi 1

dibandingkan dengan predator maupun ptogen (Hawkins er a]. 19971, maka sangat
beralasan mengapa memilih parasitoid sebagai agens pengendali hayati.

Kineja

parasitoid dalam menekan populasi kutudaun dipengaruhi antara lain oleh tumbuhan
inang (Kalule & Wright 2002) dan hiperpamitoid (Sullivan & Volkl 1999). Oleh

karena ha1 itu kerapkali terjadi, maka penelitian yang berhubungan dengan kedua ha1
tersebut di atas menjadi bagian penting dalam upaya memanfaatkan parasitoid untuk
pengendalian serangga hama yang plifag.

Pemerintah Republik Indonesia meldui Inpres RI No.3 Th. 1986, UU RI No.
12 th. 1992 dm PP RI No.6 Th. 1995 menetapkan pengendalian hamst secara terpadu

(PHT) sebagai landasan dalam mengendalikan organisme penganggu tanaman (OPT).

Pengendal ian hayati merupakan salah satu komponen utama PHT. Kebijakan
pemerintah tersebut telah mendorong peningkatan penelitian y ~ q gberhubungan dengan

musuh alarni OPT dan pemanfaatannya (Sosmmarsono 2000). Namun penelitianpenelitian itu urnumnya masih terbatas dm terpisah-pisah pa& pengunatan, eksplorasi
atau pengujian pada

skala laboratoriurn. Selain itu mtara satu penelitian dengan

penelitian lainnya belum ada kaitan atau kesinarnbungannya. Untuk menjawab

tantangan pemardaatan parasitoid perlu dilakukan penelitian eksplorasi parasitoid,
pen&

habitat, musim tanam sem biologi dan perilah parasitoid.

Penempan pengendalim hayati dilakukan melalui pengelolaan habitat serta
perbanyakan dm pelepasan rnusuh alarni secara massal (DeBach 1 979). Pengelolaan
habitat bertujuan memberi kesempatan kepada m u s h alarni bertahan hidup dan

berkembngbiak pa& suatu habitat, sehingga proses pengendalian &pat bejalan

dengan sendirinya (Brewer & Elliot 2004). Perbanyakan dan pelepasan m u s h alami
krtujuan menekan populasi hama pda saa? dibutuhkan, karena itu aplikasinya di
lapangan memerlukan informasi faktor bioti k dan abiotik habitat (Berryman 1999).
Kutudaun merupakan salah satu harna penting karena &pat menjadi hama dan
vektor penyakit virus tanaman penting pada tanaman di lapangan maupun di rumah

kaca (Hill 1995). Kerugian oleh kutudaun sebagai hama berkisar antara 6-25% dan
sebagai vektor dapat mencapai lebih dari 80% (Miles 1987). Besar kecilnya angka
kerugian yang disebabkan oleh kutudaun itu erat kaitannya dengan umur clan varietas

tanaman serta spesies kutudaun (Kranz

er nl. 1978).

Kutudaun krsifat monofag,

oligofag dan polifag, dan beberapa spesies di antaranya ada yang sangat poiifag

sekaligus menjadi vektor penyakit virus penting tanaman, karena itu sangat merugikan
(Blackman & Eastop 2000).
@zw persicae (Sulzer) (Hornoptera: Aphididae) merupakan salah satu spesies

kutudaun penting di daerah subtropis maupun tropis dan bersifat sangat polifag (Hill
1995). Lebih dari 400 spesies tumbuhan dalam 40 h i l i dapat menjadi inang M

persicae (Kranz ef al. 1978, Blackman & &top 2000). Di samping itu M persicce

diketahui dapat menjadi vektor lebih dari 150 jenis virus persisten maupun nonpersisten @astop 1977).

Mengetahui keanehgaman tumbuhan inang M. persicae rnerupdm

kompnen w i n g sebagai dasar strategi pengendalian kutudaun tersebut melalui

pengeloiaan habitat. Dixon clan Kindmann ( 1998) menyatakan Wwa keberadaan

spesies tumbuhan inang mempengaruhi fluktuasi populasi kutudaun. Di samping itu
tumbuhan inang juga mempengaruhi interaksi antara parasitoid dengan kutudaun serta

interaksi antara hiperparasitoid dengan parasitod (Godfray & Muller 1998). Informasi
keanekaragaman tumbuhan inang tersebut sangat berguna dalam mengantisip s i
sumber i nvasi clan tempat berl indung kutudaun rnaupun musuh-musuh alaminya

(Unruh & Messing 1997).

