PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar Lampung
Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

(Skripsi)

Oleh
MASNIARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

Melli Sasmita Sari

ABSTRAK

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar Lampung
Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
MASNIARI

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan
kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Penelitian ini menggunakan post-test only control design. Populasi penelitian
adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap MTs Al Hikmah Bandar Lampung
tahun pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII.A dan
VIII.D yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pendekatan
kontekstual berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa.

Kata kunci: konvensinal, pemecahan masalah matematis, pendekatan kontekstual

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 4 Oktober 1990, merupakan
putri pertama dari tiga bersaudara atas pasangan berbahagia Suten Pohan dan Ibu
Lehana Hasibuan.

Penulis

menyelesaikan

pendidikan

dasar

di

SD

19

Sitamiang


Kota

Padangsidimpuan pada tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan
pendidikan menengah pertama di MTsN Model Padangsidimpuan dan
menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 7 Padangsidimpuan
pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program
Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung melalui jalur penerimaan PKAB Universitas Lampung.
Pada tahun 2013 penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Gunung Agung, Kecamatan Marga Jaya, Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Selain itu, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP
Negeri 2 Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat sejalan dengan
program KKN tersebut.

MOTO
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar.”

(Al-Baqarah:153)
Bersyukurlah atas segala masalah yang terjadi
pada kehidupan kita, karna itulah yang dapat
mendewasakan dan merubah kita menjadi
pribadi yang lebih kuat.
(Masniari)

PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan
karya ini dengan kesungguhan hati sebagai tanda bakti dan cinta
kasihku kepada :
Ibunda dan Almarhum ayahanda tercinta yang telah memberikan doa,
kasih sayang, motivasi, dan bekal kehidupan yang tak henti-hentinya,
yang selalu ada disampingku serta selalu memberikanku yang terbaik
untuk menjadikanku sesuatu yang terbaik dalam kehidupan ini.
Adik-adikku tersayang (Netti dan Fitri)
serta seluruh keluarga baik dari ibunda maupun ayahanda,
atas kebersamaannya selama ini, atas semua doa dan dukungan
yang telah diberikan kepadaku.
Para pendidik yang telah mendidikku, yang menjadikanku semakin

berwawasan.
Almamater Universitas Lampung Tercinta.

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Kontekstual
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa (Studi pada Siswa
Kelas VIII Semester Genap MTs Al Hikmah Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2013/2014)”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

4. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus Dosen
Pembimbing Utama yang telah membimbing dengan baik, memberikan
motivasi, masukan dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini;

ii

5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Pembimbing Kedua yang telah bersedia
menyumbangkan banyak ilmu, memberikan perhatian, motivasi, dan semangat
kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini;
6. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Pembahas yang telah memberikan
masukan dan saran kepada penulis;
7. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama
menyelesaikan studi;
8. Bapak Dace Solehuddin, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 2 Gunung Agung
yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian;
9. Ibu Sundari S.Pd., selaku guru matematika kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar
Lampung yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian;
10. Siswa/siswi kelas VIII-A dan VIII-D MTs Al Hikmah Bandar Lampung tahun
pelajaran 2013/2014 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin;

11. Bapak (Suten Pohan), Ibu (Lehana Hasibuan) serta adik-adiku tercinta (Netti
dan Fitri) yang selalu menyayangi, mendoakan, dan menjadi penyemangat
hidupku;
12. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2009 Kelas B Pendidikan
Matematika: Vera, Restu, Yuni, Linda, Anna, Astri, Tia, Ageng, Adi, Yosse,
Ayu, Novi, Siti, Selfi, Astri, Ziah, Jenni, Pitri H, Pitri O, Hendra, Ifa, Echa,
Rini, Fandri, Bertus, Wayan, Nyoman Riandra, Resty, Desi, Udin, Elan, Evi,
Tina, dan Nike atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah
diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah
untuk kita semua;

iii

13. Sahabat-sahabat dekat seperjuangan Lia dan Arini, kebersamaan kita
memberikan kekuatan tersendiri bagiku untuk melangkah menjalani tantangan
kehidupan.
14. Teman-teman seperjuangan PPL dan KKN di SMP Negeri 2 Gunung Agung
(Tendi, Arbi, Nanang, Lingga, Eka, Rike, Ajeng, Komang, Gusri, Zusi) atas
kebersamaan selama tiga bulan yang penuh makna dan kenangan;
15. Teman-teman angkatan 2009 Kelas A serta kakak-kakakku angkatan 2006,

2007, dan 2008 dan adik-adikku angkatan 2010, 2011, 2012, dan 2013 terima
kasih atas kebersamaannya;
16. Dia yang selalu menemaniku, yang telah memberikan motivasi dan inspirasi
untuk kehidupanku;
17. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku;
18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan
pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

Bandar lampung, 6 November 2014
Penulis

Masniari

iv

DAFTAR ISI


Halaman
DAFTAR TABEL .........................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

viii

I.

