Pengaruh Akses Media Sosial, Gaya Pengasuhan dan Kekerasan Verbal Orang Tua Terhadap Karakter Siswa SMK di Bogor

PENGARUH AKSES MEDIA SOSIAL, GAYA PENGASUHAN
DAN KEKERASAN VERBAL ORANG TUA TERHADAP
KARAKTER SISWA SMK DI BOGOR

SUDI HERLIN RAHMAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul; “Pengaruh Akses Media
Sosial, Gaya Pengasuhan dan Kekerasan Verbal Orang Tua Terhadap Karakter
Siswa SMK di Bogor” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Sudi Herlin Rahmawati
NIM I251120051

RINGKASAN
SUDI HERLIN RAHMAWATI. Pengaruh Akses Media Sosial, Gaya Pengasuhan
dan Kekerasan Verbal Orang Tua Terhadap Karakter Siswa SMK Di Bogor.
Dibimbing oleh DWI HASTUTI dan TIN HERAWATI.
Media sosial dan keluarga adalah lingkungan terdekat bagi remaja, yang
memiliki peran penting pada pembentukan karakter remaja. Tujuan dari penelitian
ini adalah menganalisis pengaruh akses media sosial, gaya pengasuhan dan
kekerasan verbal orang tua terhadap karakter siswa SMK di Bogor. Penelitian
dilakukan pada Bulan Oktober hingga Desember 2013 di dua sekolah yaitu SMK
swasta di Kota dan SMK swasta di Kabupaten Bogor. Populasi dari penelitian
adalah seluruh siswa di SMK terpilih yang memiliki siswa terlibat kenakalan
remaja seperti tawuran, penggunaan obat terlarang, dan seks bebas berdasarkan
data dari Dinas Pendidikan kota Bogor. Jumlah contoh sebanyak 100 siswa terdiri
atas 50 remaja laki-laki dan 50 perempuan yang duduk di kelas 1 dan 2. Teknik
penarikan contoh dilakukan secara simple random sampling. Penelitian ini

merupakan bagian dari studi Hastuti et al. (2013).
Penelitian menunjukkan bahwa intensitas remaja dalam mengakses media
sosial cukup tinggi, hal ini terlihat dari banyaknya remaja yang mengakses media
sosial setiap hari dan menuliskan aktifitasnya setiap saat pada media sosial, serta
tetap membuka situs media sosial walaupun sedang mencari tugas sekolah.
Intesitas remaja juga terlihat dari lamanya remaja dalam mengakses media sosial.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa remaja perempuan lebih sering
mengakses media sosial dibandingkan laki-laki. Remaja contoh juga banyak yang
membuka situs facebook, games-online, dan youtube yang bermuatan pornografi
dan bahasa tidak sopan. Terdapat perbedaaan nyata akses remaja pada muatan
pornografi, dimana remaja laki-laki lebih sering mengakses muatan pornografi
dibandingkan remaja perempuan.
Pengasuhan otoritatif paling banyak diterapkan orang tua kepada remaja
contoh. Di sisi lain orang tua membedakan gaya pengasuhan kepada remaja lakilaki dan perempuan. Remaja laki-laki mendapatkan pengasuhan lebih permisif
dibandingkan perempuan dan remaja perempuan mendapatkan pengasuhan yang
lebih otoriter dibandingkan laki-laki. Terdapat perbedaan nyata gaya pengasuhan
permisif dan otoritatif orang tua pada remaja. Orang tua juga melakukan
kekerasan verbal kepada remaja contoh. Terdapat perbedaan nyata kekerasan
verbal orang tua kepada remaja laki-laki dan perempuan. Ayah cenderung lebih
sering melakukan kekerasan verbal kepada remaja perempuan dibandingkan lakilaki, namun ibu tidak membedakan kekerasan verbal kepada remaja laki-laki dan

perempuan.
Karakter tanggungjawab remaja contoh cenderung masih rendah, sebagian
besar remaja tetap mengakses media sosial, melakukan aktifitas like status teman
atau menulis status pribadi pada akun media sosial pada saat guru sedang
mengajar. Remaja juga masih terlambat datang ke sekolah, mencoret-coret tempat
umum atau menyalin tugas sekolah dari teman. Karakter hormat dan santun
remaja contoh juga rendah, hal ini terlihat dari remaja yang tetap mengaktifkan

media sosial ketika belajar walaupun orang tua dan guru meminta untuk
mematikannya, meniru pemakaian bahasa tidak sopan dari media sosial kepada
orang tua dan guru serta tidak menghiraukan orang tua dan guru yang sedang
berbicara karena sedang mengakses media sosial. Remaja contoh juga terbiasa
berkata dengan nada keras pada orang lain, memalsukan tandatangan orang tua
pada kertas nilai ulangan yang jelek serta tidak memperhatikan guru dikelas.
Hasil analisis menemukan bahwa terdapat hubungan antara intensitas dan
muatan pornografi serta bahasa tidak sopan dengan karakter. Semakin tinggi
intesitas remaja pada media sosial dan semakin sering remaja mengakses muatan
pornografi dan bahasa tidak sopan maka karakter tanggungjawab, hormat dan
santun remaja semakin rendah. Analisis regresi (R2=0.253) menunjukkan bahwa
jenis kelamin, muatan media sosial yang diakses remaja dan pengasuhan permisif

ibu menjadi variabel yang paling berpengaruh terhadap karakter remaja. Remaja
perempuan memiliki karakter yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Semakin
sering remaja mengakses media sosial dengan muatan pornografi dan bahasa tidak
sopan didalamnya, serta orang tua terutama ibu mengasuh remaja dengan gaya
permisif, maka karakter remaja semakin rendah.
Kata kunci: bahasa tidak sopan, karakter, media sosial, pornografi, remaja

