Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kimia Studi Kasus : Di PT Toba Pulp Lestari, Tbk., Porsea, Sumatera Utara

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KIMIA :
STUDI KASUS DI PT TOBA PULP LESTARI TBK., PORSEA,
SUMATERA UTARA

ELIZABETH ROULI SIMANGUNSONG
E24100031

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Kimia : Studi Kasus di PT. Toba Pulp Lestari Tbk.,
Porsea, Sumatera Utara benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Elizabeth Rouli Simangunsong
NIM E24100031

ABSTRAK
ELIZABETH ROULI SIMANGUNSONG. Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Kimia : Studi Kasus PT. Toba Pulp Lestari, Tbk., Porsea. Sumatera Utara.
Dibimbing oleh BINTANG C.H. SIMANGUNSONG.
PT. Toba Pulp Lestari adalah perusahaan pulp dan kertas yang memproduksi dua
jenis pulp, yakni Dissolving Kraft Pulp (DKP) dan Bleached Kraft Pulp (BKP)
dengan bahan baku kayu dan bahan kimia. Kebijakan pengendalian bahan baku
yang benar diperlukan untuk mempertahankan level optimum bahan baku kimia di
persediaan. Ada empat teknik lot sizing yang digunakan seperti LFL, EOQ, LUC,
dan LTC untuk menganalisis kebijakan pengendalian persediaan bahan baku
kimia perusahaan pada tahun 2012-2013 dan hasilnya akan dibandingkan dengan
teknik yang digunakan perusahaan. Produksi pulp bulanan untuk tahun 2014
diperkirakan menggunakan data produksi bulanan periode 2012-2013. Bahan

kimia yang dibutuhkan selanjutnya dihitung menggunakan data produksi bulanan
tahun 2014 dan SOP perusahaan. Pada tahun 2012, teknik perusahaan
memberikan biaya persediaan 14,8% lebih tinggi dibandingkan biaya persediaan
yang dihitung menggunakan teknik LTC, LUC, dan LFL, dikarenakan adanya
safety stock. Jika perusahaan menerapkan level optimum safety stock secara
disiplin, maka biaya persediaan yang dihasilkan hampir sama dengan biaya
persediaan yang dihitung menggunakan tiga teknik di atas.
Kata kunci : Lot sizing techniques, LFL, EOQ, LUC, LTC, peramalan, persediaan,
pulp.

ABSTRACT
ELIZABETH ROULI SIMANGUNSONG. Inventory Control of Chemical Raw
Materials : A Case Study in PT. Toba Pulp Lestari, Tbk., Porsea, Sumatera Utara.
Supervised by BINTANG C.H. SIMANGUNSONG.
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. is a pulp and paper company, which produces two
kind of pulps : Dissolving Kraft Pulp (DKP) and Bleached Kraft Pulp (BKP),
using pulpwood and chemicals. A proper inventory control policy is then needed
to maintain optimum level of chemicals in inventory. Four lot sizing techniques
such as LFL, EOQ, LUC, and LTC were used to analyze the company’s inventory
control policy of chemicals for the period 2012-2013 and the results were then

compared with the company’s method. Monthly pulp production for the year 2014
was forecasted based on monthly pulp production data for the period 2012-2013.
Chemicals that are needed were then derived from forecasted pulp production
using the company’s SOP. In 2012, the company’s method gave inventory cost
14,8% higher than inventory costs calculated by LTC, LUC, and LFL techniques.
This was due to large ending inventory caused by safety stock. If company would
dicipline maintain optimum level of safety stock, its inventory cost is almost the
same with that inventory cost calculated by those three techniques above.
Keywords: Lot sizing techniques, LFL, EOQ, LUC, LTC, forecasting, inventory,
pulp.

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KIMIA :
STUDI KASUS DI PT TOBA PULP LESTARI TBK., PORSEA,
SUMATERA UTARA

ELIZABETH ROULI SIMANGUNSONG
E24100031
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan

pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengendalian Bahan Baku Kimia: Studi Kasus di PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk., Porsea, Sumatera Utara
Nama
: Elizabeth Rouli Simangunsong
NIM
: E24100031

Disetujui oleh

Ir. Bintang C.H. Simangunsong, MS., Ph.D
Pembimbing


Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Fauzi Febriyanto, MSc.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 hingga Juli 2014 ini
ialah Pengendalian Bahan Baku Kimia : Studi Kasus PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.,
Porsea, Sumatera Utara.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam karya
ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014
Elizabeth Rouli Simangunsong


UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya Ilmiah ini
tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dorongan berbagai pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Bintang C.H. Simangunsong, MS., Ph.D selaku Dosen
Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis sehingga
dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Bapak I Putu Gede A. Wijaya, Bapak Tin Pau Liang, Bapak Alba Huang,
Bapak Kristian Sihaloho, Bapak Gospin Sinulingga, Bapak Suhunan Sirait,
Bapak Sukardi, Bapak Ifan Siagian, Bapak Paulus Purba, Bapak Ananda
Dalimunthe, Bang User, dan seluruh karyawan dan karyawati PT. Toba
Pulp Lestari, Tbk yang telah membantu penulis dalam melaksanakan
penelitian
3. Bapak Ir. Nyoman Jaya Wistara, Ph.D selaku dosen yang turut membantu
penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
4. Bapak Madju P. Simangunsong dan Ibu S.U. Silalahi orangtua penulis;
Agus, Hanna, dan Jessica adik-adik penulis; Bapak Tua dan Inang Tua
Bogor, Ompung Boru dan Ompung Doli, Bapak Uda, Namboru-Namboru;
Tulang, adik-adik, serta saudara penulis yang selalu memberi kasih,

nasihat, dorongan, dan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini.
5. Icha, Tasia, Wiken, Mondang, Tiwi, Jojo, Anggi, Adress, Rony, Edwin,
Markus; Aftian, Samaja, Buntang, Susi, seluruh teman-teman THH 47;
PMK, Fahutan 47, dan PF Kehutanan yang selalu memberi semangat
kepada penulis.
Demikian ucapan terima kasih yang dapat disampaikan penulis kepada
beberapa pihak yang berpartisipasi dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

Halaman
vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE


2

Waktu dan Lokasi Penelitian

2

Jenis, Cara Pengumpulan, dan Sumber Data

2

Analisis Data

3

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku

4

Analisis Perencanaan Pengendalian Pesediaan Bahan baku


5

KONDISI UMUM PERUSAHAAN

6

Sejarah Perusahaan

6

Perencanaan Produksi

6

Proses Produksi

7

Perencanaan Pengadaan Bahan Baku Perusahaan


9

Kayu

9

Bahan Baku Kimia

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Pengendalian Bahan Baku Tahun 2012-2013

10

Perencanaan Pengendalian bahan Baku Pulp 2014

14

SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan

15

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

38

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Proses produksi pulp PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.