Di laporkan ada tiga spesies parasitoid yang memarasit M persicae, yaitu
Aphidtus sp., Diaeretiella sp. (Hymenoptera: Aphidiidae) dan Aphelinus sp.

(Hymenoptera: Aphelinidae), di daerah Bogor (Irsan & Sosromarsono 2000).

Parasttoid pa& kutudaun di negeri dengan empat musim teiah dimanf~tkanuntuk
mengendalikan kutudaun clan menunjukkan hasil yang baik (Hagen & van den Bosch
1968, Stary 1988, Carver 1989). Di negeri itu sudah tersedia sscara komersial

parasitoid &lam kernasan yang siap diaplikasikan untuk rnengendali kan kutudaun
(Koppert 1999). Orr dan Suh (2000) mengemukakan bahwa dl Amerika Utara pada

tahun 1997 terdapat 142 perusahaan komersial yang menjual 130 spesies agens hayati,
46 spesies di antaranya adalah parasitoid. Indonesia pernah mengimpr p s i t o i d
Lyslpklebus testacepes f Cresson) (Hymenoptera: Aphidi idae) untuk mengendalikan

kutudaun Aphis craccivora K w h (Hornoptera: Aphididae) pa& kacang-kacangan,
tetapi tidak a& laporan mengenai keberhasilan introduksi m u s h alami tersebut

(Soemartono

Sosrommono, komunikasi

pribd).

Pengembangan parasitoid

berdasarkm hasil penelitian perlu dilakukan.

Salah satu rtspek penting yang perlu diketahui ddarn penggunaan parasitoid

ialah hiperpamitoid. Jisan (2001) melaporkan dua spesies hiperpamitoid p d a

parasitoid yang memottasit kutudaun yang tergolong dalam famili Encyrhdae. Kedua
spesies hiperparasitoid itu memarasit Trioxys sp. (Hymenoptera: Aphidiidae) yang
memarasit kutudaun Aphis gossypti (Glover) (Hornoptera: Aphididae) di Bogor. Di
Cipanas encyrtid bperpamsitoid tersebut juga diternukan memarasit Diaeretiella sp.

dan Aphelinus sp. yang merupakan parasitoid pada kutudaun M. persicae yang
berkoloni di tanaman brokoli (Irsan 200 1a).
S e m urnum infomasi tertulis mengenai parasitoid dan hiperpamitoid yang

bemsiasi dengan M. persicae di Indonesia masih sangat lmgka.

Untuk

memanfaatkan parasitoid sebagai agens hayati sangat diperlukan informasi

keanekaragaman spesies parasitoid tersebut clan j uga keanekaragaman spesies
hiperparasitoidnya di suatu habitat (Altieri ef a/.1997).
Untuk mengaplikasikan parasitoid &lam pengendalian M. persicae d~perlukan
informasi hubungan trofik.

Hal itu penting mengingat spesies turnbuhan inang

kutudaun dapat mempengaruhi kehidupan pamitoid dm hi perparasitoidnya (Panda &
Khush 1995). Barbsa dm Benrey (1 998) menyatakan bahwa spesies atau varietas
tanaman mempengmhi spesies parasitoid yang berasosiasi dengan herbivor yang

hidup di tanaman itu. Penelitian hubungian trofik antara kutudaun M.persicae dengan

tumbuhan inang, pamitoid dm hiziperparasitoid di Indonesia belurn pernah dilakukan.
Inforrnasi penelitian tersebut merupakan landasan penting dalam pelakwnaan

pengendalian hama terpadu berbasis pengendalian hayati yang berkelanjutm dan

ramah lxngkungan serta ekonomis (LaSalle 1997).
Pada berbagai tumbuhan inang M persicae, kerugian banyak tejadi pada fami 11

Brassicaceac dan Solmeae, karena itu tanaman yang digunakan dalm penelitian ini
ialah brokoli, c a h i dan kentang yang merupakan inang Ad persicae. P e m i l i h ketiga

jenis tanaman tersebut selain mewakili famili juga didasarb pada faktor lainnya yaitu
budidaya tanaman ymg luas di masyarakat, nilai ekonomi, nilai gizi clan kebutuhan

masyarakat terhadap ketiga jenis tanaman serta penggunaan pestisida yang intensi f
pada ketiga jenis tanaman tersebut.