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.

II.


Latar Belakang Masalah ................................................................... ...
Rumusan Masalah ............................................................................ ...
Tujuan Penelitian ............................................................................. ...
Manfaat Penelitian ........................................................................... ...
Lingkup Penelitian ........................................................................... ...

1
5
6
6
6

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ..................................................................................... ...
1. Pendekatan Kontekstual ........................................................... ...
2. Kemampuan Pemecahan Masalah ........................................... ...
B. Kerangka Pikir ................................................................................. ...
C. Anggapan Dasar ................................................................................
D. Hipotesis............................................................................................


8
8
13
15
16
17

III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Populasi dan Sampel ......................................................................... ...
Desain Penelitian ............................................................................... ...
Prosedur Penelitian ........................................................................... ...
Data Penelitan ...................................................................................
Teknik dan Alat Pengumpulan Data ................................................ ...
Teknik Analisis Data .........................................................................

18
19
20
22
22
25

v

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 28
B. Pembahasan ...................................................................................... ... 33
V.

SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................................................... ... 37
B. Saran ................................................................................................. ... 37

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1. Distibusi rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VIII MTs
Al Hikmah Bandar Lampung ...........................................................

18

3.2. Desain Penelitian ..............................................................................

19

3.3. Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Post-Test .......................................

24

4.1. Rekapitulasi Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis .....

28

4.2. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis ...........................................................................

29

4.3. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis ........................................................

30

4.4. Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Data Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis ...........................................................................

31

4.5. Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa ...............................................................................

32

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen .......... 40
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ................. 74
A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) .......................................................... 106
B. PERANGKAT TES
B.1
B.2
B.3
B.4
B.5
B.6

Kisi-kisi Soal Tes ................................................................................
Soal Posttest .......................................................................................
Kunci Jawaban Posttest .......................................................................
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah .............
Form Penilaian Posttest ......................................................................
Surat Keterangan Validasi ..................................................................

137
139
140
144
145
147

C. ANALISIS DATA
C.1 Uji Reliabilitas Tes Uji Coba ..............................................................
C.2 Hasil Nilai Posttest Kelas Eksperimen ...............................................
C.3 Hasil Nilai Posttest Kelas Kontrol ......................................................
C.4 Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen .........................................
C.5 Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ................................................
C.6 Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah ..................
C.7 Uji Hipotesis Penelitian .......................................................................
C.8 Analisis Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Skor Posttest
Kelas Eksperimen ................................................................................
C.9 Analisis Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Skor Posttest
Kelas Kontrol .......................................................................................

148
152
153
154
157
160
161
163
166

D. LAIN-LAIN

ix

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa,
karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang
berkualitas dan

mampu

membangun masyarakat ke arah yang lebih baik.

Berkenaan dengan hal itu, pemerintah telah melakukan berbagai upaya
pembaharuan dan penyempurnaan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia, baik yang menyangkut kurikulum ataupun yang berkaitan dengan
sarana dan prasarana pendidikan. Semua ini tentunya dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa.

Matematika merupakan bidang ilmu yang memiliki kedudukan penting dalam
pengembangan dunia pendidikan. Hal ini disebabkan matematika merupakan
ilmu dasar bagi pengembangan disiplin ilmu yang lain. Dalam Permendikbud
Nomor 68 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, ditetapkan salah satu tujuan pembelajaran matematika agar peserta
didik memiliki kemampuan memecahkan masalah.

Pemecahan masalah ini merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat

2
mengembangkan pengalamannya dalam pembelajaran. Dengan pengalaman
tersebut siswa menggunakan pengetahuannya untuk diterapkan pada pemecahan
masalah yang dihadapi saat proses pembelajaran.

Branca pada tahun 1980 (dalam Melani, 2005: 1) mengemukakan bahwa
pentingnya pemilikan kemampuan pemecahan masalah matematis oleh siswa
sebagai berikut :
1. Kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum pengajaran
matematika, bahkan sebagai jantungnya. Sasaran utama yang ingin
dicapai adalah bagaimana cara memecahkan suatu masalah;
2. Pemecahanmasalahmeliputimetode,prosedurdanstrategimerupakanproses
inti dan utamadalamkurikulummatematika. Hal ini diartikan sebagai
kegiatanyang aktif;
3. Pemecahanmasalahmerupakankemampuandasardalambelajarmatematika.
Halinidiperlukansiswaagardapatmengaplikasikannyadalamkehidupan
sehari-hari.
Tujuan jangka panjang pembelajaran matematika adalah untuk meningkatkan
kemampuan para siswa agar mereka mampu mengembangkan diri mereka sendiri
dan mampu memecahkan masalah yang muncul. Untuk itu, di samping dibekali
dengan pengetahuan dan keterampilan matematis, mereka sudah seharusnya
dibekali juga dengan kemampuan untuk belajar mandiri dan belajar memecahkan
masalah. Oleh karena itu, pemecahan masalah dipandang sebagai bagian yang
sangat penting karena pemecahan masalah dapat meningkatkan keterampilan serta
kemampuan berpikir siswa yang diyakini dapat ditransfer atau digunakan siswa
tersebut ketika menghadapi masalah dalam kehidupan sehari- hari.