8

DAFTAR TABEL
Halaman
1
2
3
4
5
6
7

Jenis, cara pengumpulan, dan sumber data
Format Perhitungan MRP
Kebutuhan bahan baku untuk satu ton pulp
Lead time dan safety stock bahan baku kimia
Jumlah produksi pulp dan kebutuhan bahan baku tahun 2012-2014
Perbandingan biaya persediaan tahun 2012-2013
Perbandingan biaya persediaan bahan baku tahun 2014

3
4
10
11
11
13
14

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Daftar bahan baku kimia yang digunakan
2 Jenis, lead time, dan sistem penggunaan bahan baku di PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk.
3 Spesifikasi penilaian Toba Pulp (DKP)
4 Spesifikasi penilaian Toba Cell Eucalyptus Pulp (DKP)
5 Harga bahan baku, ordering cost, dan carrying cost bahan baku tiap
bulan
6 Contoh perhitungan biaya bahan baku pulp tahun 2012
7 Contoh peramalan menggunakan linear regression with seasonal data
(least square dummy variables) untuk produksi pulp
8 Contoh perhitungan biaya bahan baku pulp tahun 2014
9 Struktur Organisasi PT Toba Pulp Lestari, Tbk - 2013

17
18
18
19
19
20
27
30
37

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pulp merupakan bahan baku untuk membuat kertas dan bukan kertas
seperti rayon yang umumnya berasal dari serat tumbuhan (Smook 1994). Kertas
digunakan sebagai media untuk menulis, mencetak berbagai informasi, tisu, media
membuat materai, uang, dan pembungkus barang; sementara rayon merupakan
bahan baku membuat tekstil bermutu tinggi. Indonesia memiliki sekitar 84
perusahaan pulp dan kertas (APKI 2014) dengan kapasitas produksi mencapai 7,9
juta ton pada tahun 2014 (FWI 2014). Kapasitas industri pulp dan kertas
Indonesia diproyeksikan tumbuh mencapai 13,9 juta ton beberapa tahun ke depan
(KEMENPERIN 2014).
PT. Toba Pulp Lestari Tbk. merupakan suatu perusahaan yang
menghasilkan pulp dan salah satu anak perusahaan Raja Garuda Emas (RGE).
Ada dua macam pulp yang dihasilkan, yakni Dissolving Kraft Pulp (DKP) sebagai
bahan baku kertas dengan nama produk Toba Cell Eucalyptus Pulp dan Bleached
Kraft Pulp (BKP) sebagai bahan baku rayon dengan nama produk Toba Pulp.
Bahan baku kayu yang digunakan untuk memproduksi pulp tersebut berupa kayu
eukaliptus (Eucalyptus spp.) dari hutan tanaman industri (HTI) dan mixed
hardwood (MHW) dari hutan alam yang berada pada area konsesi HTI milik
perusahaan.
Selain bahan baku kayu, berbagai bahan kimia juga digunakan dalam
proses pembuatan pulp. Penggunaan berbagai bahan baku mengikuti Standard
Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Permasalahan yang kerap kali dialami oleh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. adalah
lead time bahan baku yang tidak tetap sehingga menyebabkan kedatangan bahan
baku terlambat. Lead time yang tidak tetap dapat menyebabkan persediaan bahan
baku mengalami kekurangan. Hal ini dapat menyebabkan terhambatnya proses
produksi. Di lain pihak, pemesanan yang terlalu banyak dapat menyebabkan
kelebihan bahan baku sehingga persediaan menumpuk yang berdampak pada
penurunan kualitas bahan baku kimia dan biaya persediaan yang tinggi. Oleh
sebab itu, kebijakan yang tepat dalam pengendalian persediaan bahan baku sangat
diperlukan. Hal ini berkaitan dengan pengambilan keputusan kapan dan berapa
jumlah yang dipesan sehingga proses produksi tetap berjalan dengan baik.
Material Requirement Planning (MRP) adalah metode pengendalian
persediaan yang menjamin ketersediaan bahan baku/material saat dibutuhkan.
MRP digunakan untuk jenis permintaan tetap (dependent demand) dan barang
rakitan (Russel dan Taylor 2006). Tujuan MRP adalah mengontrol tingkat
persediaan, merencanakan kapasitas sistem produksi, meningkatkan pelayanan
kepada pelanggan, maksimasi efisiensi proses produksi, meminimasi biaya total
melalui penentuan jenis, jumlah, dan waktu pesanan secara optimum;
mempertahankan independensi operasi memenuhi variasi pada tingkat
permintaan; dan menunjang fleksibilitas dalam penjadwalan produksi (Davis dan
Heineke 2005, Handoko H 2000, Chase dan Aquilano 1995). Kelebihan MRP
terdapat pekerjaan yang memerlukan fleksibilitas dalam urutan produksi, jumlah
barang yang diproduksi, dan waktu yang dibutuhkan dalam suatu proses produksi

2

(Plenert 1999), serta dapat mengatur jadwal dan perencanaan persediaan menjadi
lebih baik, biaya persediaan menurun; bersifat responsif terhadap perubahan dan
pergantian yang terjadi di pasar sehingga total penjualan lebih tinggi; dan dapat
mengurangi tingkat persediaan tanpa mengurangi pelayanan terhadap konsumen
sehingga pelayanan dan kepuasan konsumen meningkatkan (Render dan Stair
1992). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis persediaan bahan baku yang
optimum di PT. Toba Pulp Lestari Tbk. sehingga jumlah persediaan bahan baku
dapat menunjang kelancaran kegiatan produksi.
Tujuan Penelitian
1.
2.

Tujuan penelitian ini adalah :
Menganalisis pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan PT. Toba
Pulp Lestari, Tbk. pada periode 2012-2013.
Memberikan rekomendasi kepada perusahaan mengenai perkiraan dan
perencanaan pengendalian persediaan bahan baku pada tahun 2014.
Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan
mengenai pengendalian persediaan bahan baku; kepada mahasiswa mengenai
upaya dalam mengefisiensikan pengelolaan bahan baku; dan masyarakat
mengenai sistem pengendalian persediaan bahan baku industri pulp.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada di PT. Toba Pulp Lestari Tbk. yang berlokasi
di Desa Sosor Ladang, Kecamatan Permaksian, Kabupaten Toba Samosir,
Sumatera Utara bulan April - Mei 2014 dan di Laboratorium Industri Hasil Hutan,
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Jenis, Cara Pengumpulan, dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan serta wawancara
dengan pihak-pihak terkait, sementara data sekunder dikutip dari berbagai
literature dan dokumen perusahaan. Jenis, cara pengumpulan data, dan sumber
data yang dibutuhkan secara rinci disajikan pada Tabel 1.

3
Tabel 1 Jenis, cara pengumpulan, dan sumber data
Jenis
data
Primer

Sekunder

Deskripsi data

Metode
pengumpulan
data

Sumber data

Jenis pulp yang diproduksi

Pengamatan dan
wawancara

Fiberline
Department

 Jenis dan jumlah bahan baku
kimia yang dipesan
 Harga bahan baku yang
dipesan tiap unit
 Lead time masing-masing
bahan baku kimia yang
dipesan
 Jumlah persediaan bahan baku
kimia
 Jumlah dan gaji tenaga kerja
kebersihan di mill store
 Biaya pemakaian listrik

Pengamatan dan
wawancara

Mill Store
Department dan
Procurement
Department

Wawancara

Mill Store
Department

 Jenis bahan baku yang
digunakan selama proses
pembuatan pulp
 Standard Operational
Procedure (SOP)

Wawancara

Fiberline,
Chemical/Rec/LK/E
ff. & Coal Gas, and
Energy Department

Keadaan umum industri

Mengutip data

Website perusahaan
laporan perusahaan

Data produksi pulp tahun 2012- Mengutip data
2013

Laporan perusahaan

Data persediaan bahan baku Mengutip data
tahun 2012-2013

Laporan perusahaan

Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah analisis pengendalian persediaan bahan
baku kimia di mill store untuk periode 2012-2013 dan kemudian analisis
perencanaan pengendalian bahan baku untuk tahun 2014. Teknik Material
Requirement Planning (MRP) seperti Lot For Lot (LFL), Economic Order
Quantity (EOQ), Least Unit Cost (LUC), dan Least Total Cost (LTC) digunakan
untuk menganalisis pengendalian persediaan bahan baku di mill store. Hasil akan
dibandingkan dengan metode yang dilakukan perusahaan. Sementara itu, teknik
linear regression with seasonal factor dilengkapi least square dummy variables
digunakan untuk memperkirakan kebutuhan bahan baku pada tahun 2014.
Selanjutnya, keempat teknik MRP juga akan digunakan untuk perencanaan
pengendalian bahan baku tahun 2014.

