Pengaruh Ventilasi pada Tutup Stup Kayu Lapis Seng Terhadap Produktivitas Propolis Apis mellifera

PENGARUH VENTILASI PADA TUTUP STUP KAYU LAPIS SENG
TERHADAP PRODUKTIVITAS PROPOLIS Apis mellifera

AHMAD NAILUL FAROH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Ventilasi
pada Tutup Stup Kayu Lapis Seng terhadap Produktivitas Propolis Apis mellifera
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014
Ahmad Nailul Faroh
NIM D14100107

ABSTRAK
AHMAD NAILUL FAROH. Pengaruh Ventilasi pada Tutup Stup Kayu Lapis
Seng terhadap Produktivitas Propolis Apis mellifera. Dibimbing oleh HOTNIDA
C H SIREGAR dan KUNTADI.
Propolis adalah salah satu produk lebah Apis mellifera yang bernilai
ekonomis. Penelitian ini bertujuan mendapatkan ukuran optimum ventilasi pada
tutup stup berlapis seng untuk meningkatkan produktivitas propolis. Tiga ukuran
ventilasi tutup stup yaitu P1 (0 cm2), P2 (50 cm2), dan P3 (100 cm2) yang
digunakan sebagai perlakuan untuk diterapkan pada 15 koloni lebah madu
A. mellifera dalam sebuah penelitian menggunakan metode Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 5 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran
ventilasi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi propolis, madu, maupun susut
koloni dengan rataan berturut-turut 15.53±3.78 g, 2 974.87±1 397.88 g, dan
6 592.78±3 408.17 ekor. Produktivitas propolis berbanding lurus dengan
peningkatan suhu di dalam sarang dan penurunan koloni lebah. Sebaliknya,
produksi propolis berbanding terbalik dengan produksi madu.

Kata kunci: Apis mellifera, propolis, ventilasi sarang

ABSTRACT
AHMAD NAILUL FAROH. The Influence of vented zinc-coated hives of Apis
mellifera honey bees to the productivity of propolis. Supervised by HOTNIDA C
H SIREGAR dan KUNTADI.
Propolis is one of the Apis mellifera beekeeping products which is
economically valuable. The purpose of this study was to find out the optimum
size of ventilation on zinc-coated lid hive to increase productivity of propolis.
Three size of ventilations i.e. 0 cm2 (P1), 50 cm2 (P2), and 100 cm2 (P3), were
randomly assigned to 15 hives of A. mellifera honey bee colony in the experimen
using completely redomized design with 5 replications. The results showed that
size of ventilation did not significanthy affected propolis and honey
production, also bee colonies shringkage with the average of 15.53±3.78 g,
2 974.87±1 397.88 g, and 6 592.78±3 408.17 bees respectively. Propolis
productivity was directly proportional to the increase of temperature and the
decrease of bee colonies. In contrary, propolis production was inversely related to
the honey production.
Key words: Apis mellifera, propolis, hive vents


PENGARUH VENTILASI PADA TUTUP STUP KAYU LAPIS SENG
TERHADAP PRODUKTIVITAS PROPOLIS Apis mellifera

AHMAD NAILUL FAROH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi
Nama
NIM


: Pengaruh Ventilasi pada Tutup Stup Kayu Lapis Seng
Terhadap Produktivitas Propolis Apis mellifera
: Ahmad Nailul Faroh
: D14100107

Disetujui oleh

Ir Hotnida C H Siregar, Msi
Pembimbing I

Drs Kuntadi, MAgr
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Pengaruh Ventilasi pada Tutup Stup Kayu Lapis Seng Terhadap Produktivitas
Propolis A. mellifera. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya yang
beriman hingga akhir zaman.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Hotnida C H Siregar, MSi dan
Bapak Drs Kuntadi, MAgr selaku komisi pembimbing. Penulis juga sampaikan
penghargaan kepada Erwin Ramadhan yang telah bekerja sama selama
pengumpulan data dan berlangsungnya penelitian. Tidak lupa saya ucapkan
terima kasih kepada peternak lebah (Bapak Suminta dan Bapak Iis) atas bantuan
dan dukungan selama penelitian berlangsung.
Ungkapan terima kasih
disampaikan kepada bapak (Arsyad), ibu (Mamlu’ah), serta seluruh keluarga
tercinta yang tidak henti-hentinya memberikan kasih sayang dan dukungan doa
serta moril. Ungkapan terima kasih yang selanjutnya ditujukan kepada Oki,
Hengki, Adit GZR, Ridwan, Rama, Candra, Jodi, Usaid, Ma’i, Iwan, Cahyatiwul,
Fira, Shabrun, Bima, Gesta, Slamet, Rayis, Hafis, Alja, Olga, Budi, Caleuy,

sahabat IPTP, dan sahabat Himpunan Keluarga Rembang Bogor, HIMAPROTER,
K-SPR IPB, HMI komisariat Fapet IPB atas dukungan, bantuan, dan semangatnya.
Ungkapan terima kasih yang terakhir ditujukan kepada Atrina Dwi Putri atas
waktunya untuk selalu hadir dalam tiap kesempatan, perhatian, tenaga, pikiran,
dan doanya yang selalu menyertai. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
Ahmad Nailul Faroh