Tanaman yang dipilih diharapkan &pat

memberikan gambamn umum &lam perenaman pengembangan pengendalian

kutudaun secara hayati .
Mengingat pentingnya suatu penelitian yang bermuara pada pemanfaatan hasil
penelitian, maka dilakukan penel itian yang saling menunjang yaitu eksplorasi untuk

mendapatkan infomasi keanekaragaman tumbuhan inang M.persicae, parasitoid yang
berasosiasi dengan kutudaun I tu serta keanekaragaman hi perparasitoid yang memarasit
parasitoid pada l utudaun M persicae. Keanekaragaman parasitoid dan hi perparasitoid

tersebut diamati keterkaitannya dengan keanehgaman twnbuhan inang seperti
dipaparkan dengan skema pada Garnbar 1.1.

g

Hiperparasitoid

Keanekaragaman

- - --+
-bar

Keanekaragaman

= Hubungan trofik,
= Hubungan non-trofik

1.1 Skema hubungan keanekmagaman tumbuhan inang dengan

keanehgaman parasitoid dan hiperparasitoid yang berasosiasi
dengan kutudaun hfmtcs persicue.

Untuk lebih memahami hubungan keanekaragaman itu secara keseluruhan
maka dilakukan penelitian pengaruh habitat berupa pertanaman budidaya yang
mendapat perlakuan insektisida dan tanpa insektisida serta pengaruh s p i e s tumbuhan
hang terhadap kelimpahan ppulasi

M. persicae dan keanekaragaman spesies

parasitoid dan hiperparasitoidnya pada m u s h hujan dan rnusim kemarau. Di samping
i tu j uga dilakukan penel i tian terhadap parasitisasi parasitoid yang dorninan memarasit

M persicae untuk mengetahui potensi parasitoid sebagai agens hayati pengendal i
kutudaun.
Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang
keanekaragaman spesies tumbuhan yang menjacfi inang M.persicae serta parasitoid
dan hi perparasttoid yang berasosiasi dengan kutudaun tersebut. Penelitian juga

bertujuan memahami hubungan antara M persicae dengan t u m b h n inang dm
parasitoid serta hiperparasitoidnya dalam lingkungan berbeda, khususnya musim dan

perlakuan insektisida.

Untuk men@

tujuan penelitian tersebut dilakukan

serangkaian penelitian sebagai berikut :
a. Spesies tumbuhan yang menjadi inang Ad p e r s u e

b. Spesies prasitoid yang memarasit M persicae
c. Spesies hiperparasitoid yang memarasit parasitoid kutudaun M persicae

d. Peranan spesies tumbuhan inang pads kutudaun Ad persicae dan keanekaragaman
spesies parasitoid dm hi perparasitoidnya

e. Kclimpahan populasi Ad persicae, dan keanekaragaman spesies parasitoid di
pertamman mendapat perlakuan insektisida clan tanpa insektisida

f. Pmitisasi Diaeretiella r a p e (M'intosh) dan Aphelintrs sp. pada kutudauu M
persicae

Periha1 peranan spesies tumbthn terhadap M persicae, parasitoid dan

hiperparasitoid yang menjadi tujuan penelitian ini secara skematis disajikan di Gambar
1.2.

Skema tersebut menggambarkan pengaruh ketinggian tempat (mdpl), praktik

budidaya dan musim pada hubungan trofik antara tumbuhan inang dengan kutudaun,
parasitoid clan hiperparasitoidnya yang rnempenganh keanekaragaman spesies

tumbuhan inang, parasi toid dan hiperparasitoid.

Keanekaragarnan spesia
turn buhao inang, parasitoid
dan biperparasitoid

Hiperparasitoid ............

.,

..........

Musim +

t
t
Myzus
t
Tumbuban

Parasitoid

+ Ketinggian
tempslt

persicae

- .............

inang

.............

*

Praktik
Budidaya
Garnbar 1-2 Skema pengaruh musim, ketinggian tempat dan prakti k budidaya terhadap
kemekamgaman tumbuhan inang Myzur persime dm parasitoid serta
hiperparasitoidnya.