4

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Sistem MRP menggunakan teknik lot sizing untuk menentukan kuantitas
jumlah benda yang dibutuhkan ketika suatu benda akan dibeli atau dibuat. Tujuan
teknik ini adalah menyebar setup cost dan biaya pemesanan ke dalam sejumlah
besar bagian untuk mengurangi biaya per unit (Young 1991). Lot sizes adalah
ukuran kuantitas yang direncanakan untuk dipesan di bagian penerimaan dan
pemesanan material. Selain itu, terdapat lead time, yakni lama waktu yang
dibutuhkan mulai dari pemesanan barang sampai dengan barang masuk ke dalam
gudang mill yang sangat penting untuk menghindari stock out. Tabel 2
menunjukkan format perhitungan MRP untuk menentukan jumlah bahan baku
yang harus dipesan.
Tabel 2 Format Perhitungan MRP
Month
Gross Requirement
Beginning Inventory
Net Requirement
Planned Order Receipt
Planned Order Release
Ending Inventory
Biaya Pembelian
Biaya Pemesanan
Biaya Penyimpanan
Biaya Total

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Keterangan : 1. Gross requirement merupakan jumlah bahan baku yang
dibutuhkan dalam produksi satu bulan
2. Beginning inventory merupakan bahan baku yang tersedia di
gudang persediaan dan ending inventory bulan sebelumnya.
3. Net requirement merupakan selisih gross requirement dengan
beginning inventory
4. Planned order receipt merupakan rencana penerimaan
pesanan yang telah dilakukan
5. Planned order release adalah rencana pemesanan dilakukan
6. Ending inventory merupakan planned order receipt dikurangi
net requirement pada waktu yang sama
Menurut Ishak (2010) dan Chase dan Aquilano (1995) biaya persediaan
merupakan jumlah dari biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya
pembelian. Biaya penyimpanan mencakup biaya penyimpanan dan penanganan
barang yang ada di persediaan mulai dari biaya asuransi, sistem keamanan,
kerusakan dan keusangan barang, depresiasi nilai barang, pajak dan laba investasi
yang ditangguhkan apabila barang yang terdapat di persediaan tidak menghasilkan
laba. Biaya penyimpanan akan semakin besar apabila kuantitas barang yang
dipesan semakin banyak karena biaya ini dihitung berdasarkan jumlah barang
yang terdapat di ending inventory. Biaya pemesanan merupakan biaya
mendatangkan barang yang dipesan dan biasanya mengacu pada biaya managerial
dan clerical mempersiapkan pemesanan barang sampai dengan diterimanya
barang yang dipesan. Biaya pembelian merupakan biaya pembelian setiap unit

5
item. Besar kecilnya biaya pembelian bergantung pada jumlah barang yang
dipesan.
Ada empat teknik lot sizing yang digunakan dalam penelitian ini, yakni
Economic Order Quantity (EOQ), Lot for Lot (LFL), Least Total Costs (LTC) dan
Least Unit Costs (LUC).
Lot for Lot (LFL). Teknik ini memesan sejumlah bahan baku sama dengan
net requirements sehingga tidak ada biaya penyimpanan yang dibebankan pada
tiap periode pemesanan, tetapi dapat memaksimumkan biaya pemesana. Metode
ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan bahan baku dalam suatu periode.
Economic Order Quantity (EOQ). Teknik ini berasumsi bahwa tingkat
permintaan dan lead time diketahui pasti dan bersifat konstan, jumlah bahan baku
yang dipesan dan diterima dengan segera dalam bentuk batch atau lot dalam satu
waktu, tidak ada potongan harga, biaya variabel yang muncul hanya biaya
pemesanan dan biaya penyimpanan sepanjang waktu, biaya satuan unit konstan,
biaya pengadaan bahan baku bergantung linier pada persediaan rata-rata, biaya
pemesanan atau persiapan untuk setiap batch tetap dan tidak bergantung dari
jumlah satuan dalam batch tersebut, dan satuan barang merupakan produk tunggal
(Heizer dan Render 2001 dan Muhardi 2011). Teknik ini melakukan pemesanan
dengan jumlah optimum bahan baku yang akan dipesan dihitung menggunakan
rumus :
Q=

2DS
H

(1)

Dengan :
Q = Jumlah optimum bahan baku yang akan dipesan (ton)
D = Permintaan tahunan (ton)
S = Biaya pemesanan tiap pesanan diterima (planned order receipt) ($).
H = Biaya penyimpanan tiap unit barang per tahun ($/unit/tahun)
Least Unit Cost (LUC). Teknik ini menggunakan serangkaian iterasi.
Jumlah unit yang dipesan dari periode pertama sampai dengan beberapa periode
berikutnya dihitung secara kumulatif, demikian pula biaya penyimpanan dan
pemesanan kumulatif pada setiap iterasi (Imam 2005 dalam Taryana 2008). Unit
cost untuk setiap periode dihitung dengan cara membagi biaya pemesanan dan
penyimpanan kumulatif dengan jumlah kumulatif barang. Jumlah kumulatif
barang yang memberikan unit cost terkecil akan digunakan untuk menentukan
jumlah unit barang yang dipesan.
Least Total Cost (LTC). Teknik ini hampir sama dengan teknik LUC. Hal
yang berbeda adalah metode ini membandingkan biaya pemesanan dengan biaya
penyimpanan. Jumlah pesanan yang membuat selisih biaya pemesanan dan
penyimpanan paling kecil akan digunakan untuk menentukan jumlah unit barang
yang akan dipesan.
Analisis Perencanaan Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Perencanaan pengendaliaan persediaan bahan baku untuk tahun 2014
dimulai dengan memperkirakan produksi pulp pada tahun 2014 dengan
menggunakan teknik peramalan. Terdapat dua jenis pulp yakni Dissolving Kraft

6

Pulp (DKP) dan Bleached Kraft Pulp (BKP) yang akan diprediksi produksinya
tiap bulan pada tahun 2014 dengan menggunakan data produksi pada periode
2012-2013..
Teknik peramalan yang digunakan adalah linear regression with seasonal
factor (least square dummy variables). Persamaan regresi yang akan diestimasi
adalah sebagai berikut :
+ �+ �
(2)
� =
Dengan :
= jumlah produksi pulp pada bulan ke-t

a
= intercept
b dan c = slopes
t
= waktu (bulan)
x
= bernilai 1 untuk BKP dan 0 untuk DKP
Persamaan regresi yang telah diperoleh digunakan untuk memprediksi
produksi pulp bulanan pada tahun 2014. Jumlah kebutuhan bahan baku kemudian
dapat dihitung dengan mengalikan produksi pulp tiap bulan dengan kebutuhan
bahan baku untuk membuat satu ton pulp sesuai SOP perusahaan. Perencanaan
pengendalian persediaan bahan baku untuk tahun 2014 kembali dilakukan
menggunakan keempat teknik MRP dan teknik terbaik ditentukan berdasarkan
biaya minimum.

