STUDI MODEL MORFOLOGI GUNUNG API BERDASARKAN KARAKTERISTIK VULKANIKNYA

ABSTRAK
STUDI MODEL MORFOLOGI GUNUNG API
BERDASARKAN KARAKTERISTIK VULKANIKNYA
Oleh
ERWANTO
Studi gunung api telah dilakukan dalam rangka mengklasifikasikan morfologi gunung
api berdasarkan karakteristik vulkaniknya. Data diambil dari publikasi resmi.
Karakteristik vulkanik dikelompokan menjadi (1) asal-usul bahan penyusun erupsi
.
Berdasarkan kombinasi karakteristik vulkanik tersebut dapat ditemukan tujuh jenis
morfologi gunung api, yaitu kaldera, kubah lava, cinder cone, maar, komposit, perisai
dan volcanic neck
Kata kunci: gunung api, klasifikasi, indeks letusan, morfologi

ABSTRACT
STUDY OF THE MORPHOLOGY MODEL OF THE VOLCANO
BASED ON THE VULCANIC CHARACTERISATION
By
ERWANTO
Studi of the volcano have been done doe to classified of the morphology of the
volcano based on the volcanic characterisation. The data collected from up to date

publication. Volcanic characterisation were clasified to be (1) source of the eruption
, (2)
, (3) the location of the
, and
(4) volcanic explosivity index
. Base on the combinied of the volcanic
characterisation should be classified of the seven type of the morphology of the
volcano, such as caldera, lava domes, cinder cones, maar, composite, shield and
volcanic neck.
Keywords: volcano, classification, explosivity index, morphology

BAB V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dari analisis dan kajian yang telah dilakukan dapat ditarik simpulan sebagai
berikut :
1. Bahan

asal-usul


penyusun

erupsi

berupa

freato-magmatik

yang

mengandung gas dan viskositas tinggi membentuk erupsi bersifat
eksplosif.
2. Dari 27 probabilitas yang ada, diperoleh 4 pola kombinasi dari sistem
pemodelan menghasilkan 7 morfologi gunung api yaitu Kaldera, Kubah
Lava, Cinder Cone, Maar, Perisai, Komposite, dan Volcanic Neck.
3. Magma berkomposisi basaltik akan cenderung menghasilkan gunung api
bermorfologi perisai sedangkan magma berkomposisi andesitan-riolit akan
menghasilkan gunung api bermorfologi kerucut.

B. Saran


Untuk mendapatkan klasifikasi yang lebih akurat disarankan untuk menggunakan
informasi frekuensi erupsi pada masing-masing gunung api dan volume material
yang dierupsikannya.

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Ilmu kegunungapian berkembang sangat pesat pada 30 tahun terakhir, yang
ditandai dengan peristiwa besar yaitu meletusnya Mount St Helent di Amerika
Serikat. Kejadian tersebut menyadarkan para ahli gunung api bahwa ternyata ada
proses alam berupa longsoran besar pada tubuh gunung api yang semula hanya
diperkirakan terjadi bila bersama-sama dengan kegiatan tektonik. Lebih dari itu
kejadian langka ini mendorong para ahli gunung api untuk lebih meningkatkan
penelitian, baik dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
gunung api atau vulkanologi, maupun aplikasi teknologi dari ilmu tersebut untuk
menanggulangi bencana letusan gunung api maupun memanfaatkan sumber daya

alam gunung api (Bronto, 2001).
Pengklasifikasian gunung api sebenarnya sudah dimulai pada tahun 1800 an,
namun seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dibidang gunung api,
pengklasifikasian

ini

mengalami

penyesuaian.

Scrope

(1825)

dalam

pengklasifikasian gunung api berdasarkan letusan membedakan menjadi 3 jenis,
yaitu letusan tetap, letusan moderat, dan letusan paroksisma. Menjelang akhir
abad, Dana (1891) dan Russell (1902) mengklasifikasikan letusan gunung api

menjadi letusan bersifat meledak (eksplosive), letusan bersifat menengah, dan
letusan tenang. Pada tahun 1908, A. Locroix seorang geologiawan Perancis,
mengusulkan klasifikasi letusan gunung api menjadi tipe Hawaii, tipe Stromboli,

2

tipe vulcani, dan tipe Pelea. Kemudian pada tahun 1925 Ascher juga membuat
klasifikasi letusan gunung api yang didasarkan pada besarnya tekanan gas,
viskositas dan kedalaman waduk magma menjadi 7 jenis, yaitu tipe Hawaiian, tipe
Stromboli, tipe Vulkano, tipe Merapi, tipe Pelee, tipe Vinsent, dan tipe Plinian.
Perbedaan inilah yang kemudian menjadi menarik untuk dilakukan sebuah
penyederhanaan pengklasifikasian gunung api yang didasarkan pada aktivitas
vulkaniknya, yang mengacu pada informasi data penelitian, jurnal, dan
pengklasifikasian yang sudah ada yang dikorelasikan dengan teori gunung api.
Banyaknya gunung api dan batuan gunung api serta sangat eratnya hubungan
dengan kehidupan manusia mendorong perlunya ilmu gunung api dipelajari secara
khusus. Dengan jumlah 1526 gunung api aktif di dunia dan 128 buah diantaranya
terdapat di Indonesia, hal ini mendorong peneliti untuk lebih meningkatkan
penelitian dibidang kegunungapian. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan
jurnal, buku, serta semua informasi penelitian yang sudah terpublikasi. Analisis

dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang didapat dari literatur,
informasi ini menjadi data yang akan disajikan berupa tabel. Penelitian yang
dilakukan difokuskan pada pemodelan morfologi gunung api dengan melihat
karakteristik vulkaniknya yang meliputi asal-usul bahan penyusun erupsi,
ekplosifisme dan lokasi erupsinya sehingga didapat informasi yang bisa menjadi
acuan penerapan ilmu yang bersangkutan.

B.

Tujuan Penelitian

3

Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari aktivitas gunung api.
2. Mengkorelasikan

model morfologi gunung api dengan karakteristik

vulkaniknya.


C.

Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada perbandingan klasifikasi gunung api berdasarkan
karakteristik morfologi, eksplosifme, dan lokasi erupsinya.

D.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari dilaksanakannya penelitian ini adalah:
1.

Untuk mengetahui karakteristik dan klasifikasi gunung api.

2.

Memberikan


pemahaman model morfologi berdasarkan karakteristik

vulkaniknya
3.

Sebagai sumber informasi lebih lanjut yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam pemanfaatan informasi untuk berbagai kepentingan,
khususnya pada pengklasifikasian gunung api.