Sikap Petani Terhadap Program CD (Community Development) PT.TPL (Toba Pulp Lestari) Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Studi Kasus: Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi)

(1)

SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM CD (COMMUNITY

DEVELOPMENT) PT.TPL (TOBA PULP LESTARI) DAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

(Studi Kasus: Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi)

SKRIPSI

OLEH:

SRI ALEMINA ITA GINTING 020309004

SEP-PKP

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM CD (COMMUNITY

DEVELOPMENT) PT.TPL (TOBA PULP LESTARI) DAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

(Studi Kasus: Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi)

SKRIPSI

OLEH:

SRI ALEMINA ITA GINTING

020309004

SEP-PKP

Skripsi sebagai Salah satu Syarat untuk dapat Mendapat Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ir. Hasudungan Butar-Butar, M.Si Emalisa, SP, M.Si Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

RINGKASAN

Sri Alemina Ita br Ginting (020309004) dengan judul skripsi SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM CD (COMMUNITY DEVELOPMENT) PT. TPL (TOBA PULP LESTARI) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA, (Studi Kasus: Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Hasudungan Butar-Butar, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling dimana jumlah populasi di daerah penelitian 488 KK dan diambil sebagai sampel 40 KK, 20 sampel merupakan penerima bantuan program CD dan 20 sampel yang bukan penerima program CD. Metode analisis yang digunakan adalah Korelasi Rank Spearman, Analisis Regresi Linier Berganda dan Metode Deskriptif. Dengan hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Program CD di desa Parbuluan I tidak sesuai dengan keinginan petani.

2. Sikap petani terhadap Program CD di desa Parbuluan I adalah negatif, dimana dari 40 orang petani sampel, 21 orang (52.55%) mempunyai sikap negatif dan 19 orang (47.5%) yang bersikap positif.

3. Karakteristik sosial petani:

a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur petani dengan sikapnya terhadap Program CD.

b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kosmopolitan petani dengan sikapnya terhadap Program CD.

c. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan petani dengan sikapnya terhadap Program CD.

d. Karakteristik ekonomi petani:

a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara luas lahan petani dengan sikapnya terhadap Program CD.

b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah pendapatan petani dengan sikapnya terhadap Program CD.

4. Faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, tingkat cosmopolitan, luas lahan dan jumlah pandapatan) petani secara serempak maupun secara parsial tidak berpengaruh dengan sikapnya terhadap Program CD.

5. Dukungan pemerintah daerah dalam Program CD masih sangat kurang di daerah penelitan.

6. Masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan program CD yaitu: bibit terlalu kecil, suhu yang tidak sesuai dan ternak yang tidak tumbuh besar. 7. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi yaitu:


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tigabinanga, pada tanggal 19 September 1984 dari Bapak T. Ginting dan Ibu S. br Perangin-angin. Penulis merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1990 masuk Sekolah Dasar di SD Sint. Yoseph Tigabinanga tamat tahun 1996.

2. Tahun 1996 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Tigabinanga tamat tahun 1999.

3. Tahun 1999 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Tigabinanga dan tamat tahun 2002.

4. Tahun 2002 diterima di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

5. Bulan Juli-Agustus 2006 melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Huta Gurgur Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

6. Bulan Januari 2007 melakukan penelitian di Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala anugerahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM CD (COMMUNITY

DEVELOPMENT) PT. TPL (TOBA PULP LESTARI) DAN FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHINYA, (Studi Kasus: Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi).

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Hasudungan Butar-Butar, M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing. 2. Ibu Emalisa, SP, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

3. Ibu Ir. Lily Fauzia M.Si sebagai Ktua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. 4. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Sekretaris Departemen Sosial Ekomomi

Pertanian.

5. Seluruh Dosen, Staff dan Pegawai di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. 6. Bapak Camat Parbuluan, Kepala Desa Parbuluan I, Koordinator CD PT TPL Kab.

Dairi yang telah membantu penulis selama penelitian.

7. Seluruh masyarakat Desa Parbuluan I yang bersedia meluangkan waktu untuk membantu penulis selama penelitian.

Ungkapan terima kasih yang tulus juga penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta, keluarga, dan teman-teman atas setiap dukungan dan doanya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, September 2007


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9

2.1. Tinjauan Pustaka ... 9

2.2. Landasan Teori ... 15

2.3. Kerangka Pemikiran ... 20

2.4. Hipotesis Penelitian ... 23

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 25 3.1. Metode Penentuan daerah Penelitian ... 25 3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 26 3.3. Metode Pengumpulan Data ... 26 3.4. Metode Analisis Data ... 27 3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 31

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DANKARAKTERISTIK PETANI SAMPEL ... 33

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 33 4.2. Karakteristik Petani Sampel ... 36

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39 5.1. Pelaksanaan program CD di Daerah Penelitian ... 39 5.2. Sikap Petani Sampel terhadap Program CD ... 41 5.3. Hubungan Faktor Sosial Petani dengan Sikapnya


(7)

Terhadap Program CD ... 42 5.3.1. Hubungan Umur Petani Sampel dengan Sikapnya

Terhadap Program CD ... 42 5.3.2. Hubungan Tingkat Pendidikan petani Sampel

dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 44 5.3.3. Hubungan Tingkat Kosmopolitan Petani Sampel

dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 45 5.4. Hubungan Faktor Ekonomi Petani sample Dengan

Sikapnya terhadap Program CD ... 47 5.4.1. Hubungan Luas Lahan Petani dengan Sikapnya

terhadap Program CD ... 47 5.4.2. Hubungan Pendapatan Petani Sampel dengan

Sikapnya terhadap Program CD ... 48 5.5. Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan

Sikapnya terhadap Program CD ... 50 5.6. Dukungan pemerintah Daerah dalam Pelaksanaan

Program CD ... 53 5.7. Masalah-Masalah yanh Dihadapi Petani dalam

Pelaksanaan Program CD... 54 5.8. Upaya-upaya yang Dilakukan Petani untuk Mengatasi

Masalah-masalah yang dihadapi Petani dalam Pelaksanaan

Program CD ... 54

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56 6.1. Kesimpulan ... 56 6.2. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Jenis dan Jumlah Bantuan yang Diberikan PT. TPL untuk Kab. Dairi ... 6

2. Jumlah Kepala Keluarga penerima Bantuan, Jenis Bantuan dan Jumlah Bantuan Program CD PT. TPL di Kab. Dairi ... 25

3. Jumlah Petani sampel Penerima Bantuan dan yang Tidak Menerima Bantuan Program CD PT. TPL Tahun 2004 ... 26

4. Luas Wilayah menurut Penggunaannya di Desa Parbuluan I ... 34

5. Sarana dan Prasarana di Desa Parbuluan I ... . 34

6. Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur Desa Parbuluan I ... . 35

7. Karakteristik Petani Sampel di Desa Parbuluan I... 36

8. Jumlah Bibit Ternak Babi yang Mati, Bertahan Hidup dan Dijual oleh Petani ... 40

9. Sikap Petani Sampel terhadap Program CD di Desa Parbuluan I ... 41

10. Hubungan Umur Petani Sampel dengan Sikapnya terhadap Program CD... 43

11. Hubungan Tingkat Pendidikan Petani Sampel dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 44

12. Hubungan Tingkat Kosmopolitan Petani Sampel dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 46

13. Hubungan Luas Lahan Petani dengan Sikapnya terhadap Program CD... 47

14. Hubungan Pendapatan dengan Sikap Petani terhadap Program CD ... 49 15. Analisis Statistik regresi Linier Berganda (Multiple Regresion)


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Karakteristik Petani Sampel di Desa Parbuluan I... 59

2. Tingkat Kosmopolitan ... 60

3. Jawaban Petani sampel ... 61

4. Jumlah Petani yang Menjawab Setiap Pernyataan ... 62

5. Perhitungan Skala kategori Jawaban Pernyataan Sikap untuk Pernyataan Positif ... 63

6. Perhitungan Skala kategori Jawaban Pernyataan Sikap untuk Pernyataan Negatif ... 64

7. Total skala Jawaban Petani Sampel terhadap Pernyataan Sikap ... 65

8. Skor Sikap dan Interprestasinya terhadap Pernyataan Sikap ... 66

9. Karakteristik Petani Sampel di Desa Parbuluan I dan Sikapnya terhadap Program CD ... 67

10. Korelasi Spearman antara Umur Petani dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 68

11. Korelasi Spearman antara Tingkat Pendidikan Petani dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 69

12. Korelasi Spearman antara Tingkat Kosmopolitan Petani dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 70

13. Korelasi Spearman antara Luas Lahan Petani dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 71

14. Korelasi Spearman antara Total Pendapatan Keluarga Petani dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 72

15. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi (Umur, Tingkat Pendidikan, Tingkat Kosmopolitan, Luas Lahan dan Total Pendapatan Keluarga) dengan Sikapnya terhadap Program CD ... 73

16a. Jumlah dan Biaya Saprodi Perpetani Persatu Musim Tanam ... 74


(11)

17a. Nilai dan Biaya Alat dan Mesin Pertanian Perpetani Persatu Musim

Tanam ... 78

17b. Nilai dan Biaya Alat dan Mesin Pertanian Perpetani Pertahun ... 79

18a. Total Jumlah Tenaga Kerja dan Biaya Perpetani Persatu Musim Tanam 80 18b. Total Jumlah Tenaga Kerja dan Biaya Perpetani Pertahun ... 82

19a. Junlah Penyusutan Alat dan Mesin Pertanian Perpetani Persatu Musim Tanam ... 84

19b. Junlah Penyusutan Alat dan Mesin Pertanian Perpetani Pertahun ... 86

20a. Total Biaya Produksi Perpetani Persatu Musim Tanam ... 88

20b. Total Biaya Produksi Perpetani Pertahun ... 89

21a. Total Produksi dan Penerimaan Usahatani Perpetani Persatu Musim Tanam ... 90

21b. Total Produksi dan Penerimaan Usahatani Perpetani Pertahun ... 91

22. Daftar Pernyataan Sikap Petani Terhadap Program CD PT. TPL ... 92

23. Umur Bibit Ternak Babi yang Mati, Dipelihara dan yang Dijual Petani Sampel ... 97


(12)

RINGKASAN

Sri Alemina Ita br Ginting (020309004) dengan judul skripsi SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM CD (COMMUNITY DEVELOPMENT) PT. TPL (TOBA PULP LESTARI) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA, (Studi Kasus: Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Hasudungan Butar-Butar, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling dimana jumlah populasi di daerah penelitian 488 KK dan diambil sebagai sampel 40 KK, 20 sampel merupakan penerima bantuan program CD dan 20 sampel yang bukan penerima program CD. Metode analisis yang digunakan adalah Korelasi Rank Spearman, Analisis Regresi Linier Berganda dan Metode Deskriptif. Dengan hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Program CD di desa Parbuluan I tidak sesuai dengan keinginan petani.