KONDISI UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Perusahaan
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk mulai beroperasi pada tahun 2001 dan
merupakan salah satu perusahaan Raja Garuda Emas (RGE) group yang
menghasilkan pulp, bahan baku kertas dan rayon. Jenis produk pulp yang
dihasilkan perusahaan ini berupa Toba Pulp sebagai bahan baku kertas dan Toba
Cell Eucalyptus Pulp sebagai bahan baku rayon. Bahan baku kayu yang
digunakan berasal dari konsesi hutan yang dikelola oleh perusahaan yang pada
tahun 2011 memiliki luas wilayah 188.055 hektar dan tersebar di lima wilayah
Kabupaten Toba Samosir yaitu Aek Nauli, Aek Raja, Habinsaran, Tele, dan
Padang Sidempuan.
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. berdomisili di Medan dengan pabrik
berlokasi di Desa Sosor Ladang, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba
Samosir, Sumatera Utara. PT. Toba Pulp Lestari memiliki jumlah karyawan
sebanyak 1022 orang dengan komposisi 91% karyawan pria dan 9% karyawan
wanita. Perusahaan ini memiliki kapasitas produksi pulp mencapai 214.500
tonpulp/tahun. Pulp yang diproduksi dijual di pasar dalam negeri dan diekspor.
Perencanaan Produksi
Sistem produksi pulp PT. Toba Pulp Lestari dilakukan berdasarkan target
yang ditetapkan oleh perusahaan. Produksi pulp berada di bawah departemen
fiberline. Departemen ini memantau proses produksi pulp dan kebutuhan bahan
baku selama proses pembuatan pulp. Departemen fiberline bekerjasama dengan

7
departemen Mill Store, departemen Chemical/Recaustisizing/Lime Kiln/Effluent &
Coal Gas, and Energy, divisi Wood Preparation, dan departemen Forestry dalam
menyediakan bahan baku pulp. Posisi berbagai departemen dalam struktur
organisasi disajikan pada lampiran 10.
Pengendalian bahan baku kayu dilakukan divisi woodsupply di departemen
forestry yang bekerja sama dengan divisi wood preparation, sementara
pengendalian bahan baku kimia dilakukan oleh departemen mill store. Mill Store
mencatat persediaan tiap jenis dan jumlah bahan baku kimia yang harus dipesan
jika persediaan bahan baku telah mencapai reorder point (ROP). Selanjutnya,
divisi Mill Store membuka purchase requisition (PR), dimana PR tersebut harus
disetujui terlebih dahulu kemudian masuk ke departemen procurement.
Penawaran harga kepada supplier, termasuk lead time, sistem, dan proses
pembayaran, serta harga, kemudian dilakukan dilakukan perbandingan harga yang
paling murah dan berkualitas, dan ketersediaan stoknya yang siap dikirim. Jika
penawaran yang disetujui oleh kedua belah pihak maka dibuka purchase order
(PO). Isi dari PO adalah nama supplier, nomor order, tanggal terbit, tujuan
pengiriman, lama waktu pembayaran, deskripsi barang, jumlah barang, harga
barang, dan PPn. Barang yang dipesan akan sampai sesuai dengan lead time,
kemudian disimpan di mill store, dan akan digunakan oleh departemendepartemen yang memerlukan.
Proses Produksi
Proses produksi pulp terdiri dari membuat chips, memasak chips,
memisahkan dan mencuci pulp, memutihkan pulp, dan pembentukan lembaranlembaran pulp (Gambar 1). Proses pembuatan pulp diawali dengan chipping yakni
kayu bulat diolah menjadi chips yang kemudian digunakan sebagai bahan baku
pembuatan pulp. Chips kemudian dimasak sehingga didapat chips yang lunak
yang dapat diuraikan menjadi serat-serat (pulp). Setelah itu serat-serat dipisahkan
menjadi serat- serat yang baik dengan yang reject dan mata kayu, lalu dicuci
dengan sistem counter current, yakni arah aliran air pencuci dan pulp yang dicuci
berlawanan. Selanjutnya, serat-serat akan dipisahkan kembali menjadi serat-serat
yang baik dengan reject yang masih tersisa. Pulp yang bersih (unbleached pulp)
dialirkan menuju proses pemutihan menggunakan sejumlah bahan kimia dengan
suhu dan tekanan tertentu. Setelah diputihkan, pulp dibawa menuju pulp machine
untuk dibentuk menjadi lembaran-lembaran dan dipotong sesuai dengan ukuran
standar perusahaan. Pulp kemudian ditumpuk dan dikemas untuk disimpan di
dalam pulp warehouse. Pulp yang telah dikemas dijual ke luar maupun dalam
negeri. PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. dapat menghasilkan 500-550 ton pulp DKP
dan 600-650 ton pulp BKP dalam satu hari.

8

CHIPPING
• Proses mencacah kayu menjadi chips dengan panjang 15-25 mm dan tebal 3-5 mm.
• Kapasitas produksi chips adalah >4000 ton/hari dengan kadar air (KA) 48%
• 1 ton pulp memerlukan 3,82 ton chips dari MHW dan 5,70 chips dari kayu eukaliptus.

DIGESTING
• Proses memasak chips menggunakan white liquor (Na2S dan NaOH)
• Tahapan memasak chips adalah chip filliing, liquor filling, kraft ramping, kraft
cooking, dan blowing selama 281-286 menit.
• Pada DKP terdapat proses prehidrolisis selama ±100 menit sebelum chips dimasak

SCREENING AND WASHING
• Pulp dipisahkan dari knots lalu dicuci
• Pulp dicuci menggunakan sistem counter current, lalu kembali di-screening
• Pulp kembali dicuci dan diibawa menuju brown stock washing sebelum dibawa
menuju unbleached tower

BLEACHING
• Proses memutihkan pulp dengan cara menghilangkan lignin yang masih terdapat di
dalam pulp
• Bahan kimia yang digunakan untuk memutihkan pulp adalah ClO2 (D), H2O2 (P), dan
Oksigen (O)
• Bahan kimia HCl dan SO2 untuk menurunkan pH pulp dan bahan kimia NaOH
untuk menaikkan pH pulp
• Perbedaan proses bleaching pada DKP dan BKP terdapat pada tahap terakhir proses
pemutihan. Pada tahap terakhir, DKP menggunakan ClO2 dan BKP menggunakan
H2O2.
• Tahapan bleaching pada BKP adalah D(P+O)DP, sementara tahapan bleaching pada
DKP adalah D(P+O)DD

FORMING
• Pulp di kembali disaring secara bertingkat lalu konsistensi pulp diatur dan dipompa
menuju head box
• Pulp dialirkan menuju fordriner di mana kandungan air dalam pulp dikeluarkan
menggunakan vakum, setelah itu pulp di tekan secara bertahap, lalu masuk ke dalam
sistem pengering
• Lembaran pulp yang kering dipotong dengan ukuran 80 x 60 cm dibawa menuju
bailing line untuk dikemas
PACKAGING
• Pulp masuk bailing line dan dikemas
• Pada kemasan dicantumkan nama perusahaan, jenis kayu, asal negara, barcode
penjualan, berat satu kemasan pulp, tanggal pengemasan, dan grade lembaran pulp
• Pulp yang telah dikemas, disimpan di dalam pulp warehouse

Gambar 1 Proses Produksi Pulp PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.

