SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN MENGGUNAKAN TEPUNG IKAN PETEK (Leiougnathus equulus) DALAM PAKAN BUATAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius hypopthalamus)

(1)

ABSTRACT

PARTIAL SUBSTITUTION OF FISH MEAL WITH

PETEK (Leiougnathus equulus) FLOUR IN COMMERCIAL FEED OF PATIN SIAM (Pangasius hypopthalamus) FRY

By

DIAN OKTAVIANTI

Patin Siam (Pangasius hypopthalamus) is a freshwater fish which is received considerable attention by public and has high economic value. In process of cultivation, farmers often got problems because of high price of feed. It’s because raw materials feed such fish meal still import from another country. One of the efforts to reduce the use of imported fish meal is using Petek fish meal. The aim of this research was to determine the effect of the use of Petek fishmeal as partial substitution of fish meal. This research used Completely Randomized Design (CRD) with 5 treatments and 3 replications namely treatment A (commercial pellets / control), B (fish meal 75% + Petek fish meal 25%), C: (fish meal 50% + Petek fish meal 50%), D (25% fish meal + 75% Petek fish meal) and E: (0% fish meal + Petek fish meal 100%). Observed variables were absolute growth, daily growth rate, survival rate, and feed conversion ratio (FCR). Data were analyzed by ANOVA and Duncan test. The tested fish were cultivated in aquarium with dimension of 60 x 40 x 40 cm3 for 50 days. Fishes were feed three times a days with feeding rate of 5%. The results showed that the use of Petek fishmeal in feed could increase absolute growth and daily growth rate. The treatment of C resulted in highest absolute growth of Patin Siam and lowest feed conversion ratio. The treatments did not effect the survival rate of Patin Siam.


(2)

ABSTRAK

SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN MENGGUNAKAN TEPUNG IKAN PETEK (Leiougnathus equulus) DALAM PAKAN BUATAN BENIH IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypopthalamus)

Oleh

DIAN OKTAVIANTI

Ikan Patin siam (Pangasius hypopthalamus) merupakan ikan air tawar yang banyak diminati oleh masyarakat serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dalam proses budidaya para pembudidaya sering mengalami kendala karena mahalnya harga pakan. Hal ini disebabkan bahan baku pakan seperti tepung ikan masih diimpor. Salah satu upaya untuk mengurangi penggunaan tepung ikan impor yaitu dengan penggunaan tepung ikan petek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung ikan petek sebagai subtitusi parsial tepung ikan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu perlakuan A: (pelet komersil/kontrol), B: (tepung ikan 75% + tepung ikan petek 25%), C: (tepung ikan 50% + tepung ikan petek 50%), D: (tepung ikan 25% + tepung ikan petek 75%), dan E: (tepung ikan 0% + tepung ikan petek 100%). Parameter yang diamati meliputi: pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan harian, tingkat kelangsungan hidup, feed conversion ratio (FCR), dan kualitas air. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji ANOVA dan uji Duncan. Ikan uji dipelihara dalam akuarium berukuran 60 x 40 x 40 cm3 selama 50 hari. Pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari dengan feeding rate 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung ikan petek dalam pakan dapat meningkatkan pertumbuhan mutlak serta laju pertumbuhan. Pertumbuhan mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan pakan uji C dan nilai konversi pakan terendah terdapat pada perlakuan pakan uji C menghasilkan pertumbuhan mutlak yang lebih baik dibandingkan perlakuan lain. Sedangkan pada tingkat kelangsungan hidup tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua perlakuan pakan uji.


(3)

(4)

Subtitusi Parsial Tepung Ikan Dengan Menggunakan Tepung

Ikan Petek (

Leiougnathus equulus)

Dalam Pakan Buatan Benih

Ikan Patin Siam (

Pangasius hypopthalamus

)

SKRIPSI

Dian Oktavianti

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2014


(5)

v DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Proses Pembuatan Tepung Ikan Petek... 33

2. Proses Pembuatan Pakan Ikan ... 34

3. Tata Letak Akuarium . ... 35

4. Prosedur Analisis Proksimat. ... 36

5. Perhitungan Formulasi Pakan. ... 41

6. Tabel Data Pertumbuhan Mutlak Ikan Patin. ... 44

7. Tabel RAL dan Analisis Ragam Pertumbuhan Mutlak Ikan Patin. ... 45

8. Tabel Data Laju Pertumbuhan Ikan Patin. ... 46

9. Tabel RAL dan Analisis Ragam Laju Pertumbuhan Ikan Patin. ... 47

10.Tabel Data Survival Rate Benih Ikan Patin. ... 48

11. Tabel Data Feed Convention Ratio Pakan Ikan Patin. ... 49

12. Tabel RAL dan Analisis Ragam Feed Convention Ratio Ikan Patin. ... 50

13. Dokumentasi Pembuatan Tepung Ikan Petek. ... 51

14. Dokumentasi Pembuatan Pakan. ... 52


(6)

(7)

(8)

(9)

MOTO

“Niscaya Allah meninggikan orang-orang yang beriman

diantara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.

Allah maha amat mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan”

Al-Qur’an (Q.S 58:11)

Motto Hidup:

1. Bekerja Keras

2. Disiplin

3. Jujur

4. Semangat

5. Anti Korupsi

6. BERETIKA

(Bapak Ir. Suparmono, M.T.A)

"Harus ada dari kamu segolongan (orang-orang) yang mengajak

kepada kebaikan, menganjurkan kebaikan dan mencegah yang

mungkar. Dan merekalah orang-orang yang untung bahagia

(Q.S: Al-Imron 104)


(10)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

AYAHANDA (ALM) TERCINTA; MAMA TERCINTA; JUGA UNTUK KAKAKKU TERSAYANG INDAH PRASETYAWATI ; SERTA KELUARGA BESAR M. DJASIN ATAS KASIH SAYANG,

BANTUAN DAN DO’ANYA.

DAN SESEORANG TEMAN HIDUPKU ATAS CINTA DAN KASIH SAYANGNYA.

UNTUK ALMAMATER KEBANGGAAN KU

UNIVERSITAS LAMPUNG


(11)

RIWAYAT HIDUP

Dian Oktavianti dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 25 Oktober 1991 sebagai anak kedua dari dua bersaudara yang dilahirkan dari pasangan Bapak Suprayitno (alm) dan Ibu Ida Nilia, S.Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak Tut Wuri Handayani Bandar Lampung pada tahun 1997, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar SDN 1 Gunung Terang dan lulus pada tahun 2003. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan di SMPN 26 Bandar Lampung pada tahun 2006, kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 16 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2009, dan terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SMPTN pada tahun 2009.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di kegiatan organisasi kampus dan mengikuti berbagai kegiatan. Penulis menjadi anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung tahun 2009-2010, pengurus HIDRILA sebagai anggota Bidang Pengkaderan tahun 2009-2010 dan menjabat sebagai Sekretaris Bidang Pengkaderan Hima Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung pada tahun 2010-2011 serta aktif di berbagai kepanitiannya sejak tahun 2010-2012. Penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Unila dengan tema “Revitalisasi Pertanian, Peternakan dan Perikanan” di Desa Gilang Tunggal Makarta Kecamatan Lambu Kibang Kabupaten Tulang Bawang Barat dan


(12)

mengikuti Praktik Umum dengan judul ”Pembenihan Ikan Severum di Dunia Air Tawar Taman Mini Indonesia Indah Jakarta Timur “. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen Oceanografi pada tahun 2011, asisten dosen Parasit dan Penyakit Organisme Air pada tahun 2011, dan asisten dosen Manajemen Pakan dan Nutrisi pada tahun 2013-2014. Pada tahun 2014 untuk mencapai gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan tugas akhir dalam bentuk skripsi yang berjudul “Subtitusi Parsial Tepung Ikan Dengan Menggunakan Tepung Ikan Petek (Leiougnathus equulus) Dalam Pakan Buatan Benih Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalamus)”.