2. Sikap petani terhadap Program CD di desa Parbuluan I adalah negatif, dimana dari 40 orang petani sampel, 21 orang (52.55%) mempunyai sikap negatif dan 19 orang (47.5%) yang bersikap positif.

3. Karakteristik sosial petani:

a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur petani dengan sikapnya terhadap Program CD.

b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kosmopolitan petani dengan sikapnya terhadap Program CD.

c. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan petani dengan sikapnya terhadap Program CD.

d. Karakteristik ekonomi petani:

a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara luas lahan petani dengan sikapnya terhadap Program CD.

b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah pendapatan petani dengan sikapnya terhadap Program CD.

4. Faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, tingkat cosmopolitan, luas lahan dan jumlah pandapatan) petani secara serempak maupun secara parsial tidak berpengaruh dengan sikapnya terhadap Program CD.

5. Dukungan pemerintah daerah dalam Program CD masih sangat kurang di daerah penelitan.

6. Masalah-masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan program CD yaitu: bibit terlalu kecil, suhu yang tidak sesuai dan ternak yang tidak tumbuh besar. 7. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi yaitu:


(13)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan menuju bangsa yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan bukan merupakan suatu proses yang mudah dilalui. Banyak tantangan dan agenda pembangunan yang mesti dijawab dan dituntaskan untuk mencapai kondisi tersebut. Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan yang lebih baik. Aspirasi dan tututan masyarakat itu lebih berperan dalam proses pembangunan yang telah berlangsung (Sumodiningrat, 1999 : 1).

Keberhasilan pembangunan nasional ditentukan oleh tingkat partisipasi masyarakat, baik dalam menyumbangkan masukan (input) maupun dalam menikmati hasil-hasilnya. Perlu diingat bahwa 80% masyarakat Indonesia masih tinggal di pedesaan yang jauh dari pusat-pusat administrasi pembangunan yang umumnya berada di kota-kota, sehingga masih banyak rakyat yang belum cukup tersentuh oleh kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, termasuk menikmati hasil pembangunan. Oleh karena itu, perlu kiranya dibuat usaha-usaha yang meningkatkan pertisipasi masyarakat dalam pembangunan yang mendekatkan kegiatan pembangunan pada tempat-tempat pemukiman masyarakat tersebut (Margono, S., 2003 : 7).

Semua pembangunan menyangkut bahkan ditujukan untuk masyarakat, tetapi sebagai metode pembangunan masyarakat mempunyai karakteristik sendiri. Pembangunan masyarakat tidak saja bermaksud membina hubungan dalam setiap orang untuk hidup bermasyarakat, melainkan juga untuk membangun masyarakat,


(14)

karena setiap satuan masyarakat mempunyai kekuatan sendiri (community power). Suatu masyarakat bisa kehilangan kekuatannya jika masyarakat itu mengalami

community disorganization. Untuk mengatasi masalah itulah CD atau pembangunan

masyarakat dilancarkan (Ndraha, T., 1990 : 40).

Upaya pengembangan masyarakat di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari keadaan politis dan pemerintahan. Pola pengembangan masyarakat di Indonesia secara umum dikembangkan oleh Depertemen Dalam Negeri, sedangkan secara sektoral dikembangkan beberapa departemen dan lembaga pemerintah non departamental, serta lembaga-lembaga non pemerintah. Di Indonesia pola pengembangan masyarakat, dalam kerangaka Departemen Dalam Negeri dimasukkan dalam pengembangan masyarakat desa (Adi, 2003 : 291).

Pembangunan masyarakat desa didefinisikan sebagai suatu proses dimana anggota-anggota masyarakat pertama-tama mendiskusikan dan menentukan keinginan mereka, kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri yang menekankan pada seluruh masyarakat. Penekanan kepada pembangunan masyarakat desa didefinisikan setiap bentuk usaha perbaikan setempat yang bisa dicapai dengan keinginan masyarakat untuk bekerja sama (Surjadi, 1989 : 1).

Istilah asing untuk pembangunan desa, bukan hanya RD (Rural Development) melainkan juga CD. CD merupakan pendekatan pembangunan yang mengutamakan partisipasi aktif masyarakat dan berlaku baik di desa maupun di perkotaan. Sedangkan RD dilain pihak hanya berlaku di pedesaan, dan mengutamakan keserasian dengan lingkungan (Rahardjo, 1999 : 194-195).


(15)

Pengembangan masyarakat berisi beberapa elemen dasar. Berikut merupakan hal-hal yang dapat dijadikan titik tolak, jika suatu kegiatan ingin disebut pengembangan masyarakat.

1. Perhatian diberikan kepada keinginan dan kebutuhan masyarakat yang berkepentingan dan terhadap lapangan kegiatan yang ditetapkan oleh masyarakat tersebut.

2. Masyarakat menjadi partisipan yang aktif dan berguna dalam suatu proses pengembangan masyarakat dan memiliki kontrol yang beralasan terhadap proses itu.

3. Konsep bantu diri diletakkan pada kedudukan yang vital pada proses pengembangan masyarakat.

4. Masyarakat dipandang sebagai suatu keseluruhan (totalitas) dan bukan jumlah bagian-bagian yang terpisah. (Moedzakir, 1986:10).

Partisipasi aktif masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan memerlukan kesadaran warga masyarakat akan minat dan kepentingan yang sama. Strategi yang biasa diterapkan adalah melalui strategi ‘penyadaran’, untuk berhasilnya program pembangunan desa tersebut, warga masyarakat dituntut untuk terlibat tidak saja dalam aspek kognitif dan praktis, tetapi juga ada keterlibatan emosional pada program tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberi kekuatan dan perasaan untuk ikuit serta dalam gerakan perubahan yang mencakup seluruh bangsa. Untuk itu para pemimpin harus menyebarluaskan kebijakan pembangunan desa, dan secara aktif mengidentifikasikan diri dengan kebijakan tersebut. Terkait dengan hal itu maka partisipasi masyarakat menjadi elemen yang penting dalam pembangunan masyarakt desa. Keterlibatan warga masyarakat dalam pembangunan desa dapat dilihat dari dua


(16)

hal yaitu: partisipasi dalam perencanaan dan partisipasi dalam pelaksanaan, yang keduanya memiliki segi positif dan segi negatif (Adi, 2003: 296).

Paradigma pembangunan mutakhir saat ini memberi porsi yang besar pada manusia sebagai subjek pembangunan dan manusia sebagai bahan pokok dari pembangunan. Karakteristik pendekatan pembangunan yang berpusat pada manusia adalah sebagai berikut:

1. Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dibuat ditingkat lokal, dimana didalamnya rakyat memiliki identitas dan peranan yang dilakukan sebagai partisipasi.

2. Fokus utama adalah memperkuat kemampuan rakyat miskin dalam mengawasi dan mengarahkan aset-aset untuk memenuhi kebutuhan yang khas sesuai dengan daerahnya.

3. Pendekatan ini memiliki toleransi terhadap perbedaan oleh karenanya mengakui arti penting dari keputusan individual dan pembuatan kekuatan yang terdistribusi. 4. Fokus pada social learning yang didalamnya terdapat interaksi kolaboratif antara

birokrasi dan komunitas mulai dari perencanaan pembangunan hingga pada evaluasi proyek yang mendasari diri pada saling belajar.

5. Budaya kelembagaan ditandai dengan adanya organisasi yang mengatur diri sendiri dan lebih terdistribusi, yang menandai unit-unit lokal yang mengelola dirinya sendiri.

6. Proses pembentukan jaringan koalisi dan komunikasi antara birokrasi lembaga lokal, satuan organisasi tradisional. (Purnomo, 2004: 154).

Setelah berganti nama dari sebelumnya PT Indorayon, PT Toba Pulp Lestari (PT. TPL) menegaskan komitmen baru untuk menjaga kelestarian lingkungan. Sejak


(17)

kembali beroperasi akhir Maret 2004, PT Toba Pulp Lestari telah menutup proses produksi yang berpotensi menjadi polutan, melakukan pengelolaan limbah, serta menggunakan eucalyptus berasal dari tanaman sendiri. Selain itu, kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui program CD menjadi bagian dari komitmen tersebut. Program Pengembangan masyarakat ini berorientasi pada pemberdayaan masyarakat sekitar. Program tersebut diharapkan dapat menjadi kontribusi pada masyarakat sekitar pabrik mapupun Hutan Tanaman Industri (HTI). Dengan begitu, diharapkan akan terjalin kemitraan antara perusahaan dengan masyarakat (Kompas, 27 April 2004).

Kini kemitraan dengan masyarakat dilakukan dengan menyediakan dana sebesar Rp 10.138.255.000,- yang akan dibagikan kepada delapan kabupaten sekitar lokasi pabrik. Kedelapan kabupaten yang menerima dana itu yaitu: Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Pak-Pak Barat, Toba Samosir, Samosir, Simalungun dan Tapanuli Selatan. Besarnya dana dari satu persen hasil penjualan bersih PT. TPL tersebut berbeda untuk setiap daerah. Perhitungan besaran saluran bantuan yang diberikan memakai tolak ukur total produksi kabupaten terhadap perusahaan, panjang jalan kabupaten yang dipakai perusahaan dan luas HTI di masing-masing kabupaten (Khairul, Kompas 27 September 2005).

Pada tahun 2005 PT. TPL telah menetapkan 2 desa di Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi sebagai penerima dana Program CD. Bantuan yang diberikan berupa bibit ternak babi dan bibit ternak kambing. Tahun 2006 dana tersebut telah diserahkan kepada masing-masing desa dan petani penerima bantuan tersebut. Data desa, jenis bantuan dan jumlah bantuan yang diterima dapat dilihat pada Tabel 1.