9
Perencanaan Pengadaan Bahan Baku Perusahaan
Bahan baku merupakan faktor yang penting dalam proses produksi.
Perencanaan bahan baku harus dilakukan agar persediaan selalu ada dalam
kondisi optimum sehingga perusahaan dapat terus melakukan proses produksi
tanpa hambatan. Perencanaan bahan baku kimia dilakukan oleh bagian Mill Store,
sementara perencanaan bahan baku kayu dilakukan oleh bagian wood preparation.
Sistem penanganan bahan baku yang digunakan adalah FIFO (First In First
Out) hal ini berarti setiap bahan baku yang yang datang pertama digunakan lebih
dahulu. Tujuan sistem ini adalah menghindari berkurangnya kualitas dari bahan
baku yang akan digunakan, karena jika disimpan terlalu lama di gudang, kadar
bahan baku dapat berkurang dan mempengaruhi kualitas pulp yang dibuat. Setiap
bahan baku yang dipesan memiliki lead time yang berbeda-beda. Lead time untuk
H2O2 adalah 30-40 hari, CaO adalah 15-30 hari, NaCl adalah 45-60 hari, S adalah
30 hari, dan Na2SO4 adalah 45-60 hari. Selain itu, juga terdapat safety stock untuk
menghidari kekurangan bahan baku yang dapat diakibatkan beberapa faktor salah
satunya lead time yang tidak tepat. Bagian mill store melakukan pemantauan stok
bahan baku yang ada di gudang dan melakukan pemesanan, jika bahan baku telah
mendekati batas ROP.
Kayu
Bahan baku baik kayu eukaliptus maupun mixhardwood dibawa dari sektor
menuju mill sebesar 2500-3500 ton kayu setiap hari. Jumlah kayu yang dibawa
berdasarkan perencanaan target produksi pulp dan budget yang disediakan. Kayu
kemudian diletakkan di logyard selama 45 hari sebelum di-chipping.
Bahan Baku Kimia
Selain bahan baku kayu, diperlukan juga bahan baku kimia. Bahan baku
kimia yang digunakan adalah CaO, Na2SO4, H2O2, NaCl, dan S. Penjelasan lebih
lengkap mengenai jenis-jenis bahan baku kimia yang digunakan disajikan
Lampiran 1.
CaO dan Na2SO4. Bahan baku kimia yang ditambahkan ke dalam white
liquor (WL) yang dibentuk kembali melalui proses recovery black liquor (BL)
menjadi green liquor (GL) karena memiliki kadar NaOH dan Na2S yang rendah.
Sehingga CaO perlu ditambahkan di recaustisizing untuk meningkatkan kadar
NaOH dan Na2SO4 ditambahkan di recovery boiler untuk meningkatkan kadar
Na2S.
NaCl. Bahan baku kimia yang kemudian dibentuk menjadi larutan brine di
tanki brine treatment. Larutan brine merupakan bahan baku utama yang
digunakan untuk membuat ClO2 dan NaOH. ClO2 dibentuk di klorat cell. Apabila
konsentrasi larutan brine turun, maka konsentrasi NaClO3 turun dan produksi
ClO2 turun, sehingga diperlukan penambahan larutan brine ke dalam klorat cell
untuk meningkatkan konsentrasi larutan brine. Sementara NaOH adalah bahan
baku kimia yang digunakan dalam proses bleaching dan dibentuk dari hasil
elektrolisis larutan brine di dalam cell electrolyzer. Apabila konsentrasi larutan
brine turun, larutan brine akan ditambahkan ke dalam cell electrolyzer.

10

H2O2. Bahan baku kimia yang digunakan dalam proses pemutihan pulp.
H2O2 tidak dibuat tetapi dibeli.
S. Bahan baku kimia yang digunakan untuk membuat SO2. SO2 dibentuk di
SO2 plant dan digunakan dalam proses pemutihan pulp.
Jumlah bahan baku kimia dalam proses pembuatan pulp sesuai dengan SOP
perusahaan seperti yang disajikan pada tabel 3. Penelitian ini fokus kepada bahan
baku kimia yang dibeli, yaitu CaO, NaCl, Na2SO4, H2O2, dan S .
Tabel 3 Standard Operational Procedure (SOP) bahan baku untuk 1 ton pulp
Bahan Baku

Satuan

Kayu
H2O2
White Liquor (WL)*)
CaO
NaOH 10%
HCl
ClO2
Na2SO4
SO2
S

Ton
Kg
M3
Kg
Kg
Kg
Kg
Ton
Ton
Kg

Jenis Pulp
BKP
4,3
20,0
3,8
323,0
21,0
3,6
26,0
0,2
0,8
0,38

DKP
6,7
6,5
5,8
493,0
18,0
5,5
22,0
0,3
0,6
0,3

Keterangan : *) 1 m3 WL terdapat 31,25 gpl Na2S dan membutuhkan 85 kg CaO
untuk meningkatkan konsentrasi NaOH

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengendalian Bahan Baku Tahun 2012-2013
Bahan baku kimia dipesan oleh mill store kemudian disimpan di gudang
penyimpanan, sementara bahan baku kayu disimpan dan disusun di logyard.
Penyimpanan bahan baku kimia dilakukan menurut jenis bahan baku kimia yang
digunakan. H2O2 disimpan di luar mill store di dalam tangki dan ditutup dengan
terpal. NaCl disimpan di dalam gudang penyimpanan yang menggunakan
penerangan, sementara Na2SO4, CaO, dan S disimpan di dalam gudang
penyimpanan tanpa penerangan. Bahan baku kayu yang disimpan di logyard tidak
ditutup terpal dan disusun berdasarkan jenis kayu (eukalipus dan mix hardwood).
Setiap bahan baku kimia yang dibeli, memiliki lead time dan safety stock
yang berbeda-beda (Tabel 4). Safety stock bertujuan untuk mengantisipasi
kekurangan bahan baku akibat kondisi permintaan yang tidak menentu dan lead
time yang tidak tepat.

11
Tabel 4 Lead time dan safety stock bahan baku kimia
No
1
2
3
4
5

Bahan Baku
Kimia
Na2SO4
S
CaO
H2O2
NaCl

Kebutuhan Rata-Rata
Lead Time (hari)
Bahan Baku (ton)
a
b
877,96
45-60
4,89
30
504,52
15-30
166,02
30-40
163,97
45-60

Safety Stock (ton)
SS*)
1755,93
7,34
756,78
332,05
327,94

1

Keterangan : *) SS = a + ( b . SS)
2
Sumber : PT Toba Pulp Lestari, Tbk dan data olahan
Permasalahan yang terkadang dihadapi oleh perusahaan dalam pemesanan
bahan baku, berkaitan dengan lead time yang tidak tepat. Kondisi ini
menyebabkan kedatangan bahan baku terlambat atau terlalu cepat. Keterlambatan
kedatangan bahan baku dapat menyebabkan terhambatnya proses produksi. Untuk
mengatasi masalah ini, perusahaan meminta bantuan dari perusahaan lain yang
berada dalam satu company, yaitu Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). untuk
mengirimkan bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi sehingga
produksi dapat tetap berjalan. Sementara itu, jika bahan baku yang dipesan terlalu
cepat datang, terjadi penumpukan bahan baku di gudang. Bahan baku yang terlalu
lama disimpan dapat mempengaruhi kualitas bahan baku tersebut. Kebutuhan
bahan baku dan jumlah produksi yang tahun 2012-2014 dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 menunjukkan terjadi peningkatan produksi pulp sebanyak 3.760,45
ton atau 2,10% dari tahun 2012 ke tahun 2013. Hal ini disebabkan perusahaan
melakukan produksi DKP sampai bulan November 2012. Produksi DKP per hari
biasanya lebih sedikit dibandingkan produksi BKP per hari.
Tabel 5 Jumlah produksi pulp dan kebutuhan bahan baku tahun 2012-2014
Item