(13)

SANWACANA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Subtitusi Parsial Tepung Ikan dengan Menggunakan Tepung Ikan Petek (Leiougnathus equulus) dalam Pakan Buatan Benih Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalamus)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) pada program studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas semua fasilitas yang telah diberikan kepada penulis.

2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan Universitas Lampung.

3. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik dan dosen Pembimbing Utama yang telah membimbing dengan penuh keuletan dan kesabaran dari awal hingga selesainya skripsi ini serta memberi motivasi yang besar.


(14)

4. Ir. Suparmono, M.T.A., selaku dosen Pembimbing Kedua yang membimbing dengan penuh semangat sehingga skripsi ini menjadi semakin baik.

5. Bapak Mahrus Ali, S.Pi., M.P., selaku dosen Pembahas yang memberikan saran-saran yang membangun.

6. Pihak Laboratorium THP Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Uji Balai Riset Universitas Pertanian Bogor serta Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BPPBL) Hanura terimakasih untuk tempat dan segala bantuan yang diberikan selama penelitian berjalan.

7. Bapak Bambang dan Ibu Nanda, bagian administrasi program studi Budidaya Perairan.

8. Almarhum Papaku Ahmad Suprayitno dan mamaku Ida Nilia, S.Pd. tercinta untuk setiap doa, motivasi, kasih sayang, materi, dan tetes keringat yang selalu menjadi semangat dalam setiap langkah kakiku.

9. Kakakku Indah Prasetyawati S.E beserta suami dan keponakanku Almira Syahna Sazkia untuk setiap doa, dukungan, keceriaan, kebersamaan, dan kebahagiaan kita yang menjadi motivasi terbesar dalam hidupku.

10.Djasin Family dan terutama sepupuku tercinta : Dewi Astuti dan Achmad Reynaldo, terima kasih untuk dukungan, motivasi semangat yang tiada hentinya.

11.Seorang penyemangat Aan Fahrizki, terimakasih banyak untuk setiap doa, perhatian, pengertian, kasih sayang, dan semangat yang begitu berarti bagiku. 12.Teman-teman seperjuangan: Gusnita Alfi, Indah Octarista, Denis Clara

Mariska, Megawati Wijaya terimakasih untuk saran-saran, perhatian, kebersamaan, dan semangat yang teman-teman berikan.


(15)

13.Sahabatku Nita Haptalina, adik Tutut Wury serta Ibu Supriyati yang selalu mendukungku dan memberi motivasi dari jauh.

14.Keluarga Besar Angkatan 2009 : Agus Arianto, Sandy Putra, Agus Tri Maulana, Supra Jaya Perdana, Okta Purnama, Bintang ubamnata, Beny Fitra Maishela, Indah Pratiwi, Karina Noviyanti, Euis Aulia dan Soraya Sopha serta teman-teman angkatan 09 yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih untuk setiap support yang kalian berikan selama kita bersama.

15.Adik Tingkat tersayang : Nikky Atiastari dan Septi Malidda, Dike Fransiska, Afrima Nur Darajatun, Winda Rohaila Sari, terimakasih untuk kebersamaan, support dan perhatian serta sahabat saung : Agi ramanda, Riska Dian PS, Neneng Jamilah Alkatiri.

16.Angkatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2010, 2011, 2012 yang telah memberikan motivasi kepadaku.

Bandar Lampung, 22 Oktober 2014 Penulis,


(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL……… iii

DAFTAR GAMBAR……… iv

DAFTAR LAMPIRAN……… v

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan. ... 3

1.3 Manfaat Penelitian ... 3

1.4 Kerangka Pemikiran ... 3

1.5 Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin Siam ... 7

2.2 Habitat dan Penyebaran. ... 8

2.3 Makan dan Kebiasaan MakanIkan Patin Siam ... 9

2.4 Kebutuhan Nutrisi Pada Ikan Patin Siam. ... 10

2.5 Bahan Baku Pakan. ... 12

2.5.1 Tepung Ikan. ... 12

2.5.2 Tepung Ikan Petek... 13

2.6 Pakan Buatan. ... 14

III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ... 15

3.2.1 Alat Penelitian ... 15


(17)

3.3 Rancangan Penelitian ... 16

3.4 Prosedur Penelitian... 18

3.4.1 Persiapan Penelitian . ... 18

3.4.2 Pelaksanaan Penelitian ... 19

3.5 Pengamatan. ... 19

3.5.1 Pertumbuhan Mutlak ... 19

3.5.2 Laju Pertumbuhan Harian. ... 19

3.5.3 Kelangsungan Hidup. ... 20

3.5.4 Feed Convertion Ratio (FCR). ... 20

3.5.5 Kualitas Air. ... 21

3.5.6 Analisis Data. ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Pakan . ... 22

4.2 Pertumbuhan Berat Mutlak ... 23

4.2 Laju Pertumbuhan Harian ... 26

4.3 Tingkat Kelangsungan Hidup ... 27

4.4 Feed Convention Ratio (FCR) ... 28

4.5 Kualitas Air ... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 32

5.2 Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA


(18)

iii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Formulasi Pakan Uji……….. 16

2. Hasil Uji Proksimat Pakan Uji………..……… 22 3. Data Kualitas Air Selama Penelitian……… 30


(19)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan alir kerangka pemikiran... 5

2. Morfologi Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalamus) ... 8

3. Tepung Ikan Impor. ... 13

4. Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Ikan Patin. ... 23

5. Laju Pertumbuhan Harian Benih Ikan Patin. ... 26

6. Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin. ... 27


(20)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya perikanan. Ketersediaan pakan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan. Dalam proses budidaya ikan khususnya pada kegiatan pembesaran, faktor terpenting adalah ketersediaan pakan dalam jumlah yang cukup. Pakan memberikan kontribusi terbesar yaitu mencapai 60-70% dari total biaya produksi dan pakan tersebut harus mengandung seluruh nutrien yang diperlukan seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin serta asam amino esensial dalam jumlah cukup dan seimbang. Kondisi tersebut sangat dibutuhkan bagi usaha bidang budidaya perikanan termasuk pada budidaya ikan patin (Kordi, 2009).

Menurut Tahapari et al (2009), ikan patin merupakan ikan introduksi dari Thailand, namun beberapa jenis ikan patin juga dapat di temukan di Indonesia yang tersebar di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa dagingnya khas, enak, lezat dan gurih sehingga digemari oleh masyarakat. Beberapa kelebihan tersebut menyebabkan harga jual ikan patin tinggi dan sebagai komoditi yang berprospek cerah untuk dibudidayakan. Namun terdapat beberapa kendala yang ditemukan didalam pembudidayaan ikan patin tersebut yaitu harga pakan ikan yang semakin mahal.


(21)

2 Tepung ikan merupakan salah satu komponen penting di dalam formulasi pakan, karena tepung ikan merupakan sumber protein hewani yang terdapat dalam pakan ikan. Menurut Mudjiman (2004), sampai saat ini tepung ikan memiliki kedudukan yang penting dan masih sulit digantikan oleh bahan baku lain, hal ini dikarenakan tepung ikan memiliki kandungan Essencial Amino Acid (EAA) dan asam lemak esensial dari kelompok omega-3 Higher Unsaturated Fatty Acid (HUFA). Di dalam industri pakan ikan pemenuhan tepung ikan masih tergantung pada produk impor, karena produk di dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan pabrik pakan. Permintaan petani ikan terhadap tepung ikan semakin meningkat, sedangkan pasokan tepung ikan mengalami penurunan sehingga menyebabkan harga tepung ikan semakin mahal.