(18)

Desa Jenis bantuan Jumlah bantuan Parbuluan 1

Dusun Dalan Toba II Dusun Simallopuk Parbuluan III

Dusun B.Nainggolan

Bibit ternak babi Bibit ternak babi

Bibit ternak babi dan kambing

Rp.49.600.000,- Rp.50.400.000,-

Rp.39.800.000,-

Sumber: Kordinator pelaksana Program CD Kabupaten Dairi tahun 2005

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah bantuan yang diterima Desa Parbuluan I berupa bibit ternak babi dengan nilai bantuan sebesar Rp 100.000.000 dan untuk Desa Parbuluan III diberikan batuna berupa bibit ternak babi dan bibit ternak kambing dengan nilai bantuan sebesar Rp 39.800.000.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah mengenai program CD di Kecamatan Parbuluan deengan maksud untuk mengetahui lebih jauh bagaimana sikap petani terhadap Program CD dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap tersebut. Karena pertimbangan hal itu maka peneliti tertarik melakukan penelitian di desa Parbuluan I, dimana desa ini merupakan salah satu desa yang penerima bantuan Program CD dari PT. TPL.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan Program CD di daerah penelitian.

2. Bagaimana sikap petani terhadap Program CD di daerah penelitian.

3. Bagaimana hubungan karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan) petani dengan sikap mereka terhadap pelaksanaan Program

CD.

4. Bagaimana hubungan karakteristik ekonomi (luas lahan dan total pendapatan keluarga) petani dengan sikap mereka terhadap pelaksanaan Program CD.


(19)

5. Bagaimana pengaruh faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan, luas lahan dan total pendapatan keluarga) terhadap sikap petani dalam pelaksanaan Program CD.

6. Sejauh mana dukungan pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program CD. 7. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan Program CD. 8. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah yang

dihadapi dalam pelaksanaan Program CD.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Program CD di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui sikap petani terhadap Program CD di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui hubungan karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan,

tingkat kosmopolitan) petani dengan sikap mereka terhadap pelaksanaan Program CD.

4. Untuk mengetahui hubungan karakteristik ekonomi (luas lahan dan total pendapatan keluarga) petani dengan sikap mereka terhadap pelaksanaan Program CD.

5. Untuk mengetahui pengaruh faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan, luas lahan dan total pendapatan keluarga) terhadap sikap petani dalam pelaksanaan Program CD.

6. Untuk mengetahui sejauh mana dukungan pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program CD.

7. Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan Program CD.


(20)

8. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Program CD.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bahan informasi bagi pembuat program, agar dapat membuat program yang lebih baik yang lebih bermanfaat bagi petani.

2. Bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berkaitan dengan pelaksanaan program CD.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Pembangunan desa adalah pembangunan manusia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia. Pembanguan desa bersifat multisektoral menyangkut semua segi kehidupan masyarakat, sehingga pembangunan desa tidaklah pembangunan yang berdiri sendiri. Sifat multisektoral mengharuskan bahwa pembangunan desa harus dilaksanakan secara terintegrasi dan terpadu. Terpadu dalam perencanaan dan pelaksanaan sehingga optimasi dari pembanguan tersebut dapat dicapai, berdaya guna dan berhasil guna. Dalam hal ini pembangunan desa menempatkan dirinya dalam tiga sifat yaitu:

a. Sebagai metode pembangunan dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa

b. Sebagai program, yang menyangkut berbagai segi terakumulasi dalam bentuk-bentuk program yang pelaksanaannya di desa dan memerlukan keikutsertaan masyarakat desa

c. Sebagai gerakan, dimana harus dilaksanakan secara menyeluruh di pedesaan. (Suwignjo, 1985 :79).

Pembangunan masyarakat dapat dipandang dalam sudut arti luas dan dapat pula dari sudut arti sempit. Dalam arti luas, pembangunan masyarakat berarti perubahan sosial berencana. Dalam arti ini sasaran pembangunan masyarakat adalah perbaikan dan peningkatan bidang ekonomi, teknologi, bahkan politik dan sosial. Dalam arti sempit, pembangunan masyarakat berarti perubahan sosial berencana di lokalitas tertentu, seperti kampung, desa, kota kecil atau kota besar. Pembangunan masyarakat dalam arti sempit ini dikaitkan dengan berbagai proyek atau program yang


(22)

langsung berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan dan pengurusan kepentingan lokalitas atau masyarakat setempat, dan sepanjang mampu dikelola oleh masyarakat itu sendiri (Ndraha, 1987: 72).

Defenisi pembangunan masyarakat yang telah diterima secara luas adalah defenisi yang telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada tahun 1956 yang berbunyi CD atau pembangunan masyarakat adalah suatu proses. Baik ikhtiar masyarakat yang bersangkutan yang dambil berdasarkan prakarsa sendiri, maupun kegiatan pemerintah dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan berbagai komunitas, mengintegrasikan berbagai komunitas itu kedalam kehidupan bangsa, dan memampukan mereka untuk memberi sumbangan sepenuhnya demi kemajuan bangsa dan negara, berjalan secara terpadu dalam proses tersebut (Ndraha, 1987: 73).

Tujuan utama pembangunan masyarakat desa terpadu adalah meningkatkan produktivitas, memperbaiki kualitas hidup masyarakat pedesaan, serta memperkuat kemandirian. Menurut Waterson, ada enam elemen dasar yang melekat dalam program pembangunan semacam ini, yaitu: (a) pembangunan pertanian dengan mengutamakan padat karya (labour intensive), (b) memperluas kesempatan kerja, (c) intensifikasi tenaga kerja skala kecil, dengan cara mengembangkan industri kecil di pedesaan (d) mandiri dan meningkatkan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, (e) mengembangkan daerah perkotaan yang mampu memberi dukungan pada pembangunan pedesaan, (f) membangun kelembagaan yang mampu melakukan koordinasi proyek multisektor (Usman, 1998 :45).


(23)

1. Menjadi lebih swadaya

Banyak kegiatan yang dinamakan CD dalam kenyataannya justru menumbuhkan ketergantungan msyarakat local terhadap actor luar. Apabia hal ini terjadi maka kegiatan yang dilaksanakan pada dasarnya bukan CD karena CD pada dasarnya upaya menolong mereka agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, ringkasnya membuat masyarakat lebih swadaya.

2. Berkembang menjadi komunitas pembelajar

Menjadi swadaya menuntut masyarakat lokal untuk mampu belajar dari pengalamannya sendiri untuk menjawab tantangan yang akan muncul dikemudian hari dan juga mampu memberdayakan dirinya sendiri.

3. Berkurangnya kerentanan dan kemiskinan

Keberhasilan CD bukan sekedar bahwa kegiatan yang direncanakan telah dilaksanakan. Apaun kegiatan dan oleh siapa saja, CD hanya akan dianggap berhasil bila mampu mengurangi kerentanan dan kemiskinan yang dihadapi masyarakat.

4. Terciptanya peluang ekonomi dan mata pencaharian yang berkelanjutan

Peluang ekonomi dan mata pencaharian yang berkelanjutan dalam sebagian besar kegiatan mengembangkan aktivitas ekonomi. CD dilaksanakan pertama-tama dengan menggunakan modal sosial sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan lainnya.

5. Tercapainya keseimbangan tujuan sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan.

Sering terjadi CD justru mengubah keseimbangan elemen-elemen dalam masyarakat yang ada. Apabila hal ini terjadi maka dalam jangka panjang akan merugikan masyarakat. CD sebaiknya dilaksanakan dengan mempertahankan


(24)

perspektif keseimbangan yang ada dalam masyarakat lokal. CD adalah sasaran yang menjadi pondasi bagi pencapaian sasaran yang lebih jauh.

6. Menguatnya Modal sosial

Dalam komunitas masyarakat miskin yang tidak memiliki modal finansial, modal sosial merupakan modal dasar yang memungkinkan masyarakat lokal bertahan hidup (Primahendra, R. 2006)

Masalah-masalah yang dihadapi pembangunan masyarakat dalam praktek antara lain adalah:

1. Terdapat kecenderungan hanya kaum elit komunitas saja yang mampu dan berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan.

2. Pembangunan masyarakat belum berhasil sepenuhnya dalam usaha mendorong perubahan sosial.

3. Dewasa ini pembangunan masyarakat lebih berbau politik. 4. Semakin besar komunitas, semakin bervariasi kepentingannya.

5. Cenderung memperhatikan kepentingan yang sifatnya umum saja sementara kepentingan lapisan dan kelompok masyarakat dalam komunitas terabaikan.

(Ndraha, T., 1990 : 96).

Sikap (attitude) merupakan salah satu bahasan yang menarik dalam kajian psikologi, karena sikap sering digunakan untuk meramalkan tingkah laku, baik tingkah laku perorangan, kelompok, bahkan tingkah laku suatu bangsa. Meskipun demikian sikap seseorang terhadap suatu objek tidak selalu memunculkan tingkah laku yang negatif terhadap objek tersebut (Adi, 1994: 177).


(25)

Sikap dapat sangat menentukan berhasil tidaknya suatu keinginan yang kita inginkan. Sikap juga akan membantu memperkuat daya keinginan kita (Haryanto, 2000:113).

Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya: ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Perkembangan sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia terhadap objek tertentu atau suatu objek (Ahmadi, 1999:171).

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective) dan komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Azwar, 1995:24).

Pendekatan dari conditioning theory menjelaskan bahwa sikap merupakan kebiasaan sesuatu yang dipelajari. Perkembangan dari sikap akan memulai proses sosialisasi, imitasi dan adaptasi. Jika dikaitkan dengan komponen kognitif serta afektif, berarti komponen kognitif harus dapat menghayati obyek yang dihadapinya agar timbul suatu sikap yang dikehendaki. Karena itu, mempelajari karakteristik ataupun kejadian merupakan hal yang penting dalam pembentukan suatu sikap, yang dalam hal ini sebenarnya mencakup segi konseptual dan faktor senang atau tidak senangnya terhadap suatu permasalahan (Adi, 1994:180).


(26)

Masyarakat desa dalam berbagai hal memiliki berbagai ciri yang dapat dibedakan dengan komunitas lain terutama pada kebiasan hidup bermasyarakatnya. Perbedaan itu akan membawa dampak pada proses perubahan apabila tidak dicermati. Ada dua sifat masyarakat desa terkait dengan program pembangunan yakni sikap menghambat dan sikap mendukung. Sikap menghambat terdiri dari: sikap pasif, familiy sentries, apatis, orientasi pada masa lampau, dan menyerah pada takdir. Sedangkan yang termasuk sikap mendukung terdiri dari: sikap gotong-royong, kepemimpinan desa, sikap bersaing, kebebasan berbicara, kesediaan untuk menerima inovasi (Purnomo, 2004: 18-23).

Ada beberapa hal penting dari sistem sosial desa yakni:

1. Masyarakat desa memiliki corak pandang tersendiri tentang hakekat hidupnya. 2. Memiliki karakteristik hubungan khusus dengan alam sekitarnya.