Satuan

Produksi Pulp
BKP*)
DKP**)
Pemakaian Bahan Baku (Gross requirement)
Na2SO4
Recovery
Make Up
S
CaO
Recovery
Produksi sendiri
Make Up
H2O2
NaCl
NaCl untuk ClO2
Recovery rate NaCl untul ClO2
Make Up NaCl untuk ClO2
NaCl Untuk NaOH 10%

Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton

2012
178.676,11
161.596,93
17.079,18

Tahun
2013
182.436,56
78.232,78
104.203,78

2014
177.224,71
131.497,18
45.727,53

57.014,09
45.611,27
11.402,82
54,88
425.919,31
340.735,45
78.631,26
6.552,60
1.391,96
5.165,91
3.610,38
3.154,21
456,17
1.555,53

48.341,70
38.673,36
9.668,34
62,55
361.132,91
288.906,33
66.670,69
5.555,89
2.592,59
5.711,87
3.999,68
3.788,31
211,38
1.712,19

43.516,45
34.813,16
8.703,29
63,03
325.086,30
260.069,04
60.015,93
5.001,33
2.927,17
5.701,24
3.994,73
3.572,93
421,80
1.706,51

Keterangan : *) **) Hasil peramalan
Sumber : PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. tahun 2013 dan data olahan

12

Di lain pihak, perusahaan melakukan produksi BKP lebih banyak pada
tahun 2013 dibandingkan tahun 2012. Produksi pulp pada tahun 2014 merupakan
hasil peramalan dari data produksi tahun 2012-2013. Kebutuhan bahan baku tahun
2014 diperoleh dari mengalikan SOP dengan produksi pulp bulanan tahun 2014.
Tabel 6 menunjukkan perbandingan biaya persediaan bahan baku yang
diperoleh melalui teknik perusahaan dan teknik MRP tahun 2012-2013. Teknik
yang digunakan oleh perusahaan menyebabkan biaya persediaan perusahaan
sebesar $2.377.485,54 pada tahun 2012. Pada teknik perusahaan diharuskan untuk
meninggalkan persediaan minimal sebesar rata-rata persediaan tiap bulan
ditambahkan dengan safety stock untuk masing-masing bahan baku. Persediaan
yang besar ini menyebabkan biaya penyimpanan bahan baku untuk teknik
perusahaan selalu lebih besar dibandingkan dengan keempat teknik MRP.
Teknik LUC, LTC, dan LFL memberikan biaya persediaan lebih kecil dari
teknik perusahaan. Ketiga teknik ini dapat menghemat sebesar 14,8%
dibandingkan dengan teknik yang dilakukan peusahaan. Hal ini dikarenakan
jumlah barang yang dibeli dan frekuensi pemesanan barang pada teknik LUC dan
LTC lebih sedikit, sehingga biaya pemesanan bahan baku lebih kecil. Sementara
itu, pada LFL, bahan baku yang dipesan sama dengan net requirement sehingga
tidak ada biaya penyimpanan yang dibebankan tiap periode. Shaliha (2012) dalam
penelitiannya menyebutkan perbedaan teknik LUC dan LTC terdapat pada
frekuensi pemesanan. Sementara itu Sherly (2013) menyebutkan teknik LFL dapat
menghemat biaya penyimpanan dan menghindari penumpukan bahan baku di
gudang.
Pada tahun 2013, teknik perusahaaan menghasilkan biaya persediaan
sebesar $3.164.399,94. Sementara itu, teknik EOQ memberikan biaya
penyimpanan yang paling minimum, yakni 16,2% lebih kecil dari biaya
persediaan. Hal ini dikarenakan pada teknik EOQ jumlah persediaan yang tersisa
di tahun 2012 cukup besar, sehingga kebutuhan untuk beberapa bulan di tahun
2013 dapat tercukupi. Selain itu juga pada teknik EOQ frekuensi pemesanan
barang dan biaya pemesanan dapat diminimisasi, sehingga biaya yang dikeluarkan
untuk pengendalian bahan baku lebih kecil. Suwindrati (2001) dalam
penelitiannya menggunakan EOQ menyebutkan model EOQ mengatur frekuensi
dan volume pesanan sehingga menjamin kelancaran produksi dan menghemat
biaya pengadaan bahan baku dalam setahun. Rohmah (2013) meyebutkan teknik
EOQ memudahkan manajemen melakukan pemesanan dengan melakukan
pemeriksaan pengendalian secara rutin dan teknik ini dapat dijadikan alternatif
perusahaan dalam pengendalian bahan baku. Sementara menurut Sirait (2004)
teknik EOQ kurang peka terhadap perubahan pemakaian bahan baku dan waktu
tunggu namun sangat cocok diterapkan pada perusahaan yang memiliki
perbandingan biaya pemesanan dan penyimpanan yang besar, serta dapat
mengatasi ketidakpastian pasokan bahan baku. Teknik MRP yang digunakan
untuk menganalisis pengendalian persediaan bahan baku kimia dalam penelitian
ini menyebabkan perusahaan dapat menghemat sebesar 14,8% pada tahun 2012
dan 16,2% pada tahun 2013.

Tabel 6 Perbandingan biaya persediaan tahun 2012-2013
Teknik
LUC

LTC

EOQ

LFL

Perusahaan

Jenis Biaya

Satuan

Biaya pemesanan
Biaya penyimpanan
Biaya pembelian
Biaya total
Biaya pemesanan
Biaya penyimpanan
Biaya pembelian
Biaya total
Biaya pemesanan
Biaya penyimpanan
Biaya pembelian
Biaya total
Biaya pemesanan
Biaya penyimpanan
Biaya pembelian
Biaya total
Biaya pemesanan
Biaya penyimpanan
Biaya pembelian
Biaya total

$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$

Tahun
2012
2013
110,00
130,00
108,56
129,38
2.026.087,62 3.163.691,81
2.026.306,17 3.163.951,19
110,00
170,00
109,71
161,88
2.026.087,62 3.163.691,81
2.026.307,32 3.164.023,70
130,00
140,00
141,73
135,89
2.759.271,98 2.652.302,65
2.759.543,71 2.652.578,54
420,00
600,00
34,40
0,00
2.026.087,62 3.163.691,81
2.026.542,02 3.164.291,81
480,00
600,00
121,54
108,13
2.376.884,00 3.163.691,81
2.377.485,54 3.164.399,94