SUMMARY
SUDI HERLIN RAHMAWATI. The Influence of Social Media Acces, Parenting
Styles, and Parent’s Verbal Violence on Character of High School Students in
Bogor. Supervised by DWI HASTUTI and TIN HERAWATI.
Social media and family as microsystem plays important role for shaping
the character of teenagers. The aim of this study was to analyse the influence of
social media acces, parenting style and parent’s verbal violence to the teenager
character on high school students. The observation was conducted from October
to December 2013 in two private vocational high schools in Bogor. The research
population was students from selected schools which recorded involve with
juvenile delinquency such as gang fight, drugs and free-sex based on the data
from Education Official of Bogor. The sample is selected random. Total sample
were 100 students consist of 50 male and 50 female students at 10st and 11nd

grade. This research is part of research conducted by Hastuti et al. (2013).
Based on analysis, social media intensity of adolescent sample was very
high. It was shown that many adolescents always accessing social media every
day and up-date the status every time. Adolescents were also frequently access
social media although being browsing the literature for a school assignment via
the internet. There were differences between male and female adolescents in
related to the intensity of accessing social media, where female were more
intensive than male. The research also found the differences on accessing
pornography contents between male and female adolescents; where male tend to
be more frequently access the pornography than female.
Based on result authoritative parenting style was the most parenting style
practice by parent at home. On the other hand parents distinguish their parenting
style to the male and female adolescents. Parents do more permissive to male than
female, beside parents was more authoritarian to female than male. There were
significant differences on permissive and authoritative parenting style to male and
female adolescents. Based on analysis, parents also do verbal violence to
adolescents, there were significant differences on parental verbal violence to male
and female adolescents, that wich fathers tend to be more frequent verbal violence
to female than male adolescent, but mother does not distinguish verbal violence to
the adolescent.

The result shown that responsibility character of adolescents sample was
low; most adolescent kept on accessing social media while the teacher was
teaching in the classroom, they were doing activities such as like friends' status or
write down personal status on social media. Adolescents sample also still come
late to school, doodling public places or copied school work from a friend. The
respectful and courtesy adolescent’s character was also low, as shown from the
result that adolescents kept access on social media while learning though parents
and teachers asked to turn it off, adopted the use of impolite language from social
media to parents and teachers as well as ignoring parents and teachers while they
were speaking because still kept on accessing social media. Adolescents sample
was often spoke in loud tones to others, copied parents’ signatures on bad paper
test scores and did not pay attention to the teacher in class.

The analysis found, there was a relationship between the intensity and
pornography also impolite words with adolescent’s character. The higher intensity
of adolescents on accesing social media and pornography also impolite words
therefore the character of responsibility, respect and courtesy of adolescents’
sample was lower. Regression analyses found that student’s sex, access to social
media content and mother’s permissive parenting style are recognized as dominat
variable which influence to adolescent’s character (R2=0.253).

Keywords: adolescent, character, parenting style, parent’s verbal violence, social
media,

.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGARUH AKSES MEDIA SOSIAL, GAYA PENGASUHAN
DAN KEKERASAN VERBAL ORANG TUA TERHADAP
KARAKTER SISWA SMK DI BOGOR

SUDI HERLIN RAHMAWATI


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Sarwititi S Agung, MS

Judul Tesis : Pengaruh Akses Media Sosial, Gaya Pengasuhan dan Kekerasan
Verbal Orang Tua Terhadap Karakter Siswa SMK di Bogor
Nama
: Sudi Herlin Rahmawati
NIM
: I251120051

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Dwi Hastuti, M.Sc
Ketua

Dr Tin Herawati, SP, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Keluarga dan
Perkembangan Anak

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


Tanggal Ujian:
(tanggal pelaksanaan ujian tesis)

Tanggal Lulus:
(tanggal penandatanganan tesis
oleh Dekan Sekolah
Pascasarjana)

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil’alaamiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas
segala karunia, rahmat dan hidayah yang diberikan sehingga tesis ini berhasil
diselesaikan. Judul tesis ini adalah “Pengaruh Akses Media Sosial, Gaya
Pengasuhan dan Kekerasan Verbal Orang Tua Terhadap Karakter Siswa SMK di
Bogor” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Dwi
Hastuti M.Sc selaku ketua komisi pembimbing, dan Ibu Dr Tin Herawati, SP,
M.Si sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan pengarahan,

bimbingan, saran, motivasi serta bantuan yang tiada henti selama pelaksanaan
penelitian dan penulisan tesis.
Penulis ucapkan terimakasih kepada kepala sekolah dan para pengajar SMK
YAPIS dan SMK Widya Dharma atas izin yang diberikan untuk melakukan
penelitian serta bantuan dan kemudahan selama pelaksanaan penelitian. Kepada
tim penelitian STRANAS (Dila, Herni, Lia, Nisa dan Andin) atas kerjasama yang
baik selama waktu penelitian. Kepada Eka Wulida Latifah S.Si, dan Elmanora
S.Si atas bantuan dan kesediaan membantu dalam analisis data penelitian. Ucapan
terimakasih kepada Mustika Dewanggi S.Si atas kerjasama dan bantuannya
selama penyelesaian tesis. Kepada rekan-rekan mahasiswa Pascasarajana program
studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak angkatan 2012 disampaikan
terimakasih atas dukungan dan bantuan selama perkuliahan dan penelitian.
Terimakasih kepada kedua orang tua, Mami atas do’a yang tiada pernah
berhenti dan dukungan yang sangat besar kepada penulis, Bapak (alm), serta mbak
dan adik; mbak Yani (alm), mas Heri, mas Songko, dan Ani. Kepada suami
Akhmad Rizali atas do’a yang selalu dipanjatkan, atas kesempatan, dukungan,
motivasi, kepercayaan dan semangat yang diberikan kepada penulis tiada henti.
Penelitian ini didanai dan merupakan bagian dari Penelitian Strategi
Nasional 2012 (STRANAS) yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc berjudul
“Model Harmonisasi Peran Keluarga dan Sekolah Dalam Pembentukan Karakter
Mulia Remaja bagi tercapainya Visi Insan Cerdas Komprehensif Tahun 2014”
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan berguna bagi yang memerlukannya