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat
Bahan

Prosedur
Modifikasi Tutup Sarang dan Penimbangan Bobot Awal
Perangkap Propolis
Tahap Pengumpulan Data
Keadaan Lingkungan umum
Populasi Koloni
Bobot Propolis
Bobot Madu
Data Pendukung
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Lingkungan Umum Peternakan Lebah
Produksi Propolis dan Madu
Jumlah Populasi Koloni Lebah
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xii

xii
xii
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
4
4
4
4
4

4
6
8
9
10
11
14

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya di lokasi
penelitian
Produktivitas propolis dan madu pada ketiga ukuran ventilasi
Suhu dan kelembaban dalam stup denan ukuran ventilasi yang berbeda
Populasi dan susut koloni lebah pada ketiga ukuran ventilasi


5
6
7
8

DAFTAR GAMBAR
1
2

Modifikasi ventilasi tutup stup lapis seng (a) P1 (kontrol), (b) P2 (50 cm2),
dan (c) P3 (100 cm2)
3
Tanaman Calliandra calothyrsus, Pinus merkusii, dan Ficus elastic
5

DAFTAR LAMPIRAN
1

2
3

4
5
6
7
8
9

Modifikasi tutup sarang yang digunakan dalam penelitian (a)
ventilasi (kontrol) (b) ventilasi (5 cm2) (c) ventilasi (100 cm2)
Keadaan umum wilayah penelitian (a) sumber pakan lebah
(b) sumber minum lebah
Contoh tampilan penimbangan (a) penimbangan lebah pekerja
(b) penimbangan koloni lebah (c) penimbangan sisiran kosong
Hasil analisis ragam produksi propolis
Hasil analisis ragam produksi madu
Hasil analisis ragam koloni akhir
Hasil analisis ragam susut koloni
Hasil analisis ragam suhu dalam stup
Hasil korelasi dan p-value antar peubah

11
12
12
13
13
13
13
14
14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang subur dengan berbagai macam tumbuhan
yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung budidaya lebah madu. Spesies lebah
madu yang diternakan dan dikembangbiakkan di Indonesia antara lain adalah Apis
mellifera. Lebah Eropa ini memiliki sifat yang unggul untuk memproduksi madu
dan produk perlebahan lainnya seperti royal jelly, polen, dan propolis. Pada
bidang pertanian lebah madu juga bermanfaat menjaga lingkungan dengan
membantu penyerbukan yang merupakan bagian penting dalam proses regenerasi
tumbuhan.
Salah satu produk bernilai ekonomi tinggi yang potensial dihasilkan dari
budidaya A. mellifera yaitu propolis. Propolis adalah substansi resin yang
dikumpulkan oleh lebah dari berbagai eksudat tumbuhan kuncup, kulit batang,
atau bagian-bagian lain tumbuhan dan dicampur dengan lilin lebah (Marcucci dan
Bankova 1999). Propolis sering juga disebut lem lebah karena sifatnya yang
lengket. Propolis dihasilkan oleh lebah, namun tidak semua jenis lebah
menghasilkan zat ini. Bagi lebah, propolis berfungsi untuk melindungi sarang
dari perubahan cuaca, serangan hama, kontaminasi mikroorganisme, dan virus.
Bagi manusia, propolis dimanfaatkan dalam bidang kesehatan antara lain sebagai
komponen dalam produk farmakologi terhadap radang, infeksi, dan antimikroba
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, jamur, dan virus (Bankova 2005).
Salah satu kandungan propolis yaitu senyawa flavonoid, yang berfungsi sebagai
penghambat virus polio (Fearnly 2011).
Kelebihan propolis tersebut
menyebabkan tingginya permintaan terhadap propolis. Melihat manfaat dan nilai
ekonomi dari propolis, peternak lebah mulai memperhatikan pengembangan
propolis sebagai hasil sampingan setelah madu untuk menambah pendapatannya.
Produksi propolis A.mellifera dipengaruhi oleh kelimpahan dan keragaman
jenis tumbuhan sekitar peternakan lebah, jenis lebah, jumlah koloni, iklim, curah
hujan, cuaca, temperatur dalam dan luar kotak sarang (stup), dan intensitas cahaya
matahari (Guerreiro de Lima 2005). Lebah madu termasuk serangga berdarah
dingin yang sangat peka terhadap kondisi lingkungan baik di dalam maupun di
luar stup. Menurut Jager (2001), produksi propolis dapat meningkat apabila ada
celah yang terbuka sehingga cahaya yang masuk ke dalam sarang merangsang
lebah mengumpulkan propolis untuk menutup celah tersebut. Pada penelitin
Budiaman dan Rahman (2006) yang berkisar hanya menghasilkan 11-12 g
propolis pada stup dengan tutup tanpa dimodifikasi. Hal ini mendorong
munculnya ide untuk memodifikasi stup sarang lebah dengan menambahkan
ventilasi pada tutup stup agar sarang lebah tersebut mendapatkan cahaya yang
banyak yang memicu lebah pekerja mencari propolis untuk menutup celah pada
stup.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh ventilasi tutup stup koloni
lebah yang dilapis seng terhadap produktivitas propolis, madu dan susut koloni

