HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEJADIAN (1)

HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEJADIAN SIBLING RIVALRY PADA
ANAK USIA TODDLER DI DESA GENDONG KULON
BABAT LAMONGAN TAHUN 2010
Zuhrotun Nisa’*, Lilis Maghfuroh**, Supanik***
…………......……….…… ……
. .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .….
Kehadiran/kelahiran saudara akan memberikan kontribusi bagi perkembangan sosial dan
emosional anak, hampir tidak akan pernah di hindari adanya persaingan antar saudara kandung atau
sibling rivalry. Masih tingginya angka kejadian sibling rivalry pada anak usia toddler di sebabkan
sikap orang tua yang kurang baik terhadap penanganan sibling rivalry. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara sikap orang tua dengan kejadian sibling rivalry pada anak usia
toddler.
Desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 25 orang
tua dengan sampelnya 22 orang tua dan anak toddler yang mempunyai adik di Desa Gendong
kulon, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan. Metode sampling yang di gunakan adalah simple
random sampling. Data penelitian ini di ambil dengan kuessioner tertutup. Setelah di tabulasi data
yang ada di analisis dengan menggunakan uji korelasi chi square dengan tingkat kemaknaan p 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan sikap orang tua pada kategori baik yaitu sebanyak 16 orang
(72,7%) kemudian kategori buruk sebanyak 6 orang tua (27,3%). sibling rivalry tidak terjadi
sebanyak 16 anak (72,7%), hampir setengah terjadi sibling rivalry sebanyak 6 anak (27,3%).
Sedangkan dari hasil pengujian statistik di peroleh hasil X²= 5,712 df= 1 dengan tingkat

signifikansi 0,017.
Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara sikap orang tua dengan
kejadian sibling rivalry pada anak usia toddler, oleh karena itu perawat perlu memberikan
penyuluhan kepada orang tua tentang bagaimana cara mencegah terjadinya sibling sivalry.
Kata kunci: Sikap, Sibling rivalry.

toddler, serta hampir tidak akan pernah bisa
dihindari adanya persaingan antar saudara
kandung atau sibling rivalry (Aspuah siti,
2007). Konflik antar saudara kandung sering
terjadi tanpa sebab yang jelas. Persaingan
semakin terasa pada anak yang sama jenis
kelaminya dan dekat jarak usianya
(Handayani, 2008). Persaingan dengan
saudara kandung merupakan perasaan
cemburu dan benci yang biasanya dialami
oleh seseorang anak terhadap kehadiran /
kelahiran saudara kandungnya. Perasaan
tersebut timbul bukan karena benci terhadap
saudara barunya, tetapi lebih pada perubahan

situasi / kondisi (Nursalam, 2005). Perasaan
sibling rivalry biasanya terjadi antara 2 anak
atau lebih yang usianya berdekatan. Sibling
rivalry biasanya lebih lazim terjadi ketika
jarak usia anak antara 1-3 tahun. dan akan
lebih terlihat ketika umur mereka 3-5 tahun
dan terjadi lagi pada umur 8-12 tahun pada

PENDAHULUAN. …… .

… ….
Anak sebagai individu yang unik
mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap
perkembangan. Sebagai individu yang unik
anak memiliki berbagai kebutuhan yang
berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan
usia tumbuh kembang. Perkembangan anak
dalam
kehidupan
banyak

ditentukan
perkembangan psikologis yang termasuk
didalamnya adanya perasaan kasih sayang
atau hubungan anak dengan orang tua atau
orang lain disekelilingnya karena akan
memperbaiki perkembangan psikososialnya.
Terpenuhinya
kebutuhan
ini
akan
meningkatkan ikatan kasih sayang yang erat
(bonding) dan terciptanya basic trust /rasa
percaya yang kuat (Hidayat, Aziz Alimul,
2005).
Kehadiran / kelahiran saudara akan
memberikan kontribusi bagi perkembangan
sosial dan emosional anak, terutama usia
SURYA

