PRARANCANGAN PABRIK T-BUTYL ALCOHOL DARI ISOBUTENE DAN WATER KAPASITAS 50.000 TON/TAHUN (Tugas khusus prarancangan Reaktor (R-201))

(1)

ABSTRAK

PRARANCANGAN PABRIK T-BUTYL ALCOHOL DARI ISOBUTENE DAN WATER

KAPASITAS 50.000 TON/TAHUN Oleh

MELANIA YUSMINA CITRAWATI

Pabrik T-Butyl Alcohol berbahan baku Isobutene dan Water, akan didirikan di Bojonegara, Banten. Pabrik ini berdiri dengan mempertimbangkan ketersediaan bahan baku, daerah pemasaran, sarana transportasi yang memadai, tenaga kerja yang mudah didapatkan dan kondisi lingkungan.

Pabrik direncanakan memproduksi T-Butyl Alcohol sebanyak 50.000 ton/tahun, dengan waktu operasi 24 jam/hari, 330 hari/tahun. Bahan baku yang digunakan adalah Isobutene sebanyak 6.702,21 kg/jam dan Water sebanyak 14.120 kg/jam.

Penyediaan kebutuhan utilitas pabrik T-Butyl Alcohol berupa pengadaan air, pengadaan steam, pengadaan listrik, kebutuhan bahan bakar, dan pengadaan air pendingin.

Bentuk perusahaan adalah Perseroan Terbatas (PT) menggunakan struktur organisasi line dan staff dengan jumlah karyawan sebanyak 132 orang.

Dari analisis ekonomi diperoleh:

Fixed Capital Investment (FCI) = Rp 334.994.663.024 Working Capital Investment (WCI) = Rp 59.116.705.240 Total Capital Investment (TCI) = Rp 394.111.368.263 Break Even Point (BEP) = 55,5%

Pay Out Time before taxes (POT)b = 2,3 tahun

Pay Out Time after taxes (POT)a = 2,3 tahun

Return on Investment before taxes (ROI)b = 90%

Return on Investment after taxes (ROI)a = 71,72%

Interest Rate of Return (Irr) = 61,01%

Mempertimbangkan paparan di atas, sudah selayaknya pendirian pabrik T-Butyl Alcohol ini dikaji lebih lanjut, karena merupakan pabrik yang menguntungkan dan mempunyai masa depan yang baik.


(2)

ABSTRACT

MANUFACTURE OF T-BUTYL ALCOHOL FROM ISOBUTENE AND WATER

CAPACITY OF 50.000 TONS / YEAR By

MELANIA YUSMINA CITRAWATI

Factory which is made by raw material isobutene and water, will be erected on Bojonegara, Banten. The factory was established by considering the availability of raw materials, marketing area, transportation facilities, readily available labor and environmental conditions.

The factory is planned to produce t-butyl alcohol of 50.000 tons / year, with operating time of 24 hours / day, 330 days / year. The raw materials used are much isobutene 6.702,21 kg/hrand water as much as 14.120 kg/hr.

Provision of utility plant needs t-butyl alcohol the provision of water, provision of steam, electricity supply, fuel requirements, and procurement of air cooling water.

The form is a Limited Liability company (PT) using a line and staff organizational structure and employs as many as 132 people.

From the economic analysis is obtained:

Fixed Capital Investment (FCI) = Rp 334.994.663.024 Working Capital Investment (WCI) = Rp 59.116.705.240 Total Capital Investment (TCI) = Rp 394.111.368.263

Break Even Point (BEP) = 55,5%

Pay Out Time before taxes (POT)b = 2,3 tahun Pay Out Time after taxes (POT)a = 2,3 tahun Return on Investment before taxes (ROI)b = 90% Return on Investment after taxes (ROI)a = 71,72%

Interest Rate of Return (Irr) = 61,01%

Considering the above explanation, it is proper plant establishment t-butyl alcohol was studied further, because it is a profitable factory and have a good future.


(3)

PRARANCANGAN PABRIK

T-Butyl Alcohol

dari

ISOBUTENE

dan

Water

KAPASITAS 50.000 TON/TAHUN

(Tugas khusus prarancangan Rektor (R-201)

Oleh

Melania Yusmina Citrawati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik

pada

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknik Universitas Lampung

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sleman, Yogyakarta pada tanggal 7 Desember 1989, sebagai putri pertama dari dua bersaudara dari Pius Suwarsono dan Firmina Wirastuti.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 2 Pagelaran pada tahun 2002, SMP Xaverius Pagelaran pada tahun 2005 dan SMAN 1 Pringsewu pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Teknik Kimia Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis melaksanakan Kerja Praktek di PT. Semen Baturaja (Persero) pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis menyelesaikan penelitiannya tentang bioplastik, dengan judul “Pengaruh Kecepatan Pengadukan dan Formulasi Pati Sorgum - Kitosan terhadap Sifat Fisik dan Mekanik dalam Pembuatan Bioplastik” dan dipublikasikan di Seminar Nasional AVoER UNSRI Fakultas Teknik, tahun 2012 dengan ISBN: 979-587-440-3.

Selama menjadi mahasiswi, penulis pernah menjabat sebagai Anggota Departemen Hubungan Luar Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEMIA) pada Periode Kepengurusan 2009/2010 dan anggota Departemen Kerohanian Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEMIA) Universitas Lampung pada Periode Kepengurusan 2010/2011, sebagai Anggota Seksi Minat


(8)

dan Bakat Forum Komunikasi Mahasiswa Kristiani Fakultas Teknik (FKMK-FT) Periode Kepengurusan 2009/2010.

Selama menjadi mahasiswa penulis juga mengikuti beberapa pelatihan seperti Pelatihan Auto Cad, Pelatihan Aspen, Pelatihan Matlab dan lain-lain.


(9)

_Melania Yusmina Citrawati_

Persembahan

Sebuah Karya Hasil Perjuanganku…

Kupersembahkan dengan penuh bangga untuk Tuhanku

dan pertolonganNya yang luar biasa, juga untuk kedua

orang tua dan adik ku yang telah berjuang

bersamaku…

Juga untuk keluarga, dosen-dosen dan teman-teman yang

telah membantu…

Terimakasih atas dukungan dan doa nya selama ini

untuk keberhasilanku…

Dan tak lupa kupersembahkan kepada


(10)

MOTTO

“Jangan berfokus pada

kekuranganmu tetapi

lebih fokuslah pada

kelebihanmu”

“Jangan berfokus pada

hambatan dan masalahmu

tetapi fokuslah pada

apa yang bisa kau

lakukan”

“Apapun yang kamu

kerjakan, kerjakanlah


(11)

SANWACANA

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas pertolongan, rahmat dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Laporan Tugas Akhir dengan judul “Prarancangan Pabrik T-Butyl Alcohol dari Isobutene dan Water, Kapasitas 50.000 ton/tahun” ini disusun guna memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik pada jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung.

Selama penyusunan laporan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari

banyak pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada :

1. Prof.Drs.Suharno, MSc., Ph.D. selaku Dekan Teknik Unila; 2. Bapak Ir, Azhar, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia;

3. Ibu Yuli Darni, S.T., M.T., selaku Pembimbing Pertama juga selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah memberikan ilmu, bimbingan, saran, kritik dan motivasi dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini,


(12)

4. Bapak Taharuddin, S.T., M.T., selaku Pembimbing Kedua, atas segudang ilmu, waktu dan bimbingannya selama kuliah khususnyaselama penulisan Tugas Akhir ini. Semoga Bapak dan keluarga bahagia selalu.

5. Bapak Darmansyah, S.T., M.T., selaku Penguji Pertama pada ujian Tugas Akhir yang telah memberikan saran, kritik dan waktunya dalam perbaikan skripsi ini. 6. Ibu Dr. Elida Purba S.T.,M.Sc., selaku Penguji kedua pada ujian Tugas Akhir

yang telah memberikan saran, kritik dan waktunya dalam perbaikan skripsi ini. Tuhan memberkati Ibu dan keluarga.

7. Seluruh Dosen Teknik Kimia Universitas Lampung, atas semua ilmu dan bekal masa depan yang akan selalubermanfaat.

8. Orang tua dan keluarga atas dukungan doa, nasehat dan semangatnya selama ini. 9. Mba’ Mutiara Dzikro selaku rekan dan sahabat seperjuangan saat suka dan duka

selama penyusunan Tugas Akhir yang telah banyak bekerja sama, memberikan masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Teman-teman angkatan Santika (yang selalu setia, meskipun jauh tapi dukungan dan semangatnya gak pernah putus), Yuli, Eva, Adel, Nina, Ipeh, Lisa, Wirna, Ayi, Oky, Nofra, Reo, Dedi, Rizka, Eca, Fuzie, Ella, Anis, Dani, Niar, Arjun, Adon, Irawan, Kriz, Alex, Hendro, Rido, Ajid, Harry. Serta adik tingkat Dery, Tosty, Nuel, Mumu, Vian, Mega, Rizka dan teman-teman lainnya terimakasih atas bantuan dan semangatnya selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini dan persaudaraannya dari awal kuliah sampai sekarang. Sukses buat kita semua.


(13)

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 15 Desember 2014 Penulis


(14)

i DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendirian Pabrik ... 1

B. Kegunaan Produk ... 2

C. Kapasitas Rancangan ... 3

1. Kebutuhan Pasar ... 4

a. Kebutuhan T-Butyl Alcohol di Indonesia ... 4

b. Kebutuhan T-Butyl Alcohol di Thailand ... 6

c. Kebutuhan T-Butyl Alcohol di Malaysia ... 7

2. Ketersediaan Bahan Baku ... 8

3. Kapasitas Minimum Pabrik ... 8

D. Harga Bahan Baku dan Produk ... 9

E. Lokasi Pabrik ... 9

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Macam-macam Proses ... 11

1T-Butyl Alcohol dengan Menggunakan Katalis Asam Sulfat ... 11

2T-Butyl Alcohol dengan Menggunakan Katalis Styrene Divinyl Benzene 12 B. Perbandingan Proses ... 12

1. Perhitungan Ekonomi Kasar ... 12

2. Kelayakan Teknis ... 16

C. Uraian Proses ... 21

III.SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK A. Bahan Baku ... 24


(15)

ii

C. Katalis ... 30

IV. NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI A. Neraca Massa ... 31

B. Neraca Energi ... 35

V. SPESIFIKASI PERALATAN A. Peralatan Proses ... 39

B. Peralatan Utilitas ... 49

VI. UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH A. Unit Pendukung Proses ... 73

B. Pengolahan Limbah ... 86

C.Laboratorium ... 87

D.Instrumentasi dan Pengendalian Proses ... 91

VII. LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik ... 93

B. Tata Letak Pabrik ... 95

C. Prakiraan Area Lingkungan ...97

VIII.SISTEM MANAJEMEN DAN OPERASI PERUSAHAAN A. Bentuk Perusahaan ... 101

B. Struktur Organisasi Perusahaan ... 104

C. Tugas dan Wewenang... 106

D. Status Karyawan dan Sistem Penggajian ... 109

E. Pembagian Jam Kerja Karyawan ... 110

F. Jumlah Tenaga Kerja ... 112

G. Kesejahteraan Karyawan ... 115

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI A. Investasi ... 124

B. Evaluasi Ekonomi ... 127

C. Angsuran Pinjaman ... 129

D. Discounted Cash Flow ... 129

X. KESIMPULAN DAN SARAN ... 131 DAFTAR PUSTAKA


(16)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1.1. Data Kebutuhan T-Butyl Alcohol ... 4