3. Memiliki pola pandang sendiri akan perubahan. 4. Berfikir rasional dan damba akan perubahan.

5. Hati-hati dan toleran terhadap perubahan (Purnomo, 2004 : 23).

Salah satu contoh pengembangan masyarakat yang ada di Indonesia yaitu Inpres Desa Tertinggal (IDT). Sasaran program ini adalah desa miskin baik yang berada di daerah pedesaan maupun perkotaan. Melalui program ini diharapkan terjadi proses pemberdayaan masyarakat, serta perubahan struktur sosial yang kondusif bagi peningkatan kapasitas masyarakat yang dilakukan melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia, pengembangan permodalan, pengembangan peluang kerja dan penguatan kelembagaan kelompok miskin. Untuk memacu program ini pemerintah memberikan dana Rp 20.000.000/desa. Dana ini adalah modal usaha yang dapat dimanfaatkan kelompok miskin untuk kegiatan sosial ekonomi yang bersikap


(27)

produktif. Dalam kenyataannya, implementasi program ini sangat kompleks. Benar bahwa kondisi sejumlah desa semakin berkembang dan kelompok miskin dapat meningkatkan pendapatannya, walaupun tidak sedikit desa tertinggal lain hampir tidak berkembang. Jumlah dana yang tersalur tidak sesuai dengan ketentuan, pemanfaatannya tidak mengikuti mekanisme yang telah ditetapkan, dan pembinaan juga tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2.2 Landasan Teori

Pembangunan adalah merupakan proses perubahan yang sengaja dan direncanakan. Lebih lengkap lagi pembangunan berarti perubahan yang sengaja dan direncanakan dengan tujuan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki kearah yang dikehendaki. Istilah pembangunan biasanya dipadankan dengan istilah

development, sekalipun istilah development sebenarnya berarti perkembangan tanpa

perencanaan. Maka pembangunan masyarakat desa juga disebut rural development (Rahardjo, 1999:192).

Pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1948 mengadakan konferensi yang menghasilkan defenisi mengenai pengembangan masyarakat sebagai : suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan berdasarkan inisiatif masyarakat. Hal ini meliputi berbagai kegiatan pembangunan di tingkat distrik, baik dilakukan oleh lembaga pemerintah ataupun lembaga-lembaga non pemerintah (pengembangan masyarakat) harus dilakukan melalui gerakan yang kooperatif dan harus berhubungan dengan bentuk pemerintahan lokal terdekat (Adi, I.R., 2003;199).

Indikator keberhasilan yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat mencakup:


(28)

1. Berkurangnya jumlah penduduk miskin.

2. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.

3. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin dilingkungannya.

4. Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin besarnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat.

5. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai dengan peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan sosial dasarnya (Sumodiningrat, 1999 : 138-139).

Pengembangan masyarakat memiliki tiga aspek penting. Satu aspek pengembangan masyarakat adalah bagaimana menemukan cara yang efektif untuk menstimulasi, membantu, dan mengajar petani untuk beradaptasi pada metode baru dan mempelajari keahlian baru, karena mereka masih bisa hidup lebih baik lagi dari yang mereka nikmati sekarang. Aspek yang kedua adalah bagaimana kita membantu para petani mengadaptasikan cara kehidupan mereka yang lama terhadap perubahan yang sudah mereka terima ataupun yang telah terjadi pada mereka. Aspek pengembangan masyarakat yang ketiga adalah membuat para petani merasa mereka ikut memiliki perubahan yang terjadi, karena ketika perubahan terjadi dan gagasan baru hanya diterima oleh sebagian petani atau jika gagasan lama tidak bisa digunakan dalam situasi yang baru yang dilahirkan oleh perubahan, maka standar perilaku bisa


(29)

berubah menjadi tidak pasti, rasa saling memiliki lemah, bahkan dapat terjadi disintegrasi (Batten, 1957: 5-6).

Masyarakat setempat atau sering disebut sebagai community menunjukkan pada warga sebuah desa, sebuah kota, suku atau suku bangsa. Community atau masyarakat setempat tidak lain merupakan suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Adapun dasar-dasar dari masyarakat setempat atau community adalah adanya lokalitas dan perasaan masyarakat tersebut. Mereka memiliki perasaan yang sama dan saling membutuhkan diantara anggota-anggotanya dan bahkan tanah yang mereka tinggal memberikan kehidupan dan penghidupan kepada mereka semua (Wisadirana, 2004 :41).

Salah satu kemajemukan yang merupakan kendala pembangunan dan kemajuan yang pada hakekatnya lebih serius dan lebih merumitkan lagi bagi usaha pengembangan kebudayaan bangsa menuju kemajuan, ialah perbedaan dalam tingkat pendidikan dan taraf keberadaban yang sangat tajam. Masalah ini perlu diperhatikan serta diusahakan untuk ditangani karena dapat menimbulkan kesenjangan dalam masyarakat. Kesenjangan sosial seperti itu diketahui merupakan landasan subur bagi kecemburuan sosial yang dapat menimbulkan kerawanan sosial yang pada pihaknya dapat mengganggu stabilitas yang sedemikian kita perlukan dalam pembangunan (Sambuaga, 1992: 38-39).

Sikap adalah suatu bangun psikologis. Seperti semua wujud psikologis sikap adalah hipotesis. Membangun adalah cara-cara mengkonseptualisasikan unsur-unsur yang tidak mudah dipahami daerah yang diselidiki oleh suatu ilmu tertentu. Para ilmuwan sosial menyelidiki keyakinan dan perilaku orang dalam usahanya untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan mengenai keadaan mental dan proses mental. Sikap


(30)

tidak dapat diobservasi atau diukur secara langsung. Keberadaannya harus ditarik kesimpulan dari hasil-hasilnya (Mueler, 1996:2).

Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya, pada suatu kontinum afektif. Kontinum afektif dapat berkisar antara “sangat positif” hingga ke “sangat negatif” terhadap suatu obyek sikap tertentu (Mueller, 1996: 11).

Sikap tersebut dapat bersifat negatif dapat pula bersifat posistif. Sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, ataupun tidak menyukai keberadaan suatu obyek. Sedangkan sikap positif memunculkan kecenderungan menyenangi, mendekati, menerima atau bahkan mengaharapkan kehadiran obyek tertentu (Adi, 1994: 178-179).

Dalam Rogers 1983, banyak dilakukan penelitian tentang hubungan antara indeks adopsi dan cirri-ciri sosial individu. Adapun indeks adopsi individu tersebut yaitu: pendidikan, baca tulis, status sosial yang lebih tinggi, unit ukuran besar, orientasi ekonomi komersial, sikap yang lebih berkenan terhadap kredit, sikap yang lebih berkenan terhadap perubahan, sikap yang lebih berkenan terhadap pendidikan, intelegensi, partisipasi sosial, kosmopolitalisme, kontak dengan agen perubahan, keterbukaan dengan media massa, pencarian informasi yang lebih aktif, pengetahuan tentang inovasi, dan pendapat tentang kepemimpinan. Variabel ini telah diteliti diberbagai wilayah pertanian yang berbeda, baik negara industri maupun negara sedang berkembang, yaitu pada pendidikan, kesehatan dan perilaku konsumen. Hasil penelitian yang mencolok ditemukan hampir disemua bidang (Van Den Ban dan Hawkins, 1999: 126-127).

Latar belakang sosial ekonomi dan budaya ataupun politik sangat mempengaruhi cepat lambatnya suatu inovasi, sebagai berikut; umur, tingkat


(31)

pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan masyarakat dengan dunia luar dan sikapnya dengan perubahan (Mosher, 1997: 45).

Tingkat pendidikan petani sering disebut sebagai faktor rendahnya tingkat produktivitas usahatani. Dengan tingkat pendidikan yang rendah maka petani akan lambat mengadopsi inovasi baru dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan lama, sedangkan seseorang yang berpendidikan tinggi tergolong lebih cepat dalam mengadopsi inovasi baru (Soekartawi, 2002 : 26).

Petani yang berusia lanjut berumur sekitar 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru (Kartasapoetra, 1991: 55).

Salah satu faktor sosial yang mempengaruhi sikap petani adalah tingkat kosmopolitan. Menurut Rogers dan Shoemakers (1986) pandangan petani akan semakin kosmopolitan jika sering berhubungan dengan orang luas. Tingkat kosmopolitan didukung oleh fasilitas transportasi dan komunikasi dengan masyarakat yang lebih luas sehingga proses masuknya ide-ide baru lebih mudah.

Luas lahan pertanian akan dipengaruhi oleh skala usaha dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efesiensi atau tidaknya suatu peningkatan usaha pertanian (Kartasapoetra, 1994: 23)

Sejumlah studi menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin yang belum mempunyai pendapatan yang cukup untuk bebas dari kekurangan masih banyak di Indonesia. Mereka masih dililit oleh ketidakberdayaan. Idiologi dan teknologi baru yang diperkenalkan kepada mereka acapkali juga direspon secara negatif, terutama


(32)

jika tidak memiliki jaminan sosial yang cukup untuk menghadapai resiko kegagalan (Usman, 1998: 30-31).

2.3 Kerangka Pemikiran

PT TPL (Toba Pulp Lestari) beroperasi kembali dengan paradigma barunya. Paradigma baru yang sudah desetujui PT TPL yaitu:

1. Penggunaan teknologi yang ramah lingkungan 2. Pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan 3. Tanggung jawab sosial kemasyarakatan

a. Mengutamakan putra daerah setempat

b. Melakukan kerja sama bisnis dengan masyarakat lokal

c. Menyisihkan dana kontribusi sosial untuk pengembangan masyarakat sebesar 1% Net Sales pertahun, 60% untuk Tobasa dan 40% untuk kabupaten lainnya. 4. Menerima lembaga Independent untuk mengawasi pelaksanaan paradigma

baru perseroan.

Salah satu program penting dalam konteks paradigma baru PT. Toba Pulp Lestari adalah rencana pemekaran sebuah CD project. Dengan proyek pembangunan masyarakat itu, TPL` berencana membentuk suatu kemitraan dengan masyarakat setempat serta meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini perusahaan pulp ini berencana menyisakan sebagian dana dari total penjualan bersih bagi pembangunan masyarakat. Penggunaan dana ini akan dikelola oleh suatu yayasan independen bagi kepentingan umum seperti beasiswa, pembangunan fasilitas kesehatan, bantuan sarana produksi pertanian, bantuan usaha kecil, dan pengadaan berbagai pelatihan bagi masyarakat setempat.