10


Vol.03, No.VII, Des 2010

Hubungan Sikap Orang Tua Dengan Kejadian Sibling Rivalry Pada Anak Usia Toddler
usia sekolah (Millman dan Schaifer dalam
setiowati dan zulkaida, 2007). .terjadinya
sibling rivalry dimulai saat adik lahir, karena
semua perhatian tercurah hanya padanya.
Diusia yang sangat muda ini, anak belum
mampu mencari alasan yang benar. Dalam
pandangannya kedua orang tua mengabaikan
dirinya karena kehadiran si adik dan lebih
menonjol pada anak yang berjenis kelamin
sama (Setiorini, 2003).
Berdasarkan
pengalaman
yang
diungkapkan beberapa orang amerika
dilaporkan 55% mengalami kompetisi dalam
keluarga dan umur antara 10-15 tahun

merupakan kategori tertinggi. Permasalahan
munculnya adik baru, kasih sayang orang tua
yang terbagi, serta 55% mengalami
persaingan saudara yang terjadi pada umur
10-15 tahun ( Mcnerney dan joy, 2001).
Dalam salah satu materi publikasi
Amerika Academi of Pediatric (AAP) yang
membahas sibling rivalry disebutkan,
persaingan antar saudara pada anak-anak
dibawah usia 4 tahun cenderung mencapai
tingkat yang paling buruk saat usia mereka
terpaut kurang dari 3 tahun. Usia yang dekat,
apalagi ditambah minat yang sama,
cenderung mempermudah terjadinya sibling
rivalry. pada tempat penelitian dikelurahan
sumbersari malang kejadian sibling rivalry
pada anak usia 3-6 tahun dan memiliki jarak
kelahiran kurang dari 3 tahun dengan
sejumlah 25 orang tua ditemukan anak
mengalami sibling rivalry 20%,tidak muncul

sibling rivalry 72% pada pola asuh orang tua
autoritatif,dan muncul 8% sibling rivalry
pada pola asuh orang tua otoriter (Ulfah
Darajad, 2006). Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Sonni Miswanda Irawan,
2003,
yang
tidak
dipublikasikan,
menyebutkan bahwa dari 15 responden
dilingkungan
Kenduruan
Lamongan
mengalami sibling rivalry. Berdasarkan
survey awal yang dilakukan oleh peneliti di
Desa Gendong Kulon terhadap 10 orang tua
dari anak, 7 diantaranya mengatakan anaknya
mengalami kecemburuan pada saudaranya.
Jadi permasalahan dalam penelitan ini adalah
tingginya kejadian sibling rivalry di Desa

Gendong Kulon .

SURYA

Diantara faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhi terjadinya sibling rivalry anak
adalah sikap orang tua, urutan kelahiran,
jenis kelamin, perbedaan usia, jumlah
saudara, pola asuh, pengaruh orang luar
(Priatna dan yulia dalam Setiawati dan
Zulkaida, 2007).
Sikap orang tua terhadap anak
dipengaruhi sejauh mana anak mendekati
keinginan dan harapan orang tua. Sikap
orang tua juga dipengaruhi oleh sikap dan
perilaku anak terhadap saudaranya yang lain
dan terhadap orang tuanya. Bila terdapat rasa
persaingan dan permusuhan, sikap orang tua
terhadap semua anak kurang menguntungkan
dibandingkan bila mereka satu lama lain

bergaul cukup baik. Selain itu, sikap orang
tua yang tampak menyukai salah satu anak
dari pada yang lain dapat menimbulkan
perasaan bahwa orang tua pilih kasih dan hal
itu membuat perasaan benci terhadap saudara
kandungnya (Setiawati dan Zulkaida, 2007).
Urutan
kelahiran,
keluarga
yang
memiliki anak lebih dari satu, tentunya
semua anak diberi peran menurut urutan
kelahiran
dan
mereka
diharapkan
memerankan peran tersebut. Jika anak
menyukai peran yang diberikan kepadanya,
semuanya akan berjalan dengan baik. Tetapi
apabila peran yang diberikan bukan peran