Maka dari itu untuk menekan biaya produksi pakan diperlukan bahan baku alternatif yang mudah diperoleh, harganya murah dan memiliki kandungan protein yang tinggi sesuai dengan kebutuhan ikan patin. Salah satu bahan baku alternatif adalah tepung ikan petek. Ikan petek merupakan salah satu ikan rucah yang kurang dimanfaatkan, terkadang ikan ini hanya dijadikan ikan asin atau hanya dibuang saja karena kurangnya minat pembeli ikan petek tersebut. Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Kelautan (2013) produksi ikan petek mencapai 13,64 ton. Oleh karena itu, ikan petek dapat dimanfaatkan dan diproses menjadi tepung ikan petek. Kandungan protein yang terdapat dalam ikan petek cukup tinggi yaitu 50,53%. Dalam proses pembuatan pakan ikan yang berbasis tepung ikan petek ini, tingkat protein yang terkandung dalam ikan petek diharapkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan ikan uji. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang


(22)

3 pemanfaatan tepung ikan petek sebagai pengganti bahan baku tepung ikan dalam pakan buatan ikan patin.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1) Mengkaji pengaruh pemanfaatan ikan petek sebagai bahan baku pengganti tepung ikan terhadap pertumbuhan benih ikan patin.

(2) Mengetahui proporsi tepung ikan dan tepung ikan petek yang paling baik untuk pertumbuhan benih ikan patin.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan tepung ikan petek sebagai sumber protein di dalam pakan buatan benih ikan patin.

1.4 Kerangka pemikiran

Ikan patin merupakan salah satu komoditas ikan yang dapat menunjang ekonomi para pembudidaya. Namun, dalam budidaya ikan secara intensif yang menjadi masalah bagi para petani ikan adalah harga pakan ikan yang semakin mahal. Adapun pakan ikan terbagi menjadi dua yaitu pakan alami dan pakan buatan. Ketersedian pakan alami di alam mengalami keterbatasan, oleh karena itu dibutuhkannya pakan buatan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Pakan buatan yang baik harus mengandung semua nutrien yang diperlukan oleh ikan seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin serta asam amino esensial dalam jumlah cukup dan seimbang. Di dalam kegiatan budidaya


(23)

4 ikan intensif, tingginya harga pakan komersial akan mempengaruhi biaya produksi menjadi semakin tinggi.

Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkannya bahan baku alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan tepung ikan impor yaitu dengan menggunakan tepung ikan petek. Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung (2013), ikan petek merupakan salah satu ikan rucah yang paling banyak yaitu mencapai ribuan ton di perairan Indonesia dan ikan ini belum dimanfaatkan secara optimal khususnya di daerah Lampung. Ikan petek tersedia dalam jumlah yang cukup banyak dan memiliki harga yang relatif murah serta memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Biasanya ikan petek hanya dimanfaatkan sebagai ikan asin. Kandungan protein yang terdapat dalam ikan petek cukup tinggi yaitu 50,53%, sehingga ikan petek dapat dijadikan sebagai bahan baku alternatif yang murah dibandingkan tepung ikan impor. Secara umum kerangka pikir dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.


(24)

5 Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

Budidaya ikan patin

Pakan alami Pakan buatan

Sumber Protein Sumber

Karbohidrat

Sumber Lemak Sumber vitamin dan mineral

Tepung ikan :

- Salah satu bahan baku utama dalam pakan ikan.

- Harga mahal mencapai Rp. 10.000/kg dan merupakan salah satu bahan baku impor

- Sulit didapat

- Kandungan protein : 60 – 75%

Tepung ikan petek :

- Bahan baku yang belum banyak dimanfaatkan didalam produksi pakan ikan.

- Harga murah Rp. 5.000/kg - Mudah didapat/diperoleh - Kandungan Proteing : 50,53%

Pakan ikan yang berkualitas dengan harga yang murah

Laju pertumbuhan ikan meningkat

Produksi ikan meningkat saat panen

Pendapatan petani ikan menjadi meningkat Kandungan nutrisi dalam pakan


(25)

6 1.5 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah:

H0 : σi = σj = 0; untuk i≠j yaitu tidak ada pengaruh antar perlakuan substitusi tepung ikan dan tepung ikan petek pada pakan buatan terhadap laju pertumbuhan ikan patin pada selang kepercayaan 95%. H1 : σi ≠ σj, untuk i ≠ j yaitu perlakuan pemberian tepung ikan petek dengan

proporsi yang berbeda minimal ada satu pasang perlakuan substitusi tepung ikan petek terhadap tepung ikan pada pakan buatan terhadap laju pertumbuhan ikan patin pada selang kepercayaan 95%.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin Siam

Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin banyak diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Adapun klasifikasi ikan patin siam menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Famili : Pangasidae Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius hypopthalamus

Ikan patin siam memiliki tubuh yang memanjang dan berwarna putih keperak-perakan dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Tubuh ikan ini memiliki panjang hingga mencapai 120cm, bentuk kepala yang relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala bagian bawah, pada kedua sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis yang berfungsi sebagai alat peraba yang merupakan ciri khas ikan golongan catfish, dan memiliki sirip ekor berbentuk cagak dan simetris (Djariah, 2001). Ikan patin siam merupakan hewan nocturnal (melakukan aktivitas di malam hari) dan termasuk jenis ikan omnivora (pemakan segala). Ikan patin siam termasuk ikan dasar yang dapat dilihat dari bentuk mulut yang agak ke bawah. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada proses budidaya dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai


(27)

8 keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Morfologi ikan patin dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2. Ikan Patin Siam (Pangasius hypothalamus) (Sumber : http://www.bbatjambi.co.id/)

2.2Habitat dan Penyebaran

Penyebaran ikan patin di alam cukup luas, hampir di seluruh wilayah Indonesia. Secara alami ikan ini banyak ditemukan di sungai-sungai besar dan berair tenang di Sumatera, seperti Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri. Sungai-sungai besar lainnya di Jawa, seperti Sungai Brantas dan Bengawan. Bahkan keluarga dekat lele ini juga dijumpai di sungai-sungai besar di Kalimantan, seperti Sungai Kayan, Berau, Mahakam, Barito, Kahayan dan Kapuas. Umumnya, ikan ini ditemukan di lokasi-lokasi tertentu di bagian sungai, seperti lubuk (lembah sungai) yang dalam.

Menurut Djariah (2001), ikan patin mampu bertahan hidup pada perairan yang kondisinya sangat jelek dan akan tumbuh normal di perairan yang memenuhi persyaratan ideal sebagaimana habitat aslinya. Kandungan oksigen (O2) yang cukup baik untuk kehidupan ikan patin berkisar 2-5 ppm dengan kandungan

Sirip punggung

Sirip ekor

Sirip anal Sirip perut

Sirip dada

insang

mulut


(28)

9 karbondioksida (CO2) tidak lebih 12,0 ppm. Nilai pH atau derajat keasaman adalah 7,2-7,5, dan ammonia (NH3) yang masih dapat ditoleransi oleh ikan patin yaitu 1 ppm. Keadaan suhu air yang optimal untuk kehidupan ikan patin antara lain 28-290C. Ikan patin lebih menyukai perairan yang memiliki fluktuasi suhu rendah. Kehidupan ikan patin mulai terganggu apabila suhu perairan menurun sampai 14-150C ataupun meningkat di atas 350C. Aktivitas patin terhenti pada perairan yang suhunya di bawah 60C atau di atas 420C.

2.3Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Patin Siam

Djariah (2001), mengatakan bahwa ikan patin memerlukan sumber energi yang berasal dari makanan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Patin merupakan ikan pemakan segala (omnivora), tetapi cenderung pemakan daging (carnivora). Susanto dan Amri (2002), menjelaskan di alam makanan utama ikan patin berupa udang renik (crustacea), insekta dan moluska. Sementara makanan pelengkap ikan patin berupa rotifera, ikan kecil, dan daun-daunan yang ada di perairan. Apabila dipelihara di jala apung, ikan patin ternyata tidak menolak diberi pakan, sesuai dengan penelitian Arifin (1993) dalam Cholik et al (2005) yang menyatakan bahwa ikan patin sangat tanggap terhadap pakan buatan.