Kondisi secara umum tentang kemampuan pemecahan masalah matematika yang
masih kurang ini juga terjadi pada siswa kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar
Lampung. Sebagian siswa cenderung menghafal langkah penyelesaian yang

3
diberikan guru namun kurang memaknainya. Di sekolah ini pun guru belum
pernah menggunakan metode atau pendekatan lain dalam pembelajaran, sehingga
pembelajaran yang dipakai adalah pembelajaran konvensional yang kurang
menarik minat siswa dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan hasil observasi ini, ternyata sebagian besar siswa MTs Al Hikmah
Bandar Lampung kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan atau
perkembangan ilmu pengetahuan.

Pada umumnya kemampuan siswa dalam

menggunakan informasi untuk mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang
memuat permasalahan masih kurang.

Mereka juga masih kesulitan dalam

merencanakan dan menentukan informasi serta langkah-langkah yang dibutuhkan
untuk memecahkan masalah tersebut. Guru masih harus membantu mereka dalam
memilih penggunaan operasi untuk memberikan situasi permasalahan. Selain itu,
mereka juga masih kesulitan dalam mengorganisasikan, menginterpretasikan, dan
menggunakan

informasi-informasi

permasalahan yang

diberikan.

yang
Dalam

relevan
pengerjaan

untuk

menyelesaikan

soal yang memuat

permasalahan, mereka umumnya terpaku pada contoh sehingga mereka tidak
mempunyai jalan alternatif sendiri untuk menemukan solusi.

Temuan ini

mengindikasikan bahwa pembelajaran di sekolah tersebut belum menyentuh pada
kemampuan mengembangkan diri siswa lewat pembelajaran yang melibatkan
siswa berpartisipasi aktif lewat pembelajaran bermakna yang berakibat
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dinilai masih rendah.

Berdasarkan hasil identifikasi, seperti yang dikemukakan oleh Rudhito (2008: 16)
penyebab kekurangan itu antara lain :

4
1.
2.
3.
4.
5.

tindakan dan sikap guru cenderung menjelaskan langkah-langkah cara
menyelesaikan soal;
siswa kurang dapat melihat hubungan antar konsep;
metode pembelajaran guru cenderung dari penjelasan bentuk umum
dilanjutkan dengan menjelaskan contoh soal formal;
guru cenderung menjadi sumber utama dan belum menggunakan media
yang bervariasi;
penilaian kurang bervariasi dan cenderung berupa pengerjaan soal
matematis formal secara tertulis.

Pembelajaran tidak hanya berorientasi pada target penguasaan materi, yang akan
gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Dengan demikian proses pembelajarannya lebih diutamakan daripada hasil
belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang
variatif dengan prinsip membelajarkan dan memberdayakan siswa. Guru bukan
hanya mengajar siswa supaya bahan belajar dapat dimaknai oleh siswa secara
benar, efisien, dan efektif.

Dalam hal ini harus dirancang kegiatan yang

melibatkan siswa secara aktif dalam memaknai suatu materi pelajaran sehingga
pembelajaran dapat dengan mudah diterima oleh siswa. Salah satunya dengan
pendekatan kontekstual.

Pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk lebih berpartisipasi aktif dan menjadikan
pembelajaran lebih bermakna artinya saat pembelajaran berlangsung pada
kontekstual, siswa diberi suatu masalah riil dalam kehidupan sehari-hari mereka
dan siswa secara aktif berusaha memecahkan masalah tersebut, sehingga siswa
mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.

Untuk mewujudkan kondisi pembelajaran matematika yang demikian, guru perlu
memperhatikan komponen-komponen pembelajaran kontekstual.

5
Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yang
saling berkaitan.

Hal ini seperti yang telah diungkapkan Didjen Dikdasmen

(2003: 10) yang menyatakan ;
Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual, yaitu modeling (pemusatan
perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi, pengarahan, rambu-rambu,
contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan,
mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community
(seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, mindson, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi,
hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun
pemahaman sendiri, mengonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis),
reflection (review, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment
(penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap
setiap aktivitas siswa, penilaian portfolio, penilaian seobjektif-objektifnya
dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
Semua indikator tersebut diyakini dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pendekatan kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa kelas VIII Al Hikmah Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah pendekatan kontekstual berpengaruh terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar
Lampung?”.

6
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untukmengetahui
pengaruhpendekatan

kontekstualterhadap

kemampuan

pemecahan

masalah

matematis siswa kelas VIII Semester Genap MTs Al Hikmah Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
sumbangan

terhadap

perkembangan

pendidikan

dan

pembelajaran

matematika, terutama terkait dengan pengaruh pendekatan kontekstual dan
juga kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi saran untuk para guru dalam
memilih model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.

E. Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1.

Pendekatan kontekstual adalah pendekatan dalam pembelajaran yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.

Untuk

menerapkan pen-dekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama,

7
yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, dan penilaian.
2.

Pengaruh adalah kekuatan yang ditimbulkan dari pendekatan kontekstual.
Dalam penelitian ini pendekatan kontekstual dikatakan berpengaruh dalam
pembelajaran matematika apabila kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa dengan pendekatan pembelajaran kontekstual lebih besar dibanding
dengan

kemampuan

pemecahan

masalah

matematis

siswa

dengan

pembelajaran konvensional
3.

Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan
dan diterapkan oleh guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran
yang dimaksud yaitu memberi materi tentang himpunan melalui ceramah,
diskusi kelompok, kemudian pemberian tugas.

4.

Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa dalam
menggunakan informasi untuk megidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang
memuat permasalahan yang tidak rutin dan terkait dengan persoalan pada
dunia nyata.

Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

terdiri dari ;

1) merumuskan masalah/menyusun model matematika; 2)

merencanakan strategi penyelesaian; 3) menerapkan strategi penyelesaian
masalah; dan 4) menguji kebenaran jawaban (looking back). Kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa ini diukur dari nilai tes akhir matematika siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol pada akhir pokok
bahasan.
5.

Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah bangun ruang.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu; (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Belajar matematika lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri
dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan
memahami. Guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang
variatif dengan prinsip membelajarkan dan memberdayakan siswa, bukan
mengajar siswa. Pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan
yang siap diterima siswa, melainkan harus dikonstruksi (dibangun) sendiri oleh
siswa dengan fasilitasi dari guru.

Siswa harus tahu makna belajar dan

9
menyadarinya, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya
dapat dipergunakan untuk bekal kehidupannya.
Selanjutnya Johnson (2011: 65) mengungkapkan :
CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagianbagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama
lain, maka dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagianbagianya secara terpisah. Sepeti halnya biola, cello, clarinet, dan alat musik
lain di dalam sebuah orkestra yang menghasilkan bunyi yang berbeda-beda
yang secara bersama-sama menghasilkan musik, demikian juga bagianbagian CTL yang terpisah melibatkan proses-proses yang berbeda, yang
ketika digunakan secara bersama-sama, memampukan para siswa membuat
hubungan yang menghasilkan makna. Setiap bagian CTL yang berbedabeda ini memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas
sekolah. Secara bersama-sama, mereka membentuk suatu sistem yang
memungkinkan para siswa melihat makna di dalamnya, dan mengingat
materi akademik.
Sehingga berdasarkan uraian di atas pendekatan pembelajaran kontekstual bukan
hanya sekadar menuntun siswa dalam menghubungkan pembelajaran dengan
kehidupan mereka sendiri, melainkan melibatkan siswa mencari makna itu
sendiri.
Kemudian Nurhadi (2004: 5) mengatakan :
Pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang
menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses
belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami
sendiri apa yang dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan
pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas,
dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam
berbagai macam tatanan kehidupan baik di sekolah maupun diluar sekolah.
Selain itu, siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang mereka
hadapi dalam suatu situasi, misalnya dalam bentuk simulasi, dan masalah
yang memang ada di dunia nyata.
Sedangkan Komalasari (2013: 7) mengungkapkan pembelajaran kontekstual
adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari
dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga,

10
sekolah masyarakat maupun warga negara dengan tujuan untuk menemukan
makna materi tersebut bagi kehidupannya.

Ditjen Dikdasmen (2003: 10) mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika
dengan

pendekatan

kontekstual

memperhatikan tujuh komponen utama

pembelajaran efektif, yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

1.

Konstruktivisme (Constructivism)

Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.

2.

Inkuiri (Inquiry)

Penetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri melalui siklus: (1)
observasi (observation), (2) bertanya (questioning), mengajukan dugaan
(hiphotesis),

(4)

mengumpulkan

data(data

gatherig),

dan

penyimpulan

(conclussion).
3.

Bertanya (Questioning)

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.

Dalam pembelajaran,

kegiatan bertanya berguna untuk menggali informasi, baik administrasi maupun

11
akademis,

mengecek

pemahaman

siswa,

membangkitkan

respon

siswa,

mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang sudah
diketahui siswa, memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru,
merangsang pertanyaan dari siswa, menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4.

Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
hasil kerjasama dengan orang lain. Masyarakat belajar didasarkan pada adanya
asumsi bahwa manusia adalah makhluk sosial, dimana setiap individu
membutuhkan bantuan orang lain.

Dengan adanya saling membantu ini,

diharapkan siswa dapat saling membelajarkan.

Siswa yang tidak bisa dapat

meminta bantuan kepada siswa yang bisa.

5.