yang dipilihnya sendiri maka kemungkinan
terjadi perselisihan besar sekali. Hal ini dapat
menyebabkan memburuknya hubungan orang
tua-anak maupun hubungan antar saudara
kandung (Setiawati dan Zulkaida, 2007).
Jenis kelamin, anak laki-laki dan
perempuan memiliki reaksi yang sangat
berbeda terhadap saudara kandungnya. Anak
perempuan dengan saudara perempuan akan
terjadi iri hati yang lebih besar dari pada
antara anak perempuan dengan saudara
kandung laki-laki atau anak laki-laki dengan
saudara kandung laki-laki (Setiawati dan
Zulkaida, 2007).
Perbedaan usia, pada umumnya, semakin
dekat jarak usia anak dengan saudara
kandungnya maka pengaruih diantara mereka
akan semakin besar, terutama dalam
karakteristik emosi. Sedangkan semakin jauh
jarak usia maka pengaruh orang tua lebih


11

Vol.03, No.VII, Des 2010

Hubungan Sikap Orang Tua Dengan Kejadian Sibling Rivalry Pada Anak Usia Toddler
dominan dibandingkan dengan pengaruh
saudara kandung (Donna L.Wong, 2009).
Jumlah
saudara
kecil
cenderung
menghasilkan hubungan yang lebih banyak
perselisihan dari pada jumlah saudara yang
besar, pada anak tunggal masalah sibling
rivalry pasti tidak akan terjadi. Sebaliknya
pada anak terakhir justru akan menjadi
sasaran sibling rivalry dari kakak-kakaknya
(Setiawati dan Zulkaida, 2007).
Pola asuh, pola asuh orang tua ini sangat

mempengaruhi bagaimana kelak anak
berprilaku, bentuk-bentuk kepribadian anak
secara keseluruha. Terdapat 3 jenis pola asuh
antara lain, pola asuh demokratis yang
memprioritaskan kepentingan anak, akan
tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka,
pola asuh otoriter cenderung menetapkan
standar yang mutlak harus dituruti biasanya
disertai dengan ancaman, pola asuh permisif
atau
pemanja
biasanya
memberikan
pengawasan yang sangat longgar hal ini akan
memberi dampak sibling rivalry (Petranto Ira,
2006).
Pengaruh orang luar, ada 3 faktor yang
memberi pengaruh terhadap hubungan antar
saudara kandung, yaitu kehadiran orang
diluar rumah, tekanan orang luar pada
anggota keluarga, dan perbandingan anak
dengan saudara kandungnya oleh orang luar.
Dari berbagai faktor yang mungkin
menimbulkan sibling rivalry, peneliti
membatasi pada faktor sikap orang tua
(Setiawati dan Zulkaida, 2007).
Akibat yang dapat muncul pada sibling
rivalry adalah karena adanya perasaan iri
atau cemburu pada saudara kandungnya
menimbulkan bentuk perilaku agresif
mengarah ke fisik seperti mengigit, memukul,
melukai atau usaha yang dapat diterima
secara sosial untuk mengalahkan saingannya.
Serta bentuk perilaku regresi bersifat lebih
halus sehingga sulit untuk dikenali seperti
mengompol, dan menjadi manja/rewel
(Priatna dan Yulia dalam setiawati dan
zulkaida, 2007).
Untuk mengatasi terjadinya sibling
rivalry pada anak, orang tua mempersiapkan
mental anak untuk menerima anggota baru
dalam keluarga, mengatur waktu untuk
memberi perhatian kasih sayang pada

SURYA

masing- masing anak secara adil sesuai
dengan kebutuhan sejak semasa kehamilan
(Jerri Miftahudin, 2010). tenaga kasehatan
dapat memberikan dorongan pada ibu dan
keluarga untuk memberikan respon positif
tentang bayinya baik melalui sikap maupun
ucapan dan tindakan anticipatory guidence
perlu dilakukan pada keluarga yang memiliki
anak usia toddler yang akan memiliki adik
baru.