Bogor, September 2014
Sudi Herlin Rahmawati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... . viii
1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Perumusan Masalah ................................................................................ 2
Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 4
3 KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................ 10
4 METODE PENELITIAN .............................................................................. 11
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 11
Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh ................................... 12
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ......................................................... 12
Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 13
Definisi Operasional ............................................................................... 14
5 Artikel 1 ........................................................................................................ 16
ANALISIS INTENSITAS DAN MUATAN MEDIA SOSIAL
TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER
SISWA SMK DI BOGOR ............................................................................ 16
Abstrak.................................................................................................... 16
Abstract. .................................................................................................. 16
Pendahuluan............................................................................................ 17
Tujuan Penelitian .................................................................................... 18
Manfaat Penelitian .................................................................................. 18
Metode Penelitian ................................................................................... 19
Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 20
Hasil ........................................................................................................ 20
Karakteristik Siswa dan Orang Tua
......................................20
Media Sosial .................................................................................. 20
Karakter ......................................................................................... 23
Hubungan Karakteristik Remaja, Karakteristik Orang Tua dan
Media Sosial dengan Karakter Remaja ......................................... 24
Pembahasan ............................................................................................ 25
Simpulan dan Saran ................................................................................ 28
Simpulan ....................................................................................... 28
Saran .............................................................................................. 28
Daftar Pustaka......................................................................................... 28
6 Artikel 2 ........................................................................................................ 30
PENGARUH AKSES MEDIA SOSIAL, GAYA PENGASUHAN DAN
KEKERASAN VERBAL ORANG TUA PADA KARAKTER
SISWA SMK DI BOGOR ............................................................................ 30
Abstrak.................................................................................................... 30
Abstract ................................................................................................... 30
Pendahuluan............................................................................................ 31
Tujuan Penelitian .................................................................................... 32

Manfaat Penelitian ......................................................................... 32
Metode Penelitian .......................................................................... 33
Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 34
Hasil ........................................................................................................ 34
.................. Karakteristik Siswa dan Orang Tua
34
.................. Akses Media Sosial ....................................................................... 35
.................. Gaya Pengasuhan .......................................................................... 36
.................. Kekerasan Verbal Orang Tua ........................................................ 37
.................. Karakter ......................................................................................... 38
.................. Pegaruh Akses Media Sosial, Gaya Pengasuhan,
.................. dan Kekerasan Verba Orang Tua Terhadap Karakter
.................. Siswa SMK di Bogor ..................................................................... 39
Pembahasan ............................................................................................. 40
Simpulan dan Saran ................................................................................ 44
Simpulan ........................................................................................ 44
Saran .............................................................................................. 44
Daftar Pustaka ......................................................................................... 45
7 PEMBAHASAN UMUM .............................................................................. 47
8 SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 49
Simpulan ................................................................................................. 49
Saran........................................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 50
LAMPIRAN ..................................................................................................... 54

DAFTAR TABEL
4.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................. 13
4.2 Realibitas instrumen media sosial, gaya pengasuhan,
kekerasan verbal dan karakter remaja
14
5.1 Sebaran remaja berdasarkan karakteristik siswa
dan orang tua menurut jenis kelamin remaja
20
5.2 Persentase remaja berdasarkan intensitas media sosial menurut
jenis kelamin remaja .................................................................................. 21
5.3 Persentase remaja berdasarkan muatan media sosial menurut jenis
Kelamin Remaja
22
5.4 Persentase remaja berdasarkan karakter menurut jenis
kelamin remaja
23
5.5 Hubungan karakteristik remaja, karakteristik orang tua, dan
media sosial dengan karakter remaja
24
6.1 Persentase remaja berdasarkan karakteristik siswa dan orang tua
Menurut jenis kelamin remaja
34
6.2 Persentase remaja berdasarkan pilihan situs, tempat, waktu durasi
akses media sosial jenis kelamin remaja
35
6.3 Sebaran remaja berdasarkan intensitas dan muatan yang diakses
pada media sosial menurut jenis kelamin remaja
36
6.4 Persentase remaja berdasarkan gaya pengasuhan orang tua menurut
jenis kelamin remaja
37
6.5 Persentase remaja berdasarkan kekerasan verbal orang tua menurut
38
jenis kelamin remaja
6.6 Sebaran remaja berdasarkan karakter menurut jenis kelamin remaja
39
6.7 Pengaruh akses media social, gaya pengasuhan dan
kekerasan verbalOrang tua terhadap karakter siswa SMK di Bogor .......... 40

DAFTAR GAMBAR
3.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................... 11
2.1 Kerangka Penarikan Contoh ...................................................................... 12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Skor Akses Media Sosial
2 Skor Gaya Pengasuhan Orang Tua
3 Skor Kekerasan Verbal Orang Tua
4 Skor Karakter Remaja
5 Matrik Sumber Acuan Jurnal