2
yang dihasilkan oleh lebah A. mellifera, serta menganalisis korelasi diantara
peubah tersebut.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan usaha mendapatkan informasi produktivitas
propolis paling maksimal dari berbagai perlakuan ukuran ventilasi tutup stup
berlapis seng pada lebah madu A. mellifera. Parameter yang diukur yaitu
produksi propolis dan beberapa parameter tambahan meliputi bobot madu,
populasi koloni awal dan akhir, suhu dalam kotak dan luar stup, kelembaban
udara dalam dan luar stup, kecepatan angin, dan intensitas cahaya di lokasi
penelitian.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 1.5 bulan yaitu tanggal 15 Juli – 30 Agustus
2013. Pengumpulan data dilaksanakan di Desa Licin, Kecamatan Cimalaka,
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Alat
Peralatan yang digunakan yaitu termometer digital, anemometer, lux meter,
baskom, selotip, pengungkit besi, sikat lebah, sepatu boot, warepack, pelindung
kepala, perangkap propolis (propolis trap), timbangan koloni kapasitas 20 kg,
kamera, alat tulis, dan 15 tutup stup yang dimodifikasi. Jenis stup yang digunakan
yaitu tipe Langstroth dengan tutup yang dilapis seng.
Bahan
Koloni lebah madu yang digunakan adalah 15 stup lebah A. mellifera, tiap
stup memiliki 8 sisiran sarang dengan jumlah individu sekitar 16 000–20 000 ekor
lebah (milik Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Litbang
Kehutanan Kehutanan, Bogor).
Prosedur
Modifikasi Tutup Sarang dan Penimbangan Bobot Perangkap Propolis
Koloni lebah A. mellifera sebanyak 15 stup yang telah dipilih diberi label
sesuai perlakuan yang diberikan. Stup tersebut secara random dibagi menjadi 3
taraf perlakuan ventilasi yang masing-masing terdiri dari 5 buah stup. Ketiga
Taraf perlakuan ventilasi tersebut, yaitu P1 (kontrol = tanpa ventilasi), P2
(ventilasi = 50 cm2), dan P3 (ventilasi = 100 cm2). Perlakuan P2 berupa lubang
2x(5x1) cm dan 2x(20x1) cm pada bagian lebar dan panjang tutup stup sedangkan
perlakuan P3 berupa lubang berukuran 2x(10x1) cm dan 2x(40x1) cm pada bagian
lebar dan panjang tutup stup. Semua stup menggunakan tutup berlapis seng.
Modifikasi tutup stup dapat dilihat pada Gambar 1.

3

(a)

(b)

(c)

Gambar 1 Modifikasi ventilasi tutup stup lapis seng (a) P1 (kontrol), (b) P2 (50
cm2), dan (c) P3 (100 cm2)
Penimbangan awal perangkap propolis dilakukan sebelum dipasang di
masing-masing stup. Hasil penimbangan bobot awal perangkap propolis dicatat
dan menjadi acuan setiap pengukuran penambahan bobot propolis yang terdapat
pada perangkap propolis tersebut. Perangkap propolis ditimbang menggunakan
timbangan digital merk CAS type SW-1 dengan kapasitas 20 kg dan ketelitian 2 g.
Setiap alat perangkap propolis diberi label dan dipasang pada stup yang telah
ditentukan sesuai jenis perlakuan.
Tahap Pengumpulan Data
Keadaan Lingkungan Umum
Keadaan lingkungan umum meliputi suhu, kelembaban, intensitas cahaya,
dan kecepatan angin pada lokasi penelitian. Pengukuran suhu dan kelembaban
berada di luar dan di dalam stup. Pengukuran suhu dan kelembaban luar stup
dilakukan di sekitar lingkungan penelitian, sedangkan pengukuran suhu dan
kelembaban di dalam stup dilakukan di antara tutup stup dan sisiran lebah.
Pengukuran intensitas cahaya dilakukan pada bagian depan pintu masuk stup
lebah. Pengukuran kecepatan angin dilakukan pada wilayah sekitar stup lebah
ditempatkan. Pengukuran dilakukan pada pagi pukul 07.00, siang pukul 12.00
dan sore hari pukul 17.00 selama 5 minggu.
Populasi Koloni
Populasi lebah adalah jumlah lebah dalam satu koloni yang diperoleh dari
hasil bagi antara bobot koloni dan bobot rata-rata seekor lebah. Penimbangan
dilakukan di awal dan akhir penelitian saat awal minggu pertama dan akhir
minggu kelima. Penghitungan bobot koloni dilakukan dengan rumus:
Bobot koloni = (Berat lebah + Bingkai sarang) – Bingkai sarang
Populasi koloni =

Bobot koloni
Bobot rata-rata seekor lebah pekerja

4
Bobot Propolis
Bobot propolis adalah bobot propolis yang ditimbang dari perangkap
propolis setiap minggu selama lima minggu dengan menimbang bobot propolis
yang dihasilkan oleh tiap koloni. Perhitungan bobot propolis menggunakan
rumus:
Bobot propolis = (Bobot perangkap propolis tiap minggu – Bobot awal
perangkap propolis)
Bobot Madu
Bobot madu dihasilkan pada tiap koloni selama 5 minggu. Perhitungan
bobot madu menggunakan rumus:
Bobot madu = (Bobot sisiran isi madu – Bobot sisiran kosong)
Data Pendukung
Peubah yang diamati adalah bobot koloni lebah awal dan akhir, bobot
propolis, bobot madu, suhu harian sekitar koloni dan dalam stup, kelembaban
sekitar koloni dan dalam stup, kecepatan angin sekitar lokasi koloni, dan
intensitas cahaya sekitar koloni.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 taraf perlakuan dan 5 ulangan. Model
matematika yang digunakan adalah:

Yij = μ + Pi + ɛij
Keterangan:
Yij
: Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ
: rataan umum
Pi
: pengaruh taraf pemberian celah ke-i (0 sm2, 50 cm2 dan 100 cm2)
ɛij
: pengaruh galat pada perlakuan ke-i ulangan ke-j, j = 1,2,3,4 dan 5

Data dianalisis menggunakan sidik ragam (Analysis of Variance) untuk
mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Hasil yang
berbeda nyata diuji lanjut dengan uji Tukey’s (Mattjik dan Sumertajaya 2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Lingkungan Umum Peternakan Lebah
Lokasi tempat penelitian berada di kaki Gunung Tampo Mas tepatnya di
Desa Licin Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Kecamatan Cimalaka
berada pada ketinggian 600 m dpl dengan curah hujan rata-rata 2.075 mm tahun-1
pada jumlah hari hujan 45 hari (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang 2013).
Gunung Tampo Mas mempunyai luas lahan 1 684 ha. Wilayah ini banyak
terdapat tanaman Calliandra calothyrsus, Pinus merkussi, Ficus elastica, dan
banyak tanaman hutan lainnya dengan luas lahan berturut-turut sekitar 49 ha,

5
17 ha, 15 ha, dan 870 ha sehingga cocok sebagai tempat peternakan lebah.
Selebihnya luasan lahan digunakan sebagai daerah tambang pasir, perumahan, dan
lahan pertanian. Kondisi sumber pakan dan propolis yang terdapat pada lokasi
penelitian disajikan pada Gambar 2

(a)

(b)

(c)

Gambar 2 Tanaman Calliandra calothyrsus, Pinus merkusii, dan Ficus elastica
Faktor lingkungan yang memengaruhi kehidupan lebah adalah faktor abiotik
dan faktor biotik baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor biotik
meliputi keanekaragaman tanaman penghasil nektar, serbuk sari, hama, dan
penyakit. Sedangkan faktor abiotik yang mempengaruhi kegiatan harian lebah
madu di dalam mencari makan adalah suhu udara, kelembaban udara, curah
hujan, ketinggian tempat, kecepatan angin, dan intensitas cahaya (Widhiono 1986).
Tabel 1 memperlihatkan kondisi beberapa faktor abiotik selama kegiatan
penelitian dilakukan.
Tabel 1 Suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya di lokasi
penelitian
Parameter
Suhu (°C)
Kelembaban (%)
Intensitas cahaya (klx)
Kecepatan angin (m s-1)

Pagi
(07.00)
21.15±1.25
99.50±0.79
0.70±0.29
0

Siang
(12.00)
31.60±1.14
57.10±5.40
5.54 ±0.74
1.58 ±0.54

Sore
(17.00)
26.69 ± 1.07
77.50 ± 8.20
0.86 ± 0.33
0

Ternak membutuhkan lingkungan yang cocok untuk mempertahankan hidup,
pertumbuhan, dan produksi maksimal serta kebutuhan fisiologisnya (Yani dan
Purwanto 2006). Samadi (2004) menyebutkan bahwa lebah madu termasuk
golongan serangga berdarah dingin sehingga dalam aktivitas kehidupan di
pengaruhi perubahan suhu sekitarnya. Suhu lingkungan pada penelitian ini berkisar
21-31 °C dengan suhu tertinggi terjadi pada pukul 12.00-13.00 sebesar 32.74 °C dan
suhu terendah pada pukul 07.00-08.00 sebesar 19.9 °C (Tabel 1). Putra (2013)
menyatakan bahwa faktor suhu dalam budidaya lebah sangat penting untuk lebah
pekerja dapat beraktivitas optimal, yakni berkisar antara 25-30 °C. Suhu
memengaruhi jumlah propolis yang dikumpulkan oleh lebah pekerja. Kenaikan
suhu membuat resin dan lilin dari tanaman menjadi lunak dan memudahkan lebah

6
untuk memprosesnya sehingga lebah lebih mencari propolis dari pada polen dan
nektar (Jager 2001).
Menurut Boontop et al. (2008), aktivitas lebah juga dipengaruhi oleh
kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi mengakibatkan aktivitas lebah
semakin rendah. Pada Tabel 1 kelembaban udara sekitar lokasi berkisar 57% - 99%.
Junior et al. (2010) menyatakan bahwa lebah dapat beraktivitas optimal pada
kelembaban 48% - 98%.
Intensitas cahaya berpengaruh terhadap aktifitas lebah. Lebah pekerja
keluar mencari nektar, polen, air, tepung sari, dan propolis di mulai saat terbit
matahari sampai menjelang sore hari. Intensitas cahaya pada lokasi penelitian
berkisar 0.70-5.54 kilolux (klx) dengan intensitas paling tinggi pada saat siang
hari yaitu 5.54±0.79 klx. Hilario et al. (2000) menyatakan bahwa lebah terbang di
intensitas cahaya rendah terutama diatas 2 klx.
Kecepatan angin juga berpengaruh terhadap aktivitas lebah. Menurut Putra
(2013), kecepatan angin yang terlalu tinggi dapat menyebabkan lebah pekerja
terbawa angin (drifting) sehingga tidak dapat kembali ke dalam sarang.
Kecepatan angin di Kecamatan Cimalaka rata-rata sebesar 1.58±0.54 m s-1.
Kecepatan angin daerah cimalaka tergolong rendah, sehingga tidak mempengaruhi
aktivitas lebah untuk mencari pakan.
Produksi Propolis dan Madu
Propolis digunakan lebah untuk melindungi sarang dari perubahan cuaca,
serangan hama, kontaminasi dari mikroorganisme, dan virus. Menurut Jager
(2001), produksi propolis dapat meningkat apabila ada celah yang terbuka dan
cahaya masuk ke dalam sarang. Berkas cahaya yang masuk ke sarang dapat
merangsang lebah mengumpulkan propolis untuk menutup setiap celah yang
terbuka. Pemberian ventilasi secara hipotetis akan menurunkan udara di dalam
sarang akibat adanya aliran udara, sehingga akan memengaruhi aktivitas lebah
dalam mengumpulkan propolis dan makanan (nektar dan polen). Pada penelitian
ini, produksi propolis yang dihasilkan dari semua perlakuan berkisar 9-22 g,
sedangkan produksi madu berkisar 1 132-6 867 g. Tabel 2 memperlihatkan
jumlah rata-rata produksi propolis dan madu dari koloni lebah madu A. mellifera
pada masing-masing perlakuan.
Tabel 2 Produktivitas propolis dan madu pada ketiga ukuran ventilasi
Peubah