(33)

Dalam penerimaan bantuan tersebut memunculkan sikap, tingkah laku yang dipengaruhi oleh dorongan-dorongan dari dalam diri petani, baik faktor sosial seperti umur, tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan, dan faktor ekonomi seperti luas lahan pertanian yang dimiliki dan total pendapatan keluarga.

Dalam penerimaan bantuan tersebut terdapat berbagai masalah yang dihadapi para petani yang akan mempengaruhi sikapnya terhadap pemanfaatan bantuan tersebut sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

Sikap petani terhadap Program CD merupakan bentuk reaksi atau respon terhadap adanya stimulus, yang memunculkan dalam bentuk sikap positif atau negatif. Dengan kata lain munculnya sikap positif dan negatif dapat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi petani.


(34)

Keterangan:

: Ada hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran 2.4 Hipotesis Penelitian

1. Pelaksanaan Program CD di daerah penelitian berjalan dengan baik sesuai yang diinginkan masyarakat.

2. Sikap petani terhadap Program CD di daerah penelitian adalah positif. 3. Karakteristik sosial petani:

Kontribusi Sosial (1% Net Sales)

Petani

Sikap

Faktor sosial:

- Umur

- Tingkat kosmopolitan

- Tingkat pendidikan Faktor ekonomi:

- Luas lahan

- Total pendapatan keluarga

Masalah-masalah

Sikap Positif Sikap Negatif Upaya-upaya

Pemerintah

PT. TPL

Paradigma Baru, yang mencakup: 1. Penggunaan teknologi yang

ramah lingkungan

2. Pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan

3. Tanggung jawab sosial kemasyarakatan 4. Menerima lembaga

Independent untuk mengawasi pelaksanaan paradigma baru perseroan


(35)

a. Semakin tinggi umur petani maka semakin positif sikap petani terhadap Program CD.

b. Semakin tinggi tingkat kosmopolitan petani maka semakin positif sikap petani terhadap Program CD.

c. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin positif sikap petani terhadap Program CD.

4. Karakteristik ekonomi petani:

a. Semakin luas lahan petani maka semakin positif sikap petani terhadap Program CD.

b. Semakin tinggi total pendapatan keluarga petani maka semakin positif sikap petani terhadap Program CD.

5. Ada pengaruh faktor sosial ekonomi (umur, tingkat kosmopolitan, tingkat pendidikan, luas lahan, total pendapatan keluarga) terhadap sikap petani dalam pelaksanaan Program CD.

6. Pemerintah daerah memberikan dukungan dalam pelaksanaan Program CD. 7. Ada berbagai masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan Program CD. 8. Ada upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang


(36)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, dengan pertimbangan desa ini merupakan penerima bantuan program CD PT. Toba Pulp Lestari, Tbk tahun 2004 terbesar di Kabupaten Dairi. Di Kecamatan Parbuluan terdapat dua desa yang mendapat bantuan dari Program CD yaitu Desa Parbuluan I dan Desa parbuluan III. Banyaknya kepala keluarga penerima bantuan, jenis bantuan dan jumlah bantuan dapat kita lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Kepala Keluarga Penerima Bantuan, Jenis Bantuan dan Jumlah Bantuan Program CD PT. TPL di Kab. Dairi

Desa Jumlah

(KK) Jenis Bantuan Jumlah Bantuan (ekor) Nilai Bantuan(Rp.)

Desa Parbuluan I

Desa Parbuluan III 125 25 33 Bibit ternak babi Bibit ternak babi Bibit ternak kambing 250 50 66 100.000.000 20.000.000 19.800.000

Jumlah 183 366 Rp. 139.800.000

Sumber: Koordinator Program Community Development Kabupaten Dairi tahun 2005

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa di Desa Parbuluan I terdapat 125 kepala keluarga yang menerima bantuan berupa bibit ternak babi dengan jumlah 2 ekor tiap kepala keluarga dan jumlah total nilai bantuan sebesar Rp100.000.000 atau rata-rata Rp800.000/KK. Di Desa Parbuluan III terdapat 25 kepala keluarga yang menerima bantuan berupa bibit ternak babi dan 33 kepala keluarga yang menerima bibit ternak


(37)

kambing dengan jumlah 2 ekor tiap kepala keluarga dan total nilai bantuan sebesar Rp39.800.000 atau dengan rata-rata Rp686.206/KK.

3.2 Metode Penarikan Sampel

Populasi adalah seluruh masyarakat yang terdapat di desa Parbuluan I. Pengambilan petani sampel di Desa Parbuluan I dilakukan dengan menggunakan

Simple random Sampling (Penarikan Sampel Secara Random Sederhana). Jumlah

petani sampel penerima bantuan dan yang tidak menerima bantuan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Petani Sampel Penerima Bantuan dan yang Tidak Menerima Bantuan Program CD PT. TPL Tahun 2004.

Populasi Jumlah KK Jumlah Sampel

Penerima Bantuan

Bukan Penerima Bantuan

125 363

20 20

Jumlah 488 40

Sumber: Koordinator Program CD Kab Dairi, 2006

Dari Tabel 3 diketahui bahwa di Desa Parbuluan I terdapat 125 KK penerima bantuan Program CD, sedangkan petani yang bukan penerima bantuan program CD berjumlah sebanyak 363 KK. Sampel diambil sebanyak 40 KK, yaitu 20 KK yang merupakan penerima bantuan program CD dan 20 KK yang bukan merupakan penerima bantuan program CD.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait seperti


(38)

Kantor Kepala Desa Parbuluan I, Kantor Kecamatan Parbuluan, Koordinator Program

CD Kabupaten Dairi dan buku-buku pendukung penelitian.

3.4 Metode Analisis data

Semua data yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu ditabulasikan sesuai kebutuhan, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik yang sesuai.

Hipotesis 1, dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan melihat pelaksanaan program di daerah penelitian.

Hipotesis 2, dianalisis dengan Teknik Penskalaan Likert yaitu dengan pemberian skor pada setiap pilihan jawaban yang diberikan, yaitu:

- Untuk pernyataan positif : Sangat setuju (SS) = 5 Setuju (S) = 4

Ragu-ragu (R) = 3

Tidak Setuju (TS) = 2

Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 - Untuk pernyataan negatif: Sangat setuju (SS) = 1

Setuju (S) = 2

Ragu-ragu (R) = 3

Tidak Setuju (TS) = 4

Sangat Tidak Setuju (STS) = 5

Untuk mengukur skala sikap digunakan pengukuran skala sikap Likert dengan rumus:

  

 − +

=

S X X T 50 10


(39)

T = Skor Standar X = Skor Responden

X = Rata-rata Skor Kelompok S = Deviasi standar kelompok Kriteria Uji, apabila:

T > 50 = Sikap Positif T ≤ 50 = Sikap Negatif (Azwar, 1989:156).

Hipotesis 3 (a), (b), (c) dan 4 (a), (b) dianalisi dengan koefisien Rank Spearman.

db

t

rs

n

rs

th

N

N

di

rs

N i

;

1

2

6

1

2 3 1 2

α

α

=

=

=

= Keterangan:

rs = Koefisien korelasi Rank Spearman

di = Selisih antara peringkat faktor sosial ekonomi dengan sikap n = Jumlah Sampel

α = Derajat Nyata db = Derajat Bebas


(40)

Jika th < tα berarti terima Ho atau tolak H1

Jika th > tα berarti terima H1 atau tolak Ho

Untuk menguji Hipotesis 5 digunakan analisis regresi Linier Ganda (Multiple

Regression).

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5

Keterangan:

Y = Sikap petani terhadap Program CD a = Intercept

x1 = Umur petani (tahun)

x2 = Tingkat kosmopolitan petani x3 = Tingkat pendidikan petani x4 = Luas lahan

x5 = Total pendapatan keluarga b1…b5 = Koefisien regresi

Untuk menguji pengaruh variabel tersebut secara serempak maka digunakan uji F yakni :

) 1 /( ) 1 ( / 2 − − − = k n r k r

F

hit Keterangan:

R2 = Koefisien determinasi n = Jumlah sampel

k = Derajat bebas pembilang n-k-1 = Derajat bebas penyebut Dengan kriteria uji:


(41)

Jika Fhit > Ftabel maka terima H1 atau tolak Ho

Untuk menguji variabel secara parsial dapat diuji dengan uji t yaitu:

)) 1 ( ( 1 ) ( 2 2 123 2 2 2 123 2 1 1 Ri xi y S bi S k n y y y S Sb b

t

hit − ∑ = − −− ∑ = = Keterangan:

n-k-1 = Derajat Bebas

S2bi = standar error parameter b S2y123 = Standar Standar error estimasi

Xi = Variabel bebas (i = 1,2,3,4,5) Dengan kriteria uji:

Jika t hit < t tabel maka terima Ho atau tolak H1

Jika t hit > t tabel maka terima H1 atau tolak Ho

Hipotesis 6, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan melihat sejauh mana dukungan pemerintah daerah dalam pelaksanaan Program CD di daerah penelitian.

Hipotesis 7, dianalis dengan menggunakan metode deskriptif dengan mengamati masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan Program CD di daerah penelitian.

Hipotesis 8, dianalis dengan menggunakan metode deskriptif dengan mengamati upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah-masaalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Program CD di daerah penelitian.


(42)

3.5 Definisi dan Batasan Operasion Definisi

1. Sikap petani adalah pencerminan dorongan –dorongan yang datang dari dalam diri petani dan reaksi terhadap stimulus yang menghasilkan pengaruh atau penolakan, penilaian suka atau tidak suka kepositifan dan kenegatifan terhadap suatu obyek, dalam penelitian ini adalah Program CD.

2. Sikap positif adalah sikap yang cenderung menyukai, mendekati, menerima bahkan mengharapkan kejadian objek tertentu.

3. Sikap negatif adalah sikap yang cenderung menjauhi, membenci, menghindar ataupun tidak menyukai keberadaan objek tertentu.

4. Umur sampel adalah usia petani pada saat penelitian dilaksanakan yang dinyatakan dalam tahun

5. Tingkat pendidikan sampel adalah jumlah tahun pendidikan formal yang pernah ditempuh petani, yang dinyatakan dalam tahun.

6. Tingkat kosmopolitan adalah tingkat keterbukaan petani terhadap dunia luar yang diukur berdasarkan banyaknya melakukan kunjungan keluar dan serta penggunaan sarana informasi melalui media cetak dan media elektronik.

7. Total pendapatan keluarga adalah total jumlah pendapatan keluarga petani baik dari usaha pertanian dan diluar usaha pertanian.