METODE PENELITIAN.…

….

Desain penelitian ini menggunakan
analitik korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Survey analitik adalah survey atau
penelitian
yang
mencoba
menggali
bagaimana
dan
mengapa
fenomena
kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan
analisis dinamika korelasi antara fenomena,
baik antara faktor resiko dengan faktor efek,
antar faktor resiko, maupun antar faktor efek.
Sedangkan cross sectional adalah suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor resiko dengan
efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(point time approach), artinya, tiap subjek
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa
semua subjek penelitian diamati pada waktu
yang sama (Soekidjo, 2002). Penelitian ini
akan menghubungkan sikap orang tua
dengan kejadian sibling rivalry pada usia
toddler di Desa Gendong Kulon Babat
lamongan Tahun 2010.

HASIL .PENELITIAN


1. Data Umum
1) Gambaran Umum Lokasi Penelitian.
Penelitian di lakukan di Desa Gendong
Kulon
kecamatan
Babat
Kabupaten
Lamongan terdiri dari 1 dusun yaitu dusun
pereng, dengan batas sebelah utara Desa
Plaosan, sebelah selatan Desa Pucak wangi,
sebelah Barat Desa Sogo, dan sebelah timur
Desa Payaman. Jumlah RW 8 jumlah RT 15
luas wilayah 200 hektar.
Jumlah peduduk 3.563 orang, laki-laki
1.730 orang, perempuan 1.833 orang, jumlah
12

Vol.03, No.VII, Des 2010

Hubungan Sikap Orang Tua Dengan Kejadian Sibling Rivalry Pada Anak Usia Toddler
balita 279 anak. Fasilitas kesehatan: terdapat
bidan desa, terdapat 4 posyandu antara lain
posyandu cut nya’ dien di adakan pada tiap
tanggal 10, untuk RW 1, 4 dan 5 di desa
gendong kulon, posyandu kartini di adakan
tiap tanggal 12, untuk RW 2 dan 3 di desa
gendong kulon, posyandu sudirman di
adakan tiap tanggal 16,untuk RW 6 dan 7 di
dusun pereng, posyandu imam bonjol di
adakan tiap tanggal 18, untuk RW 8 di dusun
pereng. terdapat polindes dan pon kes desa.
Terdapat 1 tenaga perawat yang melakukan
praktek di Desa Gendong kulon Kecamatan
Babat Kabupaten Lamongan.

kecil yang SD sebanyak 1 orang tua
( 4,5% ).
(3) Distribusi Pekerjaan.
Tabel 3 Distribusi pekerjaan orang tua di
Desa
Gendong
Kulon
Kecamatan Babat Kabupaten
Lamongan Tahun 2010.
No.
1.
2.
3.

2) Karakteristik Orang Tua.
(1) Distribusi Umur.
Tabel 1 Distribusi umur orang tua di Desa
Gendong Kulon Kecamatan
Babat Kabupaten Lamongan
tahun 2010.
No.
1.
2.
3.
4.

Umur
Frekuensi
20-25 tahun
3
8
26-30 tahun
11
31-35 tahun
36-40 tahun
0
Total
22

Frekuensi
1
10
11
0
22

Prosentase
13,6
36,4
50
0
100%

No.
1.
2.

Jenis
Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Total

22

100%

Frekuensi

Prosentase

8
14

36,4
63,6

22

100%

Dari tabel 4 di atas diperoleh data bahwa
sebagian besar anak berjenis kelamin
perempuan sebanyak 14 anak (63,6% ) dan
hampir setengah anak berjenis kelamin lakilaki sebanyak 8 anak ( 36,4% ).
2. Data Khusus
1) Distribusi berdasarkan sikap orang tua.
Table 5 Distribusi sikap orang tua di desa
gendong kulon kecamatan
babat kabupaten lamongan
tahun 2010.