55
60
67
68
71

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan pembentukan karakter
masyarakatnya (Megawangi 2007). Masyarakat dengan karakter yang baik akan
menciptakan kondisi yang saling mendukung dalam pembangunan ekonomi,
teknologi maupun sumber daya manusia itu sendiri. Menurut Lickona (1991)
seringkali dalam pembangunan karakter tidak terlepas dari faktor budaya yang ada
di dalam negara tersebut. Indonesia dengan budaya “ketimuran” cenderung arif
dan hormat terhadap berbagai hal termasuk budaya atau teknologi baru yang
masuk, sehingga pada dewasa ini banyak terjadi akulturasi budaya dan teknologi.
Masuknya teknologi atau budaya baru selain memberikan dampak positif namun
juga membawa dampak negatif. Perkembangan teknologi komunikasi sebagai
contoh, menjadikan hilangnya faktor pembatas dalam komunikasi dan penyebaran
informasi. Berbagai informasi dapat diakses dengan mudah, meskipun informasi
itu memberikan dampak negatif karena tidak adanya penyaring dan pemahaman
yang cukup.
Sejak ditemukan teknologi internet kini bermunculan berbagai media
online di dunia maya, salah satunya adalah media sosial (social media). Hasil
studi Montgomery (2000) bahwa remaja merupakan individu yang paling banyak
terpengaruh pada kemunculan media sosial. Keberadaan media sosial telah
merubah pola komunikas remaja. Berdasarkan studi yang dilakukan Frein et al.
(2013) remaja yang melakukan akses pada media sosial, selain akan mendapatkan
kemudahan berkomunikasi juga kemungkinan terkena dampak negatif dari media
sosial. Studi
Subrahmanyama et al. (2001) menemukan banyak remaja
mengalami penurun prestasi belajar akibat terlalu sering menghabiskan waktu
untuk mengakses media sosial dan hal ini merupakan salah satu bentuk kenakalan
remaja.
Studi Puspitawati (2009) dan Hastuti et al. (2012) di Kota Bogor,
menemukan banyak remaja yang terlibat kenakalan. Kenakalan remaja meliputi
tindakan meninggalkan rumah tanpa meminta ijin pada orang tua, berbohong,
membolos sekolah, tidak mengakui kesalahan, menipu atau menentang keinginan
orang tua, berperilaku antisosial seperti merokok, mengkonsumsi alkohol dan
narkoba, melakukan seks sebelum menikah, terlibat tawuran, dan melakukan
tindakan bullying pada teman. Merujuk pada pendapat Lickona (1991) kondisi
tersebut merupakan tanda-tanda suatu bangsa telah mengalami kemunduran,
karena para remaja telah meninggalkan pedoman yang baik dan melakukan
tindakan yang buruk. Menurut Peterson & Seligman (2004) hal itu mencerminkan
generasi remaja yang telah kehilangan integritas diri atau rasa tanggungjawab dan
rendahnya penghargaan remaja terhadap orang tua yang ditunjukan dengan tidak
bersikap hormat dan santun kepada orang tua. Sikap ini bertentangan dengan nilai
budaya yang dianut oleh bangsa kita yaitu bangsa yang menjunjung tinggi nilai
tanggungjawab dan penghormatan kepada orang yang lebih tua
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu melakukan penanaman karakter
yang kuat pada diri remaja sehingga mampu membedakan mana yang boleh

2
dilakukan dan yang harus dihindari (Megawangi 2007). Karakter yang penting
dimiliki oleh remaja adalah tanggungjawab, hormat dan santun. Pembentukan
nilai-nilai karakter tersebut dapat mengatasi dampak negatif dari akses media
sosial, sehingga menurut Hoghugi & Long (2004) penting bagi orang tua
memfungsikan pengasuhan dengan optimal di lingkungan rumah yaitu
memberikan perhatian pada remaja dan mengontrol setiap keputusan dan sikap
yang dilakukan remaja. Studi Mesch (2006) menemukan bahwa penggunaan
media sosial pada remaja dipengaruhi oleh komunikasi dengan orang tua dimana
orang tua yang tidak memiliki komunikasi yang baik dengan anak akan membuka
peluang anak mudah terpengaruh dampak negarif dari media sosial.
Perumusan Masalah
Pembentukan karakter merupakan hal penting dan mendesak yang harus
dilakukan oleh orang tua untuk mencegah meningkatnya pengaruh dampak negatif
media sosial pada perilaku remaja, O'Keeffe & Pearson (2001) menyatakan bahwa
semakin hari jumlah remaja pengakses media sosial semakin meningkat. Pada
studi yang dilakukan oleh Hastuti et al. (2012) di kota Bogor terhadap remaja
laki-laki maupun perempuan sebagian kecil atau 20 persen jumlah remaja
memiliki karakter tanggungjawab pada kategori tinggi, selebihnya yaitu 70 persen
remaja pada kategori sedang dan rendah. Jumlah remaja baik laki-laki maupun
perempuan yang memiliki karakter hormat dan santun hanya 4 persen termasuk
pada kategori tinggi, dan 86 persen remaja memiliki karakter hormat dan santun
pada kategori sedang dan rendah.
Saat ini pengakses media sosial didominasi remaja usia 18 tahun yang
menghabiskan waktu 6 sampai 8 jam mengakses media sosial (Brow & Cantor
2000). Dalam mengakses media sosial maka remaja akan mengekspresikan emosi
dan perilaku yang baik atau positif maupun negatif (Barnett et al. 2013). Remaja
yang aktif mengakses media sosial akan cenderung mengajak teman sebaya untuk
mengakses media yang sama (Koutamanis et al. 2013). Hal terpenting yang harus
diketahui orang tua bahwa media sosial banyak berisi muatan bahasa tidak sopan
dan seksualitas (O’Keeffe & Pearson 2001). Studi Aslanidou & Menexes (2008)
bahwa remaja terutama laki-laki cenderung mengakses internet untuk mencari
hiburan daripada mencari sumber rujukan untuk tugas sekolah. Hal ini berbeda
dengan remaja perempuan yang lebih banyak mengakses internet yang bermuatan
ilmu pengetahuan untuk kepentingan pembelajaran di sekolah dibandingkan untuk
mencari hiburan. Kebiasaan remaja yang terlalu sering mengakses internet
termasuk media sosial berdampak pada penurunan prestasi belajar
(Subrahmanyama et al. 2001) dan kesehatan seksual (Guse et al. 2010).
Berbagai dampak negatif dari media sosial tersebut dapat dicegah jika
orang tua khususnya ibu memiliki hubungan yang baik dengan remaja.
Terjalinnya hubungan yang baik tersebut akan memperkecil peluang remaja
terkena dampak negatif dari media sosial (Dogan 2013). Kondisi demikian
menjadikan peran pengasuhan orang tua menjadi hal penting membentuk
hubungan tersebut karena menurut Aslanidou & Menexes (2008) pengguna media
sosial tidak dipengaruhi oleh lokasi tempat tinggal remaja seperti kota dan desa,
status sosial, atau tingkat pendidikan orang tua, namun pembedaanya adalah pada
tingkat perhatian orang tua pada anak remaja terhadap akses internet