Manfaat Penetitian
Penelitiam ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang
keanekaragaman spesies parasitoid kutudaun Ad persicae dan keanekmgaman spesies

hiperparasitoid yang memarasit parasitoid kutudaun M persicae. Tumbuhan i m g

yang berpengaruh pada keberadaan dan kelimpahan populasi M persicae diharapkan
dapat di manfaatkan dalam melakukan intervensi pada waktu yang tepat.
Keanekaragaman spesies dan kelirnpahan populasi parasitoid diharapksn dapat

memberikan solusi dalarn memilih parasitoid yang tepat untuk tanaman tertentu
sebagai agens hayati pengendali kutudaun. Musim hujan dan musim kemarau yang
berpengaruh pa& kelimpahan populasi dan keanekaragaman spesies paras;toid
maupun hi perparasi toid diharapkan &pat memberikan gambaran tentang fluktuasi

populasi parasitoid di lapangan. Habitat yang j uga krpengaruh pa& kelimpahan
populasi dan keanekaragaman spesies parasitoid maupun hiperparasitoid diharapkan

&pat memberikan pemahaman tentang pentingnya mengelola habitat atau lingkungan

untuk konservasi parasitoid.
Selain manfaat tersebut di atas, pendekatan metodolog yang digunakan &lam

penel itian ini diharapkan dapat dijadikan model dalam mempelajari hubungan
tumbuhan inang dengar, kutudaun dan parasitoid serta hiperparasitoidnya.

Altieri MA, Cure JR, Garcia MA. 1997. The role and enhancement of parasitic
Hymenoptera biodiversity in agroecosystems. Di &lam: LaSalle J, Gauld SD,
editor. Hymenoptera and Biodiversiw. Wallingfbrd: CAB Internasional.
hlm 257-275.

Barbosa P,B m y B. 1998. The influence of plant on insect parasitoid: implications
for consewation biological control. Di Mam:Barbosa P, editor. Conservation
Biological Control. San Diego: Academic Press. hlm 55-83.
Berryman AA. 1999. The theorical foundations of biological control. Di dalam:
Hawkins BA, Comell W , editor. Theoretical Approaches lo Biological
Confrol. Cambridge: Cambridge University Press. hlm 3-2 1.
Blackman RL, Eastop VF. 2000. Aphids on she World's crops: an Identrjicarion
Guide. Second edition. Chichester: Wiley .

Brewer MJ,Elliot NC. 2004. Biologcal control of cereal aphids in North America
and mdating effects of host plant and habitat manipulation. Annu R w
Enfomol49:219-242.

Carver M. 1989. Biological control of aphids. Di dalarn: Minks AK,Harrewijn P,
editor. Aphids: Their Biulogv, Noturul Enemies and Con~rol.Vol 2C.
Amsterdam: Elsevier, hlm 141- 165.

DeBach P. 1979. Biological Control by Natural Enemies. London: Cambridge Univ
Press.
Dixon AFG, Kindlmann P. 1998. Population dynamics of aphids. Di dalam:
Dempster JF, Mdean IFG,Dordrecht, editor. Insect Populations in Theory and
in Practice. London: Kluwer Academic. hlm 207-230.
Eastop VF. 1977. World wide importance of aphids as virus vectors. Di dalam:
Harris KF, M m o r o s c h K, editor. Aphids as Virus Vectors. New York:
Academic Press. hlm 1-4 1.

Godfray HCJ, Muller CB. 1998. Host-parasitoid dynamics. Di dalam: Dempster P,
Mclean IFG, Dordrecht, editor. Insect Population in Theory and in Practice.
London: Kluwer Academic. hlm 135- 165.

Hagen kS,van den Bosch R. 1968. Impact of pathogens, parasites, and predators on
aphids. Annu Rev Entomol13:325 -3 84.
Hawkins BA, Comell HV, Hochberg ME. 1997. Predators, parasitoids, and pathogens
as mortality agents in phytophagous insect population. Ecol Soc Amer
78:2145-2152.

Hill D. 1995. Agricultural Entomology. Portland: Timber Press.

Irsan C. 200 1. Hiperpamitoid pa& parasitoid kutudaun Aphis gos~ypii(Glover)
(Aphididae: Hornoptera) di tansman Spatodea sp. Di dalarn: Prosiding
Simposium PengendaIian Hayati Serungga, Sukamandi, 14- I 5 Maret 2001.
hlm 59-62.