2.4Kebutuhan Nutrisi Pada Ikan Patin Siam

Komposisi nutrisi dalam pakan ikan harus sesuai dengan kebutuhan nutrien ikan yang dibudidayakan, selain itu juga kebutuhan nutrien ikan berubah – ubah dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal seperti jenis, ukuran, aktivitas ikan dan macam–macam makanan. Sedangkan


(29)

10 faktor eksternal yaitu faktor lingkungan seperti faktor suhu dan kandungan oksigen terlarut (Halver,1989) .

Protein adalah nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah besar pada formulasi pakan ikan. Protein dibutuhkan oleh ikan sebagai bahan pembentuk jaringan tubuh yang baru (pertumbuhan) atau pengganti jaringan tubuh yang rusak, sebagai bahan baku untuk pembentukan enzim, hormon, antibodi dan bahan baku untuk penyusun protein plasma serta sebagai sumber energi. Sugiarto (1998), menyatakan bahwa pada umumnya ikan membutuhkan protein lebih banyak daripada hewan-hewan ternak di darat (unggas dan mamalia). Selain itu, jenis dan umur ikan juga berpengaruh pada kebutuhan protein. Ikan karnivora membutuhkan protein yang lebih banyak daripada ikan herbivora, sedangkan ikan omnivora berada diantara keduanya. Pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20-60% dan optimum 30-36%.

Menurut NRC (1993), lemak pada pakan mempunyai peranan penting bagi ikan, karena berfungsi sebagai sumber energi dan asam lemak esensial, memelihara bentuk dan fungsi membran atau jaringan sel yang penting bagi organ tubuh tertentu, membantu dalam penyerapan vitamin yang terlarut dalam lemak, bahan baku hormon dan untuk mempertahankan daya apung tubuh.

Mudjiman (2004), menyatakan karbohidrat merupakan sumber energi yang paling sederhana. Sumber karbohidrat yang biasa digunakan dalam pakan ikan antara lain: jagung, beras, dedak, dan tapioka. Karbohidrat juga berguna sebagai perantara dalam proses metabolisme yang berkaitan dengan pertumbuhan seperti pembentukan asam amino non esensial. Menurut Ranjhan (1980), tipe dan


(30)

11 kuantitas karbohidrat dalam bahan atau penambahannya dalam pakan merefleksikan kecernaan zat-zat makanan lainnya. Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat tergantung pada kemampuannya dalam menghasilkan enzim amilase karena karbohidrat dalam pakan berbentuk serat kasar. Ikan Channel Catfish dapat memanfaatkan karbohidrat secara optimum pada tingkat 30-40% (Furuichi,1988).

Menurut Djajasewaka (1985), ikan mempunyai keterbatasan dalam mencerna serat kasar, sehingga kandungan serat kasar maksimal dalam pakan disarankan hanya 8%. Cho, et al,. (1985), menyatakan bahwa serat kasar akan berpengaruh terhadap nilai kecernaan protein. Serat kasar yang tinggi menyebabkan porsi ekskresi lebih besar, sehingga menyebabkan semakin berkurangnya masukan protein yang dapat dicerna.

Vitamin merupakan senyawa organik kompleks dan biasanya ukuran molekulnya kecil. Ada empat jenis vitamin yang larut dalam lemak yang dibutuhkan oleh ikan yakni vitamin A, D, E dan K dan sebelas vitamin yang larut dalam air. Kebutuhan vitamin pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: ukuran/umur, laju pertumbuhan, suhu air dan komposisi pakan. Vitamin dibutuhkan untuk pertumbuhan normal, mempertahankan kondisi tubuh dan reproduksi. Kekurangan vitamin dalam pakan ikan dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan reproduksi. Mineral merupakan komponen pakan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yakni sebagai pembentuk struktur tubuh (rangka), memelihara sistem kaloid (tekanan osmotik, viskositas) dan regulasi keseimbangan asam basa. Di perairan terdapat berbagai jenis mineral terlarut, dan mineral-mineral tersebut dapat


(31)

12 dimanfaatkan oleh ikan. Mineral-mineral yang ada di perairan masuk ke dalam tubuh melalui proses ingesti dan difusi (Hall,1989).

2.5 Bahan Baku Pakan 2.5.1 Tepung ikan

Tepung ikan merupakan salah satu komponen bahan baku yang mengandung protein cukup tinggi di dalam pakan ikan karena mengandung asam amino esensial yang menunjang sehingga menjadikan salah satu bahan baku yang paling utama dan dominan digunakan dalam produksi pakan buatan ikan. Harga dari tepung ikan cukup mahal dan kebutuhan terhadap tepung ikan semakin meningkat sehingga tepung ikan masih di impor dari luar negeri. Tepung ikan berasal dari ikan sisa atau buangan yang tidak dikonsumsi oleh manusia, atau sisa pengolahan industri makanan ikan, sehingga kandungan nutrisinya beragam, tetapi pada umumnya berkisar antara 60-70% (Rumsey, 1993). Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005), tepung ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

(1) Butiran – butirannya harus seragam .

(2) Bebas dari sisa – sisa tulang, mata ikan dan benda asing, warna halus bersih, seragam, serta bau khas ikan amis. Untuk lebih jelasnya tepung ikan dapat dilihat pada Gambar 3.


(32)

13 2.5.2 Tepung ikan petek

Ikan petek termasuk dalam famili Leiognathidae dan yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah spesies Leiognathidae equulus. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan rucah dari hasil tangkapan nelayan. Ikan petek merupakan ikan rucah yang banyak terdapat di perairan Lampung. Menurut Subagio, et al., (2003), kandungan gizi ikan rucah cukup lengkap, sehingga ikan rucah dapat dimanfaatkan dengan cara dijadikan produk olahan yang dapat meningkatkan nilai jualnya. Ikan petek merupakan ikan demersal yang banyak tertangkap oleh nelayan namun ikan ini belum optimal dimanfaatkan dan biasanya ikan ini dimanfaatkan untuk dijadikan ikan asin.

Protein yang terkandung di dalam tepung ikan petek yaitu 50,53%. Protein yang terkandung dalam tubuh ikan petek sangat tergantung pada jenis ikannya. Apabila semakin kecil ukuran ikannya, maka semakin tinggi kandungan proteinnya. Cara pembuatan tepung ikan petek yaitu ikan petek yang diperoleh dari nelayan dibersihkan dan kemudian dilakukan pengovenan untuk mengurangi kadar air yang ada di dalam ikan. Selanjutnya dilakukan penggilangan sampai menjadi tepung, lalu lakukan pengayakan sehingga tepung ikan petek menjadi halus. Tepung ikan petek yang halus dapat digunakan sebagai bahan baku dalam formulasi pakan. Penepungan tersebut menggunakan metode standar nasional Indonesia (SNI).

2.6 Pakan Buatan

Pakan buatan adalah makanan bagi ikan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan kebutuhan nutrien ikan. Pembuatan pakan buatan didasarkan pada


(33)

14 pertimbangan kebutuhan nutrisi atau gizi ikan. Oleh karena itu ketersediaan pakan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan. Komponen utama dalam pakan buatan adalah protein, lemak dan karbohidrat, vitamin dan mineral.

Dalam tahap pembuatan pakan, bahan baku yang digunakan yaitu: tepung ikan, tepung kedelai, tepung ikan petek,tepung jagung, minyak ikan, minyak jagung, premix, tepung tapioka. Selain itu beberapa jenis bahan juga dapat berperan sebagai perekat (binder) yang dapat mengikat komponen bahan baku dalam pakan. Kemudian dilakukan penimbangan bahan-bahan pakan sesuai dengan formulasi perlakuan dan pencampuran semua bahan baku hingga homogen.. Proses selanjutnya adalah pencetakan pakan, pengeringan dengan penjemuran selama tiga hari, dan pembentukan pakan sesuai dengan bukaan mulut ikan patin. Proses terakhir yaitu pengujian proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisi formulasi pakan untuk setiap perlakuan.


