Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Padi Organik Dan Konvensional

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI PADI
ORGANIK DAN KONVENSIONAL

NURLELA MACHMUDDIN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Analisis Efisiensi
Ekonomi Usahatani Padi Organik dan Konvensional adalah benar karya saya
sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain pada tesis ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016
Nurlela Machmuddin
NIM H453130071

RINGKASAN
NURLELA MACHMUDDIN. Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Padi
Organik dan Konvensional. Dibimbing oleh NUNUNG KUSNADI dan
YUSMAN SYAUKAT.
Penerapan teknologi dalam usahatani padi organik masih sangat terbatas di
tingkat petani padi. Tantangan dalam budidaya padi organik adalah dalam hal
konversi lahan yang memerlukan waktu sekitar 2 tahun sehingga di awal
penerapannya produktivitas tanaman dari lahan yang dikonversi menurun. Sistem
budidaya padi organik multikultur, memerlukan perawatan yang harus intensif
membuat komponen labor cost menjadi tinggi dibandingkan budidaya padi secara
konvensional. Efisiensi merupakan alat untuk mengukur kinerja usahatani padi
organik dan usahatani padi konvensional.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis perbandingan
penggunaan input, produksi, dan analisis usahatani padi organik dengan usahatani
padi konvensional, (2) menganalisis perbandingan efisiensi teknis usahatani padi
organik dan konvensional, (3) mengidentifikasi faktor-faktor penyebab perbedaan

efisiensi teknis pada usahatani padi organik dan konvensional, (4) menganalisis
perbandingan efisiensi alokatif dan ekonomis usahatani padi organik dan
konvensional. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi
Jawa Barat. Penentuan daerah penelitian menggunakan purposive dan
pengambilan sampel dilakukan dengan metode disproportionate stratified random
sampling dengan jumlah sampel masing-masing 50 petani padi organik dan
konvensional. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan fungsi
produksi Cobb-Douglas stochastic frontier dan fungsi biaya frontier.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan input-input dan
teknologi organik pada usahatani padi organik menghasilkan rata-rata produksi
lebih tinggi (6.054 kilogram per hektar) dibandingkan produksi padi rata-rata
pada usahatani konvensional (4.664 kg per hektar) dengan penggunaan input
kimia. Begitupun dengan penerimaan dan keuntungan pada usahatani padi organik
lebih tinggi dibandingkan pada usahatani padi konvensional. Analisis efisiensi
menunjukkan bahwa usahatani padi organik dan usahatani padi konvensional telah
efisien secara teknis. Namun, sahatani padi organik belum diterapkan secara luas
oleh petani di daerah penelitian sebab terdapat sejumlah kendala-kendala. Faktor
sosial ekonomi penyebab perbedaan efisiensi teknis antar petani pada usahatani
organik di daerah penelitian yaitu pengalaman petani dalam berusahatani padi
organik. Hal ini berarti bahwa efisiensi teknis yang tinggi akan dicapai oleh petani

yang telah lama mengusahakan teknologi organik, tentunya dengan kondisi petani
yang tergabung dalam kelompok tani dan intensif mendapatkan penyuluhan.
Efisiensi alokatif dan ekonomis petani pada usahatani padi organik lebih tinggi
dibandingkan pencapaian efisiensi alokatif dan ekonomi pada usahatani padi
konvensional. Biaya benih yang lebih hemat dan juga produksi padi organik yang
lebih tinggi menjadi penyebab efisiensi alokatif dan ekonomis yang lebih tinggi
pada usahatani padi organik.
Kata kunci: efisiensi ekonomi, stochastic frontier, usahatani padi organik

SUMMARY
NURLELA MACHMUDDIN. Analysis of economic efficiency on organic and
conventional rice farming. Supervised by NUNUNG KUSNADI and YUSMAN
SYAUKAT.
The application of technology in organic rice farming is still very limited
in the level of farmers. Problems in organic rice farming is land conversion which
takes about 2 years so that at the beginning of the application, crop productivity is
decreased. Beside that, the organic rice farming is multicultural system, requiring
intensive labor that make components labor cost being higher than conventional
rice farming. Efficiency is a tool to measure the performance of the organic and
conventional rice farming.

This study aims to (1) analyze the ratio of input use, production, and farm
analysis of organic rice farming compared conventional rice farming, (2) analyze
the comparison of technical efficiency of organic rice farming and conventional
rice farming, (3) identify the factors that cause differences in technical efficiency
on organic rice farming and conventional rice farming, (4) analyze the allocative
and economic efficiency of organic and conventional rice farming This study was
conducted in Tasikmalaya Regency, West Java Province. The determination of the
study area of using a purposive sampling was conducted by the method of
disproportionate stratified random sampling to collect each of 50 farmers organic
and conventional rice. The data was then analyzed using a production function of
the Cobb-Douglas stochastic frontier and the frontier cost functions.
The results showed that production in organic rice farming is higher (6.054
kilograms per hectare) compared to production in conventional rice farming
(4.664 kg per hectare). Organic rice farming using inputs organic such as
fertilizers and pesticides organic while in the conventional rice farming using
inputs chemical. Analysis of farming shows that revenue and profit in organic rice
farming is higher than in conventional rice farming. Efficiency of organic rice
farming and conventional rice farming has been technically efficient. However,
organic rice farming has not been widely applied by farmers in the area of
research because there are a number of constraints. Socio-economic factors

causing differences in technical efficiency among organic farmers in the area of
research is the experience of farmers in organic rice farming. This means that the
high technical efficiency to be achieved by farmers who have been seeking
organic technology. Of course, with the condition of farmers in the intensive
farmer groups and get counseling. Allocative efficiency and economical farmers
on organic rice farming is higher than allocative efficiency and economy in
conventional rice farming. Cost saving of seed and high production in organic rice
farming as a source of gain in allocative and economic efficiency.
Keywords: economic efficiency, stochastic frontier, organic rice farming

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI PADI
ORGANIK DAN KONVENSIONAL