Prosentase
4,5
45,5
50
0
100%

No.
1.
2.

Sikap
Baik
Buruk

Frekuensi
16
6

Prosentase
72,7
27,3

Total

22

100%

Dari table 5 di atas di peroleh data
sebagian besar sikap orang tua baik sebanyak
16 orang tua ( 72,7%).

Dari tabel 2 dapat di jelaskan bahwa
sebagian orang tua berpendidikan SMA
sebanyak 11 orang tua ( 50%) dan sebagian
SURYA

Prosentase
0
72,7
27,3

(4) Kelompok jenis kelamin anak.
Tabel 4 Distibusi jenis kelamin anak di
Desa
Gendong
Kulon
Kecamatan Babat Kabupaten
Lamongan Tahun 2010.

(2) Distibusi Pendidikan.
Tabel 2 Distribusi pendidikan orang tua
di Desa Gendong Kulon
Kecamatan
Babat
Kabupaten
Lamongan
Tahun 2010.
Pendidikan
SD
SMP
SMA
PT
Total

Frekuensi
0
16
6

Dari tabel 3 memiliki gambaran sebagian
besar bekerja sebagai ibu rumah tangga
sebanyak 16 orang tua (72,7%).

Dari table 1 dapat dijelaskan bahwa
sebagian orang tua berumur 31-35 tahun
sebanyak 11 orang tua (50% ) dan sebagian
kecil berumur 20-25 tahun sebanyak 3 orang
tua (13,6 ).

No.
1.
2.
3.
4.

Pekerjaan
Tani
Ibu Rumah
Tangga
Wiraswasta
Total

13

Vol.03, No.VII, Des 2010

Hubungan Sikap Orang Tua Dengan Kejadian Sibling Rivalry Pada Anak Usia Toddler
Tabel 1 memberi gambaran sebagai
berikut, orang tua berumur 31-35 tahun yang
mana menurut perkembangan berada pada
tingkat dewasa muda.
Usia ini merupakan salah satu hal yang
mempengaruhi seseorang untuk belajar dan
menjadi lebih tahu, karena sangat produktif.
sehingga informasi yang diperoleh dari mana
dan dari siapapun terutama mengenai anak
bisa dengan mudah diterima dan diterapkan
pada anaknya. Karena dengan bertambahnya
usia maka orang tersebut akan bisa lebih
matang dalam berfikir dan bersikap dalam
mempertimbangkan hal-hal yang lebih baik
untuk dirinya ataupun orang yang ada
disekitarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Abu Ahmadi (2007) faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan sikap adalah faktor
intern: faktor yang terdapat dalam pribadi
manusia itu sendiri seperti umur, dan faktor
ekstern: faktor yang terdapat di luar pribadi
manusia, faktor ini berupa interaksi sosial di
luar kelompok seperti lingkungan pekerjaan.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya
adalah pekerjaan orang tua yang sebagian
besar sebagai ibu rumah tangga. Sehingga
waktu yang di miliki untuk mendapat
informasi cukup leluasa sehingga terbentuk
sikap yang baik. Lingkungan pekerjaan juga
mempunyai pengaruh terhadap seseorang
dalam bersikap, karena di lingkungan
pekerjaan seseorang memperoleh berbagai
macam pengalaman, dari berbagai macam
pengalaman tersebut akan di serap yang
nantinya akan terbentuk suatu sikap yang
sesuai dengan motif dan sikap di dalam diri
manusia, hal ini sesuai dengan pendapat Abu
Ahmadi (2007) manusia dalam menerima
pengalaman-pengalaman dari dunia luar
sikapnya tidak pasif, tetapi di terima secara
aktif, artinya semua pengalaman dari dunia
luar tidak semuanya di layani oleh manusia
tetapi manusia memilih mana-mana yang
perlu dan yang tidak perlu di layani. Jadi
semua ini di beri penilaian, lalu di pilih baik
pengalaman yang di peroleh secara langsung
maupun tidak langsung, sehingga hal tersebut
dapat menentukan seseorang dalam bersikap.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Iqbal
mubarak, wahid dan kawan-kawan (2007)

2) Distribusi kejadian Sibling Rivalry.
Table 6 Distribusi kejadian sibling rivalry
di
desa
gendong
kulon
kecamatan babat kabupaten
lamongan tahun 2010.
Sibling
Rivalry
Terjadi
Tidak
Terjadi
Total

No.
1.
2.