Selisih
2012

%
2013

2012

2013

-351.179,36

-448,75

-14,8

-0,014

-351.178,21

-376,25

-14,8

-0,011

382.058,18

-511.821,41

16,2

-16,174

-350.943,52

-108,13

-14,8

-0,003

Sumber : PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. dan data olahan

13

14
Perencanaan Pengendalian Bahan Baku Tahun 2014
Perencanaan sistem pengendalian bahan baku tahun 2014 adalah untuk
memperkirakan besarnya biaya persediaan yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan. Perencanaan ini dapat memberikan manfaat bagi perusahaan, yakni
perusahaan dapat mempersiapkan kebutuhan bahan baku dan pengeluaran
perusahaan. Jumlah produksi beserta penggunaan bahan baku tahun 2014 hasil
peramalan dapat dilihat pada Tabel 5.
Hasil peramalan tahun 2014 digunakan untuk mengestimasi besarnya
penggunaan bahan baku pada tahun 2014. Biaya pengendalian persediaan bahan
baku untuk tahun 2014 kemudian dihitung kembali menggunakan teknik
perusahaan dan keempat teknik MRP. Hasil lebih lengkap mengenai perhitungan
dan perbandingan biaya persediaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 7.
Berdasarkan hasil analisis biaya persediaan bahan baku untuk 2 jenis pulp
di tahun 2014, teknik perusahaan menghasilkan biaya penyimpanan sebesar
$3.126.840,33. Teknik LTC, LUC, dan LFL juga memberikan biaya persediaan
yang besarnya relatif mendekati biaya persediaan perusahaan. Hal ini dikarenakan
pada teknik perusahaan, besarnya ending inventory yang dipertahankan setiap
bulan adalah sebesar safety stock yang mereka terapkan, sehingga jumlah bahan
baku yang dipesan sama dengan net requirement.
Tabel 7 Perbandingan biaya persediaan bahan baku tahun 2014
Teknik
LUC

LTC

EOQ

LFL

Perusahaan

Jenis Biaya

Satuan

Biaya pemesanan
Biaya penyimpanan
Biaya pembelian
Biaya total
Biaya pemesanan
Biaya penyimpanan
Biaya pembelian
Biaya total
Biaya pemesanan
Biaya penyimpanan
Biaya pembelian
Biaya total
Biaya pemesanan
Biaya penyimpanan
Biaya pembelian
Biaya total
Biaya pemesanan
Biaya penyimpanan
Biaya pembelian
Biaya total

$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$

Tahun
2014
160,00
96,89
3.126.132,20
3.126.389,09
130,00
117,72
3.126.132,20
3.126.379,92
160,00
154,04
3.462.488,84
3.462.802,88
600,00
0,00
3.126.132,20
3.126.732,20
600,00
108,13
3.126.132,20
3.126.840,33

Selisih
2014

%
2014

-451,24

-0,01

-460,41

-0,01

335.962,55

10,74

-108,13

-0,00

Sumber: data olahan
Teknik LUC dan LTC memiliki besar biaya persediaan yang mendekati
biaya persediaan teknik perusahaan, namun besar biaya pemesanan masingmasing teknik berbeda. Pada kedua teknik ini, bahan baku dipesan untuk
mencukupi kebutuhan beberapa bulan ke depan. Sehingga frekuensi pemesanan
lebih sedikit dibandingkan teknik yang diterapkan perusahaan. Kedua teknik ini
dapat meminimisasi biaya pemesanan.

15
Sementara itu, perbedaan biaya persediaan teknik LFL dan teknik
perusahaan terdapat pada biaya penyimpanan. Teknik LFL memesan bahan baku
sesuai dengan net requirement, sehingga hampir tidak memiliki persediaan.
Keunggulan teknik ini adalah dapat menekan biaya penyimpanan tetapi
kelemahannya berisiko mengalami stock out. Shaliha (2012) dalam penelitiannya
mengatakan teknik LFL lebih cocok diterapkan pada bahan baku dengan harga
beli yang mahal dan mudah didapatkan. Teknik ini baik dilakukan perusahaan dan
dilakukan bersama-sama dengan penerapan kebijakan safety stock.
Pada tahun 2014, teknik perusahaan memberikan biaya persediaan yang
besarnya relatif hampir sama dengan biaya persediaan ketiga teknik MRP.
Sehingga, teknik yang diterapkan oleh perusahaan dapat dikatakan sudah baik,
dan perlu dipertahankan untuk tahun berikutnya.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan halhal sebagai berikut :
1. PT. Toba Pulp Lestari menerapkan kebijakan safety stock dengan besar
safety stock sama dengan ending inventory perusahaan. Kebijakan ini
menyebabkan teknik perusahaan menghasilkan biaya persediaan bahan baku
kimia lebih tinggi 14,8% dibandingkan teknik LUC, LTC, dan LFL pada
tahun 2012. Sementara itu, pada tahun 2013, teknik EOQ memberikan biaya
persediaan bahan baku kimia 16,2% lebih kecil dibandingkan biaya
persediaan yang dihasilkan teknik perusahaan.
2. Pada tahun 2014, teknik pengendalian yang diterapkan perusahaan
memberikan biaya persediaan bahan baku kimia yang relatif hampir sama
dengan biaya persediaan yang dihasilkan teknik LUC, LTC, dan LFL.
Kebijakan penerapan safety stock yang dilakukan perusahaan sudah baik
dan perlu dipertahankan.
Saran
Perusahaan perlu disiplin dalam menerapkan safety stock agar kebijakan
pengendalian persediaan yang terapkan perusahaan lebih efisien.

DAFTAR PUSTAKA
[APKI] Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. 2014. [internet]. [diacu : 2014 Maret
8]. Tersedia dari : http://apki.net.
Chase RB., Aquilano NJ. 1995. Production and Operations management :
Manufacturing and Services. (US): Irwin.
Davis MM., Heineke J. 2005. Operations Management: Integrating
Manufacturing and Services. (US): McGraw-Hill, Irwin.

16
[FWI] Forest Watch Indonesia. 2014. Stop ekspansi, hentikan penggunaan kayu
dari hutan alam [internet]. [diacu : 2014 Oktober 18]. Tersedia dari :
http://fwi.or.id/stop-ekspansi-hentikan-penggunaan-kayu-dari-hutan-alam.
Handoko HT. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Industri dan Operasi. Yogyakarta
(ID) : BPPE-Yogyakarta.
Heizer J, Render B. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Ariyoto K,
penerjemah. Jakarta (ID) : Penerbit Salemba Empat.
Ishak A. 2010. Manajemen Operasi. Yogyakarta (ID) : Graha Ilmu.
[KEMENPERIN] Kementerian Perindustrian. 2014. Kapasitas produksi
kertas dan pulp naik di 2017 [internet]. [diacu : 2014 Maret 8]. Tersedia dari :
http://Agro.kemenperin.go.id/1949-Kapasitas-Produksi-Kertas-dan-Pulp-Naikdi-2017.
Muhardi. 2011. Manajemen Operasi : Suatu Pendekatan Kuantitatif untuk
Pengambilan Keputusan. Bandung (ID) : Refika Aditama.
Plenert G. 1999. Focusing material requirement planning (MRP) toward
performance. European Journal of Operational Research 199 (1999) : 91-99.
Render B, Stair RM. 1992. Introduction to Management Science. Massachusetts
(US) : Allyn and Bacon.
Taylor BW, Russell RS. 2006. Operation Management : Quality and
Competitiveness in a Global Environment. 5th Edition. New Jersey (US) : John
Wiley & Sons, Inc.
Rohmah W. 2013. Analisis pengendalian persediaan bahan baku dan bahan
pendukung pada PT MGN [Skripsi]. Bogor(ID) : Institut Pertanian Bogor.
Shaliha N. 2012. Analisis pengendalian persediaan bahan baku industri kertas :
studi kasus di PT Pindo Deli Pulp and Paper Unit Paper Machine 12
Karawang, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor(ID) : Institut Pertanian Bogor.
Sherly S. 2013. Analisis pengendalian persediaan bahan baku industri kertas
tissue : studi kasus di PT Pindo Deli Pulp and Paper Unit Paper Machine 11
Karawang [Skripsi]. Bogor(ID) : Institut Pertanian Bogor.
Sirait BH. 2004. Analisis pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku
kayu : studi kasus di PT Daisen Wood Frame [Skripsi]. Bogor(ID) : Institut
Pertanian Bogor.
Suwindrati D. 2001. Analisis efisiensi sistem pengadaan bahan baku pada industri
mebel skala kecil : studi kasus di Koperasi Serba Usaha (KSU) Sekar Jati
Tegal [Skripsi]. Bogor(ID) : Indtitut Pertanian Bogor.
Taryana N. 2008. Analisis pengendalian persediaan bahan baku pada produk
sepatu dengan pendekatan teknik lot sizing dalam mendukung sistem MRP
(studi kasus di PT Sepatu Mas Idaman, Bogor) [skripsi]. Bogor(ID) : Institut
Pertanian Bogor.
Young JB. 1991. Modern Inventory Operations : Methods for Accuracy and
Productivity. New York (US) : Van Nostrand Reinhold.