NURLELA MACHMUDDIN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis

: Prof Dr Ir Sri Hartoyo, MS


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Tema yang dipilih pada penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai
Oktober 2014 ini adalah mengenai analisis efisiensi ekonomi usahatani padi
organik dan konvensional. Tesis ini disusun sebagai tugas akhir dari tugas belajar
pada Program Magister Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak atas bantuan dan
dukungan sehingga tesis ini dapat terselesaikan yaitu kepada:
1. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan
Prof.Dr.Ir.Yusman Syaukat, M.Ec sebagai Anggota Pembimbing, Prof. Dr. Ir.
Sri Hartoyo, MS, dan Dr Meti Ekayani,S.Hut,M.Sc sebagai Penguji Luar
Komisi yang telah membimbing dengan baik dan memberikan banyak
masukan demi kesempurnaan tesis ini.
2. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian
Bogor atas segala ilmu yang diberikan selama proses perkuliahan dan
InsyaaAllah ilmu yang telah diberikan akan menjadi bekal dan diamalkan
oleh penulis. Begitu juga kepada Kepala Tata Usaha Program Studi Ilmu
Ekonomi Pertanian beserta staff
atas pelayanan akademik dan

kemahasiswaan.
3. Pihak DIKTI yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan melalui beasiswa BPPDN calon dosen kepada penulis.
4. Pengahargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada keluarga yaitu orang tua
penulis Bapak Machmuddin dan Ibu Hadisa atas doa, semangat dan kasih
sayang yang tak terhingga, serta kepada paman Kadir Hamzah dan Istri atas
dukungan moril dan materil.
5. Teman-teman Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) khususnya S2
angkatan 2013 dan juga kepada teman-teman S2 EPN angkatan 2012 atas
diskusi dan semangat yang diberikan kepada penulis.
6. Teman-teman di Komoditas SEFTER, Pondok Kemuning 25, dan Rumana
IPB asal Sulsel atas kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan
S2.
7. Pihak-pihak lain yang namanya tidak disebutkan namun telah banyak
memberikan saran dan informasi selama penulisan tesis ini.
Semoga tesis ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi terutama menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dan yang
memerlukannya untuk kepentingan yang lebih baik.

Bogor, Maret 2016


Nurlela Machmuddin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Efisiensi Usahatani dan Faktor Input yang Mempengaruhi Efisiensi
Usahatani Padi
Faktor Penyebab Perbedaan Efisiensi Teknis
3 KERANGKA TEORITIS
Pengertian Efisiensi Teknis, Alokatif, dan Ekonomis
Model Efek Inefisiensi

Kerangka Pemikiran Penelitian
Hipotesis Penelitian
4 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Pengambilan Sampel
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis Data
5 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum dan Geografis
Deskripsi dan Karakteristik Petani Responden
Pengembangan Padi Organik di Kabupaten Tasikmalaya
6 HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan Input, Produksi dan Analisis Usahatani Padi Organik dan
Konvensional
Analisis Fungsi Produksi dan Efisiensi Usahatani Padi
Faktor Penentu Perbedaan Efisiensi Teknis Petani Padi
Efisiensi Alokatif dan Ekonomi Usahatani Petani Padi
7 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
vii
viii
1
1
3
4
4
4
6
6
8
11
11
14
16
17
18
18
19
19
20
28
28
30
35
37
37
45
54
56
60
60
61
62
67
88

DAFTAR TABEL
1
2

3
4
5
6
7

8
9

10
11
12
13
14

Batas wilayah administratif Kabupaten Tasikmalaya
Perkembangan luas tanam luas panen, produksi dan produksivitas
padi konvensional dan padi organik tahun 2005-2013 di Kab.
Tasikmalaya
Karakteristik petani padi organik dan konvensional di Kabupaten
Tasikmalaya tahun 2015
Luas penguasaan lahan petani padi organik dan konvensional di
Kabupaten Tasikmalaya tahun 2015
Status kepemilikan lahan petani padi organik dan konvensional di
Kabupaten Tasikmalaya tahun 2015
Dummy keaktifan petani responden padi organik dan konvensional
dalam kelompoktani
Rata-rata penggunaan input dan produksi padi per hektar pada
usahatani padi organik dan usahatani padi konvensioal di Kabupaten
Tasikmalaya
Analisis usahatani padi organik dan usahatani padi konvensional di
Kabupaten Tasikmalaya
Hasil pendugaan model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan
menggunakan metode OLS pada usahatani padi organik dan
konvensional
Hasil pendugaan fungsi produksi stochastic frontier pada usahatani
padi organik dan konvensional dengan metode MLE
Sebaran efisiensi teknis (ET) pada petani padi organik dan
konvensional di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2015
Hasil pendugaan faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis
dengan pendekatan SFA pada usahatani padi di Tasikmalaya 2015
Hasil penurunan fungsi biaya frontier dari fungsi produksi petani
pada usahatani padi organik dan usahatani padi konvensional
Sebaran efisiensi alokatif, dan ekonomis pada usahatani padi organik
dan usahatani padi konvensional

28

29
30
33
33
34

37
44

46
47
51
54
57
57

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Efisiensi pada orientasi input
Konsep Fungsi Produksi Frontier
Alur Kerangka Pemikiran
Sebaran tingkat Efisiensi Teknis (ET) pada petani padi organik dan
konvensional
Sebaran tingkat Efisiensi Alokatif (EA) pada petani padi organik dan
konvensional
Sebaran tingkat Efisiensi Ekonomi (EE) pada petani padi organik
dan konvensional

12
14
16
52
58
58

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

3

4

5

6

7
8
9
10

Hasil pendugaan fungsi produksi usahatani padi organik di
Hasil pendugaan fungsi produksi usahatani padi konvensional di
Kabupaten Tasikmalaya dengan metode OLS menggunakan program
SPSS.15
Hasil pendugaan fungsi produksi dan inefisiensi teknis usahatani
padi organik di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2015 dengan metode
MLE menggunakan Program Frontier 4.1
Hasil pendugaan fungsi produksi dan inefisiensi teknis usahatani
padi konvensional di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2015 dengan
metode MLE menggunakan Program Frontier 4.1
Hasil uji skala usaha usahatani padi organik di Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2015 dengan metode OLS menggunakan
program SAS 9.13
Hasil uji skala usaha usahatani padi konvensional di Kabupaten
Tasikmalaya tahun 2015 dengan metode OLS menggunakan
program SAS 9.13
Uji Statistik/ Uji T saling Bebas antara usahatani padi organik
maupun usahatani padi konvensional
Nilai efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi usahatani padi organik
dengan mengunakan fungsi dual frontier
Nilai efisiensi alokatif dan ekonomi usahatani padi konvensional
dengan mengunakan fungsi dual frontier
Lampiran Standar Internal Padi Organik Tasikmalaya