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin Siam

Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin banyak diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Adapun klasifikasi ikan patin siam menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Famili : Pangasidae Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius hypopthalamus

Ikan patin siam memiliki tubuh yang memanjang dan berwarna putih keperak-perakan dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Tubuh ikan ini memiliki panjang hingga mencapai 120cm, bentuk kepala yang relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala bagian bawah, pada kedua sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis yang berfungsi sebagai alat peraba yang merupakan ciri khas ikan golongan catfish, dan memiliki sirip ekor berbentuk cagak dan simetris (Djariah, 2001). Ikan patin siam merupakan hewan nocturnal (melakukan aktivitas di malam hari) dan termasuk jenis ikan omnivora (pemakan segala). Ikan patin siam termasuk ikan dasar yang dapat dilihat dari bentuk mulut yang agak ke bawah. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada proses budidaya dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai


(35)

8 keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Morfologi ikan patin dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2. Ikan Patin Siam (Pangasius hypothalamus) (Sumber : http://www.bbatjambi.co.id/)

2.2Habitat dan Penyebaran

Penyebaran ikan patin di alam cukup luas, hampir di seluruh wilayah Indonesia. Secara alami ikan ini banyak ditemukan di sungai-sungai besar dan berair tenang di Sumatera, seperti Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri. Sungai-sungai besar lainnya di Jawa, seperti Sungai Brantas dan Bengawan. Bahkan keluarga dekat lele ini juga dijumpai di sungai-sungai besar di Kalimantan, seperti Sungai Kayan, Berau, Mahakam, Barito, Kahayan dan Kapuas. Umumnya, ikan ini ditemukan di lokasi-lokasi tertentu di bagian sungai, seperti lubuk (lembah sungai) yang dalam.

Menurut Djariah (2001), ikan patin mampu bertahan hidup pada perairan yang kondisinya sangat jelek dan akan tumbuh normal di perairan yang memenuhi persyaratan ideal sebagaimana habitat aslinya. Kandungan oksigen (O2) yang cukup baik untuk kehidupan ikan patin berkisar 2-5 ppm dengan kandungan

Sirip punggung

Sirip ekor

Sirip anal Sirip perut

Sirip dada

insang

mulut


(36)

9 karbondioksida (CO2) tidak lebih 12,0 ppm. Nilai pH atau derajat keasaman adalah 7,2-7,5, dan ammonia (NH3) yang masih dapat ditoleransi oleh ikan patin yaitu 1 ppm. Keadaan suhu air yang optimal untuk kehidupan ikan patin antara lain 28-290C. Ikan patin lebih menyukai perairan yang memiliki fluktuasi suhu rendah. Kehidupan ikan patin mulai terganggu apabila suhu perairan menurun sampai 14-150C ataupun meningkat di atas 350C. Aktivitas patin terhenti pada perairan yang suhunya di bawah 60C atau di atas 420C.

2.3Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Patin Siam

Djariah (2001), mengatakan bahwa ikan patin memerlukan sumber energi yang berasal dari makanan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Patin merupakan ikan pemakan segala (omnivora), tetapi cenderung pemakan daging (carnivora). Susanto dan Amri (2002), menjelaskan di alam makanan utama ikan patin berupa udang renik (crustacea), insekta dan moluska. Sementara makanan pelengkap ikan patin berupa rotifera, ikan kecil, dan daun-daunan yang ada di perairan. Apabila dipelihara di jala apung, ikan patin ternyata tidak menolak diberi pakan, sesuai dengan penelitian Arifin (1993) dalam Cholik et al (2005) yang menyatakan bahwa ikan patin sangat tanggap terhadap pakan buatan.

2.4Kebutuhan Nutrisi Pada Ikan Patin Siam

Komposisi nutrisi dalam pakan ikan harus sesuai dengan kebutuhan nutrien ikan yang dibudidayakan, selain itu juga kebutuhan nutrien ikan berubah – ubah dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal seperti jenis, ukuran, aktivitas ikan dan macam–macam makanan. Sedangkan


(37)

10 faktor eksternal yaitu faktor lingkungan seperti faktor suhu dan kandungan oksigen terlarut (Halver,1989) .

Protein adalah nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah besar pada formulasi pakan ikan. Protein dibutuhkan oleh ikan sebagai bahan pembentuk jaringan tubuh yang baru (pertumbuhan) atau pengganti jaringan tubuh yang rusak, sebagai bahan baku untuk pembentukan enzim, hormon, antibodi dan bahan baku untuk penyusun protein plasma serta sebagai sumber energi. Sugiarto (1998), menyatakan bahwa pada umumnya ikan membutuhkan protein lebih banyak daripada hewan-hewan ternak di darat (unggas dan mamalia). Selain itu, jenis dan umur ikan juga berpengaruh pada kebutuhan protein. Ikan karnivora membutuhkan protein yang lebih banyak daripada ikan herbivora, sedangkan ikan omnivora berada diantara keduanya. Pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20-60% dan optimum 30-36%.

Menurut NRC (1993), lemak pada pakan mempunyai peranan penting bagi ikan, karena berfungsi sebagai sumber energi dan asam lemak esensial, memelihara bentuk dan fungsi membran atau jaringan sel yang penting bagi organ tubuh tertentu, membantu dalam penyerapan vitamin yang terlarut dalam lemak, bahan baku hormon dan untuk mempertahankan daya apung tubuh.

Mudjiman (2004), menyatakan karbohidrat merupakan sumber energi yang paling sederhana. Sumber karbohidrat yang biasa digunakan dalam pakan ikan antara lain: jagung, beras, dedak, dan tapioka. Karbohidrat juga berguna sebagai perantara dalam proses metabolisme yang berkaitan dengan pertumbuhan seperti pembentukan asam amino non esensial. Menurut Ranjhan (1980), tipe dan


(38)

11 kuantitas karbohidrat dalam bahan atau penambahannya dalam pakan merefleksikan kecernaan zat-zat makanan lainnya. Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat tergantung pada kemampuannya dalam menghasilkan enzim amilase karena karbohidrat dalam pakan berbentuk serat kasar. Ikan Channel Catfish dapat memanfaatkan karbohidrat secara optimum pada tingkat 30-40% (Furuichi,1988).

Menurut Djajasewaka (1985), ikan mempunyai keterbatasan dalam mencerna serat kasar, sehingga kandungan serat kasar maksimal dalam pakan disarankan hanya 8%. Cho, et al,. (1985), menyatakan bahwa serat kasar akan berpengaruh terhadap nilai kecernaan protein. Serat kasar yang tinggi menyebabkan porsi ekskresi lebih besar, sehingga menyebabkan semakin berkurangnya masukan protein yang dapat dicerna.

Vitamin merupakan senyawa organik kompleks dan biasanya ukuran molekulnya kecil. Ada empat jenis vitamin yang larut dalam lemak yang dibutuhkan oleh ikan yakni vitamin A, D, E dan K dan sebelas vitamin yang larut dalam air. Kebutuhan vitamin pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: ukuran/umur, laju pertumbuhan, suhu air dan komposisi pakan. Vitamin dibutuhkan untuk pertumbuhan normal, mempertahankan kondisi tubuh dan reproduksi. Kekurangan vitamin dalam pakan ikan dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan reproduksi. Mineral merupakan komponen pakan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yakni sebagai pembentuk struktur tubuh (rangka), memelihara sistem kaloid (tekanan osmotik, viskositas) dan regulasi keseimbangan asam basa. Di perairan terdapat berbagai jenis mineral terlarut, dan mineral-mineral tersebut dapat


(39)

12 dimanfaatkan oleh ikan. Mineral-mineral yang ada di perairan masuk ke dalam tubuh melalui proses ingesti dan difusi (Hall,1989).

