Rumusan Masalah Tujuan penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran

tinggi dan waktu yang cukup lama jika dibandingkan dengan cara parate eksekusi maupun penjualan dibawah tangan. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkan dalam bentuk Tesis dengan judul “Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan Melalui Parate Eksekusi di PT.Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk cabang Bangko Propinsi Jambi”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Judul dan uraian Latar Belakang tersebut diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikiut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan parate eksekusi hak tanggungan berdasarkan Pasal 6 UUHT yang dilakukan oleh PT.Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk cabang Bangko? 2. Apakah pengosongan terhadap objek Hak Tanggungan dapat di lakukan hanya melaui permohonan saja atau memalui gugutan di Pengadilan?

C. Tujuan penelitian

Dengan mengacu pada perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan parate eksekusi hak tanggungan berdasarkan Pasal 6 UUHT yang dilakukan oleh PT.Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk cabang Bangko. 2. Untuk mengkaji dan menganalisis praktek pengosongan objek Hak Tanggungan di Kota Bangko Provinsi Jambi

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah perbendaharaan wacana baru bagi pengembang ilmu hukum umumnya dan ilmu hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan eksekusi hak tanggungan. 2. Secara Praktis Hasil penelitain ini diharapkan mampu memberikan masukan dan kontribusi yang cukup berarti, khususnya kepada bank dan kreditor mengenai pelaksanaan eksekusi hak tanggungan.

E. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Konseptual Undang ‐undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Perjanjian Kredit Debitor Pemberi Hak Tanggungan Kreditor Penerima Hak Tanggungan Lembaga Jaminan Hak Tanggungan APHT Debitor Wanprestasi Eksekusi Hak Tanggungan Parate Eksekusi Pasal 20 1 a UUHT jis Pasal 6, Pasal 11 2 e UUHT Eksekusi dengan Pertolongan Hakim Pasal 20 1 b UUHT jo Pasal 14 2,3 UUHT Eksekusi Penjualan Di Bawah Tangan Pasal 20 2 dan 3 UUHT KPKNL Penjualan Lelang Pengadilan Negeri 2. Kerangka Teoritik Kerangka teoritik diperoleh setelah melakukan penelusuran bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Adapun yang ditekankan dalam pendekatan teoritik ini adalah : 1. Pengertian Hak Tanggungan Hak Tanggungan menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan disebutkan bahwa yang di maksud dengan Hak Tanggungan adalah: “Hak jaminan yang di bebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang di maksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang di utamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya”. Adapun unsur-unsur pokok dari Hak Tanggungan yang termuat dalam defenisi tersebut adalah: a. Hak Tanggungan adalah hak jaminan untuk pelunasan utang b. Objek Hak Tanggungan adalah hak atas tanah sesuai Undang-undang Pokok Agraria c. Hak Tanggungan Dapat dibebankan atas tanahnya hak atas tanah saja, tetapi dapat pula dibebankan berikut benda- benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu d. Utang yang dijamin harus suatu utang tertentu e. Memberikan kedudukan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain 5 . Untuk dapat dibebani jaminan hak jaminan atas tanah, objek hak tanggungan yang bersangkutan harus memenuhi 4 syarat, yaitu: a. Dapat dinilai dengan uang b. Termasuk hak yang di daftar dalam daftar umum c. Mempunyai sifat dapat di pindahtangankan d. Memerlukan penunjukan oleh Undang-Undang 6 . Adapun obyek dari Hak Tanggungan yang berdasarkan Pasal 4 UUHT menyatakan : 1 Hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan adalah: a. Hak Milik b. Hak Guna Usaha c. Hak Guna Bangunan 2 Selain hak-hak atas tanah sebagaimana yang di maksud pada ayat 1, Hak Pakai atas tanah Negara yang menurut ketentuan dan sifatnya yang berlaku wajib di daftarkan dan menurut sifatnya dapat di pindahtangakan dapat juga di bebani Hak Tanggungan. 5 Sutan Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan Asas‐asas Ketentuan‐ketentuan Pokok dan Masalah Yang Dihadapi Oleh Perbankan Bandung : Alumni, 1999, hlm. 11 6 Purwahid Patrik dan Kashadi, Op. cit., hlm. 115 Menurut Pasal 12 Ayat 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 Tentang obyek Rumah Susun menyatakan bahwa : “Rumah susun juga merupakan obyek dari hak tanggungan yaitu Rumah Susun berikut tanah tempat bangunan yang berdiri diatas tanah hak milik atau hak guna bangunan dan Rumah Susun yang berdiri diatas tanah hak pakai atas tanah Negara”. Menurut pasal 13 Undang-undang Nomor 4 Tahuan 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang berkaitan dengan Tanah. Pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan selambat-lambatnya 7 tujuh hari kerja setelah penandatanganan akta Pemberian Hak Tanggungan. setelah didaftarkan sebagai tanda bukti adanya Hak Tanggungan, Kantor Pertanahan menerbitkan sertipikat Hak Tanggungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sertipikat Hak Tanggungan tersebt memuat irah-irah dengan kata-kata DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Munculnya Sertipikat Hak Tanggungan tersebut sebagai jaminan bagi pelunasan Hutang Debitor kepada Kreditor. Dengan Sertipikat Hak Tanggungan tersebut Kreditor dapat melakukan Eksekusi Hak Tanggungan atas tanah yang telah dibebani hak tanggungan. 2. Pengertian Eksekusi Eksekusi dalam bahas Belanda disebut Executie atau Uitvoering, dalam kamus hukum diartikan sebagai Pelaksanaan Putusan Pengadilan. Para Sarjana pada umumnya juga mengartikan Eksekusi terbatas pada Eksekusi oleh Pengadilan Putusan Hakim. Menurut Mochammad Dja’is, rumusan demikian tidak tepat, eksekusi tidak hanya berobyekkan putusan hakim, misalnya obyek Hak Tanggungan. Istilah eksekusi menurut hukum Eksekusi diartikan sebagai upaya paksa untuk merealisasikan hak kreditor karena pihak debitor atau terhukum tidak mau secara sukarela memenuhi kewajibannya atau upaya paksa untuk merealisasikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. 7 Eksekusi menurut hukum acara yang berlaku HIR dan Rbg yang juga dapat dieksekusi adalah salinangrosse Akta yang memuat irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” yang berisi kewajiban untuk membayar sejumlah uang. Jika mengacu pada ketentuan Pasal 224 HIRRbg, untuk dapat dikatakan mempunyai kekuatan Eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan 7 Mohammad Dja’is, Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan, Makalah di sampaikan pada Seminar Nasinonal “Mencari Model Eksekusi Hak Tanggungan Yang Menguntungkan Para Pihak” Semarang : Fakultas Hukum Universitas Diponegoro,2009, hlm.7 hukum tetap, maka diperlukan title Eksekutorial sehingga Sertipikat Hak Tanggungan yang merupakan tanda bukti adanya Hak Tanggungan, dibubuhkan irah-irah dengan kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang maha Esa”, selain itu sertipikat Hak Tanggungan dinyataka sebagai Grosse Akta Hipotek sepanjang mengenai hak atas tanah dan eksekusi menggunakan Eksekusi Hipotek yang diatur dalam Pasal 224 HIR atau Rbg Pasal 14 dan 26 UUHT. Dengan demikian Eksekusi Hak Tanggungan sebagai dasar pelaksanaannya. Eksekusi Hak Tanggungan diatur berdasarkan Pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan disebutkan dapat dilakukan dengan tiga cara : 1 Parate Eksekusi Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 6 2 Eksekusi Titel Eksekutorial Hak Tanggungan yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 14 Ayat 2 3 Pemegang Hak Tanggungan dapat melakukan penjualan objek Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 20 Ayat 2 yaitu dengan cara penjualan dibawah tangan. Penjualan dibawah tangan tersebut dapat dilakukan asalkan hal tersebut disepakati oleh pemberi dan pemegang Hak Tanggungan guna melindungi pihak-pihak yang berkepentingan dan dilakukan sesuai dengan cara-cara yang diatur dalam Pasal 20 Ayat 3.

F. Metode Penelitian