1.2. Data T-Butyl Alcohol di Thailand ... 6

1.3. Data T-Butyl Alcohol di Malaysia ... 7

1.4. Perusahaan yang Memproduksi T-Butyl Alcohol ... 8

1.5. Harga Bahan Baku dan Produk ... 9

2.1. Harga Bahan Baku, Katalis, dan Produk ... 12

2.2. Data Konstanta A, B, C, D untuk Cp cair dalam kj/kmol ... 17

2.3. Data Energi Pembentukan Standart ... 17

2.4. Data Energi Bebas Gibbs Standar ... 18

2.5. Energi Gibbs dan Entalpy Reaksi Pembentukan T-Butyl Alcohol ... 19

2.6. Perbandingan Proses Produksi T-Butyl Alcohol ... 20

3.1. Komposisi Raffinate C4Hydrocarbon (Major Isobutene) ... 24

4.1. Neraca Massa RE-201 ... 31

4.2. Neraca Massa DC-301 ... 32

4.3. Neraca MassaCD-301 ...……... 32

4.4. Neraca Massa RB-301 ...………... ... 33

4.5. Neraca Massa DC-302 ... 33

4.6. Neraca MassaCD-302 ...……... 34

4.7. Neraca Massa RB-301 ………... 34

4.8. Neraca Energi HE-101 ... 35

4.9. Neraca Energi HE-102 ……... 35

4.10. Neraca Energi RE-201 ...………... 36

4.11. Expansion Valve (EV-301) ...…... 36

4.12. Expansion Valve (EV-302) ... 36


(17)

iv

4.14. Neraca Energi DC-302 ... 37

4.15. Neraca Energi CO-401 ... 37

4.16. Perbandingan Beban Panas ... 38

4.17. Perbandingan Biaya Beban Panas ... 38

5.1. Spesifikasi Tangki Raffinate C4Hydrcarbon (ST-101) ... 39

5.2. Spesifikasi Tangki T-Butyl Alcohol (ST-401) ... 40

5.3. Spesifikasi Pompa Proses (P-101) ... 40

5.4. Spesifikasi Pompa Proses (P-102) ... 41

5.5. Spesifikasi Heater (HE-101) ... 41

5.6. Spesifikasi Heater (HE-102) ... 42

5.7. Spesifikasi Reactor (RE-201) ... 43

5.8. Spesifikasi Distillation Column (DC-301) ... 43

5.9. Spesifikasi Distillation Column (DC-302) ... 44

5.10. Spesifikasi Condensor (CD-301) ... 44

5.11. Spesifikasi Condensor (CD-302) ... 45

5.12. Spesifikasi Accumulator (AC-301) ... 45

5.13. Spesifikasi Accumulator (AC-302) ... 46

5.14. Spesifikasi Reboiler (RB-301) ... 46

5.15. Spesifikasi Reboiler (RB-302) ... 47

5.16. Spesifikasi Cooler (CO-401) ... 47

5.17. Spesifikasi Bak Sedimentasi (BS-401) ... 48

5.18. Spesifikasi Bak Penggumpal (BP-401) ... 48

5.19. Spesifikasi Clarifier (CF-401) ... 49

5.20. Spesifikasi Sand Filter (SF-401) ... 49

5.21. Spesifikasi Cooling Tower (CT-401) ... 49

5.22. Spesifikasi Cation Exchanger (CE-401) ... 50

5.23. Spesifikasi Anion Exchanger (AE-401) ... 51

5.24. Spesifikasi Deaerator (DA-401) ... 51

5.25. Spesifikasi Tangki Air Filter (TP-401) ... 52

5.26. Spesifikasi Tangki Air Demin (TP-402) ... 53

5.27. Spesifikasi Tangki Alum (TI-403).. ... 53


(18)

v

5.29. Spesifikasi Tangki Klorin (TI-405) …... 55

5.28. Spesifikasi Tangki Dispersant (TI-406) ... 55

5.29. Spesifikasi Tangki Inhibitor(TI-407) ...…………... 56

5.30. Spesifikasi Tangki Asam Sulfat (TI-408) ... 57

5.31. Spesifikasi Tangki Hydrazine (TI-409) ... 57

5.32. Spesifikasi Generator (G-501) ... 58

5.33. Spesifikasi Boiler (SG-501) ... 58

5.34. Spesifikasi Boiler (SG-502) ... 58

5.35. Spesifikasi Compressor (CP-401) ... 59

5.36. Spesifikasi Pompa Utilitas (PU-401) ... 59

5.37. Spesifikasi Pompa Utilitas (PU-402) ... 60

5.38. Spesifikasi Pompa Utilitas (PU-403) ... 60

5.39. Spesifikasi Pompa Utilitas (PU-404) ... 61

5.40. Spesifikasi Pompa Utilitas (PU-405) ……... 61

5.41. Spesifikasi Pompa Utilitas (PU-406) ... 62

5.42. Spesifikasi Pompa Utilitas (PU-407) ... 63

5.43. Spesifikasi Pompa Utilitas (PU-408) ... 63

5.44. Spesifikasi Pompa Utilitas (PU-409) ... 64

5.45. Spesifikasi Pompa Utilitas (PU-410) ... 64

5.46. Spesifikasi Pompa Utilitas (PU-411) ... 65

5.47. Spesifikasi Pompa Utilitas (PU-412) ... 66

5.48. Spesifikasi Pompa Utilitas (PU-413) ... 66

5.49. Spesifikasi Pompa Injeksi (PI-401) ... 67

5.50. Spesifikasi Pompa Injeksi (PI-402) ... 67

5.51. Spesifikasi Pompa Injeksi (PI-403) ... 68

5.52. Spesifikasi Pompa Injeksi (PI-404) ... 69

5.53. Spesifikasi Pompa Injeksi (PI-405) ... 69

5.54. Spesifikasi Pompa Injeksi (PI-406) ... 70

5.55. Spesifikasi Pompa Injeksi (PI-407) ... 70

6.1. Peralatan yang Membutuhkan Air Pendingin ... 75

6.2. Kebutuhan Air Sungai Pabrik ... 79


(19)

vi

6.4. Pengendalian Variabel Utaman ... 91

7.1. Perincian Luas Area Pabrik T-Butyl Alcohol ... 96

8.1. Jadwal Kerja Masing-masing Regu ……... 111

8.2. Jumlah Operator Berdasarkan Jenis Alat ... 112

8.3. Penggolongan Jumlah Tenaga Kerja ……... 113

9.1. Fixed Capital Investment ... 125

9.2. Manufacturing Cost ... 126

9.3. General Expenses ... 127


(20)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

6.1.Cooling Tower………... 78

6.2. Diagram Cooling Tower System ... 79

7.1.Peta Lokasi Pabrik ... 98

7.2.Tata Letak Alat Proses ... 99


(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perkembangan industri di Indonesia semakin mengalami peningkatan. Pemerintah telah melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik fisik dan non-fisik. Salah satu wujud pembangunan itu adalah pembangunan industri di Indonesia. Peningkatan pembangunan pada sektor ini diharapkan dapat memberikan devisa bagi negara, menambah lapangan pekerjaan dan mengurangi ketergantungan terhadap produk negara lain.

Industri kimia belakangan ini terus berkembang secara terintegrasi. Perkembangan industri hilir dan juga industri bahan setengah jadi yang pesat selama ini, merupakan pendorong dibangunnya industri-industri hulu. Dengan kata lain, kebutuhan bahan baku atau penyedia bahan baku dalam sektor industri saling terkait. Oleh karena itu, pembangunan industri kimia haruslah seimbang antara industri hulu yang merupakan penyedia bahan baku, dengan industri hilir yang akan memproses bahan baku tersebut menjadi produk.


(22)

2

Sehubungan dengan hal di atas maka dibuatlah suatu prarancangan pabrik pembuatan T-Butyl Alcohol. Sampai saat ini T-Butyl Alcohol belum diproduksi di Indonesia, sehingga semua kebutuhan di dalam negeri masih harus diimpor. Meskipun dengan volume yang tidak terlalu besar, namun selama periode 2008–2012 impornya cenderung mengalami peningkatan (BPS, 2013). Maka di Indonesia perlu didirikan pabrik T-Butyl Alcohol diharapkan nantinya dapat memasarkan produk-produk dari bahan baku T-Butyl Alcohol dengan harga yang lebih murah, sekaligus dapat mempertahankan pasar dalam negeri serta dapat melakukan diversifikasi produk yang bernilai ekonomi lebih tinggi untuk memperbaiki perekonomian dan menambah pendapatan bangsa. Pendirian pabrik ini juga akan banyak menyerap tenaga kerja sehingga akan mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Indonesia dan akan membawa dampak yang positif dari segi sosial, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

T-Butyl Alcohol merupakan salah satu dari empat isomer Butanol yang dikenal juga dengan nama T-Butyl Alcohol, 2-Methyl-2-Propanol, Trimethyl Carbinol, sering disingkat dengan nama TBA dan memiliki rumus molekul C4H9OH (Kirk-Othmer, 1997).