3
Berdasarkan uraian sebelumnya maka perlu dilakukan kajian tentang; (1)
akses (intensitas dan muatan) media sosial, gaya pengasuhan dan kekerasan verbal
orang tua serta karakter remaja laki-laki dan perempuan, (2) perbedaan akses
media sosial (intensitas dan muatan), gaya pengasuhan dan kekerasan verbal
orang tua serta karakter pada remaja laki-laki dan perempuan, (3) hubungan antara
karakteristik remaja dan orang tua serta akses (intensitas dan muatan) media sosial
pada karakter remaja laki-laki dan perempuan, dan (4) pengaruh akses (intesitas
dan muatan) media sosial remaja, gaya pengasuhan dan kekerasan verbal orang
tua terhadap pembentukan karakter remaja
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis tentang
pengaruh akses media sosial, gaya pengasuhan dan kekerasan verbal orang tua
terhadap karakter pada remaja laki-laki dan perempuan siswa dan siswi SMK di
Bogor. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengindentifikasi akses media sosial, gaya pengasuhan dan kekerasan verbal
orang tua serta karakter remaja.
2. Menganalisis perbedaan akses (intensitas dan muatan) media sosial, gaya
pengasuhan dan kekerasan verbal orang tua serta karakter pada remaja lakilaki dan perempuan.
3. Menganalisis hubungan karakteristik remaja dan orang tua serta akses
(intensitas dan muatan) media sosial pada karakter remaja.
4. Menganalisis pengaruh akses (intesitas dan muatan) media sosial remaja,
gaya pengasuhan dan kekerasan verbal orang tua terhadap pembentukan
karakter remaja.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait
mengenai akses media sosial, pengasuhan dan kekerasan verbal orang tua sebagai
faktor-faktor yang dimungkinkan dapat memengaruhi pembentukan karakter
remaja, terutama tanggung jawab, hormat dan santun. Menjadi rekomendasi bagi
orang tua dalam menerapkan pengasuhan yang tepat kepada remaja sehingga
terhindar dari pengaruh negatif media sosial. Pada para guru dapat menjadi
rujukan penerapan peraturan sekolah yang berkaitan dengan akses siswa pada
media sosial dan pembentukan karakter remaja. Hasil dari penelitian ini juga
dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berperan dalam pembentukan karakter
remaja seperti organisasi keagamaan atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan
bidang ilmu keluarga dan perkembangan anak. Kepada penentu kebijakan
terutama Kementrian Komunikasi dan Informasi serta Kementrian Pemberdayaan
Perempuan, hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi rekomendasi dalam
menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan akses media sosial dan pengasuhan
di dalam keluarga.

4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Teori Struktural Functional Sebagai landasan Pembentukan Keluarga
Peraturan Pemerintah No 21 tahun 1994 tentang penyelenggaraan
pembangunan keluarga sejahtera keluarga memiliki fungsi yaitu pemenuhan
kebutuhan fisik seperti makan, minum, kesehatan, dan fungsi pemenuhan
kebutuhan non fisik seperti keagamaan, sosial, budaya, cinta kasih, perlindungan,
reproduksi, sosialisasi, pendidikan, ekonomi dan pembinaan lingkungan.
Salah satu teori keluarga yang mendasari penelitian ini adalah teori
keluarga structural functional, Puspitawati (2012) menjelaskan bahwa teori
keluarga structural functional menitikberatkan berfungsinya struktur dan fungsi
setiap anggota keluarga, yaitu adanya pembagian tugas pada struktur yang
berbeda-beda. Struktur ayah berfungsi sebagai pencari nafkah (breed winner),
struktur ibu memiliki fungsi membantu ayah memanajemen pengaturan dirumah,
seperti pengadaan makanan, merawat anak-anak, mendidik anak, menjaga
kesehatan keluarga, dan struktur anak yang berfungsi mematuhi peraturan yang
ditetapkan bersama oleh orang tua. Brooks (2001) menguraikan bahwa orang tua
adalah seorang individu yang memiliki tanggung jawab memacu dan mendukung
setiap tahap perkembangan anak dengan memberikan perawatan, perlindungan
dan pendampingan pada saat anak memasuki kehidupan baru (kehidupan anak
menuju remaja atau remaja menuju jenjang pernikahan). Keluarga hidup dalam
sebuah sistem dengan landasan kerjasama antar anggota keluarga (Megawangi
2005).
Teori Ekologi Sebagail Landasan Pembentukan Karakter Remaja
Salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan remaja adalah hasil
interaksi remaja dengan keluarga serta lingkungan masyarakat di sekelilingnya.
Pengalaman individu dalam interaksi sosial menentukan sejauh mana individu
tersebut mampu mengembangkan dan menyadari kemampuan diri (Klein & White
1996), menurut Bern (1997) teori ekologi mempelajari perkembangan manusia
dalam lingkungan yang beragam. Berdasarkan perkembangan model teori ekologi
lingkungan ekologi perkembangan manusia terbagi dalam empat sistem yaitu
mikrosistem, mesosistem, ekosistem dan makrosistem (Bern 1997).
Lingkungan pertama adalah mikrosistem yaitu lingkungan yang langsung
memengaruhi kehidupan dan perkembangan anak seperti keluarga, sekolah,
kelompok teman sebaya, media dan lingkungan tetangga. Kedua adalah
mesosistem yang terdiri atas hubungan dan interaksi antara dua atau lebih
mikrosistem yang mempengaruhi perkembangan anak, misalnya hubungan
keluarga dengan sekolah atau keluarga dengan kelompok teman sebaya anak.
Ketiga ekosistem dimana anak tidak berpartisipasi secara langsung, namun dapat
memengaruhi perkembangan anak didalam salah satu mikrosistemnya seperti
tempat kerja orang tua, keluarga besar, dan media massa. Keempat adalah
lingkungan paling jauh dari kehidupan remaja yaitu makrosistem yaitu sistem
budaya dimana remaja tinggal, nilai, gaya hidup, pilihan, dan pola interaksi sosial
memengaruhi remaja dan keluarga.