8. Sampel adalah petani yang mendapat bantuan dan yang tidak mendapat bantuan dari Program CD.

Batasan Operasional

1. Tempat penelitian adalah Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan kabupaten Dairi.


(43)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTI

PETANI SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian. Luas dan Topografi Desa

Desa Parbuluan I berada dalam Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 3100 Ha, yang terbagi atas 3 dusun, yaitu Dusun Simallopuk, Dusun Dalan Toba 1, dan Dusun Dalan Toba 2.

Desa Parbuluan I terletak pada ketinggian 1200 m diatas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2300 mm/tahun. Bentuk topografi berbukit, berudara sejuk dengan suhu minimal 13,7-15,7oC dan dengan suhu maksimal 19,5-22,9oC.

Secara administrasi, Desa Parbuluan I memiliki batas-batas wilayah: Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Parbuluan IV.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Parbuluan II.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir.

Jarak Desa Parbuluan I dari ibukota Kecamatan Parbuluan 12 Km, dan jarak dari ibukota Kabupaten Dairi Sidikalang 30 Km dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat.

Tata Guna Tanah

Penggunaan tanah di Desa Parbuluan I meliputi tanah sawah, tanah kering, bangunan dan lainya. Luas wilayah Desa Parbuluan menurut penggunaannya, dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:


(44)

Tabel 4. Luas Wilayah Menurut Penggunaannya di Desa Parbuluan 1

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1. Tanah Sawah 10 0.32

2. Tanah Kering 1495 48.23

3. Bangunan 95 3.06

4. Lainnya 1500 48.39

Jumlah 3100 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Parbuluan 1, 2006.

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat penggunaan lahan terluas adalah untuk tanah kering (1495 Ha) dan penggunaan lahan terkecil adalah untuk tanah sawah (10 Ha). Hal ini dapat menunjukkan bahwa luasnya lahan pertanian yang bisa dipakai untuk lahan pertanian.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana baik pendidikan, kesehatan maupun keagamaan sudah ada di Desa Parbuluan I. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Parbuluan I dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Sarana dan Prasarana di Desa Parbuluan I.

No. Uraian Jumlah (Unit)

1. SD 2

2. SLTP Swasta 1

3. PUSTU 1

4. Posyandu 3

5. Polindes 1

6. Gereja 4

Jumlah 12

Sumber: Kantor Kepala Desa, 2006.

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Parbuluan I masih pelayanannya masih sangat kurang, baik di bidang pendidikan, maupun kesehatan. Sehingga untuk pendidikan dan kesehatan, warga desa


(45)

harus ke ibukota kecamatan, bahkan harus ke ibukota kabupaten untuk mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang lebih baik.

Keadaan Penduduk

Berdasarkan data profil desa tahun 2006, penduduk Desa Parbuluan I berjumlah 2701 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 488. Distribusi penduduk Desa Parbuluan I menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 6 :

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur Desa Parbuluan 1 No. Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1. 0-4 197 210 407

2. 5-9 204 208 412

3. 10-14 196 201 397

4. 15-19 151 157 308

5. 20-24 95 89 184

6. 25-29 81 100 181

7. 30-34 86 92 178

8. 35-39 74 88 162

9. 40-44 56 67 123

10. 45-49 47 52 99

11. 50-54 26 41 67

12. 55-59 23 29 52

13. 60-64 22 32 54

14. 65-69 10 21 31

15. 70-74 7 6 13

16. 75+ 1 11 12

JUMLAH 1276 1404 2680

Sumber: Kantor Kepala Desa Parbuluan 1, 2006.

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat jumlah penduduk pada kelompok 0-14 tahun sebanyak 1216 jiwa (45.37%) dan jumlah penduduk sebanyak 15-49 sebanyak 1235 jiwa (46.08%) dan jumlah penduduk >50 tahun sebanyak 1235 jiwa (8.54%). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kelompok umur produktif 15-49 merupakan jumlah penduduk terbanyak, sehingga dapat diketahui sumber daya manusia tercukupi di Desa Parbuluan 1.


(46)

Sebagai desa yang mempunyai lahan pertanian yang luas, pada umumnya penduduk di Desa Parbuluan 1 bermata pencaharian sebagai petani (95%) dan hanya 5% yang bermata pencaharian di sektor lain antara lain sebagai pegawai negeri dan swasta, pedagang, dan lain lain.

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik sosial ekonomi petani sampel meliputi umur, tingkat pendidikan formal, tingkat kosmopolitan, luas lahan dan total pendapatan keluarga. Karakteristik petani sampel desa Parbuluan I dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel di Desa Parbuluan 1

Sumber: Data Primer iolah dari lampiran 1, 2007

Umur

Umur petani sampel adalah salah satu yang berkaitan dengan kemampuan kerja petani dalam usahataninya. Semakin tua umur petani cenderung memiliki kemampuan kerja yang menurun, yang pada akhirnya berpengaruh kepada pendapatan yang mereka peroleh. Umur petani sampel berkisar antara 25-60 tahun, sebagian besar petani msih banyak yang berada pada usia produktif sehingga potensi kerja yang dimiliki dalam mengusahakan usahataninya masih besar.

No. Karakteristik Sosial Ekonomi

Satuan Range Rataan

1. Umur Tahun 25-60 43.275

2. Tingkat pendidikan Tahun 6-12 8.325 3. Tingkat Kosmopolitan Skor 0-9 4.825

4. Luas Lahan Ha 0.2-2.1 0.7035

5. Total Pendapatan Keluarga


(47)

Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan formal petani sampel rata-rata adalah 8.3 tahun yang menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan petani sampel adalah setingkat SD. Tingkat pendidikan ini sangat berpengaruh pada wawasan pengetahuan, pola pikir, cara bertindak dan pengambilan keputusan dalam mengambil sikap maupun dalam usaha peningkatan taraf hidup petani.

Tingkat Kosmopolitan

Penilaian tingkat kosmopolitan petani sampel di Desa Parbuluan I dilakukan dengan menggunakan skor (memberi nilai) pada setiap parameter terhadap aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh petani sampel, seperti penggunaan media cetak dan elektronik dan frekuensi petani sampel keluar dari desa tempat tinggalnya. Tingkat kosmopolitan dibedakan berdasarkan kriteria rendah (skor: 0-8 ), sedang (skor: 9-16 ), dan tinggi (skor: 7-24). Tingkat kosmopolitan petani yang tergolong rendah sebanyak 38 orang (95%) dan tingkat kosmopolitan petani yang tergolong sedang sebanyak 2 orang (5%) dan tidak ada petani yang termasuk kedalam kategori tingkat kosmopolitan yang tergolong tinggi. Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat diketahui tingkat kosmopolitan rata-rata petani sampel yaitu 4.825 dan termasuk kriteria rendah.

Luas Lahan

Luas lahan petani sampel di Desa Parbuluan I dilakukan dengan melihat seberapa luas lahan yang dimiliki petani yang diusahakan dalam usahataninya. Luas lahan yang dimiliki petani berkisar antara 0.2 Ha-2.1 Ha dengan rata-rata 0.6585 Ha.


(48)

Hal ini berarti lahan yang tersedia di Desa Parbuluan masih memadai untuk lahan usahatani.

Pendapatan

Pendapatan petani sampel merupakan jumlah penerimaan yang diterima petani baik dari usahataninya maupun diluar usahataninya dikurangi biaya-biaya produksi seperti pengolahan lahan, bibit, pupuk, pestisida, biaya tenaga kerja, dan penyusutan alat-alat dan mesin pertanian. Dari Tabel 7. dapat diketahui bahwa jumlah pendapatan petani di desa Parbuluan I berkisar antara Rp.5,839,000 – Rp.99,820,000 dengan rata-rata jumlah pendapatan yang diperoleh petani sebesar Rp.20,966,000. Jumlah pendapatan tersebut masih tergolong rendah dan hanya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Pendapatan yang masih tergolong rendah tidak memungkinkan petani untuk menjadikan modal untuk berusahatani lebih baik ataupun membuat usaha sampingan lainnya.


(49)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan terhadap petani yang terdapat di Desa Parbuluan I, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi. Pada penelitian ini ditetapkan 40 sampel (KK) dari jumlah populasi sebanyak 488 KK.

5.1. Pelaksanaan Program CD di Daerah Penelitian

Program CD tahun 2004 di desa Parbuluan I di danai oleh PT. Toba Pulp Lestari dengan jumlah dana sebesar Rp.49.600.000,- untuk Dusun Dalan Toba II dan Rp.50.400.000,- untuk Dusun Simallopuk. Jenis bantuan yang diberikan yaitu berupa bibit ternak babi, dengan berat 15-20 kg dengan harga sekitar Rp350.000-400.000 dan dibagikan 2 ekor (satu jantan dan satu betina) untuk setiap petani yang terpilih menjadi penerima bantuan. Jumlah kepala keluarga penerima bantuan yang ada di Desa Parbuluan I yaitu sebanyak 125 orang.

Kontribusi sosial PT.Toba Pulp Lestari ini ditandatangani pada tanggal 7 Oktober 2005, dan ditandatangani oleh Bupati Dairi, Camat Parbuluan, dan Kordinator Pelaksana Kontribusi Sosial PT. TPL kepada masyarakat Dairi. Bantuan ini diberikan kepada petani pada tanggal 27 Januari 2006 yang disaksikan langsung oleh Kordinator pelaksana Kontribusi Sosial PT.TPL kepada masyarakat Dairi, Anggota Dinas kesehatan Kab. Dairi, Dinas Pertanian Kab Dairi, Kepala Desa Parbuluan I, dan seluruh masyarakat desa Parbuluan I.

Pemilihan jenis bantuan yang diberikan oleh PT TPL untuk Desa Parbuluan I adalah berupa bibit ternak babi. Koordinator PT. TPL untuk Kabupaten dairi membuat musyawarah dengan petani untuk menentukan sendiri jenis bantuan apa yang mereka inginkan. Tetapi pada kenyataannya tidak semua petani yang ikut dalam msyawarah


(50)

itu. Hasil musyawarah tersebut menetapkan bahwa bibit ternak babi yang merupakan jenis bantuan yang mereka butuhkan.

Pemilihan petani penerima bantuan didasarkan atas kriteria bahwa penerima bantuan adalah benar-benar petani yang kurang mampu. Koordinator PT TPL untuk Kabupaten Dairi membuat panitia pemilihan penerima bantuan yang berasal dari desa itu sendiri, sehingga panitia tersebutlah yang memilih siapa saja petani yang berhak menerima bantuan tersebut.