B.Kegunaan Produk

Banyaknya industri yang memerlukan T-Butyl Alcohol membuktikan bahwa adanya kesempatan pasar yang cukup besar dalam produksi T-Butyl Alcohol. T-Butyl Alcoholtelah banyak digunakan dalam industri diantaranya yaitu :


(23)

3

a. Solvent dalam pembuatan cat

Pada pembutan cat, T-Butyl Alcohol berperan melarutkan atau mendispersi komponen-komponen pembentuk film. T-Butyl Alcohol dipakai sebagai latent solvent pada cat jenis Nitro Cellulose. Pabrik cat yang meproduksi cat jenis Nitro Cellulose yaitu PT. Propane Raya (Tangerang), PT. Gajah Maju Jaya (Tangerang) (Susyanto, Hery, 2014).

b. Penghilang cat (thinner)

T-Butyl Alcohol merupakan salah satu campuran pada thinner yang dipakai untuk melarutkan resin dalam cat atau mengencerkan cat (Susyanto, Hery, 2014).

c. Denaturan untuk etanol

d. Pelarut non reaktif untuk reaksi kimia

e. Digunakan dalam pembuatan parfum untuk menghilangkan air f. Penggerak oktan pada bensin tanpa timbal

C.Kapasitas Rancangan

Kapasitas produksi pabrik akan mempengaruhi perhitungan teknis maupun ekonomis dalam perancangan pabrik. Semakin besar kapasitas produksi maka kemungkinan keuntungan juga akan semakin besar. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kapasitas produksi antara lain :

1. Kebutuhan pasar

2. Ketersediaan bahan baku 3. Kapasitas minimum pabrik


(24)

4

1. Kebutuhan Pasar

Analisis pasar dilakukan berdasarkan kebutuhan T-Butyl Alcohol di Indonesia, Thailand dan Malaysia. Kebutuhan T-Butyl Alcohol di Indonesia selama ini terus mengalami peningkatan. Pemenuhan kebutuhan T-Butyl Alcohol dalam negeri sampai saat ini dengan melakukan impor dari negara Cina. Hal ini dikarenakan tidak ada produsen T-Butyl Alcohol di Indonesia.

a. Kebutuhan T-Butyl Alcohol di Indonesia

Tabel 1.1 Data Kebutuhan T-Butyl Alcohol di Indonesia

Tahun Kebutuhan (Ton)

2006 12.641

2007 9.993

2008 12.870

2009 17.926

2010 20.812

2011 21.773

2012 23.495

Sumber : Badan Pusat Statistik 2013

Grafik 1.1. impor T-Butyl Alcohol di Indonesia

y = 2287.x + 7921. R² = 0.885

0.000 5,000.000 10,000.000 15,000.000 20,000.000 25,000.000 30,000.000

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

ju m lah i m p o r T -B uty l A lco ho l ( to n) Tahun


(25)

5

Keterangan :

Pada Grafik 1.1, sumbu-x merupakan tahun ke-n

Tahun 2006 = Tahun ke-1

Tahun 2007 = Tahun ke-2

Tahun 2008 = Tahun ke-3

dan seterusnya sampai Tahun 2018 = Tahun ke-13

Untuk menghitung kebutuhan impor tahun berikutnya maka menggunakan persamaan garis lurus :

y = ax + b

Keterangan : y = kebutuhan impor T-Butyl Alcohol ton/tahun x = tahun ke-

b = intercept

a = gradien garis miring

Diperoleh persamaan garis lurus: y = 2287x + 7921 (ton/tahun)

Dari persamaan di atas diketahui bahwa kebutuhan Impor T-Butyl Alcohol di Indonesia pada tahun 2018 adalah :

y = 2287x + 7921


(26)

6

b. Kebutuhan T-Butyl Alcohol di Thailand Tabel 1.2 Data T-Butyl Alcohol di Thailand

Tahun Kebutuhan (Ton)

2006 2.365

2007 4.294

2008 9.626

2009 4.670

2010 9.454

2011 12.502

2012 20.258

Sumber : UN Data, 2013

Grafik 1.2.Kebutuhan T-Butyl Alcohol di Thailand Diperoleh persamaan garis lurus :

y = 442.7x2 - 1045x + 4349 (ton/tahun)

Berdasarkan pada perhitungan seperti perhitungan kebutuhan T-Butyl Alcohol di Indonesia, maka dapat diprediksi kebutuhan T-Butyl Alcohol di Thailand pada tahun 2018 ( 31.497 ton) adalah sebesar 30.000 ton.

y = 442.7x2- 1045x + 4349

R² = 0.851

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

K eb utu ha n T -B uta no l Tahun


(27)

7

c. Kebutuhan T-Butyl Alcohol di Malaysia

Tabel 1.3 Data Kebutuhan T-Butyl Alcohol di Malaysia

Tahun Kebutuhan (Ton)

2006 25.376

2007 45.419

2008 38.985

2009 53.169

2010 52.609

2011 48.349

2012 44.864

Sumber : UN Data, 2013

Grafik 1.3.Kebutuhan T-Butyl Alcohol di Malaysia

Diperoleh persamaan garis lurus :

y = -1622.x2 + 15761x + 13510 (ton/tahun)

Berdasarkan pada perhitungan seperti perhitungan kebutuhan T-Butyl Alcohol di Indonesia, maka dapat diprediksi kebutuhan T-Butyl Alcohol di Malaysia pada tahun 2018 (69.154 ton) adalah sebesar 60.000 ton.

y = -1622.x2+ 15761x + 13510

R² = 0.793

0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

K ebutuha n T -B uty l Alco ho l Tahun


(28)

8

2. Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan pada pabrik ini yaitu :

a. Isobutene dalam bentuk Raffinate Hidrokarbon C4 (major isobutene) diperoleh dari PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk, yang terletak di Cilegon, Banten. Kapasitas produksi Raffinate Hidrokarbon C4 (major

isobutene) sebesar 90.000 ton/tahun.

b. Air diperoleh dari sungai yang dekat pendirian pabrik ini yaitu Sungai Ciujung.

3. Kapasitas minimum pabrik

Selain meninjau kebutuhan dalam negeri, penentuan kapasitas pabrik juga meninjau pabrik-pabrik di dunia yang memproduksi T-Butyl Alcohol.

Tabel. 1.4 Perusahan yang memproduksi T-Butyl Alcohol

No. Perusahaan Kapasitas Ton/tahun

1. Sinopec Qilu Co. 50.000

2. Shandong Jianlan 20.000

3. Sinopec Yanshan Co. 20.000

4. Sinopec Yazi-BASF 100.000

Sumber : Institute of Resources and Enviromental Information Engineering, 2012

Dengan demikian, pabrik T-Butyl Alcohol dirancang dengan kapasitas 50.000 ton/tahun berdasarkan kebutuhan T-Butyl Alcohol di Indonesia, Thailand dan Malaysia. Kapasitas produksi T-Butyl Alcohol sebesar 50.000 ton/tahun diharapkan dapat memenuhi 70% kebutuhan T-Butyl Alcohol di Indonesia dan 30% kebutuhan T-Butyl Alcohol di Thailand dan Malaysia.


(29)

9

D.Harga Bahan Baku dan Produk

Tabel 1.5. Harga Bahan Baku dan Produk

Bahan Harga (Rp/kg)

Produk* : T-Butyl Alcohol 54.680 Bahan Baku** : Raffinate Hidrocarbon C4

(major isobutene) 13.500

Sumber : * : icisprice, 2014

** : PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk, 2014

E.Lokasi Pabrik

Pemilihan lokasi merupakan hal yang penting dalam perancangan suatu pabrik karena berhubungan langsung dengan nilai ekonomis dari pabrik yang akan didirikan. Pertimbangan pemilihan lokasi pada umumnya sebagai berikut : 1. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam pabrik T-Butyl Alcohol ini adalah Isobutene berupa Raffinate C4 Hidrokarbon (major isobutene) yang diperoleh dari PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk, Cilegon dan air diperoleh dari laut. Maka direncanakan pendirian pabrik pembuatan T-Butyl Alcohol di Bojonegara, Provinsi Banten.

2. Pemasaran

Daerah merupakan kawasan industri. Hal ini berarti memperpendek jarak antara pabrik T-Butyl Alcohol dengan pabrik-pabrik yang membutuhkannya.


(30)

10

3. Utilitas

Lokasi pabrik cukup dekat dengan sumber air. Kebutuhan air dapat dipenuhi dengan mengolah air yang berasal dari Sungai Ciujung yang terletak di daerah dekat lokasi pabrik.

4. Tenaga kerja

Tenaga kerja di Indonesia cukup banyak sehingga penyediaan tenaga kerja tidak sulit untuk diperoleh. Tenaga kerja yang berpendidikan menengah atau kejuruan dapat diambil dari daerah sekitar pabrik. Sedangkan untuk tenaga kerja ahli dapat didatangkan dari kota lain. Disamping itu lokasi pabrik mudah dijangkau untuk transportasi angkutan yang beroperasi permanen pada daerah lokasi pabrik.

5. Transportasi

Lokasi pabrik mudah dijangkau karena dekat dengan Pelabuhan Merak sehingga mudah dalam pengiriman bahan baku maupun pemasan produk serta terdapat transportasi yang lancar baik darat maupun laut.

6. Perijinan

Lokasi pabrik dipilih pada daerah khusus untuk kawasan industri, sehingga memudahkan dalam perijinan pendirian pabrik.


(31)

24

BAB III

SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK

A.Bahan Baku

Bahan baku pembuatan T-Butyl Alcohol terdiri dari : 1. Raffinate C4Hidrocarbon (Major isobutene):

Tabel 3.1 Komposisi Raffinate C4Hidrocarbon (Major isobutene)

Komposisi Raffinate % massa Titik didih (°C)

i-C4H10(inert) 7,7 -11,72

i-C4H8 58,3 -6,26

1- C4H8 17,6 -6,25

n-C4H10(inert) 11,0 -0,5

c- C4H8 2,2 3,72

t- C4H8 3,3 3,72

Total 100

Sumber : PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk, 2014

a. Isobutene

Rumus molekul : C4H8 Gugus fungsi : CH3

CH3 C CH2 Berat molekul : 56,108 kg/kmol


(32)

25

Titik leleh : -140,34 °C Titik didih : -6,90 °C Temperatur kritis : 144,75 °C Tekanan kritis : 39,48 atm

∆Hƒ°298 (1 atm) : -16,9 kJ/mol

∆Gƒ°298 (1 atm) : 58,11 kJ/mol

Sumber :Ullman’s, 2005

b. 1-Butene

Rumus molekul : 1-C4H8

Gugus fungsi : CH3 CH3

C

CH2

Berat molekul : 56,108 kg/kmol

Wujud : Gas

Titik leleh : -185,35 °C Titik didih : -6,25 °C Temperatur kritis : 146,45 °C Tekanan kritis : 39,67 atm

∆Hƒ°298 (1 atm) : -0,04 kJ/mol

∆Gƒ°298 (1 atm) : 71,38 kJ/mol


(33)

26

c. cis-2-Butene

Rumus molekul : c-C4H8 Berat molekul : 56,108 kg/kmol

Wujud : Gas

Titik leleh : -138,92 °C Titik didih : 3,72 °C Temperatur kritis : 162,43 °C Tekanan kritis : 41,45 atm

∆Hƒ°298 (1 atm) : -6,91 kJ/mol

∆Gƒ°298 (1 atm) : 65,98 kJ/mol

Sumber :Ullman’s, 2005

d. trans-2-Butene

Rumus molekul : t-C4H8

Berat molekul : 56,108 kg/kmol Titik leleh : -105,53 °C Titik didih : 0,88 °C Temperatur kritis : 155,48 °C Tekanan kritis : 40,46 atm

∆Hƒ°298 (1 atm) : -11,1 kJ/mol

∆Gƒ°298 (1 atm) : 63,10 kJ/mol

Wujud : Gas


(34)

27

e. i-butane (inert)