Lampiran 1 Daftar bahan baku kimia yang digunakan dan bahan pembentuknya yang dibeli.
No
1

Bahan Baku Kimia
CaO

2

Na2SO4

Reaksi Kimia
Hasil
CaO + H2O + Na2CO3 → NaOH + NaOH
CaCO3
Na2SO4 + heat → Na2S + 2O2
Na2S

3

H2O2

-

4

NaCl

NaCl + 3H2O → NaClO3 + 3H2
NaClO3 + 2HCl → ClO2 + ½ Cl2 + ClO2
NaCl + H2O

-

2H2O + 2 NaCl → 2NaOH + H2 + NaOH 32%
Cl2
NaOH 10%
5

S

S + O2 → SO2

SO2

6
7
8

HCl
O2
Na2CO3

-

-

Keterangan
CaO dibeli, NaOH digunakan untuk proses pemasakan
Na2SO4 dibeli, Na2S digunakan untuk proses
pemasakan
H2O2 dibeli dan digunakan untuk proses P0 dan P1
dalam pemutihan BKP
NaCl dibeli
ClO2 digunakan untuk proses D0, D1, dan D2 dalam
pemutihan DKP
NaOH 32% akan diencerkan menjadi NaOH 10% dan
digunakan untuk menurunkan pH pada proses
bleaching
S dibeli dan SO2 digunakan untuk menurunkan pH
pada proses bleaching
HCl dibuat sendiri
O2 dibuat sendiri
Sudah ada di dalam green liquor

17

18

Lampiran 2 Jenis, lead time, dan sistem penggunaan bahan baku di PT.Toba Pulp Lestari
Jenis Bahan Baku
Na2SO4

Lead Time (hari)
45-60

Sistem penggunaan
FIFO

CaO

15-30

FIFO

NaCl

45-60

FIFO

H2O2
S

30-40
30

FIFO
FIFO

Keterangan
Na2SO4 ditambahkan ke dalam green liquor (GL) di recovery boiler untuk
meningkatkan kadar Na2S di dalam GL, sehingga Na2S siap digunakan
sebagai bahan pemasak
CaO ditambahkan ke dalam green liquor (GL) di recaustisizing kiln untuk
meningkatkan kadar NaOH di dalam GL, sehingga NaOH siap digunakan
sebagai bahan pemasak
NaCl digunakan sebagai bahan dasar larutan brine. Larutan brine kemudian
akan digunakan sebagai bahan baku cell electrolyzer di dalam chlor alkali
untuk membentuk NaOH, dan hasil sampingannya berupa HCl yangdbentuk di
HCl plant, serta digunakan dalam chlorat cell untuk membentuk ClO2.
Bahan pemutih pulp, digunakan pada tahap P0 dan P1.
Sebagai bahan dasar pembentuk SO2 yang digunakan untuk menurunkan pH
pada proses bleaching.

Sumber : PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. (2014)
Lampiran 3 Spesifikasi penilaian Toba Pulp (BKP)
Karakteristik Pulp

Satuan

Viskositas
Brightness
Ukuran Shieve
Ukuran Partikel Kotoran
Total Kotoran
Kadar Air

cP
ISO
mm2
mm2
mm2/m2
%
o

Grade I
Min. 8
Min. 88
≤3
≤3
Max. 3
7-12

Sumber : PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. (2014)

Spesifikasi
Grade II
Min. 8
87-87.9
≤3
≤3
Max. 3
7-12

Grade B
Min. 7
Min. 87
≤3
≤3
Max. 6
7-12

19
Lampiran 4 Spesifikasi penilaian Toba Cell Eucalyptus Pulp (DKP)
Karakteristik Pulp
Viskositas
Brightness
Kelarutan dalam NaOH 10%
Kelarutan dalam NaOH 18%
α-Selulosa
Kadar Abu
Ekstraktif
Kadar Kotoran
Kadar Air

Satuan
cP
ISO
%
%
%
%
%
mm2/m2
%
o

Prime A
10-10.9
≥ 89
≤ 7.5
≥ 4.0
≥ 94
≤ 0.1
≤ 0.2
≤ 10
7.5-11

Spesifikasi
Prime
Prime I
II
11-14
14.1-17
≥ 89
≥ 89
≤ 7.5
≤ 7.5
≥ 4.0
≥ 4.0
≥ 94
≥ 94
≤ 0.1
≤ 0.1
≤ 0.2
≤ 0.2
≤ 10
≤ 10
7.5-11
7.5-11

HVG
> 17
≥ 89
≤ 7.5
≥ 4.0
≥ 94
≤ 0.1
≤ 0.2
≤ 10
7.5-11

Sumber : PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. (2014)

Lampiran 5 Harga bahan baku, ordering cost, dan carrying cost bahan baku tiap
bulan
Jenis bahan baku
NaCl
H2O2
Na2SO4
CaO
S

Satuan
$/ton
$/ton
$/ton
$/ton
$/ton

Harga Bahan
Baku
92
405
130
120
210

Ordering cost

Carrying Cost

10
10
10
10
10

0,003
0,004
0,002
0,004
0,330

20

Lampiran 6 Contoh perhitungan biaya kebutuhan Na2SO4 menggunakan teknik perusahaan tahun 2012
Na2SO4 (ton)

Satuan

2012

Month
2

3

10

11

12

Pulp Production

Ton

16.329

1

15.318

15.487

15.886

4

16.434

5

15.163

6

15.655

7

15.117

8

15.520

9

10.347

10.343

17.079

Gross Requirement

Ton

recovery

Ton

5388
4311

5054
4043

5110
4088

5242
4194

5423
4338

5003
4003

5166
4132

4988
3991

5121
4097

3414
2731

3413
2730

3692
2954

make up Na2SO4

Ton

1078

1011

1022

1048

1085

1001

1033

998

1024

683

683

739

Beginning Inventory

Ton

4307

3230

2219

1756

1756

1756

1756

1756

1756

1756

1756

1756

Net Requirements

Ton

0

0

559

1.048

1.085

1.001

1.033

998

1.024

6