Irsan C. 200 1a. Parasitisasi parasitoid sekunder pada parasitoid primer kutudaun
(Hornoptera: Aphididae). Di Dalarn: Prosiding Seminar Nasional Pertanian
berkelanju~m,Bandar Larnpung, 26-27 Juni 200 1. hlm 699-705.
Irsan C, Sosromarsono S. 2000. Identifi kasi Hymenoptera parasit pada kutudaun
(Hornoptera:Aphididae) di tanaman budidaya di berbagai ketinggian tempat di
sekitar Bogor. Di dalam: Prosiding Simposium Keanekuragamun Hayatr
Arlhropoda pado System Produksi Pertaninn, Cipayung, 16- 1 8 Okt. 2000. hlm
149-154.

Kalule T, Wright DJ. 2002. Effect of cabbage cultivars with varying levels of
resistence to aphids on the performance of the parasitoid, Aphidius colemani
(Hymenoptera:Braconidae). Bull Enromol Res. 92:53-59.
[Koppert]. 1999. Koppert Product with Direction for Use. Berkel en Rodenrijs.
Koppert Biologcal System.

Kranz J, Schmutterer H, Koch W. 1978. Diseases, Pests and Weeds in Tropical
Crop.$. Chichester: Wiley.

LaSalle J. 1997. Parasitic Hymenoptera, biological control and biodiversity. Di
dalam: LaSalle 3, Gadd ID, editor. Hymenoptera and Biodiversity.
Wallingford: CAB International. hlrn 197-215.
Miles PW. 1987. Feeding process of Aphidoidea in relation to effects on their food
plants. Di dalm: Minks AK, Harrewijn P, editor. Aphids: Their Biology,
IC'atural Enemies and Control. Vol2A. Amsterdam: Elsevier.hlrn 32 1-340.
Orr DB, Suh CP-C. 2000. Parasitoids and pedators. Di dalam: Rechcigl JE, Rechcigl
NA , editor. Biological and Biotechnological Con/rol of Insect Pests. Boca
Raton: Luwis Publ. hlm 1-34.

Panda N, Khush GS. 1995. Host Plants Resistance to Insects. Manila: CAB
International and International Rice Research Institute.
Sosromarsono S. 2000. Sejarah pengendalian hrtyati serangga hama dengan parasitoid
di Indonesia. Di dalam: Workshop on Development and Utilization of
parasitoid (Exploration, Identification, Mass Production and Field Release).
J
m Hama dan Penyakit Tumbuhan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Stary P. 1988. Aphidiidae and Aphelinidae. Di dalam: Minks AK, Harrewijn P,
editor. Aphids: Their Biology, Natural Enemies and Control. Vol 2B.
Amsterdam: Elsevier. hlm 171-188.
Sullivan DJ, Vol kl W. 1 999. Hyperparasitism: multitropic, ecology and behavior.
Annu Rev Entomol44:29 1-3 15.

Urzruh TR, Messing RH. 1997. Intraspecific biodiversity in Hymenoptera:
Implications for conservation and biological control. Di dalam: LaSalle J,
GauId ID, editor. Hymenoptera and Biodiversi~. Wallinghrd: CAB
International. hlm 27-5 1.

BAB I1
TINJAUAN PUSTAKA
Kehidupan serangga fitofag di tentukan terutama oleh hunbuhan inang,
sedangkan kehidupan serangga entomofag ditentukan oleh serangga inang yang

diparasi t atau dimangsanya (Price 1997). Panda dm Khush ( 1995) menyatakan bahwa
turnbuhan tempat hidup serangga inang mem pengaruhi secara langsung kehidupan
serangga fitofag. Karenanya varietas atau spesies tanaman dapat rnempengaruhi secara

langsung kehidupan serangga fitofag dan selanjutnya akan berpengaruh pada
kehidupan serangga entomofag (Schoonhoven et ol . 1 998).

Perkembangan popuIasi htudaun dipenganhi oleh spesies tumbuhan inang dan
musuh alarni seperti predator, parasitoid dm patogen serta tuperparasitoid (Memmott
& Godfray 1997). Satu spesies kutudaun yang sama, namun hidup pada tumbuhan

inang yang berbeda akan menunjukkan respons pertumbuhan populasi berbeda (Tsai
1998).

Secara umum spesies atau varietas tanaman dapat mempenganhi kinerja

parasitoid (Barbosa & Benrey 1998).