Pemodelan (Modeling)

Dalam pembelajaran konsep atau topik tertentu, diperlukan adanya model untuk
ditiru. Model ini bisa berupa cara untuk mengoperasikan sesuatu, cara menyelesaikan soal, dan sebagainya.

Dengan cara demikian, guru memberi

model “bagaimana cara belajar”.

Dalam matematika, salah satu contoh pemodelan adalah bagaimana guru
menyelesaikan soal.

Guru memperagakan bagaimana langkah-langkah yang

ditempuh dalam menyelesaikan suatu soal dengan baik. Selain guru, teman
atau pihak lain pun bisa dijadikan sebagai model.

12
6.

Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan atau tidak dilakukan.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas yang dilakukan atau
pengetahuan yang baru diterima. Misalkan setelah pelajaran berakhir, siswa
merenung “Jika demikian, cara yang saya lakukan selama ini perlu diperbaiki” dan “Masih banyak hal yang perlu dibenahi” setelah memperoleh
pengetahuan baru. Refleksi dilakukan oleh siswa dan guru, bertujuan untuk
memperbaiki kesalahan dan mengembangkan apa yang telah dikerjakan.

7.

Asesmen Otentik (Authentic Assessment)

Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru untuk bisa
memastikan bahwa siswa telah mengalami proses pembelajaran yang benar.
Dalam pembelajaran kontekstual, gambaran tentang kemajuan siswa dilihat sejak
awal pembelajaran, sepanjang proses pembelajaran, dan pada akhir pembelajaran.
Gambaran kemajuan belajar ini diketahui melalui asesmen otentik. Data yang
dikumpulkan pada asesmen otentik adalah data yang diperoleh dari hasil kegiatan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil belajar siswa.

Dalam setiap kegiatan pembelajaran kontekstual, guru

harus mengupayakan

ketujuh komponen tersebut dapat dilakukan oleh siswa, namun tetap disesuaikan
dengan karakteristik materi yang dibahas.

Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual
(Nurhadi 2004: 4) adalah:

13
1.

Pendahuluan:
a.

Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil bagi
siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya (masalah
kontekstual) sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran
bermakna.

b.

Permasalahan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam pembelajaran tersebut.

2.

Pengembangan:
a.

Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model matematis
simbolik secara informal terhadap persoalan atau masalah yang diajukan.

b.

Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif. Siswa diberi
kesempatan menjelaskan dan member alas an terhadap jawaban yang
diberikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain, menyatakan
setuju atau tidak setuju terhadap jawaban yang diberikanya, memahami
jawaban teman atau siswa lain, dan mencari alternatif penyelesaian yang
lain.

3.

Penutup/penerapan:

Melakukan refleksi terhadap setiap langkah atau terhadap hasil pembelajaran.

2. Kemampuan Pemecahan Masalah

Menurut Nasution (2008: 170) pemecahan masalah merupakan perluasan yang
wajar dari belajar aturan. Dalam pemecahan masalah prosesnya terutama letak
dalam diri pelajar. Variabel dari luar hanya berupakan instruksi verbal yang
membantu

atau membimbing pelajar untuk memecahkan masalah itu.

14
Memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar
menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang
digunakannya untuk memecahkan masalah yang baru.

Namun memecahkan

masalah tidak sekedar menerapkan aturan-aturan yang diketahui, akan tetapi juga
menghasilkan pelajaran baru.
Djamarah (2002: 20) mengungkapkan, indikator kemampuan pemecahan masalah
matematika yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1.
2.

3.

4.

Kemampuan mengdentifikasi masalah, yaitu memahami masalah secara
benar, mengenal apa yang diketahui dan apa yang dinyatakan,
Kemampuan merencanakan pemecahan masalah, yaitu dengan memilih
konsep, rumus atau algoritma yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah,
Kemampuan menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, yaitu dengan
memproses data dengan rencana yang telah dipilih kemudian membuat
jawaban penyelesaian dengan perhitungan secara runtut dan menentukan hasil operasi,
Kemampuan mengevaluasi penyelesaian yang diperoleh, yaitu menarik
simpulan dari jawaban yang diperoleh dan mengecek kembali perhitungan yang diperoleh.

Sehingga dapat dikatakan pemecahan masalah sangat bergantung pada pengalaman siswa sebelumnya dalam mengingat aturan-aturan tertentu.

Semakin

banyak pengalaman yang dia miliki baik dari membaca, melihat ataupun
mendengar, maka semakin baik pula kemampuan siwa dalam memilih solusi yang
tepat untuk memecahkan masalah sesuai dengan pengalaman yang dia miliki.
Selanjutnya Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan
masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem) dengan mengajukan
masalah-masalah yang kontekstual, peserta didik dapat secara bertahap dibimbing
untuk menguasai konsep-konsep matematika.

Di samping itu juga dapat

15
memotivasi peserta didik untuk menyenangi matematika karena mengetahui
keterkaitan dan kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang pengaruh pendekatan kontektual terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar
Lampung ini merupakan penelitian yang terdiri dari variabel bebas dan variabel
terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pendekatan
kontekstual, sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
sebagai variabel terikat.