2.5 Bahan Baku Pakan 2.5.1 Tepung ikan

Tepung ikan merupakan salah satu komponen bahan baku yang mengandung protein cukup tinggi di dalam pakan ikan karena mengandung asam amino esensial yang menunjang sehingga menjadikan salah satu bahan baku yang paling utama dan dominan digunakan dalam produksi pakan buatan ikan. Harga dari tepung ikan cukup mahal dan kebutuhan terhadap tepung ikan semakin meningkat sehingga tepung ikan masih di impor dari luar negeri. Tepung ikan berasal dari ikan sisa atau buangan yang tidak dikonsumsi oleh manusia, atau sisa pengolahan industri makanan ikan, sehingga kandungan nutrisinya beragam, tetapi pada umumnya berkisar antara 60-70% (Rumsey, 1993). Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005), tepung ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

(1) Butiran – butirannya harus seragam .

(2) Bebas dari sisa – sisa tulang, mata ikan dan benda asing, warna halus bersih, seragam, serta bau khas ikan amis. Untuk lebih jelasnya tepung ikan dapat dilihat pada Gambar 3.


(40)

13 2.5.2 Tepung ikan petek

Ikan petek termasuk dalam famili Leiognathidae dan yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah spesies Leiognathidae equulus. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan rucah dari hasil tangkapan nelayan. Ikan petek merupakan ikan rucah yang banyak terdapat di perairan Lampung. Menurut Subagio, et al., (2003), kandungan gizi ikan rucah cukup lengkap, sehingga ikan rucah dapat dimanfaatkan dengan cara dijadikan produk olahan yang dapat meningkatkan nilai jualnya. Ikan petek merupakan ikan demersal yang banyak tertangkap oleh nelayan namun ikan ini belum optimal dimanfaatkan dan biasanya ikan ini dimanfaatkan untuk dijadikan ikan asin.

Protein yang terkandung di dalam tepung ikan petek yaitu 50,53%. Protein yang terkandung dalam tubuh ikan petek sangat tergantung pada jenis ikannya. Apabila semakin kecil ukuran ikannya, maka semakin tinggi kandungan proteinnya. Cara pembuatan tepung ikan petek yaitu ikan petek yang diperoleh dari nelayan dibersihkan dan kemudian dilakukan pengovenan untuk mengurangi kadar air yang ada di dalam ikan. Selanjutnya dilakukan penggilangan sampai menjadi tepung, lalu lakukan pengayakan sehingga tepung ikan petek menjadi halus. Tepung ikan petek yang halus dapat digunakan sebagai bahan baku dalam formulasi pakan. Penepungan tersebut menggunakan metode standar nasional Indonesia (SNI).

2.6 Pakan Buatan

Pakan buatan adalah makanan bagi ikan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan kebutuhan nutrien ikan. Pembuatan pakan buatan didasarkan pada


(41)

14 pertimbangan kebutuhan nutrisi atau gizi ikan. Oleh karena itu ketersediaan pakan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan. Komponen utama dalam pakan buatan adalah protein, lemak dan karbohidrat, vitamin dan mineral.

Dalam tahap pembuatan pakan, bahan baku yang digunakan yaitu: tepung ikan, tepung kedelai, tepung ikan petek,tepung jagung, minyak ikan, minyak jagung, premix, tepung tapioka. Selain itu beberapa jenis bahan juga dapat berperan sebagai perekat (binder) yang dapat mengikat komponen bahan baku dalam pakan. Kemudian dilakukan penimbangan bahan-bahan pakan sesuai dengan formulasi perlakuan dan pencampuran semua bahan baku hingga homogen.. Proses selanjutnya adalah pencetakan pakan, pengeringan dengan penjemuran selama tiga hari, dan pembentukan pakan sesuai dengan bukaan mulut ikan patin. Proses terakhir yaitu pengujian proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisi formulasi pakan untuk setiap perlakuan.


(42)

15

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Analisis proksimat dan analisis protein dilaksanakan di Laboratorium THP Politeknik Negeri Lampung.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain bak penampungan, wadah pemeliharaan berupa akuarium ukuran 60 x 40 x 40 cm sebanyak 15 buah, pencetak pakan, oven, instalasi aerasi, timbangan digital, blower, termometer, DO meter, pH meter, serokan, saringan, baskom, botol film, freezer, penggaris dan alat tulis.

3.2.2 Bahan penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah :

(1) Ikan uji yang digunakan yaitu benih ikan patin siam berukuran 3–5 cm yang diambil dari petani ikan di Kota Metro Lampung sebanyak 225 ekor.

(2) Pakan uji yang digunakan adalah pakan buatan berbahan baku tepung ikan impor, tepung kedelai, tepung jagung, tepung ikan petek, minyak jagung, minyak ikan, premix, dan tepung tapioka.


(43)

16

Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:

Perlakuan A = Pakan Komersil (Kontrol)

Perlakuan B = 75% Tepung Ikan Impor + 25% Tepung Ikan Petek Perlakuan C = 50% Tepung Ikan Impor + 50% Tepung Ikan Petek Perlakuan D = 25% Tepung Ikan Impor + 75% Tepung Ikan Petek Perlakuan E = 0% Tepung Ikan Impor + 100% Tepung Ikan Petek Adapun hasil perhitungan formulasi pakan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Formulasi Pakan

No Bahan Pakan Perlakuan (gram)

B C D E

1 Tepung kedelai 610,95 610,95 610,95 610,95

2 Tepung ikan 458,25 305,55 152,70 0

3 Tepung ikan petek 152,70 305,55 458,25 610,95 4 Tepung jagung 38,10 38,10 38,10 38,10

5 Tepung terigu 150 150 150 150

6 Minyak jagung 15 15 15 15

7 Minyak ikan 45 45 45 45

8 Premix 30 30 30 30


(44)

17

Model Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan adalah sebagai berikut: Yij = µ + τi + εij

Keterangan :

I = Perlakuan A, B, C dan D j = Ulangan 1, 2, 3

Yij = Nilai pengamatan dari pemberian pakan dengan persentase tepung ikan petek yang berbeda ke-i terhadap laju pertumbuhan pada ulangan ke-j µ = Nilai tengah pengamatan

τi = Pengaruh pemberian pakan dengan persentase tepung ikan petek yang berbeda ke-i terhadap pertumbuhan pada benih ikan patin.

Εij = Pengaruh galat percobaan pada pemberian pakan dengan persentase tepung ikan petek yang berbeda ke-i laju pertumbuhan pada ulangan ke-j.

Untuk menguji perbedaan antar perlakuan digunakan analisis ragam atau analisa of variant (Anova) pada selang kepercayaan 95% dan akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada selang kepercayaan 95% (Steel and Torrie, 2001).


(45)

18

3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Persiapan

Persiapan penelitian yang dilakukan meliputi pembuatan tepung ikan petek, pembuatan pakan, persiapan wadah dan media, serta persiapan ikan uji. Cara pembuatan tepung ikan petek yaitu bahan baku tersebut diperoleh dari nelayan kemudian dibersihkan, dan dilakukan pengovenan. Selanjutnya dilakukan penggilingan bahan tersebut menjadi tepung ikan petek dan dilakukan uji protein di Laboratorium Politeknik Negeri Lampung.

Dalam tahap pembuatan pakan, bahan baku yang digunakan yaitu: tepung ikan, tepung kedelai, tepung ikan petek,tepung jagung, minyak ikan, minyak jagung, premix, tepung tapioka. Kemudian dilakukan penimbangan bahan-bahan pakan sesuai dengan formulasi perlakuan dan pencampuran semua bahan baku hingga homogen. Proses selanjutnya adalah pencetakan pakan, pengeringan dengan penjemuran selama tiga hari, dan pembentukan pakan sesuai dengan bukaan mulut ikan patin. Proses terakhir yaitu pengujian proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisi formulasi pakan untuk setiap perlakuan.