Tetapi tidak demikian halnya dengan

hiperparasitoid, karena hiperparasitoid umumnya tidak menunjukkan kespesifikan
inang (Sullivan & Volkl 1999).

lrsan (2001a) melaporkan bahwa spesies

hi perparasitoid yang sama dapat ditemukan memarasit parasitoid kutudaun spesies

berbeda pstda tumbuhan inang yang berbeda. Namun pernyataan tersebut memerlukan
peneIitian lebih lanjut karena informasi yang a& masih sangat terbeztas. Secara umum

infomasi keanekaragaman tumbuhan inmg, parasitoid dan hiperparasitoid yang
berasosiasi dengan M persicae masih sangat terbatas khususnya di Indonesia.

Kutudaun Myacsprsicw
Di wilayrth atau negeri dengan empat musirn,M. persicae terdiri dari individu

jantan dan betina di m u s h gugur, dan betim partenogenetik di m u s h yang lairmya.

Pada musim gugur dan awal musim semi kutudaun hidup di tumbuhan inang primer
dm pada akhir musim semi dan rnusim panas hidup di tumbuhan inang sekunder
(Dixon 1978, 1987; Blackman & Eastop 1994, 2000). Di daerah tropis, M. persicae

terus menems berkembangbiak secara partenogenetik (Kranz er a/. 1978). Kalshoven
(1 981) menyatakan bahwa di dataran tinggi di daerah tropis dapat ditemukan kutudaun

jantan dan betina, tetapi pernyataan ini belum a& konfirmasi baru.
M. persicae merupakan salah satu harna penting di daerah subtropis maupun
tropis dan bersifat sangat polifag. Lebih dari 400 spesies turnbuhan yang tergolong

dalarn 40 famili dapat menjadi tumbuhan inang M. persicue (Kranz

el

a/. 1978;

Bl ackman & Eastop 2000). M persicae juga diketahui dapat menjadi vektor Iebih dari
150 jenis virus atau strain virus, baik itu virus persisten maupun non-persisten pada

tanaman (Hill 1995; Harris & Mararnorosch 1977). Kutudaun itu temasuk salah satu
hama dan vektor penyakit virus penting pada tanaman kacang-kacangan, bit gula, tebu,
kentang, tembakau, kubis-kubisan dan jeruk (van Emden et al. 1969), dan merupakan

hama clan vektor penyakit virus yang penting pa&

tanaman yang tergolong dalam

famiIi Solanaceae (Blackman & Eastop 2000).
Turn buhan Inang dan Kutudaun

Kriteria tumbuhan inang bagi kutudaun menurut Kennedy dan Stroyan (1959)

idah tumbuhan yang dapat mendukung kutudaun hidup membentuk koloni, berappun

besar atau kecil ppulasi itu. Informasi tumbuhan inang tersebut perfu diperhatikan

sehubungan dengan keberadaafi sumber invasi dan kerusakan yang disebabkan oleh
kutudaun. Marlinda (1 999) melaporkan bahwa kerusakan tanaman cabai Capsicum
annuurn L. yang disebabkan oleh kutudaun A. gossypii di rumah kaca dapat mencapai
100%, artinya a& tanaman cabai yang tidak &pat menghasilkan apa-apa untuk

dipanen karena serangan kutudaun tersebut. Hidayat ( 1997) menyatakan bahwa pada

tanarnan kentang dapat ditemukan banyak spesies kutudaun yang inang sesungguhnya

bukan kentang. Namun kehadiran kutudaun itu di tanarnan kentang sudah dapat
merugikan karena kutudaun tersebut berpotensi menularkan virus apabi la di tanaman

kentang itu ia sempat menusuk-nusukkan stiletnya mendeteksi kesesuaian inang
(probing), dan sebelum menusuk-nusukkan stilet di tanaman kentang tersebut,
kutudaun itu telah mengisap cairan tumbuhan atau menusuk-nusukkan stiletnya pada

tumbuhan sakit yang terinfeksi virus.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa satu spesies kutudaun &pat

diternukan di berbagai spesies hunbuhan inang (Irsan ef a/. 1998). Warna tubuh satu
spesies kutudaun dapat berbeda-be& karena hidup di tumbuhan inang yang berbeda.
Perbedaan warna itu dipengaruhi oleh tumbuhan inang dan suhu (Takada 1979).

Menurut Setokuchi (1 98 I ) , pigmen yang tetkandung di dalam jaringan tumbuhan inang

mempengaruhi warm tubuh kutudaun.