Sebelum bantuan diberikan petani terlebih dahulu telah membuat kandang untuk ternak babi tersebut. Kandang tersebut dibuat oleh petani dengan biaya mereka sendiri. Ternak babi yang diberikan kepada petani ternyata berasal dari Pancur Batu. Suhu daerah asal bibit ternak babi tersebut tidak sesuai dengan suhu di Desa Parbuluan I, sehingga bibit ternak tersebut banyak yang mati sebelum sempat dipelihara oleh petani. Jumlah ternak babi yang mati, bertahan hidup dan dijual oleh petani dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Bibit Ternak Babi yang Mati, Bertahan Hidup dan Dijual oleh Petani

Keadaan Ternak Babi Jantan Betina Jumlah

Dijual 1 - 1

Dipelihara sampai sekarang - 3 3

Mati 19 27 36

Jumlah 20 20 40

Sumber: data diolah dari lampiran 23, 2007.

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa ternak babi yang sempat dijual oleh petani adalah sebanyak 1 ekor, yang masih dipelihara sampai sekarang sebayak 3 ekor dan yang mati sebanyak 36 ekor. Ternak babi yang masih dipelihara oleh petani sampai sekarang semua adalah betina karena petani ingin menjadikan menjadi induk.


(51)

5.2. Sikap Petani Sampel terhadap Program CD

Sikap petani sampel terhadap Program CD diperlihatkan oleh pendapat petani terhadap pernyataan-pernyataan yang diberikan, dimana pernyataan ini dibagi ke dalam 15 pernyataan positif dan 15 pernyataan negatif. Dari pendapat petani terhadap setiap pernyataan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori, kemudian secara kumulatif dilihat deviasinya menurut deviasi normal, sehingga diperoleh nilai skor (nilai skala untuk masing-masing kategori jawaban) kemudian skor terhadap masing-masing pernyataan dijumlahkan.

Untuk memperoleh interprestasi terhadap skor masing-masing maka skor tersebut diubah kedalam skor standar dalam hal ini digunakan model Skala Likert (Skor T). Dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi skor standar (Skor T) menyebabkan skor itu mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan standar deviasinya S = 7. Sehingga apabila skor standar ≤ 50, berarti

mempunyai sikap negatif.

Sikap petani terhadap Program CD di Desa Parbuluan I dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:

Tabel 9 Sikap Petani Sampel terhadap Program CD di Desa Parbuluan I.

No. KATEGORI JUMLAH (orang) PERSENTASE

1. Positif 19 47.5 %

2. Negatif 21 52.5 %

Jumlah 40 100 %

Sumber: Data yang diolah dari lampiran 8, 2007

Berdasarkan Tabel 9 dapat dikemukakan bahwa dari 40 petani sampel, jumlah petani yang menyatakan sikap positif terhadap Program CD jumlahnya adalah sebanyak 19 orang (47.5%) dan yang menyatakan sikap negatif adalah sebanyak 21 orang (52.5%). Jumlah petani yang mempunyai sikap positif lebih banyak daripada


(52)

jumlah petani yang mempunyai sikap negatif, sehingga Hipotesis 2 yang menyatakan sikap petani terhadap Program CD di daerah penelitian adalah positif tidak dapat diterima.

Petani sampel lebih banyak memiliki sikap negatif karena kualitas bantuan yang diberikan sangat rendah, suhu daerah asal bibit ternak babi tidak sesuai dengan suhu di Desa Parbuluan I dan ternak babi yang dapat bertahan hidup tidak dapat tumbuh besar, sehingga tidak dapat menambah penghasilan bagi petani tetapi menyebabkan masalah baru bagi petani. Sedangkan petani yang memiliki sikap positif terhadap Program CD dipengaruhi karena mereka merasa membutuhkan bantuan dari program tersebut, dan mereka suka dengan jenis bantuan yang diberikan kepada mereka.

5.3. Hubungan Faktor Sosial Petani dengan Sikapnya terhadap Program CD

Adapun faktor sosial yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan formal, dan tingkat kosmopolitan petani. Faktor sosial satu persatu akan dihubungkan dengan sikap petani terhadap Program CD.

Hubungan Umur Petani Sampel dengan Sikapnya terhadap Program CD

Umur merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja seseorang dalam melakukan usahataninya. Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat produktivitas seseorang dalam bekerja dimana dengan kondisi umur yang produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik.

Untuk melihat bagaimana hubungan petani sampel dengan sikapnya terhadap Program CD, dapat dilihat pada Tabel 10.


(53)

Tabel 10. Hubungan Umur Petani Sampel dengan Sikapnya terhadap Program

CD

No. Umur (Tahun) SIKAP Jumlah

(orang) Positif Negatif

1. 25 - 36 6 (15%) 4 (10%) 10 (25%)

2. 37 - 48 9 (22.5%) 7 (17.5%) 16 (40%)

3. 49 - 60 4 (10%) 10 (25%) 14 (35%)

Jumlah 19 (47.5%) 21 (52.5%) 40 (100%)

Sumber: Data yang Diolah dari Lampiran 9, 2007.

Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 10 orang petani sampel yang berumur 25-36 tahun terdapat 6 orang yang bersikap positif dan 4 orang yang bersikap negatif. Dari 16 orang petani sampel yang berumur 37-48 tahun terdapat 9 orang yang bersikap positif dan 7 orang yang bersikap negatif. Dari 14 orang petani sampel yang berumur 49-60 tahun terdapat 4 orang petani sampel yang bersikap positif dan terdapat 10 orang yang bersikap negatif.

Berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman pada Lampiran 10. diperoleh koefisien korelasi (rs) = -0,2375, korelasi antara umur petani sampel dengan sikapnya

terhadap Program CD adalah korelasi negatif artinya semakin tinggi umur petani sampel maka semakin negatif sikapnya terhadap Program CD. Untuk melihat signifikansi dari korelasi ini dilihat dari nilai t hitung = 1.5073 t-tabel (α ; 0.05) = 2.021. Oleh karena t hitung = 1.5073 < t-tabel (α ; 0.05) = 2.021, berarti terima H0 dan

tolak H1, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara petani dengan

sikapnya terhadap Program CD. Maka hipotesis 3a, yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara petani sampel dengan sikapnya terhadap Program

CD ditolak.

Korelasi antara umur petani sampel dengan sikapnya terhadap Program CD tidak signifikan. Artinya umur petani tidak berpengaruh pada sikapnya terhadap Program CD PT TPL.


(54)

Hubungan Tingkat Pendidikan Petani Sampel dengan Sikapnya terhadap Program CD

Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pola pikir dalam mengambil suatu keputusan karena pendidikan merupakan sarana belajar yang akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan. Pendidikan ini dapat diasumsikan dapat memberikan dorongan mental serta merubah dan cara sikap petani untuk dapat berpikir lebih maju.

Untuk mengetahui bagaimana hubungan tingkat pendidikan petani sampel dengan sikapnya terhadap Program CD, dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hubungan Tingkat Pendidikan Petani Sampel dengan Sikapnya Terhadap Program CD

No. TINGKAT

PENDIDIKAN (Tahun)

SIKAP JUMLAH

(Orang) POSITIF NEGATIF

1. 0 – 6 6 (15%) 10 (25%) 16 (40%)

2. 7 – 9 8 (20%) 9 (22.5%) 17 (42.5%)

3. 10 – 12 5 (12.5%) 2 (5%) 7 (17.5%)

JUMLAH 19 (47.5%) 21 (52.5%) 40 (100%)

Sumber: Data yang diolah dari lampiran 9, 2007.

Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 16 orang petani yang mempunyai tingkat pendidikan 0 – 6 tahun terdapat 6 orang (15%) yang mempunyai sikap positif dan terdapat 10 orang (25%) yang mempunyai sikap negatif. Dari 17 orang petani yang mempunyai tingkat pendidikan 7 – 9 tahun terdapat 8 orang (20%) yang mempunyai sikap positif dan terdapat 9 orang (22.5%) yang bersikap negatif. Dari 7 orang petani yang mempunyai tingkat pendidikan 10 – 12 tahun terdapat 5 orang (12.5%) yang mempunyai sikap positif dan terdapat 2 orang (5%) yang mepunyai sikap negatif.


(55)

Berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman pada Lampiran 11. diperoleh koefisien korelasi (rs) = 0.1684, korelasi antara tingkat pendidikan petani dengan

sikapnya terhadap Program CD adalah korelasi positif artinya semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin positif sikapnya terhadap Program CD. Untuk melihat signifikansi dari korelasi ini dilihat dari nilai dari nilai t hitung = 1.053, t tabel (α ; 0.05) = 2.021. Oleh karena t-hitung = 1.053 < t-tabel (α ; 0.05) = 2.021, berarti terima H0 dan tolak H1, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

pendidikan petani dengan sikapnya terhadap Program CD. Maka hipotesis 2b yang menyatakan hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan petani dengan sikapnya terhadap Program CD ditolak.

Berdasarkan uraian diatas, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani sampel tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan sikapnya terhadap Program CD.

Hubungan Tingkat Kosmopolitan Petani Sampel dengan Sikapnya Terhadap Program CD

Tingkat kosmpolitan diartikan sebagai keterbukaan petani dengan dunia luar yang diukur berdasarkan banyaknya (frekuensi) membaca majalah/koran/artikel, mengikuti siaran radio dan televisi dan frekuensi melakukan perjalanan keluar desa tempat tinggal. Tingkat kosmopolitan dapat ditunjukkan melalui perhitungan skor yang diperoleh dari 6 parameter. Setiap parameter skor terendah adalah 0 dan skor yang tertinggi adalah 4. tingkat kosmopolitan tersebut menggunakan tiga kategori yaitu: kategori rendah dengan skor 0 – 8, kategori sedang 9 – 17, dan kategori tinggi 18 – 24.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, I.R. 1994. Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

_______, 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas: Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Jakarta: FE

UI-Press.

Ahmadi, A. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. 1995. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Ban, A.W. Van Den dan Hawkins, 1996. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:

Kanisius.

Batten, T.R. 1957. Communities and their Development. London: Oxford

University-Press.

Haryanto, R. 2000. Teknik Pengendalian Keinginan. Jawa Timur: Putra Pelajar.

Hidayat, S. dan Darwin S., 2001. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat: Sebuah

Rekonstruksi Konsep Community Based Development. Jakarta: Pustaka

Quantum.

Kartasapoetra A.G., 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.

Khairul, I. 2005. Eks PT Indorayon Bagikan 1% Laba Bersih ke 8 Kabupaten.

Detikcom.

Margono, S. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor:

IPB-Press.

Moedzakir, M.D. 1986. Teori dan Praktek Pembangunan Masyarakat: Suatu

Pedoman bagi Para Praktisi. Surabaya: Usaha Nasional.