Rumus molekul : i-C4H10

Gugus fungsi : CH3 CH3

C

CH2

Berat molekul : 58,123 kg/kmol Titik leleh : -159,61 °C Titik didih : -11,72 °C Temperatur kritis : 134,99 °C Tekanan kritis : 36 atm

Wujud : Gas

Sumber :Ullman’s, 2005 Yaws, 2008

f. n-Butane (inert)

Rumus molekul : n-C4H10 Berat molekul : 58,123 kg/kmol Titik leleh : -138,29 °C Titik didih : -0,5 °C Temperatur kritis : 152,03 °C Tekanan kritis : 37,47 atm

Wujud : Gas

Sumber :Ullman’s, 2005 Yaws, 2008

2. Air Proses

Rumus Molekul : H2O

Gugus fungsi : H-O-H


(35)

28

Warna : Tak berwarna

Wujud : Cair

Densitas : 1 gr/liter

Titik Didih : 100o C

Titik Beku : 0 oC

Temperatur kritis : 374 °C = 647,1 K Tekanan kritis : 218 atm = 220,55 bar

∆Hƒ°298 : -285,830 kJ/mol

∆Gƒ°298 : -237,129 kJ/mol

pH : 7-8

(Yaws, 2008)

B. Produk

a. T-Butyl Alcohol (TBA)

Rumus molekul : C4H9OH

Gugus fungsi :

Nama lain : 2-Methyl-2-Propanol

Berat molekul : 74,124 Kg/Kmol

Warna : tidak berwarna

Wujud : Cair

Titik didih : 82,42 °C

Titik leleh : 25,82 °C


(36)

29

Tekanan kritis : 39,20 atm = 39,72 bar

Densitas : 0,775 g/mL

∆Hƒ°298 : −360,04 kJ/mol

∆Gƒ°298 : -375,2 kJ/mol

∆S°298 : 189,5 J/mol

(Kirk-Othmer, 1997)

b. Sec-Butyl Alcohol

Rumus molekul : C4H9OH

Gugus fungsi :

Nama lain :2-Butanol

Berat molekul : 74,124 Kg/Kmol

Warna : tidak berwarna

Wujud : Cair

Titik didih : 99,55 °C

Titik leleh : -114,7 °C

Temperatur kritis : 262,90 °C Tekanan kritis : 4179 kPa

∆Hƒ°298 : -343,3 kj/mol


(37)

30

C. Katalis

Styrene Divinyl Benzene

Rumus molekul : C18H18O3S

Temperatur operasi maksimum : 393 K = 119,85 °C

Rumus molekul : C18H18O3S

Bentuk katalis : butiran

Diameter partikel katalis (Dp) : 6,3 mm = 0,63 cm

Densitas bulk katalis (ρB) : 1187 kg/m3

Porositas (ε) : 0,450


(38)

101

BAB VIII

SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

A. Bentuk Perusahaan

Perusahaan adalah suatu unit kegiatan ekonomi yang diorganisasikan dan dioperasikan untuk menyediakan barang dan jasa bagi konsumen agar memperoleh keuntungan. Bila dilihat dari tanggung jawab pemiliknya, maka perusahaan atau badan usaha dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Perusahaan Perseorangan

Perusahaan Perseorangan yaitu badan usaha yang didirikan, dimiliki, dan dimodali oleh satu orang. Pemilik juga bertindak sebagai pemimpin. Pemilik bertanggung jawab penuh atas segala hutang/kewajiban perusahaan dengan seluruh hartanya, baik yang ditanamkan pada perusahaan maupun harta pribadinya.

2. Perusahaan Firma

Perusahaan Firma yaitu badan usaha yang didirikan dan dimiliki oleh beberapa orang dengan memakai satu nama (salah satu anggota atau nama lain) untuk kepentingan bersama. Semua anggota firma bertindak sebagai pemimpin perusahaan dan bertanggung jawab penuh atas segala


(39)

102

kewajiban/hutang firma dengan seluruh hartanya, baik harta yang ditanamkan pada perusahaan maupun harta pribadinya.

3. Perusahaan Komanditer

Perusahaan Komanditer yaitu badan usaha yang didirikan oleh dua orang atau lebih dimana sebagian anggotanya duduk sebagai anggota aktif dan sebagian yang lain sebagai anggota pasif. Anggota aktif yaitu anggota yang bertugas mengurus, mengelola, dan bertanggung jawab atas maju mundurnya perusahaan. Anggota aktif bertanggung jawab penuh atas kewajiban perusahaan dengan seluruh harta bendanya, baik yang ditanamkan pada perusahaan maupun harta pribadinya. Sedangkan anggota pasif yaitu anggota yang hanya berperan memasukkan modalnya ke perusahaan.

4. Perseroan Terbatas (PT)

Perseroan Terbatas yaitu badan usaha yang modalnya didapatkan dari penjualan saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan atau PT. Setiap pemegang saham memiliki tanggung jawab pada sejumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan dan setiap pemegang saham adalah pemilik perusahaan sedangkan pengurus perusahaan adalah direksi beserta stafnya yang diawasi oleh dewan komisaris.

Bentuk perusahaan yang dipakai untuk mendirikan pabrik T-Butyl Alcohol yaitu:


(40)

103

 Bentuk perusahaan : Perseroan Terbatas (PT)  Lapangan Usaha : Industri T-Butyl Alcohol

 Lokasi perusahaan : Kawasan industri Bojonegara, Banten.

Alasan dipilihnya bentuk Perseroan Terbatas berdasarkan atas beberapa faktor:

1. Mudah mendapatkan modal dengan menjual saham perusahaan.

2. Tanggung jawab pemegang saham terbatas sehingga kelancaran produksi hanya dipegang oleh pimpinan perusahaan.

3. Pemilik dan pengurus perusahaan terpisah satu sama lain.

4. Lapangan usaha lebih luas karena suatu PT dapat menarik modal yang sangat besar dari masyarakat sehingga dengan modal ini PT dapat memperluas usaha sehingga kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin, karena tidak terpengaruh dengan berhentinya pemegang saham, Manager beserta staff-nya dan karyawan perusahaan.

5. Kepemilikan dapat berganti-ganti dengan jalan memindahkan hak milik dengan cara menjual saham kepada orang lain.

6. Efisiensi dari manajemen. Para pemegang saham dapat memilih orang yang ahli sebagai Dewan Komisaris dan Manager yang cakap dan berpengalaman.


(41)

104

B. Struktur Organisasi Perusahaan

Salah satu faktor yang menunjang kemajuan perusahaan adalah struktur organisasi yang terdapat dan dipergunakan oleh perusahaan tersebut. Manfaat adanya struktur organisasi sebagai berikut :

a. Menjelaskan dan menjernihkan persoalan mengenai pembatasan tugas, tanggung jawab, wewenang dan lain-lain.

b. Sebagai bahan orientasi untuk pejabat. c. Penempatan pegawai yang lebih tepat.

d. Penyusunan program pengembangan manajemen.

e. Mengatur kembali langkah kerja dan prosedur kerja yang berlaku bila terbukti kurang lancar.

Pola hubungan kerja dan lalu lintas wewenang berdasarkan struktur dapat dibedakan menjadi 3 sistem organisasi, yaitu :

1) Organisasi garis

Merupakan organisasi yang sederhana, jumlah karyawan sedikit dan mempunyai hubungan darah. Pimpinan bersifat diktator.

2) Organisasi lineandstaff Merupakan organisasi yang memiliki 2 kelompok yang berpengaruh dalam menjalankan organisasi.

a. Sebagai staff yaitu orang-orang yang melakukan tugas sesuai dengan keahliannya, dalam hal ini berfungsi untuk memberi saran-saran kepada unit operasional.


(42)

105

b. Sebagai garis atau line yaitu orang-orang yang menjalankan tugas pokok organisasi dalam rangka mencapai tujuan.

3) Organisasi fungsional

Merupakan organisasi yang berdasarkan pembagian tugas dan kegiatannya berdasarkan spesialisasi yang dimiliki oleh pejabat-pejabatnya.

Berdasarkan pedoman tersebut maka untuk memperoleh struktur organisasi yang baik, maka dipilih sistem Line and Staff. Pada sistem ini, garis kekuasaan lebih sederhana dan praktis. Demikian pula dalam pembagian tugas kerja seperti yang terdapat dalam sistem organisasi fungsional, sehingga seorang karyawan hanya akan bertanggung jawab pada seorang atasan saja. Bagan struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 8.1.

Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya diwakili oleh Dewan Komisaris, sedangkan tugas untuk menjalankan perusahaan dilaksanakan Direktur Utama dibantu oleh Direktur Teknik dan Produksi serta Direktur Keuangan dan Umum, dimana Direktur Produksi membawahi bagian teknik dan produksi. Sedangkan Direktur Keuangan dan Umum membawahi bagian pemasaran, keuangan dan umum. Masing-masing Kepala Bagian akan membawahi beberapa seksi yang dikepalai oleh Kepala Seksi dan masing-masing seksi akan membawahi dan mengawasi para karyawan perusahaan pada masing-masing bidangnya.


(43)

106

Dalam struktur organisasi perusahaan, setiap bawahan hanya mempunyai satu garis tanggung jawab kepada atasannya dan setiap atasan hanya memiliki satu garis komando kepada bawahannya.

C. Tugas dan Wewenang 1. Pemegang Saham

Pemegang saham adalah beberapa orang yang mengumpulkan modal untuk kepentingan pendirian dan berjalannya operasi perusahaan tersebut. Kekuasaan tertinggi pada perusahaan yang mempunyai bentuk Perseroan Terbatas (PT) adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada RUPS tersebut para pemegang saham berwenang :

a. Mengangkat dan memberhentikan Dewan Direksi.

b.Mengesahkan hasil-hasil serta neraca perhitungan untung-rugi tahunan dari perusahaan.

2. Dewan Direksi a. Direktur Utama

Direktur Utama merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap maju mundurnya perusahaan. Direktur Utama bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris atas segala tindakan dan kebijaksanaan yang diambil sebagai pimpinan perusahaan.


(44)

107

Direktur Utama membawahi Direktur Teknik dan Produksi dan Direktur Keuangan dan Umum.

Tugas Direktur Utama antara lain :

 Melaksanakan kebijakan perusahaan dan mempertanggung jawabkan

pekerjaannya pada pemegang saham pada akhir masa jabatannya.  Menjaga stabilitas organisasi perusahaan dan membuat kontinuitas

hubungan yang baik antara pemilik saham, pimpinan, konsumen dan karyawan.