Di samping itu turnbuhan inang dan

lingkungan juga mempengaruhi ukuran tubuh kutudaun. Ukuran tubuh satu spesies

kutudaun dapat berbeda-beda karena kualitas cairan floem yang dihisap dan suhu yang
berbeda (Mayo & Starks 1974, Dixon & KindImam 1994). Kcragaman ukuran tubuh
satu spesies kutudaun dapat terjadi karena ukuran jaringan floem yang dicapai stilet.

Jika jaringan flm itu besar seprti di tulang daun atau ranting maka ukuran tubuh
kutudaun olkan besar, sebaliknya jika jaringan floem yang dihisap kecil seperti di

Iamina daun rnaka ukuran tubuh kutudaun menjadi kecil (Dixon ec a/ 1995, Douglas
1993).

Walaupun demikian u k m tubuh kutudaun itu dibatasi oleh ukuran

maksimumnya (maximum body size) (Kindlmann & Dixon 1992). Kutudaun yang

diberi makanan berl impah tidak akan menyebabkan ukuran tubuhnya besar melebihi

ukuran rnaksimumnya.
Tumbuhan hang, Kutudaun drn Parasitoid

Kutudaun memerlukan tumbuhan inang sebagai sumber karbohidrat, lemak,
protein, mineral dan vitamin untuk mempertahankan hldup dm menemkan
ketunmannya. Setiap spesies atau varietas tumbuhan memiliki kandungm senyawa

metablit primer dan sekunder dalam kualitas dan kuantitas yang berbeda (Panda &

Khush 1995). Metablit sekunder itu ada yang berakumulasi di tubuh kutudaun dan
selanjutnya dapat mempengaruhi parasitoid yang memarasit kutudaun tersebut

(Schoonhoven er al. 1998). Di samping itu struktur permukaan jaringan tumbuhan

inang j uga berpengaruh pada aktivitas parasitoid mencari atau menemukan kutudaun
untuk dijadikan serangga inang (Vol kl & Stechmann 1998).
Kunjungan prasitoid pada suatu koloni kutudaun erat kaitannya dengan

metaborit sekunder yang dihasilkan oleh tumbuhan inang (Panda & Khush 1995).
Parasitoid dalarn menemukan serangga inang dipengaruhi oleh senyawa volatil yang
diproduksi oleh tumbuhan tempat kutudaun itu membentuk koloni. Senyawa volatil itu

j i ka terbawa angin akm mengatahkan parasitoid menuju ke koloni kutudaun yang akan

dijadikan serangga inang. Keberhasilan parasitoid menemukan koloni kutudaun yang
dipandu oleh senyawa volatil sangat dipengaruhi oleh arah dan kmpatan angin (Kitt &
Keller 1998).

Besar kecilnya ukuran tubuh kutudaun dari spesies yang sama akan
berpengaruh pada jenis kelamin pamitoid yang muncul. Parasitoid jantan banyak
muncul dari kutudaun yang tubuhnya bendcuran kecil, sedangkm pamitoid ktina
banyak muncul dari kutudaun yang tubuhnya berukuran relatif besar.

Kemunculan

parasitoid berkelamin jantan dari serangga inang yang berukuran kecil clan betina dari
serangga inang ymg berukuran ksar umum tejadi pada parasitoid, karena imago

parasitoid memilih meledclan telur bakal jantan atau telur bakal betina berdasarkan

ukuran tubuh hang yang akan diletaki telur (Godfray 1994, Quicke 1997).
Semut dapat berpengaruh negatif terhadap kinerja prasitoid. Menurut Quicke
(1997), semut akan memilih kutudaun ymg terparasit untuk dimangsa atau dibawa ke

sarangnya. Akibatnya jumlah inhvidu parasitoid yang berhasil bertahan hidup menjadi
berkurang karena larva dan atau pupanya dimangsa sernut. Keberadaan semut dapat
menghalangi atau mengganggu kunjungan imago parasitoid yang akan meletakkan

telur di tubuh kutudaun (Sudd 1987). Di samping itu semut juga dapat meningkatkan
laju parasitisasi parasi toid maupun hiperparasitoid. Peningkatan i tu terja& karena
semut yang mengkonsurnsi embun madu menyebabkan pemukaan daun tidak licin dm

tidak menyebabkan imago parasitoid atau hiperparasitoid tergeiincir (Volkl &

Stechmann 1998). Kondisi permukaan daun tersebut memudahkan imago parasitoid
atau hiperparasitoid bergerak menemukan serangga inangnya.