Tujuan pembelajaran matematika salah satunya adalah untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah.

Banyak siswa yang mengalami kesulitan

dalam mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

Hal ini terjadi

karena siswa kurang berlatih dalam mengembangkan ide-idenya dan kurangnya
rasa pecaya diri dalam mengungkapkan pendapat.

Pendekatan kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan
membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari
dengan cara menghubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dengan demikian
diharapkan proses pembelajaan dapat diterima dengan baik oleh siswa, sehingga

16
siswa dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan matematika yang
diberikan oleh guru.

Pendekatan kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan
siswa secara aktif dalam memecahkan masalah. Dalam memecahkan masalah,
siswa akan menggunakan kemampuan berfikirnya untuk memperoleh solusi dari
masalah tersebut. Selama proses ini, siswa akan mengembangkan pengetahuan
yang sudah ada dengan cara bertanya, berdiskusi, pemodelan, sehingga dapat
menerjemahkan ide-ide

matematis

dan konsep

yang berkaitan

dengan

permasalahan. Lalu ide-ide tersebut mereka sajikan dalam memecahkan masalah.
Pemecahan masalah yang sesuai akan membantu siswa dalam mencari solusi.
Dengan melakukan kegiatan pembelajaran seperti ini, siswa akan terlatih dalam
memecahkan masalah. Selain itu, siswa akan terbiasa untuk mengungkapkan ideide atau gagasan pemikirannya yang berhubungan dengan masalah yang mereka
hadapi. Model pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan pengungkapan
ide-ide matematis inilah yang akan membangun dan melatih pola pikir siswa
untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis mereka.
Dengan demikian, pendekatan kontekstual diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan matematis siswa.

C. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah faktor lain yang mempengaruhi
kemampuan menyelesaikan masalah matematika siswa, selain menggunakan
kontekstual diabaikan.

17
D. Hipotesis

1.

Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah pendekatan kontekstual berpengaruh
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
2.

Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual lebih baik daripada kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

III.

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII Mts Al Hikmah
Bandar Lampung semester genap Tahun Pelajaran 2013 / 2014 yang terdiri dari
4 kelas. Dari 4 kelas tersebut akan diambil 2 kelas sebagai sampel penelitian.
Pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu dengan
pertimbangannilai rata-rata ulangan harian per kelas yang paling mendekati nilai
rata-rata populasi, sehingga benar-benar dapat mewakili populasi serta
pertimbangan oleh guru, yaitu kedua kelas memiliki tingkat keaktifan yang
hampir setara.

Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Matematika Siswa Kelas VIII
MTs Al Hikmah Bandar Lampung Semester Genap T.P 2013 / 2014
No.
1.
2.
3.
4.

Rata-rata Ulangan
Harian
VIII.A
52.55
VIII.B
52.73
VIII.C
50.73
VIII.D
52.61
Nilai Rata-rata Populasi
Kelas

Selisih dengan Nilai Rata-rata
Populasi
0.40
0.58
1.42
0.46
52.15

Dari tabel 3.1. terdapat tiga kelas yang rata-ratanya paling mendekati nilai ratarata populasi, yaitu VIII.A, VIII.B dan VIII.D. Menurut pertimbangan guru mitra,
dari ketiga kelas tersebut, kelas VIII.A dan kelas VIII.D cenderung memiliki

19
tingkat keaktifan siswa yang hampir setara dibandingkan kelas VIII.B, sehingga
terpilihlah kelas VIII.A dan VIII.D sebagai sampel dalam penelitian ini. Dari
kedua kelas tersebut, ditentukan satu sebagai kelas eksperimen dengan
menggunakan pendekatan kontekstual dan satu lagi sebagai kelas kontrol dengan
pembelajaran konvensional. Untuk kelas eksperimen terpilih kelas VIII.D dan
kelas kontrol adalah kelas VIII.A

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) menggunakan post-test only control design dengan kelompok pengendali yang tidak diacak
sebagaimana yang dikemukakan Furchan (1982: 368) pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok

Perlakuan

E

X

P

C

Post-test

Keterangan:
E
P
X
C

= Kelas eksperimen
= Kelas pengendali atau control
= Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan pendekatankontekstual
= Kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional
= Skor posttest pada kelas eksperimen
= Skor posttest pada kelas control

Pada kelas eksperimen diterapkan pendekatan pembelajaran kontekstual
sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional.Setelah
pokok bahasan selesai, dilakukan tes akhir. Tes akhir adalah tes kemampuan

20
pemecahan masalah yang dilakukan pada kedua kelas sampel dengan soal tes
yang sama.

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Melakukan penelitian pendahuluan, melihat kondisi lapangan seperti
jumlahkelas

yang

ada,

karakteristik

siswa,

serta

cara

mengajar

gurumatematikayang dilaksanakan pada 11 April 2014.
2.