5
Akses Media Sosial
Sejak ditemukan teknologi internet pada abad ke 20 (Marson 2008) mulai
bermunculan berbagai media online di dunia maya. Salah satu media online yang
berkembang pesat adalah media sosial (social media). Keberadaan media sosial,
memudahkan komunikasi manusia. Manfaat yang dirasakan masyarakat yaitu
kemudahan berkomunikasi dengan orang lain. Dampak negatifnya adalah
berkurangnya intensitas komunikasi secara langsung. Menurut O'Keeffe &
Pearson (2011) jumlah pengguna media sosial semakin meningkat dari waktu ke
waktu dan menjadi bagian dari aktifitas kehidupan sehari-hari.
Pada awalnya media sosial dipergunakan untuk berbagi informasi aktifitas
sehari-hari seseorang secara tertulis yang dapat diakses oleh masyarakat umum
(terbuka) disebut open diary. Media ini kemudian berkembang menjadi webblog yang memiliki fasilitas dan fungsi yang sama. Nama web-blog kemudian
disingkat menjadi blog. Tahun 2000 merupakan awal mula perkembangan blog
yang ditandai semakin bertambah jumlah masyarakat pengguna blog. Tiga tahun
kemudian MySpace muncul dan menambah keberagaman media sosial yang ada
pada saat itu. Menginjak tahun 2004 merupakan puncak perkembangan media
sosial dengan ditemukan facebook dan twitter (Kaplan & Heinlein 2009). Kedua
media ini memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh media sosial yang muncul
terlebih dahulu. Diantara kelebihannya adalah menyedia fasiltas “dinding” sebagai
tempat untuk menampung segala ekspresi pengguna melalui tulisan singkat.
Media sosial ini juga menyediakan layanan “unggah foto” yang memudahkan
pengguna mengunggah foto aktifitas sehari-harinya. Hasil penelitian Kaplan &
Heinlein (2009) menemukan lebih banyak orang yang menggunakan facebook dan
twitter sebagai media komunikasi didunia maya dibandingkan blog, dengan alasan
lebih memberikan kemudahan karena bisa langsung menulis apa saja yag
diinginkan secara singkat dan cepat tanpa harus menulis dalam sebuah paragrap
seperti jika menggunakan media sosial blog.
Pengasuhan Orang Tua Berdasarkan Gaya Pengasuhan
Pengasuhan adalah aktifitas orang tua secara berkala berupa aksi dan
interaksi untuk mendukung perkembangan anak
(Brooks, 2001). Jalinan
hubungan antara anak dengan keluarga adalah penting bagi perkembangan anak.
Gaya pengasuhan orang tua dapat memengaruhi anak dalam hal karakteristik
kepribadian dan penyesuaian diri terhadap lingkungan (Locke 2002) disisi lain
gaya pengasuhan yang tepat dapat mendukung perkembangan kompetensi anak.
Baumrind menyatakan dalam teorinya “Family Attitudes”, terdapat tiga
tipe gaya pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua dalam pengasuhan yaitu
authoritarian atau otoriter, permissive atau permisif, dan authoritative atau
otoritatif (Lamb & Baumrind 1978). Ketiga gaya pengasuhan ini berdasarkan dua
perilaku pengasuhan yaitu demandingness dan responsiveness. Demandingness
mengacu pada perilaku orang tua menunjukkan kontrol, kekuasaan, pengawasan,
tuntutan kedewasaan, dan menetapkan batasan, sedangkan responsiveness
mengacu pada sejauh mana orang tua menunjukkan kehangatan kasih sayang dan
penerimaan terhadap anak, memberikan dukungan dan menjelaskan alasan.
Berkaitan dengan gaya pengasuhan otoriter
orang tua memiliki tingkat

6
demandingness yang tinggi dan responsiveness yang rendah, sedangkan gaya
pengasuhan permisif menunjukkan orang tua memiliki tingkat demandingness
rendah dan responsiveness yang tinggi, dan gaya pengasuhan otoritatif adalah
gaya pengasuhan dimana orang tua memiliki tingkat demandingness dan
responsiveness yang tinggi.
Gaya pengasuhan otoriter merupakan gaya pengasuhan yang mengontrol
perilaku anak dengan tegas, berorientasi kekuasaan, menuntut ketaatan namun
tanpa memperhatikan karakteristik individual anak. Gaya pengasuhan orang tua
tipe ini menekankan pada kontrol tanpa sikap mengasuh dan dukungan terhadap
anak (Brooks 2001), menilai perilaku dan sikap anak dengan standar tinggi serta
menghargai ketaatan, rasa hormat terhadap otoritas dan tradisi (Berns 1997).
Peraturan dan batasan yang ditetapkan orang tua bersifat kaku dan dibentuk
dengan tingkat otoritas yang tinggi. Dalam gaya pengasuhan tipe ini, yang bernilai
bagi orang tua adalah ketaatan anak tanpa bertanya dan orang tua ikut campur dan
membatasi perilaku anak tanpa ragu untuk kebaikan anak (Önder & Gülay 2009).
Orang tua tipe ini tidak memberi dukungan dan kekuatan bagi anak dan percaya
bahwa apa yang orang tua katakan harus diterima oleh anak sebagai kebenaran
(Bartell 2005). Meskipun tingkat kepedulian terhadap anak rendah, orang tua
memiliki tingkat kontrol tinggi (Johnson 2006). Orang tua menerapkan hukuman
verbal dan nonverbal (fisik) untuk mengatasi perilaku anak yang tidak diinginkan
dan tidak memuji perilaku positif serta mengalami stress dalam hal
menghilangkan perilaku anak yang tidak diharapkan (Lamb & Baumrind 1978).
Orang tua memiliki harapan terhadap anak di luar kemampuan anak (Cunningham
1993), tidak menyukai perubahan dan memutuskan sesuatu dengan cepat tanpa
mengevaluasi pengaruh dari keputusan remaja terhadap anak (Locke 2002). Anakanak yang diasuh dengan pola otoriter cenderung tidak bahagia, menarik diri, dan
penuh rasa curiga (Brooks 2001), serta penuh rasa takut, tidak memiliki tujuan
dan tidak puas (Berns, 1997). Hasil penelitian Lamborn et al. (1991)
menunjukkan bahwa remaja dari orang tua otoriter cukup berprestasi secara
akademik tetapi rendah kepercayaan dirinya (self reliance dan self concept).
Gaya pengasuhan permisif merupakan gaya pengasuhan dimana orang tua
menunjukkan penerimaan dan menyetujui segala tingkah laku anak dan
memberikan kebebasan sepenuhnya (Brooks 2001) tanpa melihat akar atau
sumber permasalahan/perilaku (Önder & Gülay 2009). Orang tua tipe ini tidak
mengontrol dan tidak menuntut apapun (Berns 1997), bersikap masa bodoh dan
tidak terlibat, tidak pernah menetapkan aturan dan memberikan pengarahan
kepada anak (Brooks 2001), meskipun perilaku anak membahayakan
lingkungannya, orang tua tetap menerima perilaku tersebut dan tidak dapat
membujuk anak untuk menaati peraturan (Önder & Gülay 2009). Meskipun orang
tua memiliki kemampuan untuk mengasuh anak, namun remaja memiliki
kompetensi yang rendah untuk mengendalikan perilaku anak-anak remaja
(Johnson 2006, Mussen et al. 1990). Orang tua memberikan tingkat kebebasan
yang tinggi dan tingkat disiplin yang rendah serta memiliki harapan yang rendah
terhadap anak (Cunningham 1993). Anak-anak yang diasuh dengan gaya permisif
cenderung tidak mandiri, impulsif, agresif, tidak berani bereksplorasi dan
memiliki kendali diri yang lemah (Berns 1997).
Gaya pengasuhan otoritatif mempunyai karakteristik mengatur namun
membuka peluang perbaikan, menuntut namun rasional, hangat, menerima