Varietas resisten dan rentan terhadap kutudaun mempenganrhi tingkat

keberhasilan pamitoid menekan kutudaun. Pembaan Starks er al. (1972) di rumah
b c a menunjukkm bahw parasitoid Lysiphlebtls testaceips Cresson (Hymenoptera:
Aphidiidae) gagal mengendalikan kutudaun Schizuphis graminurn L. yang hidup pada
varietas sorgum dm barley yang rentan, tetapi parasitoid tersebut berhasil

mengendalikan S. graminurn yang hidup pads wietas sorgum dan barley yang
resisten. Demikian juga hainya dengan kinerja Aphidiur mhicariae HaI iday &lam
menekan M.persicae pda varietas Chrysan~hernum,yaitu pada varietas resisten lebih
baik danpada pada varietas rentan (Wyatt 1971). Dengan demikian dapat dipahami
b&wa penggunaan pasitoid benama-ma dengan varietas resisten &pat dijadikan

kombinasi dalarn rnenekan populasi kutudaun.
Nisbah kelamin parasitoid dipengaruhi oleh varietas tanaman inang.

Huey-

Ling (1986) menyatakan bahwa nisbah kelamin parasitoid yang ditunjukkan dengan

perbandingan j antan dan betina yang tejadi pada parasitoid yang memarasit kutudaun

pada varietas resisten lebi h rendah yai tu 1 :1,4 daripada yang memarasit kutudaun yang
berkoloni pada varietas rentan yaitu 1:2,4. Perbandingan nisbah kelamin tersebut
mempenganhi perkembangan populasi parasitoid pada generasi berikutnya.
Varietas resisten mempengaruhi asam amino yang diperoleh kutudaun. Asam

amino itu berpengamh pada kualitas gizi embun madu yang dihasilkan kutudaun.
imago parasitoid yang mengonsumsi embun madu yang kandungan asam aminonya

rendah akan menurun kinerjanya dalam memarasit kutudaun (Huey-Ling 1986; Hagen
1986). Parasitoid menuju ke habitat dipandu oleh bau kutudaun dm embun madu yang

diekskresikan oleh kutudaun itu (Powell 1989). Penelitian Bouchard &n Cioutier
( 1984) menunjukkan bahwa aktivitas mencari serangga inang oleh Aphidius nigripes

Ashmead meningkat jika embun madu kkualitas baik. Kandungan sukrosa clan Fe
ymg rendah di dalam cairan fluem dari varietas resisten dapt mempenganh

parasitoid Aphelinur mychis (Walker) yang memarasit M.persicae yang ditunjukkan
dengan waktu perkembangan iarva yang lebih lama clan lama hidup imago yang lebih
singkat (Bergman & Tingey 1979).

Parasitoid LCutudaun

Studi pustaka menunjukkan ads empat famili ordo Hymenoptera yang
memarasit kutudaun. Keempat fmili itu adalah Aphidiidae (Ichneumonoidea),
Aphelinidae, Encyrtidae dan Mymmidae (Chalcidoidea) ( Hagen & van den Bosch
1968). Spesies-spesies aphidiid dan aphelinid mwupakan hymenopteran parasit yang

banyak dilaporkan memarasit kutudaun (Stmy 1 988). Seam urnum keanekaragaman
spesies aphidiid parasitoid yang memarasit kutudaun lebih tinggi daripada aphelinid
(van Emden et al. 1969). Dua famili lainnya yaitu Encyrtidae dan Mymaridae belum
banyak diteliti (Hagen & van den Bosch 1968). Parasitisasi aphidiid clan aphelinid

pa& kutudaun M persrcae membentuk murni dengan morfologi yang khas, sehingga

melalui morfologi murni kutudaun yang terbentuk sudah dapat ditentukan famili
parasitoid yang memarasit (Stary 1988).
Apbidiid Parasitoid

Parasitoid bertubuh kecil dengan ukuran satu sampai beberapa millimeter.
Imago krwarna kuning kewlclatan atau coklat gelap dengan pola kekuningan, jingga
atau kuning kecoklatan, dan bersifat e n d o m i t soliter (Hagen & van den Bosch

1968). Stay (1988) menyatakan bahwa sedikitnya ada 60 genus dan lebih dari 400

spesies aphidiid yang te1ah diketahui mernarasit kutudztun. Di Asia Timur diternukan
52 spesies pamitoid yang tergolong dalm famili Aphidiidae yang memarasit

kutuda