Propolis

Madu

Perlakuan
P1
P2
P3
Rataan Umum
P1
P2
P3
Rataan Umum

Rataan
(g)
16.80 ± 4.32
15.60 ± 2.88
14.20 ± 4.32
15.53 ± 3.78
2 610.40 ± 829.51
2 684.40 ± 1 061.06
3 829.80 ± 1 909.16
2 974.87 ± 1 397.88

Koefiesien Keragaman
(%)
26
18
30
24
32
39
49
47

Keterangan: P1 (kontrol), P2 (ventilasi 50 cm2), dan P3 (ventilasi 100 cm2).

Hasil produksi propolis masing-masing koloni pada penelitian ini lebih
tinggi dari penelitian Budiaman dan Rahman (2006) yang berkisar 11-12 g pada

7
stup dengan tutup tanpa dimodifikasi. Selain karena perbedaan lokasi, adanya
modifikasi tutup stup kemungkinan ikut berperan dalam meningkatkan produksi
propolis. Produksi madu pada penelitian ini sebesar 2 610.40-3 829.80 g dalam
10 hari, masih dalam kategori produksi madu normal. Produksi madu pada
penelitian berkisar 1 132-6 867 g. Sihombing (1995), menyatakan produksi madu
pada koloni lebah yaitu 25-35 kg/tahun.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa ukuran ventilasi tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah rata-rata produksi propolis dan madu. Kondisi
suhu dan kelembaban di dalam stup yang tidak berbeda nyata antar perlakuan
diduga menjadi faktor penyebab tidak adanya perbedaan pada produksi propolis
yang dihasilkan. Menurut Gueriro de Lima (2005), suhu di dalam stup merupakan
salah satu faktor yang menentukan produksi propolis pada lebah madu. Kondisi
suhu dan kelembaban di dalam stup dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Suhu dan kelembaban dalam stup denan ukuran ventilasi yang
berbeda

Faktor
Lingkungan
Suhu (oC)

Kelembaban (%)

Perlakuan

P1
P2
P3
Rataan Umum
P1
P2
P3
Rataan Umum

Pagi
23.08±3.14
22.80±3.28
22.72±3.15
22.87±3.15
95.79±6.04
95.28±6.04
95.34±6.12
95.13±6.01

Rataan
Siang
36.91±0.95
36.29±0.69
36.18±1.01
36.62±0.92
49.12±6.99
49.73±6.68
49.05±4.42
49.63±6.07

Sore
31.48±1.60
27.61±1.69
27.27±1.83
27.55 ±1.70
77.29±3.69
78.24±3.78
77.13±3.78
77.40±4.98

Keterangan : Keterangan: P1 (kontrol), P2 (ventilasi 50 cm2), dan P3 (ventilasi 100 cm2).

Meskipun analisis ragam menunjukkan bahwa ukuran ventilasi tidak
berpengaruh nyata terhadap suhu dan kelembaban dalam stup, namun hasil
analisis korelasi menandakan adanya hubungan antara suhu dengan produksi
propolis dan madu. Korelasi antara suhu dengan propolis bersifat nyata, positif
dan kuat (r=74.3%) (Sarwono 2006). Artinya, semakin tinggi suhu dalam stup,
semakin tinggi produksi propolis. Kondisi temperatur di dalam stup yang sangat
tinggi memacu lebah pekerja lebih banyak mengumpulkan propolis untuk
mendinginkan sarang. Hal ini sejalan dengan pendapat Jager (2001), bahwa propolis
merupakan insulator yang bersifat dingin sehingga digunakan lebah untuk menutup
celah supaya tidak panas.
Sama seperti produksi propolis, produksi madu mempunyai korelasi nyata,
negatif, dan kuat (r=-56.2%) dengan suhu dalam stup. Artinya, semakin tinggi
suhu dalam stup semakin rendah produksi madu. Pada kondisi suhu sarang yang
tinggi lebah pekerja lebih aktif mencari propolis dan air untuk menstabilkan suhu
sarang dari pada mencari makanan. Ini didukung oleh korelasi negatif antara
produksi propolis dan produksi madu, yang berarti bahwa semakin tinggi produksi
propolis maka semakin rendah produksi yang merangsang produksi madunya.
Fidalgo dan Kleinert (2007) menyatakan bahwa pengumpulan propolis dilakukan
bersamaan waktunya dengan pengumpulan nektar, air dan polen. Dengan
demikian, pada saat lebah pekerja lebih aktif mengumpulkan propolis maka
aktifitas pengumpulan nektar menjadi berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat

8
Junior et al. (2010) yang menyatakan bahwa produksi propolis mempunyai
korelasi negatif terhadap produksi madu.
Kleinhenz et al. (1995) menyatakan kelembaban dalam stup berpengaruh
terhadap produksi propolis dan madu. Hasil analisis ragam menunjukkan tidak
adanya perbedaan yang nyata pada semua perlakuan (P>0.05). Kelembaban dalam
stup juga tidak memiliki korelasi yang nyata dengan produksi propolis dan madu
(r = 22.2%). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa produksi propolis dan madu
lebih ditentukan kondisi suhu dalam sarang daripada kelembaban.
Tabel 2 menunjukkan rataan umum produksi propolis 15.53±3.78 g. Rataan
perlakuan P1 lebih besar dari rataan umum yakni 16.80±4.32 g dengan nilai
koefisien keragaman sebesar 26%. Meskipun nilai koefisien keragaman pada
perlakuan P1 cukup besar, tetapi produksi mendekati dan di atas rataan umum.
Dengan demikian, perlakuan P1 dapat dikatakan lebih baik dari perlakuan P1 dan
P3, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. Tabel 2 juga menunjukkan
rataan umum produksi madu 2 974.87±1397.88 g. Produksi madu yang berada di
atas rataan umum adalah P3 sebesar 3 829.80±1 909.16 g. Hasil ini berlawanan
dengan produksi propolis. Berdasarkan keungulan dari rataan umum, dipilih
perlakuan P1 untuk produksi propolis tinggi dan P3 untuk produksi madu.
Jumlah Populasi Koloni Lebah
Jumlah populasi lebah pada awal penelitian ini berkisar 16 000–20 000 ekor
lebah. Jumlah rata-rata individu lebah per koloni pada awal dan akhir penelitian
dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut.
Tabel 4 Populasi dan susut koloni lebah pada ketiga ukuran ventilasi
Parameter
Koloni Awal

Koloni Akhir

Susut Koloni

Perlakuan
P1
P2
P3
Rataan Umum
P1
P2
P3
Rataan Umum
P1
P2
P3
Rataan Umum

Rataan
(ekor)
17 958.18 ± 504.36
17 652.73 ± 641.84
17 518.18 ± 576.93
17 709.70 ± 567.26
9 181.82 ± 739.86
10 089.09 ± 1 862.83
11 545.45 ± 2 417.38
10 517.57 ± 1 899.53
8 776.37 ± 1 197.80
6 827.27 ± 2 502.23
5 972.70 ± 2 990.32
6 592.78 ± 3 408.17

Koefiesien Keragaman
(%)
3
4
3
3
8
18
21
18
13
37
50
52

Keterangan: P1 (kontrol), P2 (ventilasi 50 cm2), dan P3 (ventilasi 100 cm2).

Tabel 4 menunjukkan terjadi penyusutan populasi koloni lebah selama
penelitian. Rataan umum penyusutan koloni 6 592.78±3 408.17 ekor. Hasil
analisis ragam menunjukkan, susut koloni tidak dikarenakan suhu dan
kelembaban dalam stup seragam dan nyata dipengaruhi oleh ukuran ventilasi
(tabel 3). Hasil analisis korelasi menunjukkan susut koloni dengan suhu dalam
sarang mempunyai nilai korelasi nyata, positif, dan kuat (r= 62.7%). Artinya,
semakin tinggi suhu dalam stup, maka semakin tinggi susut koloninya. Ukuruan
ventilasi yang digunakan pada penelitian ini tampaknya belum cukup mampu

9
menurunkan suhu di dalam stup sampai pada temperatur optimum yang dibutuhkan
untuk kehidupan lebah di dalam sarang. Pengukuran suhu di dalam stup
menunjukkan bahwa pada siang hari temperatur naik di atas 36oC pada ketiga
perlakuan, bahkan pada koloni kontrol hampir mencapai 37oC (Tabel 3). Menurut
Tautz et al. (2003), suhu dalam sarang yang terlalu tinggi (diatas 36oC) dapat
membahayakan bagi anakan lebah (brood).
Korelasi yang nyata, positif dan sangat kuat juga terdapat antara susut
koloni dan propolis (r= 82.5%). Artinya semakin banyak produksi propolis maka
semakin besar susut koloni. Aktifitas lebah pekerja yang lebih tinggi untuk
mencari propolis daripada makanan kemungkinan menyebabkan koloni
kekurangan. bahan makanan. Dalam kondisi kekurangan makanan, khususnya
polen, akan mengakibatkan kemampuan reproduksi ratu menurun dan anakan
lebah kekurangan nutrisi. Secara spesifik Gojmerac (1983) menyatakan bahwa
polen memainkan peranan penting dalam perkembangan anakan. Menurut
Sihombing (1995), polen merupakan sumber protein, lemak, dan untuk
memelihara tetasan.
Korelasi antara produksi madu dan susut koloni bersifat nyata, negatif, dan
kuat (r= -63.1%). Artinya semakin tinggi susut koloni, semakin rendah produksi
madu. Madu adalah sumber pakan lebah sehingga semakin banyak madu akan
mengurangi tingkat kematian lebah. Hal ini sejalan dengan Free (1982) bahwa
koloni akan banyak ketika sumber pakan sekitar lingkungan melimpah. Maka
dapat dikatakan susut koloni pada populasi lebah madu ditentukan oleh produksi
propolis, produksi madu dan suhu dalam sarang.
Produksi propolis yang tinggi menyebabkan penyusutan koloni yang tinggi.
Agar koloni tidak menyusut, perlu ditambahkan polen pengganti. Polen pengganti
meliputi polen alami maupun polen buatan. Polen buatan dapat dibuat dari tempe,
kacang kedelai dan kacang tanah (Krisnawati 2003). Selain itu penyusutan koloni
dapat dicegah dengan cara propolis dipanen ketika koloni di angonkan di kebun
jagung yang merupakan sumber polen asalkan koloni mendapatkan sirup gula
sebagai pengganti nektar serta terdapat tanaman sumber resin di sekitar lokasi
pengangonan.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Perbedaan ukuran ventilasi pada tutup stup lapis seng tidak berpengaruh
nyata terhadap bobot propolis, bobot madu dan susut koloni. Produksi propolis
mempunyai korelasi negatif dengan produksi madu. Sedangkan produksi madu
mempunyai korelasi negatif dengan susut koloni. Perlakuan P1 (kontrol) dapat
dipilih untuk menghasilkan propolis tertinggi dan P3 (ventilasi 100 cm2) untuk
produksi madu berdasarkan keunggulannya dari rataan umum.