7
komunikasi dari anak dan menghargai disiplin, kemandirian dan keunikan anak.
Orangtua menentukan batasan dan aturan yang jelas dalam keluarga namun tetap
menerima komunikasi dan bertoleransi terhadap anak (Hurlock 1997). Peraturan
yang ditetapkan bersifat terbuka, jelas, dapat didiskusikan, dan siap untuk diubah
sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan. Peraturan dapat diatur kembali karena
bersifat membuka peluang perbaikan (Mussen et al. 1990). Hubungan antara
orang tua dan anak adalah hubungan yang dekat dan orang tua menerapkan
pendekatan kooperatif dan peka terhadap anak dan mendukung anak dengan
ekspresi verbal dan fisik (Önder & Gülay 2009). Harapan orang tua dihubungkan
dengan kemampuan anak (Johnson 2006) dan orang tua menyadari akan ide,
perasaan, dan sikap anak dan menghormatinya (Bartell 2005). Gaya pengasuhan
otoritatif ini akan menghasilkan perilaku anak yang mandiri, eksploratif, percaya
diri dan kooperatif (Berns 1997). Menurut Stevens (2008) mengaplikasikan gaya
pengasuhan otoritatif adalah strategi yang telah terbukti sebagai praktek
pengasuhan yang berhubungan dengan pengembangan kepercayaan diri, resiliensi,
dan kapasitas untuk tindakan moral.
Kekerasan Verbal Orang Tua
Kekerasan verbal orang tua merupakan bentuk hukuman verbal untuk
mengatasi perilaku anak yang tidak diinginkan (Lamb & Baumrind 1978). Orang
tua memiliki harapan terhadap anak di luar kemampuan anak (Cunningham 1993),
tidak menyukai perubahan dan memutuskan sesuatu dengan cepat tanpa
mengevaluasi pengaruh dari keputusan remaja terhadap anak (Locke 2002).
Kekerasan verbal terjadi pada pengasuhan gaya otoriter (Lamb & Baumrind 1978)
Studi Spillane-Grieco (200) menemukan remaja yang mendapatkan
kekerasan baik verbal dari orang lain akan meniru perilaku tersebut yaitu dengan
berkata kasar atau tidak sopan kepada teman sebaya atau orang-orang lain
disekitarnya. Dampak dari perilaku orang tua yang melakukan kekerasan verbal
kepada remaja juga dapat memengaruhi perilaku remaja seperti tindakan
pengrusakan (agression) atau perilaku kekerasan lainnya. Pengasuhan orang tua
kepada remaja dengan melakukan kekerasan verbal menimbulkan dampak negatif
terhadap perkembangannya, yaitu memengaruhi cara berkomunikasi remaja yang
cenderung kasar dan tidak sopan juga merangsang remaja melakukan perilaku
merusak (agression).
Lin & Giles (2013) dalam studinya menyatakan bahwa anak atau remaja
yang mendapatkan perlakuan kasar dari pengasuhnya (orang tua maupun orang
lain) akan tumbuh menjadi individu yang cenderung berperilaku menyimpang dari
norma-norma kebaikan. Individu yang memiliki sikap dan perkataan yang
cenderung rendah diri, menganggap dirinya tidak memerlukan peghargaan diri.
Remaja yang tumbuh dalam lingkungan dengan komunikasi penuh kekerasan
mengakibatkan remaja kehilangan rasa percaya diri dan tidak mampu
menegmbangkan potensi dirinya. Kondisi ini akan mengganggu proses tumbuh
dan kembang remaja (Santrock 2005)

