Tinjauan Umum Tentang Jaminan 1. Pengertian Hukum Jaminan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Jaminan 1. Pengertian Hukum Jaminan

Istilah hukum jaminan merupakan terjemahan dari istilah security of law, zekerheidsstelling, atau zekerheidsrechten. 12 Dalam keputusan seminar hukum jaminan yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman tanggal 9 sampai dengan 11 Oktober 1978 di Yogyakarta menyimpulkan, bahwa istilah “Hukum Jaminan” itu meliputi pengertian baik jaminan kebendaan maupun perorangan. Berdasarkan kesimpulan tersebut, pengertian hukum jaminan yang diberikan didasarkan kepada pembagian jenis lembaga hak jaminan, artinya tidak memberikan perumusan pengertian hukum jaminan, melainkan memberikan bentang lingkung dari istilah hukum jaminan itu yaitu meliputi jaminan kebendaan dan jaminan perorangan. Tidak banyak literatur yang merumuskan pengertian hukum jaminan. Menurut Salim HS, hukum jaminan itu adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit. 13 Sri Soedewi Masjhoen Sofwan, 12 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan Jakarta : Sinar Grafika, 2008, hlm. 1 13 Salim HS. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 6 sebagaimana yang dikutip oleh Salim HS, mengemukakan bahwa hukum jaminan adalah: “Mengatur konstruksi yuridis yang memungkinkan pemberian fasilitas kredit, dengan menjaminkan benda-benda yang dibelinya sebagai jaminan. Peraturan demikian harus cukup meyakinkan dan memberikan kepastian hukum bagi lembaga-lembaga kredit, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Adanya lembaga jaminan kiranya harus dibarengi adanya lembaga kredit dengan jumlah besar, dengan jangka waktu yang lama dan bunga yang relatif rendah.” 14 Pengertian lain dari hukum jaminan diberikan oleh Rachmadi Usman yang menyatakan bahwa hukum jaminan adalah ketentuan hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemberi jaminan debitor dan penerima jaminan kreditor sebagai akibat pembebanan suatu hutang tertentu kredit dengan suatu jaminan benda atau orang tertentu. Dalam hukum jaminan tidak hanya mengatur perlindungan hukum terhadap kreditor sebagai pihak pemberi hutang saja, melainkan juga mengatur perlindungan hukum terhadap debitor sebagai pihak yang penerima hutang. 15 Dari pengertian hukum jaminan di atas dapat di simpulkan bahwa hukum jaminan adalah ketentuan hukum yang mengatur hubungan antara pemberi jaminan dan penerima jaminan guna menjamin suatu hutang atau fasilitas kredit tertentu dengan jaminan benda atau perorangan. Berdasarkan pengertian dari hukum jaminan tersebut di atas, terdapat beberapa unsur perumusan hukum jaminan, yaitu: 14 Ibid, hlm. 5‐6 15 Rachmadi Usman, Op. Cit, hlm. 1‐2 a. adanya ketentuan hukum b. adanya pemberi dan penerima jaminan c. adanya benda atau orang yang dijadikan jaminan d. adanya hutang atau fasilitas kredit yang dijamin

2. Asas-Asas Hukum Jaminan

Menurut Salim HS, berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai peraturan perundang-undangan, ada 5 asas penting dalam hukum jaminan, yaitu : a. Asas pubbliccited, yaitu asas bahwa semua hak, baik hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek harus di daftarkan. Pendaftaran ini dimaksudkan supaya pihak ketiga dapat mengetahui bahwa benda jaminan tersebut sedang dilakukan pembebanan jaminan. Pendaftaran hak tanggungan di kantor Pertanahan KabupatenKota, pendaftaran fidusia dilakukan di Kantor Pendaftaran Fidusia pada kantor Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, sedangkan pendaftaran hipotek kapal laut dilakukan di depan pejabat pendaftar dan pencatat balik nama, yaitu syhbandar. b. Asas specialitet, yaitu bahwa hak tanggungan, hak fidusia dan hipotek hanya dapat dibebankan atas persil atau barang-barang yang sudah terdaftar atas nama orang tertentu. c. Asas tak dapat dibagi-bagi, yaitu asas dapat dibaginya hutang tidak dapat mengakibatkan dibaginya hak tanggungan, hak fidusia dan hak gadai walaupun telah dilakukan pembayaran sebagian.