69

71

73

77

81

82
83
84
85
86

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Peningkatan produksi hasil pertanian yang terus-menerus di sektor
pertanian merupakan salah satu upaya pemerintah dalam membangun pertanian
menuju pertanian yang tangguh. Hal ini dikarenakan sektor pertanian memegang
peranan yang sangat penting sebagai sumber utama kehidupan dan sumber
pendapatan utama bagi masyarakat petani (Muzdalifah 2011). Secara umum
terdapat tiga cara meningkatkan produksi usahatani yaitu ; (1) meningkatkan
penggunaan input seperti lahan, tenaga kerja, dan variasi capital, (2) menerapkan
teknologi baru, dan (3) melakukan manajemen organisasi produksi dengan
teknologi yang tersedia untuk meningkatkan efisiensi produksi (Li 2000).
Penelitian efisiensi masih merupakan subyek penelitian di negara berkembang
maupun di negara maju. Penelitian efisiensi tersebut menjadi lebih penting bagi
negara berkembang dimana potensi peningkatan produksi pertanian melalui
perluasan area produksi dan pengadopsian teknologi baru sangat terbatas. Studi
tersebut dapat membantu negara-negara berkembang dengan menentukan sejauh
mana peningkatan produksi dapat dilakukan melalui peningkatan efisiensi
usahatani berdasarkan sumber daya dan teknologi yang tersedia (Kibbara 2005).
Perhatian masyarakat dunia terhadap persoalan pertanian dan lingkungan
global beberapa tahun ini menjadi meningkat. Kepedulian tersebut diwujudkam
dengan melaksanakan usaha-usaha yang terbaik untuk menghasilkan pangan tanpa
menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya tanah, air, dan udara. Dari
perhatian tersebut maka muncullah konsep pertanian yang tidak lagi hanya
menitikberatkan pada produksi yang tinggi dalam waktu yang singkat, tetapi lebih
berorientasi pada peningkatan produksi secara berkesinambungan dengan tetap
mempertahankan kualitas lahan dan kelestarian lingkungan serta menghasilkan
produk yang aman untuk dikonsumsi. Konsep pertanian seperti ini dikenal
dengan istilah pertanian organik (Yanti 2005). Pertanian organik merupakan suatu
sistem produksi yang tidak menggunakan pupuk sintetis, pestisida, bahan-bahan
yang mempercepat pertumbuhan dan bahan aditif lainnya (AOI 2013).
Pada tahun 2001, guna menunjang pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan, terutama di sektor pertanian dan pangan, pemerintah menunjukkan
dukungannya pada pengembangan pertanian organik dengan mencanangkan
program “Go Organic β010”. Tujuan utama program ini bukan hanya mencapai
ketahanan pangan domestik tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai salah satu
negara produsen organik utama di dunia. Perhatian terhadap pertanian organik di
Indonesia dapat dilihat dari perkembangan luas areal pertanian organik dari tahun
2007 sampai 2013. Pada tahun 2007 luas areal pertanian organik di Indonesia
adalah 40 970 ha, sampai pada tahun 2013 terus mengalami peningkatan menjadi
220.223 ha (SPOI 2013). Produk pertanian organik utama yang dihasilkan
Indonesia adalah padi, sayuran, buah-buahan, kopi, coklat, jambu mete, herbal,
minyak kelapa, rempah-rempah, dan madu. Informasi mengenai luas panen,
produksi, dan produktivitas masing-masing produk pertanian organik di Indonesia
masih sangat terbatas karena belum ada data statistik resmi mengenai hal tersebut.
Akan tetapi diantara komoditi-komoditi tetsebut padi dan sayuran yang banyak

2
diproduksi oleh petani skala kecil yang mayoritas berada di Indonesia. Sehingga
dalam penelitian ini padi atau beras dipilih sebagai objek dalam penelitian.
Roadmap program pengembangan industri beras di Indonesia baik dalam
program jangka pendek (2005-2010), jangka menengah (2011-2015) maupun
jangka panjang (2016-2025), masih tetap dikonsentrasikan pada peningkatan
produksi beras untuk kebutuhan konsumsi langsung, namun dalam program
jangka menengah dan jangka panjang selain tetap dikonsentrasikan pada
peningkatan produksi beras nasional juga diikuti dengan program perbaikan
kualitas beras agar mampu bersaing dengan beras dunia. Pengembangan beras
organik merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas beras agar mampu
bersaing dengan pasar ekspor. Ahmad (2007) memproyeksikan kebutuhan pasar
dan produksi padi organik di Indonesia terus meningkat dari tahun 2005 sampai
2009. Tahun 2005 produksi padi mampu memenuhi kebutuhan pasar yaitu sekitar
55,03 ton. Namun pada tahun berikutnya produksi padi organik ini tidak dapat
memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini dikarenakan peningkatan produksi tidak
seimbang dengan peningkatan yang lebih besar pada kebutuhan pasar. Pada tahun
2009, produksi padi organik di Indonesia hanya sebesar 57,70 ton, sedangkan
kebutuhan pasar sebesar 114,11 ton. Kondisi ini merupakan peluang untuk
mengembangkan padi/beras organik di Indonesia.
Beberapa penelitian tentang kinerja pertanian organik dibandingkan
pertanian konvensional (dalam hal produktivitas, biaya produksi dan hasil
finansial) telah dilakukan di negara-negara lain, termasuk Indonesia. Hasil studi di
mengungkapkan bahwa sistem pertanian organik ternyata mampu meningkatkan
produktivitas dan ketahanan pangan, mengurangi ketergantungan terhadap input
pertanian dari luar kawasan (eksternal), meningkatkan penghasilan petani dan
mendorong kelestarian lingkungan (UNCTAD 2009). Namun respon petani
terhadap penerapan budidaya padi organik saat ini berjalan dengan lambat. Hal ini
dapat dilihat dari salah satu sentra budidaya padi orgnik di Jawa barat yaitu di
kabupaten Tasikmalaya, sekitar 5.700 ha padi sawah di Wilayah Kabupaten
Tasikmalaya hanya sekitar 360 ha diolah secara organik yang ditandai dengan
adanya sertifikasi organik. Hal ini menandakan bahwa respon petani terhadap
pengembangan padi organik yang telah dikembangkan sejak tahun 2003 berjalan
dengan lambat. Lambatnya respon petani terhadap penerapan budidaya padi
organik diduga karena dalam prakteknya sistem pertanian organik mempunyai
perbedaan dengan sistem pertanian konvensional, khususnya dalam hal
penggunaan input (Gultom 2014); (Rahayu 2011); (Nurani 2014). Usahatani padi
organik dalam prakteknya menekan penggunaan input kimia dan
menggantikannya dengan input organik seperti pupuk kompos dan pestisida
nabati yang dipersiapkan dan dibuat sendiri oleh petani dari berbagai macam
bahan yang ada disekitar lingkungan petani. Penggunaan input oleh petani dalam
kegiatan produksi akan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang dihasilkan,
tingkat produktivitas dan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat efisiensi
yang dicapai oleh petani (Kumbhakar, 2002); (Prayoga 2010); (Rahayu 2011);
(Tiedemann 2012).. Untuk membuktikan hal ini lebih lanjut maka penelitian
mengenai efisiensi yang sekaligus sebagai indikator untuk mengukur kinerja
pertanian organik dibandingkan konvensional akan dikaji dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini nantinya akan memberikan suatu jawaban bahwa apakah
pertanian organik menawarkan jawaban atas masalah-masalah yang berkaitan