Frekuensi

Prosentase

6
16

27,3
72,7

22

100%

Dari table 6 di atas di peroleh data
sebagian besar anak tidak mengalami sibling
rivalry sebanyak 16 anak ( 72,7%).
3) Hubungan sikap orang tua dengan
kejadian Sibling Rivalry anak usia
toddler di Desa Gendong Kulon
Kecamatan Babat Kabu

No. Sikap

1.
2.

Baik
Buruk

Kejadian Sibling
Rivalry
Terjadi
Tidak
Terjadi
N % N
%
0
0 16 100
6 100 0
0

Total 6 27,3 16 72,7
X²= 5,712
Df= 1

Total
N
16
6

%
100
100

22 100
P= 0,017

Tabel 7 di atas di peroleh data orang tua
yang memiliki sikap baik seluruh anaknya
tidak mengalami sibling rivalry, sedangkan
orang tua yang memilki sikap buruk seluruh
anaknya mengalami sibling rivalry. Hal ini
menunjukkan terdapat hubungan antara sikap
orang tua dengan kejadian sibling rivalry
pada anak usia toddler di Desa Gendong
kulon, Kecamatan Babat, Kabupaten
Lamongan Tahun 2010.

PEMBAHASAN .…
.…
1. Sikap orang tua.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1
didapatkan sebagian besar orang tua
mempunyai sikap baik, dan hampir sebagian
orang tua mempunyai sikap buruk. Hal ini di
sebabkan beberapa faktor di antaranya usia
orang tua dan pekerjaan orang tua.

SURYA

14

Vol.03, No.VII, Des 2010

Hubungan Sikap Orang Tua Dengan Kejadian Sibling Rivalry Pada Anak Usia Toddler
lingkungan pekerjaan dapat menjadikan
seseorang memperoleh pengalaman.

berbeda terhadap saudara kandungnya. Anak
perempuan dengan saudara kandung laki-laki
atau anak laki-laki dengan dengan saudara
perempuan akan terjadi iri hati yang lebih
besar dari pada antara anak perempuan
saudara kandung laki-laki

2. Kejadian Sibling Rivalry
Berdasarkan tabel 2 diperoleh data
kejadian sibling rivalry hampir sebagian
orang tua menyatakan anaknya mengalami
sibling rivalry dan sebagian besar orang tua
menyatakan anaknya tidak mengalami sibling
rivalry. Hal ini di sebabkan beberapa faktor
diantaranya pendidikan orang tua dan jenis
kelamin anak.
Pengambilan sikap seseorang juga di
pengaruhi pada tingkat pendidikanya, karena
semakin tinggi pendidikan seseorang maka
orang tersebut akan lebih mudah dalam
menerima dan menerapkan informasi yang
telah di terimanya, hal ini di perkuat oleh
hasil penelitian penulis bahwa sebagian
orang tua yang berpendidikan SMA. Hal ini
sesuai dengan pendapat Iqbal mubarak,
wahid dan kawan-kawan (2007) pendidikan
berarti bimbingan yang di berikan seseorang
pada orang lain terhadap sesuatu hal agar
mereka dapat memahami. tidak dapat di
pungkiri bahwa makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah pula mereka
menerima informasi, dan akhirnya makin
banyak pula pengetahuan yang di milikinya.
Sebaliknya
jika
seseorang
tingkat
pendidikannya rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap
penerimaan informasi dan nilai-nilai yang
baru di perkenalkan.
Jenis kelamin anak juga menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi kejadian
sibling rivalry pada anak, di mana anak
terkadang menjadi manja/ rewel jika
menginginkan perhatian dari orang tuanya,
karena anak merasa orang tuanya lebih
memperhatikan adiknya. Dimana hasil
penelitian menunjukkan anak yang berjenis
kelamin perempuan lebih banyak mengalami
sibling rivalry, di banding dengan anak lakilaki karena anak perempuan lebih tergantung
dengan ibunya sehingga reaksi yang di
timbulkan pada perubahan situasi di
tunjukkan dengan terjadinya sibling rivalry,
Hal ini sesuai dengan pendapat Setiawati dan
zulkaida (2007) jenis kelamin anak laki-laki
dan perempuan memiliki reaksi yang sangat