Mosher, A.T., 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta: Yasaguna.

Mueller, D.J. 1996. Mengukur Sikap Sosiasl: Pegangan untuk Peneliti dan Praktisi.

Penterjemah: Kartawijaya E.E.. Jakarta: Bumi Aksara.

Ndraha,T. 1987. Pembangunan Masyarakat. Mempersiapkan Masyarakat Tinggal

Landas. Jakarta: Rineka Cipta.


(2)

Purnomo, M. 2004. Pembaruan Desa: Mencari Bentuk Penataan Produksi Desa.

Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.

Rahardjo, 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta:

UGM-Press.

Sambuaga, T.L. et al. 1992. Dinamika Masyarakat dan Pembangunan. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Sudjana, 1992. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sumodiningrat, G. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring pengaman Sosial.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Surjadi, A. 1969. Pembangunan Masyarakat Desa. Bandung: Mandar Maju.

Suwignjo, 1985. Administrasi Pembangunan Desa dan Sumber-sumber Pendapatan

Desa. Yogyakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.

Tambunan, F.R. 2002. Pembangunan yang Dilematis: Sebuah Tinjuan Kritis atas

Kasus PT. Inti Indorayon Utama dari Perspektif Keadilan. Jakarta: Yayasan

Aku Percaya.

Wirartha, I.M.,2006. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Wisadirana, D. 2004. Sosiologi Pedesaan: Kajian Kultural dan Struktural Masyarakat

Pedesaan. Malang: Universitas Muhammaddiyah Malang Press.


(3)

Lampiran 20 a Total Biaya Produksi Perpetani Persatu musim

tanam

No. Sampel Jenis

Komoditi Saprodi Tenaga Kerja

Penyusutan Peralatan dan Mesin Pertanian Total Biaya Produksi

1 Kopi 797.500 8,680 198.214 9,676

Kentang 2,020.225 1,500 140.000 3,660

2 Kopi 830.000 4,820 185.357 5,835

3 Kentang 924.617 580 134.643 1,639

Kubis 1,665.120 860 140.000 2,665

4 Kopi 1,045.000 4,160 153.929 5,359

Kubis 240.500 320 97.143 658

5 Kentang 5,388.330 1,600 215.714 7,204

6 Kopi 935.000 5,260 185.357 6,380

7 Kopi 2,035.000 11,160 261.786 13,457

8 Kopi 975.000 5,340 154.643 6,470

Kubis 725.400 720 102.143 1,548

9 Kopi 905.000 7,700 136.071 8,741

Kentang 924.860 440 99.643 1,465

10 Kopi 1,060.000 3,520 217.500 4,798

11 Kopi 917.500 5,420 144.643 6,482

12 Kopi 882.500 5,220 136.071 6,239

13 Kopi 1,015.000 6,240 212.500 7,468

Kentang 1,286.200 820 105.714 2,212

14 Kentang 258.234 1,220 135.714 1,614

15 Kentang 504.920 680 97.143 1,282

Kubis 1,830.700 1,080 175.714 3,086

16 Kopi 882.500 8,740 141.071 9,764

17 Kopi 1,137.500 8,020 183.929 9,341

Kentang 504.770 380 97.143 982

18 Kopi 807.500 9,880 141.071 10,829

Kubis 507.620 760 88.571 1,356

19 Kentang 2,028.200 1,460 175.714 3,664

Kubis 527.500 740 88.571 1,356

20 Kopi 817.500 5,320 128.214 6,266

21 Kopi 950.000 3,080 162.500 4,193

Kentang 6,668.090 1,440 184.286 8,292

22 Kopi 272.500 6,020 98.571 6,391

Kentang 6,668.090 1,320 197.143 8,185

23 Kopi 545.000 2,000 107.143 2,652

Kentang 6,668.420 1,240 175.714 8,084

24 Kopi 2,005.000 6,900 251.786 9,157

25 Kopi 535.000 6,960 142.857 7,638

26 Kopi 2,507.500 6,860 251.786 9,619

Kentang 924.740 400 88.571 1,413

27 Kopi 637.500 6,260 156.071 7,054

Kubis 725.070 860 88.571 1,674

28 Kopi 1,137.500 3,980 196.429 5,314

Kubis 725.090 740 80.000 1,545

29 Kopi 885.200 4,780 136.071 5,801

Kubis 725.000 880 124.286 1,729

30 Kentang 1,520.200 3,220 161.429 4,902

Kubis 725.150 840 124.286 1,689

31 Kentang 1,652.120 1,700 137.143 3,489

Kubis 1,588.060 1,620 137.143 3,345

32 Kopi 2,396.000 7,480 230.357 10,106

Kentang 504.860 400 124.286 1,029

33 Kopi 957.500 3,920 185.357 5,063

34 Kentang 504.600 340 44.286 889

Kubis 8,201.800 2,860 445.714 11,508


(4)

36 Kopi 727.500 4,300 185.357 5,213

Kentang 1,652.450 1,060 158.571 2,871

37 Kopi 777.500 6,300 141.071 7,219

38 Kentang 1,652.360 2,460 118.571 4,231

Kubis 1,349.500 1,080 118.571 2,548

39 Kopi 802.500 6,680 187.857 7,670


(5)

Lampiran 20 b Total Biaya Produksi Perpetani Pertahun

No. Sampel

Jenis

Komoditi Saprodi Tenaga Kerja

Penyusutan Peralatan dan Mesin Pertanian

Total Biaya Produksi

1 Kopi 265.833 2,893 66.071 3,225.238

Kentang 4,040.450 3,000 280.000 7,320.450

2 Kopi 276.667 1,607 61.786 1,945.119

3 Kentang 1,849.234 1,160 269.286 3,278.520

Kubis 4,995.360 2,580 420.000 7,995.360

4 Kopi 348.333 1,387 51.310 1,786.310

Kubis 721.500 960 291.429 1,972.929

5 Kentang 10,776.660 3,200 431.429 14,408.089

6 Kopi 311.667 1,753 61.786 2,126.786

7 Kopi 678.333 3,720 87.262 4,485.595

8 Kopi 325.000 1,780 51.548 2,156.548

Kubis 2,176.200 2,160 293.095 4,629.295

9 Kopi 301.667 2,567 45.357 2,913.690

Kentang 1,849.720 880 195.119 2,924.839

10 Kopi 353.333 1,173 72.500 1,599.167

11 Kopi 305.833 1,807 48.214 2,160.714

12 Kopi 294.167 1,740 45.357 2,079.524

13 Kopi 338.333 2,080 70.833 2,489.167

Kentang 2,572.400 1,640 211.429 4,423.829

14 Kentang 516.468 2,440 271.429 3,227.897

15 Kentang 1,009.840 1,360 194.286 2,564.126

Kubis 5,492.100 3,240 527.143 9,259.243

16 Kopi 294.167 2,913 47.024 3,254.524

17 Kopi 379.167 2,673 61.310 3,113.810

Kentang 1,009.540 760 194.286 1,963.826

18 Kopi 269.167 3,293 47.024 3,609.524

Kubis 1,522.860 2,280 265.714 4,068.574

19 Kentang 4,056.400 2,920 351.429 7,327.829

Kubis 1,582.500 2,220 265.714 4,068.214

20 Kopi 272.500 1,773 42.738 2,088.571

21 Kopi 316.667 1,027 54.167 1,397.500

Kentang 13,336.180 2,880 368.571 16,584.751

22 Kopi 90.833 2,007 32.857 2,130.357

Kentang 13,336.180 2,640 394.286 16,370.466

23 Kopi 181.667 667 35.714 884.048

Kentang 13,336.840 2,480 351.429 16,168.269

24 Kopi 668.333 2,300 83.929 3,052.262

25 Kopi 178.333 2,320 47.619 2,545.952

26 Kopi 835.833 2,287 83.929 3,206.429

Kentang 1,849.480 800 177.143 2,826.623

27 Kopi 212.500 2,087 52.024 2,351.190

Kubis 2,175.210 2,580 265.714 5,020.924

28 Kopi 379.167 1,327 65.476 1,771.310

Kubis 2,175.270 2,220 240.000 4,635.270

29 Kopi 295.067 1,593 45.357 1,933.757

Kubis 2,175.000 2,640 372.857 5,187.857

30 Kentang 3,040.400 6,440 322.857 9,803.257

Kubis 2,175.450 2,520 372.857 5,068.307

31 Kentang 3,304.240 3,400 274.286 6,978.526

Kubis 4,764.180 4,860 411.429 10,035.609

32 Kopi 798.667 2,493 76.786 3,368.786

Kentang 1,009.720 800 248.571 2,058.291

33 Kopi 319.167 1,307 61.786 1,687.619

34 Kentang 1,009.200 680 88.571 1,777.771

Kubis 24,605.400 8,580 1337.143 34,522.543

35 Kopi 374.000 1,333 62.619 1,769.952

36 Kopi 242.500 1,433 61.786 1,737.619


(6)

37 Kopi 259.167 2,100 47.024 2,406.190

38 Kentang 3,304.720 4,920 237.143 8,461.863

Kubis 4,048.500 3,240 355.714 7,644.214

39 Kopi 267.500 2,227 62.619 2,556.786


Dokumen yang terkait

Sikap Petani Peserta Terhadap Program Community Development (CD) Ternak Sapi Sistem Bergulir PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (Studi Kasus : Kecamatan Parmaksian dan Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir)

1 88 93

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (Studi Pada Desa Parbuluan IV, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi)

4 83 95

Hubungan Antara Suku Batak Toba Dan Batak Pakpak (Studi Kasus Di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi)

1 20 92

Hubungan Antara Suku Batak Toba Dan Batak Pakpak (Studi Kasus Di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi)

0 0 14

Hubungan Antara Suku Batak Toba Dan Batak Pakpak (Studi Kasus Di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi)

0 0 1

Hubungan Antara Suku Batak Toba Dan Batak Pakpak (Studi Kasus Di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi)

0 0 15

Hubungan Antara Suku Batak Toba Dan Batak Pakpak (Studi Kasus Di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi)

0 0 16

Sikap Petani Peserta Terhadap Program Community Development (CD) Ternak Sapi Sistem Bergulir PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (Studi Kasus : Kecamatan Parmaksian dan Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir)

0 1 27

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN - Sikap Petani Peserta Terhadap Program Community Development (CD) Ternak Sapi Sistem Bergulir PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (Studi Kasus : Kecamatan Parmaksian dan Kecamatan Porsea Kabupaten Toba

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (Studi Pada Desa Parbuluan IV, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi)

0 0 28