3
dengan kelayakan ekonomis sebuah usaha pertanian, kerusakan lingkungan dan
masalah sosial lainnya. Keberlanjutan pertanian organik tidak dapat dipisahkan
dengan dimensi ekonomi, dimensi lingkungan dan dimensi sosial.
Perumusan Masalah
Pengembangan dan perhatian pertanian organik di Indonesia dirintis sejak
diluncurkannya program Go Organic 2010 oleh Kementerian Pertanian pada
tahun 2000. Diharapkan bahwa pada tahun 2010 Indonesia akan menjadi produsen
produk pertanian organik terbesar di dunia, mendorong terwujudnya pertanian
yang tangguh, berdaya saing, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan.
Kenyataannya saat ini pertanian organik belum berkembang dan masih sangat
sedikit produk yang dihasilkan. Artinya, belum banyak petani yang menerapkan
usaha pertanian secara organik (Mayrowani 2012). Padahal dengan
pengembangan usahatani padi organik juga diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani padi. Saat ini, petani padi organik yang
dijadikan sebagai demplot dalam hal budidaya padi organik adalah petani organik
di wilayah Kabupaten Tasikmalaya sebab petani organik di kabupaten
Tasikmalaya telah disertifikasi organik oleh SNI dan IMO (Institue for
Marketecology) dari Swiss (Dinas Pertanian Jawa Barat 2015).
Sistem pertanian organik mempunyai perbedaan dengan sistem pertanian
konvensional, khususnya dalam hal penggunaan input. Penggunaan input oleh
petani dalam kegiatan produksi akan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang
dihasilkan, tingkat produktivitas dan dapat memberikan gambaran mengenai
tingkat efisiensi yang dicapai oleh petani (Kumbhakar, 2002);(Prayoga 2010).
Hasil kajian Gultom (2014); (Rahayu 2011) bahwa input yang mempengaruhi
produksi usahatani padi organik adalah benih, pupuk, pestisida atau biopestisida,
dan tenaga kerja. Usahatani padi organik dalam prakteknya menekan penggunaan
input kimia dan menggantikannya dengan input organik seperti pupuk kompos
dan pestisida nabati. Pupuk kimia daun masih diaplikasikan ke tanaman dalam
pertanian ramah lingkungan, tapi pupuk anorganik seperti urea, SP-36, KCL, dan
sejenisnya sama sekali tidak digunakan tapi digantikan dengan pupuk kompos
yang terdiri dari pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam atau kotoran
domba, pupuk hijau, limbah pertanian organik (kompos dari tanaman). Pestisida
yang digunakan juga berasal dari berbagai tanaman misalnya pestisida hewani
(pestisida berbahan dasar urine sapi) atau pestisida nabati berasal dari bahan
nabati yang ada lingkungan petani, misalnya daun mimba (Azadirachta indica)
(Rahayu 2011); (Nurrani 2014). Keberhasilan petani organik dalam
mengendalikan serangan hama dan penyakit akan sangat mempengaruhi
produktivitas yang dicapai dan juga dari segi penggunaan tenaga kerja, pertanian
organik sifatnya padat karya. Penggunaan input yang berbeda antar petani pada
usahatani padi organik baik dari sisi jenis maupun jumlah penggunaan input
mengakibatkan munculnya variasi hasil produksi yang sekaligus menunjukkan
efisiensi dari usahatani yang dijalankan petani (Rahayu 2011); (Tiedemann 2012).
Tantangan untuk memasuki usaha ini cukup besar, antara lain dalam hal
biaya konversi lahan yang memakan waktu sekitar 2 tahun, biaya sertifikasi yang
cukup mahal serta sistem multikultur dan pencegahan hama yang membuat

4
komponen labor cost menjadi tinggi dibandingkan dengan sistem konvensional.
Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah sistem organic farming ini
menguntungkan bagi petani dan secara ekonomis efisien serta dapat bersaing
dengan sistem konvensional yang telah berpuluh tahun menjadi tumpuan dan
pemberi makan penduduk dunia?. Analisis melalui efisiensi merupakan hal utama
untuk menaksir keberlanjutan dan optimalisasi sumberdaya internal petani
(Madau 2007).
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan yang dirumuskan,
maka tujuan umum penelitian ini untuk menganalisis efisiensi ekonomi pada
usahatani padi organik . Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis teknologi penggunaan input, produksi, dan analisis usahatani
padi organik dan padi konvensional.
2. Menganalisis perbandingan efisiensi teknis usahatani padi organik dengan
usahatani padi konvensional.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab perbedaan efisiensi teknis pada
usahatani padi organik dan usahatani padi konvensional.
4. Menganalisis perbandingan efisiensi alokatif dan ekonomis usahatani padi
organik dengan usahatani padi konvensional.

Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini nantinya akan bermanfaat :
1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi gambaran tentang kondisi
(fenomena) praksis usahatani padi organik di Indonesia, khususnya di Jawa
Barat dalam hal: efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomis dibandingkan dengan
pertanian konvensional. Dengan demikian, hasil penelitian dapat dimanfaatkan
sebagai informasi untuk memahami penyebab lambatnya pertumbuhan
penerapan metode organik di wilayah tersebut, sehingga dapat dirumuskan
kebijakan atau intervensi yang dapat dilakukan untuk memperluas jangkauan
penerapan metode bertani organik, jika memang cara bertani ini memberikan
banyak kelebihan dibanding anorganik (konvensional).
2. Bagi pihak yang berkepentingan memajukan pertanian, dengan mengetahui
sumber-sumber penyebab terjadinya inefisiensi dalam usahatani padi organik
diharapkan akan memudahkan dalam mencari solusi permasalahan dan
kendala penerapan padi organik.
3. Sebagai bahan referensi dan literatur bagi penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
1. Petani padi objek penelitian adalah petani organik dan petani padi
konvensional. Petani padi organik adalah petani yang melakukan usahanya
lebih dari 4 kali musim tanam atau sedang dalam periode konversi paling
sedikit 2 (dua) tahun sebelum penanaman benih, dengan petimbangan bahwa

5
petani telah melewati periode konversi serta lahannya telah tersertifikasi.
Sedangkan petani padi konvensional adalah petani padi yang menggunakan
pupuk dan pestisida kimia pada lahan padinya dan atau petani padi yang
menggunakan pupuk dan pestisida kimia selama 3 musim tanam sebelumnya.
2. Benih padi yang ditanam petani tidak ditentukan jenis varietasnya melainkan
hanya ditentukan dari umur tanaman padi yakni sekitar 110-120 hari .
3. Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan pada satu periode
musim tanam.
4. Padi organik adalah padi yang dibudidayakan sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia SNI 6729:2013. mengenai sistem pangan organik dan telah
mendapatkan pengawasan dari lembaga sertifikasi. Kriteria padi organik
menurut SNI 6729:2013 adalah :
1) Benih yang dipakai adalah benih organik atau benih konvensional tanpa
perlakuan kimia.
2) Kesuburan tanah dipelihara melalui penggunaan pupuk organik dan
dilarang menggunakan pupuk kimia sintesis serta melakukan pencegahan
pencemaran bahan kimia di area pertaniannya.
3) Tidak menggunakan pestisida sintesis, hormon kimia sintesis dalam
pengendalian hama, penyakit tanaman (HPT), dan tumbuhan liar (gulma).
4) Tidak menggunakan seluruh produk hasil rekayasa genetika (transgenik)
dalam proses budidaya dan pengolahan.
5) Penggunaan semua peralatan dan wadah pada kegiatan panen dan pasca
panen terhindar dari pencemaran bahan kimia.
6) Tidak membakar bahan dan sisa tanaman di lahan organik
7) Lamanya masa konversi, produksi pangan organik hanya dimulai pada saat
produksi telah mendapat sistem pengawasan.
8) Ditambahkan juga dalam beberapa defenisi mengeni pertanian organik,
Herawati et.al. (2014) menyimpulkan bahwa pertanian organik tidak
menggunakan air berlebihan, penanganan dan pencegahan hama / penyakit
dilakukan melalui rotasi tanaman, pilihan varietas, penggunaan natural
predators dan pestisida nabati, Bersifat multikultur, memperhatikan
lingkungan hidup dan konservasi habitat.
9) Pengertian pupuk organik dalam penelitian ini didasarkan pada Permentan
No. 2/Pert/Hk.060/2/ 2006, bahwa pupuk organik adalah pupuk yang
sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari
tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa.
5. Teknologi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teknologi atau perbedaan
cara budidaya petani dalam usahatani padi, yang didasarkan pada defenisi
teknologi seperti dikemukakan Yamanda,R dan Yamasaki (2007) bahwa suatu
hal dikatakan teknologi jika memberikan efisiensi yang tinggi, produksi yang
tinggi, perawatan yang rendah, serta memberi banyak manfaat.

6

2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab 2 akan diuraikan mengenai penelitian terdahulu tentang efisiensi
usahatani khususnya yang terkait dengan usahatani padi organik dan usahtani padi
anorganik (konvensional), penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor input
dalam usahatani padi yang mempengaruhi efisiensi, dan hasil-hasil penelitian
mengenai sumber-sumber penyebab terjadinya perbedaan tingkat efisiensi teknis
yang dicapai.
Efisiensi Usahatani dan Faktor Input yang Mempengaruhi Efisiensi
Usahatani Padi
Efisiensi merupakan sebuah konsep ekonomi yang penting dan digunakan
untuk mengukur kinerja ekonomi suatu unit produksi (Nurhapsa 2013) baik dalam
upaya peningkatan produksi, pendapatan, ataupun dalam pengembangan suatu
teknologi. Studi yang terkait dengan efisiensi pada berbagai komoditi dan usaha
pertanian telah banyak dilakukan baik di negara maju, maupun di negara
berkembang. Diantaranya pada penelitian Akinbode et.al (2011) di Nigeria
menggunakan pengukuran efisiensi (teknis, alokatif, dan ekonomis) sebagai
pedoman untuk mengetahui kemungkinan produktivitas tanpa pengembangan
teknologi baru. Hasilnya menunjukkan hasil bahwa rata-rata petani sudah efisien
secara teknis yakni sebesar 0,737 dan efisien secara alokatif (0,893). Aneani
(2011) menggunakan konsep efisiensi untuk mengukur efisiensi ekonomi pada
produksi usahatani kakao untuk mengetahui optimasi penggunaan sumberdaya
dilokasi penelitian. Hasilnya penelitiannya menunjukkan bahwa skala usaha
petani kakao berada pada tingkat increasing return to scale. Bukan hanya pada
tanaman, Dwizwornu (2014) mengukur tingkat efisiensi ekonomi penggunaan
input pada usaha peternakan ayam boiler dengan tujuan untuk menilai kenerja
usaha peternakan. Hasilnya menunjukkan bahwa produsen ayam boiler tidak
sepenuhnya efisien secara ekonomi karena rata-rata efisiensi ekonomi produsen
atam boiler adalah 0,69 atau 69 persen. Berbagai hasil kajian tersebut dapat
menjadi acuan bahwa kajian-kajian mengenai masalah kinerja usahatani,
peningkatan produktivitas, keuntungan, optimasi sumberdaya, penerapan
teknologi dan lain-lain kususnya negara berkembang seperti di Indonesia dapat
diamati melalui efisiensi suatu usahatani. Kisaran tingkat efisiensi pada berbagai
hasil penelitian relatif beragam baik antar komoditi maupun antar negara. Tetapi
dengan merujuk pada Coelli et.al (1998) batas suatu usahatani dikatakan efisien
bila mencapai tingkat 0,7.
Penerapan usahatani padi organik dan konvensional terdapat perbedaan
penggunaan input, pada usahatani padi organik diberikan input berupa bahan
kimia organik yang dibuat sendiri oleh petani sedangkan pada usahatani padi
konvensional, masukannya berupa bahan kimia sintesis yang harus dibeli oleh
petani. Perbedaan masukan atau input antara usahatani padi orgnik dan
konvensional mengakibatkan sumber dan cara pengadaan input juga berbeda
sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan teknologi antara usahatani
padi organik dan konvensional. Pemahaman mengenai penerapan teknologi juga
dapat diketahui dengan tingkat efisiensi yang akan dicapai yang pada akhirnya