 Mengangkat dan memberhentikan Kepala Bagian dengan persetujuan

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

 Mengkoordinir kerjasama dengan Direktur Teknik dan Produksi serta

Direktur Keuangan dan Umum.

b. Direktur

Secara umum tugas Direktur adalah mengkoordinir, mengatur dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan dalam lingkungan bagiannya sesuai dengan garis-garis yang diberikan oleh pimpinan perusahaan. Direktur terdiri dari direktur Teknik dan Produksi, serta Direktur Keuangan dan Umum yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

Tugas Direktur Teknik dan Produksi antara lain :

 Bertanggung jawab kepada Direktur Utama dalam bidang produksi


(45)

108

 Mengkoordinir, mengatur dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan

Manager yang menjadi bawahannya.

Tugas Direktur Keuangan dan Umum antara lain :

 Bertanggung jawab kepada Direktur Utama dalam bidang keuangan,

pemasaran dan pelayanan umum.

 Mengkoordinir, mengatur dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan

Manager yang menjadi bawahannya.

c. Staff Ahli

Staff ahli terdiri dari tenaga-tenaga ahli yang bertugas membantu Manager dalam menjalankan tugasnya baik yang berhubungan dengan teknik maupun administrasi. Staff ahli bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

Tugas dan wewenang Staff Ahli meliputi :

 Memberikan nasehat dan saran dalam perencanaan pengembangan

perusahaan.

 Mengadakan evaluasi bidang teknik dan ekonomi perusahaan.  Memberikan saran-saran dalam bidang hukum.

d. Manager

Secara umum tugas Manager adalah mengkoordinir, mengatur dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh kepala-kepala bagian dalam membawahi seksi yang dipimpinnya, sesuai dengan garis


(46)

109

komando yang diberikan oleh Direktur Perusahaan. Manager terdiri dari Manager Teknik dan Produksi, Manager Pemasaran dan Distribusi, Manager Personalia dan Umum serta Manager Keuangan.

D. Status Karyawan dan Sistem Penggajian

Pada pabrik T-Butyl Alcohol ini sistem penggajian karyawan berbeda-beda tergantung pada status karyawan, kedudukan, tanggung jawab dan keahlian. 1. Status Karyawan

a. Karyawan Tetap

Yaitu karyawan yang diangkat dan diberhentikan dengan SK Direksi dan mendapat gaji bulanan sesuai dengan kedudukan, keahlian dan masa kerja.

b. Karyawan Harian

Yaitu karyawan yang diangkat dan diberhentikan dengan SK Direksi dan mendapat upah harian yang dibayar tiap akhir pekan.

c. Karyawan Borongan

Yaitu karyawan yang digunakan oleh pabrik bila diperlukan saja. Karyawan ini menerima upah borongan untuk suatu perusahaan.

2. Penggolongan dan Gaji a. Gaji bulanan

Gaji ini diberikan kepada karyawan tetap. Besarnya gaji sesuai dengan peraturan perusahaan.


(47)

110

b. Gaji harian

Gaji ini diberikan kepada karyawan tidak tetap atau buruh harian. c. Gaji lembur

Gaji ini diberikan kepada karyawan yang bekerja melebihi jam kerja yang telah ditetapkan. Besarnya sesuai dengan peraturan perusahaan.

E. Pembagian Jam Kerja Karyawan

Pabrik T-Butyl Alcohol direncanakan beroperasi 330 hari selama satu tahun dan 24 jam perhari. Sisa hari yang bukan hari libur digunakan untuk perbaikan atau perawatan dan shutdown. Sedangkan pembagian jam kerja karyawan

digolongkan dalam 2 golongan, yaitu : 1. Karyawan Non-Shift

Karyawan non-shift adalah para karyawan yang tidak menangani proses produksi secara langsung. Termasuk karyawan non-shift yaitu Direktur, Staff Ahli, Kepala Bagian, Kepala Seksi serta bawahan yang berada di kantor. Karyawan non-shift dalam satu minggu akan bekerja selama 6 hari dengan pembagian jam kerja sebagai berikut :

Jam kerja :

 Hari Senin - Jumat : jam 08.00 - 15.00  Hari Sabtu : jam 08.00 - 12.00

Jam istirahat :

 Hari Senin – Kamis : jam 12.00 – 13.30  Hari Jumat : jam 11.00 – 13.00


(48)

111

2. Karyawan Shift

Karyawan Shift adalah karyawan yang secara langsung menangani proses produksi atau mengatur bagian-bagian tertentu dari pabrik yang mempunyai hubungan dengan masalah keamanan dan kelancaran produksi. Yang termasuk karyawan Shift antara lain karyawan unit proses, utilitas, laboratorium, sebagian dari bagian teknis, bagian gudang dan bagian-bagian yang harus selalu siaga untuk menjaga keselamatan serta keamanan pabrik.

Para karyawan shift akan bekerja bergantian sehari semalam, dengan pengaturan sebagai berikut :

Karyawan Produksi dan Teknik :

Shift pagi : jam 07.00 – 15.00  Shift siang : jam 15.00 – 23.00  Shift malam : jam 23.00 – 07.00 Karyawan Keamanan :

Shift pagi : jam 06.00 – 14.00  Shift siang : jam 14.00 – 22.00  Shift malam : jam 22.00 – 06.00

Untuk Karyawan Shift dibagi dalam 4 regu dimana 3 regu bekerja dan 1 regu istirahat dan dikenakan secara bergantian. Tiap regu akan mendapat giliran 3 hari kerja dan 1 hari libur tiap-tiap shift dan masuk lagi untuk shift berikutnya. Jadwal kerja masing-masing regu ditunjukkan dalam tabel berikut ini.


(49)

112

Tabel 8.1. Jadwal kerja masing-masing regu Tanggal

Shift 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

A P S M P S M P S M P S M B S M P S M P S M P S M C M P S M P S M P S M P D P S M P S M P S M P S

Tanggal

Shift 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

A P S M P S M P S M P S M B P S M P S M P S M P S M C S M P S M P S M P S M P D M P S M P S M P S M P S

Keterangan :

P = Pagi M = Malam S = Siang = Libur

Jadi, untuk kelompok kerja shift pada hari ke 13, jam kerja shift kembali seperti hari pertama, maka waktu siklus selama 13 hari.

Kelancaran produksi dari suatu pabrik sangat dipengaruhi oleh faktor kedisplinan karyawannya. Untuk itu kepada seluruh karyawan diberlakukan absensi dan masalah absensi ini akan digunakan pimpinan perusahaan sebagai dasar dalam mengembangkan karir para karyawan dalam perusahaan.

F. Jumlah Tenaga Kerja

Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur produksi yang berperan penting dalam perencanaan suatu pabrik. Tenaga Kerja dalam Pabrik T-Butyl Alcoholini disusun berdasarkan tingkat kedudukan dan jenjang pendidikan dalam organisasi (Tabel 8.3). Penentuan jumlah karyawan pabrik pembuatan T-Butyl


(50)

113

Alcohol yang berkapasitas 50.000 ton/tahun, digunakan literatur (Ulrich, 1984) Tabel 6-2. hal 329. Jumlah karyawan harus ditentukan dengan tepat dengan cara menghitung jumlah karyawan proses per unit regu, dan rincian karyawan yang lain ditentukan, sehingga semua pekerjaan yang ada dapat diselengarakan dengan baik dan efektif. Rincian jumlah karyawan serta jumlah operator yang bekerja di pabrik T-Butyl Alcohol terdapat di Tabel 8.2 dan 8.3 di bawah ini :

Tabel 8.2 Jumlah Operator Berdasarkan Jenis Alat

No. Alat Proses Koefisien Jumlah

alat

Jml operator (orang/shift)

1. Reaktor 0.5 1 1

2. Distillation Column 0.2 2 1

4. Condensor 0.1 2 1

3. Reboiler 0.1 2 1

5. Heater 0.1 2 1

6. Cooler 0.1 1 1

7. Storage 0.5 2 1

7

Alat Utilitas

1. Cooling Tower 1 1 1

2. Boiler 1 1 1

4. Water treatment plants 2 1 1

Subtotal 3

Total operator/shift 10

Terdapat 4 kelompok shift

Jumlah total operator 40


(51)

114

Rincian jumlah karyawan yang bekerja di pabrik T-Butyl Alcohol pada tabel di bawah ini :

Tabel 8.3. Penggolongan jumlah tenaga kerja

Jabatan Jenjang Pendidikan Jumlah

Direktur Utama S1-S3 1

Direktur Teknik dan Produksi S1- S3 1

Direktur Keungan dan Umum S1- S3 1

Staf Ahli S1-S3 2

Manager S1-S2 5

Sekretaris Direktur S1-S2 3

Sekretaris Manager S1-S2 5

Karyawan Shift :

Proses & Utilitas D3-S1 40

Laboratorium D3-S1 8

Keamanan SMU-D3 8

Karyawan Non-Shift :

Karyawan Litbang S1 4

Karyawan personalia S1 4

Humas S1 2

Pembelian D3-S1 4

Pemasaran D3-S1 4

Administrasi S1 4

Kas S1 4

Pemeliharaan S1 4

Paramedis D3-S1 4

Distributor D3-S1 4

Dokter S1-S2 2

Cleaning service SMU 6

Satpam SMU 8

Supir SMU 4

Pesuruh SMU 4


(52)

115

G. Kesejahteraan Karyawan

Salah satu faktor dalam meningkatkan efektifitas kerja pada perusahaan ini adalah kesejahteraan bagi karyawan. Kesejahteraan karyawan yang diberikan oleh perusahaan pada karyawan antara lain berupa :

1. Tunjangan

a) Tunjangan berupa gaji pokok yang diberikan berdasarkan golongan karyawan yang bersangkutan.

b) Tunjangan jabatan diberikan berdasarkan jabatan yang dipegang.

c) Tunjangan lembur yang diberikan kepada karyawan yang bekerja diluar jam kerja berdasarkan jumlah jam kerja.

d) Cuti

 Cuti tahunan diberikan kepada setiap karyawan selama 12 hari kerja

dalam 1 tahun.

 Cuti sakit diberikan kepada karyawan yang menderita sakit

berdasarkan keterangan dokter. e) Pakaian Kerja

Pakaian kerja diberikan kepada setiap karyawan sejumlah 3 pasang. f) Pengobatan

 Biaya pengobatan bagi karyawan yang menderita sakit yang

diakibatkan oleh kerja ditanggung perusahaan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.


(53)

116

 Biaya pengobatan bagi karyawan yang menderita sakit tidak

disebabkan oleh kecelakaan kerja diatur berdasarkan perusahaan.

g) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)

Asuransi tenaga kerja diberikan oleh perusahaan bila karyawannya lebih dari 10 orang atau dengan gaji karyawan Rp. 1.000.000,00 per bulan.

2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kegiatan yang dilakukan dalam rangka kesehatan dan keselamatan kerja antara lain : mengawasi keselamatan jalannya operasi proses, bertanggung jawab terhadap alat-alat keselamatan kerja, bertindak sebagai instruktur safety, membuat rencana kerja pencegahan kecelakaan, membuat prosedur darurat agar penanggulangan kebakaran dan kecelakaan proses berjalan dengan baik, mengawasi kuantitas dan kualitas bahan buangan pabrik agar tidak berbahaya bagi lingkungan.