SURYA

3. Hubungan Sikap Orang Tua dengan
Kejadian Sibling Rivalry pada anak usia
toddler di Desa Gendong Kulon
Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan
tahun 2010.
Berdasarkan uji statistik chi square di
peroleh hasil nilai x²= 5,712, df= 1, P= 0,017,
sehingga H1 di terima artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara sikap orang
tua dengan kejadian sibling rivalry pada anak
toddler di desa gendong kulon kecamatan
babat kabupaten lamongan tahun 2010,
semakin baik sikap orang tua maka tingkat
kejadian
sibling
rivalry
berkurang,
sedangkan semakin buruk sikap orang tua
maka tingkat kejadian sibling rivalry
bertambah.
Menurut Nursalam (2005) persaingan
dengan saudara kandung merupakan persaan
cemburu dan benci yang biasanya di alami
seseorang anak terhadap kehadiran/kelahiran
saudara kandungnya. Perasaan tersebut
timbul bukan karena benci terhadap saudara
barunya, tetapi lebih pada perubahan
situasi/kondisi.
Menurut Octa reni setiawati (2008)
Saudara kandung mempunyai peran penting
dalam pembelajaran sosial satu dengan yang
lain yang merupakan awal anak-anak untuk
belajar membangun relasi dengan orang lain.
Orang tua harus bisa menjaga relasi mereka
agar tetap pada hubungan yang sehat karena
pertengkaran antar saudara pada umumnya
adalah suatu hal yang natural atau alami.
orang tua adalah kunci bagi munculnya
sibling
rivalry
dan
juga
berperan
memperkecil munculnya hal tersebut.
Dari teori di atas di ketahui bahwa sikap
orang tua mempengaruhi kejadian sibling
rivalry pada anak, di karenakan anak dalam
fase tumbuh kembang sehingga orang tua
harus mampu bersikap yang adil terhadap
anak-anak mereka, agar tidak memunculkan
pertengkaran.

15

Vol.03, No.VII, Des 2010

Hubungan Sikap Orang Tua Dengan Kejadian Sibling Rivalry Pada Anak Usia Toddler

Darajat, ulfah. (2006). Pola Asuh Orang Tua.
http://digilib.umm.ac.id. Diakses: tanggal
19 februari 2010.

KESIMPULAN DAN SARAN.

1. Kesimpulan.
1) Sebagian besar orang tua di desa
gendong kulon kecamatan babat
kabupaten lamongan memiliki sikap
baik.
2) Sebagian besar anak di desa gendong
kulon kecamatan babat kabupaten
lamongan tidak mengalami sibling
rivalry.
3) Terdapat hubungan antara sikap
orang tua dengan kejadian sibling
rivalry pada anak usia toddler di
Desa Gendong kulon, Kecamatan
Babat, Kabupaten Lamongan Tahun
2010

Handayani. (2008). Yang dikutip siti aspuah.
Materiku. http://fuahmaniz.blokspot.com.
Diakses: tanggal 20 februari 2010.
Hidayat, Aziz Alimul . (2005). Pengantar
Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta:
Salemba Medika.
Hidayat, Aziz Alimul . (2007). Metode
Penelitian Keperawatan dan Tehnik
Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, Aziz Alimul . (2007). Riset
Keperawatan dan Tehnik Penulisan
Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

2. Saran
Di harapkan dengan hasil penelitian ini
para orang tua mampu untuk mengatasi
kejadian sibling rivalry dengan jalan
memperbaiki sikap orang tua terhadap
anaknya.
Perlunya penelitian lebih lanjut dengan
menggunakan jumlah orang tua yang lebih
besar dan representatif dengan metode yang
lebih akurat, serta meneliti dari faktor lain di
luar tingkat sikap.
Hendaknya
perawat
memberikan
penyuluhan kepada orang mengenai kejadian
sibling rivalry pada anak.