Persiapan tempat pemeliharaan meliputi pencucian akuarium dengan pembersihan dan pengeringan akuarium, pengaturan letak wadah, penyiapan aerasi dan


(46)

19

pengisian air. Setiap akuarium diisi air sebanyak 72 liter dan diberi aerasi. Sebelum digunakan air tersebut ditampung terlebih dahulu dan diberi aerasi selama 24 jam. Persiapan ikan uji meliputi pengambilan benih ikan patin dari petani ikan di Kota Metro berukuran 3-5 cm dan diaklimatisasi selama 3-5 hari untuk mengadaptasikan pada kondisi lingkungan yang baru.

3.3.2 Pelaksanaan

Benih ikan patin ditebar dalam akuarium ukuran 60 x 40 x 40 cm sebanyak 15 ekor. Pemeliharaan dilakukan selama 50 hari dengan pemberian pakan dengan feeding rate (FR) 5% secara adlibitum dari bobot tubuh sebanyak tiga kali sehari pada pukul 08.00, 13.00 WIB dan 17.00 WIB.

3.4 Pengamatan

Selama penelitian berlangsung parameter yang diamati adalah sebagai berikut: (1) Pertumbuhan mutlak, (2) Laju pertumbuhan harian, (3) Tingkat Kelangsungan hidup, (4) Feed Convertion Ratio (FCR), dan (5) Kualitas air.

3.4.1 Pertumbuhan Berat Mutlak

Pertumbuhan berat mutlak adalah selisih berat total tubuh ikan pada akhir pemeliharaan dan awal pemeliharaan. Perhitungan pertumbuhan berat mutlak dapat dihitung dengan rumus Effendi (1997).

Wm = Wt Wo


(47)

20

Wm : Pertumbuhan berat mutlak (g) Wt : Bobot rata-rata akhir (g) Wo : Bobot rata-rata awal (g)

3.4.2 Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus Zonneveld et al (1991).

t Wo Wt

GR 

Keterangan :

GR : Laju pertumbuhan harian (g/hari) Wt : Bobot rata-rata ikan pada hari ke-t (g) Wo : Bobot rata-rata ikan pada hari ke-0 (g) t : Waktu pemeliharaan (hari)

3.4.3 Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup adalah tingkat perbandingan jumlah ikan yang hidup dari awal hingga akhir penelitian. Kelangsungan hidup dapat dihitung dengan rumus Effendie (1997) :

No Nt te

SurvivalRa x 100 % Keterangan :

SR : Kelangsungan hidup (%)

Nt : Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor) No : Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)


(48)

21

3.4.4 Feed Convertion Ratio (FCR)

Feed Convertion Ratio (FCR) adalah perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan dengan daging ikan yang dihasilkan. Menurut Effendi (1997), FCR dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

FCR =

Wo Wt

F

Keterangan :

FCR : Feed Convertion Ratio

F : Jumlah pakan yang diberikan selama masa pemeliharaan (kg) Wt : Biomassa akhir (kg)

Wo : Biomassa awal (kg)

3.4.5 Kualitas Air

Parameter kualitas air yang ukur selama penelitian adalah pH, Suhu, Dissolved Oxygen (DO), amoniak (NH3). Parameter ini diukur pada awal dan akhir pemeliharaan.

3.4.6 Analisis Data

Pengaruh perlakuan terhadap parameter pengamatan dianalisis dengan mengunakan analisis ragam atau analysis of variance (Anova). Apabila hasil uji antar perlakuan berbeda nyata maka akan dilakukan uji lanjut Duncan dengan selang kepercayaan 95%.


(49)

32

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tepung ikan petek dapat digunakan sebagai pengganti bahan baku tepung ikan dalam formulasi pakan benih ikan patin.

5.2 Saran

Diharapkan dari penelitian pemanfaatan tepung ikan petek sebagai bahan pengganti tepung ikan ini dapat diaplikasikan oleh para pembudidaya ikan.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E dan Liviawaty, E. 2005. Pakan ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 148 hal

Arya, P. 2009. Oksigen Terlarut. http://maswira.wordpress.com/2009/05/06/ oksigen-o2-terlarut. (Akses 29 Juni 2014)

Boyd, C.E.1990. Water quality in Pond for Aquaculture. Elseiver Scientific Publishing Company. New York. 482 hal

Cholik, F., Jagatraya, A.G., Poernomo, R.P. dan Jauzi, A. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Masyarakat Perikanan Nusantara dan Taman Akuarium Air Tawar Taman Mini Indonesia Indah. Jakarta. 415 hal

Cho, C.Y., C.B. Cowey, and R. Watanabe. 1985. Finfish Nutrition in Asia : Methodological approaches research Centre. Ottawa. 154 pp.

Djariah, A.S. 2001. Budi Daya Ikan Patin. Kanisius. Yogyakarta. 87 hal. Djajasewaka, H.Y. 1985. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 45 hal. Djajasewaka, H.Y. 2006. Pakan Ikan. Cetakan Pertama. CV.Yasaguna.

Jakarta.58hal

Djokosetiyanto. R., Dongoran.K., and Supriyono.E.2005. Pengaruh Alkalinitas Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Patin Siam (Pangasius sp). Jurnal Akuakultur Indonesia. Bogor

Effendie, M.I. 1979.Metode Biologi Perairan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.112 Hlm. Furuichi, M. 1988. Dietary Requirement, p 8-78. In Watanabe, T. (ed.). Fish

Nutrition and Mariculture. Departement of Aquatic. Biosence. Tokyo University of Fisheries. JICA. 233p.


(51)

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.284 hal

Habib, M.A.B., M.R. Hasan & A.M. Akand. 1994. Dictary Carbohiydrate Utilization by Silver barb Puntius gontonotus. In : S.S. De Silva (Ed). Asian Fish. Soc. Spec. Publ. Asian Fisheries Society. Manila. Phillippines.pp 57-62.

Halver, J. E. 1989. Fish Nutrition. Ed. ke-2. Academic Press. INC. New York. 798pp.

Hariadi, dkk. 2005. Evaluasi Efisiensi Pakan Dan Efisiensi Protein Pada Ikan Karper Rumput (Ctenoharyngodon idella Val.) Yang Diberi Pakan Dengan Kadar Karbohidrat Dan Energi Yang Berbeda. LIPI. Ichtyos, Vol.4, No. 2, Juli 2005: 87-92. Dikutip pada tanggal 3 September 2014 pukul 18.00 WIB.

Kordi, M. G. H. K. 2010. Budidaya Ikan Patin di Kolam Terpal. Lily Publisher. Yogyakarta. 98 hal.

Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Jakarta : Penebar Swadaya. 191 hal

Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. 159 hal

NRC (National Research Council).1983. Nutrient requirement of Warmwater Fishes and Shellfishes. Revised edition. National Academy of Fish Science. Washington, D.C. 102 page

NRC (National Research Council). 1993. Nutrient requirement of warm water fishes. National Academy of Fish Science. Washington, D.C. 144 page Ranjhan, S.K. 1980. Animal Nutrition in the Tropics. Vikas Publishing Hause

P&T Ltd., New Delhi. P: 335

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta. 245hal

Sahwan, F. 2004. Pakan ikan dan udang: Formulasi pembuatan, Analisa ekonomi. Penebar Swadaya. Jakarta.96 hal.


(52)

SNI. 2000. Produksi Benih Ikan Patin Siam (Pangasiodon hypopthalamus). Kelas Benih Sebar. Sumber : www.bsn.go.id

Steel GD, Torrie JH. 2001. Principles and Procedure of Statistics. A Biometrical Approach, McGraw-Hill Inc. New York.