7
menunjukkan kinerja ekonomi suatu unit produksi. Madau (2005) menambahkan
bahwa variabel perbedaan penggunaan teknologi diduga mempengaruhi efisiensi
produksi usahatani. Kesadaran dan pemahaman petani terhadap teknologi secara
efisien merupakan faktor kunci yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun
kebijakan Ogunayinka dan Ajibefun (2004).
Kinerja usahatani padi organik dapat dilihat dari seberapa besar usahatani
tersebut dapat mengalokasikan input-inputnya secara proporsional untuk
menghasilkan produksi yang maksimal dan seberpa besar dapat memberikan
keuntungan bagi petani. Madau (2005); Yasin (2014); Tien (2011); Rubinos
(2007); Nurani (2014); dan Gultom (2014), melakukan penelitian mengenai
tingkat keuntungan dan efisiensi usahatani organik. Yasin (2014) membandingkan
efisiensi keuntungan usahatani gandum organik dan gandum anorganik di
Pakistan menggunakan analisis Cobb-Douglas Stochastic frontier (SFA).
Penelitian Tiedemann and Uwe (2012) juga menganalisis mengenai efisiensi
teknis dengan menggunakan model SFA dan menyimpulkan bahwa efisiensi
teknik usahatani pada lahan konvensional di Jerman lebih tinggi (93.5 persen)
dibandingkan usahatani pada lahan organik (92.8 persen). Dengan menggunakan
pendekatan fungsi produksi stochastic frontier, temuan yang sama juga pada
penelitian yang dilakukan oleh Madau (2005) yang melakukan komparasi estimasi
efisiensi teknik antara pertanian cereal organik dan non organik di Italia.
Kesimpulannya bahwa pertanian cereal anorganik lebih efisien secara teknis
dengan nilai 0,902 dibandingkan dengan nilai efisiensi teknis usahatani cereal
organik dengan nilai 0,83. Tetapi bukan berarti usaha tani konvensional lebih
efisien dibanding usahatani cereal organik, karena kedua usaha tani tersebut
berada pada kondisi teknologi frontier yang berbeda. Di Indonesia, penelitian
mengenai efisiensi teknis usahatani padi organik di Jawa barat diantaranya telah
dilakukan oleh Nurani (2014) dan Gultom (2014) yang menyimpulkan bahwa
usahatani padi organik maupun semi organik yang dilakukan oleh petani
responden di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor tergolong efisien secara
teknis. Nilai rata-rata efisiensi teknis (0,78).
Penentuan dan perhatian terhadap faktor yang mempengaruhi besaran
efisiensi teknis juga merupakan hal yang sama pentingnya dengan penentuan
besaran efisiensi teknis dalam menilai kenerja suatu usahatani (Latruffe 2012).
Beragam faktor produksi dianalisis untuk membuktikan faktor produksi mana
yang mempengaruhi efisiensi. Khususnya pada tanaman pangan, Madau (2005);
Yasin (2014); Tien (2011); Rubinos (2007); Nurani (2014); dan Gultom (2014),
menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata mempengaruhi
produksi dan efisiensi usahatani padi yaitu luas lahan, benih, penggunaan pupuk,
pestisida, dan tenaga kerja. Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
efisiensi usahatani umumnya menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas
Stochastic frontier dengan metode estimasi OLS dan MLE.
Lahan merupakan faktor penting dalam usahatani terutama padi sehingga
luas lahan menjadi ukuran usahatani (farm size). Semakin luas lahan yang
diusahakan maka produksi akan semakin meningkat. Namun peningkatan luas
lahan belum tentu meningkatkan produktivitas. Banyak peneliti mendukung
hipotesis bahwa semakin kecil ukuran usahatani (luas lahan yang digarap semakin
sempit) maka akan semakin efisien (poor but efficient). Hal ini dikarenakan
dengan luasan lahan yang sempit, lahan akan lebih terkelola dengan baik hanya

8
dengan tenaga kerja keluarga, sementara semakin luas lahan yang digarap maka
akan semakin tidak terurus, karena tidak mampu menyewa tenaga kerja luar yang
semakin banyak. Rahayu (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
penggunaan pupuk organik meningkatkan risiko dari usahatani padi organik yaitu
risiko terhadap variasi produksi antar petani. Pupuk organik pada umumnya
digunakan petani mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang dimiliki
oleh pupuk organik seperti yag dipaparkan Andoko (2007) adalah: (1)
memperbaiki struktur tanah, (2) memperbaiki daya ikat air pada tanah, (3)
memperbaiki daya ikat tanah terhadap unsur hara, (4) mengandung unsur hara
lengkap, tetapi dalam jumlah yang sedikit. Selain kelebihan pupuk organik yang
tersebut diatas, menurut Sutanto (2002) pupuk organik juga mempunyai
kelemahan diantaranya adalah (1) kandungan unsur hara yang rendah, (2)
menyediakan unsur hara dalam jumlah yang sangat terbatas, (3) penyediaan hara
terjadi sangat lambat, kandungan unsur hara yang lengkap tetapi dalam jumlah
yang sedikit. Yasin (2014) dalam penelitiannya yang mengkaji mengenai efisiensi
keuntungan pertanian organik di Pakistan yang menggunakan analisis CobbDouglas Stochastic frontier menyimpulkan bahwa sifat usahatani organik adalah
padat karya sehingga membutuhkan biaya tenaga kerja yang tinggi yang akan
berdampak pada penurunan efisiensi keuntungan.
Dengan merujuk pada penelitian terdahulu, maka penulis melakukan
penelitian lebih dalam mengenai bagaimana efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi
usahatani padi organik dan konvensional yang dianalisis dengan menggunakan
model Stochastic Frontier dan dengan metode OLS dan MLE.
Faktor Penyebab Perbedaan Efisiensi Teknis
Menurut Latruffe et al (2012) bahwa selain indikator besaran efisiensi teknis
yang digunakan dalam meneliti bagaimana kinerja suatu usahatani, kajian
terhadap faktor yang mempengaruhi pencapaian efisiensi teknis pun merupakan
hal yang penting untuk diperhatikan. Efisiensi merupakan hal penting dalam
pengukuran keberhasilan pelaksanaan proses produksi. Namun, terdapat
kesenjangan antara keadaan aktual dengan optimal dari penggunaan input yang
menyebabkan terjadinya kesenjangan produktivitas. Kesenjangan ini disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu : kendala biologi yang disebabkan oleh perbedaan
varietas, adanya tanaman pengganggu, serangan hama penyakit, masalah tanah,
perbedaan kesuburan tanah dan sebagainya. Serta kendala sosial ekonomi seperti :
besarnya perbedaan antara biaya dan penerimaan usahatani, kurangnya biaya
usahatani yang diperoleh dari kredit, harga produksi, kurangnya pengetahuan,
tingkat pendidikan petani, adanya faktor ketidakpastian, risiko berusahataninya dan
sebagainya. Namun kendala tersebut bersifat lokal dan kondisional, tidak dapat
disamakan untuk semua daerah. Dalam penelitian ini, faktor yang diduga menjadi
penyebab inefisiensi teknis merujuk kepada beberapa hasil penelitian terdahulu.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perbedaan efisiensi teknis dengan menggunakan model penduga
inefisiensi teknis diantaranya yaitu umur petani, pendidikan, partisipasi dalam
kelompok tani (Haryani 2009); (Prayoga 2010), (Fauziah 2010) termasuk juga
pengalaman berusahatani, jumlah anggota keluarga, status kepemilikan lahan,
serta komunikasi dengan penyuluh (Rukka 2006); (Nurrani 2014); (Yasin 2014);