Tahap Perencanaan
a. Mengambil data nilai tes formatif materi sebelumnya sebagai nilai awal
siswa pada tanggal 12 April 2014
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c. Mempersiapkan Lembar Kerja Kelompok (LKK).
d. Membagi siswa ke dalam kelompok berdasarkan nilai tes formatif materi
sebelumnya sehingga terbentuk kelompok yang heterogen.
e. Menyiapkan instrument penelitian berupa tes pemecahan masalah beserta
aturan pensekorannya.

3.

Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang telah disusun.Urutan pembelajaran yang dilakukan sebagai
berikut.
3.1

Kegiatan Awal
a.

Mengarahkan siswa untuk berkumpul dengan kelompok yang telah
ditentukan.

21
b.

Memberikan motivasi dan apersepsi yaitu melakukan tanya jawab
untuk menggali kemampuan prasyarat siswa mengenai materi yang
akan dibahas.

3.2

Kegiatan Inti
a.

Guru menyajikan masalah matematika yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari atau masalah kontekstual berdasarkan materi
yang akan dibahas.

b.

Guru membagikan LKK kepada setiap kelompok, meminta siswa
berdiskusi mengerjakan LKK dalam kelompok dan memantau
jalannya diskusi.

c.

Perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan
siswa dari kelompok lain menanggapi presentasi.

d.
3.3

Guru menyempurnakan hasil diskusi.

Kegiatan Penutup
a.

Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan dari materi
yang telah dipelajari.

b.

Guru memberikan PR dan menginformasikan materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya.

4. Melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual pada
kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol
padatanggal 14 April – 22 Mei 2014

5. Mengadakan ujisoal testpada tanggal 20 Mei 2014
6. Mengadakan posttestpada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tanggal 23
Mei 2014

22
7.

Pengumpulan Data

8.

Analisis Data

9.

Membuat kesimpulan

D. Data Penelitian

Data penelitian ini adalah data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang diperoleh melalui tes formatif pada pokok bahasan bangun ruang setelah
mengikuti pembelajaran.Data ini merupakan data kuantitatif.

E. Teknik Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes, baik dalam
pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual maupun dengan
pembelajaran konvensional. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
kemampuan pemecahan masalah yang berbentuk esai. Penyusunan soal uji tes
ini diawali dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur
sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang berlaku pada populasi,
menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih,
menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Hal ini dilakukan untuk
menjamin validitas isi soal tes yang diujikan.

Dengan meminta pertimbangan dari guru untuk memberikan penilaian terhadap
kesesuaian butir tes dengan indiakator pembelajaran untuk kevalidan soal tes.
Setelah soal tes diperiksa oleh guru, kemudian guru tersebut menyatakan butirbutir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur

23
sehingga tes tersebut dikategorikan valid.Hasil penilaian terhadap tes untuk
mengambil data penelitian telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.5 dan B.6 ).

Setelah tes dinyatakan valid, tes tersebut diuji coba di luar sampel tetapi masih
dalam populasi. Uji coba dilakukan pada siswa kelas VIII-Bterlebih dahulu sudah
menempuh materi yang akan di uji cobakan.Uji tes ini dimaksudkan untuk
mengukur tingkat reliabilitas butir tes.

Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan instrumen dalam menilai apa yang
dinilai. Untuk menentukan koefisien reliabilitas instrumen tes digunakan rumus
Alpha. Rumus Alpha dalam Sudijono (2008: 208) adalah:


Keterangan :
= koefisien reliabilitas tes

= jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
= varian total
= banyaknya item tes yang dikeluarkan dalam tes
dimana:

  X i2    X i 
S 


N

  N 

2

2
t

Keterangan :
St
N

2

 Xi
 Xi2

= varians total
=banyaknya data
= jumlah semua data
= jumlah kuadrat semua data

24
Menurut Sudijono, suatu tes dikatakan baik apabila koefisien reliabilitasnya sama
dengan atau lebih dari 0,70 (

, sehingga dalam penelitian ini kriteria

reliabilitas tes yang digunakan adalah lebih dari 0,70.

Hasil perhitungan reliabilitas tes pada uji coba pada kelas VIII-B diperoleh harga

r11 = 0,80(Lampiran C.1). Berdasarkan pendapat Sudijono di atas instrumen tes
kemampuan pemecahan masalah matematis yang digunakan dalam penelitian
memiliki kriteria tinggi, sehingga instrumen tes dapat digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan hasil uji coba validitas butir soal dan reliabilitas tessetiap butir soal
yang telah diuraikan di atas, maka hasil tes uji coba tersebut direkap pada tabel
berikut:

Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Tes Uji CobaKemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa
Nomor Soal
1
2
3
4
5

Rxy
0,79
0,73
0,72
0,83
0,72

Interpretasi
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Reliabilitas

0,80 (Tinggi)

Dari tabel rekapitulasi hasil tes uji coba kemampuan pemecahan masalah
matematis siswadiatas, terlihat bahwa kedua komponen tersebut telah memenuhi
kriteria yang ditentukan, sehingga keempat butir soal tersebut dapat digunakan
untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

25
F. Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan
teknik uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji-t.Sebelum dilakukan uji-t
terlebih dahulu dilakukan uji prasarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas
varians.