Susanto, H dan Amri, K. 2002. Budi Daya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta. 90 hal.

Subamia IW, N. Suhenda, E. Tahapri, 2003. Pengaruh Pemberian Pakan Buatan dengan Kadar Lemak yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Jambal Siam (Pangasius hypopthalmus). Jornal Pen. Perik. Indonesia 9(!): 37-42

Tacon, A.D.J. 1987. The nutrition and feeding of farmed fish and shrimp – a Training Manual 2. Nutrien sources and composition.GCP/RLA/075/ITA. Field Document 5/E. FAO, Rome, Italy, 129 pp

Tahapari, E. Sularto, dan Hadie,W. 2009. Evaluasi Pertumbuhan Ikan Patin Pasupati (Pangasionodon hypopthalamus x Pangasius djambal) Pada Lingkungan Budidaya Yang Berbeda. Prosiding Seminar Nasional Perikanan. LRPTBPAT. Sukamandi. Subang – Jawa Barat.78-84 hlm.


(1)

20 Wm : Pertumbuhan berat mutlak (g)

Wt : Bobot rata-rata akhir (g) Wo : Bobot rata-rata awal (g)

3.4.2 Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus Zonneveld et al (1991).

t Wo Wt

GR 

Keterangan :

GR : Laju pertumbuhan harian (g/hari) Wt : Bobot rata-rata ikan pada hari ke-t (g) Wo : Bobot rata-rata ikan pada hari ke-0 (g) t : Waktu pemeliharaan (hari)

3.4.3 Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup adalah tingkat perbandingan jumlah ikan yang hidup dari awal hingga akhir penelitian. Kelangsungan hidup dapat dihitung dengan rumus Effendie (1997) :

No Nt te

SurvivalRa x 100 %

Keterangan :

SR : Kelangsungan hidup (%)

Nt : Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor) No : Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)


(2)

21 3.4.4 Feed Convertion Ratio (FCR)

Feed Convertion Ratio (FCR) adalah perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan dengan daging ikan yang dihasilkan. Menurut Effendi (1997), FCR dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

FCR =

Wo Wt

F

Keterangan :

FCR : Feed Convertion Ratio

F : Jumlah pakan yang diberikan selama masa pemeliharaan (kg) Wt : Biomassa akhir (kg)

Wo : Biomassa awal (kg)

3.4.5 Kualitas Air

Parameter kualitas air yang ukur selama penelitian adalah pH, Suhu, Dissolved Oxygen (DO), amoniak (NH3). Parameter ini diukur pada awal dan akhir pemeliharaan.

3.4.6 Analisis Data

Pengaruh perlakuan terhadap parameter pengamatan dianalisis dengan mengunakan analisis ragam atau analysis of variance (Anova). Apabila hasil uji antar perlakuan berbeda nyata maka akan dilakukan uji lanjut Duncan dengan selang kepercayaan 95%.


(3)

32

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tepung ikan petek dapat digunakan sebagai pengganti bahan baku tepung ikan dalam formulasi pakan benih ikan patin.

5.2 Saran

Diharapkan dari penelitian pemanfaatan tepung ikan petek sebagai bahan pengganti tepung ikan ini dapat diaplikasikan oleh para pembudidaya ikan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E dan Liviawaty, E. 2005. Pakan ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 148 hal

Arya, P. 2009. Oksigen Terlarut. http://maswira.wordpress.com/2009/05/06/ oksigen-o2-terlarut. (Akses 29 Juni 2014)

Boyd, C.E.1990. Water quality in Pond for Aquaculture. Elseiver Scientific Publishing Company. New York. 482 hal

Cholik, F., Jagatraya, A.G., Poernomo, R.P. dan Jauzi, A. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Masyarakat Perikanan Nusantara dan Taman Akuarium Air Tawar Taman Mini Indonesia Indah. Jakarta. 415 hal

Cho, C.Y., C.B. Cowey, and R. Watanabe. 1985. Finfish Nutrition in Asia : Methodological approaches research Centre. Ottawa. 154 pp.

Djariah, A.S. 2001. Budi Daya Ikan Patin. Kanisius. Yogyakarta. 87 hal.

Djajasewaka, H.Y. 1985. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 45 hal.

Djajasewaka, H.Y. 2006. Pakan Ikan. Cetakan Pertama. CV.Yasaguna. Jakarta.58hal

Djokosetiyanto. R., Dongoran.K., and Supriyono.E.2005. Pengaruh Alkalinitas Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Patin Siam (Pangasius sp). Jurnal Akuakultur Indonesia. Bogor

Effendie, M.I. 1979.Metode Biologi Perairan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.112 Hlm.

Furuichi, M. 1988. Dietary Requirement, p 8-78. In Watanabe, T. (ed.). Fish Nutrition and Mariculture. Departement of Aquatic. Biosence.


(5)

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.284 hal

Habib, M.A.B., M.R. Hasan & A.M. Akand. 1994. Dictary Carbohiydrate Utilization by Silver barb Puntius gontonotus. In : S.S. De Silva (Ed). Asian Fish. Soc. Spec. Publ. Asian Fisheries Society. Manila. Phillippines.pp 57-62.

Halver, J. E. 1989. Fish Nutrition. Ed. ke-2. Academic Press. INC. New York. 798pp.

Hariadi, dkk. 2005. Evaluasi Efisiensi Pakan Dan Efisiensi Protein Pada Ikan Karper Rumput (Ctenoharyngodon idella Val.) Yang Diberi Pakan Dengan Kadar Karbohidrat Dan Energi Yang Berbeda. LIPI. Ichtyos, Vol.4, No. 2, Juli 2005: 87-92. Dikutip pada tanggal 3 September 2014 pukul 18.00 WIB.

Kordi, M. G. H. K. 2010. Budidaya Ikan Patin di Kolam Terpal. Lily Publisher. Yogyakarta. 98 hal.

Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Jakarta : Penebar Swadaya. 191 hal

Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. 159 hal

NRC (National Research Council).1983. Nutrient requirement of Warmwater Fishes and Shellfishes. Revised edition. National Academy of Fish Science. Washington, D.C. 102 page

NRC (National Research Council). 1993. Nutrient requirement of warm water fishes. National Academy of Fish Science. Washington, D.C. 144 page

Ranjhan, S.K. 1980. Animal Nutrition in the Tropics. Vikas Publishing Hause P&T Ltd., New Delhi. P: 335

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta. 245hal

Sahwan, F. 2004. Pakan ikan dan udang: Formulasi pembuatan, Analisa ekonomi. Penebar Swadaya. Jakarta.96 hal.


(6)

SNI. 2000. Produksi Benih Ikan Patin Siam (Pangasiodon hypopthalamus). Kelas Benih Sebar. Sumber : www.bsn.go.id

Steel GD, Torrie JH. 2001. Principles and Procedure of Statistics. A Biometrical Approach, McGraw-Hill Inc. New York.

Susanto, H dan Amri, K. 2002. Budi Daya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta. 90 hal.

Subamia IW, N. Suhenda, E. Tahapri, 2003. Pengaruh Pemberian Pakan Buatan dengan Kadar Lemak yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Jambal Siam (Pangasius hypopthalmus). Jornal Pen. Perik. Indonesia 9(!): 37-42

Tacon, A.D.J. 1987. The nutrition and feeding of farmed fish and shrimp – a Training Manual 2. Nutrien sources and composition.GCP/RLA/075/ITA. Field Document 5/E. FAO, Rome, Italy, 129 pp

Tahapari, E. Sularto, dan Hadie,W. 2009. Evaluasi Pertumbuhan Ikan Patin Pasupati (Pangasionodon hypopthalamus x Pangasius djambal) Pada Lingkungan Budidaya Yang Berbeda. Prosiding Seminar Nasional Perikanan. LRPTBPAT. Sukamandi. Subang – Jawa Barat.78-84 hlm.