Pelaksanaan tugas dalam kesehatan dan keselamatan kerja berdasarkan :  UU No. 1/1970

Menangani keselamatan kerja karyawan yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja.

 UU No. 2/1951

Mengenai ganti rugi akibat kecelakaan kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja.


(54)

117

Mengenai ketentuan pokok pengolahan lingkungan hidup yang dikeluarkan oleh Menteri Negara Kelestarian Lingkungan Hidup

 PP No. 29/1986

Mengenai ketentuan AMDAL yang dikeluarkan oleh Menteri Negara Kelestarian Lingkungan Hidup.

Dalam proses produksi, pabrik T-Butyl Alcoholini menggunakan bahan baku utama dan bahan baku penunjang yang mempunyai karakter berbeda-beda. Beberapa karakter tersebut berpotensi menimbulkan bahaya. Karena itu diperlukan usaha-usaha khusus agar keamanan dan keselamatan kerja terjamin. Pengetahuan dan peraturan keamanan dan keselamatan kerja diinformasikan secara intensif kepada para karyawan dan setiap orang yang berada di lingkungan pabrik. Tim khusus dibentuk untuk menangani masalah keamanan dan keselamatan kerja. Beberapa hal penting mengenai keamanan dan keselamatan kerja di pabrik T-Butyl Alcohol ini :

a.Perusahaan bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan kerja di lingkungan pabrik.

b.Perusahaan menyediakan perlengkapan perlindungan kerja sesuai kebutuhan.

c.Perusahaan mengikutsertakan seluruh karyawan dalam program JAMSOSTEK sebagaimana tercantum dalam UU No.3/1992.

d.Perusahaan memasang rambu-rambu tanda bahaya dan menyusun petunjuk praktis dalam menangani suatu kecelakaan.


(55)

118

Ada beberapa bahaya yang dapat terjadi di lingkungan pabrik ini, salah satunya adalah bahaya kebakaran. Ada 3 unsur utama yang terlibat dalam proses pembakaran, yaitu bahan bakar, udara, dan panas (berperan sebagai pemicu awal kebakaran). Agar tidak terjadi kebakaran, unsur panas yang harus ditiadakan di lingkungan pabrik, terutama di daerah-daerah yang berpotensi timbul api. Beberapa unsur penyebab timbulnya panas adalah percikan api, nyala api (seperti pemantik dan korek api), listrik, gesekan, dan matahari.

Dalam usahanya mencegah bahaya, pabrik T-Butyl Alcohol ini telah membuat peraturan tentang keamanan dan keselamatan kerja. Setiap orang yang akan memasuki lingkungan, khususnya daerah plant, diwajibkan memakai perlengkapan keselamatan seperti helm, safety glass, dan safety shoes. Bagi pegawai, pemakaian perlengkapan keselamatan tambahan seperti ear plug, sarung tangan, face shield, chemical suite, dan chemical pant jika bekerja di lingkungan yang mewajibkannya. Sarung tangan disesuaikan dengan kebutuhan. Sarung tangan katun digunakan jika bekerja dengan benda licin, chemical glove digunakan jika bekerja dengan bahan kimia, rubber glove digunakan jika bekerja dengan listrik, asbes glove digunakan jika pekerjaannya melibatkan panas, dan welder atau ladder glove dipakai jika hendak menangani benda-benda tajam dan percikan api.


(56)

119

Selain perlengkapan keselamatan kerja, setiap karyawan juga diwajibkan mempunyai izin kerja. Tujuannya agar para pegawai mengenal dan dapat meminimalisasi timbulnya bahaya yang mungkin timbul di lingkungan kerjanya.

Izin-izin kerja yang terdapat di pabrik T-Butyl Alcohol ini adalah :

1.Cold work permit, merupakan izin untuk bekerja di lingkungan yang tidak menimbulkan api dan panas, termasuk alat-alat yang digunakan.

2.Hot work permit, merupakan izin untuk bekerja di lingkungan yang menggunakan api atau panas.

3.Confined space entry permit, merupakan izin untuk bekerja di ruang tertutup. Sebelumnya dilakukan pengujian terhadap kandungan gas-gas berbahaya kadar oksigen dalam ruang tersebut.

4.Excavation work permit, merupakan izin untuk melakukan penggalian di lingkungan pabrik dengan kedalaman minimal 1,5 m dari permukaan tanah. Sebelum melakukan penggalian, pekerja harus memastikan ada tidaknya pipa bawah tanah di dalam daerah yang akan digali dengan membaca skema pabrik.

5.Electrical work permit, merupakan izin untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan instalasi listrik yang terpasang di pabrik.

6.Vehicle entry permit, merupakan izin untuk membawa masuk kendaraan ke dalam pabrik. Kendaraan yang diperbolehkan masuk ke dalam pabrik adalah kendaraan diesel (bahan bakar solar) dan harus melalui rute yang ditentukan


(57)

120

oleh petugas safety atau supervisor setempat. Bila perlu, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap gas buang kendaraan.

Selain itu, dilarang membawa peralatan elektronika yang tidak explosion prove (seperti handphone, kamera, dan lain-lain). Apabila terjadi kecelakaan, korban yang sakit harus dibawa ke klinik pabrik, sebelum dibawa ke rumah sakit atau sarana kesehatan lain di luar lingkungan pabrik.

Dalam lingkungan pabrik terdapat divisi khusus yang disebut emergency response team. Divisi ini terdiri dari personil-personil fire safety, operasi keamanan, dan tim kesehatan. Pada saat terjadi keadaan yang membahayakan, semua orang akan dipindahkan ke daerah evakuasi. Jika setelah didata ada orang yang hilang, divisi ini akan mencari orang yang hilang tersebut. Dalam lingkungan pabrik terdapat alarm dan beberapa alat dilengkapi dengan automatic shutdown system untuk mengantisipasi meluasnya bahaya.

H. Manajemen Produksi

Manajemen produksi merupakan salah satu bagian dari manajemen perusahaan yang fungsi utamanya adalah menyelenggarakan semua kegiatan untuk memproses bahan baku menjadi produk, jadi dengan mengatur penggunaan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga proses produksi berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Manajemen produksi meliputi manajemen perencanaan dan pengendalian produksi. Tujuan perencanaan dan pengendalian


(58)

121

produksi adalah mengusahakan agar diperoleh kualitas produksi yang sesuai dengan rencana dan dalam jangka waktu yang tepat. Dengan meningkatnya kegiatan produksi maka selayaknya untuk diikuti dengan kegiatan perencanaan dan pengendalian agar dapat dihindarkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang tidak terkendali.

Perencanaan ini sangat erat kaitannya dengan pengendalian, dimana perencanaan merupakan tolak ukur bagi kegiatan operasional, sehingga penyimpangan yang terjadi dapat diketahui dan selanjutnya dikendalikan ke arah yang sesuai.

1. Perencanaan Produksi

Dalam menyusun rencana produksi secara garis besar ada dua hal yang perlu dipertimbangkan yaitu faktor eksternal dan internal. Yang dimaksud faktor eksternal adalah faktor yang menyangkut kemampuan pasar terhadap jumlah produk yang dihasilkan, sedang faktor internal adalah kemampuan pabrik. a. Kemampuan Pasar

Dapat dibagi menjadi dua kemampuan :

1) Kemampuan pasar lebih besar dibandingkan kemampuan pabrik, maka rencana produksi disusun secara maksimal.

2) Kemampuan pasar lebih kecil dibandingkan kemampuan pabrik Ada tiga alternatif yang dapat diambil, yaitu :

 Rencana produksi sesuai dengan kemampuan pasar atau produksi

diturunkan sesuai dengan kemampuan pasar, dengan mempertimbangkan untung dan rugi.


(59)

122

 Rencana produksi tetap dengan mempertimbangkan bahwa kelebihan

produksi disimpan dan dipasarkan tahun berikutnya.

 Mencari daerah pemasaran lain dengan menggunakan fasilitas-fasilitas

pemasaran yang mudah diakses seperti menggunakan e-bussines. b. Kemampuan Pabrik

Pada umumnya kemampuan pabrik ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :

1) Material (bahan baku)

Dengan pemakaian yang memenuhi kualitas dan kuantitas maka akan mencapai target produksi yang diinginkan.

2) Manusia (tenaga kerja)

Kurang terampilnya tenaga kerja akan menimbulkan kerugian pabrik, untuk itu perlu dilakukan pelatihan atau training pada karyawan agar keterampilan meningkat.

3) Mesin (peralatan)

Ada dua hal yang mempengaruhi kehandalan dan kemampuan peralatan, yaitu jam kerja mesin efektif dan kemampuan mesin. Jam kerja mesin efektif adalah kemampuan suatu alat untuk beroperasi pada kapasitas yang diinginkan pada periode tertentu. Kemampuan mesin adalah kemampuan suatu alat dalam proses produksi.


(60)

123

2. Pengendalian Produksi

Setelah perencanaan produksi dijalankan perlu adanya pengawasan dan pengendalian produksi agar proses berjalan dengan baik. Kegiatan proses produksi diharapkan menghasilkan produk yang mutunya sesuai dengan standar dan jumlah produksi yang sesuai dengan rencana serta waktu yang tepat sesuai jadwal. Untuk itu perlu dilaksanakan pengendalian produksi sebagai berikut :

a. Pengendalian kualitas

Penyimpangan kualitas terjadi karena mutu bahan baku jelek, kesalahan operasi dan kerusakan alat. Penyimpangan dapat diketahui dari hasil monitor/analisa pada bagian laboratorium pemeriksaan.

b. Pengendalian kuantitas

Penyimpangan kuantitas terjadi karena kesalahan operator, kerusakan mesin, keterlambatan pengadaan bahan baku, perbaikan alat terlalu lama dll. Penyimpangan tersebut perlu diidentifikasi penyebabnya dan diadakan evaluasi. Selanjutnya diadakan perencanaan kembali sesuai dengan kondisi yang ada.

c. Pengendalian waktu

Untuk mencapai kuantitas tertentu perlu adanya waktu tertentu pula. d. Pengendalian bahan proses

Bila ingin dicapai kapasitas produksi yang diinginkan, maka bahan untuk proses harus mencukupi. Untuk itu diperlukan pengendalian bahan proses agar tidak terjadi kekurangan.


(61)

BAB IX

INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau modal yang dibutuhkan untuk membangun sebuah pabrik yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang didirikan tidak hanya berorientasi pada perolehan profit, tapi juga berorientasi pada pengembalian modal yang dapat diketahui dengan melakukan uji kelayakan ekonomi pabrik.

A. Investasi

Investasi total pabrik merupakan jumlah dari fixed capital investment, working capital investment, manufacturing cost dan general expenses.