10
Saran
Pemanenan propolis diharapkan pada saat nektar atau pengganti nektar
(sirup gula) dan polen melimpah serta terdapat tanaman sumber resin di sekitar
lokai sehingga tidak menyebabkan penyusutan koloni.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Kabupaten Sumedang dalam Angka 2013.
http://www.sumedangkab.bps.go.id/kecamatan-cimalaka-dalam-angka2013/.
Sumedang (ID). [22 April 2012].
Bankova V. 2005. Chemical diversity of propolis and the problem of
standardization. J Ethnopharm 100: 114-117.
Boontop Y, Malaipan S, Chareansom K, Wiwatwittaya D. 2008. Diversity of
stingless bees Apidae meliponini in Thong Pha Phum District Kanchanaburi
Province. Thailand. Nat Sci. 42:444-456.
Budiaman, Rahman A . 2006. Uji efektivitas empat variasi propolis trap terhadap
produksi propolis lebah madu Apis mellifera L. Makassar (ID): Universitas
Hasannudin.
Fearnly J. 2001. Bee Propolis Natural Healing from The Hive. London (EGN):
Souvenir Pr.
Fidalgo AO, Kleinert MP. 2007. Foraging behavior of Melipona rufiventris
Lepeletier Apinae Meliponini in Ubatuba/SP Brazil. Braz J Biol. 67:137144.
Free JB. 1982. Bees and Mankind. London (ENG) : George Allen & Unwin
Gojmerac WL. 1983. Bee, beekeeping, Honey, and Pollination. Westport (US):
AVI 51.
Guerreiro De Lima M. 2005. Efeito de variáveis ambientais, rainhas selecionadas
e sistemas coletores na produção de própolis por abelhas africanizadas Apis
Mellifera Hymenoptera Apoidea. (thesis). Brazil (Br): Universidade
Estadual Paulista.
Hilario SD, Imperatriz-Fonseca VL, Kleinert A de MP. 2000. Flight activity and
colony strength in the stingless bee Melipona bicolor bicolor (Apidae,
meliponinae). Rev. Brazil (BR). Biol. 60(2): 299-306.
Jager AJ de. 2001. The effect of increased propolis production on the productivity
a honeybee farming system. (dissertation). Afrika Selatan (ZA):
Departement Of Agricultural Management. Saasveld George Campus. Port
Elizabeth Technikon.
Junior NTF, Blochtein B, de Moraes JF. 2010. Seasonal flight and resource
collection patterns of colonies of the stingless bee Melpona bicolor schencki
Gribodo Apidae Meliponini in an Araucaria forest area in southern Brazil
Rev. Bras de Entomol. 54:630-636.

11
Kleinhenz M, Fehler M, Klugl F, Puppe F, Tautz J. 1995. Self organized
thermoregulation of honeybee clusters. J Theor Biol. 176:280–391.
Krisnawati O. 2003. Perkembangan koloni lebah madu Apis cerana yang diberi
pakan tambahan. (Skripsi). Bogor (ID): Fakultas Peternakan IPB.
Marcucci MC, Bankova V. 1999. Chemical composition, plant origin and
biological activity of Brazilian propolis. CTIP. 2:115-123.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab Jilid I. Bogor (ID): IPB Pr.
Putra H. 2013. Pengaruh manajemen naungan stup terhadap aktivitas terbang
Galo-Galo Trigona drescheri di Sumanik Sumatera Barat. (skripsi). Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Samadi. 2004. Budidaya Lebah Madu. Semarang (ID): Aneka Ilmu.
Sarwono J. 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta
(ID): Andi Offset
Sihombing DTH. 1995. Ilmu Ternak Lebah Madu. Yogyakarta (ID): UGM Pr.
Tautz J. 2008. The buzz about bees: biology of a superorganism, Springer,
Heidelberg. Germany .
Widhiono I. 1986. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
penambahan sel dalam sisiran lebah madu. Prosiding Lokakarya:
Pembudidayaan Lebah Madu untuk Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat.Perum Perhutani (ID): Hal 21-32.
Yani A, Purwanto BP. 2006. Pengaruh iklim mikro terhadap respon fisiologis sapi
pernakan Fries Holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan
produktivitasnya [ulasan]. Med Petern. 29(1):35-36.

LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil produksi propolis pada tiap perlakuan (a) ventilasi (kontrol) (b)
ventilasi (5 cm2) (c) ventilasi (100 cm2)

(a) ventilasi kontrol

(b) ventilasi (50 cm2)

(c) ventilasi (100 cm2)

12
Lampiran 2 Keadaan umum wilayah penelitian (a) sumber pakan lebah (b)
sumber minum lebah

(a) sumber pakan lebah

(b) sumber minum lebah

Lampiran 3 Contoh tampilan penimbangan (a) penimbangan lebah pekerja (b)
penimbangan koloni lebah (c) penimbangan sisiran kosong

(a) penimbangan sampel lebah pekerja

(b) penimbangan koloni lebah

(c) penimbangan sisiran kosong

13
Lampiran 4 Hasil analisis ragam produksi propolis
Sumber
DB
JK
KT
Keragaman
Perlakuan
2
16.93
8.47
Galat
12
182.80
15.23
Total
14
199.73

F

P-Value

0.56

0.588

Lampiran 5 Hasil analisis ragam produksi madu
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Total

DB

JK

KT

F

P-Value

2
12
14

5 521 523
21 835 281
27 356 804

2 760 761
1 819 607

1.52

0.259

Lampiran 6 Hasil analisis ragam koloni akhir
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Total

DB

JK

KT

F

P-Value

2
12
14

14 677 878
39 445 082
54 122 960

14 677 878
3 287 090

2.52

0.150

Lampiran 7 Hasil analisis ragam susut koloni
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Total

DB

JK

KT

F

P-Value

2
12
14

20 649 324
66 551 637
87 200 961

10 324 662
5 545 970

1.86

0.193

Lampiran 8 Hasil analisis ragam suhu dalam stup
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Total

DB

JK

KT

F

P-Value

2
12
14

0.383
3.042
3.426

0.192
0.254

0.76

0.491

14
Lampiran 9 Hasil analisis ragam kelembaban
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Total

DB

JK

KT

F

P-Value

2
12
14

5.91
8.45
14.37

2.957
0.704

4.20

0.041

Lampiran 9 Hasil korelasi dan p-value tiap peubah

Propolis
Madu
Suhu Dalam
Sarang
Susut koloni
Kelembaban

Propolis

Madu

Suhu
Dalam
Sarang

Susut
koloni

Kelembaban

Korelasi

-

-64.8

74.3

82.5

22.2

P-value

-

0.009

0.002

0.008

4.26

Korelasi

-64.8

-

-56.2

-63.1

-47.8

P-value

0.009

-

0.029

0.012

0.72

Korelasi

74.3

-56.2

-

62.7

1.00

P-value

0.002

0.029

-

0.012

9.71

Korelasi

82.5

-63.1

62.7

-

45.8

P-value

0.008

0.012

0.012

-

0.86

Korelasi

22.2

-47.8

1.00

45.8

-

P-value

4.26

0.72

9.71

0.86

-

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 11 April 1991 di Rembang, Jawa Tengah.
Penulis adalah anak kedua dari 2 bersaudara pasangan Bapak Arsyad dan Ibu
Mamlu’ah. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1997 di MI
Annasriyah, melanjutkan ke SMPN 1 Lasem (2003) dan SMAN 1 Lasem (2006).
Penulis diterima di IPB pada tahun 2010 melalui jalur SNMPTN dan diterima di
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan.
Penulis pernah mengikuti organisasi UKM Bola basket IPB sebagai anggota
periode 2010-2011, sebagai Kepala Divisi Expedisi Kelompok Pecinta Alam
(KEPAL-D) periode 2011-2014, sebagai pengurus Club Ruminansia Himpunan
Mahasiswa Produksi Peternakan (HIMAPROTER) pada periode 2011-2012 dan
sebagai Biro External HIMAPROTER periode 2012-2013. HMI Komisariat
Fapet IPB sebagai sekretaris periode 2011-2014, Klub Sekolah Peternakan Rakyat
(K-SPR) IPB sebagai Ketua divisi riset periode 2013-2014. Penulis juga aktif
dalam organisasi mahasiswa daerah Himpunan Keluarga Rembang Bogor sebagai

15
anggota periode 2010-2014, dan beberapa kepanitiaan baik bersifat nasional
maupun internasional yang berada di dalam organisasi tersebut.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah magang di Balai Embrio
Ternak, Cijeruk Bogor, Jawa Barat pada tahun 2012, magang di Peternakan
Domba Sahabat Tani Farm, Bogor, Jawa Barat pada tahun 2013-2014. Penulis
juga aktif dalam bidang sosial pengabdian masyarakat berbasis peternakan rakyat
di Bondowoso 2013 dan Bojonegoro 2014. Dalam bidang akademik penulis
pernah mendapatkan dana hibah DIKTI pada Pekan Kreativitas Mahasiswa tahun
2012 dan 2013, penerima dana hibah DIKTI pada Pekan Mahasiswa Wirausaha
(PMW) pada tahun 2014. Kemudian yang terakhir dalam bidang non akademik
penulis pernah menjadi juara 1 Bussines Challange tahun 2012 dan basket pada
kejuaraan Dekan Cup yang diselenggarakan Fakultas Peternakan pada tahun
2010-2014.