1.

Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal atau tidak.Untuk uji normalitas yang digunakan adalah
dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat.Menurut Sudjana (2005: 273) uji ChiKuadrat adalah sebagai berikut:
a.

Hipotesis Uji :
: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
: Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

b.

Taraf Signifikansi : α = 5%

c.

Statistik Uji :


(

Dengan,
= Frekuensi pengamatan
= Frekuensi yang diharapkan
d.

Keputusan Uji
Tolak

jika

Dalam hal lainnya

(

(

diterima.

dengan taraf α = taraf nyata untuk pengujian.

26
2.

Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)

Uji homogenitas varians ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
datamemiliki varians yang homogen atau sebaliknya.Menurut Sudjana (2005:
251) untuk menguji homogenitas varians ini dapat menggunakan uji F. Rumusan
hipotesis untuk uji ini adalah:
Ho :

(kedua populasi mempunyai varians homogen)

H1 :

(kedua populasi mempunyai varians tidak homogen)

Fhitung = Varians terbesar
Varians terkecil
Kriteria uji: terima Ho jika Fhitung<

(

dengan

(

diperoleh

dari daftar distribusi F dengan peluangα. Untuk n1-1 adalah dk pembilang (varians
terbesar) dan n2-1 adalah dk penyebut (varians terkecil).

3.

Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas, diperoleh hasil bahwa kedua
data berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama. Menurut Sudjana
(2005 : 239), apabila data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan
memiliki varians yang sama, maka analisis data dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata, yaitu uji t.
Hipotesis untuk uji kesamaan dua rata-rata, uji dua pihak menurut Sudjana (2005:
239) adalah:

27
Keterangan:
= rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
belajarmenggunakan pendekatan kontekstual.
= rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
belajardengan pembelajaran konvensional.
a)

Taraf Signifikansi
Taraf signifikansi yang digunakan

b) Statistik Uji
x1  x 2

t
s

; s2 

1 1

n1 n2

n1  1s12  n2  1s22
n1  n2  2

keterangan:
̅ = rata-rata sampel kelas eksperimen menggunakan pendekatan kontekstual
̅ = rata-rata sampel kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional

n1 =ukuran sampel kelas eksperimen menggunakan pendekatan kontekstual
n2 =ukuran sampel kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional
= variansi sampel kelas eksperimen menggunakan pendekatan kontekstual
= variansi sampel kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional
= varians gabungan
c)

Keputusan Uji
terima H0 jika
(

tabelderajatkebebasandk

dengan taraf signifikan

= (n1+ n2 – 2)dan peluang

. Untuk harga t lainnya H0 ditolak.

37

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kelas eksperimen dengan
pendekatan kontekstual lebih aktif dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna.
Dalam proses belajar siswa diberi suatu masalah riil dalam kehidupan sehari-hari
meraka dan siswa secara aktif berusaha memecahkan masalah tersebut, sehingga
siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.

Dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pendekatan kontekstual lebih tinggi dibandingkan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Dengan demikian, pendekatan kontekstual berpengaruh untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

B. Saran

Berdasarkan dari hasil kesimpulan dan penelitian, dikemukakan saran-saran
sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran kontekstual dapat diterapkan sebagai salah satu
alternatif dalam pembelajaran matematika untuk membantu siswa dalam

38
menyelesaikan soal-soal pememecahan masalah agar proses dan hasil
pembelajaran dapat terlaksana secara optimal.
2. Pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan
mengenai pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa hendaknya dalam memilih keterkaitan
pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, guru sebaiknya menggunakan
contoh-contoh yang berada di sekitar atau di sekeliling siswa, sehingga siswa
tidak kesulitan dalam mengkonstruksi materi yang akan diterima.
3. Kepada peneliti lain yang ingin mengkaji lebih mendalam tentang kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa,sangat baik sekali terlebih dahulu
melakukan uji coba sebagai data awal supaya data akhir yang diperoleh
mendapat hasil yang lebih maksimal dalam meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.

41

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikolog Belajar. Rieneka Cipta: jakarta.
Ditjen Dikdasmen Depdiknas RI. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contekstual
Teaching and Learning (CTL). Jakarta.
Furchan, Arief. (1982). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional:
Surabaya.
Johnson, Elaine B. (2011). CTL (Contextual Teaching and Learning). Mizan
Media Utama: Bandung.
Komalasari, Kokom. (2013). Pembelajaran Kontekstual. Reflika Aditama:
Bandung.
Melani, E. (2005). Ke