1. Fixed Capital Investment (Modal Tetap)

Fixed Capital Investment merupakan biaya yang diperlukan untuk mendirikan fasilitas-fasilitas pabrik secara fisik. FCI terdiri dari biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost). Fixed capital investment pada prarancangan Pabrik T-Butyl Alcohol ditunjukkan pada Tabel 9.1.


(62)

125

Tabel 9.1 Fixed Capital Investment

Jenis Pengeluaran Biaya

1. Direct Cost

- Purchased equipment-delivered Rp 68.356.410.498 - Purchased equpment installation Rp 20.506.923.149 - Instrumentation dan controls Rp 6.835.641.050 - Piping (Biaya perpipaan) Rp 34.178.205.249 - Electrical (installed) Rp 27.342.564.199 - Buildings Rp 6.835.641.050 - Yard improvement Rp 13.671.282.100 - Service facilities Rp 43.064.538.614

- land Rp 3.417.820.525

Total Direct Cost Rp 224.209.026.433

2. Indirect Cost

- Engineering and supervision Rp 15.694.631.850 - Construction expenses Rp 33.631.353.965 - Contractor Fee Rp 11.210.451.322 - Biaya tak terduga Rp 33.499.466.302 - Plant start up Rp 16.749.733.151 Total indirect Cost Rp 110.785.636.591 Fixed Capital Investment (FCI) Rp 334.994.663.024

2. Working Capital Investment (Modal Kerja)

WCI industri terdiri dari jumlah total uang yang diinvestasikan untuk stok bahan baku dan persediaan; stok produk akhir dan produk semi akhir dalam proses yang sedang dibuat; uang diterima (account receivable); uang tunai untuk pembayaran bulanan biaya operasi, seperti gaji, upah, dan bahan baku; uang terbayar (account payable); dan pajak terbayar (taxes payable). WCI untuk prarancangan Pabrik T-Butyl Alcohol adalah Rp 59.116.705.240 .

3. Manufacturing Cost (Biaya Produksi)

Modal yang digunakan untuk biaya produksi terbagi menjadi tiga macam yaitu biaya produksi langsung, biaya tetap dan biaya tidak langsung.


(63)

126

Biaya produksi langsung adalah biaya yang digunakan untuk pembiayaan langsung suatu proses, seperti bahan baku, buruh dan supervisor, perawatan dan lain-lain. Biaya tetap adalah biaya yang tetap dikeluarkan baik pada saat pabrik berproduksi maupun tidak, biaya ini meliputi depresiasi, pajak dan asuransi dan sewa. Biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendanai hal-hal yang secara tidak langsung membantu proses produksi.

Tabel 9.2. Manufacturing cost

Direct manufacturing cost

- Raw Material Rp 1.229.345.845.200

- Utilitas Rp 238.961.034.031

- Maintenance and repair cost Rp 6.699.893.260

- Operating labor Rp 238.057.202.225

- Direct supervisory (pengawas) Rp 23.805.720.223

- Operating supplies Rp 669.989.326

- Laboratory charges Rp 23.805.720.223

Total Direct manufacturing cost Rp 1.761.345.404.488

Fixed Charges

- Depresiasi Rp 151.021.024.003

- Pajak lokal Rp 13.399.786.521

- Asuransi Rp 3.349.946.630

Total Fixed Charges Rp 167.770.757.154

Plant Overhead Cost (POC) Rp 238.057.202.225

Manufacturing cost Rp 2.167.173.363.867

4. General Expenses (Biaya Umum)

Selain biaya produksi, ada juga biaya umum yang meliputi administrasi, sales expenses, penelitian dan finance. Besarnya general expenses Pabrik T-Butyl Alcohol ditunjukkan pada Tabel 9.3.


(64)

127

Tabel 9.3. General Expenses

GENERAL EXPENSES

1. Administrative cost Rp 7.447.480.000 2. Distribution and Selling Cost Rp 119.028.601.113 3. Research and Development Cost Rp 47.611.440.445 4. Financing (interest) Rp 39.411.136.826 Total General Expenses Rp 213.498.658.384

5. Total Production Cost (TPC)

TPC = manufacturing cost + general expenses = Rp 2.380.672.022.251

B. Evaluasi Ekonomi

Evaluasi atau uji kelayakan ekonomi pabrik T-Butyl Alcohol dilakukan dengan menghitung return on investment (ROI), payout time (POT), break even point (BEP), shut down point (SDP), dan cash flow pabrik yang dihitung dengan menggunakan metode discounted cash flow (DCF).

1. Return On Investment (ROI)

Nilai Return on Investment (ROI) merupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan keuntungan atau profitability dari sebuah investasi. Nilai ROI merupakan perbandingan antara persen net income terhadap investasi total atau kecepatan tahunan dari keuntungan untuk mengembalikan modal. Besar ROI sebelum pajak adalah 90% dan setelah pajak adalah 71,72%.


(65)

128

2. Pay Out Time (POT)

Pay Back Period (PBP) atau Pay Out Time (POT) adalah lama waktu yang dibutuhkan pabrik sejak dari mulai beroperasi untuk melunasi investasi awal dari pendapatan yang diperoleh. Waktu pengembalian modal pabrik T-Butyl Alcohol adalah 2,3 tahun. Angka 2,3 tahun menunjukkan lamanya pabrik dapat mengembalikan modal dimulai sejak pabrik beroperasi.

3. Break Even Point (BEP)

BEP adalah titik di mana kapasitas produksi yang dihasilkan dapat menutupi seluruh biaya produksi tanpa adanya keuntungan maupun kerugian. Nilai BEP merupakan persentase kapasitas pabrik terhadap kapasitas penuhnya. Nilai BEP pada prarancangan T-Butyl Alcohol ini adalah 52,5%. Nilai BEP tersebut menunjukkan pada saat pabrik beroperasi 52,5%. dari kapasitas maksimum pabrik 100%, maka pendapatan perusahaan yang masuk sama dengan biaya produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk sebesar 52,5%. tersebut.

4. Shut Down Point (SDP)

Shut down point adalah suatu titik dimana pada kondisi itu jika proses dijalankan maka perusahaan tidak akan memperoleh laba meskipun pabrik masih bisa beroperasi. Jika pabrik beroperasi pada kapasitas di bawah SDP maka akan mengalami kerugian. Nilai SDP pada prarancangan pabrik T-Butyl Alcohol adalah 30,0 %. Jadi pabrik T-Butyl Alcohol akan mengalami


(66)

129

kerugian jika beroperasi di bawah 30 % dari kapasitas produksi total. Grafik BEP ditunjukkan pada Gambar 9.1. berikut :

Gambar 9.1. Grafik Analisis Ekonomi

C. Angsuran Pinjaman

Total pinjaman pada prarancangan pabrik T-Butyl Alcohol ini adalah 49% dari total investasi yaitu Rp 193.114.570.449. Angsuran pembayaran pinjaman tiap tahun ditunjukkan pada Tabel Discounted Cash Flow (Lampiran E).

D. Discounted Cash Flow (DCF)

Metode discounted cash flow merupakan analisis kelayakan ekonomi yang berdasarkan aliran uang masuk selama masa usia ekonomi pabrik. Periode

y = 3E+10x y = 2E+10x + 4E+11

y = -1E-07x + 2E+11

y = 3E+10x + 2E+11

Rp-Rp500,000,000,000.00 Rp1,000,000,000,000.00 Rp1,500,000,000,000.00 Rp2,000,000,000,000.00 Rp2,500,000,000,000.00 Rp3,000,000,000,000.00 Rp3,500,000,000,000.00

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100

Rp

Kapasitas Produksi (%)

Sale Total Cost Fixed Cost Variable cost BEP= 52,5% SDP = 30 %


(67)

130

pengembalian modal secara discounted cash flow ditunjukkan pada Tabel E.11 dan Gambar 9.2. Payout time pabrik T-Butyl Alcohol adalah 2,3 tahun dan interest rate of return pabrik T-Butyl Alcohol yaitu 61,01%

Gambar 9.2 Kurva Net Present Value Flow metode DCF

Hasil evaluasi atau uji kelayakan ekonomi pabrik T-Butyl Alcohol disajikan dalam Tabel. 9.4. berikut :

Tabel. 9.4. Hasil Uji Kelayakan Ekonomi

No Analisa Kelayakan Nilai Batasan Keterangan

1. ROI 71,72% Min. 15% Layak

2. POT 2,3 tahun Maks.3-5tahun Layak

3. BEP 52,5% 30 – 60 % Layak

4. SDP 30,0% 20 – 30 % Layak

5. IRR 61,01% Min. 15 % Layak

(1,000,000,000,000) (500,000,000,000) -500,000,000,000 1,000,000,000,000 1,500,000,000,000 2,000,000,000,000 2,500,000,000,000 3,000,000,000,000 3,500,000,000,000 4,000,000,000,000 4,500,000,000,000

-4 -2 0 2 4 6 8 10 12

Cu m u lativ e Cash Fl o w Umur Pabrik


(68)

BAB X

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis ekonomi yang telah dilakukan terhadap Prarancangan Pabrik T-Butyl Alcohol dengan kapasitas 50.000 ton per tahun dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Percent Return on Investment (ROI) sesudah pajak sebesar 71,7 %. 2. Pay Out Time (POT) sesudah pajak 2,3 tahun.

3. Break Even Point (BEP) sebesar 52,5 % dan Shut Down Point (SDP) sebesar 30% yakni batasan kapasitas produksi sehingga pabrik harus berhenti berproduksi karena merugi.

4. Interest Rate of Return (IRR) sebesar 61,01%, lebih besar dari suku bunga bank saat ini, sehingga investor akan lebih memilih untuk menanamkan modalnya ke pabrik ini daripada ke bank.

B. Saran

Berdasarkan pertimbangan hasil analisis ekonomi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Pabrik T-Butyl Alcohol dengan kapasitas 50.000 ton per tahun layak untuk dikaji lebih lanjut dari segi proses maupun ekonominya.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

Banchero, B.1955. Chemical Engineering Series. Mc Graw Hill in Chemical Engineering. New York.

Biegler, T.1997.Systematic Methods of Chemical Process Design. Prentice Hall International. London.

Brown, G.1950. Unit Operations.John Wiley and Sons. New York.

Brownell, L.E., Edwin, H.,Y.1959. Process Equipment Design.Wiley Eastern Limited.India.

Coulson, J.M., Ricardson, J.,F. 1983.Chemical Engineering,Vol 6. Pergamon Press Inc. New York.

Coulson, J.M., Ricardson, J.,F. 2005.Chemical Engineering,Vol 6.Elsevier. New York.

Fieser, L.F., K.L. Williamson. 1992. Organic Experiments, Seventh Edition. D.C. Heath and Company. USA.

Fogler, H.S. 1999.Elements of Chemical Reaction Engineering. Prentice Hall International Inc. New Jersey.