9
(Gultom 2014); (Kusnadi et.al 2011). Fauziah (2010) dalam penelitiannya
menambahkan variabel teknik budidaya sebagai sumber-sumber penyebab
terjadinya inefisiensi teknis pada usahatani tembakau.
Umur petani dikatakan mempunyai efek terhadap tingkat efisiensi karena
umumnya dipercaya bahwa umur petani terkait dengan pengelolaan dan
produktifitas tenaga kerja. Petani yang berada pada umur produktif akan
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan petani yang berada pada umur
tidak produktif. Kusnadi et al. (2011) dan Nurani (2014) menyatakan bahwa
variabel umur berpengaruh nyata dan negetif dalam efisiensi, dengan kata lain
makin tua umur petani, maka efisiensi akan semakin menurun. Lebih lanjut Rukka
(2006) menambahkan bahwa umur produktif sangat berpengaruh dengan
kemampuan fisik petani untuk bekerja secara optimal. Petani yang sudah tua
cenderung melakukan sistem pertanian dengan cara yang sama, sedangkan petani
dengan usia yang lebih muda relatif lebih terbuka dengan kamajuan teknologi,
serta mempunyai rasa ingin tahu yang lebih besar, sehingga lebih terbuka dengan
adanya informasi tentang teknologi yang mungkin disampaikan.
Investasi sumberdaya manusia merupakan alat utama untuk meningkatkan
efisiensi (Yasin 2014). Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pendidikan
mempunyai dampak positif terhadap efisiensi keuntungan usahatani gandum
organik di Pakistan. Pendidikan petani dikatakan berpengaruh terhadap tingkat
efisiensi dengan dugaan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki petani akan
menentukan kemampuan mereka dalam penerapan teknologi yang ada. Petani
yang berpendidikan tinggi akan lebih terbuka dalam menerima informasi dan
menerima perubahan teknologi sehingga dapat meningkatkan efisiensi atau
menurunkan efisiensi (Kusnadi et al. 2011). Rukka (2006) menambahkan bahwa
tingkat pendidikan formal petani sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani
dalam merespon suatu inovasi. Makin tinggi tingkat pendidikan formal petani
diharapkan makin rasional dalam pola pikir dan juga daya nalarnya.
Petani yang memiliki pengetahuan usahatani cukup lama diharapkan dapat
lebih terampil dalam mengelolah usahataninya. Berdasarkan pengalaman yang
dimiliki, petani akan mampu mengambil keputusan yang rasional untuk
usahataninya sehingga akan berdampak pada efisiensi usahatani (Nurani 2014).
Petani dengan pengalaman berusahatani yang terus bertambah menjadi lebih
terspesialisasi, yang berarti bahwa mereka telah mempunyai keterampilan yang
lebih serta pengalaman dalam upaya peningkatan produksi yang bagus.
Pengalaman berusahatani diperoleh dari “learning by doing”, dengan demikian
diharapkan usahatani akan menjadi lebih efisien (Akhilomen et al 2015).
Status kepemilikan lahan yang digunakan petani akan berpengaruh terhadap
tingkat efisiensi petani. Dengan kepemilikan lahan akan meningkatkan sense of
belonging sehingga akan mempengaruhi efisiensi (Tinaprilla 2012). Kepemilikan
lahan dapat menjadi motivasi bagi petani dalam menerapkan suatu teknologi baru
yang dapat mendorong peningkatan efisiensi (Nurani 2014).
Keanggotaan dalam kelompok tani merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam mempengaruhi tingkat inefisiensi petani. Diduga petani yang
tergabung dalam kelompok akan lebih cepat mendapatkan informasi yang terkait
dengan teknologi baru, peningkatan produktivitas tanaman, atau informasi pasar
dibanding dengan petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani.