8
Karakter Remaja
Nilai-nilai moral adalah landasan pembentukan karakter pada remaja.
Karakter akan berkembang sesuai kemampuan berfikir (kognitif) dan akan
meningkat dari masa ke masa. Santrock (2009) merujuk pendapat Piaget tentang
teori moral menyatakan bahwa perubahan moral remaja terlihat pada perilaku
remaja yang berbeda-beda. Perilaku tersebut merupakan cerminan dari tingkat
pencapaian moral karakter remaja. Kohlberg menyempurnakan pendapat Piaget
bahwa perkembangan moral remaja juga bertingkat-tingkat. Kondisi tingkat moral
remaja akan berubah seiring perkembangan usianya. Miller (2001) menjelaskan
awal orientasi dari perkembangan moral anak adalah berorientasi pada pengakuan
sosial, yaitu ingin mendapatkan sebutan sebagai orang baik. Perilaku tersebut
mencapai tingkatan tertinggi yaitu berorientasi perilaku moral dengan dasar
dorongan dari hati nurani. Individu yang mampu memiliki tingkatan moral
tertinggi akan melakukan tindakan moral berdasarkan dorongan hati nurani
didalam diri.
Menurut Lickona (1994) usia remaja berada pada tahap perkembangan
moral memenuhi harapan lingkungan (peer-oriented morality) dan ingin menjaga
kelompok (collective-oriented morality). Remaja akan berperilaku dengan tujuan
agar diterima oleh teman sebaya (peergroup) dan berusaha menjaga keutuhan
kelompok diatas kepentingan pribadi. Lickona (1991) menjelaskan terdapat dua
unsur dalam karakter yaitu nilai-nilai kebaikan yang berlaku dan nilai-nilai
kebaikan dalam tindakan. Perkembangan moral seseorang tidak terlepas dari
upaya penanaman aspek pengetahuan (cognitive), menumbuhkan dalam
keyakinan (feeling) dan mendorong seseorang mampu melakukan tindakan moral
(action). Karakter memilikit nilai-nilai kebaikan yang bersifat obyektif yaitu
disepakati masyarakat dan tidak bertentangan dengan agama atau budaya seperti
kebijaksanaan (wisdom), keadilan (justice), keteguhan hati (fortitude),
pengendalian diri (self-control), cinta (love), sikap positif (positive attitude), kerja
keras (hard work), integritas (integrity), rasa terimakasih (gratitude) dan rendah
hati (humility) (Lickona 2004). Menurut Megawangi (2007) nilai karakter juga
mencakup cinta Tuhan dan seisinya (love Allah), mandiri (self reliance),
tanggungjawab (responsibility), jujur (honesty), hormat dan santun (respect),
percaya diri (confident), dan toleransi (tolerance). Karakter yang sangat penting
dimiliki oleh generasi bangsa dan. mencerminkan-nilai budaya bangsa adalah
karakter tanggungjawab, hormat dan santun. Merujuk pada pendapat Peterson &
Seligman (2004) karakter tanggungjawab merupakan karakter yang
mencerminkan seseorang memiliki intergritas diri yaitu berperilaku konsisten
dengan landasan moral, baik secara pemikiran dan perilaku. Seseorang yang
memiliki integritas akan bertindak atas landasan prinsip positif dalam diri bukan
sekedar mengejar popularitas. Meyakini bahwa jika berkomitmen pada hal-hal
yang baik akan memudahkan pekerjaan, menjauhi sikap bohong untuk
mendapatkan keuntungan dari orang lain, menggunakan nilai-nilai kebaikan
sebagai standar perilaku, jujur dengan diri sendiri dan dengan orang lain, selalu
berkomitmen pada apa yang sudah dipilih walaupun memerlukan pengorbanan,
bangga dengan jerih payah sendiri dan tidak iri pada hasil karya orang lain dan
tidak menyukai kepura-puraan. Megawangi (2007) menambahkan karakter hormat
dan santun muncul dari nilai-nilai budaya Indonesia seperti tindakan berkata

9
sopan, merendahkan suara, serta sikap yang menunjukkan penghormatan pada
orang lain dengan memberikan senyuman, menatap wajah lawan yang sedang
berbicara dan mendengarkan isi pembicaraan lawan bicara.
Pembentukan karakter dalam diri seorang anak ditentukan oleh lingkungan
tempat tinggal anak. Bern (1997) merujuk pendapat Bronfenbrenner menyatakan
bahwa lingkungan mikro (microsystem) anak yang terdiri atas keluarga,
lingkungan sekolah, teman sebaya dan media memengaruhi perkembangan anak.
Berkaitan dengan karakter, Megawangi (2007) menyatakan bahwa kondisi
keluarga atau pengasuhan dirumah merupakan faktor utama dalam pembentukan
karakter anak. Pengasuhan yang memiliki karakateristik demandingness dan
responsiveness yang sama-sama tinggi adalah pengasuhan yang paling tepat untuk
anak. Lamb & Baumrind (1978) menjelaskan bahwa gaya pengasuhan yang
memiliki demandingness dan responsiveness tinggi adalah gaya pengasuhan
otoritatif.

10

3 KERANGKA PEMIKIRAN
Keluarga dan setiap individu didalamnya (ayah, ibu dan anak) merupakan
bagian dari kehidupan masyarakat dan lingkungan di sekelilingnya, dan
keberadaan anak berkembang mengikuti pola masyarakat dan lingkungan (Klein
& White 1996). Bronfenbrenner membagi lingkungan perkembangan manusia
(ecology of human’s development) menjadi 4 bagian; microsystem, mesosystem,
ecosystem dan macrosystem. Lingkungan terdekat remaja (microsystem) selain
orang tua, peers-group (teman sebaya) juga termasuk media sosial (Bern 1997).
Kemunculan media sosial memberikan pengaruh pada pola komunikasi remaja.
Keberadaan media sosial selain memberikan dampak positif juga memberikan
dampak negatif pada perkembangan pembentukan karakter remaja. Berdasarkan
hasil beberapa studi yang dilakukan, para remaja pengguna media sosial akan
terjangkit beberapa permasalahan (Subrahmanyama et al. 2001, Guse et al. 2010).
Permasalahan tersebut adalah menurunnya rasa tanggung jawab remaja dan rasa
hormat dan santun remaja kepada orang tua (Lickona 1992).
Teori structural functional mengatur pembagian tugas setiap individu dalam
institusi keluarga. Keluarga dengan landasan teori ini menempatkan posisi orang
tua (ayah dan ibu) sebagai pengatur dan penanggungjawab kehidupan anak-anak,
dan anak-anak yang memiliki tugas mengikuti arahan dan bimbingan orang tua.
Setiap struktur yang berperilaku sesuai dengan fungsinya akan menciptakan
keharmonisan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga dan keberadaannya
ditengah masyarakat (Megawangi 1999).
Keluarga merupakan bagian dari microsystem yang memiliki peran penting
pada perkembangan perilaku remaja yaitu berfungsi memberikan pengasuhan.
Aplikasi pengasuhan orang tua serta karakteristik orang tua menjadi dukungan
utama dalam mengantisipasi dampak negatif dari media sosial terhadap
perkembangan karakter remaja, terutama tanggung jawab hormat dan santun.
Terdapat tiga tipe gaya pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua dalam
pengasuhan yaitu authoritarian atau otoriter, permissive atau permisif, dan
authoritative atau otoritatif. Orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan otoriter
cenderung melakukan kekerasan verbal sebagai hukuman kepada anak yang
bertindak diluar hara