Himmelblau, D.M. 1989. Basic Principles and Calculations in Chemical Engineering, Fifth Edition. Prentice Hall International. London.

Kern, D.Q. 1983.Process Heat Transfer. McGraw-Hill Book Company. New York.

Kirk, R.E., D. F. Othmer. 1998. Encyclopedia of Chemical Technology. John Wiley & Sons, Inc. USA.

Levenspiel, O. 1972.Chemical Reaction Engineering 2nd edition. John Wiley and Sons Inc. New York.

McCabe, W.L., Smith, J.C. 1985.Operasi Teknik Kimia. Erlangga. Jakarta.

Megyesy, E.F. 1983.Pressure Vessel Handbook. Pressure Vessel Handbook Publishing Inc. USA.


(70)

Perry, R.H., Don W. Green. 1999. Chemical Engineers’ Handbook, Sevent Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. USA.

Peter, M.S., Timmerhause, K.D. 1991.Plant Design an Economic for Chemical Engineering 3ed. McGraww-Hill Book Company. New York.

Raju, 1995, Water Treatment Process, McGraw Hill International Book Company, New York

Smith, M.B., J. March. 2007. March’s Advanced Organic Chemistry Reaction, Mechanisms, and Structure. John Wiley $ Sons, Inc. USA.

Treyball, R.E. 1983. Mass Transfer Operation 3ed. McGraw-Hill Book Company. New York.

Ulmann, 2005. Ulmann’sEncyclopedia of IndustrialChemistry. VCH Verlagsgesell Scahft, Wanheim, Germany.

Ulrich, G.D. 1984.A Guide to Chemical Engineering Process Design and Economics. John Wiley & Sons Inc. New York.

US Patent Office, no. 3,950,442 “ Manufacture of Butanol

US Patent Office, no. 7,002,050 B2 “ Process for Preparing Tert-Butanol from Isobutene-Containing Hydrocarbon Mixture

Wallas. S.M. 1988.Chemical Process Equipment. Butterworth Publishers. Stoneham USA.

Yaws, C.L. 1990. Handbook of Chemical Compound Data for Process Safety. Gulf Publishing Company. Houston. Texas.

Yaws, C.L. 2003. Yaws' Handbook of Thermodynamic and Physical Properties of Chemical Compounds. Knovel, Norwich. New York.

Yaws, C.L. 2008. Thermophysical Properties of Chemicals and Hydrocarbons. William Andrew. Texas. USA.


(1)

128

2. Pay Out Time (POT)

Pay Back Period (PBP) atau Pay Out Time (POT) adalah lama waktu yang dibutuhkan pabrik sejak dari mulai beroperasi untuk melunasi investasi awal dari pendapatan yang diperoleh. Waktu pengembalian modal pabrik

T-Butyl Alcohol adalah 2,3 tahun. Angka 2,3 tahun menunjukkan lamanya pabrik dapat mengembalikan modal dimulai sejak pabrik beroperasi.

3. Break Even Point (BEP)

BEP adalah titik di mana kapasitas produksi yang dihasilkan dapat menutupi seluruh biaya produksi tanpa adanya keuntungan maupun kerugian. Nilai BEP merupakan persentase kapasitas pabrik terhadap kapasitas penuhnya. Nilai BEP pada prarancangan T-Butyl Alcohol ini adalah 52,5%. Nilai BEP tersebut menunjukkan pada saat pabrik beroperasi 52,5%. dari kapasitas maksimum pabrik 100%, maka pendapatan perusahaan yang masuk sama dengan biaya produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk sebesar 52,5%. tersebut.

4. Shut Down Point (SDP)

Shut down point adalah suatu titik dimana pada kondisi itu jika proses dijalankan maka perusahaan tidak akan memperoleh laba meskipun pabrik masih bisa beroperasi. Jika pabrik beroperasi pada kapasitas di bawah SDP maka akan mengalami kerugian. Nilai SDP pada prarancangan pabrik T-Butyl Alcohol adalah 30,0 %. Jadi pabrik T-Butyl Alcohol akan mengalami


(2)

129

kerugian jika beroperasi di bawah 30 % dari kapasitas produksi total. Grafik BEP ditunjukkan pada Gambar 9.1. berikut :

Gambar 9.1. Grafik Analisis Ekonomi

C. Angsuran Pinjaman

Total pinjaman pada prarancangan pabrik T-Butyl Alcohol ini adalah 49% dari total investasi yaitu Rp 193.114.570.449. Angsuran pembayaran pinjaman tiap tahun ditunjukkan pada Tabel Discounted Cash Flow (Lampiran E).

D. Discounted Cash Flow (DCF)

Metode discounted cash flow merupakan analisis kelayakan ekonomi yang berdasarkan aliran uang masuk selama masa usia ekonomi pabrik. Periode

y = 3E+10x y = 2E+10x + 4E+11

y = -1E-07x + 2E+11

y = 3E+10x + 2E+11

Rp-Rp500,000,000,000.00 Rp1,000,000,000,000.00 Rp1,500,000,000,000.00 Rp2,000,000,000,000.00 Rp2,500,000,000,000.00 Rp3,000,000,000,000.00 Rp3,500,000,000,000.00

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100

Rp

Kapasitas Produksi (%)

Sale Total Cost Fixed Cost Variable cost

BEP= 52,5% SDP =


(3)

130

pengembalian modal secara discounted cash flow ditunjukkan pada Tabel E.11 dan Gambar 9.2. Payout time pabrik T-Butyl Alcohol adalah 2,3 tahun dan

interest rate of return pabrik T-Butyl Alcohol yaitu 61,01%

Gambar 9.2 Kurva Net Present Value Flow metode DCF

Hasil evaluasi atau uji kelayakan ekonomi pabrik T-Butyl Alcohol disajikan dalam Tabel. 9.4. berikut :

Tabel. 9.4. Hasil Uji Kelayakan Ekonomi

No Analisa Kelayakan Nilai Batasan Keterangan

1. ROI 71,72% Min. 15% Layak

2. POT 2,3 tahun Maks.3-5tahun Layak

3. BEP 52,5% 30 – 60 % Layak

4. SDP 30,0% 20 – 30 % Layak

5. IRR 61,01% Min. 15 % Layak

(1,000,000,000,000) (500,000,000,000) -500,000,000,000 1,000,000,000,000 1,500,000,000,000 2,000,000,000,000 2,500,000,000,000 3,000,000,000,000 3,500,000,000,000 4,000,000,000,000 4,500,000,000,000

-4 -2 0 2 4 6 8 10 12

Cu

m

u

lativ

e

Cash

Fl

o

w


(4)

BAB X

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis ekonomi yang telah dilakukan terhadap Prarancangan Pabrik T-Butyl Alcohol dengan kapasitas 50.000 ton per tahun dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Percent Return on Investment (ROI) sesudah pajak sebesar 71,7 %. 2. Pay Out Time (POT) sesudah pajak 2,3 tahun.

3. Break Even Point (BEP) sebesar 52,5 % dan Shut Down Point (SDP) sebesar 30% yakni batasan kapasitas produksi sehingga pabrik harus berhenti berproduksi karena merugi.

4. Interest Rate of Return (IRR) sebesar 61,01%, lebih besar dari suku bunga bank saat ini, sehingga investor akan lebih memilih untuk menanamkan modalnya ke pabrik ini daripada ke bank.

B. Saran

Berdasarkan pertimbangan hasil analisis ekonomi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Pabrik T-Butyl Alcohol dengan kapasitas 50.000 ton per tahun layak untuk dikaji lebih lanjut dari segi proses maupun ekonominya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Banchero, B.1955. Chemical Engineering Series. Mc Graw Hill in Chemical Engineering. New York.

Biegler, T.1997.Systematic Methods of Chemical Process Design. Prentice Hall International. London.

Brown, G.1950. Unit Operations.John Wiley and Sons. New York.

Brownell, L.E., Edwin, H.,Y.1959. Process Equipment Design.Wiley Eastern Limited.India.

Coulson, J.M., Ricardson, J.,F. 1983.Chemical Engineering,Vol 6. Pergamon Press Inc. New York.

Coulson, J.M., Ricardson, J.,F. 2005.Chemical Engineering,Vol 6.Elsevier. New York.

Fieser, L.F., K.L. Williamson. 1992. Organic Experiments, Seventh Edition. D.C. Heath and Company. USA.

Fogler, H.S. 1999.Elements of Chemical Reaction Engineering. Prentice Hall International Inc. New Jersey.

Himmelblau, D.M. 1989. Basic Principles and Calculations in Chemical Engineering, Fifth Edition. Prentice Hall International. London.

Kern, D.Q. 1983.Process Heat Transfer. McGraw-Hill Book Company. New York.

Kirk, R.E., D. F. Othmer. 1998. Encyclopedia of Chemical Technology. John Wiley & Sons, Inc. USA.

Levenspiel, O. 1972.Chemical Reaction Engineering 2nd edition. John Wiley and Sons Inc. New York.

McCabe, W.L., Smith, J.C. 1985.Operasi Teknik Kimia. Erlangga. Jakarta.

Megyesy, E.F. 1983.Pressure Vessel Handbook. Pressure Vessel Handbook Publishing Inc. USA.


(6)

Perry, R.H., Don W. Green. 1999. Chemical Engineers’ Handbook, Sevent

Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. USA.

Peter, M.S., Timmerhause, K.D. 1991.Plant Design an Economic for Chemical Engineering 3ed. McGraww-Hill Book Company. New York.

Raju, 1995, Water Treatment Process, McGraw Hill International Book Company, New York

Smith, M.B., J. March. 2007. March’s Advanced Organic Chemistry Reaction,

Mechanisms, and Structure. John Wiley $ Sons, Inc. USA.

Treyball, R.E. 1983. Mass Transfer Operation 3ed. McGraw-Hill Book Company. New York.

Ulmann, 2005. Ulmann’sEncyclopedia of IndustrialChemistry. VCH Verlagsgesell Scahft, Wanheim, Germany.

Ulrich, G.D. 1984.A Guide to Chemical Engineering Process Design and Economics. John Wiley & Sons Inc. New York.

US Patent Office, no. 3,950,442 “ Manufacture of Butanol

US Patent Office, no. 7,002,050 B2 “ Process for Preparing Tert-Butanol from Isobutene-Containing Hydrocarbon Mixture

Wallas. S.M. 1988.Chemical Process Equipment. Butterworth Publishers. Stoneham USA.

Yaws, C.L. 1990. Handbook of Chemical Compound Data for Process Safety.

Gulf Publishing Company. Houston. Texas.

Yaws, C.L. 2003. Yaws' Handbook of Thermodynamic and Physical Properties of Chemical Compounds. Knovel, Norwich. New York.

Yaws, C.L. 2008. Thermophysical Properties of Chemicals and Hydrocarbons.

William Andrew. Texas. USA. www.icis.com., Accesed Januari 2014