10
Faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat efisiensi dalam usahatani
yaitu keterlibatan anggota keluarga. Keterlibatan anggota keluarga dalam
usahatani padi merupakan faktor yang sangat penting karena terkait dengan
pengambilan keputusan dalam penggunaan input produksi maupun penggunaan
tenaga kerja(Nurani 2014) . Hasil estimasi dalam penelitian Prayoga (2010)
terhadap fungsi inefisiensi teknis menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga
usia produktif negatif dan signifikan berpengaruh terhadap inefisiensi teknik,
dengan kata lain jumlah anggota keluarga usia produktif berpengaruh terhadap
peningkatan efisiensi teknik.
Intensitas pertemuan dengan penyuluh diduga mempengaruhi efisiensi
usahatani. Penyuluhan merupakan aspek yang penting karena berhubungan
dengan transfer pengetahuan dari peneliti atau penyuluh kepada petani sehingga
petani bisa membuat keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan
produktivitas usahataninya. Penyuluhan dapat mengatasi kesenjangan teknologi
antar petani misalnya, penggunaan varietas unggul atau mesin baru serta
kesenjangan manajemen antar petani (Anderson and Feder 2003). Dengan
demikian, penyuluhan diduga berkontribusi untuk peningkatan efisiensi dan
produksi padi. Akinbode et al.(2011); Abedullah et.al (2006) berpendapat bahwa
variabel kontak atau intensitas pertemuan dengan penyuluh berpengaruh terhadap
penurunan inefisiensi. Hal yang sama dalam penelitian Prayoga (2010) yang
menunjukkan bahwa ferkuensi mengikuti penyuluhan berpengaruh dalam
meningkatkan efisiensi usahatani.
Pengetahuan mengenai teknik budidaya mulai dari pengolahan tanah sampai
dengan penanganan pasca panen yang sesuai dengan rekomendasi akan
menghasilkan tingkat efisiensi yang cukup tinggi, dan sebaliknya besarnya tingkat
inefisiensi bisa disebabkan karena petani tidak memperhatikan teknik budidaya
yang benar (Lee and Kwon 2004); (Zeni et al. 2002 ); Fauziah (2010).
Dengan demikian,faktor-faktor yang di duga menjadi sumber penyebab
inefisiensi teknis berdasarkan penelitian terdahulu diantaranya umur, pendidikan,
pengalaman, status kepemilikan lahan, keanggotaan dalam kelompok tani, jumlah
anggota keluarga, intensitas pertemuan dengan penyuluh dan teknik bududaya.
Beberapa penelitian tersebut umumnya menggunakan fungsi produksi CobbDouglas Stochastic frontier yang diestimasi dengan OLS dan MLE untuk
menduga faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi efisiensi usahatani.

11

3

KERANGKA TEORITIS

Fokus utama pembahasan pada bagian ini adalah pada telaahan kerangka
pemikiran teoritis yang mendasari pendekatan yang digunakan untuk mengukur
besaran tingkat efisiensi teknis produksi padi organik. Pembahasannya dimulai
dari pengertian efisiensi, pengukuran efisiensi, bentuk-bentuk fungsi stokastik dan
pendekatan fungsi produksi stokastik frontier (Stochastic Production Frontier SPF).
Pengertian Efisiensi Teknis, Alokatif, dan Ekonomis
Efisiensi pada dasarnya merupakan alat pengukur untuk menilai pemilihan
kombinasi input-output. Akan tetapi menurut Soekartawi (2002) ada tiga
kegunaan mengukur efisiensi diantaranya yaitu (1) sebagai tolok ukur untuk
memperoleh efisiensi relatif, mempermudah perbandingan antara unit ekonomi
satu dengan lainnya. (2) apabila terdapat variasi tingkat efisiensi dari beberapa
unit ekonomi yang ada maka dapat dilakukan penelitian untuk menjawab faktorfaktor apa yang menentukan perbedaan tingkat efisiensi. (3) informasi mengenai
efisiensi memiliki implikasi kebijakan karena manajer dapat menentukan
kebijakan perusahaan secara tepat.
Pengerian efisiensi dalam penelitian ini merujuk kepada pengertian
efisiensi menurut Farrell (1957) yang diacu dalam Coelli et al. (1998). Efisiensi
digolongkan menjadi tiga yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif, dan efisiensi
ekonomi. Farrell (1957) mendefinisikan bahwa efisiensi teknis (technical
efficiency/TE) merupakan kemampuan suatu unit usaha untuk mendapatkan
output maksimum dari penggunaan sejumlah input dan teknologi yang tertentu.
Pengukuran efisiensi teknis penting karena dapat mengurangi biaya produksi dan
membuat produsen lebih kompetitif (Alvarez dan Arias 2004). Petani disebut
efisien secara teknis apabila telah berproduksi pada tingkat batas produksinya
dimana hal ini tidak selalu dapat diraih karena berbagai faktor seperti cuaca yang
buruk, adanya binatang yang merusak atau faktor-faktor lain yang menyebabkan
produksi berada di bawah batas yang diharapkan (Battese dan Coelli 1995).
Efisiensi alokatif (allocative efficiency/AE) merefleksikan kemampuan suatu unit
usaha menggunakan input dalam proporsi yang optimal, sesuai dengan harganya
masing-masing dan teknologi produksi (Farrel 1957). Efisiensi alokatif
merupakan rasio antara total biaya produksi suatu output menggunakan faktor
aktual dengan total biaya produksi suatu output menggunakan faktor optimal
dengan kondisi efisien secara teknis. Karena efisiensi alokatif menekankan pada
penggunaan input tertentu berdasarkan harganya, inefisiensi dapat membendung
dari harga yang tidak diobservasi, dari harga yang diterima tidak benar atau dari
kurang akurat dan tepatnya waktu informasi. Pengukuran efisiensi teknis dan
alokatif kemudian digabungkan untuk mengukur total efisiensi ekonomi. Efisiensi
ekonomi dapat diukur dengan kriteria penggunakan input secara optimal untuk
menghasilkan output maksimal dengan biaya tertentu atau dengan kriteria biaya
minimum yaitu dengan meminimumkan biaya dengan jumlah output tertentu.

12
Pengukuran efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis dapat didekati dari dua
sisi yaitu pendekatan dari sisi input dan pendekatan dari sisi output. Pengukuran
efisiensi teknis dari sisi input (Indeks efisiensi teknis Kopp) merupakan ratio dari
input atau biaya batas (frontier) terhadap input atau biaya observasi. Sedangkan
pengukuran efisiensi teknis dari sisi output (indeks efisiensi teknis Timmer)
merupakan ratio dari output observasi terhadap output batas. Indeks efisiensi
Timmer digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur efisiensi teknis di dalam
analisis stochastic frontier, sedangkan indeks efisiensi teknis Kopp digunakan
untuk mengukur efisiensi teknis yang menggunakan konsep efisiensi Farrell
(1957) atau konsep efisiensi teknis dari fungsi biaya dual. Konsep efisiensi Farrel
(1957) dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber: Coelli et al. (1998)

Gambar 1 Efisiensi pada orientasi input
Pada Gambar 1, dapat dijelaskan konsep efisiensi pada kondisi pengukuran
berorientasi input. Garis axis dan ordinat pada Gambar 1 mencerminkan laju
penggunaan masing-masing input persatuan output. Sedangkan kurva SS’
menggambarkan isoquant unit yang efisien (efficient unit isoquant), yaitu tempat
titik-titik yang menunjukkan kombinasi jumlah faktor produksi minimum yang
diperlukan untuk memproduksi satu satuan output.Semua titik yang terletak pada
garis SS’ dan yang berada diatasnya dapat dicapai, sedangkan semua titik yang
terletak antara garis SS’ dan titik O tidak dapat dicapai. Dengan demikian garis
SS’