Irawan, Miswanda, sonni. (2007). Peran
Orang Tua Dalam Menghadapi Prilaku
Sibling Rivalry. Lamongan: KTI.AKPER
SOEGIRI. Yang tidak dipublikasikan.
Jerri, Miftahudin. (2010). Hindari Sibling
Rivalry. http://www.klik-galamedia.com
Diakses: tanggal 17 april 2010.
Mcnerney dan Joy (2001). Yang dikutip siti
aspuah.
Materiku.
http://fuahmaniz.blokspot.com. Diakses
tanggal 20 februari 2010.
Millman dan Schaifer dalam setiawati dan
zulkaida. (2007). Yang dikutip siti
Materiku.
aspuah.
http://fuahmaniz.blokspot.com. Diakses:
tanggal 20 februari 2010.
Mubarak Wahit I. dkk. (2007). Promosi
Kesehatan, Yogyakarta : Graha Ilmu.

. . .DAFTAR PUSTAKA . . .
Ahmadi, Abu. (2007). Psikologi sosial.
Jakarta: Rineka Cipta
Arif. (2000). Peran dan Fungsi Orang Tua
Dalam Keluarga Terhadap Anak.
Diakses:
http://artikelpopuler.com.
tanggal 10 april 2010.

Murcari, Mary E. (2005). Keperawatan
Pediatrik, Jakarta: EGC.

Aspuah
Siti.
(2007).
Materiku.
http://fuahmaniz.blokspot.com. Diakses:
tanggal 20 februari 2010.

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi
dan Anak, Jakarta: Salemba Medika.

Budiarto, Eko. (2000). Biostatistik Untuk
Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
Jakarta: EGC
SURYA

16

Vol.03, No.VII, Des 2010

Hubungan Sikap Orang Tua Dengan Kejadian Sibling Rivalry Pada Anak Usia Toddler
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Soekidjo Notoatmodjo, (2005). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Suharsimi, Arikunto. (2006). Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: PT. Rineka Karya.

Pilliteri, Adele. (2002). Child Health Nursing
Care of Children of Family.
Priatna dan yulia dalam setiawati dan
zulkaida (2007). Yang dikutip siti aspuah.
Materiku. http://fuahmaniz.blokspot.com.
Diakses tanggal 20 februari 2010.

Tim Redaksi Ayah, Bunda. (2002).
Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Gaya
Favorit Press.
Wahidin. (2008). Bimbingan Orang Tua
Dalam
Membina
Akhlak
Anak
Dilingkungan
Keluarga.
Diakses:
http://www.wordpress.com.
tanggal 24 april 2010.

Setiawati dan zulkaida. (2007). Yang dikutip
siti
aspuah.
Materiku.
http://fuahmaniz.blokspot.com. Diakses:
tanggal 20 februari 2010.
Setiawati reni octa. (2008). Pertengkaran
antar
Saudara.
http://www.kabarindonesia.com.Di akses
tanggal 11 oktober 2010.

Wong, L Donna. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik vol 1. Jakarta:
EGC.
Wong, L Donna. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik vol 2. Jakarta:
EGC.

Setiorini. (2003). Yang dikutip siti aspuah.
Materiku. http://fuahmaniz.blogspot.com.
Diakses: tanggal 20 februari 2010.
Soekidjo Notoatmodjo, (2003). Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka
Cipta.

SURYA

17

Vol.03, No.VII, Des 2010